Definisi, Sejarah, Asas Kode Etik, Teori, Sistem, Kebebasan & Konflik.
Mukhammad Syafirul Fuadi
B75218070
Tugas Harian
Mata Kuliah Media & Kritik Sosial
Dosen Pengampu Bpk. Abu Amar Bustomi, M.Si
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Pers & Konflik
1. www.yourcompanylogo.comToetiec
1
D e f i n i s i , S e j a r a h , A s a s K o d e E t i k ,
Te o r i , S i s t e m , K e b e b a s a n & K o n f l i k .
3. www.yourcompanylogo.comToetiec
x
3
PERS
badan yang membuat penerbitan media
massa secara berkala
SECARA
ETIMOLOGIS
kata Pers (Belanda),
atau Press (inggris),
atau presse (prancis), berasal dari
bahasa latin, perssare dari
kata premere, yang berarti “Tekan”
atau “Cetak”, definisi
terminologisnya adalah “media
massa cetak” atau “media cetak
SECARA
ETIMOLOGIS
media massa cetak” atau “media
cetak”
Project Dalam UU pers no 40 tahun 1999, Pers adalah lembaga
sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan meyampaikan
informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara
dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia
5. www.yourcompanylogo.comToetiec
5
Kode EtikAsas atau norma yang diterima oleh suatu kelompok
tertentu sebagai pedoman tingkah laku
Himpunan Etika Profesi Kewartawanan
Selain dibatasi oleh ketentuan hukum, seperti
Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999, juga
harus berpegang kepada kode etik jurnalistik.
pers pada saat itu masih bergulat dengan
persoalan bagaimana dapat menerbitkan atau
memberikan informasi kepada masyarakat di era
kemerdekaan, maka belum terpikir soal
pembuatan Kode Etik Jurnalistik.
Periode Tanpa Kode Etik
Jurnalistik
Pada tahun 1969, keluar peraturan pemerintah
mengenai wartawan.
Periode Kode Etik Jurnalistik PWI
tahap 2
Pada tahun 1946, Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI) dibentuk di Solo, tapi ketika organisasi ini
lahir pun belum memiliki kode etik. Setahun
kemudian, pada 1947, lahirlah Kode Etik PWI
yang pertama
Periode Kode Etik Jurnalistik
PWI tahap 1
Pada tahun 1999, lahir Undang-Undang No 40
tahun 1999 tentang Pers yaitu Pasal 7 ayat 1,
Undang-Undang ini membebaskan wartawan
dalam memilih organisasinya.
Periode Banyak Kode Etik Jurnalistik
SejarahKodeEtikJurnalistikdiIndonesia
Setelah PWI lahir, kemudian muncul berbagai
organisasi wartawan lainnya. Kode Etik Jurnalistik PWI
hanya berlaku bagi anggota PWI sendiri Berdasarkan
pemikiran itulah Dewan Pers membuat dan
mengeluarkan pula Kode Etik Jurnalistik
Periode Dualisme Kode Etik
Jurnalistik PWI dan Non PWI
6. www.yourcompanylogo.comToetiec
6
FUNGSI KODE ETIK
Menurut M. Alwi Dahlan, Kode Etik setidak-tidaknya
memiliki lima fungsi, yaitu
Melindungi keberadaan seseorang profesional
dalam berkiprah di bidangnya;
Melindungi masyarakat dari malapraktik oleh
praktisi yang kurang profesional
Mendorong persaingan sehat antarpraktisi
Mencegah kecurangan antar rekan profesi
Mencegah manipulasi informasi oleh narasumber
01
02
03
04
06
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi
hak publik untuk memperoleh informasi yang
benar, maka diperlukan landasan moral dan etika
profesi sebagai pedoman operasional dalam
menjaga kepercayaan publik dan menegakkan
integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu,
wartawan Indonesia menetapkan dan menaati
Kode Etik Jurnalistik
7. www.yourcompanylogo.comToetiec
7
Asas Kode Etik JurnalistikKode Etik Jurnalistik yang lahir pada 14 Maret 2006, oleh gabungan organisasi pers dan ditetapkan
sebagai Kode Etik Jurnalistik baru yang berlaku secara nasional melalui keputusan Dewan Pers No 03/
SK-DP/ III/2006 tanggal 24 Maret 2006,
Moralitas
Sebagai sebuah lembaga, media massa atau
pers dapat memberikan dampak sosial yang
sangat luas terhadap tata nilai, kehidupan,
dan penghidupan masyarakat luas yang
mengandalkan kepercayaan
Supremasi
Hukum
Dalam hal ini, wartawan bukanlah profesi
yang kebal dari hukum yang berlaku.
berita harus disiarkan secara berimbang dan
independen, selain itu, Pers wajib melayani
hak jawab dan hak koreksi, dan pers harus
mengutamakan kepentingan publik
Profesionalitas
Secara sederhana, pengertian asas
ini adalah wartawan Indonesia harus
menguasai profesinya, baik dari segi
teknis maupun filosofinya
Demokratis01
02
03
04
8. www.yourcompanylogo.comToetiec
8
TEORI PERS
Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Scrhamm dalam bukunya Four
Theories Of The Press menyatakan bahwa pers di dunia sekarang dapat
dikategorikan menjadi empat, yaitu :
1
2
3
4 Soviet Communist Press
(pers komunis Soviet)
Social Responsibility Press
(pers tanggung jawab sosial)
Libertarian Press (pers liberal)
Authoritarian Press (pers otoriter)
pers yang mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang
berkuasa dan melayani negara.
Esensi dasar sistem ini memandang manusia mempunyai
hak asasi dan meyakini bahwa manusia akan bisa
mengembangkan pemikirannya secara baik jika diberi
kebebasan
setiap orang yang memiliki suatu yang penting untuk
dikemukakan harus diberikan hak dalam forum, dan jika
media tidak dianggap memenuhi kewajibannya, maka
ada pihak yang harus memaksanya.
Teori pers komunis social baru tumbuh dua tahun
setelah revolusi oktober 1917 di Rusia dan
berakar pada teori pers authoritarian.
9. www.yourcompanylogo.comToetiec
9
System Pers
Sub Sistem dari Sistem Komunikasi. Unsur yang paling penting dalam sistem Pers
adalah Media Massa (Cetak & Elektronik)
Media Massa menjalankan fungsi untuk mempengaruhi Sikap & Perilaku Masyarakat.
PERS DI INDONESIA
Indonesia termasuk dalam sistem pers tanggung
jawab sosial. Ini tidak hanya dilihat dari istilah
“kebebasan pers yang bertanggung jawab”
pendapat Wilbur Schramm
(1973)
tak bisa dipungkiri juga bagi masyarakat, pers bisa dianggap
sebagai pengamat, forum dan guru (watcher, forum and
teacher).
10
15
28
20
10 10
8
23
5
8
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10. www.yourcompanylogo.comToetiec
10
Kebebasan Pershak yang diberikan oleh konstitusional atau perlindungan hukum yang berkaitan dengan media
dan bahan-bahan yang dipublikasikan seperti menyebar luaskan, pencetakan dan menerbitkan
surat kabar, majalah, buku atau dalam material lainnya tanpa adanya campur tangan atau
perlakuan sensor dari pemerintah
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
pasal 4 di dalam disebutkan
AYAT KEEMPAT
bahwa dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di
depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak bahkan
dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 disebutkan antara
lain dalam pasal 28F bahwa setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
AYAT KESATU
bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga
negara,
AYAT KEDUA
bahwa terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran,
pembredelan atau pelarangan penyiaran,
AYAT KETIGA
bahwa untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional
mempunyai hak mencari, memperoleh, dan
menyebarluaskan gagasan dan informasi
11. www.yourcompanylogo.comToetiec
11
secara estimologi berasal dari kata
kerja Latin yaitu "con" yang artinya
bersama dan "fligere" yang artinya
benturan atau bertabrakan.
KONFLIK
Secara umum, konflik merupakan suatu
peristiwa atau fenomena sosial di mana terjadi
pertentangan atau pertikaian baik antar individu
dengan individu, individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok, maupun kelompok
dengan pemerintah
12. www.yourcompanylogo.comToetiec
12
Definisi KonflikBeberapa ahli mendefinisikan konflik
DEFINITION
Lewis A. Coser
dalam tulisannya yang berjudul The Functions of Social
Conflict, ia mendefinisikan konflik sebagai perebutan nilai
dan klaim atas status, kekuasaan, dan sumber daya yang
langka di mana tujuan lawannya adalah untuk
menetralkan, melukai atau melumpuhkan pihak yang
menjadi lawan
Soerjono Soekanto
konflik sebagai proses pencapaian tujuan dengan cara
melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma
dan nilai yang berlaku.
Stephen W. Robbin
Robbin mengatakan konflik dalam organisasi disebut
sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan
bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan
kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan
kelompok dan organisasi berusaha untuk
meminimalisasikan konflik
Stoner dan Freeman
Stoner dan Freeman membagi
pandangan menjadi dua bagian, yaitu
pandangan tradisional dan pandangan
modern
01
02
03
04
13. www.yourcompanylogo.comToetiec
13
Penyebab KonflikAda beberapa penyebab yang bisa menyebabkan terjadinya konflik sosial dalam kehidupan
masyarakat
❑ Perbedaan Antar Perorangan
❑ Perbedaan Kepentingan
❑ Perubahan Yang Terlalu Cepat
❑ Perbedaan Kebudayaan
dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat.
Karena setiap manusia pastinya tidak pernah ada kesamaan yang
baku antara orang yang satu dengan yang lain.
Adanya perbedaan kepentingan bisa menjadi munculnya konflik
sosial. Karena kepentingan itu sifatnya esensial bagi
kelangsungan hidup itu sendiri.
Konflik sosial bisa terjadi dampak dari revolusi atau perubahan
sosial yang terlalu cepat di masyarakat.
Setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, seperti
perilaku atau tata sikap. Konflik bisa terjadi karena kelainan tata
sikap dan perilaku sosialnya. Jika tidak ada titik temu atau
kesepakatan akan konflik akan meluas
14. www.yourcompanylogo.comToetiec
14
Jenis-jenis
konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan
menjadi 7 macam :
01 | berdasarkan pihak yang
terlibat di dalamnya
02 | berdasarkan fungsinya.
03 | berdasarkan
posisi seseorang dalam
struktur organisasi
04 | berdasarkan dampak
yang timbul
05 | konflik berdasarkan
sumber konflik
06 | konflik
berdasarkan
bentuknya
01
04
1. Konflik antara atau dalam
peran sosial (intrapribadi),
misalnya antara peranan-
peranan dalam keluarga
atau profesi (konflik peran
(role))
2. Konflik antara kelompok-
kelompok sosial (antar
keluarga, antar geng).
3. Konflik kelompok
terorganisir dan tidak
terorganisir (polisi
melawan massa).
4. Konflik antar satuan
nasional (kampanye,
perang saudara)
5. Konflik antar atau tidak
antar agama
6. Konflik antar politik.
7. konflik individu dengan
kelompok
07 | berdasarkan
tempat terjadinya
15. www.yourcompanylogo.comToetiec
15
Hasil dari sebuah konflik
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-
pihak yang berkonflik dapat menghasilkan
respon terhadap konflik menurut sebuah
skema dua-dimensi;
➢ meningkatkan solidaritas sesama anggota
kelompok (ingroup) yang mengalami konflik
dengan kelompok lain.
➢ keretakan hubungan antar kelompok yang
bertikai.
➢ perubahan kepribadian pada individu,
misalnya timbulnya rasa dendam, benci,
saling curiga dll.
➢ kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa
manusia.
➢ dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak
yang terlibat dalam konflik.
➢ pengertian terhadap hasil tujuan kita
➢ pengertian terhadap hasil tujuan pihak
lainnya.
17. www.yourcompanylogo.comToetiec
17
DAFTAR PUSTAKA
▪ https://id.wikipedia.org/wiki/pers_indonesia diakses pada tanggal 27 November 2020 pukul 13.00
▪ https://www.academia.edu/15509002/Sejarah_Pers diakses pada tanggal 27 November 2020 pukul 13.00
▪ https://id.wikipedia.org/wiki/kode_etik_jurnalistik diakses pada tanggal 27 November 2020 pukul 14.10
▪ https://newslampungterkini.com/news/22233/kode-etik-jurnalistik.html diakses pada tanggal 27 November 2020 pukul 14.20
▪ https://www.hukum-hukum.com/2016/10/kode-etik-jurnalistik-dan-dewan-pers.html diakses pada tanggal 27 November 2020 pukul 14.22
▪ https://www.academia.edu/6825648/empat_teori_pers diakses pada tanggal 27 November 2020 pukul 20.15
▪ https://id.wikipedia.org/wiki/kebebasan_pers diakses pada tanggal 27 November 2020 pukul 21.22
▪ https://id.wikipedia.org/wiki/konflik diakses pada tanggal 27 November 2020 pukul 23.15
▪ Sobur, Alex. (2001). Etika Pers Profesionalisme dengan Nurani. Bandung : Humaniora Utama Press.
▪ Rauf, Ismet. Adam, Saleh Danny. (2002). Catatan Politik Pengalaman Wartawan Antara. Jakarta : Antara Pustaka Utama.
▪ Eisy, M Ridlo. (2007). Peranan Media dalam Masyarakat. Jakarta : Dewan Pers.
▪ Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
▪ Sukardi. Wina Armada. 2007. Keutamaan di Balik Kontroversi Undang-Undang Pers. Jakarta: Dewan Pers.
▪ Henry Subaktio and Rachmah ida. 2012. Komunikasi politik, media, dan demokrasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
▪ Rauf, Maswadi (2001). Konsensus dan Konflik Politik. Jakarta: DIKTI.
▪ Susan, Novri (2009). Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.