[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya bisnis yang sesuai dengan syariat Islam. Terdapat penjelasan mengenai definisi hukum syariat, pembagian hukum taklifi dan wadh'i, serta contoh jenis-jenis hukum syariat seperti sebab, syarat, dan mani'. Dokumen ini menekankan pentingnya aktivitas bisnis yang terikat dengan aturan-aturan hukum Islam.
Bisnis Syari'ah: Mengapa Harus Terikat Hukum Syara
1.
2. ُلُكْأَت َال ْاوُنَمآ َينِذَّال اَهُّيَأ اَيْمُكَنْيَب ْمُكَلا َوْمَأ ْاوِلِاطَبْالِب
اضَرَت نَع ًةَارَجِت َونُكَت نَأ َّالِإوُلُتْقَت َال َو ْمُكنِمْا
َر ْمُكِب َانَك َاّلل َّنِإ ْمُكَسُفنَأ﴿ ًايم ِح٢٩﴾
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”
(QS. An-Nissa’: 29).
MENGAPA HARUS BISNIS SYARI’AH?
3. َو ِهْيَلَع ُ َّاّلل ىَّلَص ِيِبَّنال ِنَعَلاَق ،َمَّلَس:ا َمْدَق ُلوُزَي الَم ْوَي َمَدآ ِْنب
ْسُي ىَّتَح ِهِبَر ِدْنِع ْنِم ِةَماَيِقْالسَْمخ ْنَع َلأ:ِه ِرْمُع ْنَعاَميِف
ِهِلاَم َو ،ُهْالبأ اَميِف ِهِباَبَش َو ،ُهَانْفأَميِف َو ُهَبَسَك َْنيأ ْنِم،ُهَقَفْنأ ا
َمِلَع اَميِف َلِمَع اَذاَم َو؟
“Kedua telapak kaki seorang anak Adam di hari kiamat masih belum
beranjak di sisi Tuhannya sebelum ditanya mengenai lima perkara:
tentang umurnya, apa yang telah dilakukannya? Tentang masa
mudanya, apa yang telah dilakukannya? Tentang hartanya, dari mana
dia memperolehnya? Dan untuk apa dibelanjakannya? Tentang
ilmunya, apa yang dia kerjakan dengan ilmunya itu?”
(HR. Ahmad dan At-Tabrani).
PERTANGGUNGJAWABAN HARTA
4. ي َِرش ىَلَع ََاكنْلَعَج َّمُثَف ِرْمَ ْاْل َنِم ةَعاَهْعِبَّتا
يِذَّال اء َوْهَأ ْعِبَّتَت َال َو﴿ َونُمَلْعَي َال َن١٨﴾
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas
suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama)
itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah
kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui” (QS. Al-Jaatsiyah: 18).
BISNIS WAJIB TERIKAT SYARI’AT
5. َّل لَعْجَي َ َّاّلل ِقَّتَي نَم َو﴿ ًاجَرْخَم ُه٢﴾ُهْقُز ْرَي َو
َم َو ُبِسَتْحَي َال ُْثيَح ْنِمىَلَع ْلَّك َوَتَي نَوُهَف ِ َّاّلل
﴿ ُهُبْسَح٣﴾
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya” (QS.
Ath-Thalaq: 2-3).
JANJI ALLAH SWT
6. BISNIS SYARI’AH
•Bisnis Islami (Bisnis Syariah) adalah
segala aktivitas bisnis yang terikat
atau sesuai dengan aturan-aturan
dari Hukum Syariah Islam.
7. DEFINISI HUKUM SYARI’AH
الحكمالشرعيهوالعبا بأفعال المتعلق الشارع خطابد
الوضع او التخيير او باإلقتضاء.
Khitob: seruan atau firman
Asy-Syari’: Allah, yaitu sebagai Pembuat hukum,
Al-Muta’alliqu : yang berkaitan atau yang mengikat
(secara keseluruhan)
Af’al: perbuatan termasuk ucapan
Al-’Ibad: hamba atau manusia secara keseluruhan
8. Definisi Hukum Syari’at (lanjutan)
Bil iqtidha : baik berupa tuntutan
At-takhyir : Pemberian pilihan
Al-wadh’i : penetapan sesuatu
Hukum syara’ adalah seruan atau firman dari As Syari’ (Allah sebagai
Pembuat Hukum) yang terkait dengan perbuatan-perbuatan
hamba, baik berupa tuntutan, pemberian pilihan atau penetapan
sesuatu sebagai pengatur hukum.
9. Hukum syari’at itu ada dua bagian :
1. Hukum taklifi, yaitu hukum untuk
mengatur perbuatan manusia, dengan
hukum berupa tuntutan (thalab) dan
pemberian pilihan (takhyir).
2. Hukum wadh’i, yaitu hukum untuk
mengatur hukum taklifi itu.
PEMBAGIAN HUKUM SYARI’AT
10. Terdapat dua perbedaan utama :
1. Hukum taklifi : merupakan hukum yang
langsung mengatur perbuatan manusia.
Contoh : sholat hukumnya wajib
2. Hukum wadh’i : hukum yang mengatur
perbuatan manusia secara tidak langsung.
Contoh : Wudhu adalah syarat sholat
PERBEDAAN HUKUM TAKLIFI
DAN HUKUM WADH’I
11. • Hukum taklifi, meliputi :
1. Tuntutan tegas (thalab jazim), yaitu haram
dan wajib.
2. Tuntutan tidak tegas (thalab ghairu jazim),
yaitu sunnah (mandub) dan makruh.
3. Pemberian pilihan (takhyir), yaitu mubah.
HUKUM TAKLIFI
12. STATUS HUKUM TAKLIFI
Status hukum perbuatan manusia ada 5:
1. Fardhu yang bermakna wajib
2. Haram yang bermakna terlarang
3. Mandub (Sunnah)
4. Makruh
5. Mubah
14. 1. Sebab
2. Syarat
3. Mani’
4. Azimah dan Rukhshah
5. Sah, Batal, Fasad
MACAM-MACAM HUKUM WADH’I
15. SEBAB MUSABAB (AKIBAT HUKUM)
KEKERABATAN WARIS
KETERPAKSAAN BOLEHNYA MAKAN BANGKAI
PERJALANAN (SAFAR) BOLEHNYA BERBUKA PUASA
AKAD NIKAH SAH PERGAULAN SUAMI ISTERI
AKAD NIKAH SAH SALING MEWARISI
PEMBUNUHAN QISHASH
ZINA HUDUD BAGI PEZINA
PENYEMBELIHAN SYAR’I BOLEHNYA MEMANFAATKAN
SEBAB adalah tanda akan adanya suatu
hukum syara’
16. SYARAT adalah perkara yang
kepadanya bergantung hukum
SYARAT MASYRUUTH
SAKSI NIKAH
MUSHON-NYA PEZINA RAJAM ATAS PEZINA MUHSHON
HIDUPNYA AHLI WARIS WARIS
DUKHUL KEPADA PEREMPUAN HARAMNYA NIKAH DENGAN ANAK
GADIS DARI PEREMPUAN TERSEBUT
HAUL WAJIBNYA ZAKAT MAL
MENGHADAP KIBLAT SHOLAT
MENUTUP AURAT SHOLAT
TERSIMPANNYA BARANG POTONG TANGAN PENCURI
17. MANI’ adalah apa-apa yang keberadaannya
memastikan tiadanya hukum atau
memastikan batalnya sebab
MANI’ HUKUM YANG TERCEGAH
PEMBUNUHAN (TERHADAP YANG
MEWARISKAN)
WARIS
BEDA AGAMA WARIS
MURTAD WARIS
KEDUDUKAN SEBAGAI AYAH QISHASH (JIKA AYAH TERSEBUT
MEMBUNUH ANAKNYA)
SYUBHAT HUDUD
SAKIT SHOLAT JUMAT
MARAH MENGADILI (BAGI HAKIM)
KONDISI MASIH KECIL IBADAH HAJI
18. ‘AZIMAH DAN RUKHSHOH
MASALAH AZIMAH RUKHSAH
MAKAN DAGING BABI HARAM BOLEH JIKA DARURAT
SHOLAT RUBAIYAH 4 RAKAAT 2 RAKAAT JIKA SAFAR
PUASA RAMADAHAN HARAM BERBUKA BOLEH BERBUKA JIKA
SAFAR
MELIHAT AURAT HARAM BOLEH BAGI DOKTER
KARENA ADA HAJAT
SHOLAT WAJIB BERDIRI BOLEH DUDUK JIKA
SAKIT
BERSUCI WUDHU TAYAMMUM JIKA TIADA
AIR
MAKAN BANGKAI DAN
MINUM KHAMR
HARAM BOLEH JIKA DARURAT
19. SAH adalah amal yang sesuai dengan
perintah As-Syaari’ (Allah SWT)
PERBUATAN HUKUM WADH’I
SHOLAT MEMENUHI RUKUN DAN
SYARATNYA
SAH
JUAL BELI MEMENUHI RUKUN DAN
SYARATNYA
SAH
SHOLAT TANPA WUDHU BATAL
SHOLAT TANPA MEMBACA AL-FATIHAH BATAL
HAJI TANPA WUKUF DI ARAFAH BATAL
PUASA BAGI PEREMPUAN YANG HAID
DAN NIFAS
BATAL
JUAL BELI OLEH ORANG GILA, ANAK
BELUM MUMAYYIZ
BATAL
JUAL BELI BARANG YANG TIDAK ADA BATAL
20. BATAL adalah lawan dari SAH, yaitu
amal yang tidak sesuai dengan
perintah As-Syaari’ (Allah SWT)
PERBUATAN HUKUM WADH’I
AKAD NIKAH TANPA MENENTUKAN
MAHAR
BATAL
AKAD NIKAH TANPA IJAB KABUL BATAL
AKAD NIKAH BAGI YANG BELUM
MUMAYYIZ
BATAL
NIKAH DENGAN MAHRAM PADAHAL
TAHU KEHARAMANNYA
BATAL
JUAL BELI JANIN BINATANG YANG MASIH
DI PERUT (MALAQIH)
BATAL
21. FASAD adalah kondisi perbuatan yang pada asalnya sesuai
syara’, tapi ada sifat dari perbuatan itu (di luar rukun dan
syarat) yang membuat cacat perbuatan asal tersebut, yaitu
menyimpang dari perintah As-Syaari’
PERBUATAN HUKUM WADH’I
JUAL BELI DENGAN HARGA TIDAK
DIKETAHUI
FASAD
AKAD NIKAH TANPA SAKSI FASAD
ORANG KOTA BERJUAL BELI DENGAN
ORANG DUSUN
FASAD
MEMBELI BARANG YANG SUDAH
DITAWAR ORANG LAIN
FASAD
NIKAHNYA MUHALLIL FASAD
NIKAH DENGAN PEREMPUAN SEBAGAI
ISTERI KELIMA
FASAD
PEREMPUAN DINIKAH SEBAGAI ISTERI
BARU, MENSYARATKAN SUAMI
MENCERAIKAN ISTERI LAMA
FASAD
23. • Fiqih adalah:
•العلمالتفص أدلتها من المستنبطة العملية الشرعية باألحكاميلية
• “Ilmu tentang hukum-hukum syara' yang amaliah yang digali dari
dalil-dalilnya yang terperinci”.
• Mu’amalah adalah:
•اْلحكامالدنيا بأمر المتعلقة الشرعية
• “Hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan urusan dunia”
(Al-Mu’jamul Wasith, II/628).
• Yang dimaksud “urusan dunia”: interaksi antara manusia
dengan manusia lain, seperti: jual beli, syirkah, ijarah.
• Fiqih Muamalah: ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang
menyangkut interaksi satu manusia dengan manusia lain.
PENGERTIAN FIQH MU’AMALAH
24. CAKUPAN SYARI’AT ISLAM
Mu’amalah yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah dalam arti sempit, yaitu:
hanya menyangkut interaksi manusia dalam pengelolaan harta benda.
26. • Perbuatan manusia yang terkait hukum syara’
diistilahkan tasharrufaat (tindakan atau
perbuatan hukum).
• Pengertian Tasharruf:
•التصرف:فقهي أثر له فعل أو قول كل
• “Tasharruf adalah setiap perkataan atau
perbuatan yang mempunyai akibat hukum”
(Rawwas Qal’ahjie, Mu’jam Lughah Al
Fuqoha`, hlm. 99).
PENGERTIAN TASHARRUF
27. • Ada dua macam tasharufat:
1. Tasharrufaat fi’liyah, yaitu tasharruf yang
berbentuk perbuatan (fi’liyah), seperti:
wudhu, sholat, dll
2. Tasharrufaat qauliyah, yaitu tasharruf yang
berbentuk perkataan (qauliyah),
contohnya adalah: akad (Yusuf Sabatin, Al
Buyu’, hlm. 8).
PEMBAGIAN TASHARRUF
28. • Ada dua macam tasharufat qauliyah:
1. Akad, yaitu: ucapan dari dua pihak
atau lebih, misal akad jual beli.
2. Bukan akad, yaitu: ucapan dari satu
pihak saja, misalnya menjatuhkan
talak, pengakuan (iqrar) dll.
Contohnya: pengakuan utang.
Selanjutnya disebut tasharruf saja
(Yusuf Sabatin, Al Buyu’, hlm. 8).
PEMBAGIAN TASHARRUF QOULIYAH
29. • Berdasarkan dua macam tasharrufat
qauliyah itulah, maka ada dua
mu’amalah ditinjau dari segi ada
tidaknya akad :
1. Muamalah dengan akad, seperti:
jual beli, ijarah, syirkah, dll.
2. Muamalah tanpa akad, seperti:
hawalah, dhoman, kafalah,
washiyat, waris, dll.
PEMBAGIAN MU’AMALAH
30. • Akad menurut bahasa artinya ikatan (ar-rabthu),
pengukuhan (al-ihkam), penguatan (at-taqwiyah).
•باالخر الواحد ربط أي الحبلين عقد
• Aqada al-hablaini, artinya dia mengikat yang satu dengan
yang lain.
• Akad menurut istilah syar’i :
•مح في اثره يظهر مشروع وجه على بقبول ايجاب اطَبت ْرِاله
• Akad adalah ikatan ijab dengan kabul yang sesuai hukum
syara’ yang menimbulkan akibat hukum pada objek akad
(Yusuf As-Sabatin, Al-Buyu’, hlm. 13).
PENGERTIAN AKAD
31. • Rukun-rukun akad adalah pokok-pokok
akad yang wajib ada dalam suatu akad.
• Jika salah satu rukun akad tak ada, maka
akad yang ada tidak sah.
• Kedudukannya sama seperti rukun-rukun
sholat.
• Jika salah satu rukun sholat tidak ada,
misalnya: tidak ada niat, tidak berdiri,
tidak membaca Al Fatihah, dll, maka
sholatnya tidak sah.
RUKUN-RUKUN AKAD
32. • ADA TIGA RUKUN AKAD :
1. AL-AQIDANI, yaitu: adanya dua pihak
yang berakad.
2. MAHALLUL AQAD atau MA’QUUD
‘ALAIHI, yaitu: adanya objek akad atau
apa yang diakadkan.
3. SHIGHAT AKAD, yaitu: adanya ijab dan
qabul.
RUKUN AQAD
33. KEMUNGKINAN TERJADINYA AKAD
• AKAD ADA DUA KEMUNGKINAN:
1. AKAD SAH, yaitu: akad yang memenuhi
perintah syara’ pada rukun-rukun akad.
2. AKAD TIDAK SAH, yaitu: akad yang
tidak memenuhi perintah syara’ pada
rukun-rukun akad.
34. AKAD YANG TIDAK SAH
• ADA DUA MACAM AKAD YANG TIDAK
SAH:
1. AKAD BATAL, yaitu: Akad yang cacat
pada salah satu rukun akadnya, atau
cacat pada syarat yang wajib ada pada
rukun aqad.
2. AKAD FASAD, yaitu: Akad yg cacat pada
sifat akad, yang bukan rukun-rukun
akad.
36. MU’AMALAT TABARU’AH
MEMINJAMKAN HARTA
QARDH MEMINJAMKAN HARTA
RAHN MEMINJAMKAN HARTA + AGUNAN
HAWALAH MEMINJAMKAN HARTA UNTUK MENGAMBIL ALIH PINJAMAN PIHAK LAIN
MEMBERIKAN JASA
WAKALAH MEMBERIKAN JASA UNTUK MEWAKILI TUGAS ORANG LAIN
WADHI’AH MEMBERIKAN JASA MENJAGA HARTA ORANG LAIN
KAFALAH MEMBERIKAN JASA MENJAMIN HARTA ORANG LAIN
MEMBERIKAN HARTA
SHADAQAH, HADIAH, HIBAH, WAQAF DLL
37. • Mu’amalah Tabaru’ah tidak boleh berubah
menjadi Mu’amalah Tijariyah.
• Namun, sebaliknya: Mu’amalah Tijariyah menjadi
Mu’amalah Tabaru’ah adalah boleh.
• Nabi SAW bersabda:
•َّال ِء ْوَّسال ُلَثَم َانَل َْسيَلِهِتَبِه يِف ُدوُعَي يِذِبْلَكْالَك
ِهِئْيَق يِف ُع ِج ْرَي
• “Tidak ada orang yang menandingi kejelekan orang
yang menarik hibahnya di antara kita, selain seperti
anjing yang menjilat ludahnya” (HR. Imam Bukhari).
TABARU’AH DAN TIJARIYAH