SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
Business Ethics & Good Governance
Ethical Decision Making in Business
Disusun Oleh:
Fatinah Ghiyats 55118110042
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2019
Pengambilan keputusan pada umumnya adalah memilih suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif yang tersedia melalui suatu proses mental dan berfikir yang logis. Ketika mencoba untuk
membuat keputusan yang terbaik, seseorang harus menimbang sisi positif dan negatif dari setiap
pilihan, dan mempertimbangkan semua alternatif. Dalam pembuatan suatu keputusan haruslah
meliputi pengidentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari
alternatif-alternatif tersebut dan pemilihaan alternatif keputusan yang terbaik. seorang pimpinan
atau manajer dalam pembuatan keputusan perlu memahami dan menguasi teori dan praktek dan
data-data yang objektif sebagai landasan dalam membuat keputusan.
A. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan
• Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan
pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan
alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh
pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn
alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik. Secara umum,
pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah:
1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang
didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh
kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan,
penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
B. Tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan:
• Menganalisis masalah : Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual dengan hasil yang
diharapkan, definisikan apa masalahnya
• Membuat asumsi : Secara struktural terletak di dalam / di luar tanggung jawab ? Secara personal
bersedia menerima resiko / tidak ? Tersedia sumber daya atau tidak ? Masalahnya urgen / tidak.
• Membuat alternatif pemecahan masalah : Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah
yang bersifat layak, efektif dan efisien
• Mengevaluasi alternatif : Mengumpulkan data untuk mengevaluasi setiap alternatif, menolak /
menerima alternatif dari sudut kelayakan, efektifitas dan efisiensi setiap alternative
• Memilih dan menerapkan alternatif : Pilih alternatif yang paling layak, efektif, dan efisien.
Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada di luar kemampuan, lebih baik
menerapkan alternatif yang kurang efektif daripada tidak bertindak dan lebih baik menerapkan
alternatif yang mahal daripada murah tak bermutu
• Mengevaluasi hasil : Selesai, jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai.
C. Kriteria Keputusan untuk Pertimbangan Etika
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara etis
adalah menentukan fakta-fakta dalam sebuah situasi. Memberikan upaya yang cukup untuk
memahami situasi tersebut, membedakan fakta-fakta dari opini belaka, adalah hal yang sangat
penting. Perbedaan persepsi (perceptual differences) dalam bagaimana seseorang mengalami
dan memahami situasi dapat menjelaskan banyak perbedaan etis. Mengetahui fakta-fakta dan
meninjau secara cermat keadaannya akan memberikan kemudahan dalam memecahkan
perselisihan pendapat mengenai tanggung jawab pada tahap awal.
Sehubungan dengan pentingnya menentukan fakta-fakta, terdapat sebuah peran bagi ilmu
pengetahuan (dan alasan teoretis) dalam setiap studi mengenai etika. Penilaian etis yang
berdasarkan fakta-fakta akan lebih masuk akal daripada yang tidak berdasarkan fakta-fakta.
Seseorang yang bertindak sesuai dengan pertimbangan yang cermat akan fakta telah bertindak
dalam cara yang lebih bertanggung jawab secara etis daripada orang yang bertindak tanpa
pertimbangan yang mendalam. Ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sosial dapat membantu
kita dalam menentukan fakta-fakta seputar keputusan yang akan kita ambil.
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan etis yang bertanggung jawab mensyaratkan
kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahan sebagai sebuah keputusan
etis atau permasalahan etis. Mengidentifikasi isu-isu etis yang terlibat merupakan langkah
selanjutnya dalam membuat keputusan bertanggung jawab.
Langkah ketiga dalam pengambilan keputusan yang etis melibatkan satu dari elemen
vitalnya. Para “pemegang kepentingan” mencakup semua kelompok dan/atau individu-
individu yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, kebijakan, atau operasi suatu perusahaan
atau seseorang. Mempertimbangkan isu-isu dari berbagai sudut pandang orang lain selain sudut
pandang diri sendiri, dan selain dari kebiasaan setempat, membantu kita dalam membuat
keputusan yang lebih masuk akal dan bertanggung jawab. Sebaliknya, berpikir dan
mempertimbangkan dalam sudut pandang yang pribadi yang sempit dapat menyebabkan kita
tidak sanggup memahami situasi yang dihadapi secara menyeluruh.
Kenyataannya bahwa banyak keputusan bisnis melibatkan kepentingan berbagai
pemegang kepentingan membantu kita memahami tantangan utama dalam pengambilan
keputusan yang etis. Tiap alternatif akan membebankan biaya bagi pemegang kepentingan
tertentu dan memberikan keuntungan bagi pemegang kepentingan yang lain.
Setelah kita meninjau fakta-fakta, mengamati isu-isu etis yang terlibat, dan mengidentifikasi para
pemegang kepentingan, kita perlu mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia.
Kreatifitas dalam mengidentifikasi pilihan-pilihan—yang juga disebut dengan “imajinasi moral
(moral imagination)”—adalah satu elemen yang membedakan antara orang baik yang mengambil
keputusan etis dengan orang yang tidak melakukan hal tersebut.
Terkadang para pakar etika meminta pengambil keputusan untuk mempertimbangkan apakan ia
akan merasa bangga atau malu jika keputusannya terpampang di halaman depan koran. Namun
konsekuensi-konsekuensi atau pembenaran-pembenaran bukanlah satu-satunya cara dalam
membandingkan alternatif. Beberapa alternatif mungkin mempertimbangkan hal-hal yang
menyangkut prinsip-prinsip, hak-hak, dan kewajiban-kewajiban yang mengesampingkan
konsekuensi-konsekuensi. Salah satu faktor tambahan dalam membandingkan dan
mempertimbangkan alternatif-alternatif mengharuskan adanya pertimbangan akan dampak dari
sebuah keputusan terhadap integritas dan karakter kita sendiri.
Dapat juga dilanjutkan dengan Panduan, yaitu bagaimana kita membahasa kasus ini dengan
orang lain yang terkait. Dapatkah kita mengumpulkan berbagai opini dan perspektif tambahan,
serta adanya petunjuk, aturan, atau sumber eksternal lain yang dapat membantu menyelesaikan
dilema ini.
Selanjutnya adalah Penilaian, dimana kita membuat mekanisme untuk menilai keputusan
dan membuat modifikasi yang mungkin dilakukan jika diperlukan. Memastikan bahwa kita
mempelajari setiap keputusan dan menggunakan pengetahuan ini ketika menghadapi hal yang
sama dimasa depan.
Menentukan fakta-fakta:
• Mengidentifikasi isu-isu etis yang terlibat.
• Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan situasi dari sudut
pandang mereka.
• Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia (imajinasi moral)
• Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat mempengaruhi para pemegang
kepentingan, dibandingkan dan dipertimbangkan alternatif berdasarkan:
- Konsekuensi-konsekuensi
- Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip
- Dampak bagi integritas dan karakter pribadi
• Membuat sebuah keputusan
• Memantau hasil
D. Etika Pengambilan Keputusan
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika.
Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri,
melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya sebelum
kita mengambil keputusa, kita harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
I. Autonomy
Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh
karena itu, perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan.
Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan
mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak
layak untuk hidup.
II. Non-malfeasance
Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak
sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada
umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
III. Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi
terbaik yang bisa diambil.
IV. Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurnam namun
tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap
orang dengan sejajar.
E.Proses Pengambilan Keputusan
Pucuk pimpinan (top manajer) perlu memahami dan memiliki keterampilan, dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan yang memungkinkan asas
kesatuan perintah diwujudkan. Di lingkungan suatu organisasi pengambilan Keputusan dan atau
kebijaksanaan yang ditetapkan pucuk pimpinan atau pimpinan unit / satuan kerja bawahannya,
harus dirasakan sebagai keputusan bersama dan terarah pada kepentingan organisasi, bukan untuk
kepentingan kelompok atau pribadi tertentu saja. Model yang bermanfaat yang terkenal sebagai
kerangka dasar proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Herbert A. Simon dalam
Sutabari (2003) akan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses pengambil keputusan.
F. Pentingnya Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi,
terutama karena masa depan suatu organisasi banyak di tentukan oleh pengambilan keputusan
sekarang. Karena keputusan yang diambil oleh pimpinan merupakan hasil pemikiran akhir yang
harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan organisasi yang ia
pimpin. Penting karena menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil
keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian uang.
Ada kalanya keputusan diambil oleh manajer sendiri, tetapi tidak jarang juga bersama staf,
tergantung dari besar kecilnya masalah dan gaya kepemimpinan yang dianut oleh si manajer.
Sesungguhnya pengambilan keputusan itu sangat penting juga merupakan suatu kegiatan dalam
manajemen yang paling kompleks dalam suatu organisasi. Bukan hanya keputusan-keputusan
mengenai kebjaksanaan pokok yang rumit, tetapi juga pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program, penempatan, dan penganggaran, merupakan titik-titik kritis terhadap
mantapnya suatu kebijaksanan (Gortner et al dalam Salusus. 200).
Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan
tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita dan aspirasi, dan (2) pencapaian tujuan melalui
implementasinya (Inbar, dalam Salusu. 2001). Keputusan pada dasarnya merupakan proses
memilih satu penyelesaian dari beberapa alternatif yang ada. Keputusan yang kita ambil tentunya
perlu di dukung berbagi faktor yang akan memberikan keyakinan kepada kita sebagai pengambil
keputusan bahwa keputusan tersebut adalah tepat. Ringkasnya, keputusan dibuat untuk mencapai
tujuan pelaksanaan dan berintikan hubungan kemanusiaan.
G. Teori Pengambilan Keputusan Dalam Hadapi Etik/Moral
a. Teori Utilitariansme merupakan tindakan dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan atau
kepuasan yang maksimal
b. Teori Deontologi merupakan tindakan berlaku umum & wajib dilakukan dalam situasi normal
karena menghargai: Norma yang berlaku, Misal kewajiban melakukan pelayanan prima kepada
semua orang secara obyektif.
c. Teori Hedonisme merupakan dasar yang menjadi alasan kepuasan Yang ditimbulkannya mencari
kesenangan, menghindari ketidaksenangan.
d. Teori Eudemonisme merupakan tujuan akhir untuk kebahagiaan.
H. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Beberapa tahap yang menjadi factor keberhasilan sebuah keputusan, diantaranya:
I. Tahap perkembangan moral :
Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk
menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang berarti
makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin cenderung
berperilaku etis. Sebagai contoh, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah dari
perkembangan moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan sekerja dan akan mengikuti
aturan dan prosedur suatu organisasi. Individu-individu yang telah maju ketahap-tahap yang
lebih tinggi menaruh nilai yang bertambah pada hak-hak orang lain, tak peduli akan pendapat
mayoritas, dan kemungkinan besar menantang praktik-praktik organisasi yang mereka yakini
secara pribadi sebagai sesuatu hal yang keliruan
II. Lingkungan Organisasi
Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai pengharapan
(ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung perilaku etis dengan
meberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak-etis dengan memberikan hukuman/sangsi. Kode
etis yang tertulis, perilaku moral yang tinggi dari para seniornya, pengharapan yang realistis akan
kinerja, penilaian kinerja sebagai dasar promosi bagi individu-individu, dan hukuman bagi
individu-individu yang bertindak tak-etis merupakan suatu contoh nyata dari kondisi lingkungan
organisasional sehingga kemungkinan besar dapat menumbuh kembangkan pengambilan
keputusan yang sangat etis
III. Tempat kedudukan kendali
Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya
individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk
mengambil keputusan yang tak-etis, namun jika mereka dikendalai oleh lingkungan organisasi
sebagai tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak menyukai pengambilan keputusan etis,
ada kemungkinan individu- individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari
oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang mengizinkan atau
mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak-etis.
I. Konsep etika
Menyangkut keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak yang harus dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan :
hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan
tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.
hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar pekerjaanya.
hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang melanggar
moral dan norma agamanya.
hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas tindakan
yang dilakukan orang lain.
hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas perlakuan
yang adil.
hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap
kesehatan dan keamananya.
Studi Kasus
Bisnis Etik dan Tata kelola PT Pertamina (Persero)
Tata Nilai Unggulaan 6C
Pertamina memiliki tata nilai sebagai komitmen perusahaan untuk mewujudkan visi dan
misinya berdasarkan standar global dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance). Nilai-nilai Pertamina disebut dengan 6C, terdiri dari Clean,
Competitive, Confident, Customer Focus, Commercial dan Capable, dan nilai-nilai ini wajib
diketahui dan menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam beraktivitas. Pertamina
menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Penerapan tata nilai 6C didasarkan pada Surat
Keputusan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) No.Kpts-022/ COOOOO/2013-S0 Tentang
Penerapan Tata Nilai 6C 01 Pertamina dan Anak Perusahaan (Operational Holding).
Clean
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap,
menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas, serta berpedoman pada asas-asas tata kelola
korporasi yang baik.
Competitive
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan
melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
Confident
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN dan
membangun kebanggaan bangsa.
Customer Focused
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan yang pelayanan
terbaik kepada pelanggan.
Commercial
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial dan mengambil keputusan berdasarkan
prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
Capable
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja profesional yang memiliki talenta dan penguasaan teknis
tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan
PEDOMAN GRATIFIKASI
Pertamina berkomitmen untuk menerapkan good corporate governance dalam kegiatan
usahanya, karena Pertamina percaya bahwa keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya terlihat
dari angka profit yang terus meningkat melainkan juga diukur dari perilaku-perilaku bisnis yang
beretika.
Menjalankan bisnis yang bersih merupakan hal yang esensial dalam menjaga
keberlangsungan perusahaan. Ini menjadi salah satu pendorong ditandatanganinya komitmen PT
Pertamina (Persero) dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tanggal 26 Agustus
2010 untuk bekerjasama dalam Program Pengendalian Gratifikasi di Pertamina.
Berdasarkan hal tersebut diatas dan dengan supervisi dari KPK, disusun dan
diberlakukanlah Pedoman Gratifikasi, Penolakan, Penerimaan, Pemberian Hadiah/Cinderamata
dan Hiburan (Entertainment) yang disebut “Pedoman Gratifikasi.
Dalam Pedoman ini diatur ketentuan tentang gratifikasi, batasan-batasan penerimaan dan
pemberian gratifikasi dan mekanisme pelaporannya serta pengklasifikasian gratifikasi yang
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Gratifikasi yang dianggap suap
2. Gratifikasi dalam kedinasan
3. Bukan Gratifikasi
Selain itu untuk mendukung penerapan pedoman tersebut, Pertamina telah membentuk
Unit Pengendalian Gratifikasi Pertamina (“UPG Pertamina”) yang dalam melaksanakan
tugasnya berkoordinasi dengan KPK.
UPG Pertamina mengelola, menganalisa, mengklarifikasi pelaporan gratifikasi kepada penerima
gratifikasi. UPG Pertamina juga harus menyampaikan laporan secara berkala dan berkoordinasi
dengan KPK untuk laporan gratifikasi yang masuk dalam ranah KPK.
1. Pedoman Gratifikasi
2. Pedoman Unit Pengendalian Gratifikasi
3. SK Direksi Pertamina No. 15/C00000/2012-S0 tanggal 13 April2012
PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN
Menjalankan bisnis dengan independen, artinya suatu keadaan dimana suatu perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang
sehat merupakan kebutuhan setiap perusahaan untuk dapat menjalankan usaha secara bersih dan
terus menerus, termasuk bagi Pertamina. Untuk itu, Pertamina memandang perlu untuk mengatur
tentang benturan kepentingan dalam suatu pedoman tersendiri.
Pedoman Benturan Kepentingan ini mengatur tentang hal-hal yang harus dilakukan apabila
menghadapi situasi yang berbenturan kepentingan, identifikasi sumber penyebab benturan
kepentingan dan upaya pencegahan situasi berbenturan kepentingan.
1. Pedoman Conflict of Interest
2. Surat Keputusan Direksi No. Kpts-088/C00000/2009-S0 tanggal 16 November 2009
PEDOMAN LHKPN
Dikarenakan Pertamina merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maka anggota
Direksi, Dewan Komisaris dan pejabat strukturalnya dikategorikan sebagai Penyelenggara
Negara dan terikat kewajiban untuk melaporkan dan mengumumkan kekayaan sebelum dan
sesudah menjabat berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Dalam implementasinya, penetapan wajib lapor LHKPN di BUMN diserahkan kepada
Direksi masing-masing BUMN sesuai Instruksi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
nomor: INS02/MBU/2007 tanggal 21 September 2007 tentang Penyelenggara Negara Yang
Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Badan
Usaha Milik Negara.
Sesuai dengan Instruksi Menteri tersebut di atas, Direktur Utama Pertamina menetapkan
Surat Keputusan tentang kewajiban penyampaian LHKPN di Pertamina. Dalam
implementasinya, SK tersebut dilengkapi dengan Pedoman Kewajiban Penyampaian LHKPN.
1. Pedoman LHKPN
2. Surat Keputusan Direktur Utama No.Kpts-56/C00000/2013-S0 tanggal 19 September
2013. PEDOMAN COMPLIANCE ONLINE SYSTEM
Sejak tahun 2010, Pertamina mengoperasikan sistem pelaporan online untuk mendukung
program kepatuhan yang disebut Compliance Online System. Melalui sistem online ini Pekerja
Pertamina dapat menyampaikan:
1. Pernyataan Benturan Kepentingan dan Potensi Benturan Kepentingan
2. Pernyataan kepatuhan terhadap Pedoman Perilaku ( Code of Conduct)
3. Pernyataan telah menyampaikan LHKPN
4. Laporan gratifikasi. Compliance Online System ini menjangkau setiap pekerja Pertamina
yang lokasi penugasannya di seluruh daerah di Indonesia maupun di luarnegeri.
• Pedoman Compliance Online System
Decree of Board of Directors No. 15/C00000/2012-S0 dated 13 April 2012
TKO WHISTLEBLOWING SYSTEM
Pertamina menyediakan saluran komunikasi bagi para pemangku kepentingan untuk
menyampaikan laporan pelanggaran atau penyimpangan terkait Pertamina, yang disebut
Whistleblowing System. Whistleblowing System Pertamina memfasilitasi pelaporan dilakukan
dengan anonim dan terjaga kerahasiaannya serta dikelola oleh konsultan independen yang
meneruskan laporan yang diterima WBS kepada tim WBS Pertamina untuk ditindaklanjuti.
Saluran WBS yang disediakan, yaitu:
Telepon : +62+21-
3815909/3815910/381/5911 SMS :
+62+8111750612
Fax : +62+21+3815912
Email : pertaminaclean@tipoffs.com.sg
Website : https://pertaminaclean.tipoffs.info
Mail Box : Pertamina Clean PO Box 2600 JKP 10026
TKO WBS
SK Direksi Pertamina No. 15/C00000/2012-S0 tanggal 13 April 2012
Prinsip GCG Pertamina
Dalam Implementasi GCG, Pertamina telah berhasil memeroleh hasil yang memuaskan dan
terbukti memberikan kontribusi positif dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan, dan
kebijakan seluruh kegiatan usaha Perseroan. Implementasi GCG Perseroan senantiasa dilandaskan
pada prinsip-prinsip GCG dengan semangat transparansi, tanggung jawab, dan terpercaya. Adapun,
prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Transparency adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan, dan
informasi materil serta relevan mengenai perusahaan. Hal ini terimplementasi dengan sistem
tranparansi Pertamina dalam mengungkapan laporan keuangan maupun manajemen.
2. Accountability merupakan prinsip mengutamakan kejelasan fungsi dan pertanggungjawaban
kinerja perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan berjalan secara efektif dan dapat
dipercaya.
3. Responsibility merupakan semangat perusahaan dalam mengupayakan kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan dan undang-undang pemerintah yang dikelola secara profesional tanpa
benturan kepentingan dan tekanan dari pihak lain.
4. Independency merupakan semangat perusahaan untuk mengelola Perusahaan secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan undang-undang yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness adalah keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholdersyang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penerapan prinsip-prinsip GCG merupakan satu langkah Pertamina untuk meningkatkan dan
mengoptimalkan Corporate Value untuk mendorong pengelolaan Perseroan yang profesional,
transparan, dan efisien. Dengan meningkatkan prinsip-prinsip tersebut Pertamina dapat memenuhi
kewajiban secara baik kepada Para Pemangku Kepentingan, terutama PT Pertamina (Persero)
sebagai perusahaan induk.
Perusahaan senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip GCG, Tata Nilai Perseroan, serta Etika
Bisnis dalam menjalankan tugas dan fungsi Perseroan, baik dalam mengambil sikap dan keputusan
bisnis. Hal tersebut selalu memperhatikan kepentingan Perusahaan, Pemegang Saham serta
stakeholderslainnya. Perusahaan senantiasa menekankan pentingnya berpegang teguh dan
berkomitmen dalam implementasi GCG secara menyeluruh kepada seluruh karyawan.
Perusahaan menandatangani pernyataan komitmen bersama Penerapan GCG Perseroan guna
membuktikan kesungguhan penerapan GCG kepada seluruh karyawan yang direpresentasikan oleh
tiga organ penting Perusahaan yaitu Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi.
Tujuan GCG PTK
Penerapan GCG di Pertamina senantiasa mengacu kepada best practices GCG baik dalam
membuat keputusan, menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, patuh kepada
Peraturan Perundang-undangan, dan kesadaran akan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Adapun tujuan penerapan GCG Pertamina
adalah:
1. Memaksimalkan nilai Perseroan.
2. Terlaksananya pengelolaan Perseroan secara profesional dan mandiri.
3. Dapat terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ Perseroan yang didasarkan pada
nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Terlaksananya tanggung jawab sosial Perseroan terhadap seluruh stakeholders.
Pedoman GCG
Pedoman GCG disusun sebagai acuan dalam mengelola Perseroan berdasarkan prinsip GCG yang
menjadi kaidah dan pedoman bagi pengurus Perseroan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Penerapan prinsip-prinsip GCG
(Transparency, Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness) diperlukan agar
Perseroan dapat bertahan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. GCG diharapkan
dapat menjadi sarana untuk mencapai visi dan misi Perusahaan.
Daftar Pustaka
• Hapzi Ali, 2019. Business Ethics & GG Ethical Decision Making in Business, diakses
pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 19.20 WIB
• Fitri Andriani, dkk., 2018. Kasus Etika dan Pengambilan Keputusan dalam Perusahaan
Nike, diakses pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 19.21 WIB
• Anonym, -. http://www.ptk-shipping.com/id/gcg/, diakses pada tanggal 22 Juni 2019,
pukul 19.21 WIB
• Anonym, 2016. http://etikbisnis.blogspot.com/2016/01/pengambilan-keputusan-dalam-
etika-bisnis.html, diakses pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 19.22 WIB
• Ali, Hapzi. 2019. Modul Concepts and Theories of Business Ethics. Jakarta:
Universitas Mercu Buana, diakses pada tanggal 23 Juni 2019, pukul 09.47 WIB
• Pertamina. 2013. Kode Kepatuhan di https://pertamina.com/id/kode-kepatuhan ,diakses
diakses pada tanggal 23 Juni 2019, pukul 09.47 WIB

More Related Content

What's hot

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan Dalam OrganisasiPengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan Dalam OrganisasiRossi Agisti
 
Pengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan ppPengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan ppDenny Kodrat
 
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...beny adhi
 
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan dalam OrganisasiPengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan dalam Organisasidevinadh
 
Teknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan KeputusanTeknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan KeputusanEko Mardianto
 
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusanPengambilan keputusan
Pengambilan keputusanmateri-x2
 
Pengambilan keputusan dalam organisasi
Pengambilan keputusan dalam organisasiPengambilan keputusan dalam organisasi
Pengambilan keputusan dalam organisasiyudharushendrawan
 
12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...
12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...
12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...marisa tanggang
 
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan dalam OrganisasiPengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan dalam OrganisasiSaiful Rohman
 
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusanPengambilan keputusan
Pengambilan keputusanvirmannsyah
 
Pengambilan Keputusan
Pengambilan KeputusanPengambilan Keputusan
Pengambilan KeputusanEko Mardianto
 
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...wandasoraya
 
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...padlah1984
 
Decision Making dalam Psikologi Kognitif
Decision Making dalam Psikologi KognitifDecision Making dalam Psikologi Kognitif
Decision Making dalam Psikologi KognitifAgung Anggoro
 
Teknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan KeputusanTeknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan KeputusanEko Mardianto
 
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusan
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusanPertemuan 7 _8-pengambilan_keputusan
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusansandi217
 

What's hot (20)

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan Dalam OrganisasiPengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
 
Pengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan ppPengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan pp
 
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
 
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan dalam OrganisasiPengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
 
6. pembuatan keputusan
6. pembuatan keputusan6. pembuatan keputusan
6. pembuatan keputusan
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Teknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan KeputusanTeknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan Keputusan
 
Ilmu keputusan
Ilmu keputusanIlmu keputusan
Ilmu keputusan
 
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusanPengambilan keputusan
Pengambilan keputusan
 
Pengambilan keputusan dalam organisasi
Pengambilan keputusan dalam organisasiPengambilan keputusan dalam organisasi
Pengambilan keputusan dalam organisasi
 
12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...
12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...
12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...
 
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan dalam OrganisasiPengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
 
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusanPengambilan keputusan
Pengambilan keputusan
 
Pengambilan Keputusan
Pengambilan KeputusanPengambilan Keputusan
Pengambilan Keputusan
 
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
 
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko dan ketidakpastian ( mursanto &amp...
 
Decision Making dalam Psikologi Kognitif
Decision Making dalam Psikologi KognitifDecision Making dalam Psikologi Kognitif
Decision Making dalam Psikologi Kognitif
 
Teknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan KeputusanTeknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan Keputusan
 
Teori keputusan
Teori keputusanTeori keputusan
Teori keputusan
 
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusan
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusanPertemuan 7 _8-pengambilan_keputusan
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusan
 

Similar to Business Ethics & Good Governance

Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptxPertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptxNilaNovianti2
 
12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...
12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...
12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...Rame Priyanto
 
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...rianafitri1
 
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digitalPertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digitalRidhaNurulHayatiSEMM
 
12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...
12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...
12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...ApriliaSafitri2
 
12, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Decision M...
12, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Decision M...12, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Decision M...
12, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Decision M...rianafitri1
 
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...yudiansyah sukmana
 
12, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical decision ...
12, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical decision ...12, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical decision ...
12, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical decision ...ciciliaeritawanti
 
2, be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, e thics and business concept and th...
2, be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, e thics and business concept and th...2, be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, e thics and business concept and th...
2, be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, e thics and business concept and th...dittaayua
 
12, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical decision making in business, universita...
12, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical decision making in business, universita...12, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical decision making in business, universita...
12, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical decision making in business, universita...PT Kalbe Farma
 
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...dyahruthw
 
SIM, ISNINATUR ROSIDAH, HAPZI ALI, KONSEP PENGAMLAN KEPUTUSAN, UNIVERSITAS ME...
SIM, ISNINATUR ROSIDAH, HAPZI ALI, KONSEP PENGAMLAN KEPUTUSAN, UNIVERSITAS ME...SIM, ISNINATUR ROSIDAH, HAPZI ALI, KONSEP PENGAMLAN KEPUTUSAN, UNIVERSITAS ME...
SIM, ISNINATUR ROSIDAH, HAPZI ALI, KONSEP PENGAMLAN KEPUTUSAN, UNIVERSITAS ME...43115120406
 
Tugas 3 (pertemuan 5 6)
Tugas 3 (pertemuan 5 6)Tugas 3 (pertemuan 5 6)
Tugas 3 (pertemuan 5 6)vathelity
 
12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...lexipel
 
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...SarahFarhani
 
Demonstrasi Kontekstual 3.1 Guru Penggerak.pdf
Demonstrasi Kontekstual 3.1 Guru Penggerak.pdfDemonstrasi Kontekstual 3.1 Guru Penggerak.pdf
Demonstrasi Kontekstual 3.1 Guru Penggerak.pdfJokoSutanto11
 

Similar to Business Ethics & Good Governance (20)

Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptxPertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
 
12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...
12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...
12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...
 
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...
14, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Governan...
 
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digitalPertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
 
12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...
12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...
12, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, ethical decision making in business, ...
 
12, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Decision M...
12, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Decision M...12, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Decision M...
12, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Decision M...
 
Isi makalah
Isi makalahIsi makalah
Isi makalah
 
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
 
Etika bisnis haryo
Etika bisnis haryoEtika bisnis haryo
Etika bisnis haryo
 
12, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical decision ...
12, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical decision ...12, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical decision ...
12, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical decision ...
 
2, be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, e thics and business concept and th...
2, be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, e thics and business concept and th...2, be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, e thics and business concept and th...
2, be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, e thics and business concept and th...
 
12, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical decision making in business, universita...
12, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical decision making in business, universita...12, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical decision making in business, universita...
12, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical decision making in business, universita...
 
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
 
SIM, ISNINATUR ROSIDAH, HAPZI ALI, KONSEP PENGAMLAN KEPUTUSAN, UNIVERSITAS ME...
SIM, ISNINATUR ROSIDAH, HAPZI ALI, KONSEP PENGAMLAN KEPUTUSAN, UNIVERSITAS ME...SIM, ISNINATUR ROSIDAH, HAPZI ALI, KONSEP PENGAMLAN KEPUTUSAN, UNIVERSITAS ME...
SIM, ISNINATUR ROSIDAH, HAPZI ALI, KONSEP PENGAMLAN KEPUTUSAN, UNIVERSITAS ME...
 
3-4 ok.pdf
3-4 ok.pdf3-4 ok.pdf
3-4 ok.pdf
 
Keputusan 1
Keputusan 1Keputusan 1
Keputusan 1
 
Tugas 3 (pertemuan 5 6)
Tugas 3 (pertemuan 5 6)Tugas 3 (pertemuan 5 6)
Tugas 3 (pertemuan 5 6)
 
12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
 
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi,sistem pengambilan kep...
 
Demonstrasi Kontekstual 3.1 Guru Penggerak.pdf
Demonstrasi Kontekstual 3.1 Guru Penggerak.pdfDemonstrasi Kontekstual 3.1 Guru Penggerak.pdf
Demonstrasi Kontekstual 3.1 Guru Penggerak.pdf
 

More from FatinahGhiyats1

15 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali theory and practice of corporate gov...
15 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali theory and practice of corporate gov...15 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali theory and practice of corporate gov...
15 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali theory and practice of corporate gov...FatinahGhiyats1
 
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...FatinahGhiyats1
 
13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...
13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...
13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...FatinahGhiyats1
 
10 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate social responsibilities un...
10 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate social responsibilities un...10 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate social responsibilities un...
10 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate social responsibilities un...FatinahGhiyats1
 
9 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in corporate ethics ri...
9 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in corporate ethics ri...9 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in corporate ethics ri...
9 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in corporate ethics ri...FatinahGhiyats1
 
7 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in financial managemen...
7 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in financial managemen...7 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in financial managemen...
7 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in financial managemen...FatinahGhiyats1
 
6, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, ethics and business ethical issue...
6, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, ethics and business ethical issue...6, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, ethics and business ethical issue...
6, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, ethics and business ethical issue...FatinahGhiyats1
 
4, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, enviromental ethics, universitas ...
4, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, enviromental ethics, universitas ...4, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, enviromental ethics, universitas ...
4, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, enviromental ethics, universitas ...FatinahGhiyats1
 
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...FatinahGhiyats1
 
2 be&gg fatinah ghiyats hapzi ali principles of personal ethics and principle...
2 be&gg fatinah ghiyats hapzi ali principles of personal ethics and principle...2 be&gg fatinah ghiyats hapzi ali principles of personal ethics and principle...
2 be&gg fatinah ghiyats hapzi ali principles of personal ethics and principle...FatinahGhiyats1
 
Etika kerja dan bisnis PT.Pertamina (Persero)
Etika kerja dan bisnis PT.Pertamina (Persero)Etika kerja dan bisnis PT.Pertamina (Persero)
Etika kerja dan bisnis PT.Pertamina (Persero)FatinahGhiyats1
 
Bussiness Rthic & Good Governance
Bussiness Rthic & Good GovernanceBussiness Rthic & Good Governance
Bussiness Rthic & Good GovernanceFatinahGhiyats1
 

More from FatinahGhiyats1 (12)

15 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali theory and practice of corporate gov...
15 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali theory and practice of corporate gov...15 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali theory and practice of corporate gov...
15 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali theory and practice of corporate gov...
 
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...
 
13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...
13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...
13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...
 
10 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate social responsibilities un...
10 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate social responsibilities un...10 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate social responsibilities un...
10 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate social responsibilities un...
 
9 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in corporate ethics ri...
9 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in corporate ethics ri...9 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in corporate ethics ri...
9 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in corporate ethics ri...
 
7 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in financial managemen...
7 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in financial managemen...7 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in financial managemen...
7 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali ethical issues in financial managemen...
 
6, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, ethics and business ethical issue...
6, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, ethics and business ethical issue...6, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, ethics and business ethical issue...
6, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, ethics and business ethical issue...
 
4, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, enviromental ethics, universitas ...
4, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, enviromental ethics, universitas ...4, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, enviromental ethics, universitas ...
4, be & gg, fatinah ghiyats, hapzi ali, enviromental ethics, universitas ...
 
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...
 
2 be&gg fatinah ghiyats hapzi ali principles of personal ethics and principle...
2 be&gg fatinah ghiyats hapzi ali principles of personal ethics and principle...2 be&gg fatinah ghiyats hapzi ali principles of personal ethics and principle...
2 be&gg fatinah ghiyats hapzi ali principles of personal ethics and principle...
 
Etika kerja dan bisnis PT.Pertamina (Persero)
Etika kerja dan bisnis PT.Pertamina (Persero)Etika kerja dan bisnis PT.Pertamina (Persero)
Etika kerja dan bisnis PT.Pertamina (Persero)
 
Bussiness Rthic & Good Governance
Bussiness Rthic & Good GovernanceBussiness Rthic & Good Governance
Bussiness Rthic & Good Governance
 

Recently uploaded

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 

Recently uploaded (20)

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 

Business Ethics & Good Governance

  • 1. Business Ethics & Good Governance Ethical Decision Making in Business Disusun Oleh: Fatinah Ghiyats 55118110042 Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MERCU BUANA 2019
  • 2. Pengambilan keputusan pada umumnya adalah memilih suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia melalui suatu proses mental dan berfikir yang logis. Ketika mencoba untuk membuat keputusan yang terbaik, seseorang harus menimbang sisi positif dan negatif dari setiap pilihan, dan mempertimbangkan semua alternatif. Dalam pembuatan suatu keputusan haruslah meliputi pengidentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut dan pemilihaan alternatif keputusan yang terbaik. seorang pimpinan atau manajer dalam pembuatan keputusan perlu memahami dan menguasi teori dan praktek dan data-data yang objektif sebagai landasan dalam membuat keputusan. A. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan • Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik. Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah: 1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. 2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif. B. Tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan: • Menganalisis masalah : Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual dengan hasil yang diharapkan, definisikan apa masalahnya
  • 3. • Membuat asumsi : Secara struktural terletak di dalam / di luar tanggung jawab ? Secara personal bersedia menerima resiko / tidak ? Tersedia sumber daya atau tidak ? Masalahnya urgen / tidak. • Membuat alternatif pemecahan masalah : Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah yang bersifat layak, efektif dan efisien • Mengevaluasi alternatif : Mengumpulkan data untuk mengevaluasi setiap alternatif, menolak / menerima alternatif dari sudut kelayakan, efektifitas dan efisiensi setiap alternative • Memilih dan menerapkan alternatif : Pilih alternatif yang paling layak, efektif, dan efisien. Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada di luar kemampuan, lebih baik menerapkan alternatif yang kurang efektif daripada tidak bertindak dan lebih baik menerapkan alternatif yang mahal daripada murah tak bermutu • Mengevaluasi hasil : Selesai, jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai. C. Kriteria Keputusan untuk Pertimbangan Etika Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara etis adalah menentukan fakta-fakta dalam sebuah situasi. Memberikan upaya yang cukup untuk memahami situasi tersebut, membedakan fakta-fakta dari opini belaka, adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi (perceptual differences) dalam bagaimana seseorang mengalami dan memahami situasi dapat menjelaskan banyak perbedaan etis. Mengetahui fakta-fakta dan meninjau secara cermat keadaannya akan memberikan kemudahan dalam memecahkan perselisihan pendapat mengenai tanggung jawab pada tahap awal. Sehubungan dengan pentingnya menentukan fakta-fakta, terdapat sebuah peran bagi ilmu pengetahuan (dan alasan teoretis) dalam setiap studi mengenai etika. Penilaian etis yang berdasarkan fakta-fakta akan lebih masuk akal daripada yang tidak berdasarkan fakta-fakta. Seseorang yang bertindak sesuai dengan pertimbangan yang cermat akan fakta telah bertindak dalam cara yang lebih bertanggung jawab secara etis daripada orang yang bertindak tanpa pertimbangan yang mendalam. Ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sosial dapat membantu kita dalam menentukan fakta-fakta seputar keputusan yang akan kita ambil.
  • 4. Langkah kedua dalam pengambilan keputusan etis yang bertanggung jawab mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahan sebagai sebuah keputusan etis atau permasalahan etis. Mengidentifikasi isu-isu etis yang terlibat merupakan langkah selanjutnya dalam membuat keputusan bertanggung jawab. Langkah ketiga dalam pengambilan keputusan yang etis melibatkan satu dari elemen vitalnya. Para “pemegang kepentingan” mencakup semua kelompok dan/atau individu- individu yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, kebijakan, atau operasi suatu perusahaan atau seseorang. Mempertimbangkan isu-isu dari berbagai sudut pandang orang lain selain sudut pandang diri sendiri, dan selain dari kebiasaan setempat, membantu kita dalam membuat keputusan yang lebih masuk akal dan bertanggung jawab. Sebaliknya, berpikir dan mempertimbangkan dalam sudut pandang yang pribadi yang sempit dapat menyebabkan kita tidak sanggup memahami situasi yang dihadapi secara menyeluruh. Kenyataannya bahwa banyak keputusan bisnis melibatkan kepentingan berbagai pemegang kepentingan membantu kita memahami tantangan utama dalam pengambilan keputusan yang etis. Tiap alternatif akan membebankan biaya bagi pemegang kepentingan tertentu dan memberikan keuntungan bagi pemegang kepentingan yang lain. Setelah kita meninjau fakta-fakta, mengamati isu-isu etis yang terlibat, dan mengidentifikasi para pemegang kepentingan, kita perlu mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia. Kreatifitas dalam mengidentifikasi pilihan-pilihan—yang juga disebut dengan “imajinasi moral (moral imagination)”—adalah satu elemen yang membedakan antara orang baik yang mengambil keputusan etis dengan orang yang tidak melakukan hal tersebut. Terkadang para pakar etika meminta pengambil keputusan untuk mempertimbangkan apakan ia akan merasa bangga atau malu jika keputusannya terpampang di halaman depan koran. Namun konsekuensi-konsekuensi atau pembenaran-pembenaran bukanlah satu-satunya cara dalam membandingkan alternatif. Beberapa alternatif mungkin mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut prinsip-prinsip, hak-hak, dan kewajiban-kewajiban yang mengesampingkan konsekuensi-konsekuensi. Salah satu faktor tambahan dalam membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif mengharuskan adanya pertimbangan akan dampak dari sebuah keputusan terhadap integritas dan karakter kita sendiri.
  • 5. Dapat juga dilanjutkan dengan Panduan, yaitu bagaimana kita membahasa kasus ini dengan orang lain yang terkait. Dapatkah kita mengumpulkan berbagai opini dan perspektif tambahan, serta adanya petunjuk, aturan, atau sumber eksternal lain yang dapat membantu menyelesaikan dilema ini. Selanjutnya adalah Penilaian, dimana kita membuat mekanisme untuk menilai keputusan dan membuat modifikasi yang mungkin dilakukan jika diperlukan. Memastikan bahwa kita mempelajari setiap keputusan dan menggunakan pengetahuan ini ketika menghadapi hal yang sama dimasa depan. Menentukan fakta-fakta: • Mengidentifikasi isu-isu etis yang terlibat. • Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan situasi dari sudut pandang mereka. • Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia (imajinasi moral) • Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat mempengaruhi para pemegang kepentingan, dibandingkan dan dipertimbangkan alternatif berdasarkan: - Konsekuensi-konsekuensi - Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip - Dampak bagi integritas dan karakter pribadi • Membuat sebuah keputusan • Memantau hasil D. Etika Pengambilan Keputusan Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya sebelum kita mengambil keputusa, kita harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
  • 6. I. Autonomy Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup. II. Non-malfeasance Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain. III. Beneficence Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil. IV. Justice Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurnam namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar. E.Proses Pengambilan Keputusan Pucuk pimpinan (top manajer) perlu memahami dan memiliki keterampilan, dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan yang memungkinkan asas kesatuan perintah diwujudkan. Di lingkungan suatu organisasi pengambilan Keputusan dan atau kebijaksanaan yang ditetapkan pucuk pimpinan atau pimpinan unit / satuan kerja bawahannya, harus dirasakan sebagai keputusan bersama dan terarah pada kepentingan organisasi, bukan untuk kepentingan kelompok atau pribadi tertentu saja. Model yang bermanfaat yang terkenal sebagai kerangka dasar proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Herbert A. Simon dalam Sutabari (2003) akan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses pengambil keputusan.
  • 7. F. Pentingnya Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak di tentukan oleh pengambilan keputusan sekarang. Karena keputusan yang diambil oleh pimpinan merupakan hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan organisasi yang ia pimpin. Penting karena menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian uang. Ada kalanya keputusan diambil oleh manajer sendiri, tetapi tidak jarang juga bersama staf, tergantung dari besar kecilnya masalah dan gaya kepemimpinan yang dianut oleh si manajer. Sesungguhnya pengambilan keputusan itu sangat penting juga merupakan suatu kegiatan dalam manajemen yang paling kompleks dalam suatu organisasi. Bukan hanya keputusan-keputusan mengenai kebjaksanaan pokok yang rumit, tetapi juga pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan program, penempatan, dan penganggaran, merupakan titik-titik kritis terhadap mantapnya suatu kebijaksanan (Gortner et al dalam Salusus. 200). Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita dan aspirasi, dan (2) pencapaian tujuan melalui implementasinya (Inbar, dalam Salusu. 2001). Keputusan pada dasarnya merupakan proses memilih satu penyelesaian dari beberapa alternatif yang ada. Keputusan yang kita ambil tentunya
  • 8. perlu di dukung berbagi faktor yang akan memberikan keyakinan kepada kita sebagai pengambil keputusan bahwa keputusan tersebut adalah tepat. Ringkasnya, keputusan dibuat untuk mencapai tujuan pelaksanaan dan berintikan hubungan kemanusiaan. G. Teori Pengambilan Keputusan Dalam Hadapi Etik/Moral a. Teori Utilitariansme merupakan tindakan dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan atau kepuasan yang maksimal b. Teori Deontologi merupakan tindakan berlaku umum & wajib dilakukan dalam situasi normal karena menghargai: Norma yang berlaku, Misal kewajiban melakukan pelayanan prima kepada semua orang secara obyektif. c. Teori Hedonisme merupakan dasar yang menjadi alasan kepuasan Yang ditimbulkannya mencari kesenangan, menghindari ketidaksenangan. d. Teori Eudemonisme merupakan tujuan akhir untuk kebahagiaan. H. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan Beberapa tahap yang menjadi factor keberhasilan sebuah keputusan, diantaranya: I. Tahap perkembangan moral : Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin cenderung berperilaku etis. Sebagai contoh, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah dari perkembangan moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan sekerja dan akan mengikuti aturan dan prosedur suatu organisasi. Individu-individu yang telah maju ketahap-tahap yang lebih tinggi menaruh nilai yang bertambah pada hak-hak orang lain, tak peduli akan pendapat mayoritas, dan kemungkinan besar menantang praktik-praktik organisasi yang mereka yakini secara pribadi sebagai sesuatu hal yang keliruan
  • 9. II. Lingkungan Organisasi Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung perilaku etis dengan meberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak-etis dengan memberikan hukuman/sangsi. Kode etis yang tertulis, perilaku moral yang tinggi dari para seniornya, pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian kinerja sebagai dasar promosi bagi individu-individu, dan hukuman bagi individu-individu yang bertindak tak-etis merupakan suatu contoh nyata dari kondisi lingkungan organisasional sehingga kemungkinan besar dapat menumbuh kembangkan pengambilan keputusan yang sangat etis III. Tempat kedudukan kendali Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak-etis, namun jika mereka dikendalai oleh lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak menyukai pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan individu- individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak-etis. I. Konsep etika Menyangkut keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan : hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan. hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar pekerjaanya. hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang melanggar moral dan norma agamanya. hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.
  • 10. hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil. hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan keamananya. Studi Kasus Bisnis Etik dan Tata kelola PT Pertamina (Persero) Tata Nilai Unggulaan 6C Pertamina memiliki tata nilai sebagai komitmen perusahaan untuk mewujudkan visi dan misinya berdasarkan standar global dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Nilai-nilai Pertamina disebut dengan 6C, terdiri dari Clean, Competitive, Confident, Customer Focus, Commercial dan Capable, dan nilai-nilai ini wajib diketahui dan menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam beraktivitas. Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Penerapan tata nilai 6C didasarkan pada Surat Keputusan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) No.Kpts-022/ COOOOO/2013-S0 Tentang Penerapan Tata Nilai 6C 01 Pertamina dan Anak Perusahaan (Operational Holding). Clean Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas, serta berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. Competitive Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. Confident Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa. Customer Focused Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan yang pelayanan terbaik kepada pelanggan.
  • 11. Commercial Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial dan mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. Capable Dikelola oleh pemimpin dan pekerja profesional yang memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan PEDOMAN GRATIFIKASI Pertamina berkomitmen untuk menerapkan good corporate governance dalam kegiatan usahanya, karena Pertamina percaya bahwa keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya terlihat dari angka profit yang terus meningkat melainkan juga diukur dari perilaku-perilaku bisnis yang beretika. Menjalankan bisnis yang bersih merupakan hal yang esensial dalam menjaga keberlangsungan perusahaan. Ini menjadi salah satu pendorong ditandatanganinya komitmen PT Pertamina (Persero) dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tanggal 26 Agustus 2010 untuk bekerjasama dalam Program Pengendalian Gratifikasi di Pertamina. Berdasarkan hal tersebut diatas dan dengan supervisi dari KPK, disusun dan diberlakukanlah Pedoman Gratifikasi, Penolakan, Penerimaan, Pemberian Hadiah/Cinderamata dan Hiburan (Entertainment) yang disebut “Pedoman Gratifikasi. Dalam Pedoman ini diatur ketentuan tentang gratifikasi, batasan-batasan penerimaan dan pemberian gratifikasi dan mekanisme pelaporannya serta pengklasifikasian gratifikasi yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Gratifikasi yang dianggap suap 2. Gratifikasi dalam kedinasan 3. Bukan Gratifikasi Selain itu untuk mendukung penerapan pedoman tersebut, Pertamina telah membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi Pertamina (“UPG Pertamina”) yang dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan KPK. UPG Pertamina mengelola, menganalisa, mengklarifikasi pelaporan gratifikasi kepada penerima gratifikasi. UPG Pertamina juga harus menyampaikan laporan secara berkala dan berkoordinasi dengan KPK untuk laporan gratifikasi yang masuk dalam ranah KPK.
  • 12. 1. Pedoman Gratifikasi 2. Pedoman Unit Pengendalian Gratifikasi 3. SK Direksi Pertamina No. 15/C00000/2012-S0 tanggal 13 April2012 PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN Menjalankan bisnis dengan independen, artinya suatu keadaan dimana suatu perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat merupakan kebutuhan setiap perusahaan untuk dapat menjalankan usaha secara bersih dan terus menerus, termasuk bagi Pertamina. Untuk itu, Pertamina memandang perlu untuk mengatur tentang benturan kepentingan dalam suatu pedoman tersendiri. Pedoman Benturan Kepentingan ini mengatur tentang hal-hal yang harus dilakukan apabila menghadapi situasi yang berbenturan kepentingan, identifikasi sumber penyebab benturan kepentingan dan upaya pencegahan situasi berbenturan kepentingan. 1. Pedoman Conflict of Interest 2. Surat Keputusan Direksi No. Kpts-088/C00000/2009-S0 tanggal 16 November 2009 PEDOMAN LHKPN Dikarenakan Pertamina merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maka anggota Direksi, Dewan Komisaris dan pejabat strukturalnya dikategorikan sebagai Penyelenggara Negara dan terikat kewajiban untuk melaporkan dan mengumumkan kekayaan sebelum dan sesudah menjabat berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam implementasinya, penetapan wajib lapor LHKPN di BUMN diserahkan kepada Direksi masing-masing BUMN sesuai Instruksi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara nomor: INS02/MBU/2007 tanggal 21 September 2007 tentang Penyelenggara Negara Yang Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Badan Usaha Milik Negara. Sesuai dengan Instruksi Menteri tersebut di atas, Direktur Utama Pertamina menetapkan Surat Keputusan tentang kewajiban penyampaian LHKPN di Pertamina. Dalam implementasinya, SK tersebut dilengkapi dengan Pedoman Kewajiban Penyampaian LHKPN.
  • 13. 1. Pedoman LHKPN 2. Surat Keputusan Direktur Utama No.Kpts-56/C00000/2013-S0 tanggal 19 September 2013. PEDOMAN COMPLIANCE ONLINE SYSTEM Sejak tahun 2010, Pertamina mengoperasikan sistem pelaporan online untuk mendukung program kepatuhan yang disebut Compliance Online System. Melalui sistem online ini Pekerja Pertamina dapat menyampaikan: 1. Pernyataan Benturan Kepentingan dan Potensi Benturan Kepentingan 2. Pernyataan kepatuhan terhadap Pedoman Perilaku ( Code of Conduct) 3. Pernyataan telah menyampaikan LHKPN 4. Laporan gratifikasi. Compliance Online System ini menjangkau setiap pekerja Pertamina yang lokasi penugasannya di seluruh daerah di Indonesia maupun di luarnegeri. • Pedoman Compliance Online System Decree of Board of Directors No. 15/C00000/2012-S0 dated 13 April 2012 TKO WHISTLEBLOWING SYSTEM Pertamina menyediakan saluran komunikasi bagi para pemangku kepentingan untuk menyampaikan laporan pelanggaran atau penyimpangan terkait Pertamina, yang disebut Whistleblowing System. Whistleblowing System Pertamina memfasilitasi pelaporan dilakukan dengan anonim dan terjaga kerahasiaannya serta dikelola oleh konsultan independen yang meneruskan laporan yang diterima WBS kepada tim WBS Pertamina untuk ditindaklanjuti. Saluran WBS yang disediakan, yaitu: Telepon : +62+21- 3815909/3815910/381/5911 SMS : +62+8111750612 Fax : +62+21+3815912 Email : pertaminaclean@tipoffs.com.sg Website : https://pertaminaclean.tipoffs.info Mail Box : Pertamina Clean PO Box 2600 JKP 10026 TKO WBS SK Direksi Pertamina No. 15/C00000/2012-S0 tanggal 13 April 2012
  • 14. Prinsip GCG Pertamina Dalam Implementasi GCG, Pertamina telah berhasil memeroleh hasil yang memuaskan dan terbukti memberikan kontribusi positif dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan, dan kebijakan seluruh kegiatan usaha Perseroan. Implementasi GCG Perseroan senantiasa dilandaskan pada prinsip-prinsip GCG dengan semangat transparansi, tanggung jawab, dan terpercaya. Adapun, prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Transparency adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan, dan informasi materil serta relevan mengenai perusahaan. Hal ini terimplementasi dengan sistem tranparansi Pertamina dalam mengungkapan laporan keuangan maupun manajemen. 2. Accountability merupakan prinsip mengutamakan kejelasan fungsi dan pertanggungjawaban kinerja perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan berjalan secara efektif dan dapat dipercaya. 3. Responsibility merupakan semangat perusahaan dalam mengupayakan kepatuhan perusahaan terhadap peraturan dan undang-undang pemerintah yang dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan tekanan dari pihak lain. 4. Independency merupakan semangat perusahaan untuk mengelola Perusahaan secara profesional tanpa benturan kepentingan dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Fairness adalah keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholdersyang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penerapan prinsip-prinsip GCG merupakan satu langkah Pertamina untuk meningkatkan dan mengoptimalkan Corporate Value untuk mendorong pengelolaan Perseroan yang profesional, transparan, dan efisien. Dengan meningkatkan prinsip-prinsip tersebut Pertamina dapat memenuhi kewajiban secara baik kepada Para Pemangku Kepentingan, terutama PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan induk. Perusahaan senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip GCG, Tata Nilai Perseroan, serta Etika Bisnis dalam menjalankan tugas dan fungsi Perseroan, baik dalam mengambil sikap dan keputusan bisnis. Hal tersebut selalu memperhatikan kepentingan Perusahaan, Pemegang Saham serta stakeholderslainnya. Perusahaan senantiasa menekankan pentingnya berpegang teguh dan berkomitmen dalam implementasi GCG secara menyeluruh kepada seluruh karyawan.
  • 15. Perusahaan menandatangani pernyataan komitmen bersama Penerapan GCG Perseroan guna membuktikan kesungguhan penerapan GCG kepada seluruh karyawan yang direpresentasikan oleh tiga organ penting Perusahaan yaitu Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi. Tujuan GCG PTK Penerapan GCG di Pertamina senantiasa mengacu kepada best practices GCG baik dalam membuat keputusan, menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, patuh kepada Peraturan Perundang-undangan, dan kesadaran akan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Adapun tujuan penerapan GCG Pertamina adalah: 1. Memaksimalkan nilai Perseroan. 2. Terlaksananya pengelolaan Perseroan secara profesional dan mandiri. 3. Dapat terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ Perseroan yang didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Terlaksananya tanggung jawab sosial Perseroan terhadap seluruh stakeholders. Pedoman GCG Pedoman GCG disusun sebagai acuan dalam mengelola Perseroan berdasarkan prinsip GCG yang menjadi kaidah dan pedoman bagi pengurus Perseroan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Penerapan prinsip-prinsip GCG (Transparency, Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness) diperlukan agar Perseroan dapat bertahan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. GCG diharapkan dapat menjadi sarana untuk mencapai visi dan misi Perusahaan.
  • 16.
  • 17.
  • 18. Daftar Pustaka • Hapzi Ali, 2019. Business Ethics & GG Ethical Decision Making in Business, diakses pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 19.20 WIB • Fitri Andriani, dkk., 2018. Kasus Etika dan Pengambilan Keputusan dalam Perusahaan Nike, diakses pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 19.21 WIB • Anonym, -. http://www.ptk-shipping.com/id/gcg/, diakses pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 19.21 WIB • Anonym, 2016. http://etikbisnis.blogspot.com/2016/01/pengambilan-keputusan-dalam- etika-bisnis.html, diakses pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 19.22 WIB • Ali, Hapzi. 2019. Modul Concepts and Theories of Business Ethics. Jakarta: Universitas Mercu Buana, diakses pada tanggal 23 Juni 2019, pukul 09.47 WIB • Pertamina. 2013. Kode Kepatuhan di https://pertamina.com/id/kode-kepatuhan ,diakses diakses pada tanggal 23 Juni 2019, pukul 09.47 WIB