SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
RESUME KULIAH XII
BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE
BUSINESS ETHICS AND GOOD GOVERNANCE
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Business Ethic and Good Governance”
Dosen Pengampu:
Prof Dr. H. Hapzi Ali, M.M., CMA.
Oleh:
Rame Priyanto
NIM 55117120122
Program Studi Magister manajemen
Universitas Mercubuana
2018
BUSINESS ETHICS AND GOOD GOVERNANCE
Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama seorang pimpinan atau manajer
di dalam organisasi. Keberhasilan pimpinan membuat dan menetapkan suatu
keputusan bergantung dengan data dan informasi yang diberikan padanya. Untuk
pembuatan suatu keputusan haruslah meliputi pengidentifikasian masalah, pencarian
alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut dan
pemilihaan alternatif keputusan yang terbaik. Seorang pimpinan atau manajer dalam
pembuatan keputusan perlu memahami dan menguasi teori dan praktek dan data-
data yang objektif sebagai landasan dalam membuat keputusan.
1. Hakikat Pengambilan Keputusan
Beberapa pendapat pakar dalam bidang Pengambilan keputusan Salusu (1996)
menyatakan pengambilan keputusan merupakan kegiatan sentral manajemen. Ini
merupakan inti kepemimpinan (Siagian, 1988). Menurut Moore pengambilan
keputusan sebagai suatu karateristik yang fundamental, atau sebagai jantung
kegiatan adimistrasi (robbin 1978).
Pengambilan keputusan merupakan kunci kepemimpinan (Gore, 1959). Higgins
(1979) menyatakan, bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling
penting dari semua kegiatan. Hoy dan Miskel (1978) mengatakan pengambilan
keputusan merupakam tanggung jawab utama dari semua administrator.
Kompleksitasnya pengambilan keputusan maka di perlukan semua disiplin ilmu dari
berbagai bidang karena itu seorang pimpinan atau manajer haruslah deanga teliti dan
cermat serta menganalisis apa dampak dari pengambuilan keputusan yang dibuat
agar di belakang hari tidak terjadi kerusakan-kerusakan yang berakibat merugikan
banyak pihak atau kemunduran suatu perusahaan.
2. Pentingnya Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu
organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak di tentukan oleh
pengambilan keputusan sekarang. Karena keputusan yang diambil oleh pimpinan
merupakan hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau
mereka yang bersangkutan dengan organisasi yang ia pimpin. Penting karena
menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil keputusan bisa
merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian uang.
Sesungguhnya pengambilan keputusan itu sangat penting juga merupakan suatu
kegiatan dalam manajemen yang paling kompleks dalam suatu organisasi. Bukan
hanya keputusan-keputusan mengenai kebjaksanaan pokok yang rumit, tetapi juga
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan program, penempatan,
dan penganggaran, merupakan titik-titik kritis terhadap mantapnya suatu
kebijaksanan (Gortner et al dalam Salusus. 200).
Pengambilan keputusan merupakan proses memilih suatu alternatif cara bertindak
dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi. Proses itu untuk menemukan dan
meyelesaikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa pengambilan
keputusan memerlukan satu seri tindakkan, membutuhkan beberapa langkah.Suatu
aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah
diselesaikan keputusan harus dibuat (Brinckloe, at al, dalam Salusu, 2001) dengan
kata lain keputusan mempercepat pergerakan dan perubahan (Hill et al., dalam
Salusu. 2001). Sehubungan dengan itu, pengambilan keputusan hendaknya dipahami
dalam dua pengertian yaitu:
1) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita dan aspirasi, dan
2) pencapaian tujuan melalui implementasinya (Inbar, dalam Salusu, 2001).
3. Proses Pengambilan Keputusan
Pucuk pimpinan (top manajer) perlu memahami dan memiliki keterampilan, dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan yang
memungkinkan asas kesatuan perintah diwujudkan. Di lingkungan suatu organisasi
pengambilan Keputusan dan atau kebijaksanaan yang ditetapkan pucuk pimpinan
atau pimpinan unit / satuan kerja bawahannya, harus dirasakan sebagai keputusan
bersama dan terarah pada kepentingan organisasi, bukan untuk kepentingan
kelompok atau pribadi tertentu saja. Model yang bermanfaat yang terkenal sebagai
kerangka dasar proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Herbert A.
Simon dalam Sutabari (2003) akan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan
proses pengambil keputusan.
a. Pengambilan Keputusan Etika Bisnis
Uraian pendahulan diatas telah menggambarkan pentingnya etika didalam bisnis
atau usaha dampak dari tidak memperhatikan etika didalam bisnis terjadinya
kerusakan yang berakibat terjadinya krisis moneter dan ekonomi dan yang lebih jauh
lagi krisis kepercayaan pada Dunia bisnis.
Untuk itu dalam penerapan etika di dunia bisnis yang sangat penting bagaimana
Dunia bisnis membuat suatu keputusan yang bertanggung jawab baik internal dan
eksternal. Hal ini dikarenakan tidak semua keputusan di pandang dari dimensi
ekonomi saja namun haruslah juga dipandang dari dimensi sosial budaya, osial politik
dan keamanan suatu Negara. Untuk itu suatu keputusan bisnis haruslah sangat
berkaitan erat dengan nilai-nilai atau norma yang patut dan dalam kehidupan suatu
kelompok masyarakat atau bangsa. Etika bisnis adalah; suatu tindakan yang
berakhlak dan berbudi dalam proses bisnis yang mengedepankan output usaha yang
layak untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan konsumen yang bermutu dan
bermanfaat.
Adapun tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan ialah sebagai berikut :
1) Menganalisis masalah: Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual dengan
hasil yang diharapkan, definisikan apa masalahnya.
2) Membuat asumsi : Secara struktural terletak di dalam / di luar tanggung jawab?
Secara personal bersedia menerima resiko / tidak? Tersedia sumber daya atau
tidak ? Masalahnya urgen / tidak?.
3) Membuat alternatif pemecahan masalah: Membuat beberapa alternatif
pemecahan masalah yang bersifat layak, efektif dan efisien.
4) Mengevaluasi alternatif: Mengumpulkan data untuk mengevaluasi setiap
alternatif, menolak / menerima alternatif dari sudut kelayakan, efektifitas dan
efisiensi setiap alternatif.
5) Memilih dan menerapkan alternatif: Pilih alternatif yang paling layak, efektif,
dan efisien. Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada di
luar kemampuan, lebih baik menerapkan alternatif yang kurang efektif daripada
tidak bertindak dan lebih baik menerapkan alternatif yang mahal daripada
murah tak bermutu.
6) Mengevaluasi hasil : Selesai, jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai.
b. Pendekatan-pendekatan etika bisnis dalam pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari
seorang si pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan
keputusan yang etis diantaranya adalah:
1) Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat
abad kesembilan belas, pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep
tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah
terbesar.
2) Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan
dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik
jangka panjang seorang indivudu.
3) Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-
hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
4) hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut
secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.
5) hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan
di luar pekerjaanya.
6) hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan
perintah yang melanggar moral dan norma agamanya.
7) hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika
atau legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.
8) hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan
berhak atas perlakuan yang adil.
9) hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan
ancaman terhadap kesehatan dan keamananya.
4. Pengambilan Keputusan Etis dalam Manajerial
Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak
sesuai dengan penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadanga konteks organisasi
mempersulit kita untuk bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat paling
baik sekalipun, atau mempersulit orang yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis.
Tanggung jawab atas keadaan yang dapat mendorong perilaku etis dan menekan
perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen bisnis dan tim eksekutif.
Dalam situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dan
pengambilan keputusan pribadi dan profesional (personal and prosfessionanl decision
making). Dalam konteks bisnis, para individu mengisi peran sebagai karyawan,
manajer, eksekutif senior, dan anggota dewan. Para manajer, eksekutif, dan anggota
dewan memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membentuk konteks organisasi
di mana semua karyawan mengmbil keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki
sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan pengaturan organisasi yang mendorong
perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis
diantaranya :
1) Tahap perkembangan moral
Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas
seseorang untuk menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi
perkembangan moral seorang berarti makin kurang ketergantungannya pada
pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin cenderung berperilaku etis.
2) Lingkungan Organisasi
Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai
pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan
mendukung perilaku etis dengan meberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak-
etis dengan memberikan hukuman/sangsi.
3) Tempat kedudukan kendali
Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada
umumnya individu individu yang memiliki moral kuat dan baik akan sangat jauh
lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak etis, namun
jika mereka dikendalai oleh suatu lingkungan organisasi sebagai tempat
kedudukannya yang sedikit banyak tidak menyukai pengambilan keputusan etis,
ada kemungkinan individu- individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun
dapat tercemari oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya
yang mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak-
etis.
6. Pengaruh Etika dalam Pengambilan Keputusan
Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu kriteria yang
pentingdalam pengambilan keputusan organisasional. Ada lima kriteria dalam
mengambil keputusan yang etis, yaitu:
1) Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar hasil
atau konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang
terbesar untuk jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi
pengambilan keputusan bisnis, seperti efisiensi, prokduktifitas dan laba yang
tinggi.
2) Universalisme (duty), menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung
pada niat (intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan
(contrast) dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant (categorical
imperative), paham ini mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang
seharusnya memilih suatu perbuatan. Kedua, orang - orang lain harus
diperlakukan sebagai akhir (tujuan), bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan.
3) Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu
untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasandan
keistimewaan mendasr seperti dikemukakan dalam dokumen - dokumen
(contoh Piagam Hak Asasi). Suatu tekanan pada hak dalam pengambilan
keputusan berarti menghormati dan melindungi hak dasar dari individu.
4) Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan
memperkuat aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada
pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan distributif, perilaku
didasarkan pada satu nilai: keadilan.
5) Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku
manusia didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest
and needs). Dengan demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral
yang berbeda dengan individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria
moral dari satu kultur ke kultur lainnya.
Pengambilan Keputusan Etis (Ethical Decision Making)
Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau aturan tingkah
laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu (Sukamto
dalam Suraida, 2005). Etika telah menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi yang
ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari hukum. Kasus
pelanggaran etika banyak dilakukan, diantaranya Enron, Worldcom dan perusahaan-
perusahaan besar di AS. Dalam kasus ini Worldcom terlibat rekayasa laporan
keuangan milyaran dollar AS. Dalam pembukuannya Worldcom mengumumkan laba
sebesar USD 3,8 milyar (Dedi dalam Januarti, 2009). Etika sangat diperlukan bagi
auditor baik internal maupun eksternal, dalam rangka pengambilan keputusan secara
etis. Selain itu, sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam
bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor.
Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan
kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengambilan Keputusan Etis
Dalam penugasannya, seringkali auditor khususnya internal auditor dihadapkan pada
situasi dilema etika. Prinsip etika khususnya bagi internal auditor sangat penting
karena dua alasan. Pertama, auditor internal sering dihadapkan dengan dilema etika
Mereka mungkin menghadapi situasi yang menuntut mereka untuk mengemukakan
kondisi aktual yang ada di lapangan, dan ini tidaklah mudah. Terutama ketika terdapat
tekanan oleh manajemen untuk mengikuti arus yang ada (Thompson dalam Conor,
2006). Kedua, dengan penekanan saat ini pada tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance), maka sangat diharapkan bahwa auditor internal dapat
memainkan peran kunci dalam memperkuat etika bisnis dan integritas perusahaan
(Brown et al . , 2003; Jennings , 2003; Moeller , 2004) . Sedangkan menurut penelitian
yang dilakukan oleh Hadiwijaya (2012), faktor yang dapat dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan etis internal auditor ketika menghadapi dilema etika adalah
faktor individual yaitu pengalaman, komitmen profesional serta orientasi etika auditor
dan faktor situasional yaitu nilai etika organisasi.
Pengalaman audit
Keahlian dan pengalaman merupakan suatu komponen penting bagi auditor dalam
melakukan prosedur audit karena keahlian seorang auditor juga cenderung
mempengaruhi tingkat skeptisisme profesional auditor. Pengalaman audit adalah
pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya
waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Libby and Frederick
(1990) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat
menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005), etika, kompetensi, pengalaman audit,
risiko audit dan skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap
ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun secara
simultan. Tirta (2004) dalam penelitiannya mengenai pengaruh pengalaman dan
pemahaman khusus terhadap kinerja auditor menemukan bahwa pemahaman khusus
yang diperoleh dari pengalaman audit akan mempengaruhi kinerja dalam penugasan
audit. Penugasan audit meliputi juga pengambilan keputusan audit.
Orientasi Etika
Orientasi Etika dioperasionalisasikan sebagai kemampuan individu untuk
mengevaluasi dan mempertimbangkan nilai etika dalam suatu kejadian. Orientasi
etika menunjukkan pandangan yang diadopsi oleh masing-masing individu ketika
menghadapi situasi masalah yang membutuhkan pemecahan dan penyelesaian etika
atau dilema etika (Hadiwijaya, 2012). Etika menggambarkan suatu kode perilaku yang
berkaitan dengan nilai tentang mana yang benar dan mana yang salah yang
berlakusecara obyektif dalam masyarakat. Dengan demikian, etika dapat diartikan
sebagai perilaku individu dalam berinteraksi denganlingkungannya. Secara lengkap
etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau
badan/lembaga/organisasisebagai suatu kelaziman yang dapat diterima umum dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Tinjauan Pengambilan Keputusan Etis bagi Auditor Pemerintah
Dilema etika yang di alami oleh para auditor dapat berlaku pada auditor pemerintah
atau negara. Auditor negara dalam tugasnya menjalankan pemeriksaan laporan
keuangan dalam lingkup organisasi pemerintah dituntut untuk bertindak profesional
dengan mentaati standar audit dan aturan perilaku audit yang telah ditetapkan. Ketika
organisasi pemerintah atau subyek audit menawarkan sebuah imbalan atau tekanan
kepada auditor pemerintah untuk menghasilkan laporan audit yang diinginkan oleh
organisasi pemerintah maka akan menjadi sebuah dilema etika. Dalam hal ini, auditor
dihadapkan kepada pilihan-pilihan keputusan yang terkait dengan hal-hal keputusan
etis dan tidak etis.
Ponemon (1992) menyatakan bahwa level pertimbangan etis yang tinggi akan lebih
meningkatkan sensitivitas seorang individu untuk lebih meningkatkan sensitivitas
seorang individu untuk lebih mengkritisi kejadian, masalah dan konflik. Auditor dengan
kapasitas pemikiran etis yang tinggi akan lebih baik dalam menghadapi konflik dan
dilema etika dan lebih independen dalam membuat keputusan yang terkait dengan
dilema etika Penelitian yang dilakukan oleh Gutomo (2003) menemukan bahwa
komitmen profesi memberikan kontribusi yang mendukung tingkat independensi
seorang auditor pemerintah. Demikian juga halnya dengan kesadaran etik, kontribusi
yang diberikan begitu dominan. Dengan kesadaran etik yang tinggi akan mendorong
seorang auditor pemerintah untuk bersikap lebih independen. Sikap independensi
mutlak diperlukan bagi auditor pemerintah karena sebagai salah satu pilar untuk
mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) auditor pemerintah seringkali
dihadapkan pada konflik. Konflik yang terjadi bisa timbul dari hubungan antar auditor,
yaitu ketua tim dengan anggotanya maupun atasannya (supervisor) atau antara
auditor dengan obyek audit (klien) itu sendiri. Sehingga sikap independensi
berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, serta kesadaran moral memainkan
peranan yang penting dalarn pengambilan keputusan akhir.
Auditor banyak menghadapi dilema etika dalam melaksanakan tugasnya. Auditor
secara sosial juga bertanggung jawab kepada masyarakat dan profesinya daripada
mengutamakan kepentingan dan pertimbangan pragmatis pribadi atau kepentingan
ekonomis semata. Situasi seperti hal tersebut di atas sangat sering dihadapi oleh
auditor. Auditor seringkali dihadapkan kepada situasi dilema etika dalam pengambilan
keputusannya (Tsui, 1996; Tsui dan Gul, 1996; Larkin, 2000; Dillard dan Yuthas,
2002). Penelitian yang dilakukan Hapsari pada auditor negara (2013) menemukan
bahwa orientasi etika yang dimiliki auditor negara berpengaruh terhadap keputusan
etis yang diambil oleh seorang auditor, Selain itu semakin tinggi orientasi etika yang
dimiliki oleh auditor negara berpengaruh langsung terhadap komitmen profesional.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi orientasi etika yang dimiliki oleh
seorang auditor negara akan berpengaruh terhadap sebuah keputusan etis yang
diambil oleh auditor negara serta orientasi etika juga memiliki pengaruh terhadap
proses pembentukan komitmen terhadap profesi auditor negara.
Komitmen pofesional yang dimiliki oleh auditor negara memiliki pengaruh langsung
atau signifikan terhadap keputusan etisnya. Komitmen profesional seorang auditor
negara dalam penelitian ini dapat dibangun oleh faktor pengalaman kerja dan orientasi
etika, dengan demikian keputusan etis yang dihasilkan oleh seorang auditor negara
secara tidak langsung dipengaruhi kedua faktor di atas. Penelitian tersebut dapat
membuktikan bahwa komitmen profesional mampu memidiasi pengalaman auditor
dan orientasi etika terhadap sebuah keputusan etis. Pengalaman kerja dan orientasi
etika adalah dua hal penting yang berhubungan dengan komitmen profesional dan
pengambilan keputusan etis. Dalam jangka panjang pengalaman kerja yang lama dan
orientasi etika yang tinggi bisa memperbaiki komitmen profesional dengan baik
sehingga bisa meningkatkan pengambilan keputusan etis. Tanggung jawab auditor
dalam bidang Corporate Governance adalah untuk memastikan bahwa perusahaan
telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan
usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif terhadap
benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh pegawai, dimana ruang
lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah (Utama, 2004) :
1. Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap
undangundang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan penyelidikan
terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan;
2. Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta
yang menyangkut masalah Corporate Governance dalam hal mana perusahaan
menjadi salah satu pihak yang terkait di dalamnya;
3. Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan
kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan, dan kecurangan;
4. Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan Corporate
Governance dan temuan-temuan penting lainnya. Dalam organisasi
pemerintahan, untuk mendukung pelaksanaan good corporate governance,
auditor pemerintah juga diharuskan untuk memberikan pendapat atau keputusan
etis atas temuan auditnya. Selain itu, pembuatan laporan audit yang berkualitas
juga sangat diperlukan agar masing-masing pihak dapat memahami masukan
yang diberikan oleh para auditor.
Pustaka Utama:
Fernando, A. C. (2012). Business Ethics and Corporate Governance, Second Edition.
India. Pearson
LoRusso, James Dennis. (2017). Spirituality, Corporate Culture, and American
Business: The Neoliberal Ethic and the Spirit of Global Capital (Critiquin Religion:
Discourse, Culture, Power), London. Bloomsbury.
Hapzi Ali, 2018. Modul BE & GG, Universitas Mercu Buana.

More Related Content

What's hot

12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...
12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...
12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...ApriliaSafitri2
 
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...dyahruthw
 
Perilaku Organisasi Sebagai Disiplin Ilmu
Perilaku Organisasi Sebagai Disiplin IlmuPerilaku Organisasi Sebagai Disiplin Ilmu
Perilaku Organisasi Sebagai Disiplin Ilmucakchairul
 
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...rianafitri1
 
Bang pim pertemuan 10 2016 2017
Bang pim pertemuan 10  2016 2017Bang pim pertemuan 10  2016 2017
Bang pim pertemuan 10 2016 2017Mohamad Noor
 
Mengelola perubahan dan pengembangan organisasi
Mengelola perubahan dan pengembangan organisasiMengelola perubahan dan pengembangan organisasi
Mengelola perubahan dan pengembangan organisasiKimamura Wijaya
 
Bang pim pertemuan 11 2016 2017
Bang pim pertemuan 11  2016 2017Bang pim pertemuan 11  2016 2017
Bang pim pertemuan 11 2016 2017Mohamad Noor
 
perilaku organisasi sebagai disiplin ilmu -revised-090401225519-phpapp01
perilaku organisasi sebagai disiplin ilmu -revised-090401225519-phpapp01perilaku organisasi sebagai disiplin ilmu -revised-090401225519-phpapp01
perilaku organisasi sebagai disiplin ilmu -revised-090401225519-phpapp01Fokgusta
 
Perubahan dan pengembangan organisasi
Perubahan dan pengembangan organisasiPerubahan dan pengembangan organisasi
Perubahan dan pengembangan organisasiHarry Oktavianus
 
EKMA 4116 - Modul 10 Pemahaman Dasar Etika Manajemen
EKMA 4116 - Modul 10 Pemahaman Dasar Etika ManajemenEKMA 4116 - Modul 10 Pemahaman Dasar Etika Manajemen
EKMA 4116 - Modul 10 Pemahaman Dasar Etika ManajemenAncilla Kustedjo
 
Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengar...
Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengar...Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengar...
Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengar...celinatavi
 
Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2
Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2
Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2Ridho D'vhavoline
 
Konflik Organisasi dan Politik (Kuliah 6 OMPI)
Konflik Organisasi dan Politik (Kuliah 6 OMPI)Konflik Organisasi dan Politik (Kuliah 6 OMPI)
Konflik Organisasi dan Politik (Kuliah 6 OMPI)Wisnu Dewobroto
 
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahanTeori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahanDayana Florencia
 
Pengurusan perubahan
Pengurusan perubahanPengurusan perubahan
Pengurusan perubahanMan Tok
 
Perkembangan Dan Perubahan Organisasi
Perkembangan Dan Perubahan OrganisasiPerkembangan Dan Perubahan Organisasi
Perkembangan Dan Perubahan OrganisasiAkadusyifa .
 

What's hot (20)

12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...
12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...
12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...
 
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
 
Perilaku Organisasi Sebagai Disiplin Ilmu
Perilaku Organisasi Sebagai Disiplin IlmuPerilaku Organisasi Sebagai Disiplin Ilmu
Perilaku Organisasi Sebagai Disiplin Ilmu
 
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...
 
Bang pim pertemuan 10 2016 2017
Bang pim pertemuan 10  2016 2017Bang pim pertemuan 10  2016 2017
Bang pim pertemuan 10 2016 2017
 
Mengelola perubahan dan pengembangan organisasi
Mengelola perubahan dan pengembangan organisasiMengelola perubahan dan pengembangan organisasi
Mengelola perubahan dan pengembangan organisasi
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Bang pim pertemuan 11 2016 2017
Bang pim pertemuan 11  2016 2017Bang pim pertemuan 11  2016 2017
Bang pim pertemuan 11 2016 2017
 
perilaku organisasi sebagai disiplin ilmu -revised-090401225519-phpapp01
perilaku organisasi sebagai disiplin ilmu -revised-090401225519-phpapp01perilaku organisasi sebagai disiplin ilmu -revised-090401225519-phpapp01
perilaku organisasi sebagai disiplin ilmu -revised-090401225519-phpapp01
 
Perubahan dan pengembangan organisasi
Perubahan dan pengembangan organisasiPerubahan dan pengembangan organisasi
Perubahan dan pengembangan organisasi
 
Pengamatan lingkungan
Pengamatan lingkunganPengamatan lingkungan
Pengamatan lingkungan
 
EKMA 4116 - Modul 10 Pemahaman Dasar Etika Manajemen
EKMA 4116 - Modul 10 Pemahaman Dasar Etika ManajemenEKMA 4116 - Modul 10 Pemahaman Dasar Etika Manajemen
EKMA 4116 - Modul 10 Pemahaman Dasar Etika Manajemen
 
Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengar...
Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengar...Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengar...
Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengar...
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2
 
Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2
Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2
Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2
 
Konflik Organisasi dan Politik (Kuliah 6 OMPI)
Konflik Organisasi dan Politik (Kuliah 6 OMPI)Konflik Organisasi dan Politik (Kuliah 6 OMPI)
Konflik Organisasi dan Politik (Kuliah 6 OMPI)
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
 
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahanTeori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
 
Pengurusan perubahan
Pengurusan perubahanPengurusan perubahan
Pengurusan perubahan
 
Perkembangan Dan Perubahan Organisasi
Perkembangan Dan Perubahan OrganisasiPerkembangan Dan Perubahan Organisasi
Perkembangan Dan Perubahan Organisasi
 

Similar to 12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in business, universitas mercu buana, 2018

2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...yudiansyah sukmana
 
12 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical decision making in business ...
12 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical decision making in business ...12 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical decision making in business ...
12 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical decision making in business ...FatinahGhiyats1
 
Quiz dan forum be minggu ke 12
Quiz dan forum be minggu ke 12Quiz dan forum be minggu ke 12
Quiz dan forum be minggu ke 12Charviano Hardika
 
12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...
12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...
12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...Charviano Hardika
 
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...beny adhi
 
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digitalPertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digitalRidhaNurulHayatiSEMM
 
12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...
12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...
12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...Devin Winata
 
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptxPPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptxSeptia43
 
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptxPPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptxAloysiusBryanGalih
 
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptxPertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptxNilaNovianti2
 
2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...
2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...
2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...salomoroyfreddy
 
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...wandasoraya
 
10, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: Business Ethics, CSR,...
10, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali,  Strategic Management: Business Ethics, CSR,...10, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali,  Strategic Management: Business Ethics, CSR,...
10, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: Business Ethics, CSR,...aryarhms
 
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...YolandaSibuea
 
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...YolandaSibuea
 
12, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...
12, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...12, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...
12, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...Adi Novian Prihantoro
 
Etika etika keusahawanan
Etika etika keusahawananEtika etika keusahawanan
Etika etika keusahawananSyahremie Teja
 

Similar to 12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in business, universitas mercu buana, 2018 (20)

2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
 
12 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical decision making in business ...
12 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical decision making in business ...12 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical decision making in business ...
12 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical decision making in business ...
 
Quiz dan forum be minggu ke 12
Quiz dan forum be minggu ke 12Quiz dan forum be minggu ke 12
Quiz dan forum be minggu ke 12
 
12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...
12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...
12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...
 
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
 
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digitalPertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
 
12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...
12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...
12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...
 
Keputusan 1
Keputusan 1Keputusan 1
Keputusan 1
 
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptxPPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
 
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptxPPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
 
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptxPertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
 
Etika bisnis haryo
Etika bisnis haryoEtika bisnis haryo
Etika bisnis haryo
 
2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...
2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...
2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...
 
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
 
10, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: Business Ethics, CSR,...
10, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali,  Strategic Management: Business Ethics, CSR,...10, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali,  Strategic Management: Business Ethics, CSR,...
10, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: Business Ethics, CSR,...
 
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...
 
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...
Tugas sim, yolanda sibuea (43218110037), yananto mihadi putra,tindakan altern...
 
12, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...
12, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...12, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...
12, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...
 
Etika etika keusahawanan
Etika etika keusahawananEtika etika keusahawanan
Etika etika keusahawanan
 
To+pancen+oye
To+pancen+oyeTo+pancen+oye
To+pancen+oye
 

More from Rame Priyanto

Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122
Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122
Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122Rame Priyanto
 
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122Rame Priyanto
 
Tugas strategic management analisis swot_rame priyanto_55117120122
Tugas strategic management analisis swot_rame priyanto_55117120122Tugas strategic management analisis swot_rame priyanto_55117120122
Tugas strategic management analisis swot_rame priyanto_55117120122Rame Priyanto
 
13, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, globalisasi dan etika bisnis, univ...
13, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, globalisasi dan etika bisnis, univ...13, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, globalisasi dan etika bisnis, univ...
13, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, globalisasi dan etika bisnis, univ...Rame Priyanto
 
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...Rame Priyanto
 
11, sm, rame priyanto, hapzi ali, global economy and blue ocean strategy, unv...
11, sm, rame priyanto, hapzi ali, global economy and blue ocean strategy, unv...11, sm, rame priyanto, hapzi ali, global economy and blue ocean strategy, unv...
11, sm, rame priyanto, hapzi ali, global economy and blue ocean strategy, unv...Rame Priyanto
 
10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...
10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...
10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...Rame Priyanto
 
9, sm, rame priyanto, hapzi ali, business canvas model, diversification, and ...
9, sm, rame priyanto, hapzi ali, business canvas model, diversification, and ...9, sm, rame priyanto, hapzi ali, business canvas model, diversification, and ...
9, sm, rame priyanto, hapzi ali, business canvas model, diversification, and ...Rame Priyanto
 
10, be & gg, rame priyanto, h apzi ali, corporate social responbility, un...
10, be & gg, rame priyanto, h apzi ali, corporate social responbility, un...10, be & gg, rame priyanto, h apzi ali, corporate social responbility, un...
10, be & gg, rame priyanto, h apzi ali, corporate social responbility, un...Rame Priyanto
 
9, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, corporate right, previliges, proble...
9, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, corporate right, previliges, proble...9, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, corporate right, previliges, proble...
9, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, corporate right, previliges, proble...Rame Priyanto
 
7, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in financial managem...
7, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in financial managem...7, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in financial managem...
7, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in financial managem...Rame Priyanto
 
6, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in humas resources m...
6, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in humas resources m...6, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in humas resources m...
6, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in humas resources m...Rame Priyanto
 
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...Rame Priyanto
 
4, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, environmental ethics, universitas m...
4, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, environmental ethics, universitas m...4, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, environmental ethics, universitas m...
4, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, environmental ethics, universitas m...Rame Priyanto
 
3, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, unvi...
3, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, unvi...3, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, unvi...
3, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, unvi...Rame Priyanto
 
7, sm, rame priyanto, hapzi ali, strategi level bisnis dan evaluasinya, unive...
7, sm, rame priyanto, hapzi ali, strategi level bisnis dan evaluasinya, unive...7, sm, rame priyanto, hapzi ali, strategi level bisnis dan evaluasinya, unive...
7, sm, rame priyanto, hapzi ali, strategi level bisnis dan evaluasinya, unive...Rame Priyanto
 
6, sm, rame priyanto, hapzi ali, porter's generic strategy, universitas mercu...
6, sm, rame priyanto, hapzi ali, porter's generic strategy, universitas mercu...6, sm, rame priyanto, hapzi ali, porter's generic strategy, universitas mercu...
6, sm, rame priyanto, hapzi ali, porter's generic strategy, universitas mercu...Rame Priyanto
 
5, sm, rame priyanto, hapzi ali, type, form, and implementation od strategy, ...
5, sm, rame priyanto, hapzi ali, type, form, and implementation od strategy, ...5, sm, rame priyanto, hapzi ali, type, form, and implementation od strategy, ...
5, sm, rame priyanto, hapzi ali, type, form, and implementation od strategy, ...Rame Priyanto
 
4, sm, rame priyanto, hapzi ali, external environmental analysis, universitas...
4, sm, rame priyanto, hapzi ali, external environmental analysis, universitas...4, sm, rame priyanto, hapzi ali, external environmental analysis, universitas...
4, sm, rame priyanto, hapzi ali, external environmental analysis, universitas...Rame Priyanto
 
Be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, univers...
Be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, univers...Be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, univers...
Be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, univers...Rame Priyanto
 

More from Rame Priyanto (20)

Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122
Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122
Be dan gg tugas uas gcg_rame priyanto_55117120122
 
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
 
Tugas strategic management analisis swot_rame priyanto_55117120122
Tugas strategic management analisis swot_rame priyanto_55117120122Tugas strategic management analisis swot_rame priyanto_55117120122
Tugas strategic management analisis swot_rame priyanto_55117120122
 
13, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, globalisasi dan etika bisnis, univ...
13, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, globalisasi dan etika bisnis, univ...13, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, globalisasi dan etika bisnis, univ...
13, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, globalisasi dan etika bisnis, univ...
 
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
12, sm, rame priyanto, hapzi ali, porters five competitiveness and bcg, unive...
 
11, sm, rame priyanto, hapzi ali, global economy and blue ocean strategy, unv...
11, sm, rame priyanto, hapzi ali, global economy and blue ocean strategy, unv...11, sm, rame priyanto, hapzi ali, global economy and blue ocean strategy, unv...
11, sm, rame priyanto, hapzi ali, global economy and blue ocean strategy, unv...
 
10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...
10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...
10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...
 
9, sm, rame priyanto, hapzi ali, business canvas model, diversification, and ...
9, sm, rame priyanto, hapzi ali, business canvas model, diversification, and ...9, sm, rame priyanto, hapzi ali, business canvas model, diversification, and ...
9, sm, rame priyanto, hapzi ali, business canvas model, diversification, and ...
 
10, be & gg, rame priyanto, h apzi ali, corporate social responbility, un...
10, be & gg, rame priyanto, h apzi ali, corporate social responbility, un...10, be & gg, rame priyanto, h apzi ali, corporate social responbility, un...
10, be & gg, rame priyanto, h apzi ali, corporate social responbility, un...
 
9, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, corporate right, previliges, proble...
9, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, corporate right, previliges, proble...9, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, corporate right, previliges, proble...
9, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, corporate right, previliges, proble...
 
7, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in financial managem...
7, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in financial managem...7, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in financial managem...
7, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in financial managem...
 
6, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in humas resources m...
6, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in humas resources m...6, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in humas resources m...
6, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical issues in humas resources m...
 
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
 
4, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, environmental ethics, universitas m...
4, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, environmental ethics, universitas m...4, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, environmental ethics, universitas m...
4, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, environmental ethics, universitas m...
 
3, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, unvi...
3, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, unvi...3, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, unvi...
3, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, unvi...
 
7, sm, rame priyanto, hapzi ali, strategi level bisnis dan evaluasinya, unive...
7, sm, rame priyanto, hapzi ali, strategi level bisnis dan evaluasinya, unive...7, sm, rame priyanto, hapzi ali, strategi level bisnis dan evaluasinya, unive...
7, sm, rame priyanto, hapzi ali, strategi level bisnis dan evaluasinya, unive...
 
6, sm, rame priyanto, hapzi ali, porter's generic strategy, universitas mercu...
6, sm, rame priyanto, hapzi ali, porter's generic strategy, universitas mercu...6, sm, rame priyanto, hapzi ali, porter's generic strategy, universitas mercu...
6, sm, rame priyanto, hapzi ali, porter's generic strategy, universitas mercu...
 
5, sm, rame priyanto, hapzi ali, type, form, and implementation od strategy, ...
5, sm, rame priyanto, hapzi ali, type, form, and implementation od strategy, ...5, sm, rame priyanto, hapzi ali, type, form, and implementation od strategy, ...
5, sm, rame priyanto, hapzi ali, type, form, and implementation od strategy, ...
 
4, sm, rame priyanto, hapzi ali, external environmental analysis, universitas...
4, sm, rame priyanto, hapzi ali, external environmental analysis, universitas...4, sm, rame priyanto, hapzi ali, external environmental analysis, universitas...
4, sm, rame priyanto, hapzi ali, external environmental analysis, universitas...
 
Be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, univers...
Be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, univers...Be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, univers...
Be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethics of consumer protection, univers...
 

12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in business, universitas mercu buana, 2018

  • 1. RESUME KULIAH XII BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE BUSINESS ETHICS AND GOOD GOVERNANCE Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Business Ethic and Good Governance” Dosen Pengampu: Prof Dr. H. Hapzi Ali, M.M., CMA. Oleh: Rame Priyanto NIM 55117120122 Program Studi Magister manajemen Universitas Mercubuana 2018
  • 2. BUSINESS ETHICS AND GOOD GOVERNANCE Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama seorang pimpinan atau manajer di dalam organisasi. Keberhasilan pimpinan membuat dan menetapkan suatu keputusan bergantung dengan data dan informasi yang diberikan padanya. Untuk pembuatan suatu keputusan haruslah meliputi pengidentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut dan pemilihaan alternatif keputusan yang terbaik. Seorang pimpinan atau manajer dalam pembuatan keputusan perlu memahami dan menguasi teori dan praktek dan data- data yang objektif sebagai landasan dalam membuat keputusan. 1. Hakikat Pengambilan Keputusan Beberapa pendapat pakar dalam bidang Pengambilan keputusan Salusu (1996) menyatakan pengambilan keputusan merupakan kegiatan sentral manajemen. Ini merupakan inti kepemimpinan (Siagian, 1988). Menurut Moore pengambilan keputusan sebagai suatu karateristik yang fundamental, atau sebagai jantung kegiatan adimistrasi (robbin 1978). Pengambilan keputusan merupakan kunci kepemimpinan (Gore, 1959). Higgins (1979) menyatakan, bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan. Hoy dan Miskel (1978) mengatakan pengambilan keputusan merupakam tanggung jawab utama dari semua administrator. Kompleksitasnya pengambilan keputusan maka di perlukan semua disiplin ilmu dari berbagai bidang karena itu seorang pimpinan atau manajer haruslah deanga teliti dan cermat serta menganalisis apa dampak dari pengambuilan keputusan yang dibuat agar di belakang hari tidak terjadi kerusakan-kerusakan yang berakibat merugikan banyak pihak atau kemunduran suatu perusahaan. 2. Pentingnya Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak di tentukan oleh pengambilan keputusan sekarang. Karena keputusan yang diambil oleh pimpinan merupakan hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau
  • 3. mereka yang bersangkutan dengan organisasi yang ia pimpin. Penting karena menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian uang. Sesungguhnya pengambilan keputusan itu sangat penting juga merupakan suatu kegiatan dalam manajemen yang paling kompleks dalam suatu organisasi. Bukan hanya keputusan-keputusan mengenai kebjaksanaan pokok yang rumit, tetapi juga pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan program, penempatan, dan penganggaran, merupakan titik-titik kritis terhadap mantapnya suatu kebijaksanan (Gortner et al dalam Salusus. 200). Pengambilan keputusan merupakan proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi. Proses itu untuk menemukan dan meyelesaikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan memerlukan satu seri tindakkan, membutuhkan beberapa langkah.Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan keputusan harus dibuat (Brinckloe, at al, dalam Salusu, 2001) dengan kata lain keputusan mempercepat pergerakan dan perubahan (Hill et al., dalam Salusu. 2001). Sehubungan dengan itu, pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu: 1) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita dan aspirasi, dan 2) pencapaian tujuan melalui implementasinya (Inbar, dalam Salusu, 2001). 3. Proses Pengambilan Keputusan Pucuk pimpinan (top manajer) perlu memahami dan memiliki keterampilan, dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan yang memungkinkan asas kesatuan perintah diwujudkan. Di lingkungan suatu organisasi pengambilan Keputusan dan atau kebijaksanaan yang ditetapkan pucuk pimpinan atau pimpinan unit / satuan kerja bawahannya, harus dirasakan sebagai keputusan bersama dan terarah pada kepentingan organisasi, bukan untuk kepentingan kelompok atau pribadi tertentu saja. Model yang bermanfaat yang terkenal sebagai kerangka dasar proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Herbert A.
  • 4. Simon dalam Sutabari (2003) akan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses pengambil keputusan. a. Pengambilan Keputusan Etika Bisnis Uraian pendahulan diatas telah menggambarkan pentingnya etika didalam bisnis atau usaha dampak dari tidak memperhatikan etika didalam bisnis terjadinya kerusakan yang berakibat terjadinya krisis moneter dan ekonomi dan yang lebih jauh lagi krisis kepercayaan pada Dunia bisnis. Untuk itu dalam penerapan etika di dunia bisnis yang sangat penting bagaimana Dunia bisnis membuat suatu keputusan yang bertanggung jawab baik internal dan eksternal. Hal ini dikarenakan tidak semua keputusan di pandang dari dimensi ekonomi saja namun haruslah juga dipandang dari dimensi sosial budaya, osial politik dan keamanan suatu Negara. Untuk itu suatu keputusan bisnis haruslah sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai atau norma yang patut dan dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau bangsa. Etika bisnis adalah; suatu tindakan yang berakhlak dan berbudi dalam proses bisnis yang mengedepankan output usaha yang layak untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan konsumen yang bermutu dan bermanfaat. Adapun tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan ialah sebagai berikut : 1) Menganalisis masalah: Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual dengan hasil yang diharapkan, definisikan apa masalahnya. 2) Membuat asumsi : Secara struktural terletak di dalam / di luar tanggung jawab? Secara personal bersedia menerima resiko / tidak? Tersedia sumber daya atau tidak ? Masalahnya urgen / tidak?. 3) Membuat alternatif pemecahan masalah: Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah yang bersifat layak, efektif dan efisien. 4) Mengevaluasi alternatif: Mengumpulkan data untuk mengevaluasi setiap alternatif, menolak / menerima alternatif dari sudut kelayakan, efektifitas dan efisiensi setiap alternatif.
  • 5. 5) Memilih dan menerapkan alternatif: Pilih alternatif yang paling layak, efektif, dan efisien. Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada di luar kemampuan, lebih baik menerapkan alternatif yang kurang efektif daripada tidak bertindak dan lebih baik menerapkan alternatif yang mahal daripada murah tak bermutu. 6) Mengevaluasi hasil : Selesai, jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai. b. Pendekatan-pendekatan etika bisnis dalam pengambilan keputusan Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah: 1) Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat abad kesembilan belas, pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar. 2) Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang indivudu. 3) Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak- hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. 4) hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan. 5) hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar pekerjaanya. 6) hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang melanggar moral dan norma agamanya. 7) hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.
  • 6. 8) hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil. 9) hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan keamananya. 4. Pengambilan Keputusan Etis dalam Manajerial Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak sesuai dengan penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadanga konteks organisasi mempersulit kita untuk bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat paling baik sekalipun, atau mempersulit orang yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis. Tanggung jawab atas keadaan yang dapat mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen bisnis dan tim eksekutif. Dalam situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dan pengambilan keputusan pribadi dan profesional (personal and prosfessionanl decision making). Dalam konteks bisnis, para individu mengisi peran sebagai karyawan, manajer, eksekutif senior, dan anggota dewan. Para manajer, eksekutif, dan anggota dewan memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membentuk konteks organisasi di mana semua karyawan mengmbil keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan pengaturan organisasi yang mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis diantaranya : 1) Tahap perkembangan moral Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin cenderung berperilaku etis.
  • 7. 2) Lingkungan Organisasi Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung perilaku etis dengan meberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak- etis dengan memberikan hukuman/sangsi. 3) Tempat kedudukan kendali Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya individu individu yang memiliki moral kuat dan baik akan sangat jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak etis, namun jika mereka dikendalai oleh suatu lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak menyukai pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan individu- individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak- etis. 6. Pengaruh Etika dalam Pengambilan Keputusan Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu kriteria yang pentingdalam pengambilan keputusan organisasional. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu: 1) Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar hasil atau konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan bisnis, seperti efisiensi, prokduktifitas dan laba yang tinggi. 2) Universalisme (duty), menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung pada niat (intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan (contrast) dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant (categorical imperative), paham ini mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang
  • 8. seharusnya memilih suatu perbuatan. Kedua, orang - orang lain harus diperlakukan sebagai akhir (tujuan), bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan. 3) Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasandan keistimewaan mendasr seperti dikemukakan dalam dokumen - dokumen (contoh Piagam Hak Asasi). Suatu tekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak dasar dari individu. 4) Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan memperkuat aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan distributif, perilaku didasarkan pada satu nilai: keadilan. 5) Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku manusia didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest and needs). Dengan demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral yang berbeda dengan individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria moral dari satu kultur ke kultur lainnya. Pengambilan Keputusan Etis (Ethical Decision Making) Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu (Sukamto dalam Suraida, 2005). Etika telah menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari hukum. Kasus pelanggaran etika banyak dilakukan, diantaranya Enron, Worldcom dan perusahaan- perusahaan besar di AS. Dalam kasus ini Worldcom terlibat rekayasa laporan keuangan milyaran dollar AS. Dalam pembukuannya Worldcom mengumumkan laba sebesar USD 3,8 milyar (Dedi dalam Januarti, 2009). Etika sangat diperlukan bagi auditor baik internal maupun eksternal, dalam rangka pengambilan keputusan secara etis. Selain itu, sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya.
  • 9. Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengambilan Keputusan Etis Dalam penugasannya, seringkali auditor khususnya internal auditor dihadapkan pada situasi dilema etika. Prinsip etika khususnya bagi internal auditor sangat penting karena dua alasan. Pertama, auditor internal sering dihadapkan dengan dilema etika Mereka mungkin menghadapi situasi yang menuntut mereka untuk mengemukakan kondisi aktual yang ada di lapangan, dan ini tidaklah mudah. Terutama ketika terdapat tekanan oleh manajemen untuk mengikuti arus yang ada (Thompson dalam Conor, 2006). Kedua, dengan penekanan saat ini pada tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), maka sangat diharapkan bahwa auditor internal dapat memainkan peran kunci dalam memperkuat etika bisnis dan integritas perusahaan (Brown et al . , 2003; Jennings , 2003; Moeller , 2004) . Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Hadiwijaya (2012), faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan etis internal auditor ketika menghadapi dilema etika adalah faktor individual yaitu pengalaman, komitmen profesional serta orientasi etika auditor dan faktor situasional yaitu nilai etika organisasi. Pengalaman audit Keahlian dan pengalaman merupakan suatu komponen penting bagi auditor dalam melakukan prosedur audit karena keahlian seorang auditor juga cenderung mempengaruhi tingkat skeptisisme profesional auditor. Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Libby and Frederick (1990) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005), etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun secara simultan. Tirta (2004) dalam penelitiannya mengenai pengaruh pengalaman dan pemahaman khusus terhadap kinerja auditor menemukan bahwa pemahaman khusus yang diperoleh dari pengalaman audit akan mempengaruhi kinerja dalam penugasan audit. Penugasan audit meliputi juga pengambilan keputusan audit.
  • 10. Orientasi Etika Orientasi Etika dioperasionalisasikan sebagai kemampuan individu untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan nilai etika dalam suatu kejadian. Orientasi etika menunjukkan pandangan yang diadopsi oleh masing-masing individu ketika menghadapi situasi masalah yang membutuhkan pemecahan dan penyelesaian etika atau dilema etika (Hadiwijaya, 2012). Etika menggambarkan suatu kode perilaku yang berkaitan dengan nilai tentang mana yang benar dan mana yang salah yang berlakusecara obyektif dalam masyarakat. Dengan demikian, etika dapat diartikan sebagai perilaku individu dalam berinteraksi denganlingkungannya. Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasisebagai suatu kelaziman yang dapat diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya. Tinjauan Pengambilan Keputusan Etis bagi Auditor Pemerintah Dilema etika yang di alami oleh para auditor dapat berlaku pada auditor pemerintah atau negara. Auditor negara dalam tugasnya menjalankan pemeriksaan laporan keuangan dalam lingkup organisasi pemerintah dituntut untuk bertindak profesional dengan mentaati standar audit dan aturan perilaku audit yang telah ditetapkan. Ketika organisasi pemerintah atau subyek audit menawarkan sebuah imbalan atau tekanan kepada auditor pemerintah untuk menghasilkan laporan audit yang diinginkan oleh organisasi pemerintah maka akan menjadi sebuah dilema etika. Dalam hal ini, auditor dihadapkan kepada pilihan-pilihan keputusan yang terkait dengan hal-hal keputusan etis dan tidak etis. Ponemon (1992) menyatakan bahwa level pertimbangan etis yang tinggi akan lebih meningkatkan sensitivitas seorang individu untuk lebih meningkatkan sensitivitas seorang individu untuk lebih mengkritisi kejadian, masalah dan konflik. Auditor dengan kapasitas pemikiran etis yang tinggi akan lebih baik dalam menghadapi konflik dan dilema etika dan lebih independen dalam membuat keputusan yang terkait dengan dilema etika Penelitian yang dilakukan oleh Gutomo (2003) menemukan bahwa komitmen profesi memberikan kontribusi yang mendukung tingkat independensi seorang auditor pemerintah. Demikian juga halnya dengan kesadaran etik, kontribusi yang diberikan begitu dominan. Dengan kesadaran etik yang tinggi akan mendorong seorang auditor pemerintah untuk bersikap lebih independen. Sikap independensi
  • 11. mutlak diperlukan bagi auditor pemerintah karena sebagai salah satu pilar untuk mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) auditor pemerintah seringkali dihadapkan pada konflik. Konflik yang terjadi bisa timbul dari hubungan antar auditor, yaitu ketua tim dengan anggotanya maupun atasannya (supervisor) atau antara auditor dengan obyek audit (klien) itu sendiri. Sehingga sikap independensi berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, serta kesadaran moral memainkan peranan yang penting dalarn pengambilan keputusan akhir. Auditor banyak menghadapi dilema etika dalam melaksanakan tugasnya. Auditor secara sosial juga bertanggung jawab kepada masyarakat dan profesinya daripada mengutamakan kepentingan dan pertimbangan pragmatis pribadi atau kepentingan ekonomis semata. Situasi seperti hal tersebut di atas sangat sering dihadapi oleh auditor. Auditor seringkali dihadapkan kepada situasi dilema etika dalam pengambilan keputusannya (Tsui, 1996; Tsui dan Gul, 1996; Larkin, 2000; Dillard dan Yuthas, 2002). Penelitian yang dilakukan Hapsari pada auditor negara (2013) menemukan bahwa orientasi etika yang dimiliki auditor negara berpengaruh terhadap keputusan etis yang diambil oleh seorang auditor, Selain itu semakin tinggi orientasi etika yang dimiliki oleh auditor negara berpengaruh langsung terhadap komitmen profesional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi orientasi etika yang dimiliki oleh seorang auditor negara akan berpengaruh terhadap sebuah keputusan etis yang diambil oleh auditor negara serta orientasi etika juga memiliki pengaruh terhadap proses pembentukan komitmen terhadap profesi auditor negara. Komitmen pofesional yang dimiliki oleh auditor negara memiliki pengaruh langsung atau signifikan terhadap keputusan etisnya. Komitmen profesional seorang auditor negara dalam penelitian ini dapat dibangun oleh faktor pengalaman kerja dan orientasi etika, dengan demikian keputusan etis yang dihasilkan oleh seorang auditor negara secara tidak langsung dipengaruhi kedua faktor di atas. Penelitian tersebut dapat membuktikan bahwa komitmen profesional mampu memidiasi pengalaman auditor dan orientasi etika terhadap sebuah keputusan etis. Pengalaman kerja dan orientasi etika adalah dua hal penting yang berhubungan dengan komitmen profesional dan pengambilan keputusan etis. Dalam jangka panjang pengalaman kerja yang lama dan orientasi etika yang tinggi bisa memperbaiki komitmen profesional dengan baik sehingga bisa meningkatkan pengambilan keputusan etis. Tanggung jawab auditor dalam bidang Corporate Governance adalah untuk memastikan bahwa perusahaan
  • 12. telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh pegawai, dimana ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah (Utama, 2004) : 1. Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap undangundang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan; 2. Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta yang menyangkut masalah Corporate Governance dalam hal mana perusahaan menjadi salah satu pihak yang terkait di dalamnya; 3. Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan, dan kecurangan; 4. Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan Corporate Governance dan temuan-temuan penting lainnya. Dalam organisasi pemerintahan, untuk mendukung pelaksanaan good corporate governance, auditor pemerintah juga diharuskan untuk memberikan pendapat atau keputusan etis atas temuan auditnya. Selain itu, pembuatan laporan audit yang berkualitas juga sangat diperlukan agar masing-masing pihak dapat memahami masukan yang diberikan oleh para auditor. Pustaka Utama: Fernando, A. C. (2012). Business Ethics and Corporate Governance, Second Edition. India. Pearson LoRusso, James Dennis. (2017). Spirituality, Corporate Culture, and American Business: The Neoliberal Ethic and the Spirit of Global Capital (Critiquin Religion: Discourse, Culture, Power), London. Bloomsbury. Hapzi Ali, 2018. Modul BE & GG, Universitas Mercu Buana.