Paradigma positivis, fenomenologi, dan hermeneutik merupakan kerangka teori utama dalam komunikasi. Paradigma positivis bersifat analitis dan nomotetik sedangkan fenomenologi bersifat holistik dan ideografik. Paradigma hermeneutik bersifat sintetik dan interpretatif. Ketiga paradigma memiliki perbedaan dalam pendekatan, jenis kebenaran, dan nilai yang melekat.
3. POSITIVISTIK
• BERAKAR DARI ILMU EKSAKTA
• DISEBUT JUGA STUDI STATISTIK
• Disyaratkan adanya variabel yang dikontrol.
• Pengacakkan sampel
• Pengujian validitas dan realibilitas instrumen
• Ditujukan untuk menggenarilasasi sampel dalam populasi
• Penelitian yang masuk kategori ini adalah:eksperimen,
korelasi,survey, dll
4. PASCA POSITIVISTIK/FENOMENOLOGIS
• BERAKAR pada tradisi dalam sosiologi dan antropologi
• bertujuan untuk memahami suatu gejala seperti apa
adanya
• tanpa harus mengontrol variabel dan tidak berusaha
menggeneralisasi gejala tersebut dalam gejala-gejala
yang lain
• CONTOH penelitian ini adalah etnografi, studi kasus,
studi naturalistic, sejarah, biografi, teori membumI
(grounded theory), dan studi deskriptif (Creswell, 1998;
Denzin dan Lincoln,2003; Merriam, 1998).
5. Eichelberger selanjutnya membedakan tiga paradigma filsafat
melandasi metodologi pengetahuan
positivistik
• keberadaan sesuatu merupakan besaran yang dapat diukur
• Peneliti adalah
• pengamat yang objectif atas peristiwa yang terjadi di dunia
• dapat diuji secara empirik
Fenomenologik
• Filsafat fenomenologik pertama kali dikembangkan oleh seorang
matematikawan Jerman Edmund Husserl (1850-1938)
• filsafat fenomenologik berupaya untuk memahami makna yang
sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan pada
kesadaran yang disengaja (intentionallity of consciousness) atas
pengalaman, karena pengalaman mengandung penampilan ke luar
dan kesadaran di dalam, yang berbasis pada ingatan, gambaran dan
makna
6. Hermeneutik
• Filsafat hermeneutik dikembangkan oleh filosof
Jerman Wilhelm Dilthey (Bleicher, 2003: 17)
• usaha mencari kebenaran dengan menafsirkan
makna atas gejala yang ada.
• Interprestasi atau penafsiran tersebut
berlangsung dalam suatu konteks tradisi.
Implikasinya adalah bahwa ilmuwan sosial atau
interpretator harus telah memiliki pra-pemahaman
atas objek ketika ia mengkaji objek
tersebut, sehingga tidak mungkin untuk
memulai dengan sebuah pemikiran netral
7. POSITIVISTIK FENOMENOLOGIK HERMENEUTIK
Analitik Holistik Sintetik
Nomotetik Ideografik Interpretatik
Dedukatif Induktif Sinkretik
Laboratorik Empirik Empatik
Pembuktian dengan logika Pengukuhan pengalaman Penafsiran tak memihak
Kebenaran universal Kebenaran bersifat unik Kebenaran yang diterima
Bebas nilai Tidak bebas nilai Tidak bebas nilai
8. FENOMENOLOGIK
SUMBER: Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005
menganggap bahwa pengalaman bukanlah
merupakan suatu dunia eksternal
yang bersifat objektif.
Pengalaman bukan sekedar lama waktu
seseorang
berinteraksi dengan lingkungannya, melainkan
pelajaran yang diperoleh dalam
rentangan waktu tertentu.
Untuk memahami pengalaman itu digunakan
pemikiran, perasaan, tanggapan, dan berbagai
ungkapan psikologis atau
mental lain.
9. Gejala yang diamati dari
suatu pengalaman perlu
dibandingkan dengan
pengalaman lain agar hal-hal
yang esensial dari
berbagai pengalaman itu
dapat dipahami.
Hal-hal yang esensial
tersebut selanjutnya perlu
digabungkan dengan hasil
pengalaman lain, sehingga
dapat diidentifikasi
kesamaan yang bersifat
hakiki.
10. Paradigma fenomenologik ini justru
menggunakan akal sehat (common
sense) yang oleh penganut
positivistik dianggap tidak/kurang
ilmiah. Akal sehat ini mengandung
makna yang diberikan seseorang
dalam menghadapi pengalaman
dan kehidupannnya sehari-hari.
Jadi tidak semata-mata
didasarkan pada data
atau informasi yang
diperoleh melalui
penginderaan.
11. Dalam paradigma ini suatu kebenaran
ilmiah tidak dimulai dengan adanya
sejumlah teori yang mendasari, namun
secara induktif mengakumulasikan
pengalaman khusus menjadi umum, atau
yang konkrit menjadi abstrak, dan
bahkan kemudian bahkan mengukuhkan
pengalaman itu menjadi teori (teori
membumi = grounded theory) yang
bersifat holistik (meliputi segala sesuatu
yang berkaitan dengan pengalaman yang
bersangkutan)
12. • Kebenaran ilmiah
• menurut paradigma ini tidak bersifat
nomotetik melainkan bersifat ideografik,
• yaitu mengungkap secara naratif dengan
memberikan uraian rinci mengenai
• hakekat suatu objek atau konsep.
Kebenaran itu juga bersifat unik dan
hanya
• dapat ditransfer bila kondisi dan
situasinya sama atau tidak berbeda.
Kebenaran
• ini sarat dengan nilai (value loaded).
13. FILSAFAT HERMENEUTIK
Filsafat hermeneutik dikembangkan oleh
filosof Jerman Wilhelm Dilthey (Bleicher,
2003: 17; Eichelberger, 1998: 7), dalam
usaha mencari kebenaran dengan
menafsirkan makna atas gejala yang ada.
Sejarawan akan menafsirkan legenda,
artefak atau berbagai naskah kuno
berdasarkan perspektif terkini.
Seorang ahli tafsir agama akan berusaha
menelaah ayat-ayat dari kitab suci dan
memberikan makna berdasarkan kondisi
yang berkembang sekarang.
14. Sedangkan seorang ahli hukum akan
menafsirkan pasal dan ayat dalam
kitab hukum dan jurisprudensi
dengan mempertimbangkan azas
keadilan dan/atau manfaat.
Interprestasi atau penafsiran
tersebut berlangsung dalam suatu
konteks tradisi.
Implikasinya adalah bahwa ilmuwan
sosial atau interpretator harus telah
memiliki pra-pemahaman atas
objek ketika ia mengkaji objek
tersebut, sehingga tidak mungkin
untuk memulai dengan sebuah
pemikiran netral (Bleicher, 2003: ix).
15. Pengkajian atas objek itu harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh,
mendalam, teliti dan tepat agar dapat
diterima oleh orang lain yang
melakukan pengkajian yang sama,
dan kemudian dapat digabungkan
menjadi bangunan pengetahuan.
Pendekatan hermeneutik ini pada
awalnya banyak digunakan oleh para
agamawan, sejarawan dan ahli
hukum. Mereka ini menafsikan apa
yang ada dalam naskah (kitab suci,
artefak atau kitab undang-undang)
sesuai masalah yang dihadapinya
dengan membangun argumentasi
sendiri.
16. Paradigma hermeneutik, meskipun dapat
dikatakan satu kategori dengan paradigma
fenomenologik, mempunyai sejumlah
ketentuan yang berbeda.
Kebenaran ilmiah dalam paradigma ini tidak
analitik maupun holistik, melainkan sintetik
yaitu memadukan pendapat yang berlawanan
(tesis dan antitesis). Kebenaran dinyatakan
dalam bentuk interpretatik, yaitu penafsiran
yang didasarkan pada keyakinan tertentu.
17. Pendekatan yang dilakukan tidak
berupa deduktif atau induktif,
melainkan sinkretik, yaitu
menggunakan berbagai pandangan
dan praktek.
Seorang pengacara dalam membela
kliennya, tidak hanya menafsirkan
hukum dari aspek legal saja (secara
deduktif membangun kesimpulan
dari kasus), melainkan berusaha
memasukkan aspek moral, sosial dan
politik, sehingga diharapkan dapat
menjadi suatu keputusan
jurisprudensi tersendiri.
18. Data dan informasi yang dikumpulkan tidak dari latar laboratorik maupun
empirik, melainkan dengan cara empatik yaitu data yang diperoleh dengan
membangun kepedulian dengan adanya getaran yang bermakna. Kebenaran
diperoleh melalui penafsiran yang tidak memihak, meskipun dilandasi oleh
prasangka dan adanya pengetahuan awal.
Setiap pengacara akan bertolak
dari azas praduga tidak bersalah sebagai suatu kebenaran. Dia
berlindung dibalik azas ini tanpa “kelihatan” memihak kepada klien
yang dibelanya.
19. Kebenaran yang diusahakan
adalah kebenaran yang
dapat diterima oleh
mereka yang
berkepentingan. Kebenaran
ini tidak bersifat bebas nilai.
20. PENGELOMPOKKAN TEORI DAN PARADIGMA PENELITIAN ILMU KOMUNIKASI
TEORI / PENDEKATAN PARADIGMA
KLASIK KONSTRUKTIVIS KRITIS
Theories of Message
Theories of Disclosure √ √ √
Theories Sign and Language √ √
Interpersonal Communications
Symbolic interactionism √ (Iowa School) √ (Chicago School)
Social Judgement theory √
Cognitive Dissonance theory √
Theories of experience and interpretation √
Theories of Receptions and Processing √
Group/Public/Organisational
Communication
Information system approach in
Organisation √
Social Exchange theories √
Theories of Communication Network √
Mass Communication and Society
Structural-Functionalism theories of mass
media √ √
Agenda Setting theory √
Uses and Gratifications √
Political-economy theories of mass media
√ (liberal poitical
economy
√ (culturalsm/constructivism
(Golding &Murdoch)
√ instrumentalism &
structuralism (Chomasky,
Schudson)
Mass media and social construction of
reality √
Media and cultural studies √ √
Theories of message production √
Theories of Mass Media and Persuasion,
effectiveness of ads and communication
program √
21. Apa itu teori??
• Dibuat oleh manusia
• Ketika para akademisi menguji sesuatu yg ada
di dunia, mereka membuat pilihan,
Teori
merupakan
susunan
• bagaimana mengelompokkan yg mereka amati.
• Bagaimana menyebut konsep yg mereka
fokuskan
• Seberapa luas dan sempitkan fokus mereka.
22. • Merepresentasikan beragam cara para
pengamat melihat lingkungan sekitar
mereka lebih dari kenyataan g dapat mereka
tangkap.
teori
• Teori : cara utuk melihat fakta, menyusu dan
menunjukkannya
Mnrt
Abraham
Kaplan
• Teori: sebuah cara untuk melihat dan
memikirkan dunia Stanley Deetz
23. • Teori menyusun
dan menyatukan
pengetahuan
yang sudah ada,
sehingga kita
tidak perlu
memulai semua
penelitian dari
awal.
Teori merupakan
tafsiran, sehingga
mempertanyakan
kegunaan teori
lebih bijaksana
dari pada
mempertanyakan
kebenarannya.
24. Teori menawarkan satu cara
untuk menangkap “kebenaran”
dari sebuah fenomena, tetapi
bukanlah satu-satunya cara
untuk memandang fenoomena
tersebut.
Teori berisi seperangkat
pelajaran utnuk membaca dunia
dan bertindak di dalamnya.
Sebuah teori mengatur
bagaimana cara kita melakukan
pendekatan terhadap dunia kita
(JAMES ANDERSON)
27. TEORI NOMOTETIK
• SESUATU YG MELIHAT HUKUM
UNIVERSAL ATAU UMUM
• PENDEKATAN INI BERPENGARUH DLM
IPA PERCOBAAN DAN CONTOH BAGI
BANYAK PENELITIAN SOSIAL
TEORI
NOMOTETIK
• UNTUK MENGGAMBARKAN DENGAN
TEPAT CARA KEHIDUPAN SOSIAL
BERJALAN
• TEORI NOMOTETIK TDK MEBUAT
PENILAIAN ATAU SOLUSI MENGENAI
MASALAH, PARA ILMUAN HANYA
MENGGAMBARKAN TENTANG SESUATU.
TUJUAN
28. GAGASAN KLASIK SEBUAH ILMU
PENGETAHUAN
TEORI
HIPOTESIS
OBSERVASI
Induksi
PENYIMPULAN
Teori
Tindakan
Metode &
pengukuran
29. TEORI PRAKTIS
• MENGUMPULKAN BANYAK
PERPEDAAN ANTAR SITUASI DAN
UNTUK MEMBERIKAN SEBUAH
SUSUNAN PEMAHAMAN YANG
MEMUNGKINKAN PENELITI
MEMPERTIMBANGKAN
RANGKAIAN ALTERNATIF
• TINDAKAN UNTUK MENCAPAI
TUJUAN.
DIRANCANG
UNTUK