Dokumen tersebut membahas perkembangan pers di Indonesia, yang meliputi 6 masa yaitu masa penjajahan, revolusi, demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, orde baru, dan reformasi. Setiap masa memiliki ciri khas tersendiri dalam pelaksanaan kebebasan pers sesuai dengan kondisi politik dan peraturan pemerintah yang berlaku. Komunikasi merupakan kebutuhan manusia sehingga pers berkembang seiring perkembangan masyarakat.
1. PERKEMBANGAN PERS DI INDONESIA
Oleh: Hendi Harefa
perkembangan pers di indonesia ini saya ambil dari berbagai sumber
yang dapat di percaya
Komunikasi merupakan kebutuhan kodrati manusia, sehingga
komunikasi cenderung menjadi persyaratan mutlak bagi kemajuannya,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Makin maju
suatu masyarakat, makin berkembanglah lalu lintas komunikasi.Tatap
muka sebagai medium komunikasi tingkat rendah, dirasakan tidak lagi
memadai akibat perkembangan masyarakat. Akibat perkembangan itu
pula, masyarakat berusaha menemukan instrumen lain untuk media
komunikasinya dan di antara media komunikasi itu adalah pers. Menurut
Rachmadi bahwa pers lahir dari kebutuhan rohaniah manusia, produk
dari kehidupan manusia, produk kebudayaan manusia, adalah hasil dari
perkembangan manusia.Keberadaan pers di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari hubungan bangsa Indonesia dengan Eropa, khususnya
dengan bangsa Belanda. Melalui hubungan itulah, berbagai anasir
kebudayaan Barat dapat dikenal di Indonesia termasuk pers.
Pengiriman dan penyebaran informasi dalam bentuk jurnal
awalnya digunakan oleh VOC untuk menyalurkan dan atau mendapat
berita, baik dari Eropa maupun dari pos-pos perdagangan Belanda yang
tersebar di Nusantara yang menurut Von Veber telah berlangsung sejak
tahun 1615.Hal ini dipertegas oleh Muhtar Lubis dengan mengatakan
bahwa pada tahun 1615, J.P. Coen menerbitkan Memorie de Nouvelles,
sebuah jurnal cetak yang pertama di Indonesia, memuat berita dan
informasi tentang VOC.Sementara surat kabar pertama yang terbit di
Indonesia adalah Bataviase Nouvelles tahun 1744 oleh J.E.
Jordens.Perancis dan Inggris yang pernah menyelingi kekuasaan
pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, turut pula menerbitkan surat
kabar. Perancis di bawah Daendels menerbitkanBataviasche Zoloniale
Courant. Sementara pada masa kekuasaan Inggris menerbitkan surat
kabar dengan nama The Java Government Gazette.Setelah kekuasaan
Inggris berakhir (1816) di Indonesia, maka surat kabar yang terbit
menjadi organ resmi pemerintah Belanda adalah Bataviasche
2. Courant yang kemudian digantikan olehJavasche Courant.Sampai
dengan terbitnya surat kabar ini ada kenampakan bahwa usaha
penerbitan masih didominasi oleh pemerintah yang berkuasa. Isinya pun
dapat diduga, yaitu hanya memuat berita mengenai kegiatan pemerintah.
Memasuki pertengahan abad ke-19, sudah semakin banyak surat
kabar terbit di Indonesia. Bahkan kaum Indo-Belanda sudah
mengusahakan penerbitan yang diperuntukkan buat kaum pribumi dan
peranakan Tionghoa. Sehingga pada masyarakat kolonial sudah dikenal
adanya pers yang berbahasa Melayu dan bahasa daerah. Surat kabar
pertama berbahasa daerah adalahBromartani yang terbit di Surakarta
pada tahun 1855. Selanjutnya surat kabar pertama berbahasa Melayu
adalah Soerat Kabar Bahasa Melajoe yang terbit di Surabaya pada tahun
1856.8) Di samping itu, dikenal pula surat kabar yang berbahasa
Tionghoa yang menggunakan bahasa campuran antara bahasa Melayu
rendahan dengan dialek Hokkian.Seiring dengan pemberlakuan politik
kolonial liberal atau dikenal sebagai politik pintu terbuka (open door
policy) tahun 1970, maka dinamika persuratkabaran di Indonesia juga
semakin kompleks. Kaum swasta asing Eropa (pengusaha-pengusaha
penanam modal di Indonesia) semakin banyak menerbitkan surat kabar.
Dalam dekade ini pula (menjelang berakhirnya abad ke-19), terdapat
kemajuan di bidang jurnalistik. Kemajuan yang dimaksud adalah
semakin banyaknya orang-orang pribumi dan orang-orang peranakan
Tionghoa yang terlibat dalam penerbitan pers. Dengan demikian sudah
lahir wartawan-wartawan pribumi (Indonesia) yang pertama. Kedudukan
orang-orang ini kelak menjadi sangat penting terhadap kelahiran pers
nasional.
Sementara itu, timbulnya kesadaran kebangsaan (nasionalisme)
Indonesia yang dimanifestasikan melalui perjuangan pergerakan
nasional, telah memperjelas dan mempertegas adanya surat kabar yang
mempunyai wawasan dan orientasi informasi untuk kepentingan
perjuangan pergerakan. Surat kabar-surat kabar itulah yang pada
gilirannya dikenal sebagai pers nasional atau pers pergerakan.
Didalam UU 1945 pasal 6 tahun 1999 tentang pers disebutkan
bahwa :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, menegakkan nilai-nilai
3. dasar demokrasi mendorong terwujudnya kebebasan dan hak asasi
manusia serta menghormati ke bhinekaan.
2. Mengungkapkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,
akurat dan benar.
3. Melakukan kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal benar dengan
kepentingan umum memperjuangkan keadilan
Tahap – Tahap Perkembangan PERS di Indonesia
1. Masa Penjajahan
Pada masa penjajahan, surat kabar yang dikeluarkan oleh bangsa
Indonesia berfungsi sebagai alat perjuangan pers yang menyuarakan
kepedihan penderitaan dan merupakan refleksi dari isi hati bangsa yang
terjajah.
a. Masa Pendudukan Belanda
Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang
kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan
“Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan tangan. Dengan
demikian, dapatlah dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia
ialah suatu penerbitan pemerintah VOC.
Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari negeri
Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak
pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan
perjanjian antara Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar
pertama kemudian terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik
percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut
lebih berbentuk koran iklan
Ciri-Ciri pers pada masa belanda :
Dibatasi dan Diancam dengan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana
Persbreidel Ordonantie
Haatzai Artikelen
Kontrol yang Keras Terhadap Pers
b. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha
dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang
usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan
tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa
4. Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di zaman
pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan
karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
Ciri-Ciri Pers pada Masa Jepang :
Penekanan Terhadap Pers Indonesia
Bersifat fasis memanfaatkan instrumen untuk menegakan kekusaan
pemerintahannya
C. Masa Revolusi Fisik
Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat
proklamasi kemerdekaan dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan
perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari para wartawan
yang langsung turut serta dalam usaha-usaha proklamasi. Semboyan
“Sekali Merdeka Tetap Merdeka” menjadi pegangan teguh bagi para
wartawan.
Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan periode
“revolusi fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi
pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah yang
dikuasai oleh pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers
yang terbit diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian
turut bergerilya.
Ciri-Ciri Pers Masa Revolusi:
Hubungan Pemerintah dan Pers Terjalin Baik
Pers Harus Menjaga Kepentingan Publik
Pembatasan Pers
2. Masa Revolusi (17 Agustus 1945-1949)
Pada masa itu pers dibagi menjadi 2 golongan yaitu pers yang
diterbitkan dan di usahakan oleh tentara pendudukan sekutu dan belanda
yang selajutnya dinamakan Pers NIKA. Pers yang diterbitkan dan
diusahakan oleh bangsa Indonesia yang dinamakan Pers Republik.
3. Masa Demokrasi Liberal (1949-1959)
5. Pers Nasional saat itu sesuai dengan alam liberal yang sangat
menikmati kebebasan Pers. Fungsi Pers pada masa ini adalah sebagai
perjuangan kelompok partai atau aliran politik. Dalam aksi-aksi ini
peranan yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar. Republik
Indonesia Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya
bubar dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950.
Pada masa ini untuk memperoleh pengaruh dan dukungan pendapat
umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-aliran politik yang
saling bertentangan, menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the
press), yang kadang-kadang melampaui batas-batas kesopanan.
Ciri-Ciiri per Masa Demokrasi Liberal
Memberi Perlindungan yang Keras Terhadap Pers Namun dalam
Prakteknya Tidak
Pembatasan Terhadap Pers
Adanya Tindakan Antipers
4. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Pada masa ini, pers menganut konsep Otoriter Pers di beri tugas
menggerakkan aksi-aksi masa yang revolusioner dengan jalan
memberikan penerangan membangkitkan jiwa dan kehendak masa agar
mendukung pelaksanaan manipol dan ketetapan pemerintah lainya.
Periode yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin sering
disebut sebagai zaman Orde Lama. Periode ini terjadi saat terbentuknya
Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, sebagai tindak
lanjut dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga meletusnya
Gerakan 30 September 1965.
Ciri-Ciri Pers Masa Demokrasi Terpimpin
Tidak Adanya Kebebasan Pers
Adanya Ketegasan Terhadap Pers
Pemerintah Mengontrol Setiap Kegiatan Pers
5. Orde Baru (1966-21 Mei 1998)
Pers masa orde baru di kenal dengan istilah Pers Pancasila dan di
tandai dengan di keluarkannya undang-undang pokok Pers no 11 tahun
1966. Ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan di
6. segala bidang, kehidupan pers kita pun mengalami perubahan dengan
sendirinya karena pers mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan
masyarakat di mana pers itu bergerak. Pers sebagai sarana
penerangan/komunikasi merupakan salah satu alat yang vital dalam
proses pembangunan.
Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan pers mengalami
kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat.
Terjadinya pembredelan pers pada masa-masa ini menjadi penghalang
bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak
asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ciri-Ciri Pers Masa Orde Baru
Kebebasan Terhadap Pers
Pers Masa itu Sangat Buram
Berkembangnya Dunia Pers
6. Masa Reformasi (21 Mei 1998-sekarang)
Di Era Reformasi, pemerintah mengeluarkan berbagai undang-
undang yang benar-benar menjamin kebebasan Pers. Salah satu jasa
pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang harus disyukuri ialah
pers yang bebas. Pemerintahan Presiden Habibie mempunyai andil besar
dalam melepaskan kebebasan pers, sekalipun barangkali kebebasan pers
ikut merugikan posisinya sebagai presiden.
Ciri-Ciri Pers Masa Reformasi
Kebebasan Mengeluarkan Pendapat (Pers adalah Hak Asasi Manusia)
Wartawan Mempunyai Hak Tolak
Penerbit Wajib Memiliki SIUPP
Perusahaan Pers Tidak Lagi Melibatkan Diri ke Departemen
Penerangan untuk Mendapat SIUPP
Kesimpulan:
Komunikasi merupakan kebutuhan kodrati manusia, sehingga
komunikasi cenderung menjadi persyaratan mutlak bagi kemajuannya,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Makin maju
suatu masyarakat, makin berkembanglah lalu lintas komunikasi. Akibat
perkembangan itu pula, masyarakat berusaha menemukan instrumen lain
7. untuk media komunikasinya dan di antara media komunikasi itu adalah
pers. Dan perkembangan pers di Indonesia dibagi dalam 6 Masa, yaitu:
1. Masa penjajahan
2. Masa Revolusi
3. Masa Demokrasi Liberal
4. Masa Demokrasi Terpimpin
5. Masa Orde Baru
6. Masa reformasi
Dan dalam pelaksanaanya memiliki beberapa perbedaan yang
disesuaikan dengan ketekntuan dan peraturan yang berlaku.