01.5 HUKUM ASURANSI SYARIAH

Oleh :
KH. M. SHIDDIQ AL JAWI, S.Si, MSI
INSTITUT MUAMALAH INDONESIA
MEDAN 17 DESEMBER 2019
HUKUM ASURANSI SYARIAH
POKOK BAHASAN
(1) Pengertian Asuransi
Syariah
(2) Dalil-Dalil Asuransi
Syariah
(3) Akad-Akad Dalam Asuransi
Syariah
(4) Praktik Umum Asuransi
Syariah Saving & non Saving
(5) Analisa dan Kritik
1. PENGERTIAN ASURANSI
SYARIAH
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
 Asuransi Syariah dalam literatur bahasa Arab
disebut : At Ta`min At Ta’awuni, atau At
Tamin At Takafuli , atau At Ta`min Al Islami.
 Contoh literatur berbahasa Arab :
 (1) At Ta`min At Ta’awuni Mahiyatuhu wa
Dhawabituhu wa Muawwiqatuhu, oleh Dr Ali
Muhyidin Al Qarhudaghi.
 (2) At Ta`min At Ta’awuni Mu’awwiqatuhu
wa Istisyrafu Mustaqbalatihi, oleh Dr
Sulaiman bin Dari` Al ‘Azimi.
 (3) At Ta`mi At Takafuli Bayna Dawafi’ An
Numuwwi wa Makhathir Al Jumud, oleh Dr
Musa Musthafa Musa Al Qudhah
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
 Kitab karya Dr Ali Muhyidin Al Qarhudaghi.
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
 Kitab karya Dr Sulaiman bin Dari` Al ‘Azimi.
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
 Kitab karya Dr Musa Musthafa Musa Al
Qudhah.
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
 Kitab Al Ma’ayir As Syar’iyyah (Sharia
Standards) oleh AAOIFI tahun 2010.
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
 Definisi menurut Dewan Syariah
Nasional MUI (DSN MUI) :
 Asuransi Syariah (ta`min, takaful,
tadhaamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong di
antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan/atau
tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah.
 (Fatwa DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001, hlm. 5)
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
 Maksud dari Akad yang sesuai dengan syariah
tersebut adalah akad yang tidak mengandung
gharar (penipuan), perjudian, riba, penganiayaan/
kezaliman, suap, barang haram dan maksiat.
 (Lihat Fatwa DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001, hlm.
5).
 Fatwa-Fatwa DSN MUI terkait Asuransi Asuransi
Syariah :
 (1) Fatwa DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001 ttg
Pedoman Umum Asuransi Syariah
 (2) Fatwa DSN No 51/DSN-MUI/III/2006 ttg akad
Mudharabah Musyarakah pada Asuransi Syariah
 (3) Fatwa DSN No 52/DSN-MUI/III/2006 ttg Akad
Wakalah bil Ujrah.
 (4) Fatwa DSN No 53/DSN-MUI/III/2006 ttg Akad
Tabarru’ pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
 Definisi menurut AAOIFI (Accounting and
Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions) th 2010 :
‫التأمين‬‫اإلسالمي‬‫هو‬‫اتفاق‬‫أشخاص‬‫يتعرضون‬‫ألخطار‬
‫معينة‬‫على‬‫تالفي‬‫األضرار‬‫الناشئة‬‫عن‬‫هذه‬،‫األخطار‬‫وذ‬‫لك‬
‫بدفع‬‫اشتراكات‬‫على‬‫أساس‬‫اإللتزام‬،‫بالتبرع‬‫ويتكو‬‫ن‬‫من‬
‫ذلك‬‫صندوق‬‫التأمين‬‫له‬‫حكم‬‫الشخصية‬،‫اإلعتبارية‬‫ول‬‫ه‬
‫ذمة‬‫شخصية‬،‫مستقلة‬(‫صندوق‬)‫يتم‬‫منه‬‫التعويض‬‫ع‬‫ن‬
‫األضرار‬‫التي‬‫تلحق‬‫أحد‬‫المشتركين‬‫من‬‫جراء‬‫وقوع‬
‫األخطار‬‫المؤمن‬‫منها‬
(‫المعايير‬‫الشرعية‬2010،‫ص‬364)
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
 “Asuransi Islami adalah kesepakatan sejumlah
orang yang menghadapi risiko-risiko tertentu
dengan tujuan untuk menghilangkan bahaya-
bahaya yang muncul dari risiko-risiko
tersebut, dengan cara membayar kontribusi-
kontribusi berdasarkan keharusan tabarru’
(hibah), yang darinya terbentuk dana
pertanggungan –yang mempunyai badan
hukum sendiri dan tanggungan harta
independen– yang darinya akan berlangsung
penggantian (kompensasi) terhadap bahaya-
bahaya yang menimpa salah seorang peserta
sebagai akibat terjadinya risiko-risiko yang
telah ditanggung.”
 (Al Ma’ayir Al Syar’iyah, edisi th 2010, hlm. 364)
PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
 Definisi ringkas menurut AAOIFI th 2010 :
‫التأمين‬‫التعاوني‬‫هو‬‫عقد‬‫تأمين‬‫جماعي‬‫يلتزم‬‫بموجبه‬‫كل‬
‫مشترك‬‫بدفع‬‫مبلغ‬‫من‬‫المال‬‫على‬‫سبيل‬‫التبرع‬‫لتعو‬‫يض‬
‫األضرار‬‫التي‬‫قد‬‫تصيب‬‫أيا‬‫منهم‬‫عند‬‫تحقق‬‫الخطر‬‫الم‬‫ؤمن‬
‫منه‬
(‫المعايير‬‫الشرعية‬2010،‫ص‬376)
 “Asuransi Islami adalah akad pertanggungan oleh
sekelompok orang yg berdasarkan akad itu setiap
peserta membayar sejumlah harta atas dasar tabarru’
(hibah) untuk mengganti bahaya-bahaya yang
mungkin menimpa kepada siapa saja dari para
peserta ketika terjadi risiko yang telah ditanggung.”
 (Al Ma’ayir Al Syar’iyah, th 2010. hlm. 376).
2. DALIL-DALIL ASURANSI
SYARIAH
DALIL-DALIL
ASURANSI SYARIAH
 Dalil-dalil yang diajukan pihak yang
melaksanakan Asuransi Syariah antara lain :
 (1) Dalil-dalil tolong menolong (misal QS Al
Maidah : 2 dan hadis)
 (2) Dalil tabarru’, yaitu akad untuk kebajikan
dan tolong menolong, seperti hibah.
 (3) Dalil-dalil yang membolehkan mudharabah
/ musyarakah.
 (4) Dalil-dalil ijarah (wakalah bil ujrah)
 (5) Dalil yang membolehkan ta’widh
(pemberian kompensasi), yaitu hadis laa
dharara wa laa dhirara.
 (Lihat Al Ma’ayir Al Syar’iyah, hlm. 372-375,
Fatwa-Fatwa DSN MUI no 21, 51, 52, 52).
DALIL-DALIL
ASURANSI SYARIAH
 Dalil hadis yang sering disebut adalah hadis
tentang Kaum Asy’ariyin sbb :
 Dari Abu Musa RA, ia berkata: Nabi saw
bersabda:
َّ‫ن‬ِ‫إ‬ََّ‫ين‬ِ‫ي‬ ِ‫ر‬َ‫ع‬‫أ‬‫ش‬َ ‫أ‬‫األ‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬‫وا‬ُ‫ل‬َ‫م‬‫أ‬‫ر‬َ‫أ‬‫ي‬ِ‫ف‬َِّ‫و‬‫أ‬‫ز‬َ‫غ‬‫أ‬‫ل‬‫ا‬َّ‫أ‬‫و‬َ‫أ‬ََّ‫ق‬َّ‫ل‬َُّ‫م‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ط‬َّ‫أ‬‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ع‬َِّ‫ة‬َ‫ن‬‫ِي‬‫د‬َ‫م‬‫أ‬‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ََّ‫ج‬‫وا‬ُ‫ع‬َ‫م‬‫ا‬َ‫م‬ََّ‫َان‬‫ك‬
َّ‫أ‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫د‬‫أ‬‫ن‬ِ‫ع‬‫ي‬ِ‫ف‬َّ‫ب‬ ‫أ‬‫و‬َ‫ث‬َّ‫د‬ ِ‫اح‬َ‫و‬َّ‫م‬ُ‫ث‬َُّ‫ه‬‫و‬ُ‫م‬َ‫س‬َ‫ت‬‫أ‬‫اق‬َُّ‫ه‬َ‫ن‬‫أ‬‫ي‬َ‫ب‬َّ‫أ‬‫م‬‫ي‬ِ‫ف‬َّ‫اء‬َ‫ن‬ِ‫إ‬َّ‫د‬ ِ‫اح‬َ‫و‬َِّ‫ة‬‫ي‬ِ‫و‬‫الس‬ِ‫ب‬ََّ‫ف‬َّ‫أ‬‫م‬ُ‫ه‬‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬
َّ‫أ‬‫م‬ُ‫ه‬‫أ‬‫ن‬ِ‫م‬
 Bahwa kaum al-Asy’ariyun jika mereka kehabisan
bekal di dalam peperangan atau makanan keluarga
mereka di Madinah menipis, maka mereka
mengumpulkan apa yang mereka miliki di dalam
satu lembar kain kemudian mereka bagi rata di
antara mereka dalam satu wadah, maka mereka itu
bagian dariku dan aku adalah bagian dari mereka
(Hr Muttafaq ‘alayh)
 (Lihat Abdus Sattar Abu Ghuddah, Nizham At Ta`min At
Takafiuli min Khilal Al Waqf, hlm. 3)
DALIL-DALIL
ASURANSI SYARIAH
 Dalil hadis lain yang juga sering disebut adalah
hadis Abu Ubaidah bin Jarrah RA sbb :
 Bahwa Rasulullah SAW pernah mengutus Abu
Ubaidah bin Jarrah RA bersama 300 pasukan.
Di jalan bekal habis, lalu Abu Ubaidah
memerintahkan pasukan mengumpulkan
semua bekal makanan, lalu mereka
memakannya sedikit demi sedikit sampai
habis. Sampailah mereka di tepi laut dan
melihat seekor ikan besar seperti bukit, lalu
mereka memakan ikan itu selama 18 malam…
(HR Bukhari).
 (Lihat Abdus Sattar Abu Ghuddah, Nizham At
Ta`min At Takafiuli min Khilal Al Waqf, hlm.
3)
3. AKAD-AKAD ASURANSI
SYARIAH
AKAD-AKAD
ASURANSI SYARIAH
 Terdapat sekurang-kurangnya 3 (tiga) akad
dalam Asuransi Syariah :
 Pertama, akad hibah (tabarru’) di antara sesama
pemegang polis (peserta asuransi) di mana
peserta memberikan hibah yang akan digunakan
untuk menolong peserta lain yang terkena
musibah.
 Kedua, akad mudharabah /musyarakah, dimana
peserta bertindak sebagai shahibul mal
(pemegang polis), sedang perusahaan bertindak
sebagai mudharib (pengelola).
 Akadnya mudharabah, jika perusaan asuransi
tidak sharing modal.
 Akadnya musyarakah, jika perusahaan asuransi
sharing modal.
AKAD-AKAD
ASURANSI SYARIAH
 Ketiga, akad ijarah (wakalah bil ujrah),
yaitu akad wakalah (pemberian kuasa) dari
peserta kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dana peserta dengan memperoleh
imbalan (ujrah/fee).
 Akad Wakalah bil ujrah terdapat pada
asuransi yang mengandung unsur tabungan
(saving) maupun unsur tabarru’ (non
saving).
 (Lihat Andri Soemitra, Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah, hlm. 265-266; Fatwa
DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001 ttg Pedoman
Umum Asuransi Syariah).
4. PRAKTIK UMUM
ASURANSI SYARIAH SAVING
DAN NON SAVING
PRAKTIK UMUM ASURANSI
SYARIAH NON SAVING
 Seluruh premi yang dibayarkan peserta
asuransi, menjadi dana tabarru’ (hibah).
 Tak ada dana untuk investasi.
 Pengelolaan dana tabarru’ tersebut dan
aktivitas takaful (saling menanggung di
antara peserta) dijalankan oleh
perusahaan asuransi.
 Perusahaan asuransi mendapat ujrah (fee)
dari pengelolaan dana tabarru’ tersebut
berdasar akad wakalah bil ujrah.
 Peserta akan mendapat dana
pertanggungan dari dana tabarru’ tersebut
sesuai ketentuan yang ada.
PRAKTIK UMUM ASURANSI
SYARIAH NON SAVING
 Pada asuransi non saving terdapat 2 (dua) akad :
 Pertama, akad hibah (tabarru’) antar sesama
peserta di bawah pengelolaan perusahaan.
 Kedua, akad ijarah (wakalah bil ujrah) antara
semua peserta dengan perusahaan.
 Catatan :
 (1) Terdapat khilafiyah di antara fuqoha, apakah
hibah itu akad atau bukan akad.
 (2) Jika dipahami sebagai akad, berarti harus
ada dua pihak, dengan ijab dan kabul.
 (3) Jika dipahami bukan akad, yaitu tasharruf
min jihah wahidah (pengelolaan harta dari satu
pihak saja), berarti cukup ada ijab saja, tak wajib
ada kabul.
PRAKTIK UMUM ASURANSI
SYARIAH DENGAN SAVING
 Premi yang dibayarkan peserta asuransi kepada
perusahaan asuransi dibagi dua :
 (1) dana untuk tabarru’
 (2) dana untuk investasi (biasanya lebih besar dari
dana tabarru’)
 Dana tabarru’ dikelola perusahaan asuransi dengan
akad ijarah (wakalah bil ujrah)
 Perusahaan asuransi mendapat ujrah (fee) dari akad
wakalah bil ujrah tersebut.
 Peserta akan mendapat dana pertanggungan dari
dana tabarru’ tersebut sesuai ketentuan yang ada.
 Dana investasi dikelola perusahaan asuransi dengan
akad mudharabah / musyarakah.
 Perusahaan asuransi mendapat bagi hasil dari akad
investasi tersebut.
PRAKTIK UMUM ASURANSI
SYARIAH DENGAN SAVING
 Dalam asuransi dengan saving terdapat 3 (tiga)
akad :
 Pertama, akad hibah (tabarru’) antar sesama
peserta di bawah pengelolaan perusahaan
 Kedua, akad ijarah (wakalah bil ujrah) antara
semua peserta dengan perusahaan.
 Ketiga, akad mudharabah / musyarakah
antara antara semua peserta dengan
perusahaan.
 Catatan :
 (1) Dalam akad mudharabah / musyarakah tsb
peserta asuransi bertindak sebagai shahibul
mal; perusahaan sebagai mudharib (atau
sekaligus shahibul mal)
PRAKTIK UMUM ASURANSI
SYARIAH DENGAN SAVING
 (2) Dikatakan perusahaan asuransi bertindak
sebagai mudharib sekaligus shahibul mal,
karena perusahaan tidak mengelola langsung
dana yang diinvestasikan dalam bisnis riil
(produksi barang atau jasa), melainkan
melakukan re-asuransi, atau
menginvestasikan dana ke bank.
 Keuntungan yang diperoleh dari mudharabah
/ musyarakah ini dibagi sesuai kesepakatan,
antara peserta asuransi dan perusahaan
asuransi.
 Sebagaian keuntungan ini disisihkan untuk
dana tabarru’.
5. ANALISIS DAN KRITIK
ANALISIS DAN KRITIK
 Asuransi Syariah adalah akad yang tidak
sah (batil) dan haram, karena 6 alasan
berikut.
 Pertama, karena dalil-dalil yang digunakan
tidak tepat (khususnya hadis Asy’ariyin
dan hadis Abu Ubaidah bin Jarrah RA).
 Pada kedua hadis tersebut, peristiwa
bahaya terjadi lebih dahulu, baru
kemudian terjadi proses ta’awun.
 Dalam asuransi syariah, sudah diadakan
akad ta’awun, padahal peristiwa bahaya
belum terjadi sama sekali.
ANALISIS DAN KRITIK
 Kedua, karena terjadi penggabungan dua
akad menjadi satu akad (multi akad).
Padahal multi akad dilarang dalam syariah
(lihat Materi Multi Akad).
 Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA bahwa
Nabi SAW telah melarang dua kesepakatan
[akad] dalam satu kesepakatan [akad].” (HR
Ahmad, hadis sahih)
 Pada asuransi syariah tanpa saving, terjadi
penggabungan akad hibah dengan akad
ijarah.
 Pada asuransi syariah dengan saving, terjadi
penggabungan akad hibah, akad ijarah, dan
akad mudharabah.
ANALISIS DAN KRITIK
 Ketiga, karena tidak sesuai dengan akad
dhaman (jaminan / pertanggungan) dalam
Islam.
 Akad dhaman adalah akad tabarru’ (bertujuan
kebajikan / tolong menolong), bukan akad
tijarah (bertujuan komersial).
 Asuransi Syariah hakikatnya bukan akad
tabarru’, tapi akad tijarah, karena peserta
mengharap mendapat klaim (dana
pertanggungan) dan keuntungan dalam
mudharabah.
 Jadi pernyataan bahwa Asuransi Syariah
adalah akad ta’awun bukan akad mu’awadhah
/ tabaduli (pertukaran), tidak tepat.
ANALISIS DAN KRITIK
 Pada akad dhaman (jaminan / pertanggungan),
terdapat 3 pihak :
 (1) yang menjamin/ penanggung (dhamin)
 (2) yang dijamin / tertanggung (madhmun anhu)
 (3) yang mendapat jaminan / tanggungan (madhmun
lahu)
 Ingat hadis Abu Qatadah RA :
 Kepada Nabi saw. pernah didatangkan sesosok jenazah agar
beliau menshalatkannya. Lalu beliau bertanya, “Apakah ia
punya hutang?” Para Sahabat berkata, “Benar, dua dinar.”
Beliau bersabda, “Shalatkan teman kalian!” Kemudian Abu
Qatadah berkata, “Keduanya (dua dinar itu) menjadi
kewajibanku, ya Rasulullah.” Nabi saw. pun lalu
menshalatkannya (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i dan al-
Hakim).
ANALISIS DAN KRITIK
 Dalam hadis tersebut :
 (1) pihak yang menjamin/ penanggung (dhamin)
adalah Abu Qatadah RA.
 (2) pihak yang dijamin / tertanggung (madhmun
anhu) adalah jenazah.
 (3) yang mendapat jaminan / tanggungan (madhmun
lahu) adalah orang yang memberi utang kepada
jenazah.
 Sementara dalam Asuransi Syariah, hanya ada dua
pihak, bukan tiga pihak :
 (1) pihak yang menjamin/ penanggung (dhamin),
yaitu para peserta semua.
 (2) pihak yang mendapat jaminan / tanggungan
(madhmun lahu) yaitu para peserta semua.
 Tidak ada pihak ketiga yaitu pihak yang dijamin /
tertanggung (madhmun anhu).
ANALISIS DAN KRITIK
 Keempat, akad hibah (tabarru’) dalam
Asuransi Syariah tidak sesuai dengan
pengertian hibah itu sendiri.
 Sebab hibah dalam pengertian syar’i adalah
pemberian kepemilikan tanpa kompensasi /
pengganti (tamliik bilaa ‘iwadh). (Imam
Syaukani, Nailul Authar, Bab Hibah)
 Dalam Asuransi Syariah, peserta asuransi
memberikan dana hibah, tapi mengharap
mendapat kompensasi, bukan tidak
mengharap.
 Jadi sebenarnya Asuransi Syariah itu bukan
akad hibah, tapi akad investasi yang
mengharapkan adanya keuntungan (imbal
ANALISIS DAN KRITIK
 Kelima, hibah (tabarru’) yang diberikan peserta
dalam Asuransi Syariah, akan kembali kepada
peserta itu (jika terjadi risiko atas suatu peristiwa
yang ditanggung mis kebakaran) ditambah dengan
hibah dari para peserta lainnya.
 Ini haram, sebab menarik kembali hibah yang telah
diberikan hukumnya haram. (Yahya Abdurrahman,
Asuransi dalam Tinjauan Syariah, hlm. 42).
 Sabda Nabi SAW :
‫العائد‬‫في‬‫هبته‬‫كالكلب‬‫يعود‬‫في‬‫قيئه‬
 “Orang yang menarik kembali hibahnya, sama
dengan anjing yang menjilat kembali
muntahannya.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
Nasa`i, Ibnu Majah, dan Ahmad).
ANALISIS DAN KRITIK
 Keenam, telah terjadi gharar (ketidaktentuan,
uncertainty) dalam Asuransi Syariah.
 Sebab peserta tidak tahu dengan jelas apakah betul
dalam akad investasi perusahaan asuransi
bertindak sebagai pengelola, ataukah sebagai
pengelola sekaligus sebagai pemodal ketika
perusahan melempar dana ke pihak ketiga, dan
seterusnya.
 Peserta juga tak tahu dengan jelas ke mana
perusahaan asuransi akan menginvestasikan dana
yang ada, apakah ke bank, bank konvensional atau
bank syariah, ataukah melakukan re-asuransi ke
perusaan asuransi berikutnya, dan seterusnya.
 Adanya gharar ini berarti menegaskan keharaman
Asuransi Syariah yang ada saat ini.
TERIMA KASIH.
WASSAALAAM
M. SHIDDIQ AL JAWI
Mobile : 081-3287-44133
1 of 37

Recommended

09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT) by
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)fissilmikaffah1
4.4K views20 slides
08 HUKUM IJARAH by
08 HUKUM IJARAH08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAHfissilmikaffah1
2.6K views30 slides
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS by
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALISfissilmikaffah1
2.8K views18 slides
04.1 KONSEP AKAD by
04.1 KONSEP AKAD04.1 KONSEP AKAD
04.1 KONSEP AKADfissilmikaffah1
1.5K views34 slides
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK) by
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)fissilmikaffah1
1.2K views36 slides
10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAH by
10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAH10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAH
10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAHfissilmikaffah1
1.7K views24 slides

More Related Content

What's hot

transaksi yang dilarang dlm syariah islam by
transaksi yang dilarang dlm syariah islamtransaksi yang dilarang dlm syariah islam
transaksi yang dilarang dlm syariah islammandalina landy
13K views43 slides
MAKALAH KAFALAH by
MAKALAH KAFALAHMAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAHAlief Reza KC
21.5K views11 slides
Fiqh - Muamalah by
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahAnisah Rofihandrini
3.7K views21 slides
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI by
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELIfissilmikaffah1
4.3K views45 slides
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN) by
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)fissilmikaffah1
2.6K views19 slides
15 HUKUM JU'ALAH by
15 HUKUM JU'ALAH15 HUKUM JU'ALAH
15 HUKUM JU'ALAHfissilmikaffah1
8.7K views22 slides

What's hot(20)

transaksi yang dilarang dlm syariah islam by mandalina landy
transaksi yang dilarang dlm syariah islamtransaksi yang dilarang dlm syariah islam
transaksi yang dilarang dlm syariah islam
mandalina landy13K views
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI by fissilmikaffah1
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
fissilmikaffah14.3K views
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM by fissilmikaffah1
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
fissilmikaffah110.7K views
Jualah (sayembara atau undian berhadiah) by Indah Agustina
Jualah (sayembara atau undian berhadiah)Jualah (sayembara atau undian berhadiah)
Jualah (sayembara atau undian berhadiah)
Indah Agustina2.2K views
09.2 HUKUM SAMSARAH (DROPSHIPPER) by fissilmikaffah1
09.2 HUKUM SAMSARAH (DROPSHIPPER)09.2 HUKUM SAMSARAH (DROPSHIPPER)
09.2 HUKUM SAMSARAH (DROPSHIPPER)
fissilmikaffah12.8K views
riba gharar and maysir by ISEFID
riba gharar and maysirriba gharar and maysir
riba gharar and maysir
ISEFID 8.5K views
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13 by Hevliza Tiara
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13
Hevliza Tiara17.1K views
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA by fissilmikaffah1
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
fissilmikaffah11.1K views
wakalah kafalah hawalah by Marhamah Saleh
wakalah kafalah hawalahwakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalah
Marhamah Saleh26.3K views
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN by fissilmikaffah1
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN
fissilmikaffah12K views
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER by fissilmikaffah1
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
fissilmikaffah16.8K views
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN by fissilmikaffah1
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN
fissilmikaffah12.2K views

Similar to 01.5 HUKUM ASURANSI SYARIAH

Asuranasi syariah by
Asuranasi syariahAsuranasi syariah
Asuranasi syariahIwanTaufik Hidayat
179 views27 slides
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA by
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAAsuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAfadhilau
12K views18 slides
Aqad dalam asuransi syariah. by
Aqad dalam asuransi syariah.Aqad dalam asuransi syariah.
Aqad dalam asuransi syariah.asuransipaninlife
1.3K views15 slides
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia by
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesiaPerkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesiaWahyu Ketapang
2.1K views29 slides
Aqad dalam asuransi syariah by
Aqad dalam asuransi syariahAqad dalam asuransi syariah
Aqad dalam asuransi syariahasuransipaninlife
686 views15 slides
Landasan teoritis asuransi syariah by
Landasan teoritis asuransi syariahLandasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariahUlfi Oktaviana
4K views10 slides

Similar to 01.5 HUKUM ASURANSI SYARIAH(20)

Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA by fadhilau
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAAsuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
fadhilau12K views
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia by Wahyu Ketapang
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesiaPerkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Wahyu Ketapang2.1K views
Landasan teoritis asuransi syariah by Ulfi Oktaviana
Landasan teoritis asuransi syariahLandasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariah
Ulfi Oktaviana4K views
Kelompok Ke-12 Pengembangan Materi Fiqh.pptx by hilhamsyah2
Kelompok Ke-12 Pengembangan Materi Fiqh.pptxKelompok Ke-12 Pengembangan Materi Fiqh.pptx
Kelompok Ke-12 Pengembangan Materi Fiqh.pptx
hilhamsyah21 view
Asuransi Menurut Islam by Slam Abdul
Asuransi Menurut IslamAsuransi Menurut Islam
Asuransi Menurut Islam
Slam Abdul13.2K views
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx by AmiraWidi
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxKERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
AmiraWidi3 views
Beda asuransi syariah dan konvensional by Ahmad Jumirin
Beda asuransi syariah dan konvensionalBeda asuransi syariah dan konvensional
Beda asuransi syariah dan konvensional
Ahmad Jumirin5.5K views
Asuransi dan gadai syariah by Neyna Fazadiq
Asuransi dan gadai syariahAsuransi dan gadai syariah
Asuransi dan gadai syariah
Neyna Fazadiq1.8K views
asuransi syariah by Ella Aisah
 asuransi syariah asuransi syariah
asuransi syariah
Ella Aisah1K views
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele... by An Nisbah
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
An Nisbah881 views
ANALISIS_KASUS_ASURANSI_SYARIAH.docx by DAVAARIUTAMA
ANALISIS_KASUS_ASURANSI_SYARIAH.docxANALISIS_KASUS_ASURANSI_SYARIAH.docx
ANALISIS_KASUS_ASURANSI_SYARIAH.docx
DAVAARIUTAMA48 views

More from fissilmikaffah1

01.6 HUKUM GADAI SYARIAH by
01.6 HUKUM GADAI SYARIAH01.6 HUKUM GADAI SYARIAH
01.6 HUKUM GADAI SYARIAHfissilmikaffah1
5.4K views22 slides
01.2 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER by
01.2 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER01.2 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.2 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORERfissilmikaffah1
3K views22 slides
01.7 koperasi syariah by
01.7 koperasi syariah01.7 koperasi syariah
01.7 koperasi syariahfissilmikaffah1
3.8K views19 slides
14 HUKUM WADI'AH by
14 HUKUM WADI'AH14 HUKUM WADI'AH
14 HUKUM WADI'AHfissilmikaffah1
3.3K views26 slides
13 HUKUM 'ARIYAH by
13 HUKUM 'ARIYAH13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAHfissilmikaffah1
2.6K views12 slides
11 HUKUM WAKALAH by
11 HUKUM WAKALAH11 HUKUM WAKALAH
11 HUKUM WAKALAHfissilmikaffah1
10.2K views19 slides

Recently uploaded

BEST PRACTISE UNDHA USUK BASA JAWA.pdf by
BEST PRACTISE UNDHA USUK BASA JAWA.pdfBEST PRACTISE UNDHA USUK BASA JAWA.pdf
BEST PRACTISE UNDHA USUK BASA JAWA.pdfDidikSupriyadi6
47 views8 slides
3. LKPD STATISTIKA.pdf by
3. LKPD STATISTIKA.pdf3. LKPD STATISTIKA.pdf
3. LKPD STATISTIKA.pdfazizdesi
14 views30 slides
SK Satgas PPKS.pdf by
SK Satgas PPKS.pdfSK Satgas PPKS.pdf
SK Satgas PPKS.pdfIrawan Setyabudi
39 views3 slides
Materi Latihan dasar Kepemimpinan (LDK )SMESTA (1).pptx by
Materi Latihan dasar Kepemimpinan (LDK )SMESTA (1).pptxMateri Latihan dasar Kepemimpinan (LDK )SMESTA (1).pptx
Materi Latihan dasar Kepemimpinan (LDK )SMESTA (1).pptxSupriyadiSupriyadi54
27 views4 slides
Tugas PPT 6_Selviana Fitri_E1G022081.pptx by
Tugas PPT 6_Selviana Fitri_E1G022081.pptxTugas PPT 6_Selviana Fitri_E1G022081.pptx
Tugas PPT 6_Selviana Fitri_E1G022081.pptxselvianafitri2k17
9 views9 slides

Recently uploaded(20)

BEST PRACTISE UNDHA USUK BASA JAWA.pdf by DidikSupriyadi6
BEST PRACTISE UNDHA USUK BASA JAWA.pdfBEST PRACTISE UNDHA USUK BASA JAWA.pdf
BEST PRACTISE UNDHA USUK BASA JAWA.pdf
DidikSupriyadi647 views
3. LKPD STATISTIKA.pdf by azizdesi
3. LKPD STATISTIKA.pdf3. LKPD STATISTIKA.pdf
3. LKPD STATISTIKA.pdf
azizdesi14 views
Materi Latihan dasar Kepemimpinan (LDK )SMESTA (1).pptx by SupriyadiSupriyadi54
Materi Latihan dasar Kepemimpinan (LDK )SMESTA (1).pptxMateri Latihan dasar Kepemimpinan (LDK )SMESTA (1).pptx
Materi Latihan dasar Kepemimpinan (LDK )SMESTA (1).pptx
Latihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptx by rdsnfgzhgj
Latihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptxLatihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptx
Latihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptx
rdsnfgzhgj9 views
PPT PENKOM ALVIN.pptx by Alfin61471
PPT PENKOM ALVIN.pptxPPT PENKOM ALVIN.pptx
PPT PENKOM ALVIN.pptx
Alfin6147112 views
RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit. by Kanaidi ken
RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit.RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit.
RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit.
Kanaidi ken23 views
MENGATASI SISWA BOLOS SEKOLAH SMP NEGERI 2 KEDUNGREJA by SukesihSukarso
MENGATASI SISWA BOLOS SEKOLAH SMP NEGERI 2 KEDUNGREJAMENGATASI SISWA BOLOS SEKOLAH SMP NEGERI 2 KEDUNGREJA
MENGATASI SISWA BOLOS SEKOLAH SMP NEGERI 2 KEDUNGREJA
SukesihSukarso21 views
LAPORAN BEST PRACTICE ok.pdf by AdeSuryadi21
LAPORAN BEST PRACTICE ok.pdfLAPORAN BEST PRACTICE ok.pdf
LAPORAN BEST PRACTICE ok.pdf
AdeSuryadi2125 views
LATIHAN6_WINDA NISPIANI_E1G022037.pptx by winda25112022
LATIHAN6_WINDA NISPIANI_E1G022037.pptxLATIHAN6_WINDA NISPIANI_E1G022037.pptx
LATIHAN6_WINDA NISPIANI_E1G022037.pptx
winda2511202214 views
Tugas PPT 6_Fahmi Muzakkii_E1G022105.pptx by FahmiMuzakkii
Tugas PPT 6_Fahmi Muzakkii_E1G022105.pptxTugas PPT 6_Fahmi Muzakkii_E1G022105.pptx
Tugas PPT 6_Fahmi Muzakkii_E1G022105.pptx
FahmiMuzakkii9 views
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ... by Kanaidi ken
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...
Kanaidi ken26 views

01.5 HUKUM ASURANSI SYARIAH

  • 1. Oleh : KH. M. SHIDDIQ AL JAWI, S.Si, MSI INSTITUT MUAMALAH INDONESIA MEDAN 17 DESEMBER 2019 HUKUM ASURANSI SYARIAH
  • 2. POKOK BAHASAN (1) Pengertian Asuransi Syariah (2) Dalil-Dalil Asuransi Syariah (3) Akad-Akad Dalam Asuransi Syariah (4) Praktik Umum Asuransi Syariah Saving & non Saving (5) Analisa dan Kritik
  • 4. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH  Asuransi Syariah dalam literatur bahasa Arab disebut : At Ta`min At Ta’awuni, atau At Tamin At Takafuli , atau At Ta`min Al Islami.  Contoh literatur berbahasa Arab :  (1) At Ta`min At Ta’awuni Mahiyatuhu wa Dhawabituhu wa Muawwiqatuhu, oleh Dr Ali Muhyidin Al Qarhudaghi.  (2) At Ta`min At Ta’awuni Mu’awwiqatuhu wa Istisyrafu Mustaqbalatihi, oleh Dr Sulaiman bin Dari` Al ‘Azimi.  (3) At Ta`mi At Takafuli Bayna Dawafi’ An Numuwwi wa Makhathir Al Jumud, oleh Dr Musa Musthafa Musa Al Qudhah
  • 5. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH  Kitab karya Dr Ali Muhyidin Al Qarhudaghi.
  • 6. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH  Kitab karya Dr Sulaiman bin Dari` Al ‘Azimi.
  • 7. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH  Kitab karya Dr Musa Musthafa Musa Al Qudhah.
  • 8. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH  Kitab Al Ma’ayir As Syar’iyyah (Sharia Standards) oleh AAOIFI tahun 2010.
  • 9. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH  Definisi menurut Dewan Syariah Nasional MUI (DSN MUI) :  Asuransi Syariah (ta`min, takaful, tadhaamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.  (Fatwa DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001, hlm. 5)
  • 10. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH  Maksud dari Akad yang sesuai dengan syariah tersebut adalah akad yang tidak mengandung gharar (penipuan), perjudian, riba, penganiayaan/ kezaliman, suap, barang haram dan maksiat.  (Lihat Fatwa DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001, hlm. 5).  Fatwa-Fatwa DSN MUI terkait Asuransi Asuransi Syariah :  (1) Fatwa DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001 ttg Pedoman Umum Asuransi Syariah  (2) Fatwa DSN No 51/DSN-MUI/III/2006 ttg akad Mudharabah Musyarakah pada Asuransi Syariah  (3) Fatwa DSN No 52/DSN-MUI/III/2006 ttg Akad Wakalah bil Ujrah.  (4) Fatwa DSN No 53/DSN-MUI/III/2006 ttg Akad Tabarru’ pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
  • 12. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH  Definisi menurut AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) th 2010 : ‫التأمين‬‫اإلسالمي‬‫هو‬‫اتفاق‬‫أشخاص‬‫يتعرضون‬‫ألخطار‬ ‫معينة‬‫على‬‫تالفي‬‫األضرار‬‫الناشئة‬‫عن‬‫هذه‬،‫األخطار‬‫وذ‬‫لك‬ ‫بدفع‬‫اشتراكات‬‫على‬‫أساس‬‫اإللتزام‬،‫بالتبرع‬‫ويتكو‬‫ن‬‫من‬ ‫ذلك‬‫صندوق‬‫التأمين‬‫له‬‫حكم‬‫الشخصية‬،‫اإلعتبارية‬‫ول‬‫ه‬ ‫ذمة‬‫شخصية‬،‫مستقلة‬(‫صندوق‬)‫يتم‬‫منه‬‫التعويض‬‫ع‬‫ن‬ ‫األضرار‬‫التي‬‫تلحق‬‫أحد‬‫المشتركين‬‫من‬‫جراء‬‫وقوع‬ ‫األخطار‬‫المؤمن‬‫منها‬ (‫المعايير‬‫الشرعية‬2010،‫ص‬364)
  • 13. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH  “Asuransi Islami adalah kesepakatan sejumlah orang yang menghadapi risiko-risiko tertentu dengan tujuan untuk menghilangkan bahaya- bahaya yang muncul dari risiko-risiko tersebut, dengan cara membayar kontribusi- kontribusi berdasarkan keharusan tabarru’ (hibah), yang darinya terbentuk dana pertanggungan –yang mempunyai badan hukum sendiri dan tanggungan harta independen– yang darinya akan berlangsung penggantian (kompensasi) terhadap bahaya- bahaya yang menimpa salah seorang peserta sebagai akibat terjadinya risiko-risiko yang telah ditanggung.”  (Al Ma’ayir Al Syar’iyah, edisi th 2010, hlm. 364)
  • 14. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH  Definisi ringkas menurut AAOIFI th 2010 : ‫التأمين‬‫التعاوني‬‫هو‬‫عقد‬‫تأمين‬‫جماعي‬‫يلتزم‬‫بموجبه‬‫كل‬ ‫مشترك‬‫بدفع‬‫مبلغ‬‫من‬‫المال‬‫على‬‫سبيل‬‫التبرع‬‫لتعو‬‫يض‬ ‫األضرار‬‫التي‬‫قد‬‫تصيب‬‫أيا‬‫منهم‬‫عند‬‫تحقق‬‫الخطر‬‫الم‬‫ؤمن‬ ‫منه‬ (‫المعايير‬‫الشرعية‬2010،‫ص‬376)  “Asuransi Islami adalah akad pertanggungan oleh sekelompok orang yg berdasarkan akad itu setiap peserta membayar sejumlah harta atas dasar tabarru’ (hibah) untuk mengganti bahaya-bahaya yang mungkin menimpa kepada siapa saja dari para peserta ketika terjadi risiko yang telah ditanggung.”  (Al Ma’ayir Al Syar’iyah, th 2010. hlm. 376).
  • 16. DALIL-DALIL ASURANSI SYARIAH  Dalil-dalil yang diajukan pihak yang melaksanakan Asuransi Syariah antara lain :  (1) Dalil-dalil tolong menolong (misal QS Al Maidah : 2 dan hadis)  (2) Dalil tabarru’, yaitu akad untuk kebajikan dan tolong menolong, seperti hibah.  (3) Dalil-dalil yang membolehkan mudharabah / musyarakah.  (4) Dalil-dalil ijarah (wakalah bil ujrah)  (5) Dalil yang membolehkan ta’widh (pemberian kompensasi), yaitu hadis laa dharara wa laa dhirara.  (Lihat Al Ma’ayir Al Syar’iyah, hlm. 372-375, Fatwa-Fatwa DSN MUI no 21, 51, 52, 52).
  • 17. DALIL-DALIL ASURANSI SYARIAH  Dalil hadis yang sering disebut adalah hadis tentang Kaum Asy’ariyin sbb :  Dari Abu Musa RA, ia berkata: Nabi saw bersabda: َّ‫ن‬ِ‫إ‬ََّ‫ين‬ِ‫ي‬ ِ‫ر‬َ‫ع‬‫أ‬‫ش‬َ ‫أ‬‫األ‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬‫وا‬ُ‫ل‬َ‫م‬‫أ‬‫ر‬َ‫أ‬‫ي‬ِ‫ف‬َِّ‫و‬‫أ‬‫ز‬َ‫غ‬‫أ‬‫ل‬‫ا‬َّ‫أ‬‫و‬َ‫أ‬ََّ‫ق‬َّ‫ل‬َُّ‫م‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ط‬َّ‫أ‬‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ع‬َِّ‫ة‬َ‫ن‬‫ِي‬‫د‬َ‫م‬‫أ‬‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ََّ‫ج‬‫وا‬ُ‫ع‬َ‫م‬‫ا‬َ‫م‬ََّ‫َان‬‫ك‬ َّ‫أ‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫د‬‫أ‬‫ن‬ِ‫ع‬‫ي‬ِ‫ف‬َّ‫ب‬ ‫أ‬‫و‬َ‫ث‬َّ‫د‬ ِ‫اح‬َ‫و‬َّ‫م‬ُ‫ث‬َُّ‫ه‬‫و‬ُ‫م‬َ‫س‬َ‫ت‬‫أ‬‫اق‬َُّ‫ه‬َ‫ن‬‫أ‬‫ي‬َ‫ب‬َّ‫أ‬‫م‬‫ي‬ِ‫ف‬َّ‫اء‬َ‫ن‬ِ‫إ‬َّ‫د‬ ِ‫اح‬َ‫و‬َِّ‫ة‬‫ي‬ِ‫و‬‫الس‬ِ‫ب‬ََّ‫ف‬َّ‫أ‬‫م‬ُ‫ه‬‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ َّ‫أ‬‫م‬ُ‫ه‬‫أ‬‫ن‬ِ‫م‬  Bahwa kaum al-Asy’ariyun jika mereka kehabisan bekal di dalam peperangan atau makanan keluarga mereka di Madinah menipis, maka mereka mengumpulkan apa yang mereka miliki di dalam satu lembar kain kemudian mereka bagi rata di antara mereka dalam satu wadah, maka mereka itu bagian dariku dan aku adalah bagian dari mereka (Hr Muttafaq ‘alayh)  (Lihat Abdus Sattar Abu Ghuddah, Nizham At Ta`min At Takafiuli min Khilal Al Waqf, hlm. 3)
  • 18. DALIL-DALIL ASURANSI SYARIAH  Dalil hadis lain yang juga sering disebut adalah hadis Abu Ubaidah bin Jarrah RA sbb :  Bahwa Rasulullah SAW pernah mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah RA bersama 300 pasukan. Di jalan bekal habis, lalu Abu Ubaidah memerintahkan pasukan mengumpulkan semua bekal makanan, lalu mereka memakannya sedikit demi sedikit sampai habis. Sampailah mereka di tepi laut dan melihat seekor ikan besar seperti bukit, lalu mereka memakan ikan itu selama 18 malam… (HR Bukhari).  (Lihat Abdus Sattar Abu Ghuddah, Nizham At Ta`min At Takafiuli min Khilal Al Waqf, hlm. 3)
  • 20. AKAD-AKAD ASURANSI SYARIAH  Terdapat sekurang-kurangnya 3 (tiga) akad dalam Asuransi Syariah :  Pertama, akad hibah (tabarru’) di antara sesama pemegang polis (peserta asuransi) di mana peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah.  Kedua, akad mudharabah /musyarakah, dimana peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis), sedang perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola).  Akadnya mudharabah, jika perusaan asuransi tidak sharing modal.  Akadnya musyarakah, jika perusahaan asuransi sharing modal.
  • 21. AKAD-AKAD ASURANSI SYARIAH  Ketiga, akad ijarah (wakalah bil ujrah), yaitu akad wakalah (pemberian kuasa) dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan memperoleh imbalan (ujrah/fee).  Akad Wakalah bil ujrah terdapat pada asuransi yang mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’ (non saving).  (Lihat Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, hlm. 265-266; Fatwa DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001 ttg Pedoman Umum Asuransi Syariah).
  • 22. 4. PRAKTIK UMUM ASURANSI SYARIAH SAVING DAN NON SAVING
  • 23. PRAKTIK UMUM ASURANSI SYARIAH NON SAVING  Seluruh premi yang dibayarkan peserta asuransi, menjadi dana tabarru’ (hibah).  Tak ada dana untuk investasi.  Pengelolaan dana tabarru’ tersebut dan aktivitas takaful (saling menanggung di antara peserta) dijalankan oleh perusahaan asuransi.  Perusahaan asuransi mendapat ujrah (fee) dari pengelolaan dana tabarru’ tersebut berdasar akad wakalah bil ujrah.  Peserta akan mendapat dana pertanggungan dari dana tabarru’ tersebut sesuai ketentuan yang ada.
  • 24. PRAKTIK UMUM ASURANSI SYARIAH NON SAVING  Pada asuransi non saving terdapat 2 (dua) akad :  Pertama, akad hibah (tabarru’) antar sesama peserta di bawah pengelolaan perusahaan.  Kedua, akad ijarah (wakalah bil ujrah) antara semua peserta dengan perusahaan.  Catatan :  (1) Terdapat khilafiyah di antara fuqoha, apakah hibah itu akad atau bukan akad.  (2) Jika dipahami sebagai akad, berarti harus ada dua pihak, dengan ijab dan kabul.  (3) Jika dipahami bukan akad, yaitu tasharruf min jihah wahidah (pengelolaan harta dari satu pihak saja), berarti cukup ada ijab saja, tak wajib ada kabul.
  • 25. PRAKTIK UMUM ASURANSI SYARIAH DENGAN SAVING  Premi yang dibayarkan peserta asuransi kepada perusahaan asuransi dibagi dua :  (1) dana untuk tabarru’  (2) dana untuk investasi (biasanya lebih besar dari dana tabarru’)  Dana tabarru’ dikelola perusahaan asuransi dengan akad ijarah (wakalah bil ujrah)  Perusahaan asuransi mendapat ujrah (fee) dari akad wakalah bil ujrah tersebut.  Peserta akan mendapat dana pertanggungan dari dana tabarru’ tersebut sesuai ketentuan yang ada.  Dana investasi dikelola perusahaan asuransi dengan akad mudharabah / musyarakah.  Perusahaan asuransi mendapat bagi hasil dari akad investasi tersebut.
  • 26. PRAKTIK UMUM ASURANSI SYARIAH DENGAN SAVING  Dalam asuransi dengan saving terdapat 3 (tiga) akad :  Pertama, akad hibah (tabarru’) antar sesama peserta di bawah pengelolaan perusahaan  Kedua, akad ijarah (wakalah bil ujrah) antara semua peserta dengan perusahaan.  Ketiga, akad mudharabah / musyarakah antara antara semua peserta dengan perusahaan.  Catatan :  (1) Dalam akad mudharabah / musyarakah tsb peserta asuransi bertindak sebagai shahibul mal; perusahaan sebagai mudharib (atau sekaligus shahibul mal)
  • 27. PRAKTIK UMUM ASURANSI SYARIAH DENGAN SAVING  (2) Dikatakan perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib sekaligus shahibul mal, karena perusahaan tidak mengelola langsung dana yang diinvestasikan dalam bisnis riil (produksi barang atau jasa), melainkan melakukan re-asuransi, atau menginvestasikan dana ke bank.  Keuntungan yang diperoleh dari mudharabah / musyarakah ini dibagi sesuai kesepakatan, antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi.  Sebagaian keuntungan ini disisihkan untuk dana tabarru’.
  • 28. 5. ANALISIS DAN KRITIK
  • 29. ANALISIS DAN KRITIK  Asuransi Syariah adalah akad yang tidak sah (batil) dan haram, karena 6 alasan berikut.  Pertama, karena dalil-dalil yang digunakan tidak tepat (khususnya hadis Asy’ariyin dan hadis Abu Ubaidah bin Jarrah RA).  Pada kedua hadis tersebut, peristiwa bahaya terjadi lebih dahulu, baru kemudian terjadi proses ta’awun.  Dalam asuransi syariah, sudah diadakan akad ta’awun, padahal peristiwa bahaya belum terjadi sama sekali.
  • 30. ANALISIS DAN KRITIK  Kedua, karena terjadi penggabungan dua akad menjadi satu akad (multi akad). Padahal multi akad dilarang dalam syariah (lihat Materi Multi Akad).  Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA bahwa Nabi SAW telah melarang dua kesepakatan [akad] dalam satu kesepakatan [akad].” (HR Ahmad, hadis sahih)  Pada asuransi syariah tanpa saving, terjadi penggabungan akad hibah dengan akad ijarah.  Pada asuransi syariah dengan saving, terjadi penggabungan akad hibah, akad ijarah, dan akad mudharabah.
  • 31. ANALISIS DAN KRITIK  Ketiga, karena tidak sesuai dengan akad dhaman (jaminan / pertanggungan) dalam Islam.  Akad dhaman adalah akad tabarru’ (bertujuan kebajikan / tolong menolong), bukan akad tijarah (bertujuan komersial).  Asuransi Syariah hakikatnya bukan akad tabarru’, tapi akad tijarah, karena peserta mengharap mendapat klaim (dana pertanggungan) dan keuntungan dalam mudharabah.  Jadi pernyataan bahwa Asuransi Syariah adalah akad ta’awun bukan akad mu’awadhah / tabaduli (pertukaran), tidak tepat.
  • 32. ANALISIS DAN KRITIK  Pada akad dhaman (jaminan / pertanggungan), terdapat 3 pihak :  (1) yang menjamin/ penanggung (dhamin)  (2) yang dijamin / tertanggung (madhmun anhu)  (3) yang mendapat jaminan / tanggungan (madhmun lahu)  Ingat hadis Abu Qatadah RA :  Kepada Nabi saw. pernah didatangkan sesosok jenazah agar beliau menshalatkannya. Lalu beliau bertanya, “Apakah ia punya hutang?” Para Sahabat berkata, “Benar, dua dinar.” Beliau bersabda, “Shalatkan teman kalian!” Kemudian Abu Qatadah berkata, “Keduanya (dua dinar itu) menjadi kewajibanku, ya Rasulullah.” Nabi saw. pun lalu menshalatkannya (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i dan al- Hakim).
  • 33. ANALISIS DAN KRITIK  Dalam hadis tersebut :  (1) pihak yang menjamin/ penanggung (dhamin) adalah Abu Qatadah RA.  (2) pihak yang dijamin / tertanggung (madhmun anhu) adalah jenazah.  (3) yang mendapat jaminan / tanggungan (madhmun lahu) adalah orang yang memberi utang kepada jenazah.  Sementara dalam Asuransi Syariah, hanya ada dua pihak, bukan tiga pihak :  (1) pihak yang menjamin/ penanggung (dhamin), yaitu para peserta semua.  (2) pihak yang mendapat jaminan / tanggungan (madhmun lahu) yaitu para peserta semua.  Tidak ada pihak ketiga yaitu pihak yang dijamin / tertanggung (madhmun anhu).
  • 34. ANALISIS DAN KRITIK  Keempat, akad hibah (tabarru’) dalam Asuransi Syariah tidak sesuai dengan pengertian hibah itu sendiri.  Sebab hibah dalam pengertian syar’i adalah pemberian kepemilikan tanpa kompensasi / pengganti (tamliik bilaa ‘iwadh). (Imam Syaukani, Nailul Authar, Bab Hibah)  Dalam Asuransi Syariah, peserta asuransi memberikan dana hibah, tapi mengharap mendapat kompensasi, bukan tidak mengharap.  Jadi sebenarnya Asuransi Syariah itu bukan akad hibah, tapi akad investasi yang mengharapkan adanya keuntungan (imbal
  • 35. ANALISIS DAN KRITIK  Kelima, hibah (tabarru’) yang diberikan peserta dalam Asuransi Syariah, akan kembali kepada peserta itu (jika terjadi risiko atas suatu peristiwa yang ditanggung mis kebakaran) ditambah dengan hibah dari para peserta lainnya.  Ini haram, sebab menarik kembali hibah yang telah diberikan hukumnya haram. (Yahya Abdurrahman, Asuransi dalam Tinjauan Syariah, hlm. 42).  Sabda Nabi SAW : ‫العائد‬‫في‬‫هبته‬‫كالكلب‬‫يعود‬‫في‬‫قيئه‬  “Orang yang menarik kembali hibahnya, sama dengan anjing yang menjilat kembali muntahannya.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa`i, Ibnu Majah, dan Ahmad).
  • 36. ANALISIS DAN KRITIK  Keenam, telah terjadi gharar (ketidaktentuan, uncertainty) dalam Asuransi Syariah.  Sebab peserta tidak tahu dengan jelas apakah betul dalam akad investasi perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola, ataukah sebagai pengelola sekaligus sebagai pemodal ketika perusahan melempar dana ke pihak ketiga, dan seterusnya.  Peserta juga tak tahu dengan jelas ke mana perusahaan asuransi akan menginvestasikan dana yang ada, apakah ke bank, bank konvensional atau bank syariah, ataukah melakukan re-asuransi ke perusaan asuransi berikutnya, dan seterusnya.  Adanya gharar ini berarti menegaskan keharaman Asuransi Syariah yang ada saat ini.
  • 37. TERIMA KASIH. WASSAALAAM M. SHIDDIQ AL JAWI Mobile : 081-3287-44133