SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
SIKLUS RESPON SEKSUAL DAN FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI SEKSUAL
Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Yahya Saiful R
2. Eka Mailina Indriati
3. Retno Dwi Jayanti
4. Aisah Fitriani
5. Anah Nur Aliyah
6. Siti Karina H
Program Studi SI Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)
Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
2014/2015
A. Siklus ResponSeksual
Siklus respon seksual adalah tahapan yang terjadi saat kita melakukan kegiatan
seksual. Secara ilmiah siklus respon seksual diartikan sebagai perubahan fisik dan
emosional yang terjadi saat seseorang terangsang dan merangsang secara seksual melalui
kegiatan seksual. Siklus respon seksual dapat Anda rasakan saat berhubungan seksual dan
masturbasi.
Siklus respon seksual dengan fase-fase excitement, plateu, orgasmus dan resolusi.
Fase-fase ini adalah akibat dari vasokontriksik dan miotonia, yang merupakan respon
fisiologis dasar dari rangsangan seksual (master dan johnson, 1996).
Menurut Master dan Johnson (1966) siklus respon seksual terdiri dari fase
excitement, plateu, orgasmus, dan resolusi.
1. Tahap Excitement (peningkatan bertahap dalam rangsangan seksual)
 Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:
 Lubrikasi vaginal: yaitu dinding vagina berkeringat
 Ekspansi 2/3 bagian dalam rongga vagina (lorong vagina membuka)
 Peningkatan sensitivitas dlam pembesaran klitoris serta labia
 Terjadi ereksi puting dan peningkatan ukuran payudara
 Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
 Ereksi penis (penambahan besar penis dari yang sebelumnya)
 Penebalan dan elevasi skrotum
 Pembesaran skrotum
 Ereksi puting susu dan pembengkakan (tumescence)
2. Tahap Plateu (penguatan respon fase exicetement)
 Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:
 Pembesaran klitoris (retraksi klitoris di bawah topi klitoris)
 Pembentukan platform orgasmus: pembengkakan 1/3 luar vagina dan labia
minora
 Elevasi serviks dan uterus: perubahan warna kulit yang tampak hidup pada
labia minora
 Pembesaran areola dan payudara
 Peningkatan tegangan otot dan pernafasan
 Peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan
 Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
 Peningkatan ukuran glans (ujung) penis
 Peningkatan intensitas warna glans
 Elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis
 Peningkatan tegangan otot dan pernafasan
 Peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan
3. Tahap Orgasmus (penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot)
 Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:
 Kontraksi volunter platformorgasmik, uterus, rektal, spinter uretral, dan
kelompok otot lain
 Hiperventilasi dan peningkatan frekuensi jantung
 Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
 Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
 Penutupan sfinter urinarius internal
 Sensasi ejakulasi yang terjadi tertahankan
 Kontraksi duktus deferens vesikel seminalis prostat dan duktus ejakulatorius
 Relaksasi sfinter kandung kemih eksternal
 Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
 Ejakulasi
4. Tahap Resolusi (fisiologis dan psikologis kembali ke dalam keadaan tidak terangsang)
 Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:
 Relaksasi bertahap pada dinding vagina
 Perubahan warna yang cepat pada dinding labia minora
 Berkeringat
 Secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
kembali normal
 Wanita mampu kembali mengalami orgasmus karena tidak mengalami periode
refraktori seperti yang terjadi pada pria
 Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:
 Kehilangan eresi penis
 Periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak enak
 Reaksi berkeringat
 Penurunan testis
 Secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
kembali normal.
Grafik siklus respon pada pria dan wanita
a. Siklus respon seksual pria
a. Siklus respon seksual wanita
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas antara lain:
1. Faktor Fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik,
karena bagaimanapun aktivitas seks bisa menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Kondisi fisik dapat berupa penyakit ringan/berat, keletihan, medikasi maupun citra
tubuh. Citra tubuh yang buruk terutama disertai penolakan atau pembedahan yang
mengubah bentuk tubuh menyebabkan seseorang kehilangan gairah.
2. Faktor Hubungan
Masalah dalam berhubungan (kemesraan, kedekatan ) dapat mempengaruhi
hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual. Hal ini sebenarnya
tergantung dari bagaimana kemampuan mereka dalam berkompromi dan bernegosiasi
mengenai seksual yang dapat diterima dan menyenangkan.
3. Faktor Gaya Hidup
Gaya hidup disini meliputi penyalahgunaan alkohol dan aktivitas seks,
ketersediaan waktu mencurahkan perasaan dan berhubungan, dan penentuan waktu
yang tepat untuk aktivitas seks . Penggunaan alkohol dapat menyebabkan rasa
sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal seks dengan efek negatif yang jauh lebih
besar dibanding perasaan eforia palsu tersebut. Sebagian klien mungkin tidak
mengetahui bagaimana mengatur waktu antara bekerja dengan aktivitas
seksual,sehingga pasangan yang sudah merasa lelah bekerja merasa kalau aktivitas
seks merupakan beban baginya.
4. Faktor Harga Diri
Jika harga dirinya seksual tidak di perlihara dengan mengembangkan perasaan
yang kuat tentang seksual diri dan dengan mempelajari ketrampilan seksual,aktivitas
seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau tekanan perasaan seksual
(Purnawan,2004).
5. Meningkatnya Seksualitas
Usia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat usia haid pertama 13
tahun. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah
laku seksual tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku
seksualnya juga semakin tinggi.
6. Penundaan Usia Perkawinan
Adanya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah
sedikitnya 17 tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk pria. Norma sosial makin lama
makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, persiapan mental. Norma agama yang melarang untuk melakukan
hubungan seksual sebelum menikah.
7. Adanya Penyebaran Informasi dan Rangsangan Seksual Melalui Media
Dengan teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang
merangsang seksualitas remaja.
8. Pergaulan yang Makin Bebas
Membuat perilaku seksual yang berbahaya semakin meningkat.
9. Ketaatan Beragama
Landasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual
remaja.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon suami
1. Kesibukan
Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial menjadikan pasangan suami
istri lupa akan kebutuhan seks mereka, mereka lebih menikmati hidup apabila mereka
kebutuhan ekonominya dikatakan layak dan kebutuhan sosialnya terpenuhi. Mereka
rela pergi pagi-pagi dan pulang sudah larut malam. Intenitas bertemu juga jarang
walaupun mereka pergi kerja bersama-sama dan pulangnya pun bersama-sama. Tetapi
mereka jarang berkomunikasi dan mereka larut dalam pikiran masing-masing karena
kecapekan atau sebab lain mengenai masalah kerja.
2. Faktor Anak
Seringkali anak menjadi alasan klasik mengapa pasangan kita tidak mau diajak
berhubungan seks. Awal pernikahan sebelum ada kehadiran seorang anak, kegiatan
seks begitu menyenangkan, tetapi setelah ada kehadiran anak kegiatan itu pun
terhalang apalagi kalau anak kita masih kecil-kecil dan masih tidur sekamar
dengan kita.
3. Faktor Fisik
Kesehatan adalah modal utama dalam hubungan seks, tanpa kesehatan seks
pun menjadi terhalang. Orang yang kesehatannya prima maka untuk memenuhi
kebutuhan akan seks tidak begitu terhalang. Lain lagi kalau kondisi orang itu sakit
atau kondisi fisik yang tidak sempurna, secara tidak langsung kebutuhan seks pun
terhambat karena keterbatasan tersebut.
4. Faktor Psikologi
Tidak jarang kita jumpai banyak orang merasa stres karena apa yang menjadi
impiannya selama ini belum atau bahkan tidak terwujud, atau faktor pekerjaan di
kantor yang di bawah tekanan sehingga mudah sekali orang menjadi stress. Atau
seseorang yang sangat rentan mengalami stress karena masalah yang sebenarnya
masih bisa diatasinya. Apapun wujud dan sebab dari stres itu secara tidak langsung
akan mempengaruhi kehidupan seksnya. Mereka merasa tidak bergairah dalam
menjalani hidup apalagi seseorang yang mengalami stres berat.
5. Faktor Pasangan
Yang dimaksud disini adalah faktor suami atau istri, kadang kala kita sudah
menggebu dan sangat bergairah ingin sekali berhubungan suami istri atau bercinta
dengan pasangan . Dan tidak jarang pasangan kita menolak untuk diajak
berhubungan. Banyak alasan yang diutarakan karena penolakannya. Akibatnya gairah
kita yang tadinya membara menjadi dingin seketika karena penolakan pasangan kita.
6. Persepsi suami dan istri tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual.
Respon seksual antara suami dan istri di anggap sebagai rasa suka cita bagi
setiap pasangan yang telah menikah. Setelah menikah mereka mendapatkan keturunan
dan mengikuti program pemerintah maka di wajibkan bagi ibu untuk melakukan
tubektomi bagi pasangan usia subur (PUS) dan wanita dengan kondisi kesehatan
yang mengharuskan untuk melakukan tubektomi. Istri sering mengalami kecemasan
pada saat memilih kontrasepsi tubektomi sehingga suami diikut sertakan dalam
konseling. Tujuan dilakukannya konseling kontrasepsi tubektomi di harapkan agar
suami mengerti secara terperinci dan jelas manfaat dari kontrasepsi tubektomi. Dari
penjelasan tersebut bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan resproduksi
serta aktif dalam penggunaan kontrasepsi ini (Pinem,2002). Pasangan yang memilih
metode tubektomi akan terbebas dari rasa kecemasan akan terjadinya kehamilan.
Ketakutan akan kehamilan apabila terlambat haid atau lupa belum melakukan
kontrasepsi seperti minum pil atau suntik sehingga dapat memicu permintaan untuk
dilakukan tubektomi. Wanita yang melakukan tubektomi akan merasa terbebas dari
kecemasan kehamilan, pasangan ini menikmati koitus dengan cara yang sebelumnya
tidak mereka lakukan. Pasangan ini juga akan terbebas dari kecemasan terhadap
biaya, karena tubektomi dilakukan sekali seumur hidup (Suzanne, 2008).
Peneliti mencatat bahwa wanita dan pasangannya lebih menikmati seks karena
mereka bebas dari rasa cemas atas potensi kehamilan yang tidak direncanakan. Hasil
penelitian diatas tidak menemukan secara jelas apa penyebab kondisi diatas, namun
dimungkinkan karena perasaan bebas dari rasa kecemasan ada terjadi kehamilan yang
tidak diinginkan (Okezone, 2010).
Hasil penelitian Smith menunjukkan bahwa wanita yang telah menjalani
prosedur tubektomi menunjukkan resiko rendah terhadap masalah-masalah seksual
tertentu (disfungsi seksual). Bahkan mereka cenderung lebih bahagia dengan
kehidupan seksualitas dari wanita lain yang tidak melakukan tubektomi. Salah satu
faktor yang menakutkan bagi wanita yang tubektomi adalah mengalami resiko
disfungsi seksual.
Secara fisiologis tidak ada alasan bahwa tubektomi akan menyebabkan
masalah seksual. Disamping itu hasil penelitian menemukan 36% wanita yang telah
menjalani tubektomi mendapat respon seksual yang sangat tinggi kepuasannya,
sedangkan pada wanita yang tidak menjalani tubektomi hanya 30% yang
menunjukkan rasa kepuasan terhadap respon seksual yang sangat tinggi (Sahid, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.psychologymania.com/2012/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_27.html
2. http://www.obatoles.com/siklus-respon-seksual-tahapan-yang-terjadi-saat-berhubungan-
seks.htm
3. http://id.scribd.com/doc/115282691/ASKEP-DISFUNGSI-SEKSUAL

More Related Content

What's hot

Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Fransiska Oktafiani
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasLSIM
 
Konsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasKonsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasDoraSinurat
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAmalia Senja
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatanari saputra
 
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwaKomunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa-Yusie Aprilia-
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Evidence based nursing
Evidence based nursingEvidence based nursing
Evidence based nursingAmalia Senja
 
Makalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutikMakalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutikWarnet Raha
 
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahDilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahRumandani Choirunisa
 
Konsep pasien terminal
Konsep pasien terminalKonsep pasien terminal
Konsep pasien terminalValny Majid
 
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANPENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANLindarti Marsiyah
 
CARING DALAM KEPERAWATAN - TM 1.ppt
CARING DALAM KEPERAWATAN - TM 1.pptCARING DALAM KEPERAWATAN - TM 1.ppt
CARING DALAM KEPERAWATAN - TM 1.pptTYASLARASATI
 

What's hot (20)

Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 
Pendelegasian Dalam Keperawatan
Pendelegasian Dalam KeperawatanPendelegasian Dalam Keperawatan
Pendelegasian Dalam Keperawatan
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
Konsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasKonsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitas
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
 
Konsep Keperawatan Maternitas
Konsep Keperawatan Maternitas Konsep Keperawatan Maternitas
Konsep Keperawatan Maternitas
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Lp anc benar
Lp anc benarLp anc benar
Lp anc benar
 
Analisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantungAnalisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantung
 
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwaKomunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Evidence based nursing
Evidence based nursingEvidence based nursing
Evidence based nursing
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Makalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutikMakalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutik
 
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahDilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
 
Konsep pasien terminal
Konsep pasien terminalKonsep pasien terminal
Konsep pasien terminal
 
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANPENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
 
CARING DALAM KEPERAWATAN - TM 1.ppt
CARING DALAM KEPERAWATAN - TM 1.pptCARING DALAM KEPERAWATAN - TM 1.ppt
CARING DALAM KEPERAWATAN - TM 1.ppt
 

Viewers also liked

Siklus respon seksual
Siklus respon seksualSiklus respon seksual
Siklus respon seksualSulistia Rini
 
Masa Subur dan Masa Hamil
Masa Subur dan Masa Hamil Masa Subur dan Masa Hamil
Masa Subur dan Masa Hamil pjj_kemenkes
 
Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksual
Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksualJenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksual
Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksualSulistia Rini
 
Pengaturan fungsi hormon seksual pada pria oleh hormon
Pengaturan fungsi hormon seksual pada pria oleh hormonPengaturan fungsi hormon seksual pada pria oleh hormon
Pengaturan fungsi hormon seksual pada pria oleh hormonSavira izati Putri
 
Hormon reproduksi pada wanita
Hormon reproduksi pada wanitaHormon reproduksi pada wanita
Hormon reproduksi pada wanitaSulistia Rini
 
Makalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiMakalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiIrvan Khoerul
 
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritualKonsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritualpjj_kemenkes
 
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar Desi Ardhina
 
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL & SEKSUALITAS
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL & SEKSUALITASKEBUTUHAN PSIKOSOSIAL & SEKSUALITAS
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL & SEKSUALITASAan Trainstation
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitasKANDA IZUL
 
Sistem Regulasi Hormon
Sistem Regulasi HormonSistem Regulasi Hormon
Sistem Regulasi HormonNajib_1824
 

Viewers also liked (14)

Siklus respon seksual
Siklus respon seksualSiklus respon seksual
Siklus respon seksual
 
Makalah hormon reproduksi wanita
Makalah hormon reproduksi wanitaMakalah hormon reproduksi wanita
Makalah hormon reproduksi wanita
 
Masa Subur dan Masa Hamil
Masa Subur dan Masa Hamil Masa Subur dan Masa Hamil
Masa Subur dan Masa Hamil
 
Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksual
Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksualJenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksual
Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksual
 
Pengaturan fungsi hormon seksual pada pria oleh hormon
Pengaturan fungsi hormon seksual pada pria oleh hormonPengaturan fungsi hormon seksual pada pria oleh hormon
Pengaturan fungsi hormon seksual pada pria oleh hormon
 
Hormon reproduksi pada wanita
Hormon reproduksi pada wanitaHormon reproduksi pada wanita
Hormon reproduksi pada wanita
 
Makalah perkembangan spiritual
Makalah perkembangan spiritualMakalah perkembangan spiritual
Makalah perkembangan spiritual
 
Makalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiMakalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologi
 
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritualKonsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
 
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
 
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL & SEKSUALITAS
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL & SEKSUALITASKEBUTUHAN PSIKOSOSIAL & SEKSUALITAS
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL & SEKSUALITAS
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
 
Sistem Regulasi Hormon
Sistem Regulasi HormonSistem Regulasi Hormon
Sistem Regulasi Hormon
 
Makalah hormon–hormon reproduksi pada wanita
Makalah hormon–hormon reproduksi pada wanitaMakalah hormon–hormon reproduksi pada wanita
Makalah hormon–hormon reproduksi pada wanita
 

Similar to Siklus respon seksual

5. Perubahan dan adaptasi psikologis kehamilan.pdf
5. Perubahan dan adaptasi psikologis kehamilan.pdf5. Perubahan dan adaptasi psikologis kehamilan.pdf
5. Perubahan dan adaptasi psikologis kehamilan.pdfAstriYuliaSariLubis1
 
Peran Ibu Dalam Mendampingi Anak Perempuan Dimasa Premenstruasi
Peran Ibu Dalam Mendampingi Anak Perempuan Dimasa PremenstruasiPeran Ibu Dalam Mendampingi Anak Perempuan Dimasa Premenstruasi
Peran Ibu Dalam Mendampingi Anak Perempuan Dimasa PremenstruasiRadio Pengajian
 
MASALAH_KESEHATAN_REPRODUKSI_pptx.pptx
MASALAH_KESEHATAN_REPRODUKSI_pptx.pptxMASALAH_KESEHATAN_REPRODUKSI_pptx.pptx
MASALAH_KESEHATAN_REPRODUKSI_pptx.pptxpuskesmassukadami
 
Konsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritualKonsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritualFhie Habibie
 
Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi
Konsep Dasar Kesehatan ReproduksiKonsep Dasar Kesehatan Reproduksi
Konsep Dasar Kesehatan ReproduksiErlina Wati
 
Abat(repro napza-porno-hiv aids)
Abat(repro napza-porno-hiv aids)Abat(repro napza-porno-hiv aids)
Abat(repro napza-porno-hiv aids)Idayu Buntoro
 
1. KESPRO REMAJA_Pertemuan Posrem Juli 22.pptx
1. KESPRO REMAJA_Pertemuan Posrem Juli 22.pptx1. KESPRO REMAJA_Pertemuan Posrem Juli 22.pptx
1. KESPRO REMAJA_Pertemuan Posrem Juli 22.pptxWuriPaparazie
 
KESPRO BAGI CATIN KAK SARI.pptx
KESPRO BAGI CATIN KAK SARI.pptxKESPRO BAGI CATIN KAK SARI.pptx
KESPRO BAGI CATIN KAK SARI.pptxrisma978776
 
siklus reproduksi.pptx
siklus reproduksi.pptxsiklus reproduksi.pptx
siklus reproduksi.pptxwillyastriana
 
Siklus kesehatan wanita
Siklus kesehatan wanitaSiklus kesehatan wanita
Siklus kesehatan wanitahoshirami
 
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan kopingKebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan kopingValny Majid
 
PUBER TANPA BAPER (materi menghadapi pertumbuhan remaja).pptx
PUBER TANPA BAPER (materi menghadapi pertumbuhan remaja).pptxPUBER TANPA BAPER (materi menghadapi pertumbuhan remaja).pptx
PUBER TANPA BAPER (materi menghadapi pertumbuhan remaja).pptxsmprabbani1
 
PPT KESPRO REMAJA_compressed.pdf
PPT KESPRO REMAJA_compressed.pdfPPT KESPRO REMAJA_compressed.pdf
PPT KESPRO REMAJA_compressed.pdfyuni517187
 
M 1 kb3 andrologi dasar
M 1 kb3 andrologi dasarM 1 kb3 andrologi dasar
M 1 kb3 andrologi dasarpjj_kemenkes
 
ASUHAN PADA MASA SEBELUM HAMIL.pptx
ASUHAN PADA MASA SEBELUM HAMIL.pptxASUHAN PADA MASA SEBELUM HAMIL.pptx
ASUHAN PADA MASA SEBELUM HAMIL.pptxKiaTauhid
 
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi pjj_kemenkes
 

Similar to Siklus respon seksual (20)

5. Perubahan dan adaptasi psikologis kehamilan.pdf
5. Perubahan dan adaptasi psikologis kehamilan.pdf5. Perubahan dan adaptasi psikologis kehamilan.pdf
5. Perubahan dan adaptasi psikologis kehamilan.pdf
 
Peran Ibu Dalam Mendampingi Anak Perempuan Dimasa Premenstruasi
Peran Ibu Dalam Mendampingi Anak Perempuan Dimasa PremenstruasiPeran Ibu Dalam Mendampingi Anak Perempuan Dimasa Premenstruasi
Peran Ibu Dalam Mendampingi Anak Perempuan Dimasa Premenstruasi
 
MASALAH_KESEHATAN_REPRODUKSI_pptx.pptx
MASALAH_KESEHATAN_REPRODUKSI_pptx.pptxMASALAH_KESEHATAN_REPRODUKSI_pptx.pptx
MASALAH_KESEHATAN_REPRODUKSI_pptx.pptx
 
Konsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritualKonsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritual
 
Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi
Konsep Dasar Kesehatan ReproduksiKonsep Dasar Kesehatan Reproduksi
Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi
 
ciri pubertas.pptx
ciri pubertas.pptxciri pubertas.pptx
ciri pubertas.pptx
 
Abat(repro napza-porno-hiv aids)
Abat(repro napza-porno-hiv aids)Abat(repro napza-porno-hiv aids)
Abat(repro napza-porno-hiv aids)
 
1. KESPRO REMAJA_Pertemuan Posrem Juli 22.pptx
1. KESPRO REMAJA_Pertemuan Posrem Juli 22.pptx1. KESPRO REMAJA_Pertemuan Posrem Juli 22.pptx
1. KESPRO REMAJA_Pertemuan Posrem Juli 22.pptx
 
KESPRO BAGI CATIN KAK SARI.pptx
KESPRO BAGI CATIN KAK SARI.pptxKESPRO BAGI CATIN KAK SARI.pptx
KESPRO BAGI CATIN KAK SARI.pptx
 
ABAT HIV AIDS.ppt
ABAT HIV AIDS.pptABAT HIV AIDS.ppt
ABAT HIV AIDS.ppt
 
siklus reproduksi.pptx
siklus reproduksi.pptxsiklus reproduksi.pptx
siklus reproduksi.pptx
 
Siklus kesehatan wanita
Siklus kesehatan wanitaSiklus kesehatan wanita
Siklus kesehatan wanita
 
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan kopingKebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
 
Pengertian psikologi
Pengertian psikologiPengertian psikologi
Pengertian psikologi
 
PUBER TANPA BAPER (materi menghadapi pertumbuhan remaja).pptx
PUBER TANPA BAPER (materi menghadapi pertumbuhan remaja).pptxPUBER TANPA BAPER (materi menghadapi pertumbuhan remaja).pptx
PUBER TANPA BAPER (materi menghadapi pertumbuhan remaja).pptx
 
PPT KESPRO REMAJA_compressed.pdf
PPT KESPRO REMAJA_compressed.pdfPPT KESPRO REMAJA_compressed.pdf
PPT KESPRO REMAJA_compressed.pdf
 
M 1 kb3 andrologi dasar
M 1 kb3 andrologi dasarM 1 kb3 andrologi dasar
M 1 kb3 andrologi dasar
 
ASUHAN PADA MASA SEBELUM HAMIL.pptx
ASUHAN PADA MASA SEBELUM HAMIL.pptxASUHAN PADA MASA SEBELUM HAMIL.pptx
ASUHAN PADA MASA SEBELUM HAMIL.pptx
 
Pengkajian sistem endokrin
Pengkajian sistem endokrinPengkajian sistem endokrin
Pengkajian sistem endokrin
 
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
 

More from Sulistia Rini

Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaTindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraTindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxAsuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 Asuhan Keperawatan pneumuthorax Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisTerapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisTerapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaTerapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCTerapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCSulistia Rini
 

More from Sulistia Rini (20)

Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
 
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaTindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
 
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
 
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraTindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxAsuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 Asuhan Keperawatan pneumuthorax Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisTerapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
 
Terapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisTerapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusis
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
 
Terapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaTerapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumonia
 
Terapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCTerapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBC
 

Recently uploaded

PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 

Recently uploaded (20)

PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 

Siklus respon seksual

  • 1. SIKLUS RESPON SEKSUAL DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUAL Disusun oleh : Kelompok 7 1. Yahya Saiful R 2. Eka Mailina Indriati 3. Retno Dwi Jayanti 4. Aisah Fitriani 5. Anah Nur Aliyah 6. Siti Karina H Program Studi SI Keperawatan SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES) Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap 2014/2015
  • 2. A. Siklus ResponSeksual Siklus respon seksual adalah tahapan yang terjadi saat kita melakukan kegiatan seksual. Secara ilmiah siklus respon seksual diartikan sebagai perubahan fisik dan emosional yang terjadi saat seseorang terangsang dan merangsang secara seksual melalui kegiatan seksual. Siklus respon seksual dapat Anda rasakan saat berhubungan seksual dan masturbasi. Siklus respon seksual dengan fase-fase excitement, plateu, orgasmus dan resolusi. Fase-fase ini adalah akibat dari vasokontriksik dan miotonia, yang merupakan respon fisiologis dasar dari rangsangan seksual (master dan johnson, 1996). Menurut Master dan Johnson (1966) siklus respon seksual terdiri dari fase excitement, plateu, orgasmus, dan resolusi. 1. Tahap Excitement (peningkatan bertahap dalam rangsangan seksual)  Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:  Lubrikasi vaginal: yaitu dinding vagina berkeringat  Ekspansi 2/3 bagian dalam rongga vagina (lorong vagina membuka)  Peningkatan sensitivitas dlam pembesaran klitoris serta labia  Terjadi ereksi puting dan peningkatan ukuran payudara  Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:  Ereksi penis (penambahan besar penis dari yang sebelumnya)  Penebalan dan elevasi skrotum  Pembesaran skrotum  Ereksi puting susu dan pembengkakan (tumescence) 2. Tahap Plateu (penguatan respon fase exicetement)  Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:  Pembesaran klitoris (retraksi klitoris di bawah topi klitoris)  Pembentukan platform orgasmus: pembengkakan 1/3 luar vagina dan labia minora  Elevasi serviks dan uterus: perubahan warna kulit yang tampak hidup pada labia minora
  • 3.  Pembesaran areola dan payudara  Peningkatan tegangan otot dan pernafasan  Peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan  Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:  Peningkatan ukuran glans (ujung) penis  Peningkatan intensitas warna glans  Elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis  Peningkatan tegangan otot dan pernafasan  Peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan 3. Tahap Orgasmus (penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot)  Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:  Kontraksi volunter platformorgasmik, uterus, rektal, spinter uretral, dan kelompok otot lain  Hiperventilasi dan peningkatan frekuensi jantung  Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan  Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:  Penutupan sfinter urinarius internal  Sensasi ejakulasi yang terjadi tertahankan  Kontraksi duktus deferens vesikel seminalis prostat dan duktus ejakulatorius  Relaksasi sfinter kandung kemih eksternal  Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan  Ejakulasi 4. Tahap Resolusi (fisiologis dan psikologis kembali ke dalam keadaan tidak terangsang)  Yang terjadi pada wanita pada tahap ini adalah:  Relaksasi bertahap pada dinding vagina  Perubahan warna yang cepat pada dinding labia minora  Berkeringat  Secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan kembali normal
  • 4.  Wanita mampu kembali mengalami orgasmus karena tidak mengalami periode refraktori seperti yang terjadi pada pria  Yang terjadi pada pria pada tahap ini adalah:  Kehilangan eresi penis  Periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak enak  Reaksi berkeringat  Penurunan testis  Secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan kembali normal. Grafik siklus respon pada pria dan wanita a. Siklus respon seksual pria a. Siklus respon seksual wanita
  • 5. B. Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas antara lain: 1. Faktor Fisik Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik, karena bagaimanapun aktivitas seks bisa menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan. Kondisi fisik dapat berupa penyakit ringan/berat, keletihan, medikasi maupun citra tubuh. Citra tubuh yang buruk terutama disertai penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh menyebabkan seseorang kehilangan gairah. 2. Faktor Hubungan Masalah dalam berhubungan (kemesraan, kedekatan ) dapat mempengaruhi hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual. Hal ini sebenarnya tergantung dari bagaimana kemampuan mereka dalam berkompromi dan bernegosiasi mengenai seksual yang dapat diterima dan menyenangkan. 3. Faktor Gaya Hidup Gaya hidup disini meliputi penyalahgunaan alkohol dan aktivitas seks, ketersediaan waktu mencurahkan perasaan dan berhubungan, dan penentuan waktu yang tepat untuk aktivitas seks . Penggunaan alkohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal seks dengan efek negatif yang jauh lebih besar dibanding perasaan eforia palsu tersebut. Sebagian klien mungkin tidak mengetahui bagaimana mengatur waktu antara bekerja dengan aktivitas seksual,sehingga pasangan yang sudah merasa lelah bekerja merasa kalau aktivitas seks merupakan beban baginya. 4. Faktor Harga Diri Jika harga dirinya seksual tidak di perlihara dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan mempelajari ketrampilan seksual,aktivitas seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau tekanan perasaan seksual (Purnawan,2004). 5. Meningkatnya Seksualitas Usia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat usia haid pertama 13 tahun. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku seksualnya juga semakin tinggi.
  • 6. 6. Penundaan Usia Perkawinan Adanya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya 17 tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk pria. Norma sosial makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan, pendidikan, pekerjaan, persiapan mental. Norma agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. 7. Adanya Penyebaran Informasi dan Rangsangan Seksual Melalui Media Dengan teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang merangsang seksualitas remaja. 8. Pergaulan yang Makin Bebas Membuat perilaku seksual yang berbahaya semakin meningkat. 9. Ketaatan Beragama Landasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja. C. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon suami 1. Kesibukan Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial menjadikan pasangan suami istri lupa akan kebutuhan seks mereka, mereka lebih menikmati hidup apabila mereka kebutuhan ekonominya dikatakan layak dan kebutuhan sosialnya terpenuhi. Mereka rela pergi pagi-pagi dan pulang sudah larut malam. Intenitas bertemu juga jarang walaupun mereka pergi kerja bersama-sama dan pulangnya pun bersama-sama. Tetapi mereka jarang berkomunikasi dan mereka larut dalam pikiran masing-masing karena kecapekan atau sebab lain mengenai masalah kerja. 2. Faktor Anak Seringkali anak menjadi alasan klasik mengapa pasangan kita tidak mau diajak berhubungan seks. Awal pernikahan sebelum ada kehadiran seorang anak, kegiatan seks begitu menyenangkan, tetapi setelah ada kehadiran anak kegiatan itu pun terhalang apalagi kalau anak kita masih kecil-kecil dan masih tidur sekamar dengan kita.
  • 7. 3. Faktor Fisik Kesehatan adalah modal utama dalam hubungan seks, tanpa kesehatan seks pun menjadi terhalang. Orang yang kesehatannya prima maka untuk memenuhi kebutuhan akan seks tidak begitu terhalang. Lain lagi kalau kondisi orang itu sakit atau kondisi fisik yang tidak sempurna, secara tidak langsung kebutuhan seks pun terhambat karena keterbatasan tersebut. 4. Faktor Psikologi Tidak jarang kita jumpai banyak orang merasa stres karena apa yang menjadi impiannya selama ini belum atau bahkan tidak terwujud, atau faktor pekerjaan di kantor yang di bawah tekanan sehingga mudah sekali orang menjadi stress. Atau seseorang yang sangat rentan mengalami stress karena masalah yang sebenarnya masih bisa diatasinya. Apapun wujud dan sebab dari stres itu secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan seksnya. Mereka merasa tidak bergairah dalam menjalani hidup apalagi seseorang yang mengalami stres berat. 5. Faktor Pasangan Yang dimaksud disini adalah faktor suami atau istri, kadang kala kita sudah menggebu dan sangat bergairah ingin sekali berhubungan suami istri atau bercinta dengan pasangan . Dan tidak jarang pasangan kita menolak untuk diajak berhubungan. Banyak alasan yang diutarakan karena penolakannya. Akibatnya gairah kita yang tadinya membara menjadi dingin seketika karena penolakan pasangan kita. 6. Persepsi suami dan istri tentang pengaruh tubektomi terhadap respon seksual. Respon seksual antara suami dan istri di anggap sebagai rasa suka cita bagi setiap pasangan yang telah menikah. Setelah menikah mereka mendapatkan keturunan dan mengikuti program pemerintah maka di wajibkan bagi ibu untuk melakukan tubektomi bagi pasangan usia subur (PUS) dan wanita dengan kondisi kesehatan yang mengharuskan untuk melakukan tubektomi. Istri sering mengalami kecemasan pada saat memilih kontrasepsi tubektomi sehingga suami diikut sertakan dalam konseling. Tujuan dilakukannya konseling kontrasepsi tubektomi di harapkan agar suami mengerti secara terperinci dan jelas manfaat dari kontrasepsi tubektomi. Dari penjelasan tersebut bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan resproduksi serta aktif dalam penggunaan kontrasepsi ini (Pinem,2002). Pasangan yang memilih metode tubektomi akan terbebas dari rasa kecemasan akan terjadinya kehamilan. Ketakutan akan kehamilan apabila terlambat haid atau lupa belum melakukan kontrasepsi seperti minum pil atau suntik sehingga dapat memicu permintaan untuk
  • 8. dilakukan tubektomi. Wanita yang melakukan tubektomi akan merasa terbebas dari kecemasan kehamilan, pasangan ini menikmati koitus dengan cara yang sebelumnya tidak mereka lakukan. Pasangan ini juga akan terbebas dari kecemasan terhadap biaya, karena tubektomi dilakukan sekali seumur hidup (Suzanne, 2008). Peneliti mencatat bahwa wanita dan pasangannya lebih menikmati seks karena mereka bebas dari rasa cemas atas potensi kehamilan yang tidak direncanakan. Hasil penelitian diatas tidak menemukan secara jelas apa penyebab kondisi diatas, namun dimungkinkan karena perasaan bebas dari rasa kecemasan ada terjadi kehamilan yang tidak diinginkan (Okezone, 2010). Hasil penelitian Smith menunjukkan bahwa wanita yang telah menjalani prosedur tubektomi menunjukkan resiko rendah terhadap masalah-masalah seksual tertentu (disfungsi seksual). Bahkan mereka cenderung lebih bahagia dengan kehidupan seksualitas dari wanita lain yang tidak melakukan tubektomi. Salah satu faktor yang menakutkan bagi wanita yang tubektomi adalah mengalami resiko disfungsi seksual. Secara fisiologis tidak ada alasan bahwa tubektomi akan menyebabkan masalah seksual. Disamping itu hasil penelitian menemukan 36% wanita yang telah menjalani tubektomi mendapat respon seksual yang sangat tinggi kepuasannya, sedangkan pada wanita yang tidak menjalani tubektomi hanya 30% yang menunjukkan rasa kepuasan terhadap respon seksual yang sangat tinggi (Sahid, 2008).
  • 9. DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.psychologymania.com/2012/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_27.html 2. http://www.obatoles.com/siklus-respon-seksual-tahapan-yang-terjadi-saat-berhubungan- seks.htm 3. http://id.scribd.com/doc/115282691/ASKEP-DISFUNGSI-SEKSUAL