3. Hutang Piutang
Hutang piutang ialah
menerima sesuatu atau
memberi sesuatu kepada
seseorang dengan perjanjian
bahwa akan dikembalikan
tanpa berkurang jumlah atau
nilainya.
4. Berpiutang adalah sunat, karena bersifat
menolong orang lain. Dari Ibnu Ma’sud,
Rasulullah SAW bersabda :
م
اَمِلْسُم ُض ِرْقُي ٍمِلْسُم ْنِمِنْيَتَّرَم اًض ْرَق اًمَّاِِ
ًةَّرَم اَهِتَقَدَصَك َانَك(اب رواهماجه ن
“Seorang muslim yang mempiutangi seorang muslim dua
kali, seolah-olah telah bersedekah kepadanya satu kali.”
HR. Ibnu Majah
5. a. Yang berpiutang dan yang berhutang, dengan syarat akil baligh, yang
berpiutang tidak boleh mminta pembayaran melebihi pokok hutang,
yang berhutang tidak boleh menunda pembayaran hutangnya.
b. Barang yang dihutangkan adalah milik yang sah dari yang berpiutang.
Pengembalian hutang tidak boleh kurang nilainya, bahkan disunahkan
bagi yang berhutang untuk mengembalikan lebih dari pokok
hutangnya.
Dari Ali bin Abi Thalib, rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “setiap piutang yang sengaja untuk mencari manfaat
(pembayaran lebih) adalah riba.” HR. Al Haris bin Abi Usamah
c. Sighat atau pernyataan hutang piutang.
Rukun dan Syarat
Hutang piutang :
ًابِر َوُهَف ًةَعَفْنَم َّرَج ٍضْرَق ُّلُك.ا ابن رواهاحلارساسامة ىب
6. Sewa ialah imbalan atau ganti rugi bagi manfaat yang
diterima dari suatu barang milik pihak lain.
Sewa dengan barang atau benda yang yang jelas wujudnya
dan jelas manfaatnya.
Sewa dan Upah(Ijarah)
Upah adalah imbalan yang diterma dari jasa
atau pekerjaan pihak lain.
Macam-macam upah upah :
• upah
• gaji
• honorarium
7. Para ulama menunjuk firman Allah dalam
Surat Ath Thalaq 65:6 sebagai dalil pertama
yang membenarkan berlakunya ijarah.
Allah Swt berfirman,
ُهَورُُجأ َّنُوهُتآَف ْمُكَل َنْعَضَْرأ ْنِإَفَّن
Artinya : “Jika mereka telah menyusukan
anakmu maka berilah upah mereka”. (Q.S.
Ath-Thalaq 65 : 6)
8. Rukun Sewa (Ijarah) :
1. yang menyewa atau memberi upah
(musta’jir atau muktari) dan orang yang
menyewakan atau menerima upah (mu’jir
atau mukri)
syarat keduanya adalah :
o Berakal
o Dengan kehendak sendiri (bukan paksaan)
o Kadaan keduanya tidak mubadzir
o Baligh (sedikitnya umur 15 tahun)
9. 2. Sesuatu yang disewa ,disyaratkan diketahui :
o Jenisnya
o Kadarnya/ujudnya
o Sifatnya
o Manfaatnya
o Tempat dan waktunya
3. Sewa atau upah atau gaji (ujrah) disyaratkan harus jelas
wujudnya, jumlahnya, cara dan waktu pembayarannya.
Rasulullah saw bersabda,
ُهَت َرْجُا ُهَل ِِّمَسُيْلَفاًْري ِجَا َرَجَأتْسا ِنَم(ع رواهبدالرزاق)
“ Barangsiapa yang meminta menjadi buruh (pekerja), beritahukanlah
upahnya.”(HR. Abd Razaq)
10. 4. Sighat atau akad persetujuan kedua pihak
bila seorang upahan (mu’jir atau mukri) selesai
mengerjakan pekerjaannya, hendaklah
upahnya segera diberikan.
Rasulullah saw bersabda,
َرَع َّف ِحَي ْنَا َلْبَق ُه َرْجَا َْري ِجَ ْواااُطْعَأُهَق(ماجه ابن رواه)
“Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum
keringatnya kering.”(HR. Ibnu Majah)
11. Pinjam Meminjam ( ‘ariyah)
Pinjam meminjam ialah memberikan atau menggunakan hak pakai
suatu barang selama waktu tertentu untuk diambil manfaatnya tanpa
merusak atau mengurangi nilai barang itu.
Sifat pinjam meminjam ialah tolong menolong. Allah SWT berfirman :
٧ : المعون . َونُعاَمْال َونُعَنْمَي َو
Artinya : “Dan enggan (menolong dengan) barang berguna." (Surah al-Maun ayat 7)
rasulullah SAW bersabda :
ٌّي ِضْقُم ُنْي َّدال َو ٌم َِارغ ُمْيِعَّالز َو ٌةَّادَؤُم ُةَي ِارَعْلَا(الت رواهوابوداوود رمذى)
Artinya : “Pinjaman wajib dikembalikan dan orang yang meminjam dialah yang
berhutang serta hutang itu wajib dibayar.” HR. Turmudzi dan Abu Dawud.
12. Rukun dan Syarat Pinjam
Meminjam :
1. yang meminjamkan (mu’ir) dan yang
meminjam (musta’ir) sama-sama akil baligh
dan tasharruf seta keduanya saling kenal
2. Barang pinjaman (mu’ar) disyaratkan barang
halal yang bermanfaat, bersifat tetap nilainya,
dam merupakan milik sah dari yang
meminjamkan
3. Sighat, sekurangnya dari salah satu pihak, agar
tidak timbul salah pengertian seolah olah
pinjaman itu suatu pemberian
13. Hukum Pinjam Meminjam
Wajib: apabila meminjamkan sesuatu kepada orang
lain yang sangat membutuhkan.
Misalnya meminjamkan mobil untuk mengantar
orang sakit keras ke rumah sakit.
Haram: apabila meminjamkan barang untuk
melakukan perbuatan maksiat atau perbuatan yang
dapat merugikan orang lain. Misalnya
meminjamkan pisau untuk berkelahi, atau
meminjamkan mobil untuk melakukan
perampokan.
14. Orang Yang meminjam
Beratanggung Jawab atas Barang
yang Dipinjam Mengenai Segala
Sesuatunya.
Nabi SAW berfirman :
Artinya : “orang yang meminjam
bertanggung jawab atas apa yang
dipinjamnya hingga dikembalikannya.”
HR. Lima ahli hadits selain An Nasai
ُهَيِدَوُي ََّّتَح ْتَزَخَا اَمِدَْيلا ىَلَع(ىانساى اال اخلمسة رواه)
15. Kontrak atau perjanjian (Akad)
Perjanjian atau kontrak dalam istilah hukum
Islam biasa disebut dengan “akad”, yang
merupakan perikatan antara kedua belah
pihak tentang sesuatu hal yang tidak
melanggar syariat Islam dan menimbulkan hak
dan kewajiban kepada para pihak.
16. ْخَأ ، َفُسوُي ُنْب ِهللا ُدْبَع َانَثَّدَحٍعِفَان ْنَع ، ٌكِلاَم َانَرَبْنَع ،
َع ُ َّاَّلل َي ِضَر ، َرَمُع ِْنب ِهللا ِدْبَعص ِهللا َلوُسَر َّنَأ اَمُهْنهللا لى
َلاَق وسلم عليه:َو ُّلُك ِانَعِياَبَتُمْالِارَي ِخْالِب اَمُهْنِم ٍد ِاحىَلَع
َب َّاِِ اَقَّرَفَتَي ْمَل اَم ِهِب ِاحَصِارَي ِخْال َعْي(.البخارى أخرجه
ومسلم)
Hadist dari Abdullah bin Yusuf, beliau mendapatkan hadist dari Malik dan
beliau mendapatkan Hadist dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar Rodliyallohu
‘anhuma. Sesungguhnya Rosulalloh Sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda
: “Dua orang yang jual beli, masing-masing dari keduanya boleh melakukan
khiyar atas lainnya selama keduanya belum berpisah kecuali jual beli
khiyar.” (HR Bukhori dan Muslim).
17. Hadist Rosululloh SAW hadist dari Jabir bin
Abdullah Rhodliyallohu ‘anhuma dalam kitab
Syurutuhum Bainahum yang telah
diriwayatkan oleh Imam Bukhori.
ا َي ِض َر ، ِهللا ِدْبَع ُنْب ُرِباَج َلاَق َوَتاَكُمْال يِف اَمُهْنَع ُ ََّّللِب
ْمُهَنْيَب ْمُهُطوُرُش.َرَمُع ُنْبا َلاَق َوَخ ٍط ْرَش ُّلُك ُرَمُع ْوَأ ،َفَلا
َرَتْشا ِنِِ َو ٌلِاطَب َوْهَف ِهللا َابَتِكٍط ْرَش َةَئِم َط
“Segala bentuk persyaratan yang tidak ada dalam Kitab Allah ( Hukum
Allah) adalah batal, sekalipun sejuta syarat” (HR Bukhori )”
18. Rukun Akad :
Menurut Jumhur Ulama (pendapat banyak ulama)
rukun akad menyangkut empat hal yaitu :
• Shighat al aqad, yaitu pernyataan untuk mengikatkan
diri.
• Ma’qud alaih/mahal al ‘aqd, yaitu harga dan barang
yang ditransaksikan atau obyek akad.
• Al-aqidan, yaitu orang yang membuat atau
menyelenggarakan akad atau pihak-pihak yang
berakad.
• Maudhu al-aqd, yaitu tujuan diselenggarakan akad.
19. Jenis Jenis Akad :
1. Akad ditinjau dari sah atau tidak sah. Yaitu
apakah akad tersebut memenuhi rukun dan
syaratnya atau tidak. Sebab akad dikatakan sah
apabila memenuhi rukun dan syaratnya.
– Akad sahih ialah kontrak yang sempurna semua rukun
dan syarat yang ditetapkan syarak dan tidak ada
sebarang unsur dan sifat meragukan yang boleh
mengeluarkannya dari dikira sah dari segi
pensyariatannya.
– Akad batil ialah kontrak yang tidak sempurna (cacat)
syarat dan rukunnya. Hukum kontrak seperti ini ialah
tidak sah dan tidak melahirkan sebarang kesan sedikit
pun.
20. • Akad Nafidz (terlaksana). Akad dianggap nafidz
ketika akad tersebut sah dan tidak ada lagi
keterkaitan dengan hak orang lain.
• Contoh akad jual beli yang sempurna. Barang
yang dijual tidak ada sangkut pautnya dengan
orang lain, sementara uang yang diserahkan
adalah murni milik pembeli. Akad nafidz hanya
bisa dilakukan oleh orang yang memiliki ahliyatu
tasharruf (kemampuan untuk bertransaksi).
21. • Akad Mauquf (menggantung). Akad mauquf adalah
akad yang masih memiliki keterkaitan dengan hak
orang lain. Seperti menjual barang orang lain tanpa
izin.
• Mayoritas ulama berpendapat bahwa akad mauquf
hukumnya sah, hanya saja konsekwensi akad
bergantung pada pemilik barang atau pemilik uang.
Sehingga pembeli tidak boleh menerima barang
sampai mendapatkan izin dari pemiliknya. Demikian
pula penjual tidak boleh menerima uang sampai dia
mendapat izin dari pemilik uang.
22. • Akad lazim ialah kontrak yang tidak
membolehkan salah satu pihak yang
memeterai kontak membatalkannya tanpa
persetujuan pihak yang lagi satu seperti
kontrak sewa dan jual beli.
• Akad jaiz ialah kontrak yang membolehkan
salah satu pihak yang berkontrak
membatalkannya tanpa sebarang persetujuan
pihak yang lagi satu seperti kontrak wakalah.
23. 1. Akad yang ditinjau dari penamaannya.
– akad musamma (akad yang telah diberi nama
tertentu)
– ghoiru musamma (akad yang belum diberi nama
tertentu).