SlideShare a Scribd company logo
1 of 77
Download to read offline
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
1
Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan aspek penting yang harus dimiliki
oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien. Komunikasi yang diterapkan oleh perawat kepada klien
merupakan komunikasi teraupetik yang mempunyai tujuan untuk
mencapai kesembuhan klien.
Komunikasi terapeutik merupakan media utama yang
digunakan untuk mengaplikasikan proses keperawatan dalam
lingkungan kesehatan jiwa. Keterampilan perawat dalam
komunikasi terapeutik mempengaruhi keefektifan banyak
intervensi dalam keperawatan jiwa.
Komunikasi terapeutik adalah merupakan komunikasi
yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya
difokuskan untuk menyembuhkan klien. Komunikasi terapeutik
merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar
perawat dengan klien berlangsung secara verbal dan non.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
mendorong proses penyembuhan klien [Depkes RI, 1997]
komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
2
dengan titik tolak yang memberikan pengertian antara perawat
dengan klien.
Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam
membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik:
1) Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik
yang saling menguntungkan.
2) Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu
mempunyai karakter yang berbeda.
3) Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga
harga diri pemberi maupun penerima pesan. Komunikasi
yang menciptakan hubungan saling percaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternatif pemecahan masalah.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh perawat
direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatan difokuskan untuk kesembuhan
klien.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
3
Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu klien
untuk menjelaskan dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang
ada bila klien percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi
keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya serta mempengaruhi
orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Tujuan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi:
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan
penghormatan terhadap diri
2. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas
diri
3. Kemampuan membina hubungan interpersonal, saling
tergantung, dan intim dengan kapasitas untuk mencintai dan
dicintai
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realitas.
Tujuan komunikasi terapeutik yaitu dapat membina hubungan saling percaya,
meningkatkan hubungan interpersonal, mencapai tujuan personal yang realitas.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
4
Fungsi Komunikasi Terapeutik
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong
dan menganjurkan kerja sama antar perawat dan klien melalui
hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha
mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji
masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam
perawatan, proses komunikasi yang baik dapat memberikan
pengertian tingkah laku klien dan membantu klien dalam rangka
mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan,
sedangkan pada tahap preventif kegunaannya adalah
mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan
diri klien.
Komponen Komunikasi Terapeutik
Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima
komponen fungsional berikut:
Fungsi komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan kerjasama antara
perawat dan klien dalam proses membantu klien mengatasi persoalan mengenai
masalah kesehatan
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
5
1. Pengirim : asal dari pesan
2. Peran : suatu unit informasi yang dipindahkan dari
pengirim kepada penerima
3. Penerima : mempersepsikan pesan, yang perilakunya
dipengaruhi oleh pesan
4. Konteks : tatanan dimana komunikasi terjadi
Karakteristik Perawat untuk Hubungan Terapeutik
Karakteristik pribadi perawat sangat menentukan
keberhasilan komunikasi dalam asuhan keperawatan karena
instrumen yang digunakan oleh perawat pada saat
berkomunikasi dengan klien adalah dirinya sendiri, karakteristik
perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang
terapeutik:
1. Kejujuran
Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan
komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil
dapat membina hubungan saling percaya. Klien hanya akan
terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang
benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya.
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata
yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi non verbal
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
6
harus mendukung komunikasi verbal yang disampaikan,
ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung.
3. Konsep positif
Bersikap positif dapat ditunjukan dengan sikap yang hangat,
penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien.
4. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan,
karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan
dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan
dan dipikirkan oleh klien.
Empati seorang perawat dapat memberikan alternatif
pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun dia turut
merasakan permasalahan yang dirasakan klien, tetapi tidak
larut dalam masalah tersebut. Sikap simpati membuat
perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif
karena dia terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya.
5. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien
Perawat memberikan asuhan keperawatan perawat harus
berorientasi pada klien. Untuk itu agar dapat membantu
memecahkan masalah klien dan perawat harus memandang
permasalahan dari sudut pandang klien. Perawat harus
menggunakan teknik aktif berbicara dan kesabaran dalam
mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan
secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak secara
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
7
keseluruhan ungkapan klien maka bisa berakibat fatal, karena
dapat saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai
dengan masalah klien dan akibatnya tindakan yang diberikan
dapat tidak membantu bahkan bisa merusak klien.
6. Menerima klien apa adanya
Jika seorang diterima dengan tulus, seseorang merasa
nyaman dan aman dalam menjalin hubungan intim terapeutik.
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin
dengan baik, karena jika perawat tidak sensitif maka perawat
bisa melakukan pelanggaran batas, privasi dan menyinggung
perasaan klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri
perawat sendiri
Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah
terjadi pada masa lalunya tidak akan mampu berbuat yang
terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk membantu
klien, jika kita sendiri memiliki segudang masalah dan
ketidakpuasan dalam hidupnya.
Karakteristik perawat untuk berhubungan secara terapeutik yaitu kejujuran,
kalimat yang digunakan tidak membingungkan, berpikir positif, bersikap empati,
memberikan asuhan keperawatan berorientasi kepada klien, menerima klien
apa adanya, bersikap peduli (caring).
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
8
Prinsip Komunikasi Terapeutik
Prinsip komunikasi terapeutik:
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri (menghayati,
memahami diri, serta nilai yang dianut).
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling
menerima, percaya dan menghargai.
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai-nilai yang
dianut klien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien,
baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus mampu menciptakan suasana yang
memungkinkan klien memiliki motivasi.
6. Perawat harus menguasai perasaan sendiri secara
bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan
gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistennya.
8. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang
terapeutik dan sebaliknya.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
9
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari
hubungan terapeutik.
10. Mampu berperan sebagai role model
11. Berpegang pada etika profesi.
12. Bertanggung jawab, baik pada diri sendiri dan orang lain.
Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik mempunyai tujuan dan berfungsi
sebagai terapi bagi klien, karena itu pelaksanaan komunikasi
terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan baik.
Komunikasi terapeutik terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Fase pre interaksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai
berhubungan dengan klien.
Tugas perawat pada fase ini, yaitu:
a. Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya
b. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri dengan analisa
diri ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar
bernilai terapeutik bagi klien
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
10
c. Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam
membuat rencana interaksi
d. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan
diimplementasikan saat bertemu dengan klien
2. Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama dengan
klien. Saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini
digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan
merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling
percaya.
Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan
situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan,
serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan
pikirannya.
Tugas-tugas perawat pada tahap ini adalah:
a. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap
penerimaan dan komunikasi terbuka. Untuk membina
hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka,
jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji
dan menghargai klien.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
11
b. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak yang harus
disetujui bersama dengan klien yaitu tempat, waktu dan
topik pertemuan
c. Mengenali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi
masalah klien
d. Merumuskan tujuan dengan klien
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain:
Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan,
jabatan tangan, memperkenalkan diri perawat, menyepakati
kontrak, melengkapi kontrak, evaluasi dan validasi,
menyepakati masalah.
3. Fase kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik. Tahap ini perawatan bersama klien
mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana
asuhan yang telah ditetapkan. Teknik komunikasi terapeutik
yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi,
mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi,
memfokuskan dan menyimpulkan.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
12
4. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase penting dan sulit, karena saling
percaya sudah terlena dan berada pada tingkat optimal. Bisa
terjadi terminasi pada saat perawat mengakhiri tugas pada
unit tertentu atau saat klien akan pulang.
Perawat pada klien meninjau kembali proses
keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat
dibagi atas 2 yaitu:
a. Terminasi sementara: masih ada pertemuan lanjutan
b. Terminasi akhir
Terminasi terjadi jika perawat telah menyelesaikan
proses keperawatan secara menyeluruh. Tugas perawat pada
fase ini:
1) Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah
dilakukan, eveluasi ini disebut evaluasi objektif.
2) Melakukan evaluasi subjektif dilakukan dengan
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi atau
setelah melakukan tindakan tertentu.
3) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
13
4) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak
yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat
pertemuan.
Sikap Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik
Sikap perawat dalam komunikasi terapeutik:
1. Berhadapan artinya saya siap untuk anda.
2. Pertahankan kontak mata pada level yang sama artinya
menghargai klien tetap ingin berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien artinya menunjukkan
keinginan untuk menyatakan / mendengarkan sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka (tidak melipat tangan
satu kali) menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi.
5. Tetap rileks.
6. Dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
rekreasi dalam berespon pada klien.
Hambatan Komunikasi Terapeutik
1. Resisten
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak
menyadari aspek penyebab ansietas (ketegangan) yang
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
14
dialaminya. Klien merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran verbaliasi yang dipelajari atau mengalami
peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri
seseorang. Perilaku resisten biasa diperhatikan selama
fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses
penyelesaian masalah.
2. Transferens
Transferens adalah respon tidak sadar dimana
klien, mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat
yang pada dasarnya terikat dengan tokoh dalam
kehidupannya dimasa lalu.
Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan
respon klien dalam intensitas dan penggunaan
mekanisme pertahanan.
3. Kontertransferens
Kebutuhan terapeutik yang dibuat perawat bukan
oleh klien, merujuk pada respon emosional spesifik oleh
perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun
konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam
intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
15
satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat
bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas.
Teknik Komunikasi Terapeutik
1 Mendengarkan dengan penuh perhatian
Mendengarkan merupakan dasar utama dalam
komunikasi, dengan mendengarkan perawat
mengetahui perasaan klien, berikan kesempatan lebih
banyak pada klien untuk berbicara.
2. Menunjukan penerimaan
Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan
orang lain tanpa menunjukan keraguan atau
ketidaksetujuan.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan
informasi yang spesifik mengenai apa yang
disampaikan oleh klien.
4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-
kata sendiri
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
16
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat
memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti
pesan klien dan terhadap komunikasi dilanjutkan.
5. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk
menjelaskan dalam kata-kata ide yang tidak jelas
dikatakan oleh klien.
6. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk mengatasi bahan
pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih
spesifik dan dimengerti.
7. Kenyataan hasil observasi
Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh
isyarat non verbal klien.
8. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan untuk klien yang bertujuan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
9. Diam
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat
dan klien untuk mengorganisir. Diam memungkinkan
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
17
klien untuk berkomunikasi dengan diri sendiri,
mengorganisir pikiran dan memproses informasi.
10. Meringkas
Meringkas pengulangan ide utama yang telah
dikomunikasikan secara singkat.
11. Memberi penghargaan
Penghargaan janganlah sampai menjadi benar untuk
klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras
dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan
pujian dan persetujuan atas perbuatannya.
12. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai
pembicaraan
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif
dalam memilih topik pembicaraan.
13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
14. Menempatkan kejadian secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu
perawat dan klien untuk melihatnya dalam satu
perspektif.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
18
15. Memberikan kesempatan kepada klien untuk
menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat
harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien.
16. Refleksi
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya
sebagai bagian dari diri sendiri.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik
1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang
perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia,
Teknik komunikasi yang digunakan perawat dalam melaksanakan komunikasi
terapeutik yaitu mendengarkan penuh perhatian, menunjukan penerimaan,
menanyakan pertanyaan yang terkait, mengulangi ucapan klien,
mengklarifikasi, fokus, menawarkan informasi, diam, meringkas, memberi
penghargaan, memberikan kesempatan pada klien untuk memulai
pembicaraan, menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan, menempatkan
kejadian secara berurut, memberikan kesempatan pada klien untuk
menguraikan persepsinya, refleksi.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
19
baik dari sisi Bahasa maupun proses berpikir orang
tersebut. Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan
secara langsung berhubungan dengan perkembangan
neurologi dan intelektual.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap
suatu kegiatan atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh
pengharapa atau pengalaman.
Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan
individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan
stimulasi lingkungan yang dialami. Persepsi yang
berbeda antara pengirim pesan dengan penerima pesan
akan menghembat komunikasi, untuk menyamakan
persepsi ini perawat perlu menggunakan teknik
komunikasi yang tepat.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, nilai
tersebut apa yang dianggap penting oleh hidup
seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide
juga mempengaruhi interprestasi pesan.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
20
Perawat perlu menyadari nilai seseorang dan perlu
berusaha untuk mengetahui serta mengklasifikasikan nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang
tepat dengan klien. Dalam hubungan profesional
diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai
pribadinya.
4. Latar belakang sosial budaya
Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara
berbuat, berfikir, dan merasakan, bahasa, pembawaan,
nilai dan gerekan tubuh merefleksikan asal budaya.
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi
oleh factor budaya. Budaya juga akan membatasi cara
bertindak dan berkomunikasi kepada seseorang.
Budaya juga mempengaruhi metode komunikasi tentang
gejala atau perasaan menderita pada orang lain,
perbedaan muncul dalam penyingkapan dri atau ketika
keinginan untuk menunjukkan emosi dan informasi
psikologis pada orang lain.
5. Emosi
Emosi adalah peresaan subjektif seseorang mengenai
peristiwa tertentu. Cara seseorang bersosialisasi atau
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
21
berkomunikasi dengan orang lain di pengaruhi oleh
emosi. Emosi mempengaruhi kemampuan untuk
menerima pesan dengan sukses, emosi juga dapat
menyebabkan seseorang salah menginterpretasikan
sesuatu atau tidak mendengar pesan.
Emosi adalah keadaan mental dan psikologi yang
berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran, dan
perilaku atau pengalaman bersifat subjektif yang dialami
berdasarkan sudut pandang individu.
Perawat juga perlu mengevaluasi emosi pada dirinya agar
dalam memberikan asuhan keperawatan tidak
terpengaruh oleh emosi dibawah sadarnya.
Secara umum emosi di kategorikan menjadi dua jenis
yaitu:
a. Emosi positif
Perasaan berupa yakin atau percaya, sukacita, mau
mengerti, berbela rasa, pengharapan, dan
penerimaan.
b. Emosi negatif
Perasaan berupa tidak mau mengerti, iri, kejam, dan
menolak.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
22
Perubahan yang terjadi dari reaksi emosi:
a. Perubahan pada denyut jantung, dimana pada saat
emosi atau marah denyut jantung menjadi lebih cepat.
b. Perubahan pada tekanan darah, yang mana akan
mengalami perubahan menjadi tinggi.
c. Perubahan frekuensi pernapasan, dimana ketika
emosi berlangsung pernapasan menjadi tambh cepat.
d. Perubahan dalam bentuk mimic misalnya saat emosi
muka merah pada suara, tangan, kepala kadang-
kadang ikut bergetar.
6. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses
komunikasi. Pria dan wanita memiliki gaya komunikasi
yang berbeda dan satu sama lain saling mempengaruhi
proses komunikasi secara unik. Tentu saja perawat perlu
mewaspadai perbedaan ini, ketika bekerja dengan lain
atau anggota tim kesehatan lainnya yang berlawanan
jenis aktif menyimak dan mencari penjelasan akan
membantu mencegah salah persepsi dan salah paham.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
23
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan ini bertujuan untuk
mengelompokkan tingkah laku suatu masyarakat atau
individu yang diinginkan, bagaimana individu berfikir,
berbuat, sebagai hasil dari suatu unit pengetahuan yang
telah diberikan.
Pengetahaun yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk mengirimkan pesan, misalnya untuk
memilih kata-kata menetukan saat pesan harus
disampaikan, serta mengembangkan berbagai Teknik
komunikasi verbal dan non verbal. Bagi seseorang
penerima informasi (komunikan) pengetahuan sangat
penting untuk menginterprestasikan pesan yang
disampaikan oleh pemberi pesan.
Tingkat pengetahuan akan mempangaruhi komunikasi
yang dilakukan. Seseorang yang tingkan
pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan
yang mengandung bahasa verbal dibandingkan tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi.
Usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat
harus mempunyai kemampuan yang cukup sehingga
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
24
memudahkan dalam melaksanakan tugas setiap hari dan
dapat berkomunikasi tarepeutik yang baik dengan klien.
Tepetnya perawat yang memiliki pengetahuan yang luas
akan lebih mudah berkomunikasi dari pada wawasan
pengetahuan terbatas.
8. Pendidikan
Perawat akan sangat mengenali masalah klien
dipengaruhi oleh kemampuan akademiknya. Pendidikan
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan
berfungsi mengembangkan kemampuan serta kualitas
kepribadian seseorang, dimana semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin besar keinginan untuk
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada umunya
menyebabkan seseorang lebih mampu dan bersedia
menerima posisi dan bertanggung jawab serta dapat
mempengaruhi kinerja perawat, perawat yang memilih
tingkat pendidikan akademik yang tinggi tentunya dapat
lebih bertanggung jawab dan bersedia dalam
memberikan asuhan keperawatan mandiri untuk
memenuhi kebutuhan dasar klien.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
25
9. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan hubungan antar orang
yang berkomunikasi. Cara berkomunikasi seorang
perawat dengan koleganya dan cara berkomunikasi
seorang perawat pada klien akan berbedah tergantung
perannya.
Seorang akan merasa lebih nyaman ketika menunjukan
ide untuk individu yang dapat mengembangkan hubungan
yang positif dan memuaskan. Ketika hubungan antara
perawat dan klien berkembang, perawat dan klien akan
memiliki rasa percaya diri dalam menghubungkan ide
dengan perasaan, komunikasi akan memnjadi efektif
ketika masing-masing pihak tetap waspada tentang peran
mereka dalam suatu hubungan.
10. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holisti dipengaruhi oleh
lingkungan dalam dirinya dan lingkungan dari luar, baik
keluarga, kelompok maupun komunitas. Dalam
berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
26
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi
yang efektif, suasana yang bising, tidak ada privasi yang
tepat akan menimbulkan ketegangan dan ketidaknyaman.
11. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu
akan memberi rasa aman dan kontrol. Dapat dimisalkan
dengan individu merasa terancam ketika seseorang yang
tidak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat
dekat dengan dirinya. Untuk itu perawat perlu
memperhatikan jarak yang tepat pada saat melakukan
hubungan dengan klien.
Jarak atau ruangan yang intim meliputi area 20 cm
dimana orang dapat saling bersentuhan atau membuat
kontak fisik. Klien yang sangat sensitif mengenai
bagaimana perawat menggunakan jarak. Ketika jarak
menjadi lebih besar, klien dan perawat merasa semakin
tentram. Duduk dengan klien untuk melakukan
wawancara, mendiskusikan perasaan atau pemikiran
pribadi jarak personal 20 cm – 120 cm. Jarak sosial 120
cm – 3,6 cm diperlukan ketika berhadapan dengan suatu
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
27
kelompok, jarak publik lebih dari 120 cm adalah jarak
yang dipertahankan untuk percakapan formal.
Hubungan Terapeutik
Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik
bagi klien maupun perawat yang diidentifikasikan dalam 4
tindakan yang harus diambil antara perawat-klien yaitu:
1. Tindakan diawali perawat
2. Respon reaksi dari klien
3. Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan
klien dan tujuan
4. Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya
dibangun untuk mencapai tujuan hubungan
Pentingnya menjadi terapeutik: Perawat yang terapeutik
berarti melakukan interaksi dengan klien, interaksi tersebut
memfasilitasi proses penyembuhan. Sedangkan hubungan
terapeutik artinya suatu hubungan interaksi yang mempunyai
sifat menyembuhkan, dan berbeda dengan hubungan sosial.
Therapeutic intimacy merupakan hubungan saling menolong
(helping relationship) antara perawat-klien.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
28
Hubungan ini dibangun untuk keuntungan klien,
sementara hubungan sosial dirancang untuk memenuhi
kebutuhan kedua belah pihak.
Manfaat menjadi terapeutik: profesi sebagai perawat,
maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib dilakukan dan
diharapkan akan memberikan kontribusi dalam melakukan
pelayanan kesehatan atau keperawatan kepada masyarakat.
Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat sebagai
sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini
perawat menggunakan komunikasi terapeutik sebagai
sarananya.
Tiga faktor dasar dalam mengembangkan hubungan yang
saling membantu (helping relationship), yaitu:
1. Pembantu harus benar-benar ikhlas dan memahami tentang
dirinya
2. Pembantu harus menunjukkan rasa empati
3. Individu yang dibantu harus merasa bebas untuk
mengeluarkan segala sesuatunya tentang dirinya dalam
menjalin hubungan.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
29
Tiga hal mendasar dalam mengembangkan Helping
Relationship:
a. Genuineness
Membantu klien, perawat harus menyadari tentang
nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki klien. Apa yang
dipikirkan dan dirasakan perawat tentang individu dan dengan
siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik
secara verbal maupun nonverbal. Perawat yang mampu
menunjukkan rasa ikhlas mempunyai kesadaran mengenai
sikap yang dipunyai klien sehingga mampu belajar untuk
mengkomunikasikannya secara tepat.
Perawat tidak akan menolak segala bentuk perasaan
negative yang dipunyai klien, bahkan ia akan berusaha
berinteraksi dengan klien, hasilnya, perawat akan mampu
mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara
yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau
menghukum klien. Tidak selalu untuk melakukan keikhlasan.
Untuk menjadi lebih percaya diri tentang perasaan dan nilai-
nilai yang dimiliki membutuhkan pengembangan diri yang
tepat dipertimbangkan untuk dilakukan setiap saat, sehingga
sekali perawat mampu untuk menyatakan apa yang dia
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
30
inginkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan
cara yang tidak mengancam, pada saat itu pula kapasitas
yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang saling
menguntungkan akan meningkat secara bermakna.
b. Emphaty
Merupakan perasaan, “pemahaman” dan
“penerimaan” perawat terhadap perasaan yang dialami klien,
kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Emphaty
merupakan sesuatu yang jujur, sensitive, tidak dibuat-buat
(obyektif) yang didasarkan atas apa yang dialami orang lain.
Empati berbeda dengan simpati, simpati merupakan
kecenderungan berfikir atau merasakan apa yang sedang
dilakukan atau dirasakan oleh klien. Karenanya simpati lebih
bersifat subjektif dengan melihat “dunia orang lain” untuk
mencegah prespektif yang lebih jelas dari semua sisi yang
ada tentang isu-isu yang dialami seseorang. Sebagai perawat
empati, perawat harus berusaha keras untuk mengetahui
secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan dialami klien.
Empati dapat diekspresikan pada kondisi melalui cara
yang dapat dipakai ketika dibutuhkan, mengatakan sesuatu
tentang apa yang dipikirkan perawat tentang klien, dan
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
31
memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang
dialami klien. Empati membolehkan perawat untuk
berpartisipasi sejenak terhadap sesuatu yang terkait dengan
emosi klien.
Perawat yang berempati dengan orang lain dapat
menghindarkan penilaian berdasarkan kata hati (impulsive
judgment) tentang seseorang dan pada umumnya dengan
empati dia akan menjadi lebih sensitive dan ikhlas.
c. Warmth
Hubungan yang saling membantu (helping
relationship) dilakukan untuk memberikan kesempatan klien
mengeluarkan “uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara
bebas. Dan dengan kehangatan, perawat akan mendorong
klien untuk mengekspresikan ide dan menuangkannya dalam
bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi.
Suasana yang hangat, permisif, dan tanpa adanya
ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat-
perawat terhadap klien, sehingga klien dapat mengekpresikan
perasaannya secara lebih bebas dan mendalam. Kondisi ini
akan membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas
untuk mengetahui kebutuhan klien. Kehangatan juga dapat
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
32
dikomunikasikan secara non verbal. Penampilan yang tenang,
suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang harus
menunjukkan rasa belas kasihan atau kasih saying perawat
kepada klien.
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan
dimensi respon. Tindakan yang dilaksanakan harus dalam
konteks kehangatan dan pengertian. Perawat senior sering
segera masuk dimensi tindakan tanpa membina hubungan
yang adekuat sesuai dengan dimensi respon. Dimensi respon
membawa klien pada tingkat pemilikan diri yang tinggi dan
kemudian dilanjutkan dengan dimensi tindakan. Dimensi
tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan,
emotional chatarsis dan bermain peran.
Hubungan terapeutik adalah bagaimana perawat dan klien menjalin hubungan
yang terapeutik dalam berinteraksi yang mempunyai sifat saling menolong,
membutuhkan berfungsi untuk kesembuhan klien atau dalam melakukan
pelayanan kesehatan.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
33
12 PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
MENURUT DEDDY MULYANA
Prinsip 1:
Komunikasi adalah suatu proses simbolik.
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan
tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Misalnya
saja, manusia adalah satu-satunya makhluk yang menggunakan
lambang. Menurut Susanne K. Langer: salah satu kebutuhan
pokok komunikasi manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau
penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya berdasarkan
kesepakatan sekelompok orang.
Prinsip 2:
Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas menilai, pada saat orang tersebut tidak
bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh
orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
34
nonverbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi
suatu stimulus. Sehingga kita tidak bisa tidak berkomunikasi.
Kita selalu berkomunikasi bahkan ketika kita berpikir bahwa kita
tidak sedang berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi.
Bahkan diam pun bisa berarti sesuatu, akan tetapi ini tidak berarti
bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi baru
tercipta ketika seseorang memberi makna pada perilaku orang
lain atau perilakunya sendiri.
Prinsip 3:
Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari
dimensi isi tersebut, kita bisa memprediksi dimensi hubungan
yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses
komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat, antara dosen dan
mahasiswa dikelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Dimensi itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Dimensi isi (verbal), menunjukkan muatan (isi) komunikasi,
yaitu apa yang dikatakan.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
35
b. Dimensi hubungan (nonverbal), menunjukkan bagaimana cara
mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana
seharusnya pesan itu ditafsirkan.
Prinsip 4:
Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa
terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah, artinya
tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang
akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci
dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai).
Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga
yang sengaja dan sadar serta terencana melakukan komunikasi.
Kesadaran akan lebih tinggi ketika berkomunikasi dalam situasi-
situasi khusus. Sebagai contoh ketika kita bercakap-cakap
dengan seorang yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara
berkomunikasi kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan
teman yang sudah biasa bergaul sehari-hari. Akan tetapi kita juga
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
36
akan bisa berkomunikasi dengan kesadaran yang lebih tinggi
dengan teman sehari-hari kita apabila teman tersebut
menyampaikan berita yang sangat menarik bagi kita.
Prinsip 5:
Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik
secara verbal maupun nonverbal disesuaikan dengan tempat,
dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan
itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Prinsip 6:
Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan
komunikasi diluar norma yang berlaku dimasyarakat.
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek
perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga
terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orang-orang memilih
strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima
pesan akan merespon. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan
sering berlangsung cepat.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
37
Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain
berdasarkan peran sosialnya. Misalnya anda mengetahui
bagaimana tatakrama dalam berbahasa, ketika anda berhadapan
dengan orang tua anda atau orang yang lebih tua. Misalnya tidak
dapat menyapa orang tua anda dengan kata “kamu” atau “elu”.
Prinsip 7:
Komunikasi itu bersifat sistemik
Setiap Individu adalah suatu sistem yang hidup (A Living System).
Organ-organ dalam tubuh kita saling berhubungan. Kerusakan
mata dapat membuat kepala kita pusing. Bahkan unsur diri kita
yang bersifat jasmani juga berhubungan dengan unsur kita yang
bersifat rohani.
Komunikasi juga menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya.
Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi
komunikasi yaitu sistem internal dan eksternal.
Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh
seseorang individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi,
yang ia serap selalu sosialisasinya dalam berbagai lingkungan
sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku,
kelompok agama, lembaga pendidikan, dan lain-lain).
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
38
Sistem internal ini mengandung semua unsur yang membentuk
individu yang unik. Kita hanya dapat menduganya lewat kata-kata
yang ia ucapkan dan perilaku yang ia tunjukkan. Jumlah sistem
internal ini adalah sebanyak individu yang ada.
Sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar
individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat
fisik, kegaduhan disekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan
temperature ruangan. Lingkungan dan objek mempengaruhi
komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan kita juga
mempengaruhi kita berperilaku.
PRINSIP 8:
SEMAKIN MIRIP LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA
SEMAKIN EFEKTIFLAH KOMUNIKASI
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang
sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua
pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk
berkomunikasi.
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai
dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang
berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
39
manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar. Namun
adanya kesamaan sekali lagi akan mendorong orang-orang untuk
saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut
komunikasi mereka menjadi lebih efektif.
PRINSIP 9:
KOMUNIKASI BERSIFAT NONSEKUENSIAL
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu
arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan
yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
PRINSIP 10:
KOMUNIKASI BERSIFAT PROSESUAL, DINAMIS DAN
TRANSAKSIONAL
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses
adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling
memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang
melakukan komunikasi.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
40
PRINSIP 11:
KOMUNIKASI BERSIFAT IRREVERSIBLE
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat
mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh
pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika
seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati
tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
PRINSIP 12:
KOMUNIKASI BUKAN PENASEHAT UNTUK MENYELESAIKAN
BERBAGAI MASALAH
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Banyak persoalan
dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi.
Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk
menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena konflik atau
persoalan tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural.
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
41
KUMPULAN
MATERI
PERKULIAHAN
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
42
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
43
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
44
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
45
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
46
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
47
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
48
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
49
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
50
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
51
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
52
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
53
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
54
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
55
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
56
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
57
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
58
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
59
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
60
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
61
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
62
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
63
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
64
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
65
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
66
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
67
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
68
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
69
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
70
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
71
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
72
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
73
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
74
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
75
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
76
Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
77
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, budi 2007. Manajemen kasus gangguan jiwa
Abrams J., O Connor, J., & Giles, H (2003), identitiy intergroup
Communication in W.B Gudykunst (editor), cross-cultural and
intercultural communication (hal. 209-224). Thousand oaks. CA:Sage

More Related Content

What's hot

Ppt komunikasi terapeutik
Ppt komunikasi terapeutikPpt komunikasi terapeutik
Ppt komunikasi terapeutikYuli Thamrin
 
Tahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikTahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikwidya1972
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
Analisa proses interaksi
Analisa proses interaksiAnalisa proses interaksi
Analisa proses interaksiBida Nirwana
 
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwaKomunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa-Yusie Aprilia-
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAmalia Senja
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaNotesyaAAmanupunnyo
 
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)Operator Warnet Vast Raha
 
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Agus Prayogi
 
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasa
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasaKomunikasi terapeutik pada pasien dewasa
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasaandhika perceka
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiAULIA SHARA
 
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratAspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratElon Yunus
 
Peran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatanPeran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatanCahya
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienzulindarisma
 
Model keperawatan primer
Model keperawatan primerModel keperawatan primer
Model keperawatan primerasadul usud
 

What's hot (20)

Ppt komunikasi terapeutik
Ppt komunikasi terapeutikPpt komunikasi terapeutik
Ppt komunikasi terapeutik
 
Tahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikTahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputik
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Analisa proses interaksi
Analisa proses interaksiAnalisa proses interaksi
Analisa proses interaksi
 
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwaKomunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwa
 
Kul6. Model Promosi Kesehatan
Kul6. Model Promosi KesehatanKul6. Model Promosi Kesehatan
Kul6. Model Promosi Kesehatan
 
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
 
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Perawatan paliatif
Perawatan paliatif
 
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasa
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasaKomunikasi terapeutik pada pasien dewasa
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasa
 
Konsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmbKonsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmb
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksi
 
Konsep Keperawatan Maternitas
Konsep Keperawatan Maternitas Konsep Keperawatan Maternitas
Konsep Keperawatan Maternitas
 
Komunikasi pada bayi
Komunikasi pada bayiKomunikasi pada bayi
Komunikasi pada bayi
 
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratAspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
 
Peran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatanPeran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatan
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Model keperawatan primer
Model keperawatan primerModel keperawatan primer
Model keperawatan primer
 

Similar to Materi buku panduan komunikasi terapeutik

Komunikasi terapetik
Komunikasi terapetikKomunikasi terapetik
Komunikasi terapetikyopie21
 
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluargaTips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluargaSulai Sulaiman
 
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptxyogiwijanarko1
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1Diana Ary
 
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi TerapeutikKomunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutikpjj_kemenkes
 
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptxAdiPR1
 
Dasar-dasar Komunikasi Terapeutik
Dasar-dasar Komunikasi TerapeutikDasar-dasar Komunikasi Terapeutik
Dasar-dasar Komunikasi Terapeutikpjj_kemenkes
 
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam KeperawatanKomunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatanpjj_kemenkes
 
Komunikasi dalam proses keperawatan
Komunikasi dalam proses keperawatanKomunikasi dalam proses keperawatan
Komunikasi dalam proses keperawatanAmalia Senja
 
Hubungan terapeutik perawat klien
Hubungan terapeutik perawat klien Hubungan terapeutik perawat klien
Hubungan terapeutik perawat klien Amalia Senja
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikValny Majid
 

Similar to Materi buku panduan komunikasi terapeutik (20)

Komunikasi terapetik
Komunikasi terapetikKomunikasi terapetik
Komunikasi terapetik
 
4457-materials.pdf
4457-materials.pdf4457-materials.pdf
4457-materials.pdf
 
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluargaTips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
 
Erniyy punyaa
Erniyy punyaaErniyy punyaa
Erniyy punyaa
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi TerapeutikKomunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik
 
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
 
Dasar-dasar Komunikasi Terapeutik
Dasar-dasar Komunikasi TerapeutikDasar-dasar Komunikasi Terapeutik
Dasar-dasar Komunikasi Terapeutik
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam KeperawatanKomunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
 
Kb 3
Kb 3Kb 3
Kb 3
 
Komunikasi dalam proses keperawatan
Komunikasi dalam proses keperawatanKomunikasi dalam proses keperawatan
Komunikasi dalam proses keperawatan
 
Hubungan terapeutik perawat klien
Hubungan terapeutik perawat klien Hubungan terapeutik perawat klien
Hubungan terapeutik perawat klien
 
Komunikasi terapeutik akper pemda
Komunikasi terapeutik akper pemdaKomunikasi terapeutik akper pemda
Komunikasi terapeutik akper pemda
 
Komunikasi terapeutik akper pemda
Komunikasi terapeutik akper pemdaKomunikasi terapeutik akper pemda
Komunikasi terapeutik akper pemda
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 

More from UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON (7)

Panduan penulisan PROPOSAL, JURNAL,SKRIPSI UNSRIT 2019
Panduan penulisan PROPOSAL, JURNAL,SKRIPSI UNSRIT 2019Panduan penulisan PROPOSAL, JURNAL,SKRIPSI UNSRIT 2019
Panduan penulisan PROPOSAL, JURNAL,SKRIPSI UNSRIT 2019
 
Permenristekdikti nomor 44 tahun 2015
Permenristekdikti nomor 44 tahun 2015Permenristekdikti nomor 44 tahun 2015
Permenristekdikti nomor 44 tahun 2015
 
Mars UNSRIT
Mars UNSRITMars UNSRIT
Mars UNSRIT
 
Panduan penyusunan proposal 2019
Panduan penyusunan proposal 2019Panduan penyusunan proposal 2019
Panduan penyusunan proposal 2019
 
Buku Panduan Akademik UNSRIT
Buku Panduan Akademik UNSRITBuku Panduan Akademik UNSRIT
Buku Panduan Akademik UNSRIT
 
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU...
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU...PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU...
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU...
 
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IB...
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE  TERHADAP PENGETAHUAN IB...PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE  TERHADAP PENGETAHUAN IB...
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IB...
 

Recently uploaded

Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1YudiPradipta
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalHendriKurniawanP
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasidadan50
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanamalaguswan1
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxnugrohoaditya12334
 

Recently uploaded (14)

Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
 

Materi buku panduan komunikasi terapeutik

  • 1. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi merupakan aspek penting yang harus dimiliki oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien. Komunikasi yang diterapkan oleh perawat kepada klien merupakan komunikasi teraupetik yang mempunyai tujuan untuk mencapai kesembuhan klien. Komunikasi terapeutik merupakan media utama yang digunakan untuk mengaplikasikan proses keperawatan dalam lingkungan kesehatan jiwa. Keterampilan perawat dalam komunikasi terapeutik mempengaruhi keefektifan banyak intervensi dalam keperawatan jiwa. Komunikasi terapeutik adalah merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien. Komunikasi terapeutik merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien berlangsung secara verbal dan non. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien [Depkes RI, 1997] komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
  • 2. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 2 dengan titik tolak yang memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik: 1) Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan. 2) Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter yang berbeda. 3) Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan. Komunikasi yang menciptakan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh perawat direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatan difokuskan untuk kesembuhan klien.
  • 3. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 3 Tujuan Komunikasi Terapeutik Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu klien untuk menjelaskan dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya serta mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri. Tujuan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi: 1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri 2. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri 3. Kemampuan membina hubungan interpersonal, saling tergantung, dan intim dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai 4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realitas. Tujuan komunikasi terapeutik yaitu dapat membina hubungan saling percaya, meningkatkan hubungan interpersonal, mencapai tujuan personal yang realitas.
  • 4. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 4 Fungsi Komunikasi Terapeutik Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan, proses komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku klien dan membantu klien dalam rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan, sedangkan pada tahap preventif kegunaannya adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri klien. Komponen Komunikasi Terapeutik Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional berikut: Fungsi komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan kerjasama antara perawat dan klien dalam proses membantu klien mengatasi persoalan mengenai masalah kesehatan
  • 5. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 5 1. Pengirim : asal dari pesan 2. Peran : suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada penerima 3. Penerima : mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi oleh pesan 4. Konteks : tatanan dimana komunikasi terjadi Karakteristik Perawat untuk Hubungan Terapeutik Karakteristik pribadi perawat sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam asuhan keperawatan karena instrumen yang digunakan oleh perawat pada saat berkomunikasi dengan klien adalah dirinya sendiri, karakteristik perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik: 1. Kejujuran Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling percaya. Klien hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya. 2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif Berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi non verbal
  • 6. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 6 harus mendukung komunikasi verbal yang disampaikan, ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung. 3. Konsep positif Bersikap positif dapat ditunjukan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. 4. Empati bukan simpati Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Empati seorang perawat dapat memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun dia turut merasakan permasalahan yang dirasakan klien, tetapi tidak larut dalam masalah tersebut. Sikap simpati membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya. 5. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien Perawat memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien. Untuk itu agar dapat membantu memecahkan masalah klien dan perawat harus memandang permasalahan dari sudut pandang klien. Perawat harus menggunakan teknik aktif berbicara dan kesabaran dalam mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak secara
  • 7. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 7 keseluruhan ungkapan klien maka bisa berakibat fatal, karena dapat saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah klien dan akibatnya tindakan yang diberikan dapat tidak membantu bahkan bisa merusak klien. 6. Menerima klien apa adanya Jika seorang diterima dengan tulus, seseorang merasa nyaman dan aman dalam menjalin hubungan intim terapeutik. 7. Sensitif terhadap perasaan klien Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin dengan baik, karena jika perawat tidak sensitif maka perawat bisa melakukan pelanggaran batas, privasi dan menyinggung perasaan klien. 8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk membantu klien, jika kita sendiri memiliki segudang masalah dan ketidakpuasan dalam hidupnya. Karakteristik perawat untuk berhubungan secara terapeutik yaitu kejujuran, kalimat yang digunakan tidak membingungkan, berpikir positif, bersikap empati, memberikan asuhan keperawatan berorientasi kepada klien, menerima klien apa adanya, bersikap peduli (caring).
  • 8. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 8 Prinsip Komunikasi Terapeutik Prinsip komunikasi terapeutik: 1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri (menghayati, memahami diri, serta nilai yang dianut). 2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya dan menghargai. 3. Perawat harus memahami, menghayati nilai-nilai yang dianut klien. 4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien, baik fisik maupun mental. 5. Perawat harus mampu menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi. 6. Perawat harus menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi. 7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistennya. 8. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya.
  • 9. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 9 9. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik. 10. Mampu berperan sebagai role model 11. Berpegang pada etika profesi. 12. Bertanggung jawab, baik pada diri sendiri dan orang lain. Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik mempunyai tujuan dan berfungsi sebagai terapi bagi klien, karena itu pelaksanaan komunikasi terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan baik. Komunikasi terapeutik terdiri dari empat tahapan, yaitu: 1. Fase pre interaksi Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tugas perawat pada fase ini, yaitu: a. Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya b. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri dengan analisa diri ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien
  • 10. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 10 c. Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi d. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan diimplementasikan saat bertemu dengan klien 2. Fase orientasi Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama dengan klien. Saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas perawat pada tahap ini adalah: a. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji dan menghargai klien.
  • 11. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 11 b. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu tempat, waktu dan topik pertemuan c. Mengenali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien d. Merumuskan tujuan dengan klien Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain: Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan, jabatan tangan, memperkenalkan diri perawat, menyepakati kontrak, melengkapi kontrak, evaluasi dan validasi, menyepakati masalah. 3. Fase kerja Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap ini perawatan bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan. Teknik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan.
  • 12. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 12 4. Fase terminasi Fase ini merupakan fase penting dan sulit, karena saling percaya sudah terlena dan berada pada tingkat optimal. Bisa terjadi terminasi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat pada klien meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dibagi atas 2 yaitu: a. Terminasi sementara: masih ada pertemuan lanjutan b. Terminasi akhir Terminasi terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh. Tugas perawat pada fase ini: 1) Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, eveluasi ini disebut evaluasi objektif. 2) Melakukan evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu. 3) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
  • 13. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 13 4) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Sikap Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik Sikap perawat dalam komunikasi terapeutik: 1. Berhadapan artinya saya siap untuk anda. 2. Pertahankan kontak mata pada level yang sama artinya menghargai klien tetap ingin berkomunikasi. 3. Membungkuk ke arah klien artinya menunjukkan keinginan untuk menyatakan / mendengarkan sesuatu. 4. Mempertahankan sikap terbuka (tidak melipat tangan satu kali) menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi. 5. Tetap rileks. 6. Dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan rekreasi dalam berespon pada klien. Hambatan Komunikasi Terapeutik 1. Resisten Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas (ketegangan) yang
  • 14. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 14 dialaminya. Klien merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbaliasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang. Perilaku resisten biasa diperhatikan selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah. 2. Transferens Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien, mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terikat dengan tokoh dalam kehidupannya dimasa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan. 3. Kontertransferens Kebutuhan terapeutik yang dibuat perawat bukan oleh klien, merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah
  • 15. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 15 satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas. Teknik Komunikasi Terapeutik 1 Mendengarkan dengan penuh perhatian Mendengarkan merupakan dasar utama dalam komunikasi, dengan mendengarkan perawat mengetahui perasaan klien, berikan kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. 2. Menunjukan penerimaan Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukan keraguan atau ketidaksetujuan. 3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien. 4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata- kata sendiri
  • 16. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 16 Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan terhadap komunikasi dilanjutkan. 5. Mengklarifikasi Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide yang tidak jelas dikatakan oleh klien. 6. Memfokuskan Metode ini bertujuan untuk mengatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti. 7. Kenyataan hasil observasi Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien. 8. Menawarkan informasi Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien yang bertujuan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. 9. Diam Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir. Diam memungkinkan
  • 17. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 17 klien untuk berkomunikasi dengan diri sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi. 10. Meringkas Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. 11. Memberi penghargaan Penghargaan janganlah sampai menjadi benar untuk klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya. 12. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. 13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. 14. Menempatkan kejadian secara berurutan Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam satu perspektif.
  • 18. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 18 15. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien. 16. Refleksi Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari diri sendiri. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik 1. Perkembangan Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia, Teknik komunikasi yang digunakan perawat dalam melaksanakan komunikasi terapeutik yaitu mendengarkan penuh perhatian, menunjukan penerimaan, menanyakan pertanyaan yang terkait, mengulangi ucapan klien, mengklarifikasi, fokus, menawarkan informasi, diam, meringkas, memberi penghargaan, memberikan kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan, menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan, menempatkan kejadian secara berurut, memberikan kesempatan pada klien untuk menguraikan persepsinya, refleksi.
  • 19. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 19 baik dari sisi Bahasa maupun proses berpikir orang tersebut. Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan secara langsung berhubungan dengan perkembangan neurologi dan intelektual. 2. Persepsi Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kegiatan atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh pengharapa atau pengalaman. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan stimulasi lingkungan yang dialami. Persepsi yang berbeda antara pengirim pesan dengan penerima pesan akan menghembat komunikasi, untuk menyamakan persepsi ini perawat perlu menggunakan teknik komunikasi yang tepat. 3. Nilai Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, nilai tersebut apa yang dianggap penting oleh hidup seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide juga mempengaruhi interprestasi pesan.
  • 20. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 20 Perawat perlu menyadari nilai seseorang dan perlu berusaha untuk mengetahui serta mengklasifikasikan nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan profesional diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya. 4. Latar belakang sosial budaya Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berfikir, dan merasakan, bahasa, pembawaan, nilai dan gerekan tubuh merefleksikan asal budaya. Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh factor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi kepada seseorang. Budaya juga mempengaruhi metode komunikasi tentang gejala atau perasaan menderita pada orang lain, perbedaan muncul dalam penyingkapan dri atau ketika keinginan untuk menunjukkan emosi dan informasi psikologis pada orang lain. 5. Emosi Emosi adalah peresaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu. Cara seseorang bersosialisasi atau
  • 21. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 21 berkomunikasi dengan orang lain di pengaruhi oleh emosi. Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses, emosi juga dapat menyebabkan seseorang salah menginterpretasikan sesuatu atau tidak mendengar pesan. Emosi adalah keadaan mental dan psikologi yang berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran, dan perilaku atau pengalaman bersifat subjektif yang dialami berdasarkan sudut pandang individu. Perawat juga perlu mengevaluasi emosi pada dirinya agar dalam memberikan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi dibawah sadarnya. Secara umum emosi di kategorikan menjadi dua jenis yaitu: a. Emosi positif Perasaan berupa yakin atau percaya, sukacita, mau mengerti, berbela rasa, pengharapan, dan penerimaan. b. Emosi negatif Perasaan berupa tidak mau mengerti, iri, kejam, dan menolak.
  • 22. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 22 Perubahan yang terjadi dari reaksi emosi: a. Perubahan pada denyut jantung, dimana pada saat emosi atau marah denyut jantung menjadi lebih cepat. b. Perubahan pada tekanan darah, yang mana akan mengalami perubahan menjadi tinggi. c. Perubahan frekuensi pernapasan, dimana ketika emosi berlangsung pernapasan menjadi tambh cepat. d. Perubahan dalam bentuk mimic misalnya saat emosi muka merah pada suara, tangan, kepala kadang- kadang ikut bergetar. 6. Jenis kelamin Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi. Pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain saling mempengaruhi proses komunikasi secara unik. Tentu saja perawat perlu mewaspadai perbedaan ini, ketika bekerja dengan lain atau anggota tim kesehatan lainnya yang berlawanan jenis aktif menyimak dan mencari penjelasan akan membantu mencegah salah persepsi dan salah paham.
  • 23. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 23 7. Pengetahuan Tingkat pengetahuan ini bertujuan untuk mengelompokkan tingkah laku suatu masyarakat atau individu yang diinginkan, bagaimana individu berfikir, berbuat, sebagai hasil dari suatu unit pengetahuan yang telah diberikan. Pengetahaun yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengirimkan pesan, misalnya untuk memilih kata-kata menetukan saat pesan harus disampaikan, serta mengembangkan berbagai Teknik komunikasi verbal dan non verbal. Bagi seseorang penerima informasi (komunikan) pengetahuan sangat penting untuk menginterprestasikan pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan. Tingkat pengetahuan akan mempangaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang tingkan pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dibandingkan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harus mempunyai kemampuan yang cukup sehingga
  • 24. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 24 memudahkan dalam melaksanakan tugas setiap hari dan dapat berkomunikasi tarepeutik yang baik dengan klien. Tepetnya perawat yang memiliki pengetahuan yang luas akan lebih mudah berkomunikasi dari pada wawasan pengetahuan terbatas. 8. Pendidikan Perawat akan sangat mengenali masalah klien dipengaruhi oleh kemampuan akademiknya. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan berfungsi mengembangkan kemampuan serta kualitas kepribadian seseorang, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada umunya menyebabkan seseorang lebih mampu dan bersedia menerima posisi dan bertanggung jawab serta dapat mempengaruhi kinerja perawat, perawat yang memilih tingkat pendidikan akademik yang tinggi tentunya dapat lebih bertanggung jawab dan bersedia dalam memberikan asuhan keperawatan mandiri untuk memenuhi kebutuhan dasar klien.
  • 25. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 25 9. Peran dan hubungan Gaya komunikasi sesuai dengan hubungan antar orang yang berkomunikasi. Cara berkomunikasi seorang perawat dengan koleganya dan cara berkomunikasi seorang perawat pada klien akan berbedah tergantung perannya. Seorang akan merasa lebih nyaman ketika menunjukan ide untuk individu yang dapat mengembangkan hubungan yang positif dan memuaskan. Ketika hubungan antara perawat dan klien berkembang, perawat dan klien akan memiliki rasa percaya diri dalam menghubungkan ide dengan perasaan, komunikasi akan memnjadi efektif ketika masing-masing pihak tetap waspada tentang peran mereka dalam suatu hubungan. 10. Lingkungan Manusia sebagai makhluk holisti dipengaruhi oleh lingkungan dalam dirinya dan lingkungan dari luar, baik keluarga, kelompok maupun komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi.
  • 26. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 26 Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif, suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan ketegangan dan ketidaknyaman. 11. Jarak Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu akan memberi rasa aman dan kontrol. Dapat dimisalkan dengan individu merasa terancam ketika seseorang yang tidak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya. Untuk itu perawat perlu memperhatikan jarak yang tepat pada saat melakukan hubungan dengan klien. Jarak atau ruangan yang intim meliputi area 20 cm dimana orang dapat saling bersentuhan atau membuat kontak fisik. Klien yang sangat sensitif mengenai bagaimana perawat menggunakan jarak. Ketika jarak menjadi lebih besar, klien dan perawat merasa semakin tentram. Duduk dengan klien untuk melakukan wawancara, mendiskusikan perasaan atau pemikiran pribadi jarak personal 20 cm – 120 cm. Jarak sosial 120 cm – 3,6 cm diperlukan ketika berhadapan dengan suatu
  • 27. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 27 kelompok, jarak publik lebih dari 120 cm adalah jarak yang dipertahankan untuk percakapan formal. Hubungan Terapeutik Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien maupun perawat yang diidentifikasikan dalam 4 tindakan yang harus diambil antara perawat-klien yaitu: 1. Tindakan diawali perawat 2. Respon reaksi dari klien 3. Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan 4. Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan hubungan Pentingnya menjadi terapeutik: Perawat yang terapeutik berarti melakukan interaksi dengan klien, interaksi tersebut memfasilitasi proses penyembuhan. Sedangkan hubungan terapeutik artinya suatu hubungan interaksi yang mempunyai sifat menyembuhkan, dan berbeda dengan hubungan sosial. Therapeutic intimacy merupakan hubungan saling menolong (helping relationship) antara perawat-klien.
  • 28. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 28 Hubungan ini dibangun untuk keuntungan klien, sementara hubungan sosial dirancang untuk memenuhi kebutuhan kedua belah pihak. Manfaat menjadi terapeutik: profesi sebagai perawat, maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib dilakukan dan diharapkan akan memberikan kontribusi dalam melakukan pelayanan kesehatan atau keperawatan kepada masyarakat. Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat sebagai sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini perawat menggunakan komunikasi terapeutik sebagai sarananya. Tiga faktor dasar dalam mengembangkan hubungan yang saling membantu (helping relationship), yaitu: 1. Pembantu harus benar-benar ikhlas dan memahami tentang dirinya 2. Pembantu harus menunjukkan rasa empati 3. Individu yang dibantu harus merasa bebas untuk mengeluarkan segala sesuatunya tentang dirinya dalam menjalin hubungan.
  • 29. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 29 Tiga hal mendasar dalam mengembangkan Helping Relationship: a. Genuineness Membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki klien. Apa yang dipikirkan dan dirasakan perawat tentang individu dan dengan siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlas mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai klien sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikannya secara tepat. Perawat tidak akan menolak segala bentuk perasaan negative yang dipunyai klien, bahkan ia akan berusaha berinteraksi dengan klien, hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien. Tidak selalu untuk melakukan keikhlasan. Untuk menjadi lebih percaya diri tentang perasaan dan nilai- nilai yang dimiliki membutuhkan pengembangan diri yang tepat dipertimbangkan untuk dilakukan setiap saat, sehingga sekali perawat mampu untuk menyatakan apa yang dia
  • 30. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 30 inginkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan cara yang tidak mengancam, pada saat itu pula kapasitas yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang saling menguntungkan akan meningkat secara bermakna. b. Emphaty Merupakan perasaan, “pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap perasaan yang dialami klien, kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Emphaty merupakan sesuatu yang jujur, sensitive, tidak dibuat-buat (obyektif) yang didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati berbeda dengan simpati, simpati merupakan kecenderungan berfikir atau merasakan apa yang sedang dilakukan atau dirasakan oleh klien. Karenanya simpati lebih bersifat subjektif dengan melihat “dunia orang lain” untuk mencegah prespektif yang lebih jelas dari semua sisi yang ada tentang isu-isu yang dialami seseorang. Sebagai perawat empati, perawat harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan dialami klien. Empati dapat diekspresikan pada kondisi melalui cara yang dapat dipakai ketika dibutuhkan, mengatakan sesuatu tentang apa yang dipikirkan perawat tentang klien, dan
  • 31. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 31 memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang dialami klien. Empati membolehkan perawat untuk berpartisipasi sejenak terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi klien. Perawat yang berempati dengan orang lain dapat menghindarkan penilaian berdasarkan kata hati (impulsive judgment) tentang seseorang dan pada umumnya dengan empati dia akan menjadi lebih sensitive dan ikhlas. c. Warmth Hubungan yang saling membantu (helping relationship) dilakukan untuk memberikan kesempatan klien mengeluarkan “uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas. Dan dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif, dan tanpa adanya ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat- perawat terhadap klien, sehingga klien dapat mengekpresikan perasaannya secara lebih bebas dan mendalam. Kondisi ini akan membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas untuk mengetahui kebutuhan klien. Kehangatan juga dapat
  • 32. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 32 dikomunikasikan secara non verbal. Penampilan yang tenang, suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang harus menunjukkan rasa belas kasihan atau kasih saying perawat kepada klien. Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan yang dilaksanakan harus dalam konteks kehangatan dan pengertian. Perawat senior sering segera masuk dimensi tindakan tanpa membina hubungan yang adekuat sesuai dengan dimensi respon. Dimensi respon membawa klien pada tingkat pemilikan diri yang tinggi dan kemudian dilanjutkan dengan dimensi tindakan. Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emotional chatarsis dan bermain peran. Hubungan terapeutik adalah bagaimana perawat dan klien menjalin hubungan yang terapeutik dalam berinteraksi yang mempunyai sifat saling menolong, membutuhkan berfungsi untuk kesembuhan klien atau dalam melakukan pelayanan kesehatan.
  • 33. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 33 12 PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI MENURUT DEDDY MULYANA Prinsip 1: Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Misalnya saja, manusia adalah satu-satunya makhluk yang menggunakan lambang. Menurut Susanne K. Langer: salah satu kebutuhan pokok komunikasi manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Prinsip 2: Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak bebas menilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
  • 34. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 34 nonverbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus. Sehingga kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Kita selalu berkomunikasi bahkan ketika kita berpikir bahwa kita tidak sedang berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi. Bahkan diam pun bisa berarti sesuatu, akan tetapi ini tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi baru tercipta ketika seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Prinsip 3: Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut, kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat, antara dosen dan mahasiswa dikelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda. Dimensi itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu: a. Dimensi isi (verbal), menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.
  • 35. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 35 b. Dimensi hubungan (nonverbal), menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Prinsip 4: Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah, artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai). Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang sengaja dan sadar serta terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan lebih tinggi ketika berkomunikasi dalam situasi- situasi khusus. Sebagai contoh ketika kita bercakap-cakap dengan seorang yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara berkomunikasi kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan teman yang sudah biasa bergaul sehari-hari. Akan tetapi kita juga
  • 36. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 36 akan bisa berkomunikasi dengan kesadaran yang lebih tinggi dengan teman sehari-hari kita apabila teman tersebut menyampaikan berita yang sangat menarik bagi kita. Prinsip 5: Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun nonverbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung. Prinsip 6: Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi diluar norma yang berlaku dimasyarakat. Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat.
  • 37. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 37 Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. Misalnya anda mengetahui bagaimana tatakrama dalam berbahasa, ketika anda berhadapan dengan orang tua anda atau orang yang lebih tua. Misalnya tidak dapat menyapa orang tua anda dengan kata “kamu” atau “elu”. Prinsip 7: Komunikasi itu bersifat sistemik Setiap Individu adalah suatu sistem yang hidup (A Living System). Organ-organ dalam tubuh kita saling berhubungan. Kerusakan mata dapat membuat kepala kita pusing. Bahkan unsur diri kita yang bersifat jasmani juga berhubungan dengan unsur kita yang bersifat rohani. Komunikasi juga menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya. Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi yaitu sistem internal dan eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seseorang individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selalu sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, dan lain-lain).
  • 38. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 38 Sistem internal ini mengandung semua unsur yang membentuk individu yang unik. Kita hanya dapat menduganya lewat kata-kata yang ia ucapkan dan perilaku yang ia tunjukkan. Jumlah sistem internal ini adalah sebanyak individu yang ada. Sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik, kegaduhan disekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperature ruangan. Lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan kita juga mempengaruhi kita berperilaku. PRINSIP 8: SEMAKIN MIRIP LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA SEMAKIN EFEKTIFLAH KOMUNIKASI Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk berkomunikasi. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua
  • 39. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 39 manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar. Namun adanya kesamaan sekali lagi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. PRINSIP 9: KOMUNIKASI BERSIFAT NONSEKUENSIAL Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti. PRINSIP 10: KOMUNIKASI BERSIFAT PROSESUAL, DINAMIS DAN TRANSAKSIONAL Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
  • 40. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 40 PRINSIP 11: KOMUNIKASI BERSIFAT IRREVERSIBLE Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut. PRINSIP 12: KOMUNIKASI BUKAN PENASEHAT UNTUK MENYELESAIKAN BERBAGAI MASALAH Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena konflik atau persoalan tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural.
  • 77. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom 77 DAFTAR PUSTAKA Keliat, budi 2007. Manajemen kasus gangguan jiwa Abrams J., O Connor, J., & Giles, H (2003), identitiy intergroup Communication in W.B Gudykunst (editor), cross-cultural and intercultural communication (hal. 209-224). Thousand oaks. CA:Sage