Dokumen tersebut membahas tentang persepsi kelompok, stereotipe, prasangka, seksisme, dan rasisme. Beberapa poin utama yang diangkat adalah definisi stereotipe sebagai keyakinan yang mengasosiasikan suatu kelompok dengan ciri khusus, penyebab terbentuknya stereotipe melalui kategorisasi sosial dan efek homogenitas kelompok, serta penjelasan mengenai prasangka, seksisme, dan rasisme dalam masyarakat.
3. STEREOTYPES
• Stereotype adalah suatu keyakinan yang
mengasosiasikan suatu kelompok secara
keseluruhan dengan suatu ciri-ciri khusus.
• Misalnya, orang-orang Jepang itu licik,
para atlit adalah orang-orang bodoh,
petugas perpustakaan adalah orang-
orang yang pendiam, orang Italia itu
emosional, orang Yahudi itu materialistis,
atau akuntan itu orang yang
membosankan.
5. Distorsi Persepsi Individual
• Kategorisasi sosial dan efek homogenitas
outgroup dapat membantu untuk
menjelaskan bagaimana keyakinan atau
pandangan terhadap suatu kelompok
berkembang
• Jika dorongan tersebut hanya mempunyai
sedikit perbedaan dengan apa yang diharapkan
(expectations), maka perbedaan tersebut sulit
untuk dilihat. Namun jika suatu dorongan
mempunyai banyak perbedaan dengan apa
yang diharapkan, maka perbedaan tersebut
dibesar-besarkan sebagai hasil dari efek kontras
(contras effect).
6. Daya Tahan Stereotype
• Korelasi Yang Menyesatkan (Illusory
Correlations)
kecenderungan masyarakat untuk
memberikan estimasi yang berlebihan
terhadap hubungan antara variabel-
variabel yang hanya mempunyai sedikit
perbedaan atau tidak mempunyai
korelasi sama sekali.
kelompok minoritas atau anggapan yang
salah
7. Subkategorisasi
Pernahkah anda memperhatikan bahwa
masyarakat sering mepunyai pandangan
negatif terhadap suatu kelompok sosial
meskipun mereka menyukai anggota dari
kelompok tersebut?
Eksposure pada anggota kelompok ada 3
tahap :
• Expect
• Adjust
• Generalize
8. Bias dalam stereotype :
1. Stereotype Sebagai Hal Yang Implisit
Dan Otomatis (level tidak sadar)
2. Stereotype Sebagai Hal Yang Eksplisit
Dan Terkontrol (info personal&
kemampuan kognitif)
9. PREJUDICE
• Prasangka merupakan sebuah istilah
yang digunakan untuk menjelaskan
perasaan-perasaan negatif kita terhadap
seseorang berdasarkan dari kelompok
mana mereka berasal
• Persepsi dari prasangka tidak hanya
dipengaruhi oleh tindakan-tindakan
obyektif namun juga oleh konteks sosial
10. Teori Konflik Realistik
• Suatu pandangan tentang persaingan langsung
untuk memperebutkan hal yang berharga
namun jumlahnya terbatas menimbulkan
kebencian diantara dua kelompok disebut
dengan teori konflik realistis (Levine &
Campbell, 1972).
• Dalam masalah ekonomi yang sederhana, salah
satu kelompok mungkin memiliki kesejahteraan
yang lebih dari kelompok lain. Kelompok yang
lemah kemudian akan merasa frustasi dan
benci, sedangkan yang kuat akan merasa
terancam dan bersifat protektif. Dengan
demikian, prasangka yang ada di dunia ini
berasal dari adanya kenyataan untuk bersaing
(Olzak & Nagel, 1986; Taylor & Moghaddam,
1994).
11. Teori Identitas Sosial
Untuk menjelaskan favoritisme ingroup, Tajfel (1982)
dan John Turner (1987) mengemukakan teori identitas
sosial.
Menurut teori ini, masing-masing dari kita berusaha
untuk meningkatkan rasa percaya diri kita, yang
mempunyai dua komponen: identitas personal dan
identitas sosial atau kolektif berdasarkan pada kelompok
dimana kita berada.
Dengan kata lain, seseorang dapat meningkatkan rasa
percaya dirinya melalui pencapaian keberhasilan diri
mereka sendiri ataupun melalui afiliasi dengan
keberhasilan kelompok.
Yang menarik dari kebutuhan untuk identitas sosial
adalah bahwa hal ini mendorong kita untuk memperoleh
harga diri dari hubungan kita dengan orang lain. Namun
yang menyedihkan adalah bahwa kita sering merasakan
kebutuhan untuk meremehkan “mereka” dengan maksud
memberikan rasa aman pada “kita.”
12. SEXISME
Ketika seorang bayi lahir ke dunia, kata pertama bagi yang melihatnya
adalah: “Dia bayi laki-laki (perempuan)!” Kemudian, bayi yang baru lahir itu
menerima nama sesuai gendernya dan diberi hadiah sesuai gendernya.
Beberapa tahun kemudian, kalau yang laki-laki akan diberi mainan mobil-
mobilan, baseball, palu, senapan; sedangkan yang perempuan akan diberi
boneka, mainan binatang, seperangkat alat rias, mesin jahit, dan alat minum
teh.
Ketika mereka masuk sekolah, yang laki-laki diharapkan untuk
mendapatkan uang dengan meloper koran dan mengikuti kelas komputer
dan matematika; yang perempuan diharapkan untuk mengasuh bayi dan
mengerjakan kerajinan, dan kegiatan sosial.
Perbedaan ini terus berlanjut hingga kuliah, yang pria akan mengambil
jurusan ekonomi atau sains, dan yang wanita akan mengambil jurusan seni,
bahasa, dan humanis.
Di lapangan kerja, si pria akan menjadi dokter, pekerja bangunan, mekanik
mobil, pilot, dan bankir. Sebaliknya, si wanita akan menjadi sekretaris, guru,
perawat, pramugari, teller, dan ibu rumah tangga. Dan siklus ini terus
berlangsung dari generasi ke generasi.
Diskriminasi berdasarkan jender seseorang
13. Gender Stereotype
• Sex atau jenis kelamin adalah kategori sosial
yang paling jelas terlihat untuk mengidentifikasi
diri kita dengan orang lain (Stangor et al., 1992;
Zarate & Smith, 1990).
Penyebab Gender Stereotype
• Menurut Kay Deux dan Brenda Major (1987),
terdapat tiga faktor yang menentukan apakah
stereotype gender akan diaktifkan: si pengamat,
target, dan situasi.
14. Institusi Kultural
• Dengan berbagai cara, perbedaan antar pria
dan wanita dibantu oleh institusi kultural.
Penelitian menunjukkan bahwa tayangan di TV,
kartun, dan majalah menampilkan karakter pria
dan wanita dalam peran tradisional mereka.
Walaupun sekarang bukan zamannya lagi bagi
wanita untuk mengurusi rumah tangga dengan
memasak, mencuci atau menyetrika. Namun,
beberapa stereotype gender tetap ada—
misalnya, dalam iklan TV, buku anak-anak, dan
tayangan video musik.
15. Teori Peranan Sosial
• Teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Alice Eagly
(1987) menyatakan bahwa meskipun persepsi dari
perbedaan jenis kelamin mungkin saja berdasarkan pada
perbedaan yang sesungguhnya, namun hal tersebut dilebih-
lebihkan oleh peranan sosial yang tidak seimbang pada pria
dan wanita.
• Proses ini melibatkan tiga langkah :
Melalui kombinasi faktor-faktor biologis dan sosial,
pembagian kerja antara jenis kelamin telah terjadi dari waktu
ke waktu—di rumah dan di tempat kerja.
Karena masyarakat bertindak sesuai dengan peranan yang
mereka mainkan, maka pria mendapatkan kekuasaan fisik,
sosial, dan ekonomi.
Perbedaan perilaku ini memberikan dasar bagi terbentuknya
persepsi sosial, yang mendorong kita untuk menerima pria
sebagai yang dominan “secara alami” dan wanita berperan
domestik “secara alami,” yang pada kenyataannya perbedaan
ini mencerminkan peranan yang mereka mainkan.
16. RACISM
Modern racism
Dalam rasisme modern, prasangka
terhadap
kaum minoritas hanya dilakukan jika hal
tersebut aman, dapat diterima secara sosial,
dan rasional.
Intergroup contact