SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
MAKALAH
                MUDHARABAH
   Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas
          Pada mata kuliah “AKUNTANSI LKS”




                        Di susun oleh :

          1) M. Arif Fahrurudin       (081400112)

          2) Nisa Ulfauziyyah         (081400113)



                        Ekis A/VI



FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI “IAIN”
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
BAB I
                               PENDAHULUAN

         Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang bersifat duniawi
maupun ukhrowi tidak lepas dari pada tujuan (maqosyid) dari apa yang akan ia peroleh
selepas aktifitas tersebut, dengan berbagai macam perbedaan sudut pandang manusia itu
sendiri terhadap esensi dari apa yang hendak ia peroleh, maka tidak jarang dan sangat
tidak menutup kemungkinan sekali proses untuk menuju pada tujuan maqosyidnya pun
berwarna-warni.
         Salah satu contoh dalam aktifitas sosial-ekonomi, banyak dari manusia sendiri
yang terjebak dalam hal ini, lebih mengedepankan pada pemenenuhan hak pribadi dan
mengabaikan hak-hak orang lain baik hak itu berupa individu ataupun masyarakat
umum. Akan tetapi Islam sebuah agama yang rahmatan lil-alamin mengatur seluruh
tatanan kehidupan manusia, sehingga norma-norma yang diberlakukan islam dapat
memberikan solusi sebuah keadilan dan kejujuran dalam hal pencapaian manusia pada
tujuan daripada aktifitasnya itu, sehingga tidak akan terjadi ketimpangan sosial antara
mereka.
         Maka tidak jarang diantara kita yang acap kali menemukan ayat dalam kitab suci
Al-Qur'an yang mendorong perdagangan dan perniagaan, dan Islam sanggat jelas sekali
menyatakan sikap bahwa tidak boleh ada hambatan bagi perdagangan dan bisnis yang
jujur dan halal, agar setiap orang memperoleh penghasilan, menafkahi keluarga, dan
memberikan sedekah kepada mereka yang kurang beruntung.
Melihat pada bahasan singkat diatas penulis berminat untuk membahasa lebih lanjut
tentang konsep transaksi Mudharabah.1
                Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal.


1
    http://www.canboyz.co.cc/2010/02/makalah-mudharabah.html
BAB II
                                 PEMBAHASAN

A. Pengertian, Sumber Hukum, Rukun, Jenis, dan Sifat Mudharabah


a. Pengertian Mudharabah
         Secara bahasa mudharabah berasal dari akar kata dharaba – yadhribu – dharban
yang bermakna memukul. Dengan penambahan alif pada dho’, maka kata ini memiliki
konotasi “saling memukul” yang berarti mengandung subjek lebih dari satu orang. Para
fukoha memandang mudharabah dari akar kata ini dengan merujuk kepada
pemakaiannya dalam al-Qur’an yang selalu disambung dengan kata depan “fi”
kemudian dihubungkan dengan “al-ardh” yang memiliki pengertian berjalan di muka
bumi.
         Mudharabah merupakan bahasa yang biasa dipakai oleh penduduk Irak
sedangkan penduduk Hijaz lebih suka menggunakan kata “qirodh” untuk merujuk pola
perniagaan yang sama. Mereka menamakan qiradh yang berarti memotong karena si
pemilik modal memotong dari sebagian hartanya untuk diniagakan dan memberikan
sebagian dari labanya.
         Kadang-kadang juga dinamakan dengan muqaradhah yang berarti sama-sama
memiliki hak untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal memberikan modalnya
sementara pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama berbagi keuntungan.
Dalam istilah fikih muamalah, mudharabah adalah suatu bentuk perniagaan di mana si
pemilik modal menyetorkan modalnya kepada pengusaha/pengelola, untuk diniagakan
dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah
pihak sedangkan kerugian, jika ada, akan ditanggung oleh si pemilik modal. Para ulama
sepakat bahwa landasan syariah mudharabah dapat ditemukan dalam al-Qur’an, as-
Sunnah, Ijma’ dan qiyas.2




2
    http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/
b. Sumber Hukum
          1) Al-Qur’an
              “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu dimuka
              bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
              “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
              perniagaan).”
              (QS 2:198).
          2) As-Sunnah
              Dari shalih bin suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal
              yang didalamnya terdapat keberkatan: Jual beli secara tanngguh,
              muqaradhah (mudharabah) dan mencampur adukan dengan tepung untuk
              keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).
          3) Ijma
              Diantara ijma mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa
              jemaah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah,
              perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.
          4) Qiyas
              Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seorang untuk
              mengelola kebun) selain diantara manusia ada yang miskin ada pula
              yang kaya, disuatu sisi lain banyak orang kaya yang tidak dapat
              mengusahakan hartanya, di sisi lain tidak sedikit orang miskin yang mau
              bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian adanya
              mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua
              golongan diatas, yakni untuk kemashalatan manusia dalam rangka
              memenuhi kebutuhan mereka.


c. Rukun Mudharabah
       Ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun mudharabah adalah ijab dan qobul,
yakni lafad yang menunjukan ijab dan qobul dengan menggunakan mudharabah,
muqaridhah, muamalah, atau kata-kata yang searti dengannya.
       Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah ada tiga, yaitu dua orang
melakukan akad (al-aqidani), modal (ma’qud alaih), dan shiqad (ijab dan qabul),
sedanngkan ulama syafi’iyah lebih merici lagi menjadi lima rukun yaitu: modal,
pekerjaan, laba, shighat, dan dua orang yang akad.


c. Jenis Mudharabah
       Jenis Mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu: mudharabah
Muthalaqoh, Mudharabah Muqayyadah, dan Mudharabah Musytarakah.
           1. Mudharabah Muthalaqoh adalah mudharabah di mana pemilik dananya
              memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelola
              investasinya. Dan mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.
           2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana
              memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi,
              cara, atau objek investasi atau sektor usaha.
           3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana
              menyerahkan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.


d. Sifat Mudharabah
       Ulama fiqih sepakat bahwa akad dalam mudharabah sebelum dijalankan oleh
pekerja termaksud akad yang tidak lazim. Apabila sudah dijalankan oleh pekerja,
diantara ulama terdapat perbedaan pendapat, ada yang berpendapat termaksud akad
yang lazim, yakni dapat diwariskan seperti pendapat imam malik, sedangkan menurut
ulama syafi’iyah, malikiyah dan hanabilah akad tersebut tidak lazim, yakni tidak dapat
diwariskan.


B. Syarat Sah Mudharabah


   1. Syarat Aqidani
              Di syaratkan bagi orang yang melakukan akad, yakni pemilik modal dan
       pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil sebab mudharib
       mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil.
2. Syarat Modal
          a. Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya, yakni
             segala sesuatu yang memungkinkan dalam perkongsian
          b. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran
          c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak harus ada tempat
             akad. Juga dibolehkan mengusahakan harta yang dititipkan kepada
             oranng lain, seperti mengatakan:”Ambil harta saya di si fulan kemudian
             jadikan modal usaha”
          d. Modal harus diberikan kepada pengusaha, hal itu dimaksudkan agar
             pengusaha dapat mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut
             sebagai amanah


   3. Syarat-syarat Laba
          a. Laba harus memiliki ukuran
             Mudharabah yang dimaksudkan untuk mendapatkan laba, dengan
             demikian pengusaha dibolehkan menyerahkan laba sebesar Rp.5000,00
             misalnya untuk dibagi diantara keduanya tanpa menyebutkan ukuran
             laba yang diterimanya.
          b. Laba harus berupa bagian yang umum (Masyhur)
             Pembagian laba harus sesuai dengan keadaan yang berlaku secara umum,
             seperti kesepakatan diantara orang yang melangsungkan akad bahwa
             setengah laba adalah untuk pemilik modal, sedanngkan setengah lainnya
             lagi diberikan kepada pengusaha. Akan tetapi tidak boleh menetapkan
             jumlah tertentu bagi satu pihak lain, seperti menetapkan laba Rp.1000
             bagi pemilik modal dan menyerahkan sisanya bagi pengusaha.


C. Hukum Mudharabah


Hukum mudharabah terbagi dua yaitu: Mudharabah Sahih dan Mudharabah Fasid
   1) Hukum mudharabah fasid
      Beberapa hal dalam mudharabah fasid yang mengharuskan pemilik modal
      memberikan upah kepada pengusaha antara lain:
a) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha dalam membeli,
            menjual, atau mengambil barang
        b) Pemilik modal mengharuskan pengusaha untuk bermusyawarah sehingga
            pengusaha tidak bekerja, kecuali atas seizinnya
        c) Pemilik    modal      memberikan    syarat    kepada   pengusaha    agar
            mencampurkan harta modal tersebut dengan harta orang lain atau barang
            lain miliknya


  2) Hukum mudharabah shahih
     Hukum mudharabah shahih yang tergolong shahih diantaranya:
         Tanggung jawab pengusaha
            Apabila pengusaha berutang ia memiliki hak atas laba secara bersama-
            sama dengan pemilik modal. Jika mudharabah rusak karena adanya
            beberapa sebab yang menjadikannya rusak, pengusaha menjadi pedagang
            sehingga ia pun memiliki hak untuk mendapat upah, jika harta rusak
            tanpa disengaja ia tidak bertanggung jawab atas rusaknya modal tersebut,
            dan jika mengalami kerugian pun ditanggung oleh pengusaha saja


D. Perkara yang Membatalkan Mudharabah


  1) Pembatalan, Larangan Berusaha, dan Pemecatan
     Mudharabah menjadi batal dengan adanya pembatalan mudharabah, larangan
     untuk mengusahakan (tasharuf) dan pemecatan. Semua ini jika memenuhi syarat
     pembatalan dan larangan, yakni orang yang melakukan akad mengetahui
     pembatalan dan pemecatan tersebut, serta modal telah diserahkan ketika
     pembatalan atau larangan.


  2) Salah seorang Aqid Meninggal dunia

     Jumhur ulama berpendapat bahwa mudharabah batal, jika salah seorang akad
     meninggal dunia, baik pemilik modal, maupun pengusaha. Sedangkan ulama
     Malikiyah berpendapat bahwa mudharabah tidak batal dengan meninggalnya
salah seorang yang melakukan akad, tetapi dapat diserahkan kepada ahli
         warisnya, jika dapat dipercaya.




      3) Salah seorang Aqid Gila

         ahwa gila membatalkan mudharabah, sebab gila atau sejenisnya membatalkan
         keahlian dalam mudharabah.




      4) Pemilik Modal Rusak

         Apabila pemilik modal murtad (keluar dari Islam) atau terbunuh dalam keadaan
         murtad, atau tergabung dengan musuh serta karena diputuskan oleh hakim atas
         pemberontakan hal itu membatalkan mudharabah sebab bergabung dengan
         musuh sama saja dengan mati.




      5) Modal rusak ditangan Pengusaha

         Jika harta rusak sebelum dibelanjakan, mudharabah menjadi batal. Hal ini
         karena modal harus dipegang oleh pengusaha. Jika modal rusak, mudharabah
         batal. Begitu pula nudharabah dianggap rusak jika modal diberikan kepada

         orang lain atau dihabiskan sehingga tidak tersisa untuk diusahakan.3

E. Prinsip Pembagian Hasil Usaha Mudharabah


         Dalam mudharah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena
yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugian (loss).
Sehingga untuk pembahasan selanjutnya akan digunakan istilah prinsip bagi hasil
seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998, karena apabila usaha

3
    Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia. Hal 229-238.
tersebut gagal kerugian tidak dibagi diantara pemilik dana dan pengelola dana tetapi
harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana.
       Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan
penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi
hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan
mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. Jika mudharabah melebihi satu periode
pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai
nisbah yang disepakati.


F. Perlakuan Akuntansi dalam Mudharabah


1. Akuntansi untuk Pemilik Dana
   a) Dana yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah
       pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.
   b) Pengukuran investasi mudharabah
       1. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
       dibayarkan.
       2. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar
          aset non-kas pada saat penyerahan.
   c) Penyaluran nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas
           1. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
          Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan
          rusak, hilang atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan
          pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian
          dan mengurangi saldo investasi mudharabah.
       2. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
          Jika sebagai investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa
          adaya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak
          langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan
          pada saat pembagian bagi hasil.
    d) Kerugian
kerugian yang terjadi dalam satu priode sebelun akad mudharabah berakhir,
        pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad
        mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan
        kerugian investasi.




   e) Hasil Usaha
      Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai
      piutang.
   f) Akad mudharabah berakhir
      Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah
      dikurangi     penyisihan      kerugian   investasi   dan   pengembalian   investasi
      mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
   g) Penyajian
      Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporang keuangan
      sebesar nilai tercatat yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan
      kerugian (jika ada).
   h) Pengungkapan
      Pemilik dana mengungkapan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah,
      tetapi tidak terbatas pada:
       1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah seperti: porsi dana, pembagian hasil
         usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
       2. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.
       3. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.
       4. Pengungkapan yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan syari’ah.


2. Akuntansi untuk Pengelola
   a) Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai
       dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang
       diterima.
   b) Pengukuran dana syirkah temporer.
Dana syirkah diukur sebesar jumlah kata atau nilai wajar aset nonkas yang
         diterima.
      c) Penyaluran kembali dana syirkah temporer
         Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang diterima
         maka pengelola dana mengakui sebagai aset. Sama seperti akuntansi untuk
         pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi
         dengan bagian hak pemilik dana.
      d) Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti
         ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya           sama dengan
         akuntansi konvensional.
      e) Kerugian yang di akibatkan oleh kesalahn atau kelalaian pengelola dana diakui
         sebagai beban pegelola dana.
      f) Di akhir akad
      g) Penyajian
         Pengelola dana menyajikan transaski mudharabah dalam laporan kuangan:
         1. dana srirkah temporer dari pemilik dana di sajikan sebesar nilai tercatatnya
            untuk setiap jenis mudharabah.
         2. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah di perhitungkan tetapi belum
            diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum
            di bagikan sebagai kewajiban.
      h) Pengungkapan
         pengungkapan dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan
         keuangan:
         1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil
            usaha, aktifitas usaha mudharabah, dan lain lain.
             2. Rincian dana syirkah temporer yang di terima berdasarkan jenisnya.
         3. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah, muqayyadah, pengungkapan
            yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan syariah.4


4
    Nurhayati, sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba
    Empat. Hal 126-133.
BAB III
                                   PENUTUP



A. Kesimpulan

       Akad mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha.
       Oleh sebab itu, akad mudharabah merupakan suatu transaksi pembiayaan atau
investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting
dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana.
Hal ini disebabkan bahwa laba dibagi atas dasar nishab bagi hasil menurut kesepakatan
kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik
dana kecuali disebabkan oleh pengelola dana.
       Tedapat beberapa jenis akad mudharabah, namun seluruh jenis akad
mudharabah tersbut harus memenuhi rukun dan ketentuan syari’ah yang mengacu pada
Al-Qur’an, As-Sunah, Ijma, dan Qiyas.
   Kaum Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama semacam mudharabah hingga
jaman sekarang ini, di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang
menyalahkannya. Ini merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara ini sudah
digunakan bangsa Quraisy secara turun-temurun, dari zaman jahiliyah hingga zaman
Nabi, kemudian beliau mengetahui, melakukan dan tidak mengingkarinya.
“Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan riba...(Q.S.Al-Baqarah:275)
“Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah” (QS.Al
Mujammil:20)
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (Rezeki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu”. (QS.Al Baqarah: 19




                           DAFTAR PUSTAKA



Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba
     Empat

http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/

http://www.canboyz.co.cc/2010/02/makalah-mudharabah.html

More Related Content

What's hot (20)

Al-Kafalah
Al-KafalahAl-Kafalah
Al-Kafalah
 
Takaful and Re-Takaful Explained
Takaful and Re-Takaful ExplainedTakaful and Re-Takaful Explained
Takaful and Re-Takaful Explained
 
Mudharabah
MudharabahMudharabah
Mudharabah
 
Pengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyahPengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyah
 
application of fund (al-mudarabah)
application of fund (al-mudarabah)application of fund (al-mudarabah)
application of fund (al-mudarabah)
 
AL-IJARAH
AL-IJARAHAL-IJARAH
AL-IJARAH
 
Hiwalah
HiwalahHiwalah
Hiwalah
 
6. riba
6. riba6. riba
6. riba
 
Konsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam IslamKonsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam Islam
 
10.1 HUKUM SYIRKAH
10.1 HUKUM SYIRKAH 10.1 HUKUM SYIRKAH
10.1 HUKUM SYIRKAH
 
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
 
FIQH MUAMALAH - IJARAH
FIQH MUAMALAH -  IJARAHFIQH MUAMALAH -  IJARAH
FIQH MUAMALAH - IJARAH
 
SUKUK (MUSHARAKAH)
SUKUK (MUSHARAKAH)SUKUK (MUSHARAKAH)
SUKUK (MUSHARAKAH)
 
Slide i tab
Slide i tabSlide i tab
Slide i tab
 
Riba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islamRiba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islam
 
Al- murabahah
Al- murabahahAl- murabahah
Al- murabahah
 
Macam Riba dan Contoh-contohnya - Titok Priastomo
Macam Riba dan Contoh-contohnya - Titok PriastomoMacam Riba dan Contoh-contohnya - Titok Priastomo
Macam Riba dan Contoh-contohnya - Titok Priastomo
 
15 HUKUM JU'ALAH
15 HUKUM JU'ALAH15 HUKUM JU'ALAH
15 HUKUM JU'ALAH
 
Bai Al- Tawarruq
Bai Al- TawarruqBai Al- Tawarruq
Bai Al- Tawarruq
 
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
 

Viewers also liked (11)

MUDHARABAH
MUDHARABAHMUDHARABAH
MUDHARABAH
 
akad mudharabah
akad mudharabahakad mudharabah
akad mudharabah
 
Mengenal konsep mudharabah
Mengenal konsep mudharabahMengenal konsep mudharabah
Mengenal konsep mudharabah
 
power poin syirkah
power poin syirkahpower poin syirkah
power poin syirkah
 
Materi mudharabah
Materi mudharabahMateri mudharabah
Materi mudharabah
 
Presentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahPresentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabah
 
Mudarabah
MudarabahMudarabah
Mudarabah
 
MUDHARABAH DALAM SISTEM PERBANKAN ISLAM
MUDHARABAH DALAM SISTEM PERBANKAN ISLAMMUDHARABAH DALAM SISTEM PERBANKAN ISLAM
MUDHARABAH DALAM SISTEM PERBANKAN ISLAM
 
Mudarabah
MudarabahMudarabah
Mudarabah
 
Murabahah
MurabahahMurabahah
Murabahah
 
MURABAHAH
MURABAHAHMURABAHAH
MURABAHAH
 

Similar to Mudharabah dan Pembagian Laba

Similar to Mudharabah dan Pembagian Laba (20)

Makalah Mudhabarah
Makalah MudhabarahMakalah Mudhabarah
Makalah Mudhabarah
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Syariah 2
Syariah 2Syariah 2
Syariah 2
 
Makalah al islam
Makalah al islamMakalah al islam
Makalah al islam
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
Tugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptx
Tugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptxTugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptx
Tugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptx
 
Usaha pengelolahan modal yg disyariatkan
Usaha pengelolahan modal yg disyariatkan Usaha pengelolahan modal yg disyariatkan
Usaha pengelolahan modal yg disyariatkan
 
Akad Wadhiah dan Ariyah
Akad Wadhiah dan Ariyah Akad Wadhiah dan Ariyah
Akad Wadhiah dan Ariyah
 
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptxPPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
 
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islamPresentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
 
Mu'amalah xi
Mu'amalah xiMu'amalah xi
Mu'amalah xi
 
Berusaha secara halal
Berusaha secara halalBerusaha secara halal
Berusaha secara halal
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
 
Syirkah
SyirkahSyirkah
Syirkah
 
Presentasi Fiqh 9
Presentasi Fiqh 9Presentasi Fiqh 9
Presentasi Fiqh 9
 
Kerjasama Ekonomi dalam Agama Islam
Kerjasama Ekonomi dalam Agama IslamKerjasama Ekonomi dalam Agama Islam
Kerjasama Ekonomi dalam Agama Islam
 
PAI kelas 11 #smakbo59
PAI kelas 11 #smakbo59PAI kelas 11 #smakbo59
PAI kelas 11 #smakbo59
 
Transaksi Ekonomi dalam Islam
Transaksi Ekonomi dalam IslamTransaksi Ekonomi dalam Islam
Transaksi Ekonomi dalam Islam
 
Bab 11 mudharabah
Bab 11 mudharabahBab 11 mudharabah
Bab 11 mudharabah
 
Akuntansi Musyarakah
Akuntansi MusyarakahAkuntansi Musyarakah
Akuntansi Musyarakah
 

More from Mulyanah

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakatMulyanah
 
Kel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnKel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnMulyanah
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahMulyanah
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanMulyanah
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalahMulyanah
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahMulyanah
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahMulyanah
 
Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Mulyanah
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarahMulyanah
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahahMulyanah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahMulyanah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakafMulyanah
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualahMulyanah
 

More from Mulyanah (15)

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakat
 
Kel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnKel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahn
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalah
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasan
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalah
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalah
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ah
 
Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’
 
Kel.7 sharf
Kel.7 sharfKel.7 sharf
Kel.7 sharf
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarah
 
Kel.4 salam
Kel.4 salamKel.4 salam
Kel.4 salam
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakaf
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualah
 

Mudharabah dan Pembagian Laba

  • 1. MAKALAH MUDHARABAH Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pada mata kuliah “AKUNTANSI LKS” Di susun oleh : 1) M. Arif Fahrurudin (081400112) 2) Nisa Ulfauziyyah (081400113) Ekis A/VI FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI “IAIN” SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang bersifat duniawi maupun ukhrowi tidak lepas dari pada tujuan (maqosyid) dari apa yang akan ia peroleh selepas aktifitas tersebut, dengan berbagai macam perbedaan sudut pandang manusia itu sendiri terhadap esensi dari apa yang hendak ia peroleh, maka tidak jarang dan sangat tidak menutup kemungkinan sekali proses untuk menuju pada tujuan maqosyidnya pun berwarna-warni. Salah satu contoh dalam aktifitas sosial-ekonomi, banyak dari manusia sendiri yang terjebak dalam hal ini, lebih mengedepankan pada pemenenuhan hak pribadi dan mengabaikan hak-hak orang lain baik hak itu berupa individu ataupun masyarakat umum. Akan tetapi Islam sebuah agama yang rahmatan lil-alamin mengatur seluruh tatanan kehidupan manusia, sehingga norma-norma yang diberlakukan islam dapat memberikan solusi sebuah keadilan dan kejujuran dalam hal pencapaian manusia pada tujuan daripada aktifitasnya itu, sehingga tidak akan terjadi ketimpangan sosial antara mereka. Maka tidak jarang diantara kita yang acap kali menemukan ayat dalam kitab suci Al-Qur'an yang mendorong perdagangan dan perniagaan, dan Islam sanggat jelas sekali menyatakan sikap bahwa tidak boleh ada hambatan bagi perdagangan dan bisnis yang jujur dan halal, agar setiap orang memperoleh penghasilan, menafkahi keluarga, dan memberikan sedekah kepada mereka yang kurang beruntung. Melihat pada bahasan singkat diatas penulis berminat untuk membahasa lebih lanjut tentang konsep transaksi Mudharabah.1 Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. 1 http://www.canboyz.co.cc/2010/02/makalah-mudharabah.html
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian, Sumber Hukum, Rukun, Jenis, dan Sifat Mudharabah a. Pengertian Mudharabah Secara bahasa mudharabah berasal dari akar kata dharaba – yadhribu – dharban yang bermakna memukul. Dengan penambahan alif pada dho’, maka kata ini memiliki konotasi “saling memukul” yang berarti mengandung subjek lebih dari satu orang. Para fukoha memandang mudharabah dari akar kata ini dengan merujuk kepada pemakaiannya dalam al-Qur’an yang selalu disambung dengan kata depan “fi” kemudian dihubungkan dengan “al-ardh” yang memiliki pengertian berjalan di muka bumi. Mudharabah merupakan bahasa yang biasa dipakai oleh penduduk Irak sedangkan penduduk Hijaz lebih suka menggunakan kata “qirodh” untuk merujuk pola perniagaan yang sama. Mereka menamakan qiradh yang berarti memotong karena si pemilik modal memotong dari sebagian hartanya untuk diniagakan dan memberikan sebagian dari labanya. Kadang-kadang juga dinamakan dengan muqaradhah yang berarti sama-sama memiliki hak untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal memberikan modalnya sementara pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama berbagi keuntungan. Dalam istilah fikih muamalah, mudharabah adalah suatu bentuk perniagaan di mana si pemilik modal menyetorkan modalnya kepada pengusaha/pengelola, untuk diniagakan dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan kerugian, jika ada, akan ditanggung oleh si pemilik modal. Para ulama sepakat bahwa landasan syariah mudharabah dapat ditemukan dalam al-Qur’an, as- Sunnah, Ijma’ dan qiyas.2 2 http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/
  • 4. b. Sumber Hukum 1) Al-Qur’an “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10) “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan).” (QS 2:198). 2) As-Sunnah Dari shalih bin suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: Jual beli secara tanngguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur adukan dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah). 3) Ijma Diantara ijma mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa jemaah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah, perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya. 4) Qiyas Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seorang untuk mengelola kebun) selain diantara manusia ada yang miskin ada pula yang kaya, disuatu sisi lain banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya, di sisi lain tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan diatas, yakni untuk kemashalatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. c. Rukun Mudharabah Ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun mudharabah adalah ijab dan qobul, yakni lafad yang menunjukan ijab dan qobul dengan menggunakan mudharabah, muqaridhah, muamalah, atau kata-kata yang searti dengannya. Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah ada tiga, yaitu dua orang melakukan akad (al-aqidani), modal (ma’qud alaih), dan shiqad (ijab dan qabul),
  • 5. sedanngkan ulama syafi’iyah lebih merici lagi menjadi lima rukun yaitu: modal, pekerjaan, laba, shighat, dan dua orang yang akad. c. Jenis Mudharabah Jenis Mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu: mudharabah Muthalaqoh, Mudharabah Muqayyadah, dan Mudharabah Musytarakah. 1. Mudharabah Muthalaqoh adalah mudharabah di mana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelola investasinya. Dan mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat. 2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, atau objek investasi atau sektor usaha. 3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana menyerahkan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. d. Sifat Mudharabah Ulama fiqih sepakat bahwa akad dalam mudharabah sebelum dijalankan oleh pekerja termaksud akad yang tidak lazim. Apabila sudah dijalankan oleh pekerja, diantara ulama terdapat perbedaan pendapat, ada yang berpendapat termaksud akad yang lazim, yakni dapat diwariskan seperti pendapat imam malik, sedangkan menurut ulama syafi’iyah, malikiyah dan hanabilah akad tersebut tidak lazim, yakni tidak dapat diwariskan. B. Syarat Sah Mudharabah 1. Syarat Aqidani Di syaratkan bagi orang yang melakukan akad, yakni pemilik modal dan pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil sebab mudharib mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil.
  • 6. 2. Syarat Modal a. Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya, yakni segala sesuatu yang memungkinkan dalam perkongsian b. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak harus ada tempat akad. Juga dibolehkan mengusahakan harta yang dititipkan kepada oranng lain, seperti mengatakan:”Ambil harta saya di si fulan kemudian jadikan modal usaha” d. Modal harus diberikan kepada pengusaha, hal itu dimaksudkan agar pengusaha dapat mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut sebagai amanah 3. Syarat-syarat Laba a. Laba harus memiliki ukuran Mudharabah yang dimaksudkan untuk mendapatkan laba, dengan demikian pengusaha dibolehkan menyerahkan laba sebesar Rp.5000,00 misalnya untuk dibagi diantara keduanya tanpa menyebutkan ukuran laba yang diterimanya. b. Laba harus berupa bagian yang umum (Masyhur) Pembagian laba harus sesuai dengan keadaan yang berlaku secara umum, seperti kesepakatan diantara orang yang melangsungkan akad bahwa setengah laba adalah untuk pemilik modal, sedanngkan setengah lainnya lagi diberikan kepada pengusaha. Akan tetapi tidak boleh menetapkan jumlah tertentu bagi satu pihak lain, seperti menetapkan laba Rp.1000 bagi pemilik modal dan menyerahkan sisanya bagi pengusaha. C. Hukum Mudharabah Hukum mudharabah terbagi dua yaitu: Mudharabah Sahih dan Mudharabah Fasid 1) Hukum mudharabah fasid Beberapa hal dalam mudharabah fasid yang mengharuskan pemilik modal memberikan upah kepada pengusaha antara lain:
  • 7. a) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha dalam membeli, menjual, atau mengambil barang b) Pemilik modal mengharuskan pengusaha untuk bermusyawarah sehingga pengusaha tidak bekerja, kecuali atas seizinnya c) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha agar mencampurkan harta modal tersebut dengan harta orang lain atau barang lain miliknya 2) Hukum mudharabah shahih Hukum mudharabah shahih yang tergolong shahih diantaranya:  Tanggung jawab pengusaha Apabila pengusaha berutang ia memiliki hak atas laba secara bersama- sama dengan pemilik modal. Jika mudharabah rusak karena adanya beberapa sebab yang menjadikannya rusak, pengusaha menjadi pedagang sehingga ia pun memiliki hak untuk mendapat upah, jika harta rusak tanpa disengaja ia tidak bertanggung jawab atas rusaknya modal tersebut, dan jika mengalami kerugian pun ditanggung oleh pengusaha saja D. Perkara yang Membatalkan Mudharabah 1) Pembatalan, Larangan Berusaha, dan Pemecatan Mudharabah menjadi batal dengan adanya pembatalan mudharabah, larangan untuk mengusahakan (tasharuf) dan pemecatan. Semua ini jika memenuhi syarat pembatalan dan larangan, yakni orang yang melakukan akad mengetahui pembatalan dan pemecatan tersebut, serta modal telah diserahkan ketika pembatalan atau larangan. 2) Salah seorang Aqid Meninggal dunia Jumhur ulama berpendapat bahwa mudharabah batal, jika salah seorang akad meninggal dunia, baik pemilik modal, maupun pengusaha. Sedangkan ulama Malikiyah berpendapat bahwa mudharabah tidak batal dengan meninggalnya
  • 8. salah seorang yang melakukan akad, tetapi dapat diserahkan kepada ahli warisnya, jika dapat dipercaya. 3) Salah seorang Aqid Gila ahwa gila membatalkan mudharabah, sebab gila atau sejenisnya membatalkan keahlian dalam mudharabah. 4) Pemilik Modal Rusak Apabila pemilik modal murtad (keluar dari Islam) atau terbunuh dalam keadaan murtad, atau tergabung dengan musuh serta karena diputuskan oleh hakim atas pemberontakan hal itu membatalkan mudharabah sebab bergabung dengan musuh sama saja dengan mati. 5) Modal rusak ditangan Pengusaha Jika harta rusak sebelum dibelanjakan, mudharabah menjadi batal. Hal ini karena modal harus dipegang oleh pengusaha. Jika modal rusak, mudharabah batal. Begitu pula nudharabah dianggap rusak jika modal diberikan kepada orang lain atau dihabiskan sehingga tidak tersisa untuk diusahakan.3 E. Prinsip Pembagian Hasil Usaha Mudharabah Dalam mudharah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugian (loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya akan digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998, karena apabila usaha 3 Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia. Hal 229-238.
  • 9. tersebut gagal kerugian tidak dibagi diantara pemilik dana dan pengelola dana tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana. Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. Jika mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. F. Perlakuan Akuntansi dalam Mudharabah 1. Akuntansi untuk Pemilik Dana a) Dana yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana. b) Pengukuran investasi mudharabah 1. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan. 2. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas pada saat penyerahan. c) Penyaluran nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas 1. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. 2. Penurunan nilai setelah usaha dimulai Jika sebagai investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adaya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. d) Kerugian
  • 10. kerugian yang terjadi dalam satu priode sebelun akad mudharabah berakhir, pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. e) Hasil Usaha Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang. f) Akad mudharabah berakhir Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau kerugian. g) Penyajian Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporang keuangan sebesar nilai tercatat yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada). h) Pengungkapan Pemilik dana mengungkapan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada: 1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah seperti: porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain. 2. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya. 3. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan. 4. Pengungkapan yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan syari’ah. 2. Akuntansi untuk Pengelola a) Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. b) Pengukuran dana syirkah temporer.
  • 11. Dana syirkah diukur sebesar jumlah kata atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. c) Penyaluran kembali dana syirkah temporer Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset. Sama seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana. d) Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan akuntansi konvensional. e) Kerugian yang di akibatkan oleh kesalahn atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pegelola dana. f) Di akhir akad g) Penyajian Pengelola dana menyajikan transaski mudharabah dalam laporan kuangan: 1. dana srirkah temporer dari pemilik dana di sajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah. 2. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah di perhitungkan tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum di bagikan sebagai kewajiban. h) Pengungkapan pengungkapan dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan: 1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktifitas usaha mudharabah, dan lain lain. 2. Rincian dana syirkah temporer yang di terima berdasarkan jenisnya. 3. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah, muqayyadah, pengungkapan yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan syariah.4 4 Nurhayati, sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Hal 126-133.
  • 12. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Akad mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha. Oleh sebab itu, akad mudharabah merupakan suatu transaksi pembiayaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Hal ini disebabkan bahwa laba dibagi atas dasar nishab bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh pengelola dana. Tedapat beberapa jenis akad mudharabah, namun seluruh jenis akad mudharabah tersbut harus memenuhi rukun dan ketentuan syari’ah yang mengacu pada Al-Qur’an, As-Sunah, Ijma, dan Qiyas. Kaum Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama semacam mudharabah hingga jaman sekarang ini, di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang menyalahkannya. Ini merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara ini sudah digunakan bangsa Quraisy secara turun-temurun, dari zaman jahiliyah hingga zaman Nabi, kemudian beliau mengetahui, melakukan dan tidak mengingkarinya. “Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan riba...(Q.S.Al-Baqarah:275) “Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah” (QS.Al Mujammil:20)
  • 13. “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (Rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”. (QS.Al Baqarah: 19 DAFTAR PUSTAKA Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/ http://www.canboyz.co.cc/2010/02/makalah-mudharabah.html