SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika bisnis pers
1. Perusahaan pers atas inisiatif bersama memelihara iklim yang
kondusif,

dalam

arti

berjalannya

kemerdekaan

pers

sebagai

landasan dan jaminan bagi tumbuh berkembangnya industri pers.
Perusahaan

pers

melaksanakan

dan

mengelola

hak-hak

warga

negara yang berdaulat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan
memperoleh informasi melalui prinsip-prinsip kemerdekaan pers.
iklim

yang

kondusif

bagi

berjalannya

kemerdekaan

pers

merupakan jaminan bagi rakyat untuk memperoleh hak-haknya,
yang

sekaligus

merupakan

komoditas

bagi

tumbuh

dan

berkembangnya industri pers. Perusahaan pers secara bersamasama

harus

tetap

menjaga

komitmennya

dan

memelihara

iklim

kondusif bagi berjalannya kemerdekaan pers ini.
2. Perusahaan pers tidak melakukan praktik monopoli pembentukan
opini

publik

dan

memonopoli

kepemilikan

terhadap

industri

media massa.
Perusahaan pers menjalankan misi sebagai pilar keempat dalam
kehidupan demokrasi. Rakyat berhak mendapatkan banyak pilihan
sumber informasi untuk menentukan sikap dan pemikirannya. UU
anti

monopoli

telah

mengatur

batasan

pangsa

pasar

dan

kepemilikan perusahaan untuk berbagai produk pada umumnya.
Kekhususan perusahaan pers terletak pada pembentukan opini
publik bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi apabila
penguasaan berbagai media (cetak, radio, dan televisi) berada
di satu tangan atau satu kelompok kepentingan.
3. Perusahaan pers bekerjasama dengan sesamanya bagi kehidupan
industri

pers

yang

saling

menguntungkan

dan

menghindari

persaingan curang.
Interaksi

perusahaan

pers

secara

horizontal

adalah

hidup

berdampingan dengan sesama perusahaan pers. Untuk menjalankan
visi dan misi perusahaan dan sekaligus untuk menjalankan visi
dan misinya secara universal, perusahaan pers dapat bekerja
sama dengan prinsip saling menguntungkan dan terus berusaha
mencegah

terjadinya

persaingan

tidak

sehat

(seperti

mendiskreditkan perusahaan lain, menjegal jalur distribusi,
pembajakn tenaga kerja, dll).
menjaga

kemerdekaan

pers,

tidak

monopoli

dalam

kepemilikan

dan

opini, menghindari persaingan curang
B. MENJAGA KEMERDEKAAN PERS
“Perusahaan pers melaksanakan dan mengelola hak-hak warga negara
yang berdaulat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh
informasi melalui prinsip-prinsip kemerdekaan pers. iklim yang
kondusif bagi berjalannya kemerdekaan pers merupakan jaminan
bagi

rakyat

untuk

memperoleh

hak-haknya,

yang

sekaligus

merupakan komoditas bagi tumbuh dan berkembangnya industri pers.
Perusahaan

pers

komitmennya

dan

secara

bersama-sama

memelihara

iklim

harus

kondusif

tetap
bagi

menjaga

berjalannya

kemerdekaan pers ini"
a. Pengertian Kemerdekaan Pers
Namun, bebas di sini tidak berarti bebas sebebas-bebasnya.
Kalau menulis atau memberitakan sesuatu peristiwa misalnya, tidak
boleh seenaknya sendiri. Harus benar, objektif, berdasarkan fakta.
Kalau mengandung kontroversi berita harus berimbang, tidak boleh
menghakimi.
Pendeknya bukan kebebasan mutlak, melainkan

kebebasan yang

ada batasnya. Batas itu adalah ketentuan hukum dan undang-undang.
Batas itu adalah etika profesi, atau kode etik jurnalistik bagi
kalangan wartawan. Batas itu adalah hati nurani. Kebebasan yang
tanpa batas berisiko menabrak hak asasi pihak lain.
Mengenai kebebasan pers, Komisi Kemerdekaan Pers menyatakan bahwa
kemerdekaan pers itu harus diberi arti :
1) Bahwa kebebasan tersebut tidaklah berarti bebas untuk melanggar
kepentingan-kepentingan individu yang lain.
2) Bahwa kebebasan harus memperhatikan segi-segi keamanan negara.
3) Bahwa pelanggaran terhadap kemerdekaan pers membawa konsekuensi/
tanggung jawab terhadap ukuran yang berlaku.

b. Pentingnya Kemerdekaan Pers
Indonesia

yang

merupakan

negara

demokrasi,

KEMERDEKAAN

pers

mutlak perlu. Tanpa kemerdekaan, pers tidak dapat melaksanakan peran
pentingnya secara maksimal. Peran-peran itu adalah memenuhi hak
masyarakat untuk mengetahui; melakukan pengawasan, kritik, koreksi,
saran

terhadap

hal-hal

yang

berkaitan

dengan

kepentingan

umum,

mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, benar,
dan akurat, menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, penegakan hukum
dan HAM, serta memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
Kalau

pers

tidak

dapat

memaksimalkan

peran

konstruktifnya

sesungguhnya yang rugi tidak hanya kalangan pers tapi juga bangsa
ini secara keseluruhan. Termasuk pemerintah, dunia usaha, pekerja,
mahasiswa, kalangan profesional, dan tentu masyarakat. Kemerdekaan
pers sekurang-kurangnya ditandai oleh tidak adanya sensor, beredel,
dan larangan terbit/ penyiaran. Juga adanya kebebasan bagi pers
untuk

melaksanakan

6

M,

yaitu

mencari,

memperoleh,

memiliki,

menyimpan, mengolah, serta menyebarluaskan gagasan dan informasi.
Itulah esensi kegiatan jurnalistik.
kemerdekaan pers dapat dikatakan bukan hanya milik masyarakat
pers melainkan juga milik semua anak bangsa. Karena sesungguhnya
yang berjuang demi keterwujudan kemerdekaan pers adalah semua elemen
bangsa. Baik itu kalangan LSM, akademisi, politikus, pegiat HAM,
maupun advokat, dan tentu kalangan pers sendiri. Jadi wajar kalau
peruntukan dan kemanfaatannya juga untuk semua elemen bangsa.
c. Kemerdekaan Pers Pada Masa Orede Baru Dan Sekarang
Pada masa orde baru, kita pernah berada pada masa ada beredel
terhadap

pers.

mengolah,

dan

Pers

pernah

dalam

menyebarluaskan

kondisi

informasi

tidak

ataupun

bebas

mencari,

gagasan.

Banyak

peristiwa penting terjadi tetapi tidak boleh diberitakan. Apalagi
kalau menyangkut penguasa atau kekuasaan. Kontrol dan kritik pers
tidak maksimal. Padahal itu adalah bagian sangat penting dari fungsi
pers.
Kita sekarang memiliki sepenuhnya kemerdekaan/ kebebasan pers.
Bahkan di negeri ini kebebasan pers termasuk yang terbaik di Asia.
Oleh karena itu, Kemerdekaan pers harus dipertahankan dan digunakan
sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
Kemerdekaan pers tidak boleh disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak
terpuji. Kemerdekaan pers juga harus dijaga jangan sampai menjadi
kebablasan pers.

Masyarakat pers harus dapat menjaga keepercayaan

masyarakat bahwa dirinya memang pantas mendapatkan kemerdekaan pers
dan tepercaya pula untuk memeliharanya.
Tentu ada pihak-pihak lain yang tidak senang dan merasa tak
nyaman dengan iklim kebebasan pers sekarang ini. Mudah diduga,
mereka adalah orang-orang yang suka menyeleweng, menyalahgunakan
wewenang dan kekuasaan, korup dan lain-lain. Mereka tidak ingin
perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji itu diketahui oleh publik.

d. Batasan Kemerdekaan Pers
Kemerdekaan/kebebasan pers bukannya tanpa batas dan tanggung
jawab. Batasan kemerdekaan pers telah di atur dalam :
1. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, Pasal 5
''Dalam memberitakan peristiwa dan opini pers nasional wajib
menghormati norma agama, rasa kesusilaan masyarakat, dan asas
praduga tidak bersalah. Pers juga wajib melayani

hak jawab

dan hak koreksi''. Kewajiban-kewajiban itu kalau dilanggar
dapat dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 18, yaitu
pidana denda paling banyak Rp 500 juta.
2. kode etik jurnalistik
-

''wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah,
sadis, dan cabul''.

-

''wartawan

Indonesia

tidak

menyebutkan

dan

menyiarkan

identitas korban kejahatan susila dan identitas anak yang
menjadi pelaku kejahatan''.
-

''wartawan

Indonesia

segera

mencabut,

meralat,

dan

memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai
dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan/atau
pemirsa''.
Dan lembaga yang menjaga kemerdekaan pers adalah Dewan Pers
yang mendapat mandat dan amanat dari Undang-Undang No. 40 Tahun 1999
tentang Pers untuk mengembangkan serta menjaga kemerdekaan atau
kebebasan

pers

dan

meningkatkan

kehidupan

pers

nasional

serta

melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain
b. Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers.
c. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik.
d. Memberikan

pertimbangan

dan

mengupayakan

penyelesaian

pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan
pemberitaan pers.
e. Mengembangkan
pemerintah.

komunikasi

antara

pers,

masyarakat,

dan
f. Memfasilitasi

organisasi-organisasi

pers

dalam

menyusun

peraturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas
profesi kewartawanan.
g. Mendata perusahaan pers.
B. MONOPOLI KEPEMILIKAN MEDIA DAN OPINI
a. Latar Belakang Monopoli Media
Di era globalisasi ini, kebutuhan akan informasi yang cepat
menjadi sangat penting bagi masyarakat. Media massa merupakan bentuk
komunikasi massa yang mampu menyediakan kebutuhan akan informasi
yang cepat mengenai apa yang terjad
Peranannya yang penting inilah yang membuat industri media
massa berkembang sangat pesat dan membuat media massa tidak hanya
sebagai sebuah institusi yang idealis, seperti misalnya sebagai alat
sosial, politik, dan budaya, tetapi juga telah merubahnya menjadi
suatu institusi yang sangat mementingkan keuntungan ekonomi. Sebagai
institusi ekonomi, media massa hadir menjadi suatu industri yang
menjanjikan keuntungan yang besar bagi setiap pengusaha.
Keuntungan yang diperoleh media massa di Indonesia misalnya
yaitu dari data AGB Nielsen Media Research, terlihat hingga kuartal
ke-3 tahun 2006, Grup Media Nusantara Citra (MNC) sukses meraup
Rp4,8 triliun atau 32,9% dari total belanja iklan TV. Urutan ke-2
diduduki Trans TV dan Trans 7, dengan Rp3,4 triliun (23,2%). ANTV
dan Lativi, berhasil memperoleh pendapatan Rp2,3 triliun (15,7%),
berada pada peringkat ke-3 . Hal itu mengakibatkan pengusaha media
kini

tidak

masyarakat

lagi
akan

hanya

sekedar

terpenuhinya

berorientasi

informasi

pada

tetapi

penenuhan

juga

hak

berorientasi

untuk mengejar keuntungan ekonomi sebesar-besarnya.
Menghadapi persaingan yang sangat ketat dalam bisnis media
massa yang memerlukan kekuatan sosial ekonomi ini, maka terjadi
kecenderungan
munculnya

konsolidasi

kelompok

mengakibatkan

pemain

terjadinya

media

yang

raksasa
konsentrasi

kemudian

media

mengarah

massa

kepemilikan

yang
media

kepada
kemudian
massa.
Konsentrasi media ini banyak terjadi tidak hanya di Indonesia,
melainkan juga di luar negeri, seperti misalnya Dow Jones yang
dibeli oleh Rupert Murdoch di mana Dow Jones merupakan induk dari
beberapa media di Amerika Serikat, atau contoh lainnya yaitu ketika
News Corp dan Dow Jones bergabung yang menghasilkan 74,1 milyar
dollar Amerika. Di Amerika ada lima pemain besar industry media
massa, yaitu Time-Warner, Viacom, News Corp., Bertelsmann Inc., dan
Disney.
Gejala konsentrasi media juga terjadi di Indonesia, contohnya yaitu
MNC yang memiliki RCTI, TPI, GLOBAL TV, Radio Trijaya, Koran Seputar
Indonesia,

Indovision,

dan Okezone.com,

atau

Group

Bakrie

yang

memiliki ANTV dan TVOne. Setelah Orde Baru tumbang, stasiun-stasiun
televisi baru ramai bermunculan. Hal ini sebagai akibat dari euforia
demokratisasi seperti yang telah dipaparkan di awal tulisan. Pada
waktu yang sama, korporasi-korporasi media mulai terbentuk. Menurut
Satrio Arismunandar, sekarang ini telah terbentuk setidaknya tiga
kelompok korporasi media . Korporasi media pertama adalah PT Media
Nusantara Citra, Tbk (MNC) yang dimiliki oleh Harry Tanoesoedibjo
yang membawahi RCTI (PT Rajawali Citra Televisi Indonesia), TPI (PT
Cipta Televisi Pendidikan Indonesia), dan Global TV (PT Global
Informasi Bermutu).
Kelompok kedua berada di bawah PT Bakrie Brothers (Group Bakrie)
yang dimiliki oleh Anindya N. Bakrie. Grup Bakrie ini membawahi ANTV
(PT Cakrawala Andalas Televisi) yang kini berbagi saham dengan STAR
TV (News Corp, menguasai saham 20%) dan Lativi yang sekarang telah
berganti nama menjadi TvOne. Kelompok ketiga adalah PT Trans Corpora
(Group Para). Grup ini membawahi Trans TV (PT Televisi Trasnformasi
Indonesia) dan Trans-7 (PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh).
Konsentrasi media yang terjadi dikhawatirkan membawa sejumlah dampak
negatif, tidak hanya pada perkembangan kelangsungan sistem media di
Indonesia, melainkan juga dampak pada isi atau konten serta monopoli
opini yang disampaikan kepada masyarakat.
b. Pengertian monopoli Media
Monopoli media biasa disebut juga dengan konglomerasi media karena
tujuan kehadirannya untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
Konglomerasi media adalah gambaran dari perusahaan berskala besar
yang memiliki bagian unit usaha media massa yang berbeda seperti
suatu perusahaan yang menaungi televisi dan koran, majalah dan lain
sebagainya
mencapai

.

Monopoli

efisiensi,

diperoleh.

Media

kepemilikan

sehingga

massa

kini

media

keuntungan
berusaha

ini

dimaksudkan

ekonomi

untuk

maksimal

mencari

untuk
dapat

pengeluaran

minimal demi mendapatkan penghasilan yang maksimal, hal inilah yang
kemudian mendorong terjadinya monopoli media massa.

c. Pembatasan Monopoli
Pemerintah Indonesia yang telah melihat akan potensi merugikan dari
adanya konsentrasi suatu perusahaan mencoba mengintervensi dengan
menghadirkan sejumlah peraturan yang mengatur mengenai kepemilikan
perusahaan. Kebijakan soal pembatasan Monopoli, Konglomerasi, dan
Kepemilikan

Silang

(Media

Penyiaran)

sesungguhnya

terlah

diatur

dalam peraturan hukum, yakni UU Penyiaran nomor 32 tahun 2002 ayat
1, pasal 18. Di sana disebutkan:
“Pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran swasta oleh
satu orang atau satu badan hukum, baik di satu wilayah siar maupun
beberapa wilayah siar, dibatasi”.
Adapun,

peraturan

perundangan

yang

mengatur

tentang

pemabtan

kepemilikan media adalah sebgai berikut :
1. Peraturan Pemerintah nomor

50 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan

Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta
-

Pasal 31 (Jasa Penyiaran Radio )
(1)

Pemusatan

kepemilikan

dan

penguasaan

Lembaga

Penyiaran

Swasta jasa penyiaran radio oleh 1 (satu) orang atau 1
(satu) badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di
beberapa

wilayah

siaran,

di

seluruh

wilayah

Indonesia

dibatasi sebagai berikut:
a) 1 (satu) badan hukum hanya boleh memiliki 1 (satu) izin
penyelenggaraan penyiaran jasa penyiaran radio;
b) paling

banyak

memiliki

saham

sebesar

100%

(seratus

perseratus) pada badan hukum ke-1 (kesatu) sampai dengan ke7 (ketujuh);
c) paling

banyak

sembilan

memiliki

perseratus)

saham

pada

sebesar

badan

49%

hukum

(empat

puluh

ke-8

(kedelapan)

20%

(dua

sampai dengan ke-14 (keempat belas);
d) paling

banyak

memiliki

saham

sebesar

puluh

perseratus) pada badan hukum ke-15 (kelima belas) sampai
dengan ke-21 (keduapuluh satu)
e) paling banyak memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus)
pada badan hukum ke-22 (ke dua puluh dua) dan seterusnya).
f) badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c,
huruf

d,

dan

huruf

e,

berlokasi

di

beberapa

wilayah

kabupaten/kota yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
(2)

Kepemilikan

1) Kepemilikan badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
saham yang dimiliki oleh paling sedikit 2 (dua) orang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau
kembali

untuk

disesuaikan

dengan

perkembangan

kebutuhan informasi masyarakat.
-

Pasal 32 (Jasa Penyiaran Televisi)

teknologi

dan
(1) Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta
jasa penyiaran televisi oleh 1 (satu) orang atau 1 (satu) badan
hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah
siaran, di seluruh wilayah Indonesia dibatasi sebagai berikut:
a) 1 (satu) badan hukum paling banyak memiliki 2 (dua) izin
penyelenggaraan

penyiaran

jasa

penyiaran

televisi,

yang

berlokasi di 2 (dua) provinsi yang berbeda;
b) paling

banyak

memiliki

saham

sebesar

100%

(sera-

tus perseratus) pada badan hukum ke-1 (kesatu);
c) paling banyak memiliki saham sebesar 49% (empat puluh sembilan
perseratus) pada badan hukum ke-2 (kedua);
d) paling

banyak

memiliki

saham

sebesar

20%

(dua

puluh

perseratus) pada badan hukum ke-3 (ketiga);
e) paling banyak memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) pada
badan hukum ke-4. (keempat) dan seterusnya;
f) badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, huruf
d, dan huruf e, berlokasi di beberapa wilayah provinsi yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
(2)

Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf c, huruf d, dan huruf e, memungkinkan kepemilikan saham
lebih dari 49% (empat puluh sembilan perseratus) dan paling banyak
90% (sembilan puluh perseratus) pada badan hukum ke-2 (kedua) dan
seterusnya

hanya

untuk

Lembaga

Penyiaran

Swasta

yang

telah

mengoperasikan sampai dengan jumlah stasiun relai yang dimilikinya
sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini.
(3)

Kepemilikan

(4) Kepemilikan Lembaga Penyiaran Swasta sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa saham yang dimiliki oleh paling sedikit 2 (dua)
orang

sesuai

berlaku.

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan

yang
(5)

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau

kembali

untuk

disesuaikan

dengan

perkembangan

teknologi

dan

kebutuhan informasi masyarakat.
d. Dampak Monopoli Media
Monopoli di bisnis media berbahaya bagi demokratisasi
karena adanya pengurangan hak publik berupa frekuensi untuk
memperoleh suatu berita atau informasi sesuai dengan kebutuhan
dari publik itu sendiri. Seperti monopoli informasi, monopoli
frekuensi, monopoli ekonomi (pendapatan) , monopoli program
acara yang dikhawatirkan homogen, serta pemanfaatan mediamedia

tersebut

untuk

kepentingan

pribadi

bagi

keuntungan

pemilik semata.
Ada beberapa dampak monopoli kepemilikan media :
 Homogenisasi : penyeragaman bentuk tayangan atau program.
 Agenda

setting merupakan

upaya

media

untuk

membuat

pemberitaan tidak semata-mata menjadi saluran isu dan
peristiwa

melainkan

ada

strategi

dan

kerangka

yang

dimainkan media sehingga pemberitaan memiliki nilai lebih
yang diharapkan oleh media.
 Hegemoni Budaya
Hegemoni budaya mengidentifikasi dan menjelaskan dominasi
dan upaya mempertahankan kekuasaan, metode yang dipakai
mereka yang berkuasa atas kelas-kelas yang subordinat
untuk menerima dan mengadopsi the ruling-class values.
Hegemoni yang dilakukan oleh media massa dimana media
berusaha membujuk masyarakat untuk mengikuti kebenaran
yang diyakini oleh pengelola dan/atau pemilik media itu,
padahal kebenaran yang diyakini media itu belum tentu
benar,

dan

sebagian

masyarakat

mungkin

keyakinan tentang kebenaran yang lain.
Contoh: konsumerisme, budaya Jawa, dan Islam

mempunyai
 Homogenitas pemberitaan dan informasi. Masyarakat akan
sulit

untuk

mencari

referensi

lain

dan

sulit

untuk

melihat sisi lain dari suatu kasus yang diangkat oleh
pemberitaan

media

massa

karena

homogenitas

tersebut

akibat kepemilikan yang berpusat.
Contohnya yaitu : berita yang disajikan di RCTI,
Global TV, TPI, Okezone.com, Harian Seputar Indonesia dan
Radio

Trijaya

terhadap

suatu

akan

memiliki

kasus.

sudut

Masyarakat

pandang

hanya

yang

akan

sama

dicekoki

berita dan informasi yang itu-itu saja. Ketika masyarakat
mencoba untuk beralih dari suatu media ke media lain,
yang akan tetap mereka temui adalah pemberitaan yang
serupa karena faktor kepemilikan yang sama.
Hal itu tidak menutup kemungkinan mereka membangun
perusahaan media untuk memuluskan kepentingannya selain
dalam hal ekonomi, tetapi juga dalam hal perpolitikan dan
penyebaran ideologi tertentu.
Contohnya keberpihakan TVOne terhadap kepentingan
politik dan ekonomi PT Lapindo, sehingga TVOne jarang
mengungkit pemberitaan mengenai kasus Lumpur Sidoarjo dan
apabila

pemberitaan

itu

ada,

TVOne

cenderungan

menggunakan kata Lumpur Sidoarjo ketimbang menggunakan
kata

Lumpur

kepentingan

Lapindo.
penguasa

Hal
terhadap

itu

menunjukkan

isi

media.

adanya

Penyebaran

ideologi itu melalui proses hegemoni, yaitu suatu proses
dominasi dan upaya mempertahankan kekuasaan, metode yang
dipakai

mereka

yang

berkuasa

atas

kelas-kelas

yang

subordinat untuk menerima dan mengadopsi the ruling-class
values yang tanpa mereka sadari telah tertanamkan dalam
diri mereka.
 Konsolidasi media mampu menghilangkan keberagaman informasi
yang akan diterima oleh masyarakat. Hal itu terjadi karena
adanya monopoli dan sentralisasi infomasi. Karena kepemilikan
yang sama, media massa cenderung menyebarluaskan informasi dan
program-program

yang

sejenis.

Misalnya

adalah

dalam

suatu

pemberitaan, sudut pandang atau framming yang dibentuk oleh
media

massa

cenderung

menyebabkan

sama

terjadinya

dan

praming

tidak
yang

beragam

sama

sehingga

pada

tingkat

khalayak.

e. Monopoli kepemilikan media di indonesia
Di Indonesia juga terjadi sejumlah integrasi yang dilakukan oleh
perusahaan media massa besar. Di bawah naungan yang dimiliki oleh
Hary Tanoesoedibyo, terintegrasi sejumlah lembaga penyiaran seperti
RCTI, TPI, Global TV, dan beberapa stasiun televisi lokal, sejumlah
radio seperti Women Radio dan Trijaya, TV berlangganan Indovision,
surat

kabar

Seputar

Indonesia,

majalah

Trust,

sejumlah

tabloid

seperti Genie dan Mom and Kiddie, serta situs berita Okezone.com.
Ini menunjukkan adanya monopoli kepemilikan media yang ditunjukkan
dengan keberagaman jenis media massa yang dimiliki oleh MNC dan
adanya berbagai jaringan yang dapat digunakan oleh MNC untuk dapat
saling mempromosikan jenis medianya satu sama lain.
Selain MNC, beberapa Group Besar pemilik media yaitu Lativi dan ANTV
bernaung di bawah bendera Bakrie Group milik Abu Rizal Bakrie, Trans
TV dan Trans 7 di bawah Trans Corp milik Chairul Tanjung, Kelompok
Kompas

Gramedia

Indonesia

di

milik

bawah

Jakob

Group

Oetama,

Media

atau

Indonesia

Metro
milik

TV

dan

Surya

Media
Paloh.

Kebanyakan pemilik industri media tersebut merupakan orang yang
membangun

bisnisnya

dengan

menggunakan

kekuasaan

atau

hubungan

khusus dengan pemerintahan.
Beberapa pemain besar dalam industri media massa Indonesia itu
memiliki

penghasilan

penghasilan

dari

yang

lebih

perusahaan

besar
yang

bila

dibandingkan

berdiri

sendiri,

dengan
tidak
berintegrasi. Misalnya dalam industri penyiaran televisi, sebagian
besar jumlah iklan dikuasai oleh stasiun televisi milik group besar.
AGB Nielsen Media Research, lembaga pemeringkat acara TV, mengatakan
bahwa

hingga

kuartal

ke-3

tahun

2006,

pendapatan

iklan

hanya

dikuasai oleh Group MNC, Bakrie dan Trans Corp. Ketiganya menguasai
Rp10,5 triliun belanja iklan, atau 71,8% dari total yang Rp14,7
triliun. Porsi terbesar diraup Grup Media Nusantara Citra (MNC) yang
sukses meraup Rp4,8 triliun atau 32,9% dari total belanja iklan TV.
Urutan ke-2 diduduki Trans TV dan Trans 7, dengan Rp3,4 triliun
(23,2%). Group Bakrie berhasil memperoleh pendapatan Rp2,3 triliun
(15,7%), berada pada peringkat ke-3.
Sementara itu, dari penguasaan pasar (audience share) ketiganya
sukses menjaring 70,3% pemirsa. Rinciannya, MNC di posisi pertama
dengan audience share 35,7%, Trans TV dan Trans 7 dengan jumlah
21,1% dan ANTV dan Lativi dengan jumlah 13,5%.
Demikian pula halnya dengan apa yang terjadi pada bisnis media cetak
yang hanya dikuasai oleh sejumlah pemain besar, yaitu Kelompok
Kompas Gramedia, Group Femina, Group Tempo, dan Jawa Post. Hal
inilah bahwa bentuk pasar media massa di Indonesia merupakan bentuk
pasar oligopoli.

f. Monopoli Opini Media
sebagian besar masyarakat di Indonesia masih menjadikan media
sebagai salah satu jembatan informasi tentang berbagai hal yang
terjadi dalam masyarakat, baik yang sedang menjadi perhatian maupun
yang

luput

dari

perhatian

mereka.

Kenyataan

menunjukkan,

keterlibatan media dalam membentuk suatu opini publik adalah sebuah
kekuatan tersendiri yang dimilikinya dan itu sangat berpengaruh
dalam

tatanan

kehidupan

di

masyarakat.

Namun,

seiring

dengan

kebebasan pers membuat sebagian media kebablasan menyikapi kebebasan
tersebut. Independensi dan kode etik kadang telah tertutupi oleh
orientasi bisnis dan keuntungan, sehingga saat ini ¨dapur¨ media
telah

dimasuki

pengaruh

kekuasaan,

finansial

dan

kepentingan

politik.
Media sangat memberi andil dan peran penting dalam memberikan
informasi
media

terhadap

dalam

masyarakat,

menyajikan

kecenderungan

informasinya

bisa

ini

saja

kadang

membuat

membuka

peluang

dramatisasi, manipulasi, spekulasi ataupun juga menyingkap kebenaran
sesuai fakta sesungguhnya.

C. MENGHINDARI PERSAINGAN BISNIS
pemilik

perusahaan

pers

seharusnya

memegang

teguh

prinsip

persaingan usaha yang sehat. Tidak hanya menyangkut pola bisnis
dan proses rekruitmen yang sesuai dengan etika bisnis. Namun
sebaiknya juga ada kesepakatan di antara perusahaan pers untuk
tidak begitu saja mengambil SDM dari satu perusahaan pers ke
perusahaan pers lain, dengan iming-iming lebih tinggi.
Banyak teori pers sebagai industri. Tapi perusahaan pers tidak
seharusnya

mempraktikkan

teori

persaingan

penerbitan pers justru tidak berkembang.

bisnis

yang

membuat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika bisnis pers
1. Perusahaan pers atas inisiatif bersama memelihara iklim yang
kondusif, dalam arti berjalannya kemerdekaan pers sebagai
landasan
pers.

dan

jaminan

bagi

Perusahaan pers

warga

negara

prinsip

dan

berkembangnya

industri

melaksanakan dan mengelola hak-hak

yang

berkomunikasi,

tumbuh

berdaulat

memperoleh

kemerdekaan

pers.

untuk

informasi
iklim

berekspresi,

melalui

yang

prinsip-

kondusif

bagi

berjalannya kemerdekaan pers merupakan jaminan bagi rakyat
untuk

memperoleh

komoditas

bagi

Perusahaan

hak-haknya,

tumbuh

pers

dan

secara

yang

sekaligus

berkembangnya

bersama-sama

merupakan

industri

harus

tetap

pers.
menjaga

komitmennya dan memelihara iklim kondusif bagi berjalannya
kemerdekaan pers ini.
2. Perusahaan pers tidak melakukan praktik monopoli pembentukan
opini publik dan memonopoli kepemilikan terhadap industri
media massa. Perusahaan pers menjalankan misi sebagai pilar
keempat dalam kehidupan demokrasi. Rakyat berhak mendapatkan
banyak pilihan sumber informasi untuk menentukan sikap dan
pemikirannya. UU anti monopoli telah mengatur batasan pangsa
pasar dan kepemilikan perusahaan untuk berbagai produk pada
umumnya.

Kekhususan

perusahaan

pers

terletak

pada

pembentukan opini publik bertentangan dengan prinsip-prinsip
demokrasi apabila penguasaan berbagai media (cetak, radio,
dan

televisi)

berada

di

satu

tangan

atau

satu

kelompok

kepentingan.
3. Perusahaan pers bekerjasama dengan sesamanya bagi kehidupan
industri

pers

persaingan

yang

curang.

saling

menguntungkan

Interaksi

dan

perusahaan

menghindari
pers

secara
horizontal

adalah

hidup

berdampingan

dengan

sesama

perusahaan pers. Untuk menjalankan visi dan misi perusahaan
dan

sekaligus

untuk

menjalankan

visi

dan

misinya

secara

universal, perusahaan pers dapat bekerja sama dengan prinsip
saling menguntungkan dan terus berusaha mencegah terjadinya
persaingan tidak sehat (seperti mendiskreditkan perusahaan
lain, menjegal jalur distribusi, pembajakn tenaga kerja,
dll).

DAFTAR PUSTAKA
Dewan

Pers.

2013.

Peraturan Dewan

Pers

Head :Penguatan

Peran

Dewan

Pers.http://www.dewanpers.or.id. Diakses pada 17 April 2013
Fasta,

Feni.

“Kontestasi

Antara

Kepemilikan

Silang

Dengan

Isi

Pemberitaan Media Massa”, jurnal penelitian komunikasi departemen
ilmu komunikasi FISIP UI, volume VI/ no. 1, hlm.19-41, 2007.
Kompas.

“Bahaya

kepemilikan

www.kompas.com/read
Konglomerasi

stasiun

televisi

Terkonsentrasi”.

Diakses pada 17 April 2013

Media

dalam

Grup

http://pravdakino.multiply.com/journal

MNC.

. diakses pada 17 April

2013
Konglomerasi
Publik.

Media

Massa

sebagai

Ajang

Hegemoni

www.pangerankatak.blogspot.com

Pembentukan

Diakses

pada

17

Opini
April

2013
Soetjipto. 2013. Menjaga Kemerdekaan Pers. SUARA MERDEKA edisi 09
Februari 2013

More Related Content

What's hot (20)

Taqiya m 12 ipa1 pers_pkn
Taqiya m 12 ipa1 pers_pknTaqiya m 12 ipa1 pers_pkn
Taqiya m 12 ipa1 pers_pkn
 
Peranan pers dalam peningkatan pembelajaran
Peranan pers dalam peningkatan pembelajaranPeranan pers dalam peningkatan pembelajaran
Peranan pers dalam peningkatan pembelajaran
 
Bab "Pers" Kewarganegaraan XII
Bab "Pers" Kewarganegaraan XIIBab "Pers" Kewarganegaraan XII
Bab "Pers" Kewarganegaraan XII
 
Peranan Pers ( P Kn X I I S M A)
Peranan  Pers ( P Kn  X I I  S M A)Peranan  Pers ( P Kn  X I I  S M A)
Peranan Pers ( P Kn X I I S M A)
 
Peranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratisPeranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratis
 
Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi
Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasiMengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi
Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi
 
Modul pkn kelas 12 sma pers
Modul pkn kelas 12 sma persModul pkn kelas 12 sma pers
Modul pkn kelas 12 sma pers
 
Peranan Pers dalam Masyarakat
Peranan Pers dalam MasyarakatPeranan Pers dalam Masyarakat
Peranan Pers dalam Masyarakat
 
Landasan Hukum Pers di Indonesia
Landasan Hukum Pers di IndonesiaLandasan Hukum Pers di Indonesia
Landasan Hukum Pers di Indonesia
 
Ppt pkn PERS..
Ppt pkn PERS..Ppt pkn PERS..
Ppt pkn PERS..
 
Peranan Pers
Peranan PersPeranan Pers
Peranan Pers
 
PKn XII
PKn XIIPKn XII
PKn XII
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Perkembangan pers di indonesia
Perkembangan pers di indonesiaPerkembangan pers di indonesia
Perkembangan pers di indonesia
 
PKN-Pers
PKN-PersPKN-Pers
PKN-Pers
 
Bab 3 teknik penyiaran
Bab 3 teknik penyiaranBab 3 teknik penyiaran
Bab 3 teknik penyiaran
 
Bab iii-pers-dlm-masyarakat
Bab iii-pers-dlm-masyarakatBab iii-pers-dlm-masyarakat
Bab iii-pers-dlm-masyarakat
 
Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)
Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)
Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)
 
Ppt pers
Ppt persPpt pers
Ppt pers
 
Pers di indonesia
Pers di indonesiaPers di indonesia
Pers di indonesia
 

Viewers also liked

Stratesys en el Who’s Who de AUSAPE 2014
Stratesys en el Who’s Who de AUSAPE 2014Stratesys en el Who’s Who de AUSAPE 2014
Stratesys en el Who’s Who de AUSAPE 2014Stratesys
 
Stříbrný vestavný LED panel 300 x 300mm 18W studená 6000K
Stříbrný vestavný LED panel 300 x 300mm 18W studená 6000KStříbrný vestavný LED panel 300 x 300mm 18W studená 6000K
Stříbrný vestavný LED panel 300 x 300mm 18W studená 6000KRoel Adriaan Ramp
 
Présentation générale 2nde PFEG
Présentation générale 2nde PFEGPrésentation générale 2nde PFEG
Présentation générale 2nde PFEGAmélie Zurita
 
Stříbrný přisazený LED panel 300 x 600mm 30W teplá bílá 3500K
Stříbrný přisazený LED panel 300 x 600mm 30W teplá bílá 3500KStříbrný přisazený LED panel 300 x 600mm 30W teplá bílá 3500K
Stříbrný přisazený LED panel 300 x 600mm 30W teplá bílá 3500KRoel Adriaan Ramp
 
La valorisation des investissements dans le déploiement de solutions de type ...
La valorisation des investissements dans le déploiement de solutions de type ...La valorisation des investissements dans le déploiement de solutions de type ...
La valorisation des investissements dans le déploiement de solutions de type ...PMI-Montréal
 
relaciones humanas
relaciones humanasrelaciones humanas
relaciones humanasadriana
 
Kehidupan berkelopok manusia
Kehidupan berkelopok manusiaKehidupan berkelopok manusia
Kehidupan berkelopok manusiaMuchlis Soleiman
 
Invited talk at Social Media Research Workshop. UK Science & Innovation Netwo...
Invited talk at Social Media Research Workshop. UK Science & Innovation Netwo...Invited talk at Social Media Research Workshop. UK Science & Innovation Netwo...
Invited talk at Social Media Research Workshop. UK Science & Innovation Netwo...Richard Adams
 
Sultan agung hanyakrakusuma
Sultan agung hanyakrakusumaSultan agung hanyakrakusuma
Sultan agung hanyakrakusumaVJ Asenk
 
Tugas fkip matematikaump
Tugas fkip matematikaumpTugas fkip matematikaump
Tugas fkip matematikaumpiswantosahir
 
Canyonz Bouldering Slide
Canyonz Bouldering SlideCanyonz Bouldering Slide
Canyonz Bouldering SlideJamie Carter
 
Topik 1 pertumbuhan penduduk igcse cambridge nhuda
Topik 1 pertumbuhan penduduk igcse cambridge nhudaTopik 1 pertumbuhan penduduk igcse cambridge nhuda
Topik 1 pertumbuhan penduduk igcse cambridge nhudaNurul Huda
 
Campamento marciano 18 19 de agosto
Campamento marciano 18 19 de agosto Campamento marciano 18 19 de agosto
Campamento marciano 18 19 de agosto Carlota Pereyra
 
Pedoman Beasiswa S2 2014
Pedoman Beasiswa S2 2014Pedoman Beasiswa S2 2014
Pedoman Beasiswa S2 2014Wahyudi Oetomo
 
English final presentation (1)
English final presentation (1)English final presentation (1)
English final presentation (1)HipperRayo JC
 

Viewers also liked (20)

Stratesys en el Who’s Who de AUSAPE 2014
Stratesys en el Who’s Who de AUSAPE 2014Stratesys en el Who’s Who de AUSAPE 2014
Stratesys en el Who’s Who de AUSAPE 2014
 
Stříbrný vestavný LED panel 300 x 300mm 18W studená 6000K
Stříbrný vestavný LED panel 300 x 300mm 18W studená 6000KStříbrný vestavný LED panel 300 x 300mm 18W studená 6000K
Stříbrný vestavný LED panel 300 x 300mm 18W studená 6000K
 
Présentation générale 2nde PFEG
Présentation générale 2nde PFEGPrésentation générale 2nde PFEG
Présentation générale 2nde PFEG
 
Stříbrný přisazený LED panel 300 x 600mm 30W teplá bílá 3500K
Stříbrný přisazený LED panel 300 x 600mm 30W teplá bílá 3500KStříbrný přisazený LED panel 300 x 600mm 30W teplá bílá 3500K
Stříbrný přisazený LED panel 300 x 600mm 30W teplá bílá 3500K
 
La valorisation des investissements dans le déploiement de solutions de type ...
La valorisation des investissements dans le déploiement de solutions de type ...La valorisation des investissements dans le déploiement de solutions de type ...
La valorisation des investissements dans le déploiement de solutions de type ...
 
relaciones humanas
relaciones humanasrelaciones humanas
relaciones humanas
 
Kehidupan berkelopok manusia
Kehidupan berkelopok manusiaKehidupan berkelopok manusia
Kehidupan berkelopok manusia
 
Invited talk at Social Media Research Workshop. UK Science & Innovation Netwo...
Invited talk at Social Media Research Workshop. UK Science & Innovation Netwo...Invited talk at Social Media Research Workshop. UK Science & Innovation Netwo...
Invited talk at Social Media Research Workshop. UK Science & Innovation Netwo...
 
Sultan agung hanyakrakusuma
Sultan agung hanyakrakusumaSultan agung hanyakrakusuma
Sultan agung hanyakrakusuma
 
Tugas fkip matematikaump
Tugas fkip matematikaumpTugas fkip matematikaump
Tugas fkip matematikaump
 
The journal 1
The journal 1The journal 1
The journal 1
 
Canyonz Bouldering Slide
Canyonz Bouldering SlideCanyonz Bouldering Slide
Canyonz Bouldering Slide
 
Coastal poll. my ppt
Coastal poll. my pptCoastal poll. my ppt
Coastal poll. my ppt
 
Topik 1 pertumbuhan penduduk igcse cambridge nhuda
Topik 1 pertumbuhan penduduk igcse cambridge nhudaTopik 1 pertumbuhan penduduk igcse cambridge nhuda
Topik 1 pertumbuhan penduduk igcse cambridge nhuda
 
Campamento marciano 18 19 de agosto
Campamento marciano 18 19 de agosto Campamento marciano 18 19 de agosto
Campamento marciano 18 19 de agosto
 
01. l'antic règim
01. l'antic règim01. l'antic règim
01. l'antic règim
 
TJ 01
TJ 01TJ 01
TJ 01
 
Pedoman Beasiswa S2 2014
Pedoman Beasiswa S2 2014Pedoman Beasiswa S2 2014
Pedoman Beasiswa S2 2014
 
English final presentation (1)
English final presentation (1)English final presentation (1)
English final presentation (1)
 
Print 2
Print 2Print 2
Print 2
 

Similar to KEMERDEKAAN PERS (20)

Isi
IsiIsi
Isi
 
Bab 3 kelas 3
Bab 3 kelas 3Bab 3 kelas 3
Bab 3 kelas 3
 
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
 
PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^
 
Perkembangan Pers di Indonesia
Perkembangan Pers di IndonesiaPerkembangan Pers di Indonesia
Perkembangan Pers di Indonesia
 
ppt jurnalis hati.pptx
ppt jurnalis hati.pptxppt jurnalis hati.pptx
ppt jurnalis hati.pptx
 
Kliping
KlipingKliping
Kliping
 
Etika komunikasi massa
Etika komunikasi massaEtika komunikasi massa
Etika komunikasi massa
 
Babiiipersdlmmasyarakat
BabiiipersdlmmasyarakatBabiiipersdlmmasyarakat
Babiiipersdlmmasyarakat
 
Pers & Konflik
Pers & Konflik Pers & Konflik
Pers & Konflik
 
Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi IndonesiaMakalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
 
Teori pers
Teori persTeori pers
Teori pers
 
Kisi kisi-n-soal-peranan-pers
Kisi kisi-n-soal-peranan-persKisi kisi-n-soal-peranan-pers
Kisi kisi-n-soal-peranan-pers
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
JURNALIS BERMARTABAT
JURNALIS BERMARTABATJURNALIS BERMARTABAT
JURNALIS BERMARTABAT
 
Pers bebas dan bertanggungjawab
Pers bebas dan bertanggungjawabPers bebas dan bertanggungjawab
Pers bebas dan bertanggungjawab
 
Bener 2
Bener 2Bener 2
Bener 2
 
Peranan pers
Peranan persPeranan pers
Peranan pers
 
PRESENTASI JURNALISTIK.pptx
PRESENTASI JURNALISTIK.pptxPRESENTASI JURNALISTIK.pptx
PRESENTASI JURNALISTIK.pptx
 
UU No. 40 Tahun 1999
UU No. 40 Tahun 1999UU No. 40 Tahun 1999
UU No. 40 Tahun 1999
 

More from University of Andalas (20)

Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori KomunikasiTradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
 
Positivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs FenomenologisPositivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs Fenomenologis
 
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi SosiopsikologisTradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiopsikologis
 
Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
 
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
 
Bahan 1
Bahan 1Bahan 1
Bahan 1
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 

KEMERDEKAAN PERS

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Rumusan Masalah BAB II PEMBAHASAN A. Etika bisnis pers 1. Perusahaan pers atas inisiatif bersama memelihara iklim yang kondusif, dalam arti berjalannya kemerdekaan pers sebagai landasan dan jaminan bagi tumbuh berkembangnya industri pers. Perusahaan pers melaksanakan dan mengelola hak-hak warga negara yang berdaulat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi melalui prinsip-prinsip kemerdekaan pers. iklim yang kondusif bagi berjalannya kemerdekaan pers merupakan jaminan bagi rakyat untuk memperoleh hak-haknya, yang sekaligus merupakan komoditas bagi tumbuh dan berkembangnya industri pers. Perusahaan pers secara bersamasama harus tetap menjaga komitmennya dan memelihara iklim kondusif bagi berjalannya kemerdekaan pers ini. 2. Perusahaan pers tidak melakukan praktik monopoli pembentukan opini publik dan memonopoli kepemilikan terhadap industri media massa. Perusahaan pers menjalankan misi sebagai pilar keempat dalam kehidupan demokrasi. Rakyat berhak mendapatkan banyak pilihan sumber informasi untuk menentukan sikap dan pemikirannya. UU anti monopoli telah mengatur batasan pangsa pasar dan kepemilikan perusahaan untuk berbagai produk pada umumnya. Kekhususan perusahaan pers terletak pada pembentukan opini publik bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi apabila
  • 2. penguasaan berbagai media (cetak, radio, dan televisi) berada di satu tangan atau satu kelompok kepentingan. 3. Perusahaan pers bekerjasama dengan sesamanya bagi kehidupan industri pers yang saling menguntungkan dan menghindari persaingan curang. Interaksi perusahaan pers secara horizontal adalah hidup berdampingan dengan sesama perusahaan pers. Untuk menjalankan visi dan misi perusahaan dan sekaligus untuk menjalankan visi dan misinya secara universal, perusahaan pers dapat bekerja sama dengan prinsip saling menguntungkan dan terus berusaha mencegah terjadinya persaingan tidak sehat (seperti mendiskreditkan perusahaan lain, menjegal jalur distribusi, pembajakn tenaga kerja, dll). menjaga kemerdekaan pers, tidak monopoli dalam kepemilikan dan opini, menghindari persaingan curang B. MENJAGA KEMERDEKAAN PERS “Perusahaan pers melaksanakan dan mengelola hak-hak warga negara yang berdaulat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi melalui prinsip-prinsip kemerdekaan pers. iklim yang kondusif bagi berjalannya kemerdekaan pers merupakan jaminan bagi rakyat untuk memperoleh hak-haknya, yang sekaligus merupakan komoditas bagi tumbuh dan berkembangnya industri pers. Perusahaan pers komitmennya dan secara bersama-sama memelihara iklim harus kondusif tetap bagi menjaga berjalannya kemerdekaan pers ini" a. Pengertian Kemerdekaan Pers Namun, bebas di sini tidak berarti bebas sebebas-bebasnya. Kalau menulis atau memberitakan sesuatu peristiwa misalnya, tidak boleh seenaknya sendiri. Harus benar, objektif, berdasarkan fakta. Kalau mengandung kontroversi berita harus berimbang, tidak boleh menghakimi.
  • 3. Pendeknya bukan kebebasan mutlak, melainkan kebebasan yang ada batasnya. Batas itu adalah ketentuan hukum dan undang-undang. Batas itu adalah etika profesi, atau kode etik jurnalistik bagi kalangan wartawan. Batas itu adalah hati nurani. Kebebasan yang tanpa batas berisiko menabrak hak asasi pihak lain. Mengenai kebebasan pers, Komisi Kemerdekaan Pers menyatakan bahwa kemerdekaan pers itu harus diberi arti : 1) Bahwa kebebasan tersebut tidaklah berarti bebas untuk melanggar kepentingan-kepentingan individu yang lain. 2) Bahwa kebebasan harus memperhatikan segi-segi keamanan negara. 3) Bahwa pelanggaran terhadap kemerdekaan pers membawa konsekuensi/ tanggung jawab terhadap ukuran yang berlaku. b. Pentingnya Kemerdekaan Pers Indonesia yang merupakan negara demokrasi, KEMERDEKAAN pers mutlak perlu. Tanpa kemerdekaan, pers tidak dapat melaksanakan peran pentingnya secara maksimal. Peran-peran itu adalah memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; melakukan pengawasan, kritik, koreksi, saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum, mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, benar, dan akurat, menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, penegakan hukum dan HAM, serta memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Kalau pers tidak dapat memaksimalkan peran konstruktifnya sesungguhnya yang rugi tidak hanya kalangan pers tapi juga bangsa ini secara keseluruhan. Termasuk pemerintah, dunia usaha, pekerja, mahasiswa, kalangan profesional, dan tentu masyarakat. Kemerdekaan pers sekurang-kurangnya ditandai oleh tidak adanya sensor, beredel, dan larangan terbit/ penyiaran. Juga adanya kebebasan bagi pers untuk melaksanakan 6 M, yaitu mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, serta menyebarluaskan gagasan dan informasi. Itulah esensi kegiatan jurnalistik.
  • 4. kemerdekaan pers dapat dikatakan bukan hanya milik masyarakat pers melainkan juga milik semua anak bangsa. Karena sesungguhnya yang berjuang demi keterwujudan kemerdekaan pers adalah semua elemen bangsa. Baik itu kalangan LSM, akademisi, politikus, pegiat HAM, maupun advokat, dan tentu kalangan pers sendiri. Jadi wajar kalau peruntukan dan kemanfaatannya juga untuk semua elemen bangsa. c. Kemerdekaan Pers Pada Masa Orede Baru Dan Sekarang Pada masa orde baru, kita pernah berada pada masa ada beredel terhadap pers. mengolah, dan Pers pernah dalam menyebarluaskan kondisi informasi tidak ataupun bebas mencari, gagasan. Banyak peristiwa penting terjadi tetapi tidak boleh diberitakan. Apalagi kalau menyangkut penguasa atau kekuasaan. Kontrol dan kritik pers tidak maksimal. Padahal itu adalah bagian sangat penting dari fungsi pers. Kita sekarang memiliki sepenuhnya kemerdekaan/ kebebasan pers. Bahkan di negeri ini kebebasan pers termasuk yang terbaik di Asia. Oleh karena itu, Kemerdekaan pers harus dipertahankan dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Kemerdekaan pers tidak boleh disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak terpuji. Kemerdekaan pers juga harus dijaga jangan sampai menjadi kebablasan pers. Masyarakat pers harus dapat menjaga keepercayaan masyarakat bahwa dirinya memang pantas mendapatkan kemerdekaan pers dan tepercaya pula untuk memeliharanya. Tentu ada pihak-pihak lain yang tidak senang dan merasa tak nyaman dengan iklim kebebasan pers sekarang ini. Mudah diduga, mereka adalah orang-orang yang suka menyeleweng, menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan, korup dan lain-lain. Mereka tidak ingin perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji itu diketahui oleh publik. d. Batasan Kemerdekaan Pers
  • 5. Kemerdekaan/kebebasan pers bukannya tanpa batas dan tanggung jawab. Batasan kemerdekaan pers telah di atur dalam : 1. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, Pasal 5 ''Dalam memberitakan peristiwa dan opini pers nasional wajib menghormati norma agama, rasa kesusilaan masyarakat, dan asas praduga tidak bersalah. Pers juga wajib melayani hak jawab dan hak koreksi''. Kewajiban-kewajiban itu kalau dilanggar dapat dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 18, yaitu pidana denda paling banyak Rp 500 juta. 2. kode etik jurnalistik - ''wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul''. - ''wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan''. - ''wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan/atau pemirsa''. Dan lembaga yang menjaga kemerdekaan pers adalah Dewan Pers yang mendapat mandat dan amanat dari Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers untuk mengembangkan serta menjaga kemerdekaan atau kebebasan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional serta melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain b. Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers. c. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik. d. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers. e. Mengembangkan pemerintah. komunikasi antara pers, masyarakat, dan
  • 6. f. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan. g. Mendata perusahaan pers. B. MONOPOLI KEPEMILIKAN MEDIA DAN OPINI a. Latar Belakang Monopoli Media Di era globalisasi ini, kebutuhan akan informasi yang cepat menjadi sangat penting bagi masyarakat. Media massa merupakan bentuk komunikasi massa yang mampu menyediakan kebutuhan akan informasi yang cepat mengenai apa yang terjad Peranannya yang penting inilah yang membuat industri media massa berkembang sangat pesat dan membuat media massa tidak hanya sebagai sebuah institusi yang idealis, seperti misalnya sebagai alat sosial, politik, dan budaya, tetapi juga telah merubahnya menjadi suatu institusi yang sangat mementingkan keuntungan ekonomi. Sebagai institusi ekonomi, media massa hadir menjadi suatu industri yang menjanjikan keuntungan yang besar bagi setiap pengusaha. Keuntungan yang diperoleh media massa di Indonesia misalnya yaitu dari data AGB Nielsen Media Research, terlihat hingga kuartal ke-3 tahun 2006, Grup Media Nusantara Citra (MNC) sukses meraup Rp4,8 triliun atau 32,9% dari total belanja iklan TV. Urutan ke-2 diduduki Trans TV dan Trans 7, dengan Rp3,4 triliun (23,2%). ANTV dan Lativi, berhasil memperoleh pendapatan Rp2,3 triliun (15,7%), berada pada peringkat ke-3 . Hal itu mengakibatkan pengusaha media kini tidak masyarakat lagi akan hanya sekedar terpenuhinya berorientasi informasi pada tetapi penenuhan juga hak berorientasi untuk mengejar keuntungan ekonomi sebesar-besarnya. Menghadapi persaingan yang sangat ketat dalam bisnis media massa yang memerlukan kekuatan sosial ekonomi ini, maka terjadi kecenderungan munculnya konsolidasi kelompok mengakibatkan pemain terjadinya media yang raksasa konsentrasi kemudian media mengarah massa kepemilikan yang media kepada kemudian massa.
  • 7. Konsentrasi media ini banyak terjadi tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di luar negeri, seperti misalnya Dow Jones yang dibeli oleh Rupert Murdoch di mana Dow Jones merupakan induk dari beberapa media di Amerika Serikat, atau contoh lainnya yaitu ketika News Corp dan Dow Jones bergabung yang menghasilkan 74,1 milyar dollar Amerika. Di Amerika ada lima pemain besar industry media massa, yaitu Time-Warner, Viacom, News Corp., Bertelsmann Inc., dan Disney. Gejala konsentrasi media juga terjadi di Indonesia, contohnya yaitu MNC yang memiliki RCTI, TPI, GLOBAL TV, Radio Trijaya, Koran Seputar Indonesia, Indovision, dan Okezone.com, atau Group Bakrie yang memiliki ANTV dan TVOne. Setelah Orde Baru tumbang, stasiun-stasiun televisi baru ramai bermunculan. Hal ini sebagai akibat dari euforia demokratisasi seperti yang telah dipaparkan di awal tulisan. Pada waktu yang sama, korporasi-korporasi media mulai terbentuk. Menurut Satrio Arismunandar, sekarang ini telah terbentuk setidaknya tiga kelompok korporasi media . Korporasi media pertama adalah PT Media Nusantara Citra, Tbk (MNC) yang dimiliki oleh Harry Tanoesoedibjo yang membawahi RCTI (PT Rajawali Citra Televisi Indonesia), TPI (PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia), dan Global TV (PT Global Informasi Bermutu). Kelompok kedua berada di bawah PT Bakrie Brothers (Group Bakrie) yang dimiliki oleh Anindya N. Bakrie. Grup Bakrie ini membawahi ANTV (PT Cakrawala Andalas Televisi) yang kini berbagi saham dengan STAR TV (News Corp, menguasai saham 20%) dan Lativi yang sekarang telah berganti nama menjadi TvOne. Kelompok ketiga adalah PT Trans Corpora (Group Para). Grup ini membawahi Trans TV (PT Televisi Trasnformasi Indonesia) dan Trans-7 (PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh). Konsentrasi media yang terjadi dikhawatirkan membawa sejumlah dampak negatif, tidak hanya pada perkembangan kelangsungan sistem media di Indonesia, melainkan juga dampak pada isi atau konten serta monopoli opini yang disampaikan kepada masyarakat.
  • 8. b. Pengertian monopoli Media Monopoli media biasa disebut juga dengan konglomerasi media karena tujuan kehadirannya untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Konglomerasi media adalah gambaran dari perusahaan berskala besar yang memiliki bagian unit usaha media massa yang berbeda seperti suatu perusahaan yang menaungi televisi dan koran, majalah dan lain sebagainya mencapai . Monopoli efisiensi, diperoleh. Media kepemilikan sehingga massa kini media keuntungan berusaha ini dimaksudkan ekonomi untuk maksimal mencari untuk dapat pengeluaran minimal demi mendapatkan penghasilan yang maksimal, hal inilah yang kemudian mendorong terjadinya monopoli media massa. c. Pembatasan Monopoli Pemerintah Indonesia yang telah melihat akan potensi merugikan dari adanya konsentrasi suatu perusahaan mencoba mengintervensi dengan menghadirkan sejumlah peraturan yang mengatur mengenai kepemilikan perusahaan. Kebijakan soal pembatasan Monopoli, Konglomerasi, dan Kepemilikan Silang (Media Penyiaran) sesungguhnya terlah diatur dalam peraturan hukum, yakni UU Penyiaran nomor 32 tahun 2002 ayat 1, pasal 18. Di sana disebutkan: “Pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran swasta oleh satu orang atau satu badan hukum, baik di satu wilayah siar maupun beberapa wilayah siar, dibatasi”. Adapun, peraturan perundangan yang mengatur tentang pemabtan kepemilikan media adalah sebgai berikut : 1. Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta - Pasal 31 (Jasa Penyiaran Radio )
  • 9. (1) Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran radio oleh 1 (satu) orang atau 1 (satu) badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran, di seluruh wilayah Indonesia dibatasi sebagai berikut: a) 1 (satu) badan hukum hanya boleh memiliki 1 (satu) izin penyelenggaraan penyiaran jasa penyiaran radio; b) paling banyak memiliki saham sebesar 100% (seratus perseratus) pada badan hukum ke-1 (kesatu) sampai dengan ke7 (ketujuh); c) paling banyak sembilan memiliki perseratus) saham pada sebesar badan 49% hukum (empat puluh ke-8 (kedelapan) 20% (dua sampai dengan ke-14 (keempat belas); d) paling banyak memiliki saham sebesar puluh perseratus) pada badan hukum ke-15 (kelima belas) sampai dengan ke-21 (keduapuluh satu) e) paling banyak memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) pada badan hukum ke-22 (ke dua puluh dua) dan seterusnya). f) badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, berlokasi di beberapa wilayah kabupaten/kota yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. (2) Kepemilikan 1) Kepemilikan badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa saham yang dimiliki oleh paling sedikit 2 (dua) orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan informasi masyarakat. - Pasal 32 (Jasa Penyiaran Televisi) teknologi dan
  • 10. (1) Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran televisi oleh 1 (satu) orang atau 1 (satu) badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran, di seluruh wilayah Indonesia dibatasi sebagai berikut: a) 1 (satu) badan hukum paling banyak memiliki 2 (dua) izin penyelenggaraan penyiaran jasa penyiaran televisi, yang berlokasi di 2 (dua) provinsi yang berbeda; b) paling banyak memiliki saham sebesar 100% (sera- tus perseratus) pada badan hukum ke-1 (kesatu); c) paling banyak memiliki saham sebesar 49% (empat puluh sembilan perseratus) pada badan hukum ke-2 (kedua); d) paling banyak memiliki saham sebesar 20% (dua puluh perseratus) pada badan hukum ke-3 (ketiga); e) paling banyak memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) pada badan hukum ke-4. (keempat) dan seterusnya; f) badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, berlokasi di beberapa wilayah provinsi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. (2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, dan huruf e, memungkinkan kepemilikan saham lebih dari 49% (empat puluh sembilan perseratus) dan paling banyak 90% (sembilan puluh perseratus) pada badan hukum ke-2 (kedua) dan seterusnya hanya untuk Lembaga Penyiaran Swasta yang telah mengoperasikan sampai dengan jumlah stasiun relai yang dimilikinya sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini. (3) Kepemilikan (4) Kepemilikan Lembaga Penyiaran Swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa saham yang dimiliki oleh paling sedikit 2 (dua) orang sesuai berlaku. dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
  • 11. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan informasi masyarakat. d. Dampak Monopoli Media Monopoli di bisnis media berbahaya bagi demokratisasi karena adanya pengurangan hak publik berupa frekuensi untuk memperoleh suatu berita atau informasi sesuai dengan kebutuhan dari publik itu sendiri. Seperti monopoli informasi, monopoli frekuensi, monopoli ekonomi (pendapatan) , monopoli program acara yang dikhawatirkan homogen, serta pemanfaatan mediamedia tersebut untuk kepentingan pribadi bagi keuntungan pemilik semata. Ada beberapa dampak monopoli kepemilikan media :  Homogenisasi : penyeragaman bentuk tayangan atau program.  Agenda setting merupakan upaya media untuk membuat pemberitaan tidak semata-mata menjadi saluran isu dan peristiwa melainkan ada strategi dan kerangka yang dimainkan media sehingga pemberitaan memiliki nilai lebih yang diharapkan oleh media.  Hegemoni Budaya Hegemoni budaya mengidentifikasi dan menjelaskan dominasi dan upaya mempertahankan kekuasaan, metode yang dipakai mereka yang berkuasa atas kelas-kelas yang subordinat untuk menerima dan mengadopsi the ruling-class values. Hegemoni yang dilakukan oleh media massa dimana media berusaha membujuk masyarakat untuk mengikuti kebenaran yang diyakini oleh pengelola dan/atau pemilik media itu, padahal kebenaran yang diyakini media itu belum tentu benar, dan sebagian masyarakat mungkin keyakinan tentang kebenaran yang lain. Contoh: konsumerisme, budaya Jawa, dan Islam mempunyai
  • 12.  Homogenitas pemberitaan dan informasi. Masyarakat akan sulit untuk mencari referensi lain dan sulit untuk melihat sisi lain dari suatu kasus yang diangkat oleh pemberitaan media massa karena homogenitas tersebut akibat kepemilikan yang berpusat. Contohnya yaitu : berita yang disajikan di RCTI, Global TV, TPI, Okezone.com, Harian Seputar Indonesia dan Radio Trijaya terhadap suatu akan memiliki kasus. sudut Masyarakat pandang hanya yang akan sama dicekoki berita dan informasi yang itu-itu saja. Ketika masyarakat mencoba untuk beralih dari suatu media ke media lain, yang akan tetap mereka temui adalah pemberitaan yang serupa karena faktor kepemilikan yang sama. Hal itu tidak menutup kemungkinan mereka membangun perusahaan media untuk memuluskan kepentingannya selain dalam hal ekonomi, tetapi juga dalam hal perpolitikan dan penyebaran ideologi tertentu. Contohnya keberpihakan TVOne terhadap kepentingan politik dan ekonomi PT Lapindo, sehingga TVOne jarang mengungkit pemberitaan mengenai kasus Lumpur Sidoarjo dan apabila pemberitaan itu ada, TVOne cenderungan menggunakan kata Lumpur Sidoarjo ketimbang menggunakan kata Lumpur kepentingan Lapindo. penguasa Hal terhadap itu menunjukkan isi media. adanya Penyebaran ideologi itu melalui proses hegemoni, yaitu suatu proses dominasi dan upaya mempertahankan kekuasaan, metode yang dipakai mereka yang berkuasa atas kelas-kelas yang subordinat untuk menerima dan mengadopsi the ruling-class values yang tanpa mereka sadari telah tertanamkan dalam diri mereka.  Konsolidasi media mampu menghilangkan keberagaman informasi yang akan diterima oleh masyarakat. Hal itu terjadi karena
  • 13. adanya monopoli dan sentralisasi infomasi. Karena kepemilikan yang sama, media massa cenderung menyebarluaskan informasi dan program-program yang sejenis. Misalnya adalah dalam suatu pemberitaan, sudut pandang atau framming yang dibentuk oleh media massa cenderung menyebabkan sama terjadinya dan praming tidak yang beragam sama sehingga pada tingkat khalayak. e. Monopoli kepemilikan media di indonesia Di Indonesia juga terjadi sejumlah integrasi yang dilakukan oleh perusahaan media massa besar. Di bawah naungan yang dimiliki oleh Hary Tanoesoedibyo, terintegrasi sejumlah lembaga penyiaran seperti RCTI, TPI, Global TV, dan beberapa stasiun televisi lokal, sejumlah radio seperti Women Radio dan Trijaya, TV berlangganan Indovision, surat kabar Seputar Indonesia, majalah Trust, sejumlah tabloid seperti Genie dan Mom and Kiddie, serta situs berita Okezone.com. Ini menunjukkan adanya monopoli kepemilikan media yang ditunjukkan dengan keberagaman jenis media massa yang dimiliki oleh MNC dan adanya berbagai jaringan yang dapat digunakan oleh MNC untuk dapat saling mempromosikan jenis medianya satu sama lain. Selain MNC, beberapa Group Besar pemilik media yaitu Lativi dan ANTV bernaung di bawah bendera Bakrie Group milik Abu Rizal Bakrie, Trans TV dan Trans 7 di bawah Trans Corp milik Chairul Tanjung, Kelompok Kompas Gramedia Indonesia di milik bawah Jakob Group Oetama, Media atau Indonesia Metro milik TV dan Surya Media Paloh. Kebanyakan pemilik industri media tersebut merupakan orang yang membangun bisnisnya dengan menggunakan kekuasaan atau hubungan khusus dengan pemerintahan. Beberapa pemain besar dalam industri media massa Indonesia itu memiliki penghasilan penghasilan dari yang lebih perusahaan besar yang bila dibandingkan berdiri sendiri, dengan tidak
  • 14. berintegrasi. Misalnya dalam industri penyiaran televisi, sebagian besar jumlah iklan dikuasai oleh stasiun televisi milik group besar. AGB Nielsen Media Research, lembaga pemeringkat acara TV, mengatakan bahwa hingga kuartal ke-3 tahun 2006, pendapatan iklan hanya dikuasai oleh Group MNC, Bakrie dan Trans Corp. Ketiganya menguasai Rp10,5 triliun belanja iklan, atau 71,8% dari total yang Rp14,7 triliun. Porsi terbesar diraup Grup Media Nusantara Citra (MNC) yang sukses meraup Rp4,8 triliun atau 32,9% dari total belanja iklan TV. Urutan ke-2 diduduki Trans TV dan Trans 7, dengan Rp3,4 triliun (23,2%). Group Bakrie berhasil memperoleh pendapatan Rp2,3 triliun (15,7%), berada pada peringkat ke-3. Sementara itu, dari penguasaan pasar (audience share) ketiganya sukses menjaring 70,3% pemirsa. Rinciannya, MNC di posisi pertama dengan audience share 35,7%, Trans TV dan Trans 7 dengan jumlah 21,1% dan ANTV dan Lativi dengan jumlah 13,5%. Demikian pula halnya dengan apa yang terjadi pada bisnis media cetak yang hanya dikuasai oleh sejumlah pemain besar, yaitu Kelompok Kompas Gramedia, Group Femina, Group Tempo, dan Jawa Post. Hal inilah bahwa bentuk pasar media massa di Indonesia merupakan bentuk pasar oligopoli. f. Monopoli Opini Media sebagian besar masyarakat di Indonesia masih menjadikan media sebagai salah satu jembatan informasi tentang berbagai hal yang terjadi dalam masyarakat, baik yang sedang menjadi perhatian maupun yang luput dari perhatian mereka. Kenyataan menunjukkan, keterlibatan media dalam membentuk suatu opini publik adalah sebuah kekuatan tersendiri yang dimilikinya dan itu sangat berpengaruh dalam tatanan kehidupan di masyarakat. Namun, seiring dengan kebebasan pers membuat sebagian media kebablasan menyikapi kebebasan
  • 15. tersebut. Independensi dan kode etik kadang telah tertutupi oleh orientasi bisnis dan keuntungan, sehingga saat ini ¨dapur¨ media telah dimasuki pengaruh kekuasaan, finansial dan kepentingan politik. Media sangat memberi andil dan peran penting dalam memberikan informasi media terhadap dalam masyarakat, menyajikan kecenderungan informasinya bisa ini saja kadang membuat membuka peluang dramatisasi, manipulasi, spekulasi ataupun juga menyingkap kebenaran sesuai fakta sesungguhnya. C. MENGHINDARI PERSAINGAN BISNIS pemilik perusahaan pers seharusnya memegang teguh prinsip persaingan usaha yang sehat. Tidak hanya menyangkut pola bisnis dan proses rekruitmen yang sesuai dengan etika bisnis. Namun sebaiknya juga ada kesepakatan di antara perusahaan pers untuk tidak begitu saja mengambil SDM dari satu perusahaan pers ke perusahaan pers lain, dengan iming-iming lebih tinggi. Banyak teori pers sebagai industri. Tapi perusahaan pers tidak seharusnya mempraktikkan teori persaingan penerbitan pers justru tidak berkembang. bisnis yang membuat
  • 16. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Etika bisnis pers 1. Perusahaan pers atas inisiatif bersama memelihara iklim yang kondusif, dalam arti berjalannya kemerdekaan pers sebagai landasan pers. dan jaminan bagi Perusahaan pers warga negara prinsip dan berkembangnya industri melaksanakan dan mengelola hak-hak yang berkomunikasi, tumbuh berdaulat memperoleh kemerdekaan pers. untuk informasi iklim berekspresi, melalui yang prinsip- kondusif bagi berjalannya kemerdekaan pers merupakan jaminan bagi rakyat untuk memperoleh komoditas bagi Perusahaan hak-haknya, tumbuh pers dan secara yang sekaligus berkembangnya bersama-sama merupakan industri harus tetap pers. menjaga komitmennya dan memelihara iklim kondusif bagi berjalannya kemerdekaan pers ini. 2. Perusahaan pers tidak melakukan praktik monopoli pembentukan opini publik dan memonopoli kepemilikan terhadap industri media massa. Perusahaan pers menjalankan misi sebagai pilar keempat dalam kehidupan demokrasi. Rakyat berhak mendapatkan banyak pilihan sumber informasi untuk menentukan sikap dan pemikirannya. UU anti monopoli telah mengatur batasan pangsa pasar dan kepemilikan perusahaan untuk berbagai produk pada umumnya. Kekhususan perusahaan pers terletak pada pembentukan opini publik bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi apabila penguasaan berbagai media (cetak, radio, dan televisi) berada di satu tangan atau satu kelompok kepentingan. 3. Perusahaan pers bekerjasama dengan sesamanya bagi kehidupan industri pers persaingan yang curang. saling menguntungkan Interaksi dan perusahaan menghindari pers secara
  • 17. horizontal adalah hidup berdampingan dengan sesama perusahaan pers. Untuk menjalankan visi dan misi perusahaan dan sekaligus untuk menjalankan visi dan misinya secara universal, perusahaan pers dapat bekerja sama dengan prinsip saling menguntungkan dan terus berusaha mencegah terjadinya persaingan tidak sehat (seperti mendiskreditkan perusahaan lain, menjegal jalur distribusi, pembajakn tenaga kerja, dll). DAFTAR PUSTAKA Dewan Pers. 2013. Peraturan Dewan Pers Head :Penguatan Peran Dewan Pers.http://www.dewanpers.or.id. Diakses pada 17 April 2013 Fasta, Feni. “Kontestasi Antara Kepemilikan Silang Dengan Isi Pemberitaan Media Massa”, jurnal penelitian komunikasi departemen ilmu komunikasi FISIP UI, volume VI/ no. 1, hlm.19-41, 2007. Kompas. “Bahaya kepemilikan www.kompas.com/read Konglomerasi stasiun televisi Terkonsentrasi”. Diakses pada 17 April 2013 Media dalam Grup http://pravdakino.multiply.com/journal MNC. . diakses pada 17 April 2013 Konglomerasi Publik. Media Massa sebagai Ajang Hegemoni www.pangerankatak.blogspot.com Pembentukan Diakses pada 17 Opini April 2013 Soetjipto. 2013. Menjaga Kemerdekaan Pers. SUARA MERDEKA edisi 09 Februari 2013