MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
1. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
1
Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan aspek penting yang harus dimiliki
oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien. Komunikasi yang diterapkan oleh perawat kepada klien
merupakan komunikasi teraupetik yang mempunyai tujuan untuk
mencapai kesembuhan klien.
Komunikasi terapeutik merupakan media utama yang
digunakan untuk mengaplikasikan proses keperawatan dalam
lingkungan kesehatan jiwa. Keterampilan perawat dalam
komunikasi terapeutik mempengaruhi keefektifan banyak
intervensi dalam keperawatan jiwa.
Komunikasi terapeutik adalah merupakan komunikasi
yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya
difokuskan untuk menyembuhkan klien. Komunikasi terapeutik
merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar
perawat dengan klien berlangsung secara verbal dan non.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
mendorong proses penyembuhan klien [Depkes RI, 1997]
komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
2. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
2
dengan titik tolak yang memberikan pengertian antara perawat
dengan klien.
Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam
membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik:
1) Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik
yang saling menguntungkan.
2) Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu
mempunyai karakter yang berbeda.
3) Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga
harga diri pemberi maupun penerima pesan. Komunikasi
yang menciptakan hubungan saling percaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternatif pemecahan masalah.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh perawat
direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatan difokuskan untuk kesembuhan
klien.
3. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
3
Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu klien
untuk menjelaskan dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang
ada bila klien percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi
keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya serta mempengaruhi
orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Tujuan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi:
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan
penghormatan terhadap diri
2. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas
diri
3. Kemampuan membina hubungan interpersonal, saling
tergantung, dan intim dengan kapasitas untuk mencintai dan
dicintai
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realitas.
Tujuan komunikasi terapeutik yaitu dapat membina hubungan saling percaya,
meningkatkan hubungan interpersonal, mencapai tujuan personal yang realitas.
4. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
4
Fungsi Komunikasi Terapeutik
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong
dan menganjurkan kerja sama antar perawat dan klien melalui
hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha
mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji
masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam
perawatan, proses komunikasi yang baik dapat memberikan
pengertian tingkah laku klien dan membantu klien dalam rangka
mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan,
sedangkan pada tahap preventif kegunaannya adalah
mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan
diri klien.
Komponen Komunikasi Terapeutik
Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima
komponen fungsional berikut:
Fungsi komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan kerjasama antara
perawat dan klien dalam proses membantu klien mengatasi persoalan mengenai
masalah kesehatan
5. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
5
1. Pengirim : asal dari pesan
2. Peran : suatu unit informasi yang dipindahkan dari
pengirim kepada penerima
3. Penerima : mempersepsikan pesan, yang perilakunya
dipengaruhi oleh pesan
4. Konteks : tatanan dimana komunikasi terjadi
Karakteristik Perawat untuk Hubungan Terapeutik
Karakteristik pribadi perawat sangat menentukan
keberhasilan komunikasi dalam asuhan keperawatan karena
instrumen yang digunakan oleh perawat pada saat
berkomunikasi dengan klien adalah dirinya sendiri, karakteristik
perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang
terapeutik:
1. Kejujuran
Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan
komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil
dapat membina hubungan saling percaya. Klien hanya akan
terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang
benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya.
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata
yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi non verbal
6. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
6
harus mendukung komunikasi verbal yang disampaikan,
ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung.
3. Konsep positif
Bersikap positif dapat ditunjukan dengan sikap yang hangat,
penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien.
4. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan,
karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan
dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan
dan dipikirkan oleh klien.
Empati seorang perawat dapat memberikan alternatif
pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun dia turut
merasakan permasalahan yang dirasakan klien, tetapi tidak
larut dalam masalah tersebut. Sikap simpati membuat
perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif
karena dia terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya.
5. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien
Perawat memberikan asuhan keperawatan perawat harus
berorientasi pada klien. Untuk itu agar dapat membantu
memecahkan masalah klien dan perawat harus memandang
permasalahan dari sudut pandang klien. Perawat harus
menggunakan teknik aktif berbicara dan kesabaran dalam
mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan
secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak secara
7. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
7
keseluruhan ungkapan klien maka bisa berakibat fatal, karena
dapat saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai
dengan masalah klien dan akibatnya tindakan yang diberikan
dapat tidak membantu bahkan bisa merusak klien.
6. Menerima klien apa adanya
Jika seorang diterima dengan tulus, seseorang merasa
nyaman dan aman dalam menjalin hubungan intim terapeutik.
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin
dengan baik, karena jika perawat tidak sensitif maka perawat
bisa melakukan pelanggaran batas, privasi dan menyinggung
perasaan klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri
perawat sendiri
Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah
terjadi pada masa lalunya tidak akan mampu berbuat yang
terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk membantu
klien, jika kita sendiri memiliki segudang masalah dan
ketidakpuasan dalam hidupnya.
Karakteristik perawat untuk berhubungan secara terapeutik yaitu kejujuran,
kalimat yang digunakan tidak membingungkan, berpikir positif, bersikap empati,
memberikan asuhan keperawatan berorientasi kepada klien, menerima klien
apa adanya, bersikap peduli (caring).
8. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
8
Prinsip Komunikasi Terapeutik
Prinsip komunikasi terapeutik:
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri (menghayati,
memahami diri, serta nilai yang dianut).
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling
menerima, percaya dan menghargai.
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai-nilai yang
dianut klien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien,
baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus mampu menciptakan suasana yang
memungkinkan klien memiliki motivasi.
6. Perawat harus menguasai perasaan sendiri secara
bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan
gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistennya.
8. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang
terapeutik dan sebaliknya.
9. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
9
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari
hubungan terapeutik.
10. Mampu berperan sebagai role model
11. Berpegang pada etika profesi.
12. Bertanggung jawab, baik pada diri sendiri dan orang lain.
Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik mempunyai tujuan dan berfungsi
sebagai terapi bagi klien, karena itu pelaksanaan komunikasi
terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan baik.
Komunikasi terapeutik terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Fase pre interaksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai
berhubungan dengan klien.
Tugas perawat pada fase ini, yaitu:
a. Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya
b. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri dengan analisa
diri ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar
bernilai terapeutik bagi klien
10. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
10
c. Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam
membuat rencana interaksi
d. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan
diimplementasikan saat bertemu dengan klien
2. Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama dengan
klien. Saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini
digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan
merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling
percaya.
Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan
situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan,
serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan
pikirannya.
Tugas-tugas perawat pada tahap ini adalah:
a. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap
penerimaan dan komunikasi terbuka. Untuk membina
hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka,
jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji
dan menghargai klien.
11. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
11
b. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak yang harus
disetujui bersama dengan klien yaitu tempat, waktu dan
topik pertemuan
c. Mengenali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi
masalah klien
d. Merumuskan tujuan dengan klien
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain:
Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan,
jabatan tangan, memperkenalkan diri perawat, menyepakati
kontrak, melengkapi kontrak, evaluasi dan validasi,
menyepakati masalah.
3. Fase kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik. Tahap ini perawatan bersama klien
mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana
asuhan yang telah ditetapkan. Teknik komunikasi terapeutik
yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi,
mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi,
memfokuskan dan menyimpulkan.
12. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
12
4. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase penting dan sulit, karena saling
percaya sudah terlena dan berada pada tingkat optimal. Bisa
terjadi terminasi pada saat perawat mengakhiri tugas pada
unit tertentu atau saat klien akan pulang.
Perawat pada klien meninjau kembali proses
keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat
dibagi atas 2 yaitu:
a. Terminasi sementara: masih ada pertemuan lanjutan
b. Terminasi akhir
Terminasi terjadi jika perawat telah menyelesaikan
proses keperawatan secara menyeluruh. Tugas perawat pada
fase ini:
1) Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah
dilakukan, eveluasi ini disebut evaluasi objektif.
2) Melakukan evaluasi subjektif dilakukan dengan
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi atau
setelah melakukan tindakan tertentu.
3) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan.
13. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
13
4) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak
yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat
pertemuan.
Sikap Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik
Sikap perawat dalam komunikasi terapeutik:
1. Berhadapan artinya saya siap untuk anda.
2. Pertahankan kontak mata pada level yang sama artinya
menghargai klien tetap ingin berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien artinya menunjukkan
keinginan untuk menyatakan / mendengarkan sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka (tidak melipat tangan
satu kali) menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi.
5. Tetap rileks.
6. Dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
rekreasi dalam berespon pada klien.
Hambatan Komunikasi Terapeutik
1. Resisten
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak
menyadari aspek penyebab ansietas (ketegangan) yang
14. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
14
dialaminya. Klien merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran verbaliasi yang dipelajari atau mengalami
peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri
seseorang. Perilaku resisten biasa diperhatikan selama
fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses
penyelesaian masalah.
2. Transferens
Transferens adalah respon tidak sadar dimana
klien, mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat
yang pada dasarnya terikat dengan tokoh dalam
kehidupannya dimasa lalu.
Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan
respon klien dalam intensitas dan penggunaan
mekanisme pertahanan.
3. Kontertransferens
Kebutuhan terapeutik yang dibuat perawat bukan
oleh klien, merujuk pada respon emosional spesifik oleh
perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun
konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam
intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah
15. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
15
satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat
bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas.
Teknik Komunikasi Terapeutik
1 Mendengarkan dengan penuh perhatian
Mendengarkan merupakan dasar utama dalam
komunikasi, dengan mendengarkan perawat
mengetahui perasaan klien, berikan kesempatan lebih
banyak pada klien untuk berbicara.
2. Menunjukan penerimaan
Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan
orang lain tanpa menunjukan keraguan atau
ketidaksetujuan.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan
informasi yang spesifik mengenai apa yang
disampaikan oleh klien.
4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-
kata sendiri
16. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
16
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat
memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti
pesan klien dan terhadap komunikasi dilanjutkan.
5. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk
menjelaskan dalam kata-kata ide yang tidak jelas
dikatakan oleh klien.
6. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk mengatasi bahan
pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih
spesifik dan dimengerti.
7. Kenyataan hasil observasi
Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh
isyarat non verbal klien.
8. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan untuk klien yang bertujuan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
9. Diam
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat
dan klien untuk mengorganisir. Diam memungkinkan
17. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
17
klien untuk berkomunikasi dengan diri sendiri,
mengorganisir pikiran dan memproses informasi.
10. Meringkas
Meringkas pengulangan ide utama yang telah
dikomunikasikan secara singkat.
11. Memberi penghargaan
Penghargaan janganlah sampai menjadi benar untuk
klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras
dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan
pujian dan persetujuan atas perbuatannya.
12. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai
pembicaraan
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif
dalam memilih topik pembicaraan.
13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
14. Menempatkan kejadian secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu
perawat dan klien untuk melihatnya dalam satu
perspektif.
18. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
18
15. Memberikan kesempatan kepada klien untuk
menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat
harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien.
16. Refleksi
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya
sebagai bagian dari diri sendiri.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik
1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang
perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia,
Teknik komunikasi yang digunakan perawat dalam melaksanakan komunikasi
terapeutik yaitu mendengarkan penuh perhatian, menunjukan penerimaan,
menanyakan pertanyaan yang terkait, mengulangi ucapan klien,
mengklarifikasi, fokus, menawarkan informasi, diam, meringkas, memberi
penghargaan, memberikan kesempatan pada klien untuk memulai
pembicaraan, menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan, menempatkan
kejadian secara berurut, memberikan kesempatan pada klien untuk
menguraikan persepsinya, refleksi.
19. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
19
baik dari sisi Bahasa maupun proses berpikir orang
tersebut. Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan
secara langsung berhubungan dengan perkembangan
neurologi dan intelektual.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap
suatu kegiatan atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh
pengharapa atau pengalaman.
Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan
individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan
stimulasi lingkungan yang dialami. Persepsi yang
berbeda antara pengirim pesan dengan penerima pesan
akan menghembat komunikasi, untuk menyamakan
persepsi ini perawat perlu menggunakan teknik
komunikasi yang tepat.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, nilai
tersebut apa yang dianggap penting oleh hidup
seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide
juga mempengaruhi interprestasi pesan.
20. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
20
Perawat perlu menyadari nilai seseorang dan perlu
berusaha untuk mengetahui serta mengklasifikasikan nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang
tepat dengan klien. Dalam hubungan profesional
diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai
pribadinya.
4. Latar belakang sosial budaya
Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara
berbuat, berfikir, dan merasakan, bahasa, pembawaan,
nilai dan gerekan tubuh merefleksikan asal budaya.
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi
oleh factor budaya. Budaya juga akan membatasi cara
bertindak dan berkomunikasi kepada seseorang.
Budaya juga mempengaruhi metode komunikasi tentang
gejala atau perasaan menderita pada orang lain,
perbedaan muncul dalam penyingkapan dri atau ketika
keinginan untuk menunjukkan emosi dan informasi
psikologis pada orang lain.
5. Emosi
Emosi adalah peresaan subjektif seseorang mengenai
peristiwa tertentu. Cara seseorang bersosialisasi atau
21. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
21
berkomunikasi dengan orang lain di pengaruhi oleh
emosi. Emosi mempengaruhi kemampuan untuk
menerima pesan dengan sukses, emosi juga dapat
menyebabkan seseorang salah menginterpretasikan
sesuatu atau tidak mendengar pesan.
Emosi adalah keadaan mental dan psikologi yang
berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran, dan
perilaku atau pengalaman bersifat subjektif yang dialami
berdasarkan sudut pandang individu.
Perawat juga perlu mengevaluasi emosi pada dirinya agar
dalam memberikan asuhan keperawatan tidak
terpengaruh oleh emosi dibawah sadarnya.
Secara umum emosi di kategorikan menjadi dua jenis
yaitu:
a. Emosi positif
Perasaan berupa yakin atau percaya, sukacita, mau
mengerti, berbela rasa, pengharapan, dan
penerimaan.
b. Emosi negatif
Perasaan berupa tidak mau mengerti, iri, kejam, dan
menolak.
22. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
22
Perubahan yang terjadi dari reaksi emosi:
a. Perubahan pada denyut jantung, dimana pada saat
emosi atau marah denyut jantung menjadi lebih cepat.
b. Perubahan pada tekanan darah, yang mana akan
mengalami perubahan menjadi tinggi.
c. Perubahan frekuensi pernapasan, dimana ketika
emosi berlangsung pernapasan menjadi tambh cepat.
d. Perubahan dalam bentuk mimic misalnya saat emosi
muka merah pada suara, tangan, kepala kadang-
kadang ikut bergetar.
6. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses
komunikasi. Pria dan wanita memiliki gaya komunikasi
yang berbeda dan satu sama lain saling mempengaruhi
proses komunikasi secara unik. Tentu saja perawat perlu
mewaspadai perbedaan ini, ketika bekerja dengan lain
atau anggota tim kesehatan lainnya yang berlawanan
jenis aktif menyimak dan mencari penjelasan akan
membantu mencegah salah persepsi dan salah paham.
23. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
23
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan ini bertujuan untuk
mengelompokkan tingkah laku suatu masyarakat atau
individu yang diinginkan, bagaimana individu berfikir,
berbuat, sebagai hasil dari suatu unit pengetahuan yang
telah diberikan.
Pengetahaun yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk mengirimkan pesan, misalnya untuk
memilih kata-kata menetukan saat pesan harus
disampaikan, serta mengembangkan berbagai Teknik
komunikasi verbal dan non verbal. Bagi seseorang
penerima informasi (komunikan) pengetahuan sangat
penting untuk menginterprestasikan pesan yang
disampaikan oleh pemberi pesan.
Tingkat pengetahuan akan mempangaruhi komunikasi
yang dilakukan. Seseorang yang tingkan
pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan
yang mengandung bahasa verbal dibandingkan tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi.
Usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat
harus mempunyai kemampuan yang cukup sehingga
24. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
24
memudahkan dalam melaksanakan tugas setiap hari dan
dapat berkomunikasi tarepeutik yang baik dengan klien.
Tepetnya perawat yang memiliki pengetahuan yang luas
akan lebih mudah berkomunikasi dari pada wawasan
pengetahuan terbatas.
8. Pendidikan
Perawat akan sangat mengenali masalah klien
dipengaruhi oleh kemampuan akademiknya. Pendidikan
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan
berfungsi mengembangkan kemampuan serta kualitas
kepribadian seseorang, dimana semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin besar keinginan untuk
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada umunya
menyebabkan seseorang lebih mampu dan bersedia
menerima posisi dan bertanggung jawab serta dapat
mempengaruhi kinerja perawat, perawat yang memilih
tingkat pendidikan akademik yang tinggi tentunya dapat
lebih bertanggung jawab dan bersedia dalam
memberikan asuhan keperawatan mandiri untuk
memenuhi kebutuhan dasar klien.
25. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
25
9. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan hubungan antar orang
yang berkomunikasi. Cara berkomunikasi seorang
perawat dengan koleganya dan cara berkomunikasi
seorang perawat pada klien akan berbedah tergantung
perannya.
Seorang akan merasa lebih nyaman ketika menunjukan
ide untuk individu yang dapat mengembangkan hubungan
yang positif dan memuaskan. Ketika hubungan antara
perawat dan klien berkembang, perawat dan klien akan
memiliki rasa percaya diri dalam menghubungkan ide
dengan perasaan, komunikasi akan memnjadi efektif
ketika masing-masing pihak tetap waspada tentang peran
mereka dalam suatu hubungan.
10. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holisti dipengaruhi oleh
lingkungan dalam dirinya dan lingkungan dari luar, baik
keluarga, kelompok maupun komunitas. Dalam
berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi.
26. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
26
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi
yang efektif, suasana yang bising, tidak ada privasi yang
tepat akan menimbulkan ketegangan dan ketidaknyaman.
11. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu
akan memberi rasa aman dan kontrol. Dapat dimisalkan
dengan individu merasa terancam ketika seseorang yang
tidak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat
dekat dengan dirinya. Untuk itu perawat perlu
memperhatikan jarak yang tepat pada saat melakukan
hubungan dengan klien.
Jarak atau ruangan yang intim meliputi area 20 cm
dimana orang dapat saling bersentuhan atau membuat
kontak fisik. Klien yang sangat sensitif mengenai
bagaimana perawat menggunakan jarak. Ketika jarak
menjadi lebih besar, klien dan perawat merasa semakin
tentram. Duduk dengan klien untuk melakukan
wawancara, mendiskusikan perasaan atau pemikiran
pribadi jarak personal 20 cm – 120 cm. Jarak sosial 120
cm – 3,6 cm diperlukan ketika berhadapan dengan suatu
27. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
27
kelompok, jarak publik lebih dari 120 cm adalah jarak
yang dipertahankan untuk percakapan formal.
Hubungan Terapeutik
Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik
bagi klien maupun perawat yang diidentifikasikan dalam 4
tindakan yang harus diambil antara perawat-klien yaitu:
1. Tindakan diawali perawat
2. Respon reaksi dari klien
3. Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan
klien dan tujuan
4. Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya
dibangun untuk mencapai tujuan hubungan
Pentingnya menjadi terapeutik: Perawat yang terapeutik
berarti melakukan interaksi dengan klien, interaksi tersebut
memfasilitasi proses penyembuhan. Sedangkan hubungan
terapeutik artinya suatu hubungan interaksi yang mempunyai
sifat menyembuhkan, dan berbeda dengan hubungan sosial.
Therapeutic intimacy merupakan hubungan saling menolong
(helping relationship) antara perawat-klien.
28. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
28
Hubungan ini dibangun untuk keuntungan klien,
sementara hubungan sosial dirancang untuk memenuhi
kebutuhan kedua belah pihak.
Manfaat menjadi terapeutik: profesi sebagai perawat,
maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib dilakukan dan
diharapkan akan memberikan kontribusi dalam melakukan
pelayanan kesehatan atau keperawatan kepada masyarakat.
Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat sebagai
sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini
perawat menggunakan komunikasi terapeutik sebagai
sarananya.
Tiga faktor dasar dalam mengembangkan hubungan yang
saling membantu (helping relationship), yaitu:
1. Pembantu harus benar-benar ikhlas dan memahami tentang
dirinya
2. Pembantu harus menunjukkan rasa empati
3. Individu yang dibantu harus merasa bebas untuk
mengeluarkan segala sesuatunya tentang dirinya dalam
menjalin hubungan.
29. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
29
Tiga hal mendasar dalam mengembangkan Helping
Relationship:
a. Genuineness
Membantu klien, perawat harus menyadari tentang
nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki klien. Apa yang
dipikirkan dan dirasakan perawat tentang individu dan dengan
siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik
secara verbal maupun nonverbal. Perawat yang mampu
menunjukkan rasa ikhlas mempunyai kesadaran mengenai
sikap yang dipunyai klien sehingga mampu belajar untuk
mengkomunikasikannya secara tepat.
Perawat tidak akan menolak segala bentuk perasaan
negative yang dipunyai klien, bahkan ia akan berusaha
berinteraksi dengan klien, hasilnya, perawat akan mampu
mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara
yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau
menghukum klien. Tidak selalu untuk melakukan keikhlasan.
Untuk menjadi lebih percaya diri tentang perasaan dan nilai-
nilai yang dimiliki membutuhkan pengembangan diri yang
tepat dipertimbangkan untuk dilakukan setiap saat, sehingga
sekali perawat mampu untuk menyatakan apa yang dia
30. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
30
inginkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan
cara yang tidak mengancam, pada saat itu pula kapasitas
yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang saling
menguntungkan akan meningkat secara bermakna.
b. Emphaty
Merupakan perasaan, “pemahaman” dan
“penerimaan” perawat terhadap perasaan yang dialami klien,
kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Emphaty
merupakan sesuatu yang jujur, sensitive, tidak dibuat-buat
(obyektif) yang didasarkan atas apa yang dialami orang lain.
Empati berbeda dengan simpati, simpati merupakan
kecenderungan berfikir atau merasakan apa yang sedang
dilakukan atau dirasakan oleh klien. Karenanya simpati lebih
bersifat subjektif dengan melihat “dunia orang lain” untuk
mencegah prespektif yang lebih jelas dari semua sisi yang
ada tentang isu-isu yang dialami seseorang. Sebagai perawat
empati, perawat harus berusaha keras untuk mengetahui
secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan dialami klien.
Empati dapat diekspresikan pada kondisi melalui cara
yang dapat dipakai ketika dibutuhkan, mengatakan sesuatu
tentang apa yang dipikirkan perawat tentang klien, dan
31. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
31
memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang
dialami klien. Empati membolehkan perawat untuk
berpartisipasi sejenak terhadap sesuatu yang terkait dengan
emosi klien.
Perawat yang berempati dengan orang lain dapat
menghindarkan penilaian berdasarkan kata hati (impulsive
judgment) tentang seseorang dan pada umumnya dengan
empati dia akan menjadi lebih sensitive dan ikhlas.
c. Warmth
Hubungan yang saling membantu (helping
relationship) dilakukan untuk memberikan kesempatan klien
mengeluarkan “uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara
bebas. Dan dengan kehangatan, perawat akan mendorong
klien untuk mengekspresikan ide dan menuangkannya dalam
bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi.
Suasana yang hangat, permisif, dan tanpa adanya
ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat-
perawat terhadap klien, sehingga klien dapat mengekpresikan
perasaannya secara lebih bebas dan mendalam. Kondisi ini
akan membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas
untuk mengetahui kebutuhan klien. Kehangatan juga dapat
32. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
32
dikomunikasikan secara non verbal. Penampilan yang tenang,
suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang harus
menunjukkan rasa belas kasihan atau kasih saying perawat
kepada klien.
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan
dimensi respon. Tindakan yang dilaksanakan harus dalam
konteks kehangatan dan pengertian. Perawat senior sering
segera masuk dimensi tindakan tanpa membina hubungan
yang adekuat sesuai dengan dimensi respon. Dimensi respon
membawa klien pada tingkat pemilikan diri yang tinggi dan
kemudian dilanjutkan dengan dimensi tindakan. Dimensi
tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan,
emotional chatarsis dan bermain peran.
Hubungan terapeutik adalah bagaimana perawat dan klien menjalin hubungan
yang terapeutik dalam berinteraksi yang mempunyai sifat saling menolong,
membutuhkan berfungsi untuk kesembuhan klien atau dalam melakukan
pelayanan kesehatan.
33. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
33
12 PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
MENURUT DEDDY MULYANA
Prinsip 1:
Komunikasi adalah suatu proses simbolik.
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan
tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Misalnya
saja, manusia adalah satu-satunya makhluk yang menggunakan
lambang. Menurut Susanne K. Langer: salah satu kebutuhan
pokok komunikasi manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau
penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya berdasarkan
kesepakatan sekelompok orang.
Prinsip 2:
Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas menilai, pada saat orang tersebut tidak
bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh
orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
34. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
34
nonverbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi
suatu stimulus. Sehingga kita tidak bisa tidak berkomunikasi.
Kita selalu berkomunikasi bahkan ketika kita berpikir bahwa kita
tidak sedang berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi.
Bahkan diam pun bisa berarti sesuatu, akan tetapi ini tidak berarti
bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi baru
tercipta ketika seseorang memberi makna pada perilaku orang
lain atau perilakunya sendiri.
Prinsip 3:
Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari
dimensi isi tersebut, kita bisa memprediksi dimensi hubungan
yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses
komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat, antara dosen dan
mahasiswa dikelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Dimensi itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Dimensi isi (verbal), menunjukkan muatan (isi) komunikasi,
yaitu apa yang dikatakan.
35. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
35
b. Dimensi hubungan (nonverbal), menunjukkan bagaimana cara
mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana
seharusnya pesan itu ditafsirkan.
Prinsip 4:
Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa
terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah, artinya
tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang
akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci
dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai).
Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga
yang sengaja dan sadar serta terencana melakukan komunikasi.
Kesadaran akan lebih tinggi ketika berkomunikasi dalam situasi-
situasi khusus. Sebagai contoh ketika kita bercakap-cakap
dengan seorang yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara
berkomunikasi kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan
teman yang sudah biasa bergaul sehari-hari. Akan tetapi kita juga
36. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
36
akan bisa berkomunikasi dengan kesadaran yang lebih tinggi
dengan teman sehari-hari kita apabila teman tersebut
menyampaikan berita yang sangat menarik bagi kita.
Prinsip 5:
Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik
secara verbal maupun nonverbal disesuaikan dengan tempat,
dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan
itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Prinsip 6:
Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan
komunikasi diluar norma yang berlaku dimasyarakat.
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek
perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga
terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orang-orang memilih
strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima
pesan akan merespon. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan
sering berlangsung cepat.
37. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
37
Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain
berdasarkan peran sosialnya. Misalnya anda mengetahui
bagaimana tatakrama dalam berbahasa, ketika anda berhadapan
dengan orang tua anda atau orang yang lebih tua. Misalnya tidak
dapat menyapa orang tua anda dengan kata “kamu” atau “elu”.
Prinsip 7:
Komunikasi itu bersifat sistemik
Setiap Individu adalah suatu sistem yang hidup (A Living System).
Organ-organ dalam tubuh kita saling berhubungan. Kerusakan
mata dapat membuat kepala kita pusing. Bahkan unsur diri kita
yang bersifat jasmani juga berhubungan dengan unsur kita yang
bersifat rohani.
Komunikasi juga menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya.
Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi
komunikasi yaitu sistem internal dan eksternal.
Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh
seseorang individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi,
yang ia serap selalu sosialisasinya dalam berbagai lingkungan
sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku,
kelompok agama, lembaga pendidikan, dan lain-lain).
38. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
38
Sistem internal ini mengandung semua unsur yang membentuk
individu yang unik. Kita hanya dapat menduganya lewat kata-kata
yang ia ucapkan dan perilaku yang ia tunjukkan. Jumlah sistem
internal ini adalah sebanyak individu yang ada.
Sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar
individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat
fisik, kegaduhan disekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan
temperature ruangan. Lingkungan dan objek mempengaruhi
komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan kita juga
mempengaruhi kita berperilaku.
PRINSIP 8:
SEMAKIN MIRIP LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA
SEMAKIN EFEKTIFLAH KOMUNIKASI
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang
sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua
pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk
berkomunikasi.
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai
dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang
berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua
39. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
39
manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar. Namun
adanya kesamaan sekali lagi akan mendorong orang-orang untuk
saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut
komunikasi mereka menjadi lebih efektif.
PRINSIP 9:
KOMUNIKASI BERSIFAT NONSEKUENSIAL
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu
arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan
yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
PRINSIP 10:
KOMUNIKASI BERSIFAT PROSESUAL, DINAMIS DAN
TRANSAKSIONAL
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses
adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling
memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang
melakukan komunikasi.
40. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
40
PRINSIP 11:
KOMUNIKASI BERSIFAT IRREVERSIBLE
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat
mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh
pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika
seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati
tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
PRINSIP 12:
KOMUNIKASI BUKAN PENASEHAT UNTUK MENYELESAIKAN
BERBAGAI MASALAH
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Banyak persoalan
dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi.
Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk
menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena konflik atau
persoalan tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural.
77. Felicia F. Aotama,S.I.Kom.,M.I.Kom
77
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, budi 2007. Manajemen kasus gangguan jiwa
Abrams J., O Connor, J., & Giles, H (2003), identitiy intergroup
Communication in W.B Gudykunst (editor), cross-cultural and
intercultural communication (hal. 209-224). Thousand oaks. CA:Sage