1. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1
TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN SOSIAL-
EMOSIONAL
Nama : 1. Aruming Tias P.A (06141281320012)
2. Rizka Supriyanti (06141281320001)
Dosen Pembimbing : Dra. Syafda Ningsih
2. TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN SOSIAL-
EMOSIONAL
1.1 Teori Perkembangan Sosial Erik Erikson
A. Orientasi Umum
Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman pada
tahun 1902. Ia besar di Karlshure.
Erik Erikson merupakan salah seorang penganut
aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud. Miller
(1983) menyebutkan bahwa Erikson, sebagai seorang
psikoanalisis, menerima dasar-dasar orientasi umum
Freud. Tahapan yang dibuat oleh Erikson adalah
tahapan psikososial, penekanan pada
identitas, dan perluasan metodologi.
3. 1. Tahapan Psikososial
Erikson membuat perbedaan antara psikoseksual Freud dengan
psikososialnya dalam memandang perilaku.
Erikson menekan bahwa proses maturasi fisik dan tuntutan masyarakat
menciptakan delapan krisis atau isu yang harus diselesaikan oleh
seseorang. Ia menjelaskan krisis ini dengan hasil positif dan
negatif, misalnya bacis trust vs basic mistrust. Erikson berpendapat
bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk menyelesaikan berbagai
krisis.
2. Penekanan Terhadap Identitas
Erikson (Miller, 1983) selalu menekankan pada pencarian identitas pada
tiap tahapan kehidupan. Identitas memainkan peranan yang amat penting
bagi kehidupan karena identitas diri merupakan pengertian dan
penerimaan, baik bagi diri sendiri maupun dalam masyarakat.
3. Perluasan Metode Psikoanalisis
Erikson (Miller,1983) menambah tiga metode baru dalam mempelajari
proses perkembangan. Metode tsb adalah observasi langsung pada
anak, perbandingan cross-cultural dan sejarah psikologis.
4. B. Tahapan Psikososial
Erikson membagi perkembangan psikososial menjadi 8 tahapan
1. Basic Trust vs Basic Mistrust (0-1 Tahun)
Basic trust adalah kepercayaan kepada
orang lain dan perasaan bahwa diri kita
berharga. Seorang bayi akan mempunyai rasa
percaya bila ibunya selalu memberinya makan
saat lapar dan menghiburnya saat ia merasa
tidak nyaman. Hanya orang tua yang
mempunyai kepercayaan diri dan merasa
dirinya berhargalah yang dapat menimbulkan
rasa percaya dalam diri anak. Apabila anak
tidak mendapat rasa percaya dan mengalami
basic mistrust maka kelak bila dewasa ia akan
menjadi orang yang frustasi, menarik
diri, pencuriga, dan tidak percaya diri.
5. 2. Autonomy vs Shame and Doubt (Tahun ke-2)
Pada usia ini anak mulai mandiri secara
fisik dan psikologis. Ia sudah merasa bahwa
dirinya adalah seseorang yang bebas dan bukan
merupakan bagian dari orang lain. Namun, pada
saat yang sama timbul rasa ketidaknyamanan dan
ketakutan karena ia takut untuk mandiri. Anak
juga mulai mengerti peraturan. Ia tau dari mana
dirumahnya yang merupakan daerah
„kekuasaannya‟, tempat ia boleh bereksplorasi.
Keberhasilan pada masa ini akan membuat
seseorang merasa mandiri dan mampu
mengendalikan kehidupannya kelak. Akan
tetapi, apabila anak terlalu dibatasi atau mendapat
hukuman terlalu keras maka dalam diri anak anak
akan berkembang perasaan malu dan ragu.
6. 3. Innitiative vs Guilt (3-5 Tahun)
Anak pada tahap ini sudah
merasa yakin bahwa ia adalah
seseorang. Anak juga dituntut untuk
mengembangkan inisiatif dan
bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan. Hal ini ditunjang dengan
perkembangan bahasa dan
motoriknya yang sudah dapat
menjelaskan dan mencoba apa yang
ia inginkan. Perasaan bersalah yang
tidak menyenangkan akan muncul
apabila anak tidak memiliki rasa
tanggung jawab dan merasa terlalu
khawatir.
7. 4. Industry vs Inferiority (6 Tahun – Pubertas)
Pada tahap ini anak merasa
bahwa “Aku adalah apa yang
aku pelajari”. Kehidupan
sentralnya adalah sekolah. Anak
pada usia sekolah dasar
mengerahkan tenaga dan
pikirannya untuk menguasai
pengetahuan dan keterampilan
intelektual.
8. 5. Identity vs Identity Confusion (Remaja: 10-20 tahun)
Rasa percaya, otonomi, insiatif dan
kerajinan memberikan kontribusi pada
identitas anak. Namun pada masa remaja anak
mengalami krisis akan apa yang sudah
diperolehnya selama ini. Pada masa
remaja, seseorang mengalami perubahan
biologis yang cukup signifikan sehingga
secara psikologis ia kembali merasa
limbung.Identitas diri pada remaja umumnya
mereka peroleh dari teman sebaya. Apabila
anak berhasil menemukan “potongan-
potongan” kepribadian dan menyatukannya
maka ia berhasil menemukan identitas diri.
Sebaliknya bila tidak, ia akan merasa dirinya
tidak utuh.
9. 6. Intimicy vs Isolation (Dewasa muda: 20-30 Tahun)
Apabila identitas diri sudah terbentuk
dengan baik, maka seseorang baru dapat
menemukan keintiman psikologis dengan orang
lain. Rasa identitas diri ini amat penting supaya
seseorang tidak merasa harus lebur dalam
kepribadian orang lain yang dekat dengannya.
Kedekatan pada masa ini umumnya terjadi pada
dua hal. Pertama, adalah dengan teman-teman
sesama jenis untuk membina persahabatan yang
saling menguntungkan. Kedua, adalah dengan
lawan jenis untuk membina hubungan
percintaan. Apabila masa ini tidak terlewati
dengan baik maka seseorang akan merasa
terisolisasi,kosong, dan dingin dalam
lingkungannya.
10. 7. Generativity vs Stagnation (Dewasa Madya: 40-50 Tahun)
Generativity berarti
keinginan untuk menciptakan
dan membimbing generasi
berikutnya. Apabila tidak
berhasil maka orang akan
merasa tidak berkembang
dan bosan (stagnation).
11. 8. Integrity vs Despair (Dewasa akhir)
Pada tahapan terakhir
ini, seseorang melihat ke belakang dan
menilai apa yang telah dilakukannya
dalam kehidupan.
Integritas mencakup penerimaan
akan keterbatasan diri dan
kehidupan, merasa menjadi bagian
dari sejarah kehidupan, dan memiliki
kebijakan. Apabila gagal maka orang
akan merasa menyesal akan apa yang
telah dan tidak dilakukan, takut akan
kematian dan tidak menyukai diri
sendiri (dispair).
12. C. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Perkembangan
Proses maturasi yang terjadi pada anak, membuat anak
mempunyai kemampuan baru dan membuka banyak
kesempatan lain pada anak. Erikson juga menyebutkan bahwa
anak hidup dalam komunitas dari lingkaran kehidupan. Menurut
Erikson perkembangan psikososial individu tidak terlepas dari
budaya. Pertama walaupun tiap anak melewati tahapan
perkembangan psikososial yang sama, tiap budaya mempunyai
cara sendiri untuk mengarahkan dan menguatkan tingkah laku
anak pada tahapannya. Kedua adalah budaya bisa berubah
seiring dengan waktu. Adanya kemajuan
teknologi, pendidikan, urbanisasi, dan perkembangan lain
membuat budaya harus berubah dan beradaptasi sesuai dengan
lingkungan masyarakat dan kebutuhannya. Erikson juga
menekankan pentingnya bermain.
13. 1.2 Teori Perkembangan Emosional Maslow
Perkembangan emosi merupakan salah satu factor yang
turut menentukan keberhasilan individu dalam kehidupan. Teori
perkembangan emosional dari Maslow yang mencakup orientasi
umum teori, hierkaki kebutuhan, dan upaya menumbuhkan
motivasi aktulisasi diri. Kebutuhan yang paling rendah adalah
kebutuhan fisik, membuat seseorang lebih terpaku pada
pemenuhan akan rasa lapar,haus dan tempat tinggal. Kebutuhan
yang paling tinggi adalah aktualisasi diri. Abraham Maslow
lahir pada tahun 1908 di Brooklyn dan dibesarkan di daerah itu
pula. Ia merasa bahwa selama ini psikologi terlalu memandang
manusia secara pesimis,negatif, dan memiliki konsep yang
terbatas.
14. A. Orientasi Umum Teori Maslow
Maslow berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya
baik, tidak jahat. Maslow menekankan empat hal. Pertama
manusia menurut Maslow (Hall, 1985) memiliki struktur
psikologis yang beranologi dengan struktur fisik, yaitu
kebutuhan (needs), kapasitas (capacities) dan kecenderungan
(tendencies) yang didasari pada genetis. Kedua perkembangan
yang sehat dan yang diharapkan selalu melibatkan aktualisasi
dari karakteristik tersebut, atau dapat disebut pemenuhan
potensi manusia. Ketiga, keadaan patologis manusia secara
umum berasal dari penyangkalan (denial), frustasi
(frustration) atau memutar (twisting) keadaan manusia yang
baik adalah aktualisasi diri. Sementara yang buruk atau
abnormal adalah segala hal yang menghambat atau membuat
frustasi atau menyangkal esensi dasar manusia.
Keempat, manusia mempunyai keinginan dan kemauan aktif
untuk mencapai kesehatan mental perkembangan aktualisasi
diri. Ada lima kebutuhan pada hierkaki tersebut.
15. B. Hierarki Kebutuhan
Bagi Maslow, seseorang
berhubungan dengan dunia melalui
dua cara, yaitu D-realm dan B-realm.
D-realm atau deficiency (kekurangan)
berarti manusia berusaha untuk
memenuhi kebutuhan dasar untuk
bertahan hidup. Misalnya, orang yang
kekurangan makan, minum dan tempat
tinggal akan menggunakan seluruh
kapasitasnya untuk memenuhi
kebutuhan ini. B-realm atau being
(menjadi). Pada tahap B-realm
motivasi individu akan meningkat
serta akan mencari aktualisasi diri dan
pengayaan dari keberadaannya.
Hierarki Kebutuhan Maslow
16. 1. Kebutuhan Fisiologis
Merupakan kebutuhan yang paling dasar. Kebutuhan fisik
seperti lapar,haus,dan leleah harus terpenuhi dulu sebelum
manusia dapat melangkah ke jenjang kebutuhan berikutnya.
Terkadang juga keadaan psikologis, misalnya kesepian, membuat
orang merasa lapar karena kesalahn interpretasi dari tubuh.
2. Kebutuhan akan Rasa Aman
Merupakan kebutuhan akan rasa
keselamatan, kestabilan, proteksi, struktur, keteraturan, hukum, ba
tasan, dan bebas dari rasa takut. Anak-anak mengekpresikan
kebutuhan ini dengan cara menangis untuk meminta rasa aman
dari orang tuanya. Kebutuhan akan rasa aman ini tidak hanya
tergantung dari hal-hal „besar‟ seperti keamanan Negara, tetapi
juga tergantung pada hal-hal yang „kecil‟ seperti pekerjaan
tetap, adanya tabungan.
17. 3. Kebutuhan Memiliki dan Cinta
Maksudnya adalah kita memiliki hubungan yang hangat
dengan orang lain seperti keluarga, teman, pasangan, dan anak.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari suatu kelompok
baik keluarga maupun kelompok teman. Ia menyebutkan bahwa
kurangnya perasaan dekat dengan orang lainmembuat kita tidak
dapat menyesuaikan diri dengan baik dan akhirnya kita
mengalami gangguan.
18. 4. Kebutuhan Rasa Percaya Diri
Ada dua jenis kebutuhan rasa percaya diri. Yang pertama adalah
kebutuhan untuk perasaan kuat, menguasai sesuatu, kompetensi dan
kemandirian. Yang kedua adalah perasaan dihormati oleh orang
lain, status, ketenaran, dominasi menjadi penting. Menurut Maslow
kepuasaan dari tingkat kebutuhan ini akan membuat orang percaya
diri,berharga, kuat,mampu,berguna oleh orang lain. Apabila kepuasaan
tidak tercapai maka orang itu akan rendah diri, lemah dan tidak berdaya.
Ia berpendapat bahwa rasa percaya diri paling sehat dan stabil adlah
yang berasal dari perasaan bahwa dirinya memang berhak untuk
mendapatkan rasa hormat dari orang lain bukan sekedar dari ketenaran.
5. Kebutuhan akan Aktualisi Diri dan Metaneeds
Merupakan kebutuhan payung yang membawahi 17 metaneeds atau
nilai-menjadi (being-value). Beberapa kebutuhan meta merupakan
kebutuhan dasar seperti keadialn,kejujuran,keteraturan kebebasan untuk
melakukan sesuatu dan berbicara serta mencari informasi dan membela
diri.
19. C. Menumbuhkan Motivasi Aktualisasi Diri
Ada delapan cara yang dapat dilakukan untuk mengaktualisasi diri
yaitu sebagai berikut:
1. Berikan kesempatan kepada setiap anak untuk mengalami setiap
kejadian dengan hidup, penuh dan tidak egois.
2. Kehidupan adalah proses terus-menerus dari memilih keamanan dan
risiko.
3. Apabila anak harus berpikir, jangan terlalu banyak member petunjuk.
Biarkan anak mengatakan apa yang memang mereka rasakan.
4. Apabila anak dalam keraguan, dorong anak untuk mengatakan
sejujurnya.
5. Berikan anak mendengar seleranya sendiri dan bersiap untuk menjadi
tidak popular.
6. Berikan kesempatan kepada ank menggunakan kepandaiannya.
7. Ajak anak untuk mempelajari apa yang terbaik dan terburuk mereka
dan bantu anak untuk menyingkirkan segala ilusi dan keyakinan palsu.
8. Minta anak untuk mengenali dirinya sendiri, apa yang disukai dan
tidak disukai, apa yang baik dan buruk untuk mereka. Selain itu anak
juga didorong untuk mengenali pertahanan dirinya dan menemukan
kekuatan untuk mengalahkannya.
20. 1.3 Resiliensi
A. Pengertian Resiliensi
Menurut Irwanto (2003) pada dasarnya anak adalah organism
yang sangat lentur, yang mampu beradaptasi dengan situasi yang
paling sulit sekalipun. Anak resilinse adalah anak yang
mempunyai kekuatan batin dan emosional yang luar biasa
sehingga dapat mengatasi berbagai trauma. Anak-anak ini mampu
mencari dukungan dari lingkungan sekitarnya seperti
teman, keluarga atau yang lainnya dalam menghadapi dan
mengatasi keadaan yang tidak menyenangkan.
21. B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi
Anak resiliensi adalah anak yang „segar kembali‟ yang
mampu mengatasi keadaan yang sangat tidak menyenangkan, yang
membinasakan perkembangan emosional kebanyakan anak.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kepribadian Anak. Anak resiliensi cendurung mampu beradaptasi
cukup baik terhadap lingkungan yang berubah, berpikir positif
peka terhadap orang lain dan mandiri.
2. Keluarga. Anak memiliki hubungan yang baik dengan kedua
orang tuanya yang saling mendorong satu sama lain atau
memiliki yang dekat dengan ayah atau ibu atau paling tidak
memiliki hubungan dekat dengan saudara kandung atau orang
dewasa.
22. 3. Pengalaman belajar. Anak resiliensi mungkin memilki
pengalaman mengatasi social. Atau mereka melihat orang lain-
orang tua, kakak, atu yang lainnya mengatsi frustasi dan situasi
yang tidak menyenangkan.
4. Faktor-faktor risiko terbatas. Anak yang dihadapkan pada satu
factor yang sangat berkaitan dengan penyakit psikis sering kali
dapat mengatasi stress.
Hasil penelitian menemukan bahwa keadaan yang tidak
menguntungkan dari seseorang anak dapat dikurangi dan anak
dapat mengembangkan kekuatan dan kemampuan yang diperlukan
untuk menghadapi kesengsaraan yang mereka rasakan.