Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi antarbudaya dan hambatan-hambatannya, termasuk stereotipe dan prasangka. Beberapa hambatan komunikasi antarbudaya adalah asumsi kesamaan, perbedaan bahasa, kesalahpahaman nonverbal, serta stereotipe dan prasangka. Stereotipe dan prasangka dapat timbul karena berbagai faktor sosial, emosional, dan kognitif serta dipengaruhi oleh lingkungan dan media.
2. Pendahuluan
● Komunikasi antarpribadi dan budaya saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lain. Setiap individu memiliki latar
belakang budaya yang berbeda-beda, termasuk bahasa,
norma, nilai, dan kepercayaan yang berbeda-beda pula. Oleh
karena itu, saat berkomunikasi antarpribadi, kita harus
memperhatikan dan memahami konteks budaya yang
memengaruhi cara berkomunikasi kita.
● Konteks budaya dapat mempengaruhi bahasa yang digunakan,
bentuk tutur, pemilihan kata, dan intonasi suara dalam
komunikasi antarpribadi. Misalnya, di beberapa budaya,
bentuk bahasa yang lebih formal digunakan ketika berbicara
dengan orang yang lebih tua atau di posisi yang lebih tinggi.
Selain itu, norma budaya juga dapat mempengaruhi bentuk
ekspresi emosi, seperti menunjukkan rasa hormat, rasa malu
atau rasa bersalah.
3. Pendahuluan
● Selain itu, nilai-nilai dan kepercayaan budaya dapat
mempengaruhi topik dan cara berbicara dalam komunikasi
antarpribadi. Misalnya, di beberapa budaya, topik seperti
agama atau seksualitas mungkin dianggap sensitif atau tidak
pantas untuk dibicarakan secara terbuka.
● Dengan mempelajari komunikasi antarpribadi, kesalahan-
kesalahan persepsi bisa diminimalisasi dan bahkan bisa
disangkal.
4. ● Tidak dipungkiri bahwa sering terjadi
kesalahpahaman dalam komunikasi
antarpribadi. Dari kesalahpahaman ini, sering
terjadi perseteruan bahkan pertengkaran
antara orang yang khususnya memiliki
perbedaan budaya. Inilah yang disebut sebagai
hambatan komunikasi antarbudaya.
● Hambatan komunikasi antarbudaya juga dapat
didefinisikan sebagai komunikasi yang tidak
efektif dengan orang yang berbeda latar
belakang budaya.
Hambatan Komunikasi
5. Menurut Barna dalam Samovar & Porter (1994) dalam
Sumantri (2007) menyatakan setidaknya terdapat 6
hambatan dalam komunikasi antarbudaya, diantaranya
adalah:
1. Asumsi tentang Persamaan
Asumsi ini tidak hanya mengenai bahasa lisan yang bisa
digunakan akan tetapi juga harus mengartikan bahasa
nonverbal, tanda, dan lambang.
2. Perbedaan Bahasa
Perbendaharaan kata, sintaksis, idiom, slang, dialek,
dapat menjadi hambatan.
3. Kesalahpahaman Nonverbal
Kurangnya pemahaman mengenai tanda dan lambang
nonverbal seperti gesture, postur, dan gerak-gerik
tubuh lainnya akan menjadi batasan komunikasi.
Hambatan Komunikasi
6. 4. Prasangka dan Stereotipe
Prasangka dapat didefinisikan sebagai suatu sikap
dalam mengambil sebuah keputusan tanpa
mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi, sehingga
bisa menyebabkan kesalahpahaman.
Stereotip adalah sebuah pandangan atau cara pandang
terhadap suatu kelompok sosial di mana cara pandang
tersebut lalu digunakan pada setiap anggota kelompok
tersebut.
5. Kecenderungan untuk menilai
Batasan komunikasi ini disebabkan oleh penilaian yang
terjadi dan akan semakin parah jika terdapat perasaan
dan emosi mendalam yang terlibat.
6. Kegelisahan/ketegangan yang tinggi
Juga dikenal sebagai tekanan biasanya hadir karena
ketidaktentuan yang timbul.
Hambatan Komunikasi
7. Sedangkan Rahardjo (2005) membagi hambatan komunikasi
antarbudaya menjadi empat bagian, yaitu:
● Etnosentrisme
Etnosentrisme ialah paham yang dianut kelompok atau
suku bangsa yang menganggap lebih superior dibandingkan
kelompok luar.
● Stereotipe
● Prasangka
● Hubungan antara stereotipe, prasangka, dan kontak
antarbudaya.
Hambatan Komunikasi
8. Prasangka • Prasangka pertama kali diperkenalkan oleh psikolog dari
Universitas Harvard, Gordon Allport berasal dari kata
praejudicium yang berarti pernyataan atau kesimpulan
tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman
yang dangkal terhadap seseorang atau sekelompok orang
tertentu.
• Allport (dalam Ali, dkk, 2010) mengemukakan bahwa
prasangka adalah sikap antipati yang berlandaskan pada
cara menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel, serta
prasangka sebagai suatu evaluasi negatif seseorang atau
sekelompok orang terhadap orang atau kelompok lain,
semata-mata karena orang atau sekelompok orang itu
merupakan anggota kelompok lain yang berbeda (outgroup)
dari kelompoknya sendiri (ingroup). Hal tersebut kemudian
menyebabkan individu melakukan bias dalam memandang
outgroup sehingga muncul stereotipe terhadap kelompok
outgroup.
• Suatu sikap atau penilaian negatif yang ditujukan kepada
seseorang atau sekelompok orang atas dasar perbandingan
dengan kelompok sendiri.
9. Faktor Penyebab
Menurut Herek (dalam Lewenussa & Mashoedi, 2007) ada
beberapa faktor munculnya prasangka, yakni:
1. Sumber sosial (kesenjangan sosial, identitas sosial,
konformitas, dukungan institusional)
2. Sumber emosional (frustrasi dan agresi, dinamika
kepribadian)
3. Sumber kognitif (kategorisasi, atribusi, konsekuensi kognitif
dari stereotip)
10. Faktor Penyebab
Selain itu ada beberapa faktor munculnya prasangka, yakni:
● Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing
hitam
Munculnya prasangka ini bisa disebabkan karena adanya
keinginan bagi seseorang untuk melakukan “kambing hitam”.
Bukan hanya dapat dilakukan oleh individu saja, tetapi seuatu
kelompok atau golongan bisa juga menginginkan melakukan
“kambing hitam” agar terhindar dari suatu tuduhan.
● Orang berprasangka karena memang ada niat dalam
berprasangka
Faktor penyebab timbulnya prasangka adalah adanya niat
untuk berprasangka terhadap orang lain atau suatu kelompok.
11. Faktor Penyebab
● Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah
menjadi pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan
tertentu
Jika suatu lingkungan sudah memiliki pendapat umum yang
cenderung negatif, maka besar kemungkinan kalau sikap prasangka
akan timbul. Pendapat umum yang negatif bisa saja berupa
merendahkan latar belakang orang lain, seperti suku, ras, agama,
dan sebagainya. Bahkan, bisa menyebabkan terjadinya diskriminasi
hingga kekerasan sosial.
● Prasangka timbul karena adanya perbedaan, di mana
perbedaan ini menimbulkan perasaan superior
Faktor berikutnya timbulnya prasangka adalah adanya perbedaan.
Dengan kata lain, adanya perbedaan atau keberagaman dalam
suatu lingkungan sosial. Perbedaan yang dimaksud meliputi:
perbedaan fisik, perbedaan lingkungan/geografis, perbedaan
kekayaan, perbedaan kepercayaan/agama, perbedaan status sosial,
perbedaan norma sosial, dan lain sebagainya (Putra, 2012).
12. Ciri-ciri Prasangka
Menurut Brown (2005) terdapat beberapa ciri prasangka, yaitu:
1. Adanya keyakinan kognitif yang bersifat merendahkan
Merupakan kecenderungan untuk merendahkan orang atau
kelompok lain atas dasar pandangan dari kelompok sendiri.
2. Adanya pengekspresian perasaan negatif
Adanya perasaan negatif yang dimiliki seseorang kepada
orang atau kelompok lain yang memiliki perbedaan dengan
dirinya.
3. Adanya tindakan permusuhan dan diskriminatif
Seseorang cenderung menunjukkan sikap atau tingkah laku
yang menunjukkan adanya permusuhan dan
mendiskriminasi anggota di luar kelompoknya berdasarkan
pandangan dari kelompok sendiri.
13. Contoh Prasangka
● Dalam dunia kerja, pelamar dengan
usia tertentu tidak diperkenankan
untuk mendaftar pekerjaan karena
dianggap sudah terlalu tua = tidak lagi
kompeten, gaptek, dsb.
14. Stereotipe
● Gold (2006): Stereotip merupakan gabungan kata stereos
dalam bahasa Yunani yang bermakna tetap padat atau
permanen dengan kata typus bahasa Latin yang bermakna
kesan. Dari kedua makna kata tersebut, sudah
menggambarkan dua atribut penting dari istilah yang
digunakan saat ini, yaitu sebuah kesan yang sifatnya
tetap.
● Sihabudin menjelaskan stereotipe adalah generalisasi
(biasanya bersifat negatif) atas kelompok tertentu (suku,
agama, ras) dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan
individual.
● Samovar, Porter & McDaniel: sejumlah asumsi salah yang
dibuat oleh orang di satu budaya terhadap karakteristik
anggota kelompok budaya lain.
15. Stereotipe
• Kita memperoleh informasi biasanya dari pihak kedua atau
media, sehingga kita cenderung untuk menyesuaikan
informasi tersebut agar sesuai dengan pemikiran kita. Ini
sudah merupakan pembentukan stereotipe.
• Stereotipe bisa berkaitan dengan hal positif atau negatif,
stereotipe bisa benar bisa salah, stereotip bisa berkaitan
dengan individu atau sub-kelompok.
16. Stereotipe
• Stereotipe juga digunakan oleh manusia sebagai bagian dari
mekanisme pertahanan diri [self defense mechanism] untuk
menyembunyikan keterbatasan kita atau untuk
membenarkan perasaan kita yang rapuh tentang
superioritas.
• Sebagai contoh, stereotipe negatif tentang orang Amerika
kulit hitam sebenarnya bersumber pada justifikasi
perbudakan orang Amerika kulit putih terhadap orang kulit
hitam.
17. Contoh Stereotipe
Sebagai contoh stereotipe antarsuku di Indonesia:
• Orang Jawa dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus
dan sopan, sedangkan orang-orang Batak distereotipkan
oleh mereka sebagai kelompok yang nekat, suka berbicara
keras, suka berkelahi.
• Namun, di satu sisi orang Batak menganggap diri mereka
pemberani, terbuka, suka berterus terang, pintar, rajin, kuat
dan tegar. Sebaliknya, orang Batak menganggap orang-orang
Jawa dan Sunda lebih halus dan sopan tapi lemah dan tidak
berterus terang.
• Apa yang orang Sunda anggap kekerasan, bagi orang Batak
justru kejujuran. Apa yang orang Sunda anggap kehalusan,
bagi orang Batak adalah kemunafikan dan kelemahan.
18. Mengapa Muncul Stereotipe
• Manusia butuh sesuatu untuk menyederhanakan realitas kehidupan
yang bersifat kompleks.
• Manusia butuh sesuatu untuk menghilangkan rasa cemas [anxiety]
ketika berhadapan dengan sesuatu yang baru, manusia lalu
menggunakan stereotipe.
• Manusia butuh cara yang ekonomis untuk membentuk gambaran dari
dunia di sekitarnya.
• Manusia tidak mungkin mengalami semua kejadian, karenanya
manusia mengandalkan informasi dari pihak lain sebagai jendela dunia
Maka, terjadilah duplikasi stereotip.
19. Media dan Stereotipe
Dalam media stereotipe ini melekat dalam berbagai tayangan; dari
sinetron, infotainment, telewicara, hingga berita. Media massa
dalam hal ini menjadi agen yang justru ikut menyebarluaskan
stereotipe mengenai suatu kelompok.
1. Stereotip Ras Minoritas
• Di AS ras minoritas terkait dengan masyarakat kulit hitam dan
suku Indian, yang sering digambarkan sebagai masyarakat kelas
dua, kriminalis dan terbelakang.
• Di Indonesia sering terkait dengan suku Tionghoa, sebagai
kelompok yang pelit.
20. Media dan Stereotipe
2. Stereotipe Perempuan
Pada iklan perempuan digambarkan sebagai “super mom”, yakni
pintar mengurus rumah tangga, melindungi anak, memuaskan suami
dan menyenangkan mertua (seringkali ditempatkan di ruang
domestik).
21. Media dan Stereotipe
3. Stereotip mengenai Agama
Stereotipe lainnya adalah penggambaran orang Islam sebagai
teroris. Hal ini terutama setelah peristiwa 9/11.