SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
NILAI, SIKAP, DAN KEPUASAN KERJA 
1 
A. Konsep Dasar 
Pemahaman mengenai Nilai, sikap dan Kepuasaan kerja tidak terlepas dari 
kajian mengenai kontribusi utama psikologi terhadap prilaku organiasi. 
Pengkajian mengenai Nilai, Sikap, dan Kepuasan kerja sangat penting, karena 
didasarkan pada pandangan bahwa suatu pemahaman tentang perilaku 
individu bermula dari kajian mengenai kontribusi utama psikologis terhadap 
Perilaku Organisasi (OB). Untuk itu, tujuan dari pembahasan ini adalah 
mendeskripsikan topik-topik penting yang berkaitan dengan nilai, sikap, dan 
kepuasan kerja. Pada bagian akhir dari pembahasan, akan diperkuat oleh hasil 
penelitian yang kami kutip dari jurnal nasional maupun Internasional. Berikut 
pembahasan konsep dasar dari masing-masing topik. 
1. Konsep Nilai (Value) 
a. Pengertian Nilai 
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini 
akan disajikan sejumlah definisi nilai dari beberapa ahli. 
“Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state 
of existence is personally or socially preferable to an opposite or 
converse mode of conduct or end-state of existence.” (Rokeach, 1973 
hal. 5) 
“Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of 
behaving and about desirable or undesireable goals or end-states.” 
(Feather, 1994 hal. 184) 
“Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, 
that serve as guiding principles in the life of a person or other social 
entity.” (Schwartz, 1994 hal. 21) 
Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah 
(1) suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau 
tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan 
seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, 
serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan 
pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan 
dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat 
disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara 
bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan 
digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya. 
Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang 
bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai 
merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup 
manusia yang universal, yaitu : 
1. Kebutuhan individu sebagai organisme biologis; 
2. Persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi 
2 
interpersonal; 
3. Tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok 
dan kelangsungan hidup kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; 
Schwartz, 1992, 1994). 
Jadi, dalam membentuk tipologi dari nilai- nilai, Schwartz 
mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang 
universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan organisme, 
motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial (Schwartz & Bilsky, 
1987). Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai 
sesuatu yang diinginkan. 
Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat 
timbul dari minat kolektif (tipe nilai benevolence, tradition, conformity) 
atau berdasarkan prioritas pribadi / individual (power, achievement, 
hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya 
(universalism, security). Nilai individu biasanya mengacu pada 
kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh suatu kelompok 
dominan yang memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan orang tua, 
agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang 
unik (Feather, 1994; Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; 
Rokeach, 1973; Schwartz, 1994). 
Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan 
dengan yang hanya ‘diinginkan’, dimana ‘lebih diinginkan’ 
mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin 
dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah 
laku (K luckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini 
memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan
dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat 
kepentingannya. 
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik 
tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, 
yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang 
tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka 
nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki 
kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh 
hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai 
budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985). 
3 
b. Tipe-tipe Nilai 
Penelitian Schwartz mengenai nilai salah satunya bertujuan untuk 
memecahkan masalah apakah nilai- nilai yang dianut oleh manusia 
dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe nilai (value type). Lalu 
masing-masing tipe tersebut terdiri pula dari sejumlah nilai yang lebih 
khusus. Setiap tipe nilai merupakan wilayah motivasi tersendiri yang 
berperan memotivasi seseorang dalam bertingkah laku. Karena itu, 
Schwartz juga menyebut tipe nilai ini sebagai motivational type of 
value. 
Dari hasil penelitiannya di 44 negara, Schwartz (1992, 1994) 
mengemukakan adanya 10 tipe nilai (value types) yang dianut oleh 
manusia, yaitu: 
1) Power. Tipe nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu t ipe 
kebutuhan yang universal, yaitu transformasi kebutuhan individual 
akan dominasi dan kontrol yang diidentifikasi melalui analisa 
terhadap motif sosial. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah 
pencapaian status sosial dan prestise, serta kontrol atau dominasi 
terhadap orang lain atau sumberdaya tertentu. Nilai khusus 
(spesific values) tipe nilai ini adalah : social power, authority, 
wealth, preserving my public image dan social recognition. 
2) Achievement. Tujuan dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi 
dengan menunjukkan kompetensi sesuai standar sosial. Unjuk kerja
yang kompeten menjadi kebutuhan bila seseorang merasa perlu 
untuk mengembangkan dirinya, serta jika interaksi sosial dan 
institusi menuntutnya. Nilai khusus yang terdapat pada tipe nilai ini 
adalah : succesful, capable, ambitious, influential. 
3) Hedonism. Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan 
kenikmatan yang diasosiasikan dengan pemuasan kebutuhan 
tersebut. Tipe nilai ini mengutamakan kesenangan dan kepuasan 
untuk diri sendiri. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : 
pleasure, enjoying life. 
4) Stimulation. Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik 
akan variasi dan rangsangan untuk menjaga agar aktivitas 
seseorang tetap pada tingkat yang optimal. Unsur biologis 
mempengaruhi variasi dari kebutuhan ini, dan ditambah pengaruh 
pengalaman sosial, akan menghasilkan perbedaan individual 
tentang pentingnya nilai ini. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini 
adalah kegairahan, tantangan dalam hidup. Nilai khusus yang 
termasuk tipe nilai ini adalah : daring, varied life, exciting life. 
5) Self-direction. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan 
tindakan yang tidak terikat (independent), seperti memilih, 
mencipta, menyelidiki. Self-direction bersumber dari kebutuhan 
organismik akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta interaksi 
dari tuntutan otonomi dan ketidakterikatan. Nilai khusus yang 
termasuk tipe nilai ini adalah : creativity, curious, freedom, 
choosing own goals, independent. 
6) Universalism. Tipe nilai ini termasuk nilai- nilai kematangan dan 
tindakan prososial. Tipe nilai ini mengutamakan penghargaan, 
toleransi, memahami orang lain, dan perlindungan terhadap 
kesejahteraan umat manusia. Contoh nilai khusus yang termasuk 
tipe nilai ini adalah : broad-minded, social justice, equality, 
wisdom, inner harmony. 
4
7) Benevolence. Tipe nilai ini lebih mendekati definisi sebelumnya 
tentang konsep prososial. Bila prososial lebih pada kesejahteraan 
semua orang pada semua kondisi, tipe nilai benevolence lebih 
kepada orang lain yang dekat dari interaksi sehari-hari. Tipe ini 
dapat berasal dari dua macam kebutuhan, yaitu kebutuhan interaksi 
yang positif untuk mengembangkan kelompok, dan kebutuhan 
organismik akan afiliasi. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini 
adalah peningkatan kesejahteraan individu yang terlibat dalam 
kontak personal yang intim. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai 
ini adalah : helpful, honest, forgiving, responsible, loyal, true 
friendship, mature love. 
8) Tradition. Kelompok dimana-mana mengembangkan simbol-simbol 
dan tingkah laku yang merepresentasikan pengalaman dan 
nasib mereka bersama. Tradisi sebagian besar diambil dari ritus 
agama, keyakinan, dan norma bertingkah laku. Tujuan 
motivasional dari tipe nilai ini adalah penghargaan, komitmen, dan 
penerimaan terhadap kebiasaan, tradisi, adat istiadat, atau agama. 
Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : humble, devout, 
accepting my portion in life, moderate, respect for tradition. 
9) Conformity. Tujuan dari tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap 
tingkah laku, dorongan-dorongan individu yang dipandang tidak 
sejalan dengan harapan atau norma sosial. Ini diambil dari 
kebutuhan individu untuk mengurangi perpecahan sosial saat 
interaksi dan fungsi kelompok tidak berjalan dengan baik. Nilai 
khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : politeness, obedient, 
honoring parents and elders, self discipline. 
10) Security. Tujuan motivasional tipe nilai ini adalah mengutamakan 
keamanan, harmoni, dan stabilitas masyarakat, hubungan antar 
manusia, dan diri sendiri. Ini berasal dari kebutuhan dasar individu 
dan kelompok. Tipe nilai ini merupakan pencapaian dari dua minat, 
yaitu individual dan kolektif. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai 
5
ini adalah : national security, social order, clean, healthy, 
reciprocation of favors, family security, sense of belonging. 
c. Hubungan Nilai Dan Tingkah Laku 
Di dalam kehidupan manusia, nilai berperan sebagai standar yang 
mengarahkan tingkah laku. Nilai membimbing individu untuk 
memasuki suatu situasi dan bagaimana individu bertingkah laku dalam 
situasi tersebut (Rokeach, 1973; Kahle dalam Homer & Kahle, 1988). 
Nilai menjadi kriteria yang dipegang oleh individu dalam memilih dan 
memutuskan sesuatu (Williams dalam Homer & Kahle, 1988). 
Danandjaja (1985) mengemukakan bahwa nilai memberi arah pada 
sikap, keyakinan dan tingkah laku seseorang, serta memberi pedoman 
untuk memilih tingkah laku yang diinginkan pada setiap individu. 
Karenanya nilai berpengaruh pada tingkah laku sebagai dampak dari 
pembentukan sikap dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa 
nilai merupakan faktor penentu dalam berbagai tingkah laku sosial 
(Rokeach, 1973; Danandjaja, 1985). 
Mengacu pada BST, nilai merupakan salah satu komponen yang 
berperan dalam tingkah laku : perubahan nilai dapat mengarahkan 
terjadinya perubahan tingkah laku. Hal ini telah dibuktikan dalam 
sejumlah penelitian yang berhasil memodifikasi tingkah laku dengan 
cara mengubah sistem nilai. Perubahan nilai telah terbukti secara 
signifikan menyebabkan perubahan pula pada sikap dan tingkah laku 
memilih pekerjaan, merokok, mencontek, mengikuti aktivitas politik, 
pemilihan teman, ikut serta dalam aktivitas penegakan hak asasi 
manusia, membeli mobil, hadir ditempat ibadah, memilih aktivitas di 
waktu senggang, berhubungan dengan ras lain, menggunakan media 
masa, mengantisipasi penggunaan media, dan orientasi politik (Homer 
& Kahle, 1988). 
6 
2. Konsep Sikap (Attitudes) 
a. Pengertian Sikap
Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang 
melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak 
terhadap objek tersebut dengan cara tertentu (Calhoun & Acocella, 
1995). 
Sikap (attitudes) merupakan pernyataan evaluatif, baik yang 
menyenangkan maupun yang tidak, tentang suatu objek, orang atau 
peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan 
sesuatu (Robbins, 2002: 35) 
Calhoun & Acocella (1995) membagi sikap menjadi tiga 
komponen yaitu: 
1) Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari 
pengetahuan. Pengetahuan inilah yang akan membentuk keyakinan 
dan pendapat tertentu tentang objek sikap. 
2) Komponen afektif, adalah komponen yang berhubungannya dengan 
perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. 
Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut 
pemilik sikap. 
3) Komponen konatif, adalah komponen sikap yang berupa kesiapan 
seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap. 
Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa 
sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan di dalam memahami, 
merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. 
7 
b. Pembentukan Sikap 
Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, 
melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. 
Dimana dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola 
sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya 
(Azwar, 2007). 
Calhoun & Acocella (1995) menulis bahwa sumber pembentuk 
sikap ada empat, yakni pengalaman pribadi, interaksi dengan orang 
lain atau kelompok , pengaruh media massa dan pengaruh dari figur
yang dianggap penting. Calhoun & Acocella (1995) menambahkan 
bahwa tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan tingkat pendidikan ikut 
mempengaruhi pembentukan sikap. 
Dari pendapat di atas, Azwar (2007) mengemukakan bahwa faktor-faktor 
yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah sebagai berikut: 
1) pengalaman pribadi : Bahwa tidak adanya pengalaman yang 
dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung 
akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan 
lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam 
situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan 
pengalaman lebih mendalam dan lebih lama membekas. 
2) pengaruh orang lain yang dianggap penting : Individu pada 
umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis atau searah 
dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh 
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari 
konflik. 
3) pengaruh kebudayaan : Pengaruh budaya sangat menekankan 
pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk 
pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang 
konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita 
alami. Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu 
dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis 
pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah. 
4) Media massa : Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, 
surat kabar, majalah dan lain- lain mempunyai pengaruh yang besar 
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa 
memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini 
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal 
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap 
terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan 
8
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga 
terbentuklah arah sikap tertentu. 
5) Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama : Lembaga 
pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem 
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan 
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam 
diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah 
antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari 
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 
Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan 
sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada 
gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam 
menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat 
sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan 
mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau 
mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. 
Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga 
pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan 
tunggal yang menentukan sikap. 
6) Faktor emosional : Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh 
emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran prustrasi atau 
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian 
dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu 
prustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang 
lebih persisten dan bertahan lama. 
9 
c. Tipe- tipe Sikap 
Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, tetapi OB memfokuskan diri 
pada sikap yang berkaitan dengan pekerjaan. Hal ini meliputi kepuasan 
kerja, keterlibatan kerja (tingkat sejauh mana seseorang berkecimpung 
dalam pekerjaanya dan secara aktif berpartisipasi di dalamnya), dan
komitmen organisasi (sebuah indikator loyalitas kepada, dan 
keberhasilan terhadap, organaisasi). Tidak dapat dipungkiri, bahwa 
kepuasan kerja telah mendapatkan perhatian yang besar. 
1) Kepuasan kerja. Istilah kepuasan kerja merujuk pada sifat umum 
individu terhadap pekerjaannya.Seseorang dengan tingkat kepuasan 
tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu. 
2) Keterlibatan kerja. Istilah keterlibatan kerja merupakan tingkat 
dimana seseorang mengaitkan dirinya ke pekerjaannya, secara aktif 
berpartisipasi di dalamnya, dan menganggap kinerjanya penting 
bagi nilai dirinya. 
3) Komitmen pada organisasi. Merupakan tingkat dimana karyawan 
mengaitkan dirinya ke organisasi tertentu dan sasaran-sasarannya, 
dan berharap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi 
tersebut. 
d. Hubungan sikap dengan Perilaku 
Fleur (1958) mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasikan 
tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu postulat 
of consistency, postulat of independent variation, dan postulate of 
contigent consistency. Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat 
tersebut: 
1) postulat konsistensi : Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap 
verbal memberi petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan 
apa yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu 
objek sikap. Jadi postulat ini mengasumsikan adanya hubungan 
langsung antara sikap dan perilaku. 
2) postulat variasi independen : Postulat ini mengatakan bahwa 
mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku karena 
sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu 
yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda. 
3) postulat konsistensi-kontigensi: Postulat konsistensi-kontigensi 
menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan 
10
oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan, 
keanggotaan kelompok dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sejauh 
mana prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda 
dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi lainnya. 
Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari 
berbagai bentuk tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu 
ekspresi sikapnya maka dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk 
perilaku yang ditampakkannya merupakan ekspresi sikap yang 
sebenarnya. Artinya, potensi reaksi sikap yang sudah terbentuk dalam 
diri individu itu akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan 
sikap yang sesungguhnya terhadap sesuatu. Sebaliknya jika individu 
mengalami atau merasakan hambatan yang dapat mengganggu 
kebebasannya dalam mengatakan sikap yang sesungguhnya atau bila 
individu merasakan ancaman fisik maupun ancaman mental yang 
dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan sikap yang 
hendak dikemukakan maka apa yang diekspresikan oleh individu 
sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin tidak sejalan 
dengan sikap hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan 
dengan apa yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan. 
Semakin kompleks situasinya dan semakin banyak faktor yang 
menjadi pertimbangan dalam bertindak maka semakin sulitlah 
mempediksikan perilaku dan semakin sulit pula menafsirkannya 
sebagai indikator (Azwar, 2007). 
3. Konsep Kepuasan kerja (job satisfaction) 
11 
a. Pengertian kepuasan kerja 
Robbins (2002) mendefinisikan Kepuasan kerja mengacu kepada 
sifat individu secara umum terhadap pekerjaanya. Seseorang dengan 
tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sifat positif terhadap 
pekerjaanya; seseorang yang tidak puas dengan pekerjaanya 
mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaan tersebut.
Handoko (2004) menyatakan kepuasan kerja (job satisfaction) 
sebagai keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak 
menyenangkan dengan mana para pegawai memandang pekerjaan 
mereka. 
Luthans (2005) dalam bukunya Organizational Behaviour 
mengutip pendapat Locke bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan 
emosional yang positif dari seseorang yang ditimbulkan dari 
penghargaan atas sesuatu pekerjaan yang telah dilakukannya. 
Dikatakan lebih lanjut bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari 
prestasi seseorang sampai seberapa baik pekerjaannya menyediakan 
sesuatu yang berguna baginya. 
Malthis (2006) kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif 
dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang. Ketidakpuasan kerja 
muncul saat harapan-harapan ini tidak terpenuhi. 
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa 
kepuasan kerja pegawai merupakan sikap pegawai terhadap bagaimana 
mereka memandang pekerjaannya. Kepuasan kerja pegawai dapat 
memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah menciptakan 
hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan pegawai. 
Kepuasan atau ketidakpuasan pegawai adalah respon pegawai terhadap 
evaluasi tingkat kesesuaian antara harapan sebelumnya dan kinerja 
desain pekerjaan aktual yang dirasakan oleh pegawai. Jadi, tingkat 
kepuasan pegawai terhadap pekerjaannya dan karirnya merupakan 
fungsi dari perbedaan antara kinerja desain dan evaluasi pekerjaan dan 
karir yang dirasakan dengan harapan pegawai. Apabila kinerja desain 
dan evaluasi pekerjaan dan karirnya tidak sesuai dengan harapan atau 
harapan melebihi kinerja desain dan evaluasi pekerjaan dan karirnya, 
maka pegawai akan kecewa. Sedangkan apabila kinerja desain dan 
evaluasi pekerjaan dan karirnya sesuai dengan harapan atau bahkan 
melebihi harapannya, pegawai akan merasa sangat puas. 
12
Jadi, kepuasan kerja adalah keadaan emosional seseorang 
terhadap pekerjaannya, ketika dia menemukan titik temu antara apa 
yang dia harapkan dari pekerjaan itu dan apa yang telah diberikan 
perusahaan terhadap dirinya. 
13 
b. Teori kepuasan kerja 
As’sad (2001) menjelaskan bahwa variabel yang dapat dijadikan 
indikasi menurunnya kepuasan kerja adalah tingginya tingkat 
ketidakhadiran(absensi), tingginya keluar masuknya pegawai 
(turnover), menurunnya produktivitas kerja atau prestasi kerja 
pegawai (performance). Apabila indikasi menurunnya kepuasan kerja 
pegawai tersebut muncul ke permukaan, maka hendaknya segera 
ditangani supaya tidak merugikan perusahaan. Menurut Kreitner dan 
Kinicki dalam Wibowo (2007), terdapat lima faktor yang dapat 
mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja, sebagai berikut: 
1) Need fulfillment (pemenuhan kebutuhan). Kepuasan yang 
ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan memberikan 
kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya. 
2) Discrepancies (perbedaan). Model ini menyatakan bahwa 
kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan 
harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan 
dan yang diperoleh individu dari pekerjaan. 
3) Value attainment (pencapaian nilai). Kepuasan merupakan hasil 
dari persepsi pekerjaan yang memberikan pemenuhan nilai kerja 
individual yang penting. 
4) Equity (keadilan). Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil 
individu diperlakukan ditempat kerja. 
5) Dispositional / genetic components (komponen genetik). Model 
ini didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian 
merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik.
B. Pentingnya kajian dan contoh penelitian 
Untuk melihat bagaimana persoalan nilai, sikap, dan kepuasan kerja 
dalam tataran realitas, berikut ini dipaparkan contoh penelitian (Jurnal) yang 
dengan setiap variabel, yakni: 
1. Penelitian Tentang Nilai. 
Jurnal Perspektif Bisnis, Vol.1, No.1, Juni 2013, ISSN: 2338-5111 
PREDIKSI PERILAKU RAMAH LINGKUNGAN YANG DIPENGARUHI OLEH NILAI 
DAN GAYA HIDUP KONSUMEN (Suprihatin Ali; Dosen Jurusan Administrasi Bisnis 
FISIP Universitas Lampung) 
TUJUAN PENELITIAN 
- Untuk mengetahui variabel nilai-nilai lingkungan berpengaruh pada variabel perilaku 
14 
ramah lingkungan. 
- Untuk mengetahui variabel gaya hidup berpengaruh pada variabel perilaku ramah 
lingkungan. 
METODE PENELITIAN 
- Disain Penelitian: Berdasarkan deskripsi tujuan penelitian adalah penelitian 
korelasional dan bukan deskriptif, dalam deskripsi waktu penelitian ini bersifat cross-sectional 
dan bukan longitudinal, dari deskripsi keluasan dan kedalaman topik 
merupakan penelitian statistik dan bukan kasus Berdasarkan deskripsi lingkungan 
penelitian merupakan penelitian lapangan dan bukan penelitian laboratorium atau 
simulasi, dan berdasarkan deskripsi aktivitas persepsi responden (subjects’ 
perception) merupakan penelitian yang menggunakan aktivitas rutin aktual 
responden dan bukan aktivitas yang dimodifikasi. 
- Penelitian ini dirancang untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel 
independen dengan variabel dependen serta variabel mediasi seperti dirumuskan 
dalam hipotesis yang memerlukan pengujian lebih lanjut. Oleh karena itu, desain 
penelitian ini termasuk pada desain studi konfirmatori yang bertujuan menguji 
hipotesis. Metode pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan menggunakan 
kuesioner. 
- Sampel dan Pengukuran: Ukuran sampel memegang peranan penting dalam 
estimasi dan interpretasi hasil. Ukuran sampel sebagaimana dalam metode statistik 
lainnya menghasilkan dasar untuk mengestimasi kesalahan sampling. Rumus untuk 
menghitung besar sampel untuk pemodelan SEM sampai sekarang belum ada, 
tetapi beberapa pengalaman yang pernah ditulis menunjukkan besar sampel yang 
cukup adalah berkisar 100-200. Bila terlalu besar, metode ini menjadi sensitif, 
sehingga sulit untuk mendapatkan ’Goodness of fit’ yang baik. Untuk itu disarankan 
ukuran sampel adalah 5-10 observasi untuk setiap estimasi parameter., sehingga 
apabila terdapat 20 parameter yang diestimasi, maka diperlukan 100-200 observasi. 
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Bandar lampung. Penentuan 
jumlah sampel sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Roscoe (1975) 
seperti yang dikutip oleh Sekaran (2003) 
 Jumlah sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah cukup 
dalam penelitian. 
 Dalam penelitian multivariat (termasuk analisis regresi berganda) jumlah 
sampel harus beberapa kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian 
(sebaiknya 10 kali atau lebih besar). 
 Penelitian ini menggunakan SEM, maka minimal sampel yang digunakan 
adalah 200 responden. 
- Metode yang digunakan untuk mengambil data adalah non-probability sampling, 
artinya setiap anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk
dijadikan sebagai sampel, karena tidak diketahui jumlah populasinya. Teknik 
sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Sumber data yang 
digunakan dalam penelitian ini adalah dara primer. Data primer dalam penelitian ini 
berasal dari responden, yaitu orang-orang yang merespon atau menjawab setiap 
pertanyaan penelitian. Data diambil dengan menggunakan kuesioner penelitian. 
Kuesioner dirancang dan berisikan informasi data responden dan pernyataan yang 
diharapkan dapat mengungkap gaya hidup dan nilai responden, serta niat 
berperilaku mereka. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pada level individual 
dan dilakukan melalui satu kali survai bukan longitudinal 
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 
1. Nilai dan gaya hidup memiliki pengaruh postif pada perilaku ramah lingkungan. 
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian konfirmatori dengan mengacu 
pada model yang telah diajukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan dengan 
penelitian sebelumnya terletak pada latar yang digunakan. Dilihat dari hasil indeks 
kesesuaian pada model pengukuran yang ada belum fit. Hal ini perlu dilanjutkan 
dengan pengujian model struktural yang tidak dilakukan pada penelitian ini. 
2. Berdasarkan hasil uji regresi yang ada menampilkan bahwa nilai dan gaya hidup 
dalam diri konsumen menjadi faktor penting yang harus diperhatikan oleh praktisi 
pemasaran dalam hal ini pemasar produk ramah lingkungan. Untuk konsumen yang 
memiliki nilai. Penelitian lain perlu dilakukan untuk melihat konsistensi instrument 
penelitian yang ada, dengan menambah variabel atau konstruk lain dan 
menggunakan latar industri yang berbeda. 
15 
2. Penelitian Tentang Sikap 
BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 14, Nomor 1, Juni 2010, hlm. 13-21 
ISSN : 2367-11271. 
PERAN PENAMBAHAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL PADA 
GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DALAM MEMPREDIKSI KINERJA, 
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR, DAN SIKAP BAWAHAN TERHADAP 
ATASAN: Studi Empiris pada Perusahaan Peternakan (Desi Mayasari, Suci 
Paramitasari Syahlani, Ahmadi) Laboratorium Agrobisnis Bagian Sosial Ekonomi 
Peternakan UGM Jl. Fauna no 3, Bulaksumur, Yogyakarta, Phone. 0274-513363, HP. 
0815 687 8525 email: ssyahlani@yahoo.com, suci.syahlani@ugm.ac.id 
TUJUAN PENELITIAN 
- Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh gaya kepemimpinan 
transformasional pada kinerja, organizational citizenship behavior (budaya 
Organisasi), dan sikap bawahan terhadap atasan. Desain penelitian yang digunakan 
dalam penelitian ini adalah survei. Responden yang digunakan sebanyak 140 
karyawan bawahan yang bekerja di tiga perusahaan peternakan yang mempunyai 
pangsa pasar dalam dan luar negeri. 
METODE PENELITIAN 
 Penelitian ini dilakukan dengan desain survei dengan menggunakan metode 
wawancara. Responden penelitian ini adalah karyawan di tiga perusahaan yang 
bergerak dalam industri peternakan pada level persuahaan dengan pangsa pasar 
internasional dan nasional. Karyawan yang dimaksud adalah bagian dari suatu 
organisasi yang terstruktur yang terdiri atas pimpinan dan bawahan. Sampel 
ditentukan dengan random sampling berdasar data karyawan perusahaan. Jumlah 
responden sampel penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah 140 
responden. Sejumlah 48 responden diambil dari perusahaan peternakan A yang
memiliki pangsa pasar internasional dan sejumlah 47 dan 45 reponden diambil dari 
perusahaan B dan C yang memiliki pangsa pasar nasional. 
 Kuesioner dikembangkan untuk mengukur kepemimpinan transformasional, 
kepemimpinan transaksional, kinerja, OCB, dan kinerja dengan menggunakan skala 
Likert. Uji kualitas data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner 
didasarkan atas sistem penilaian skala Likert. Item pertanyaan yang digunakan 
dalam kuesioner ini menggunakan Multifactor Leadership Questionnaire atau MLQ 
(Bass dan Avolio,1990). MLQ merupakan kuesioner untuk kepemimpinan 
transaksional dan transformasional. Sehubungan dengan adanya penilaian atasan, 
peneliti memberikan keyakinan pada responden bahwa jawaban responden bersifat 
rahasia, sehingga diharapkan responden tidak memiliki keraguan dalam mengisi 
kuesioner. 
KESIMPULAN 
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa gaya 
kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kinerja, OCB dan sikap 
bawahan terhadap atasan. Penambahan gaya kepemimpinan transformasional 
meningkatkan kemampuan dalam memprediksi kinerja, OCB dan sikap bawahan 
terhadap atasan. Perusahaan besar dengan kapabilitas yang lebih baik dalam 
membentuk struktur organisasi yang lebih efektif relatif lebih dapat menarik manfaat 
yang lebih besar dari penambahan gaya kepemimpinan transformasional. 
3. Penelitian Tentang Kepuasan Kerja 
Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.3, No. 1, April 2012, 123-140) ISSN : 
2367-11271 
Pengaruh Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja dengan Mediasi 
Komitmen (di PT Alam Kayu Sakti Semarang) A Soegihartono Fakultas Ekonomi 
Universitas Dian Nuswantoro, Jl Nakulo 5-11 Semarang Tawangmas Semarang Barat 
Semarang Jawa Tengah 
TUJUAN PENELITIAN 
- Untuk menganilisis pengaruh kepemimpinan terhadap komitmen pada perusahaan 
16 
PT. Alam Kayu Sakti Semarang. 
- Untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen pada perusahaan 
PT. Alam Kayu Sakti Semarang. 
- Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada 
perusahaan PT. Alam Kayu Sakti Semarang. 
- Untuk menganalisasi pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada 
perusahaan PT. Alam Kayu Sakti Semarang. 
- Untuk menganalisis pengaruh komitmen terhadap Kinerja karyawan pada Alam 
Kayu Sakti Semarang. 
- Untuk menganalisis komitmen yang menjadi mediasi atau tidak pada hubungan 
pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pada perusahaan PT. Alam Kayu Sakti 
Semarang. 
- Untuk menganalisis komitmen yang menjadi mediasi atau tidak pada hubungan 
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pada perusahaan PT. Alam Kayu Sakti 
Semarang. 
METODE PENELITIAN 
 Populasi Dan Sampel Penelitian 
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap PT. Alam Kayu Sakti 
(PT. ALKA ) Semarang yang berjumlah 300 orang Teknik pengambilan sampel yaitu 
purposive sampling. maka jumlah sampel dapat ditentukan sebesar 109 responden.
Penulis menggunakan teknik ini karena populasi mempunyai unsur/anggota yang 
tidak homogen dan berstrata secara proporsional, misalnya mempunyai latar 
pendidikan yang berbeda. 
17 
 Jenis Dan Sumber Data 
Jenis Data; Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 
 Data primer, yaitu data yang berasal dari daftar – daftar hasil kuesioner. 
 Data sekunder, yaitu data dokumentasi yang di peroleh dari perusahaan dan dari 
sumber lain. 
Sumber Data : Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistimatik dan standart 
memperoleh data yang diperlukan. Data yang diperlukan dalam penelitian adalah 
data primer merupakan data yang berasal dari sumber yang asli, diperoleh secara 
langsung dari obyek yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui 
daftar pertanyaan / kuesioner yaitu sebagai alat untuk mengumpulkan data yang 
berupa daftar pertanyaan (kuesioner) Dimana daftar pertanyaan ini cukup lengkap, 
terinci dan sistimatis tentang keterangan- keterangan yang dibutuhkan dari karyawan 
PT. Alam Kayu Sakti Semarang 
 Variabel Penelitian; Berdasarkan rumusan permasalahan dan hipotesis, maka 
variabel dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 
 Variabel bebas (x) terdiri dari: 
Kepemimpinan (X1) 
Kepuasan kerja (X2) 
 Variabel mediasi, yaitu: Komitmen 
Veriabel Komitmen bisa menjadi variabel terikat apabila dihubungkan antara 
variabel Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja. Variabel Komitmen menjadi 
variabel bebas apabila dihubungkan dengan variabel kinerja: 
 Variabel terikat (Y): kinerja karyawan 
Variabel komitmen menjadi mediasi akan dianalisis pengaruhnya hubungan 
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. 
Variabel komitmen menjadi mediasi akan dianalisis pengaruhnya hubungan 
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. 
KESIMPULAN 
Dari hasil yang telah diteliti di PT. Alam Kayu Sakti Semarang, maka dapat ditarik 
kesimpulan sebagai berikut: 
2. Penelitian ini dapat membuktikan kepemimpinan berpengaruh positip terhadap 
komitmen organisasional. Ini sesuai dengan teorinya Bass (1990). 
3. Penelitian ini dapat membuktikan kepuasan kerja berpengaruh positip terhadap 
komitmen organisasional. Ini sesuai penelitian Johlke (2000). 
4. Penelitian ini dapat membuktikan kepemimpinan berpengaruh positip terhadap 
kinerja. Ini sesuai dengan teorinya Bass (1990). 
5. Penelitian ini dapat membuktikan kepuasan kerja berpengaruh positip terhadap 
kinerja. Ini sesuai dengan teorinya Robins (1996). 
6. Penelitian ini membuktikan komitmen organisasional berpengaruh positip terhadap 
kinerja. Ini sesuai dengan penelitian Johlke dkk (2000). 
7. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa komitmen organisasi memediasi pada 
pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja. Ini sesuai dengan penelitian Tri Murdoko 
(2007). 
8. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa komitmen organisasi memediasi pada 
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja. Ini sesuai dengan penelitian Yustiani, 
Utai Dian (2005).

More Related Content

What's hot

Variabel Operasional
Variabel OperasionalVariabel Operasional
Variabel Operasionaldina febriana
 
komunikasi antar pribadi
 komunikasi antar pribadi komunikasi antar pribadi
komunikasi antar pribadigilang muharam
 
Kuesioner kinerja dosen
Kuesioner kinerja dosenKuesioner kinerja dosen
Kuesioner kinerja dosenAliTutupohoS
 
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM ORGANISASI
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM ORGANISASIKOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM ORGANISASI
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM ORGANISASIDELLAOKTARINDAHARMI
 
DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK
DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOKDASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK
DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK9elevenStarUnila
 
Struktur dan Desain Organisasi
Struktur dan Desain OrganisasiStruktur dan Desain Organisasi
Struktur dan Desain Organisasijighai
 
Makalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisaMakalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisapsepti22
 
Makalah manajemen Kepemimpinan
Makalah manajemen Kepemimpinan Makalah manajemen Kepemimpinan
Makalah manajemen Kepemimpinan indah pertiwi
 
konsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islamkonsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islamAhmad Rudi
 
Dasar dasar perilaku kelompok
Dasar dasar perilaku kelompokDasar dasar perilaku kelompok
Dasar dasar perilaku kelompokendahmustika
 
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaBab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaSyaiful Ahdan
 
PPT PENGEMBANGAN KARIR
PPT PENGEMBANGAN KARIR PPT PENGEMBANGAN KARIR
PPT PENGEMBANGAN KARIR psepti17
 
Reliabilitas validitas-edit
Reliabilitas validitas-editReliabilitas validitas-edit
Reliabilitas validitas-editFrihapma Semita
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilakuAfra Balqis
 

What's hot (20)

Membaca kritis
Membaca kritisMembaca kritis
Membaca kritis
 
Variabel Operasional
Variabel OperasionalVariabel Operasional
Variabel Operasional
 
komunikasi antar pribadi
 komunikasi antar pribadi komunikasi antar pribadi
komunikasi antar pribadi
 
Kuesioner kinerja dosen
Kuesioner kinerja dosenKuesioner kinerja dosen
Kuesioner kinerja dosen
 
Teori Abraham Maslow
Teori Abraham Maslow Teori Abraham Maslow
Teori Abraham Maslow
 
PARAGRAF (ppt)
PARAGRAF (ppt)PARAGRAF (ppt)
PARAGRAF (ppt)
 
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM ORGANISASI
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM ORGANISASIKOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM ORGANISASI
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM ORGANISASI
 
DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK
DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOKDASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK
DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK
 
Struktur dan Desain Organisasi
Struktur dan Desain OrganisasiStruktur dan Desain Organisasi
Struktur dan Desain Organisasi
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
Makalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisaMakalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisa
 
Makalah manajemen Kepemimpinan
Makalah manajemen Kepemimpinan Makalah manajemen Kepemimpinan
Makalah manajemen Kepemimpinan
 
konsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islamkonsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islam
 
Dasar dasar perilaku kelompok
Dasar dasar perilaku kelompokDasar dasar perilaku kelompok
Dasar dasar perilaku kelompok
 
Change management
Change managementChange management
Change management
 
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaBab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
 
PPT PENGEMBANGAN KARIR
PPT PENGEMBANGAN KARIR PPT PENGEMBANGAN KARIR
PPT PENGEMBANGAN KARIR
 
Reliabilitas validitas-edit
Reliabilitas validitas-editReliabilitas validitas-edit
Reliabilitas validitas-edit
 
Evaluating dalam Manajemen
Evaluating dalam ManajemenEvaluating dalam Manajemen
Evaluating dalam Manajemen
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilaku
 

Similar to Nilai, sikap, dan kepauasan kerja

aturan norma norma di masyakat
aturan norma norma di masyakataturan norma norma di masyakat
aturan norma norma di masyakatSunaryo Waluyo
 
NORMA NORMA DALAM MASYARAKAT
NORMA NORMA DALAM MASYARAKATNORMA NORMA DALAM MASYARAKAT
NORMA NORMA DALAM MASYARAKATErwin Pasaribu
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7rayn mboeik
 
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"navyndl29
 
Etika keperawatan 3 rd meeeting
Etika keperawatan 3 rd meeetingEtika keperawatan 3 rd meeeting
Etika keperawatan 3 rd meeetingAde Rahman
 
Materi 3 nilai sosial dan budaya
Materi 3 nilai sosial dan budayaMateri 3 nilai sosial dan budaya
Materi 3 nilai sosial dan budayamonalisaibrahim
 
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didikProses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didikDeep Walker
 
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatan
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatanNilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatan
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatanCahya
 
Haris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eHaris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eRizz Aee
 
Bab nilai-norma
Bab nilai-normaBab nilai-norma
Bab nilai-normaroziber
 

Similar to Nilai, sikap, dan kepauasan kerja (20)

Semua norma dan nilai ^^
Semua norma dan nilai ^^Semua norma dan nilai ^^
Semua norma dan nilai ^^
 
Nilai, Moral dan Hukum
Nilai, Moral dan HukumNilai, Moral dan Hukum
Nilai, Moral dan Hukum
 
Nilai dan norma sosial
Nilai dan norma sosialNilai dan norma sosial
Nilai dan norma sosial
 
aturan norma norma di masyakat
aturan norma norma di masyakataturan norma norma di masyakat
aturan norma norma di masyakat
 
Buku ajar 1 MPKT A
Buku ajar 1 MPKT ABuku ajar 1 MPKT A
Buku ajar 1 MPKT A
 
Nilai dan norma sosial
Nilai dan norma sosialNilai dan norma sosial
Nilai dan norma sosial
 
NORMA NORMA DALAM MASYARAKAT
NORMA NORMA DALAM MASYARAKATNORMA NORMA DALAM MASYARAKAT
NORMA NORMA DALAM MASYARAKAT
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
 
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
 
Etika keperawatan 3 rd meeeting
Etika keperawatan 3 rd meeetingEtika keperawatan 3 rd meeeting
Etika keperawatan 3 rd meeeting
 
Kurikulum pembelajaran
Kurikulum pembelajaranKurikulum pembelajaran
Kurikulum pembelajaran
 
Materi 3 nilai sosial dan budaya
Materi 3 nilai sosial dan budayaMateri 3 nilai sosial dan budaya
Materi 3 nilai sosial dan budaya
 
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didikProses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
 
Teori sifat
Teori sifatTeori sifat
Teori sifat
 
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatan
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatanNilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatan
Nilai personal dan nilai profesi dalam praktik keperawatan
 
Sikap
SikapSikap
Sikap
 
Haris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eHaris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.e
 
Bab nilai-norma
Bab nilai-normaBab nilai-norma
Bab nilai-norma
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 

Recently uploaded

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

Nilai, sikap, dan kepauasan kerja

  • 1. NILAI, SIKAP, DAN KEPUASAN KERJA 1 A. Konsep Dasar Pemahaman mengenai Nilai, sikap dan Kepuasaan kerja tidak terlepas dari kajian mengenai kontribusi utama psikologi terhadap prilaku organiasi. Pengkajian mengenai Nilai, Sikap, dan Kepuasan kerja sangat penting, karena didasarkan pada pandangan bahwa suatu pemahaman tentang perilaku individu bermula dari kajian mengenai kontribusi utama psikologis terhadap Perilaku Organisasi (OB). Untuk itu, tujuan dari pembahasan ini adalah mendeskripsikan topik-topik penting yang berkaitan dengan nilai, sikap, dan kepuasan kerja. Pada bagian akhir dari pembahasan, akan diperkuat oleh hasil penelitian yang kami kutip dari jurnal nasional maupun Internasional. Berikut pembahasan konsep dasar dari masing-masing topik. 1. Konsep Nilai (Value) a. Pengertian Nilai Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan sejumlah definisi nilai dari beberapa ahli. “Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence.” (Rokeach, 1973 hal. 5) “Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about desirable or undesireable goals or end-states.” (Feather, 1994 hal. 184) “Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity.” (Schwartz, 1994 hal. 21) Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
  • 2. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya. Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu : 1. Kebutuhan individu sebagai organisme biologis; 2. Persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi 2 interpersonal; 3. Tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994). Jadi, dalam membentuk tipologi dari nilai- nilai, Schwartz mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial (Schwartz & Bilsky, 1987). Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan. Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif (tipe nilai benevolence, tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi / individual (power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya (universalism, security). Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan orang tua, agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang unik (Feather, 1994; Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; Rokeach, 1973; Schwartz, 1994). Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya ‘diinginkan’, dimana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku (K luckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan
  • 3. dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985). 3 b. Tipe-tipe Nilai Penelitian Schwartz mengenai nilai salah satunya bertujuan untuk memecahkan masalah apakah nilai- nilai yang dianut oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe nilai (value type). Lalu masing-masing tipe tersebut terdiri pula dari sejumlah nilai yang lebih khusus. Setiap tipe nilai merupakan wilayah motivasi tersendiri yang berperan memotivasi seseorang dalam bertingkah laku. Karena itu, Schwartz juga menyebut tipe nilai ini sebagai motivational type of value. Dari hasil penelitiannya di 44 negara, Schwartz (1992, 1994) mengemukakan adanya 10 tipe nilai (value types) yang dianut oleh manusia, yaitu: 1) Power. Tipe nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu t ipe kebutuhan yang universal, yaitu transformasi kebutuhan individual akan dominasi dan kontrol yang diidentifikasi melalui analisa terhadap motif sosial. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pencapaian status sosial dan prestise, serta kontrol atau dominasi terhadap orang lain atau sumberdaya tertentu. Nilai khusus (spesific values) tipe nilai ini adalah : social power, authority, wealth, preserving my public image dan social recognition. 2) Achievement. Tujuan dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi dengan menunjukkan kompetensi sesuai standar sosial. Unjuk kerja
  • 4. yang kompeten menjadi kebutuhan bila seseorang merasa perlu untuk mengembangkan dirinya, serta jika interaksi sosial dan institusi menuntutnya. Nilai khusus yang terdapat pada tipe nilai ini adalah : succesful, capable, ambitious, influential. 3) Hedonism. Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan kenikmatan yang diasosiasikan dengan pemuasan kebutuhan tersebut. Tipe nilai ini mengutamakan kesenangan dan kepuasan untuk diri sendiri. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : pleasure, enjoying life. 4) Stimulation. Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan variasi dan rangsangan untuk menjaga agar aktivitas seseorang tetap pada tingkat yang optimal. Unsur biologis mempengaruhi variasi dari kebutuhan ini, dan ditambah pengaruh pengalaman sosial, akan menghasilkan perbedaan individual tentang pentingnya nilai ini. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah kegairahan, tantangan dalam hidup. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : daring, varied life, exciting life. 5) Self-direction. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang tidak terikat (independent), seperti memilih, mencipta, menyelidiki. Self-direction bersumber dari kebutuhan organismik akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta interaksi dari tuntutan otonomi dan ketidakterikatan. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : creativity, curious, freedom, choosing own goals, independent. 6) Universalism. Tipe nilai ini termasuk nilai- nilai kematangan dan tindakan prososial. Tipe nilai ini mengutamakan penghargaan, toleransi, memahami orang lain, dan perlindungan terhadap kesejahteraan umat manusia. Contoh nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : broad-minded, social justice, equality, wisdom, inner harmony. 4
  • 5. 7) Benevolence. Tipe nilai ini lebih mendekati definisi sebelumnya tentang konsep prososial. Bila prososial lebih pada kesejahteraan semua orang pada semua kondisi, tipe nilai benevolence lebih kepada orang lain yang dekat dari interaksi sehari-hari. Tipe ini dapat berasal dari dua macam kebutuhan, yaitu kebutuhan interaksi yang positif untuk mengembangkan kelompok, dan kebutuhan organismik akan afiliasi. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah peningkatan kesejahteraan individu yang terlibat dalam kontak personal yang intim. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : helpful, honest, forgiving, responsible, loyal, true friendship, mature love. 8) Tradition. Kelompok dimana-mana mengembangkan simbol-simbol dan tingkah laku yang merepresentasikan pengalaman dan nasib mereka bersama. Tradisi sebagian besar diambil dari ritus agama, keyakinan, dan norma bertingkah laku. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah penghargaan, komitmen, dan penerimaan terhadap kebiasaan, tradisi, adat istiadat, atau agama. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : humble, devout, accepting my portion in life, moderate, respect for tradition. 9) Conformity. Tujuan dari tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap tingkah laku, dorongan-dorongan individu yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau norma sosial. Ini diambil dari kebutuhan individu untuk mengurangi perpecahan sosial saat interaksi dan fungsi kelompok tidak berjalan dengan baik. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : politeness, obedient, honoring parents and elders, self discipline. 10) Security. Tujuan motivasional tipe nilai ini adalah mengutamakan keamanan, harmoni, dan stabilitas masyarakat, hubungan antar manusia, dan diri sendiri. Ini berasal dari kebutuhan dasar individu dan kelompok. Tipe nilai ini merupakan pencapaian dari dua minat, yaitu individual dan kolektif. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai 5
  • 6. ini adalah : national security, social order, clean, healthy, reciprocation of favors, family security, sense of belonging. c. Hubungan Nilai Dan Tingkah Laku Di dalam kehidupan manusia, nilai berperan sebagai standar yang mengarahkan tingkah laku. Nilai membimbing individu untuk memasuki suatu situasi dan bagaimana individu bertingkah laku dalam situasi tersebut (Rokeach, 1973; Kahle dalam Homer & Kahle, 1988). Nilai menjadi kriteria yang dipegang oleh individu dalam memilih dan memutuskan sesuatu (Williams dalam Homer & Kahle, 1988). Danandjaja (1985) mengemukakan bahwa nilai memberi arah pada sikap, keyakinan dan tingkah laku seseorang, serta memberi pedoman untuk memilih tingkah laku yang diinginkan pada setiap individu. Karenanya nilai berpengaruh pada tingkah laku sebagai dampak dari pembentukan sikap dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai merupakan faktor penentu dalam berbagai tingkah laku sosial (Rokeach, 1973; Danandjaja, 1985). Mengacu pada BST, nilai merupakan salah satu komponen yang berperan dalam tingkah laku : perubahan nilai dapat mengarahkan terjadinya perubahan tingkah laku. Hal ini telah dibuktikan dalam sejumlah penelitian yang berhasil memodifikasi tingkah laku dengan cara mengubah sistem nilai. Perubahan nilai telah terbukti secara signifikan menyebabkan perubahan pula pada sikap dan tingkah laku memilih pekerjaan, merokok, mencontek, mengikuti aktivitas politik, pemilihan teman, ikut serta dalam aktivitas penegakan hak asasi manusia, membeli mobil, hadir ditempat ibadah, memilih aktivitas di waktu senggang, berhubungan dengan ras lain, menggunakan media masa, mengantisipasi penggunaan media, dan orientasi politik (Homer & Kahle, 1988). 6 2. Konsep Sikap (Attitudes) a. Pengertian Sikap
  • 7. Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu (Calhoun & Acocella, 1995). Sikap (attitudes) merupakan pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun yang tidak, tentang suatu objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu (Robbins, 2002: 35) Calhoun & Acocella (1995) membagi sikap menjadi tiga komponen yaitu: 1) Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan. Pengetahuan inilah yang akan membentuk keyakinan dan pendapat tertentu tentang objek sikap. 2) Komponen afektif, adalah komponen yang berhubungannya dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut pemilik sikap. 3) Komponen konatif, adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap. Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan di dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. 7 b. Pembentukan Sikap Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 2007). Calhoun & Acocella (1995) menulis bahwa sumber pembentuk sikap ada empat, yakni pengalaman pribadi, interaksi dengan orang lain atau kelompok , pengaruh media massa dan pengaruh dari figur
  • 8. yang dianggap penting. Calhoun & Acocella (1995) menambahkan bahwa tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan tingkat pendidikan ikut mempengaruhi pembentukan sikap. Dari pendapat di atas, Azwar (2007) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah sebagai berikut: 1) pengalaman pribadi : Bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama membekas. 2) pengaruh orang lain yang dianggap penting : Individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik. 3) pengaruh kebudayaan : Pengaruh budaya sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami. Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah. 4) Media massa : Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain- lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan 8
  • 9. memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5) Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama : Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap. 6) Faktor emosional : Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran prustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu prustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. 9 c. Tipe- tipe Sikap Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, tetapi OB memfokuskan diri pada sikap yang berkaitan dengan pekerjaan. Hal ini meliputi kepuasan kerja, keterlibatan kerja (tingkat sejauh mana seseorang berkecimpung dalam pekerjaanya dan secara aktif berpartisipasi di dalamnya), dan
  • 10. komitmen organisasi (sebuah indikator loyalitas kepada, dan keberhasilan terhadap, organaisasi). Tidak dapat dipungkiri, bahwa kepuasan kerja telah mendapatkan perhatian yang besar. 1) Kepuasan kerja. Istilah kepuasan kerja merujuk pada sifat umum individu terhadap pekerjaannya.Seseorang dengan tingkat kepuasan tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu. 2) Keterlibatan kerja. Istilah keterlibatan kerja merupakan tingkat dimana seseorang mengaitkan dirinya ke pekerjaannya, secara aktif berpartisipasi di dalamnya, dan menganggap kinerjanya penting bagi nilai dirinya. 3) Komitmen pada organisasi. Merupakan tingkat dimana karyawan mengaitkan dirinya ke organisasi tertentu dan sasaran-sasarannya, dan berharap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. d. Hubungan sikap dengan Perilaku Fleur (1958) mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu postulat of consistency, postulat of independent variation, dan postulate of contigent consistency. Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut: 1) postulat konsistensi : Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumsikan adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku. 2) postulat variasi independen : Postulat ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda. 3) postulat konsistensi-kontigensi: Postulat konsistensi-kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan 10
  • 11. oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sejauh mana prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi lainnya. Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai bentuk tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu ekspresi sikapnya maka dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang ditampakkannya merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya. Artinya, potensi reaksi sikap yang sudah terbentuk dalam diri individu itu akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang sesungguhnya terhadap sesuatu. Sebaliknya jika individu mengalami atau merasakan hambatan yang dapat mengganggu kebebasannya dalam mengatakan sikap yang sesungguhnya atau bila individu merasakan ancaman fisik maupun ancaman mental yang dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan sikap yang hendak dikemukakan maka apa yang diekspresikan oleh individu sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin tidak sejalan dengan sikap hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan dengan apa yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan. Semakin kompleks situasinya dan semakin banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam bertindak maka semakin sulitlah mempediksikan perilaku dan semakin sulit pula menafsirkannya sebagai indikator (Azwar, 2007). 3. Konsep Kepuasan kerja (job satisfaction) 11 a. Pengertian kepuasan kerja Robbins (2002) mendefinisikan Kepuasan kerja mengacu kepada sifat individu secara umum terhadap pekerjaanya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sifat positif terhadap pekerjaanya; seseorang yang tidak puas dengan pekerjaanya mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaan tersebut.
  • 12. Handoko (2004) menyatakan kepuasan kerja (job satisfaction) sebagai keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para pegawai memandang pekerjaan mereka. Luthans (2005) dalam bukunya Organizational Behaviour mengutip pendapat Locke bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang positif dari seseorang yang ditimbulkan dari penghargaan atas sesuatu pekerjaan yang telah dilakukannya. Dikatakan lebih lanjut bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari prestasi seseorang sampai seberapa baik pekerjaannya menyediakan sesuatu yang berguna baginya. Malthis (2006) kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang. Ketidakpuasan kerja muncul saat harapan-harapan ini tidak terpenuhi. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja pegawai merupakan sikap pegawai terhadap bagaimana mereka memandang pekerjaannya. Kepuasan kerja pegawai dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan pegawai. Kepuasan atau ketidakpuasan pegawai adalah respon pegawai terhadap evaluasi tingkat kesesuaian antara harapan sebelumnya dan kinerja desain pekerjaan aktual yang dirasakan oleh pegawai. Jadi, tingkat kepuasan pegawai terhadap pekerjaannya dan karirnya merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja desain dan evaluasi pekerjaan dan karir yang dirasakan dengan harapan pegawai. Apabila kinerja desain dan evaluasi pekerjaan dan karirnya tidak sesuai dengan harapan atau harapan melebihi kinerja desain dan evaluasi pekerjaan dan karirnya, maka pegawai akan kecewa. Sedangkan apabila kinerja desain dan evaluasi pekerjaan dan karirnya sesuai dengan harapan atau bahkan melebihi harapannya, pegawai akan merasa sangat puas. 12
  • 13. Jadi, kepuasan kerja adalah keadaan emosional seseorang terhadap pekerjaannya, ketika dia menemukan titik temu antara apa yang dia harapkan dari pekerjaan itu dan apa yang telah diberikan perusahaan terhadap dirinya. 13 b. Teori kepuasan kerja As’sad (2001) menjelaskan bahwa variabel yang dapat dijadikan indikasi menurunnya kepuasan kerja adalah tingginya tingkat ketidakhadiran(absensi), tingginya keluar masuknya pegawai (turnover), menurunnya produktivitas kerja atau prestasi kerja pegawai (performance). Apabila indikasi menurunnya kepuasan kerja pegawai tersebut muncul ke permukaan, maka hendaknya segera ditangani supaya tidak merugikan perusahaan. Menurut Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2007), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja, sebagai berikut: 1) Need fulfillment (pemenuhan kebutuhan). Kepuasan yang ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya. 2) Discrepancies (perbedaan). Model ini menyatakan bahwa kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan yang diperoleh individu dari pekerjaan. 3) Value attainment (pencapaian nilai). Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan yang memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting. 4) Equity (keadilan). Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan ditempat kerja. 5) Dispositional / genetic components (komponen genetik). Model ini didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik.
  • 14. B. Pentingnya kajian dan contoh penelitian Untuk melihat bagaimana persoalan nilai, sikap, dan kepuasan kerja dalam tataran realitas, berikut ini dipaparkan contoh penelitian (Jurnal) yang dengan setiap variabel, yakni: 1. Penelitian Tentang Nilai. Jurnal Perspektif Bisnis, Vol.1, No.1, Juni 2013, ISSN: 2338-5111 PREDIKSI PERILAKU RAMAH LINGKUNGAN YANG DIPENGARUHI OLEH NILAI DAN GAYA HIDUP KONSUMEN (Suprihatin Ali; Dosen Jurusan Administrasi Bisnis FISIP Universitas Lampung) TUJUAN PENELITIAN - Untuk mengetahui variabel nilai-nilai lingkungan berpengaruh pada variabel perilaku 14 ramah lingkungan. - Untuk mengetahui variabel gaya hidup berpengaruh pada variabel perilaku ramah lingkungan. METODE PENELITIAN - Disain Penelitian: Berdasarkan deskripsi tujuan penelitian adalah penelitian korelasional dan bukan deskriptif, dalam deskripsi waktu penelitian ini bersifat cross-sectional dan bukan longitudinal, dari deskripsi keluasan dan kedalaman topik merupakan penelitian statistik dan bukan kasus Berdasarkan deskripsi lingkungan penelitian merupakan penelitian lapangan dan bukan penelitian laboratorium atau simulasi, dan berdasarkan deskripsi aktivitas persepsi responden (subjects’ perception) merupakan penelitian yang menggunakan aktivitas rutin aktual responden dan bukan aktivitas yang dimodifikasi. - Penelitian ini dirancang untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen serta variabel mediasi seperti dirumuskan dalam hipotesis yang memerlukan pengujian lebih lanjut. Oleh karena itu, desain penelitian ini termasuk pada desain studi konfirmatori yang bertujuan menguji hipotesis. Metode pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan menggunakan kuesioner. - Sampel dan Pengukuran: Ukuran sampel memegang peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil. Ukuran sampel sebagaimana dalam metode statistik lainnya menghasilkan dasar untuk mengestimasi kesalahan sampling. Rumus untuk menghitung besar sampel untuk pemodelan SEM sampai sekarang belum ada, tetapi beberapa pengalaman yang pernah ditulis menunjukkan besar sampel yang cukup adalah berkisar 100-200. Bila terlalu besar, metode ini menjadi sensitif, sehingga sulit untuk mendapatkan ’Goodness of fit’ yang baik. Untuk itu disarankan ukuran sampel adalah 5-10 observasi untuk setiap estimasi parameter., sehingga apabila terdapat 20 parameter yang diestimasi, maka diperlukan 100-200 observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Bandar lampung. Penentuan jumlah sampel sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Roscoe (1975) seperti yang dikutip oleh Sekaran (2003)  Jumlah sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah cukup dalam penelitian.  Dalam penelitian multivariat (termasuk analisis regresi berganda) jumlah sampel harus beberapa kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian (sebaiknya 10 kali atau lebih besar).  Penelitian ini menggunakan SEM, maka minimal sampel yang digunakan adalah 200 responden. - Metode yang digunakan untuk mengambil data adalah non-probability sampling, artinya setiap anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk
  • 15. dijadikan sebagai sampel, karena tidak diketahui jumlah populasinya. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dara primer. Data primer dalam penelitian ini berasal dari responden, yaitu orang-orang yang merespon atau menjawab setiap pertanyaan penelitian. Data diambil dengan menggunakan kuesioner penelitian. Kuesioner dirancang dan berisikan informasi data responden dan pernyataan yang diharapkan dapat mengungkap gaya hidup dan nilai responden, serta niat berperilaku mereka. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pada level individual dan dilakukan melalui satu kali survai bukan longitudinal KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 1. Nilai dan gaya hidup memiliki pengaruh postif pada perilaku ramah lingkungan. Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian konfirmatori dengan mengacu pada model yang telah diajukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada latar yang digunakan. Dilihat dari hasil indeks kesesuaian pada model pengukuran yang ada belum fit. Hal ini perlu dilanjutkan dengan pengujian model struktural yang tidak dilakukan pada penelitian ini. 2. Berdasarkan hasil uji regresi yang ada menampilkan bahwa nilai dan gaya hidup dalam diri konsumen menjadi faktor penting yang harus diperhatikan oleh praktisi pemasaran dalam hal ini pemasar produk ramah lingkungan. Untuk konsumen yang memiliki nilai. Penelitian lain perlu dilakukan untuk melihat konsistensi instrument penelitian yang ada, dengan menambah variabel atau konstruk lain dan menggunakan latar industri yang berbeda. 15 2. Penelitian Tentang Sikap BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 14, Nomor 1, Juni 2010, hlm. 13-21 ISSN : 2367-11271. PERAN PENAMBAHAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL PADA GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DALAM MEMPREDIKSI KINERJA, ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR, DAN SIKAP BAWAHAN TERHADAP ATASAN: Studi Empiris pada Perusahaan Peternakan (Desi Mayasari, Suci Paramitasari Syahlani, Ahmadi) Laboratorium Agrobisnis Bagian Sosial Ekonomi Peternakan UGM Jl. Fauna no 3, Bulaksumur, Yogyakarta, Phone. 0274-513363, HP. 0815 687 8525 email: ssyahlani@yahoo.com, suci.syahlani@ugm.ac.id TUJUAN PENELITIAN - Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh gaya kepemimpinan transformasional pada kinerja, organizational citizenship behavior (budaya Organisasi), dan sikap bawahan terhadap atasan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Responden yang digunakan sebanyak 140 karyawan bawahan yang bekerja di tiga perusahaan peternakan yang mempunyai pangsa pasar dalam dan luar negeri. METODE PENELITIAN  Penelitian ini dilakukan dengan desain survei dengan menggunakan metode wawancara. Responden penelitian ini adalah karyawan di tiga perusahaan yang bergerak dalam industri peternakan pada level persuahaan dengan pangsa pasar internasional dan nasional. Karyawan yang dimaksud adalah bagian dari suatu organisasi yang terstruktur yang terdiri atas pimpinan dan bawahan. Sampel ditentukan dengan random sampling berdasar data karyawan perusahaan. Jumlah responden sampel penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah 140 responden. Sejumlah 48 responden diambil dari perusahaan peternakan A yang
  • 16. memiliki pangsa pasar internasional dan sejumlah 47 dan 45 reponden diambil dari perusahaan B dan C yang memiliki pangsa pasar nasional.  Kuesioner dikembangkan untuk mengukur kepemimpinan transformasional, kepemimpinan transaksional, kinerja, OCB, dan kinerja dengan menggunakan skala Likert. Uji kualitas data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner didasarkan atas sistem penilaian skala Likert. Item pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner ini menggunakan Multifactor Leadership Questionnaire atau MLQ (Bass dan Avolio,1990). MLQ merupakan kuesioner untuk kepemimpinan transaksional dan transformasional. Sehubungan dengan adanya penilaian atasan, peneliti memberikan keyakinan pada responden bahwa jawaban responden bersifat rahasia, sehingga diharapkan responden tidak memiliki keraguan dalam mengisi kuesioner. KESIMPULAN 1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kinerja, OCB dan sikap bawahan terhadap atasan. Penambahan gaya kepemimpinan transformasional meningkatkan kemampuan dalam memprediksi kinerja, OCB dan sikap bawahan terhadap atasan. Perusahaan besar dengan kapabilitas yang lebih baik dalam membentuk struktur organisasi yang lebih efektif relatif lebih dapat menarik manfaat yang lebih besar dari penambahan gaya kepemimpinan transformasional. 3. Penelitian Tentang Kepuasan Kerja Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.3, No. 1, April 2012, 123-140) ISSN : 2367-11271 Pengaruh Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja dengan Mediasi Komitmen (di PT Alam Kayu Sakti Semarang) A Soegihartono Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro, Jl Nakulo 5-11 Semarang Tawangmas Semarang Barat Semarang Jawa Tengah TUJUAN PENELITIAN - Untuk menganilisis pengaruh kepemimpinan terhadap komitmen pada perusahaan 16 PT. Alam Kayu Sakti Semarang. - Untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen pada perusahaan PT. Alam Kayu Sakti Semarang. - Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada perusahaan PT. Alam Kayu Sakti Semarang. - Untuk menganalisasi pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada perusahaan PT. Alam Kayu Sakti Semarang. - Untuk menganalisis pengaruh komitmen terhadap Kinerja karyawan pada Alam Kayu Sakti Semarang. - Untuk menganalisis komitmen yang menjadi mediasi atau tidak pada hubungan pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pada perusahaan PT. Alam Kayu Sakti Semarang. - Untuk menganalisis komitmen yang menjadi mediasi atau tidak pada hubungan pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pada perusahaan PT. Alam Kayu Sakti Semarang. METODE PENELITIAN  Populasi Dan Sampel Penelitian Adapun populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap PT. Alam Kayu Sakti (PT. ALKA ) Semarang yang berjumlah 300 orang Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. maka jumlah sampel dapat ditentukan sebesar 109 responden.
  • 17. Penulis menggunakan teknik ini karena populasi mempunyai unsur/anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional, misalnya mempunyai latar pendidikan yang berbeda. 17  Jenis Dan Sumber Data Jenis Data; Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi  Data primer, yaitu data yang berasal dari daftar – daftar hasil kuesioner.  Data sekunder, yaitu data dokumentasi yang di peroleh dari perusahaan dan dari sumber lain. Sumber Data : Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistimatik dan standart memperoleh data yang diperlukan. Data yang diperlukan dalam penelitian adalah data primer merupakan data yang berasal dari sumber yang asli, diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui daftar pertanyaan / kuesioner yaitu sebagai alat untuk mengumpulkan data yang berupa daftar pertanyaan (kuesioner) Dimana daftar pertanyaan ini cukup lengkap, terinci dan sistimatis tentang keterangan- keterangan yang dibutuhkan dari karyawan PT. Alam Kayu Sakti Semarang  Variabel Penelitian; Berdasarkan rumusan permasalahan dan hipotesis, maka variabel dapat diklasifikasikan sebagai berikut:  Variabel bebas (x) terdiri dari: Kepemimpinan (X1) Kepuasan kerja (X2)  Variabel mediasi, yaitu: Komitmen Veriabel Komitmen bisa menjadi variabel terikat apabila dihubungkan antara variabel Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja. Variabel Komitmen menjadi variabel bebas apabila dihubungkan dengan variabel kinerja:  Variabel terikat (Y): kinerja karyawan Variabel komitmen menjadi mediasi akan dianalisis pengaruhnya hubungan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Variabel komitmen menjadi mediasi akan dianalisis pengaruhnya hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. KESIMPULAN Dari hasil yang telah diteliti di PT. Alam Kayu Sakti Semarang, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 2. Penelitian ini dapat membuktikan kepemimpinan berpengaruh positip terhadap komitmen organisasional. Ini sesuai dengan teorinya Bass (1990). 3. Penelitian ini dapat membuktikan kepuasan kerja berpengaruh positip terhadap komitmen organisasional. Ini sesuai penelitian Johlke (2000). 4. Penelitian ini dapat membuktikan kepemimpinan berpengaruh positip terhadap kinerja. Ini sesuai dengan teorinya Bass (1990). 5. Penelitian ini dapat membuktikan kepuasan kerja berpengaruh positip terhadap kinerja. Ini sesuai dengan teorinya Robins (1996). 6. Penelitian ini membuktikan komitmen organisasional berpengaruh positip terhadap kinerja. Ini sesuai dengan penelitian Johlke dkk (2000). 7. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa komitmen organisasi memediasi pada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja. Ini sesuai dengan penelitian Tri Murdoko (2007). 8. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa komitmen organisasi memediasi pada pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja. Ini sesuai dengan penelitian Yustiani, Utai Dian (2005).