1. 12, BE & GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Concepts and Theories of Business
Ethics, Universitas Mercu Buana, 2018
Quiz dan Forum BE & GG Minggu 12:
Quiz dan BE & GG Minggu 12:
Jawablah Quiz minggu ini dengan baik dan benar:
Apa yang dapat saudara resumekan tentang Ethical Decision Making in Business
Jawabannya dapat di tambah dari sumber lain yang relevan
Selamat menjawab Quiz minggu ini.
Ethical Decision Making in Business
Pengambilan keputusan dilakukan oleh seorang manajer dalam organisasi bisnis. Kegiatan
pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian
masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang
terbaik. Dalam mengambil suatu keputusan diperlukan pendekatanpendekatan etika bisnis agar
dapat memberikan hasil yang sesuai dengan nilai-nilai etika yang ada di suatu wilayah.
Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis = keuntungan bisnis
“Sebuah keputusan atau tindakan dianggap "etis" atau "benar" jika sesuai dengan standar
tertentu.”
Supaya bisnis dari perusahaan itu dapat berhasil dan bertahan lama, perusahaan manapun dalam
kegiatan bisnisnya dituntut atau menuntut dirinya untuk menjamin dan menghargai hak dan
kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya.
Pengambilan Keputusan
• Secara umum pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan
memilih alternatif solusi yang ada.
• Sebagai ilmu, pengambilan keputusan merupakan suatu aktivitas yang memiliki metode, cara,
dan pendekatan tertentu secara sistematis, teratur dan terarah.
Ada (2) dua jenis atau tipe pengambilan keputusan:
1. Programmed Decision, Prosedur khusus yang dikembangkan menangani untuk masalah yang
rutin dan berulang-ulang
2. Nonprogrammed Decision, Keputusan yang bersifat baru dan tdk terstruktur, diperlukan pada
situasi permasalahan yang unik dan komplek.
Perbedaan Tipe Pengambilan Keputusan
Programmed Decision Nonprogrammed Decision
Masalah Banyak, berulang, rutin.
Kepastian adanya hubungan
sebab – akibat
Baru, tak terstruktur.
Ketidakpastian adanya hubungan
sebab - akibat
Prosedur Tergantung pada kebijakan,
aturan dan prosedur yang jelas.
Butuh kreativitas, intuisi,
toleransi, pemecahan masalah
secara kreatif
Contoh
Perusahaan Pemesanan persediaan periodik Diversifikasi produk & pasar
baru
Universitas Kenaikan angka kredit jabatan Pembangunan fasilitas kelas baru
2. Pemerintah Rumah Sakit Prosedur pendaftaran pasien.
Sistem gaji untuk promosi
karyawan
Pembelian alat laboartorium.
Reorganisasi pada pemerintahan
daerah.
8 (Delapan) step rational decision making proses guna mengambil keputusan, yaitu:
1. Mengenal Permasalahan.
2. Definisikan Tujuan
3. Kumpulkan Data yang Relevan
4. Identifikasi alternative yang memungkinkan (feasible)
5. Seleksi kriteria untuk pertimbangan alternatif terbaik
6. Modelkan hubungan antara kriteria, data dan alternatif
7. Prediksi hasil dari semua alternatif
8. Pilih alternatif terbaik
Pendekatan Etika Bisnis dalam Pengambilan Keputusan
ANALISIS BIAYA MANFAAT: Analisis biaya manfaat mencari nilai dan membandingkan
semua biaya dan manfaat, baik pada kelompok perorangan dan social, sebagai akibat
intervensialternatif dan mengkontroversikan ke jumlah uang Sementara analisis penetapan biaya
berguna bagi management dan perencanaan, tetapi terdapat juga batasan-batasan:
1. Keputusan tidak sepenuhnya didasari oleh pertimbangan ekonomi.
Pertimbanganpertimbangan politis, teknis, administrative dan logistic seringkali lebih
berpengaruh pada pilihan akhir sebuah strategi
2. Analisis efektifitas biaya
3. Intervensi seringkali berakibat pada hasil kesehatan positif lainnya
4. Tidak mungkin mengkuantifikasi manfaat yang tak nyata
ANALISIS ETIS UNTUK PEMECAHAN MASALAH Perusahaan yang modern saat ini sangat
mempertimbangkan kelompok Shareholder dan kelompok diluar shareholder, kedua kelompok
tersebut menjadi pembentuk dari sebuah stakeholder yang menjadi Company Respond. Jika
kehilangan salah satu unsure stakeholder atau biasa disebut primary stakeholder. Hal tersebut dapat
menyebabkan perusahaan tidak dapat berpotensi secara penuh, dan mungkin dapat menimbulkan
kerugian pada perusahaan. Investor yang etis mengembangkan jarigan formal dan informal melalui
kegiatan perusahaan mereka, mereka juga memutuskan bagaimana untuk memilih wakil-wakil
mereka, serta bagaimana pendekatan ke direktur agar mereka memperhatikan dan tetap pada ruang
lingkup atas perlindungan terhadap lingkungan.
Beberapa hal yang mempengaruhi prilaku terhadap pengambilan keputusan individu salah satunya
adalah tindakan etis. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan etis
yaitu:
1. Gender Dalam proses pengambilan keputusan peranan gender mempengaruhi hasil keputusan
yang diambil. Secara etis, pembedaan terhadap gender dalam pengambilan keputusan tidak
dibenarkan.
2. Filosofi Pola fikir seseorang juga turut mempengaruhi hasil keputusan seseorang. Pertimbangan-
pertimbangan masa lalu dan pengkajian kembali masalah yang dihadapi yang bersumber dari hasil
pemikiran masa lalu harus diperhatikan.
3. Edukasi Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kualitas
pengambilan keputusan yang diambil oleh individu.
3. 4. Pengalaman Dalam menghadapi sebuah permasalahan, seseorang individu dituntut untuk
mencari sebuah solusi. Faktor pengalaman dapat menjadi sebuah kelebihan bagi individu tersebut.
Permasalahan yang pernah dihadapi di masa lalu bisa menjadi kunci tersendiri dalam mencari
sebuah solusi terhadap permasalahan yang dihadapi saat ini.
5. Umur Faktor usia memiliki keunggulan tersendiri dalam hal pengambilan keputusan, terkadang
perbedaan usia dapat menghasilkan perbedaan kebijakan.
6. Kode etik Didalam perusahaan, perlu diperhatikan aturan-aturan yang sudah berjalan. Hal ini
berguna agar keputusan yang dihasilkan tidak bertentangan dengan peraturan perusahaan.
7. Reward dan sanksi Perlu diperhatikan bahwa dalam setiap keputusan akan menghasilkan sebuah
output bagi permasalahan yang sedang terjadi. Apabila dalam sebuah keputusan menghasilkan
output yang baik, maka akan mendapatkan penghargaan tertentu begitu pula sebaliknya.
Pengambilan Keputusan Etis dibutuhkan Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis ===>
disebut Ethical Decisission Making===>EDM. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
(EDM)==>Brooks (2008):
1. Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan bersih atau biaya(=teori
utilitarianisme)
2. Hak dan kewajiban yang terkena dampak (teori Deontologi/teori hak dan kewajiban)
3. Kesetaraan yang dilibatkan (teori keadilan)
4. Motivasi atau kebijakan yang diharapkan (teori kebajikan)
Perbandingan Pertimbangan dalam Pembuatan Keputusan Etis (EDM) dan
Landasan Filosofis (teori Etika)
Pertimbangan EDM Pertimbangan Teori Filosofis
(1) Kekayaan atau kesejahteraan = konsekuensialisme, utilitarianisme,
teologi
(2) Menghormati hak para pemangku
kepentingan
= Deontologi (hak dan kewajiban)
(3) Kesetaraan diantara para pemangku
kepentingan
= Imperatif kategoris Kant, keadilan yang
tidak memihak
(4) harapan untuk sifat karakter, kebajikan = Kebajikan
Isu Tertentu Terkait dengan EDM
4. Perilaku yang berbeda dalam budaya yang
berbeda (suap)
= Relativisme, subjektivisme
Konflik Kepentingan, dan batas batas
untuk perilaku mementingkan diri
sendiri
= Deontologi, Subjektivisme, egoisme
Pertimbangan Utama (dari teori filosofis/teori etika)===> konsekuensi, deontologi dan keadilan
=========> ditelaah dengan memfokuskan pada dampak dari keputusan terhadap
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain===> pendekatannya dikenal sebagai
ANALISIS DAMPAK PEMANGKU KEPENTINGAN
Pertimbangan ke 4: Motivasi pembuat keputusan===>merupakan suatu pendekatan yang dikenal
dengan ETIKA KEBAJIKAN. Pertimbangan tersebut memberikan wawasan yang
kemungkinan akan membantu ketika mengkaji masalah-masalah tata kelola saat ini dan
masa depan sebagai bagian dari latihan manajemen risiko yang seharusnya.
“Agar dapat mempertahankan keputusan secara etis maka keempat pertimbangan tersebut harus
diperiksa secara menyeluruh serta nilai-nilai etika diterapkan dengan baik dalam keputusan.”
Daftar Pustaka
https://astadipangarso.staff.telkomuniversity.ac.id/wp-content/uploads/sites/59/2014/11/Etika-
Bisnis-9th-Week.pdf
https://www.slideshare.net/levana412y/etika-bisnis-28982556?from_action=save
https://slideplayer.info/slide/11121900/
5. Forum BE & GCG Minggu 12:
Jawablah Forum minggu ini dengan baik dan benar:
Bagaimanakah Implementasi Ethical Decision Making in Business
dan kendalanya pada Perusahaan saudara atau ada pada peruhsaan yang saudara amati atau
secara umum di Indonesia.
Selamat menjawab Forum minggu ini.
Contoh kasus iklan tidak etis
Berikut ini akan membahas tentang salah satu iklan yang dinilai tidak beretika. Dalam
pembahasan kali ini mengenai kasus iklan Traditional Chinese Medication (TCM), sebut saja
Klinik C. Pada iklan Klinik C ditampilkan pemberian diskon (30%) bagi pembelian obat serta
ditampilkan pula beberapa kesaksian konsumen mereka yang sangat tendensius melebih-lebihkan
kemampuan klinik tersebut serta bersifat sangat provokatif yang cenderung menjatuhkan
kredibilitas pengobatan konvensional.
Menurut Badan Pengawas Periklanan (BPP) P3I pada bulan November 2011, telah menilai
bahwa iklan tersebut berpotensi melanggar Etika Pariwara Indonesia, khususnya terkait
dengan: Bab III.A. No.2.10.3. (tentang Klinik, Poliklinik dan Rumah Sakit) yang berbunyi:
“Klinik, poliklinik, atau rumah sakit tidak boleh mengiklankan promosi penjualan dalam bentuk
apa pun” dan Bab III.A. No.1.17.2. (tentang Kesaksian Konsumen) yang berbunyi: “Kesaksian
konsumen harus merupakan kejadian yang benar-benar dialami, tanpa maksud untuk melebih-
lebihkannya”.
Untuk memastikan adanya pelanggaran tersebut, maka BPP P3I telah mengirimkan surat
kepada Persatuan Rumah-Sakit Indonesia (PERSI) dan mendapatkan jawaban bahwa PERSI
sependapat dengan BPP P3I sehingga pada bulan Maret 2012, BPP P3I telah mengirimkan surat
himbauan kepada KPI untuk menghentikan penayangan iklan tersebut.
Pada tanggal 9 dan 10 Agustus 2012, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga melayangkan
surat teguran kepada lima stasiun televisi, yaitu sebut saja “M” TV, “T” TV, “G” TV, “Ts” TV,
dan “O” TV. KPI menegur mereka lantaran menampilkan iklan pelayanan kesehatan alternatif
yang tidak etis, di antaranya iklan Klinik C. Menurut Komisioner KPI Nina Mutmainah Armando,
iklan tersebut tidak etis karena menampilkan promosi dan testimoni yang berisi jaminan
kesembuhan dari pasien.
Ketua Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI) Sujanto Mardjuki membenarkan bahwa iklan
layanan kesehatan yang menjamin kesembuhan tidak etis. Menurut pemimpin organisasi yang
menaungi berbagai insitusi pelayanan kesehatan tradisional ini, anggotanya tidak pernah
melakukan publikasi macam itu. "Anggota kami sudah taat pada peraturan menteri kesehatan,
seharusnnya klinik-klinik yang melanggar ketentuan itu tidak boleh dibiarkan," kata Martani, salah
satu anggota IKNI.
Daftar Pustaka:
http://husein12.blogspot.com/2014/01/etika-bisnis-contoh-contoh-kasus.html