SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Etika komunikasi massa
Sobur (2001) menyebutkan etika pers (etika komunikasi massa) adalah filsafat moral yang
berkenaan dengan kewajiban-kewajiban pers dan tentang penilaian pers yang baik dan pers
byang buruk atau pers yang benar dan pers yang salah. Dengan kata lain,etika pers adalah ilmu
atau studi tentang peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku pers atau apa yang
seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Etika pers
mempermasalahkan bagaimana seharusnya pers itu dilaksanakan agar dapat memenuhi
fungsinya dengan baik.
Lebih jauh lagi Sobur (2001)mengemukakan etika pers adalah kesadaran moral. Kesadaran
moral pers adalah pengetahuan aik dan buruk,benar dan salah , tepat dan tidak tepat ,bagi
orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Bahwa harus ada etika dlam pergaulan hidup, baik
yang tersurat maupun yang tersirat ,tidak ada orang yang memperdebatkannya. Di dalam
kehidupan pers pun dirasakan perlu adanya norma-norma etik tertentu ,sebagaimana halnya
dalam bidang profesi lain. Selain itu , tentu saja ,diperlukan adaanya jiwa pengabdian serta
persiapan teknis dan mental bagi pelaksanaan suatu profesi.
Berkenaan dengan kode etik profesi pers di Amerika serikat (AS), Rivers ,et al (2003)
mengemukakan ukuran-ukuran tentang pelaksanaan tugas media yang baik mulai dibakukan.
Pada tahun 1923 American Society of Newspaper Editors, sebuah organisasi nasional,
memberlakukan Kode Etik Jurnalisme yang mewajibkan semua surat kabar senantiasa
memperhatikan kesejahteraan umum, kejujuran ,ketulusan, ketidakberpihakan,kesopanan dan
penghormatan terhadap privasi individu. Kode etik ini bukan hal ringan karena surat kabar
sudah berusia 300 tahun ketika kode etik itu diberlakukan dan selama abad 17 dan 18 surat
kabar gigih memperjuangkan kebebasannya. Kode Etik ini msih menggunakan pemikiran
libertarian karena masih mengakui rasionalitas manusia sebagai landasan kesadarannya dan
menganggap bahwa pergulatan gagasan dan pendapat secara bebas tetap perlu
diberlansungkan. Karena tuntutan media, terjadi pergeseran dari aliran libertarian ke aliran
tanggung jawab sosial.
Rivers, et.al ,(2003) mengatakan pula tidak seperti media cetak ,media elektronik sejak awal
sudah memiliki nilai-nilai dan keyakinan tertentu yang mengakui kewajibannya untuk memikul
tanggung jawab sosial . ini merupakan jawaban bahwa media elektronik tidak hanya mengikuti
perubahan iklimintelektual, tetapi juga mengembangi ketatnya intervasi dan pengaturan
pemerintah . Kode Etik Radio Siaran 1937 dan Kode Etik Televisi 1952 sudah beberapa kali
disempurnakan , ditengah ketatnya kontrol pemerintah . Kode etik juga dikarenakan adanya
perubahan persepsi tentang manusia yang semula diagungkan sebagai makhluk bermoral.
Karena itu media elektronik juga dibebani tugas untuk mempromosikan moral publik , dan
cermat dalam melakukan siaran, termasuk siaran iklan . Baru beberapa waktu kemudian peran
media sebagai wahana promosi demokrasi melalui pendidikan publik diakui.
Kode perfilman pun , ungkap Rivers ,et .al (2003) yang mulai diterapkan tahun 1930 tidak
menyebutkan soal tanggung jawab, melainkan menetapkan standar perilaku minimum yang
tidak boleh dilanggar. Namun kode ini tidak terlalu diperhatikan , terutama sejak 1960an, selain
ketentuan tentang standar jenis filmuntuk setiap 1960an, selain ketentuan tentang standar
jenis filmuntuk setiap golongan usia. Kepatuhan terhadap ketentuan atau kode-kode etik itu
jelas merupakan pelanggaran terhadap teori libertarian . Faktanya perilaku media dewasa ini
memang lebih dekat dengan teori tanggung jawab sosial.
Perubahan sikap pemilik dan pengelola surat kabar di AS terhadap fungsi dan operasi media
sudah mulai mencerminkan pergeseran dalam konsepsi tentang kenyataan manusia dan
masyarakat. Namun baru tahun 1947 ,dengan munculnya laporan Komisi Kebebasan Pers ,
sikap dan konsepsi media lebih sejalan dengan teori tanggung jawab sosial.
Awalnya para pengelola media cetak maupun elektonik mengkritik konsep tanggung jawab
sosial dalamdokumen-dokumen itu. Namn munculnya konsep itu sendiri sudah mengandung
dua arti penting yakni .
1. mencerminkan keyakinan tentang kebenaran pemikiran baru.
2. kondisi masyarakat modern sudah tidak sesuai dengan pemikiran libertarian. Konsep
ini juga mengisyaratkan adanya arah baru dalam pemikiran tentang tanggung jawab
sosial mulai merasuk ke ideologi dan perilaku media massa.
Komisi menyatakan 5 syarat yang dituntut masyarakat modern dari pers. Namun ironisnya
syarat –syarat itu bukan merupakan hasil pemikiran komisi , melainkan diajukan oleh para
tokoh media massa itu sendiri.
1) Media harus menyajikan pemberiataan yang benar dan kompresif dan cerdas.
Media dituntut untuk selalu akurat dan tidak boleh berbohong. Fakta harus disajikan
sebagai fakta dan pendapat harus dikemukakan murni sebagai pendapat. Dalam
masyarakat sederhana , kebenaran akan dicari dengan cara membandingkan
pemberitaan media dengan informasi dari sumber –sumber lain. Namun dalam
masyarakat modern, isi media harus bisa dibedakan secara jelas mana yang merupakan
peristiwa politik dan mana yang merupakan pendapat politisi.
2) Media harus berperan sebagai forum pertukaran pendapat,komentar dan kritik. Artinya
,media harus berfungsi sebagai penyebar gagasan,yakni menyodorkan suatu masalah
kepada khalayak untuk di bahas bersama, meskipun tidak ada aturan hukum yang
mewajibkan menjalankan fungsi ini. Syarat seperti ini muncul karena adanya
kekhawatiran akiba konsentrasi kepemilikan media kepada sedikit pihak . banyak pihak
mencemaskan hal ini akan mempersempit wahana ekspresi publik. Karena itu, muncul
tuntutan agar media berfungsi sebagai penyebar gagasan. Norman Isaac , mantan editor
kepala harian Time dari Louisville , menulis "fungsi yang kami janjikan adalah sebagai
penyampai informasi. Kami memang penyebar gagasan. Kebebasan pers itu ada untuk
mendukung fungsi itu, dan hanya untuk fungsi itu saja. Tokoh pers lainnya, Grove
Paterson , mendefenisikan tanggungjawab sosial pers sebagai keharusan memastikan
bahwa "surat kabar adalalh wakil masyarakat secara keseluruhan ,bukan kelompok
tertentu saja." Kegagalan untuk mewujudkan bahwa "surat kabar yang bebas bukan
sekedar tempat mencari nafkah."
Media tentu saja bisa berusaha menentang hukum yang menghalangi untuk menerima siapa
saja yang hendak menyewa kolom atau waktu siaran mereka atau upaya pemerintah untuk
membatasi tarif yang mereka minta. Namun pada dasarnya , media dapat menerima syarat
kedua yang diajukan komisi ini. Paling tidak ada dua alasan.
1. Penerimaan syarat ini akan memperbaiki citra meida di mata masyarakat
2. Hal itu membantu mereka memperluas khalayak
3. Media harus menyajikan gambaran khas dari setiap kelompok masyarakat. Artinya
mereka harus memahami kondisi semua kelompok masyarakat secara akurat,tanpa
terjebak dalam stereotip.
4. Media harus selalu menyajikan dan menjelaskan tujuan dan nilai-nilai masyarakat . ini
tidak berari media harus mendramatisasi pemberitaannya, melainkan berusaha
mengaitkan suatu peristiwa dengan hakikat keberadaan masyarakat dan hal-hal yang
harus diraih .
5. Media harus membuaka "akses penuh ke berbagai sumber informasi ." menurut komisi ,
masyarakat industri modern membutuhkan informasi jauh lebih banyak ketimbang
masa sebelumnya.kalaupun masyarakat tidak membutuhkan semua informasi yang ada,
tersebarnya informasi akan memudahkan pemerintah menjalankan tugasnya.
Beberapa poin penting yang berkaitan dengan etika komunikasi massa seperti yang dikemukan
Shoemaker dan Reese , dalam Nurudin (2003)
A. TANGGUNG JAWAB
Jurnalis atau orang yang terlibat dalam komunikasi massa harus mempunyai tanggung jawab
dalam memberitakan sesuatu ,apa yang diberitakan oleh media massa harus bisa
diperlukanjawabkan . Jadi jurnalis tidak sekedar menyiarkan informasi tanpa bertanggungjawab
akan dampak yang ditimbulkannya. Tanggung jawab ini bisa pada Tuhan ,masyarakat ,profesi
atau dirinya masing-masing.
Jika pemberitaanya memiliki konsekuensi merugikan masyarakat ,maka pihak media harus iku
bertanggung jawab dan bukan menghindarinya atau membuat "pledoi" tanpa dasar hanya
untuk membela diri. Jika dampak itu sudah merugikan masyarakat secara perdata atau pidana ,
maka media mssa harus bersedia jika pihak yang dirugikan tersebut protes ke pengadilan.
Tanggung jawab tentunya mempunyai dampak positif . damapak positif yang terasa adalah
media massa akan berhati-hati untuk menyiarkan dan menyebarkan informasi atau mengarang
cerita agar medianya laris di pasaran . jurnalis adalah profesi yang dituntu untuk bertanggung
jawab terhadap apa yang dikemukakan.
B. KEBEBASAN PERS
Tanggung jawab tidak berarti bahwa media tak boleh memiliki kebebasan ,tidak berarti pula
pengekangan. Kebebasan pers ini juga mutlak dipunyai media massa. Dengan kata lain ,
kebebasan dan tanggung jawab sama-sama penting.
Media massa yang tidak punya kebebasan dalam menyiarkan beritanya, ibarat sudah
kehilangan sifat dasarnya.
Oleh karena itu , tidak boleh ada pengekangan apa pun terhadap kebebasan pers. Pemerintah
juga tidak punya hak untuk ikut campur tangan dalammedia massa,apapun alasannya. Alasan
pemerintah bisa jadi ikut membina pers atau menyelesaikan sengketa pers,tetapi lambat atau
cepat ,jika dibiarkan berlarut –larut bukan mustahil pers akan kehilangan kebebasannya. Di
negara sedang berkembang umumnya peran pemerintah sangatlah besar. Peran ini kemudian
diterjemahkan untuk ikut campu tangna di dalam urusan media massa.
Jadi, kebebasan pers adalah penting dalam kehidupan pers. Tetapi , kebebasan pers akan lebih
bermakna jika disertai tanggung jawab . Dengan kata lain ,pers tidak bebas sebebas-bebasnya
,tetapi kebebasan itu harus bisa dipertanggungjawabkan ,yang lebih dikenal dengan istilah
kebebasan yang bertanggung jawab.

More Related Content

What's hot

Kredibilitas MediaDigital
Kredibilitas MediaDigitalKredibilitas MediaDigital
Kredibilitas MediaDigitaliwan setiawan
 
Teori media dan teori kemasyarakatan
Teori media dan teori kemasyarakatanTeori media dan teori kemasyarakatan
Teori media dan teori kemasyarakatanReni Kurniati
 
Peranan Pers dalam Masyarakat
Peranan Pers dalam MasyarakatPeranan Pers dalam Masyarakat
Peranan Pers dalam MasyarakatRahmayani Astuti
 
PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^Mitha Ye Es
 
Peranan Pers ( P Kn X I I S M A)
Peranan  Pers ( P Kn  X I I  S M A)Peranan  Pers ( P Kn  X I I  S M A)
Peranan Pers ( P Kn X I I S M A)Nasyukha Apnapryka
 
Dampak Positif dan Negatif Kebebasan Pers
Dampak Positif dan Negatif Kebebasan PersDampak Positif dan Negatif Kebebasan Pers
Dampak Positif dan Negatif Kebebasan PersKiki Evi Wahyuliana
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theorymankoma2012
 
PRESENTASI TENTANG PERANAN PERS
PRESENTASI TENTANG PERANAN PERSPRESENTASI TENTANG PERANAN PERS
PRESENTASI TENTANG PERANAN PERSEgi Fahroji
 
Mengelola radio komunitas rh02 - copy
Mengelola radio komunitas   rh02 - copyMengelola radio komunitas   rh02 - copy
Mengelola radio komunitas rh02 - copyDodiek Wilakore
 
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)iwan setiawan
 
Peranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratisPeranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratisginanurulazhar
 
Theory of Media and Society (teori media dan masyarakat)
Theory of Media and Society (teori media dan masyarakat)Theory of Media and Society (teori media dan masyarakat)
Theory of Media and Society (teori media dan masyarakat)Winda Dwi Astuti Zebua
 
Bab "Pers" Kewarganegaraan XII
Bab "Pers" Kewarganegaraan XIIBab "Pers" Kewarganegaraan XII
Bab "Pers" Kewarganegaraan XIINurul Annisa
 
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat DemokrasiMengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat DemokrasiTia's Diary
 
Kebebasan Pers kelas 12 SMA
Kebebasan Pers kelas 12 SMAKebebasan Pers kelas 12 SMA
Kebebasan Pers kelas 12 SMAatika rizki
 
Peranan pers
Peranan persPeranan pers
Peranan persputrices
 

What's hot (20)

Kredibilitas MediaDigital
Kredibilitas MediaDigitalKredibilitas MediaDigital
Kredibilitas MediaDigital
 
Teori media dan teori kemasyarakatan
Teori media dan teori kemasyarakatanTeori media dan teori kemasyarakatan
Teori media dan teori kemasyarakatan
 
Peranan Pers dalam Masyarakat
Peranan Pers dalam MasyarakatPeranan Pers dalam Masyarakat
Peranan Pers dalam Masyarakat
 
PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^
 
Peranan Pers ( P Kn X I I S M A)
Peranan  Pers ( P Kn  X I I  S M A)Peranan  Pers ( P Kn  X I I  S M A)
Peranan Pers ( P Kn X I I S M A)
 
Dampak Positif dan Negatif Kebebasan Pers
Dampak Positif dan Negatif Kebebasan PersDampak Positif dan Negatif Kebebasan Pers
Dampak Positif dan Negatif Kebebasan Pers
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theory
 
PRESENTASI TENTANG PERANAN PERS
PRESENTASI TENTANG PERANAN PERSPRESENTASI TENTANG PERANAN PERS
PRESENTASI TENTANG PERANAN PERS
 
Peranan pers dalam peningkatan pembelajaran
Peranan pers dalam peningkatan pembelajaranPeranan pers dalam peningkatan pembelajaran
Peranan pers dalam peningkatan pembelajaran
 
Mengelola radio komunitas rh02 - copy
Mengelola radio komunitas   rh02 - copyMengelola radio komunitas   rh02 - copy
Mengelola radio komunitas rh02 - copy
 
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
 
131222 tugas komunikasi massa
131222 tugas komunikasi massa131222 tugas komunikasi massa
131222 tugas komunikasi massa
 
Peranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratisPeranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratis
 
Theory of Media and Society (teori media dan masyarakat)
Theory of Media and Society (teori media dan masyarakat)Theory of Media and Society (teori media dan masyarakat)
Theory of Media and Society (teori media dan masyarakat)
 
PKn XII
PKn XIIPKn XII
PKn XII
 
Bab "Pers" Kewarganegaraan XII
Bab "Pers" Kewarganegaraan XIIBab "Pers" Kewarganegaraan XII
Bab "Pers" Kewarganegaraan XII
 
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat DemokrasiMengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
 
Efek media
Efek mediaEfek media
Efek media
 
Kebebasan Pers kelas 12 SMA
Kebebasan Pers kelas 12 SMAKebebasan Pers kelas 12 SMA
Kebebasan Pers kelas 12 SMA
 
Peranan pers
Peranan persPeranan pers
Peranan pers
 

Similar to Etika komunikasi massa

Similar to Etika komunikasi massa (20)

Kliping
KlipingKliping
Kliping
 
ppt jurnalis hati.pptx
ppt jurnalis hati.pptxppt jurnalis hati.pptx
ppt jurnalis hati.pptx
 
8
88
8
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Pers
PersPers
Pers
 
Teori pers
Teori persTeori pers
Teori pers
 
Perkembangan Pers di Indonesia
Perkembangan Pers di IndonesiaPerkembangan Pers di Indonesia
Perkembangan Pers di Indonesia
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Bener 2
Bener 2Bener 2
Bener 2
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
 
TEORI KOMUNIKASI MEDIA MASSA - Ade Putranto P.W.T
TEORI KOMUNIKASI MEDIA MASSA - Ade Putranto P.W.TTEORI KOMUNIKASI MEDIA MASSA - Ade Putranto P.W.T
TEORI KOMUNIKASI MEDIA MASSA - Ade Putranto P.W.T
 
JURNALIS BERMARTABAT
JURNALIS BERMARTABATJURNALIS BERMARTABAT
JURNALIS BERMARTABAT
 
Teori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatTeori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakat
 
Andrew hidayat 76132-id-wartawan-sebagai-dai
 Andrew hidayat   76132-id-wartawan-sebagai-dai Andrew hidayat   76132-id-wartawan-sebagai-dai
Andrew hidayat 76132-id-wartawan-sebagai-dai
 
valen resum mas
valen resum masvalen resum mas
valen resum mas
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Babiiipersdlmmasyarakat
BabiiipersdlmmasyarakatBabiiipersdlmmasyarakat
Babiiipersdlmmasyarakat
 
Konsep dan model komunikasi massa
Konsep dan model komunikasi massaKonsep dan model komunikasi massa
Konsep dan model komunikasi massa
 
Uses and gratifications theory
Uses and gratifications theoryUses and gratifications theory
Uses and gratifications theory
 
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
 

More from Hafiza .h

14 15 pln 2020-upn d
14 15 pln  2020-upn d14 15 pln  2020-upn d
14 15 pln 2020-upn dHafiza .h
 
11 12 pln 2020-upn b
11 12 pln  2020-upn b11 12 pln  2020-upn b
11 12 pln 2020-upn bHafiza .h
 
Macam-macam Stakeholder Pada Shopee
Macam-macam Stakeholder Pada ShopeeMacam-macam Stakeholder Pada Shopee
Macam-macam Stakeholder Pada ShopeeHafiza .h
 
Ppt jurnalistik unsur penulisan artikel kel 8
Ppt jurnalistik unsur penulisan artikel kel 8Ppt jurnalistik unsur penulisan artikel kel 8
Ppt jurnalistik unsur penulisan artikel kel 8Hafiza .h
 
Konsep probabilitas
Konsep probabilitasKonsep probabilitas
Konsep probabilitasHafiza .h
 
13.analisa korelasi
13.analisa korelasi13.analisa korelasi
13.analisa korelasiHafiza .h
 
12.analisa regresi
12.analisa regresi12.analisa regresi
12.analisa regresiHafiza .h
 
11.statistik parametrik dan non parametrik
11.statistik parametrik dan non parametrik11.statistik parametrik dan non parametrik
11.statistik parametrik dan non parametrikHafiza .h
 
10. hipotesis
10. hipotesis10. hipotesis
10. hipotesisHafiza .h
 
9.metode merubah nilai kualitatif menjadi kuantitatif
9.metode merubah nilai kualitatif menjadi kuantitatif9.metode merubah nilai kualitatif menjadi kuantitatif
9.metode merubah nilai kualitatif menjadi kuantitatifHafiza .h
 
7.distribusi binomial
7.distribusi binomial7.distribusi binomial
7.distribusi binomialHafiza .h
 
8.pengukuran skala indek
8.pengukuran skala indek8.pengukuran skala indek
8.pengukuran skala indekHafiza .h
 
6.konsep probabilitas
6.konsep probabilitas6.konsep probabilitas
6.konsep probabilitasHafiza .h
 
5. presentasi ukuran penyebara data
5. presentasi ukuran penyebara data5. presentasi ukuran penyebara data
5. presentasi ukuran penyebara dataHafiza .h
 
3.diskripsi dan visualisasi data
3.diskripsi dan visualisasi data3.diskripsi dan visualisasi data
3.diskripsi dan visualisasi dataHafiza .h
 
4 .ukuran pemusatan data
4 .ukuran pemusatan data4 .ukuran pemusatan data
4 .ukuran pemusatan dataHafiza .h
 
Statistik pengukuran instrumen validitas
Statistik  pengukuran instrumen validitasStatistik  pengukuran instrumen validitas
Statistik pengukuran instrumen validitasHafiza .h
 
Statistik data
Statistik  dataStatistik  data
Statistik dataHafiza .h
 
Statistik pengukuran instrumen reliabilitas
Statistik    pengukuran instrumen reliabilitasStatistik    pengukuran instrumen reliabilitas
Statistik pengukuran instrumen reliabilitasHafiza .h
 
Pengantar statistik
Pengantar statistikPengantar statistik
Pengantar statistikHafiza .h
 

More from Hafiza .h (20)

14 15 pln 2020-upn d
14 15 pln  2020-upn d14 15 pln  2020-upn d
14 15 pln 2020-upn d
 
11 12 pln 2020-upn b
11 12 pln  2020-upn b11 12 pln  2020-upn b
11 12 pln 2020-upn b
 
Macam-macam Stakeholder Pada Shopee
Macam-macam Stakeholder Pada ShopeeMacam-macam Stakeholder Pada Shopee
Macam-macam Stakeholder Pada Shopee
 
Ppt jurnalistik unsur penulisan artikel kel 8
Ppt jurnalistik unsur penulisan artikel kel 8Ppt jurnalistik unsur penulisan artikel kel 8
Ppt jurnalistik unsur penulisan artikel kel 8
 
Konsep probabilitas
Konsep probabilitasKonsep probabilitas
Konsep probabilitas
 
13.analisa korelasi
13.analisa korelasi13.analisa korelasi
13.analisa korelasi
 
12.analisa regresi
12.analisa regresi12.analisa regresi
12.analisa regresi
 
11.statistik parametrik dan non parametrik
11.statistik parametrik dan non parametrik11.statistik parametrik dan non parametrik
11.statistik parametrik dan non parametrik
 
10. hipotesis
10. hipotesis10. hipotesis
10. hipotesis
 
9.metode merubah nilai kualitatif menjadi kuantitatif
9.metode merubah nilai kualitatif menjadi kuantitatif9.metode merubah nilai kualitatif menjadi kuantitatif
9.metode merubah nilai kualitatif menjadi kuantitatif
 
7.distribusi binomial
7.distribusi binomial7.distribusi binomial
7.distribusi binomial
 
8.pengukuran skala indek
8.pengukuran skala indek8.pengukuran skala indek
8.pengukuran skala indek
 
6.konsep probabilitas
6.konsep probabilitas6.konsep probabilitas
6.konsep probabilitas
 
5. presentasi ukuran penyebara data
5. presentasi ukuran penyebara data5. presentasi ukuran penyebara data
5. presentasi ukuran penyebara data
 
3.diskripsi dan visualisasi data
3.diskripsi dan visualisasi data3.diskripsi dan visualisasi data
3.diskripsi dan visualisasi data
 
4 .ukuran pemusatan data
4 .ukuran pemusatan data4 .ukuran pemusatan data
4 .ukuran pemusatan data
 
Statistik pengukuran instrumen validitas
Statistik  pengukuran instrumen validitasStatistik  pengukuran instrumen validitas
Statistik pengukuran instrumen validitas
 
Statistik data
Statistik  dataStatistik  data
Statistik data
 
Statistik pengukuran instrumen reliabilitas
Statistik    pengukuran instrumen reliabilitasStatistik    pengukuran instrumen reliabilitas
Statistik pengukuran instrumen reliabilitas
 
Pengantar statistik
Pengantar statistikPengantar statistik
Pengantar statistik
 

Etika komunikasi massa

  • 1. Etika komunikasi massa Sobur (2001) menyebutkan etika pers (etika komunikasi massa) adalah filsafat moral yang berkenaan dengan kewajiban-kewajiban pers dan tentang penilaian pers yang baik dan pers byang buruk atau pers yang benar dan pers yang salah. Dengan kata lain,etika pers adalah ilmu atau studi tentang peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku pers atau apa yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Etika pers mempermasalahkan bagaimana seharusnya pers itu dilaksanakan agar dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Lebih jauh lagi Sobur (2001)mengemukakan etika pers adalah kesadaran moral. Kesadaran moral pers adalah pengetahuan aik dan buruk,benar dan salah , tepat dan tidak tepat ,bagi orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Bahwa harus ada etika dlam pergaulan hidup, baik yang tersurat maupun yang tersirat ,tidak ada orang yang memperdebatkannya. Di dalam kehidupan pers pun dirasakan perlu adanya norma-norma etik tertentu ,sebagaimana halnya dalam bidang profesi lain. Selain itu , tentu saja ,diperlukan adaanya jiwa pengabdian serta persiapan teknis dan mental bagi pelaksanaan suatu profesi. Berkenaan dengan kode etik profesi pers di Amerika serikat (AS), Rivers ,et al (2003) mengemukakan ukuran-ukuran tentang pelaksanaan tugas media yang baik mulai dibakukan. Pada tahun 1923 American Society of Newspaper Editors, sebuah organisasi nasional, memberlakukan Kode Etik Jurnalisme yang mewajibkan semua surat kabar senantiasa memperhatikan kesejahteraan umum, kejujuran ,ketulusan, ketidakberpihakan,kesopanan dan penghormatan terhadap privasi individu. Kode etik ini bukan hal ringan karena surat kabar sudah berusia 300 tahun ketika kode etik itu diberlakukan dan selama abad 17 dan 18 surat kabar gigih memperjuangkan kebebasannya. Kode Etik ini msih menggunakan pemikiran libertarian karena masih mengakui rasionalitas manusia sebagai landasan kesadarannya dan menganggap bahwa pergulatan gagasan dan pendapat secara bebas tetap perlu diberlansungkan. Karena tuntutan media, terjadi pergeseran dari aliran libertarian ke aliran tanggung jawab sosial. Rivers, et.al ,(2003) mengatakan pula tidak seperti media cetak ,media elektronik sejak awal sudah memiliki nilai-nilai dan keyakinan tertentu yang mengakui kewajibannya untuk memikul tanggung jawab sosial . ini merupakan jawaban bahwa media elektronik tidak hanya mengikuti perubahan iklimintelektual, tetapi juga mengembangi ketatnya intervasi dan pengaturan pemerintah . Kode Etik Radio Siaran 1937 dan Kode Etik Televisi 1952 sudah beberapa kali disempurnakan , ditengah ketatnya kontrol pemerintah . Kode etik juga dikarenakan adanya perubahan persepsi tentang manusia yang semula diagungkan sebagai makhluk bermoral. Karena itu media elektronik juga dibebani tugas untuk mempromosikan moral publik , dan
  • 2. cermat dalam melakukan siaran, termasuk siaran iklan . Baru beberapa waktu kemudian peran media sebagai wahana promosi demokrasi melalui pendidikan publik diakui. Kode perfilman pun , ungkap Rivers ,et .al (2003) yang mulai diterapkan tahun 1930 tidak menyebutkan soal tanggung jawab, melainkan menetapkan standar perilaku minimum yang tidak boleh dilanggar. Namun kode ini tidak terlalu diperhatikan , terutama sejak 1960an, selain ketentuan tentang standar jenis filmuntuk setiap 1960an, selain ketentuan tentang standar jenis filmuntuk setiap golongan usia. Kepatuhan terhadap ketentuan atau kode-kode etik itu jelas merupakan pelanggaran terhadap teori libertarian . Faktanya perilaku media dewasa ini memang lebih dekat dengan teori tanggung jawab sosial. Perubahan sikap pemilik dan pengelola surat kabar di AS terhadap fungsi dan operasi media sudah mulai mencerminkan pergeseran dalam konsepsi tentang kenyataan manusia dan masyarakat. Namun baru tahun 1947 ,dengan munculnya laporan Komisi Kebebasan Pers , sikap dan konsepsi media lebih sejalan dengan teori tanggung jawab sosial. Awalnya para pengelola media cetak maupun elektonik mengkritik konsep tanggung jawab sosial dalamdokumen-dokumen itu. Namn munculnya konsep itu sendiri sudah mengandung dua arti penting yakni . 1. mencerminkan keyakinan tentang kebenaran pemikiran baru. 2. kondisi masyarakat modern sudah tidak sesuai dengan pemikiran libertarian. Konsep ini juga mengisyaratkan adanya arah baru dalam pemikiran tentang tanggung jawab sosial mulai merasuk ke ideologi dan perilaku media massa. Komisi menyatakan 5 syarat yang dituntut masyarakat modern dari pers. Namun ironisnya syarat –syarat itu bukan merupakan hasil pemikiran komisi , melainkan diajukan oleh para tokoh media massa itu sendiri. 1) Media harus menyajikan pemberiataan yang benar dan kompresif dan cerdas. Media dituntut untuk selalu akurat dan tidak boleh berbohong. Fakta harus disajikan sebagai fakta dan pendapat harus dikemukakan murni sebagai pendapat. Dalam masyarakat sederhana , kebenaran akan dicari dengan cara membandingkan pemberitaan media dengan informasi dari sumber –sumber lain. Namun dalam masyarakat modern, isi media harus bisa dibedakan secara jelas mana yang merupakan peristiwa politik dan mana yang merupakan pendapat politisi. 2) Media harus berperan sebagai forum pertukaran pendapat,komentar dan kritik. Artinya ,media harus berfungsi sebagai penyebar gagasan,yakni menyodorkan suatu masalah kepada khalayak untuk di bahas bersama, meskipun tidak ada aturan hukum yang
  • 3. mewajibkan menjalankan fungsi ini. Syarat seperti ini muncul karena adanya kekhawatiran akiba konsentrasi kepemilikan media kepada sedikit pihak . banyak pihak mencemaskan hal ini akan mempersempit wahana ekspresi publik. Karena itu, muncul tuntutan agar media berfungsi sebagai penyebar gagasan. Norman Isaac , mantan editor kepala harian Time dari Louisville , menulis "fungsi yang kami janjikan adalah sebagai penyampai informasi. Kami memang penyebar gagasan. Kebebasan pers itu ada untuk mendukung fungsi itu, dan hanya untuk fungsi itu saja. Tokoh pers lainnya, Grove Paterson , mendefenisikan tanggungjawab sosial pers sebagai keharusan memastikan bahwa "surat kabar adalalh wakil masyarakat secara keseluruhan ,bukan kelompok tertentu saja." Kegagalan untuk mewujudkan bahwa "surat kabar yang bebas bukan sekedar tempat mencari nafkah." Media tentu saja bisa berusaha menentang hukum yang menghalangi untuk menerima siapa saja yang hendak menyewa kolom atau waktu siaran mereka atau upaya pemerintah untuk membatasi tarif yang mereka minta. Namun pada dasarnya , media dapat menerima syarat kedua yang diajukan komisi ini. Paling tidak ada dua alasan. 1. Penerimaan syarat ini akan memperbaiki citra meida di mata masyarakat 2. Hal itu membantu mereka memperluas khalayak 3. Media harus menyajikan gambaran khas dari setiap kelompok masyarakat. Artinya mereka harus memahami kondisi semua kelompok masyarakat secara akurat,tanpa terjebak dalam stereotip. 4. Media harus selalu menyajikan dan menjelaskan tujuan dan nilai-nilai masyarakat . ini tidak berari media harus mendramatisasi pemberitaannya, melainkan berusaha mengaitkan suatu peristiwa dengan hakikat keberadaan masyarakat dan hal-hal yang harus diraih . 5. Media harus membuaka "akses penuh ke berbagai sumber informasi ." menurut komisi , masyarakat industri modern membutuhkan informasi jauh lebih banyak ketimbang masa sebelumnya.kalaupun masyarakat tidak membutuhkan semua informasi yang ada, tersebarnya informasi akan memudahkan pemerintah menjalankan tugasnya. Beberapa poin penting yang berkaitan dengan etika komunikasi massa seperti yang dikemukan Shoemaker dan Reese , dalam Nurudin (2003) A. TANGGUNG JAWAB Jurnalis atau orang yang terlibat dalam komunikasi massa harus mempunyai tanggung jawab dalam memberitakan sesuatu ,apa yang diberitakan oleh media massa harus bisa
  • 4. diperlukanjawabkan . Jadi jurnalis tidak sekedar menyiarkan informasi tanpa bertanggungjawab akan dampak yang ditimbulkannya. Tanggung jawab ini bisa pada Tuhan ,masyarakat ,profesi atau dirinya masing-masing. Jika pemberitaanya memiliki konsekuensi merugikan masyarakat ,maka pihak media harus iku bertanggung jawab dan bukan menghindarinya atau membuat "pledoi" tanpa dasar hanya untuk membela diri. Jika dampak itu sudah merugikan masyarakat secara perdata atau pidana , maka media mssa harus bersedia jika pihak yang dirugikan tersebut protes ke pengadilan. Tanggung jawab tentunya mempunyai dampak positif . damapak positif yang terasa adalah media massa akan berhati-hati untuk menyiarkan dan menyebarkan informasi atau mengarang cerita agar medianya laris di pasaran . jurnalis adalah profesi yang dituntu untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dikemukakan. B. KEBEBASAN PERS Tanggung jawab tidak berarti bahwa media tak boleh memiliki kebebasan ,tidak berarti pula pengekangan. Kebebasan pers ini juga mutlak dipunyai media massa. Dengan kata lain , kebebasan dan tanggung jawab sama-sama penting. Media massa yang tidak punya kebebasan dalam menyiarkan beritanya, ibarat sudah kehilangan sifat dasarnya. Oleh karena itu , tidak boleh ada pengekangan apa pun terhadap kebebasan pers. Pemerintah juga tidak punya hak untuk ikut campur tangan dalammedia massa,apapun alasannya. Alasan pemerintah bisa jadi ikut membina pers atau menyelesaikan sengketa pers,tetapi lambat atau cepat ,jika dibiarkan berlarut –larut bukan mustahil pers akan kehilangan kebebasannya. Di negara sedang berkembang umumnya peran pemerintah sangatlah besar. Peran ini kemudian diterjemahkan untuk ikut campu tangna di dalam urusan media massa. Jadi, kebebasan pers adalah penting dalam kehidupan pers. Tetapi , kebebasan pers akan lebih bermakna jika disertai tanggung jawab . Dengan kata lain ,pers tidak bebas sebebas-bebasnya ,tetapi kebebasan itu harus bisa dipertanggungjawabkan ,yang lebih dikenal dengan istilah kebebasan yang bertanggung jawab.