Fail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptx
ETHICAL DECISION
1. BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE
Tugas Minggu ke -12
Ethics Of Consumer Protection
Aprilia Safitri -55118110131
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA,MPM
Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen
UNIVERSITAS MERCUBUANA-JAKARTA
2019
2. Jawablah Quiz minggu ini dengan baik dan benar:
Apa yang dapat saudara resemekan tentang Ethical Decision Making in Business
Jawabannya dapat di tambah dari sumber lain yang relevan
Selamat menjawab Quiz minggu ini.
Ethical Decision Making in Business
THE DECISION-MAKING PROCESS (Proses Pengambilan Keputusan)
Proses adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengambilan keputusan adalah proses organisasi karena hal tersebut melebihi individu dan
mempunyai efek pada tujuan organisasi.
Pengambilan keputusan didefinisikan secara universal sebagai pemilihan alternatif. Ahli teori
keputusan dan organisasi Herbert A. simon mengonseptualisasikan proses pengambilan
keputusan menjadi 3 tahap utama yaitu:
1. Aktivitas intelegensi : Berasal dari pengertian militer “intelligence,”Simon
mendiskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang
memerlukan pengambilan keputusan.
2. Aktivitas desain : Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan,
pengembangan, dan analisis masalah.
3. Aktivitas memilih : Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-
memilih tindakan tertentu dari yang tersedia.
Langkah pengambilan keputusan menurut Mintzberg dan koleganya yaitu:
1. Tahap identifikasi : Dimana pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan
diagnosis dibuat.
2. Tahap pengembangan : Dimana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang
ada atau mendesain solusi yang baru.
3. Tahap seleksi : Dimana pilihan solusi dibuat. Ada 3 cara pembentukan seleksi: dengan
penilaian pembuatan keputusan dibuat berdasarkan pengalaman atau intuisi, dengan
tawar menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua
manuver politik yang ada. Setelah keputusan diterima secara formal otorisasi pun
dibuat.Perlu dicatat bahwa pengambilan keputusan merupakan proses dinamis, terdapat
banyak celah berupa umpan balik dalam setiap tahap. Proses dinamis ini mempunyai
implikasi perilaku dan strategi pada organisasi.
BEHAVIORAL DECISION MAKING(Perilaku Pengambilan Keputusan)
Dasar dan titik awal untuk mengembangkan dan menganalisis berbagai model perilaku
pengambilan keputusan adalah tetap mempertahankan tingkat dan arti rasionalitas.
Rasionalisasi Keputusan
Definisi rasionalisasi yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan adalah bahwa hal
tersebut merupakan rencana tujuan. Jika sebuah rencana dipilih untuk mencapai tujuan yang di
inginkan, maka keputusan dikatakan rasional. Simon menunjukkan bahwa “hierarki rencana-
tujuan” merupakan rangkaian yang jarang terhubung dan terintegrasi sepenuhnya.
Salah satu cara untuk mengklarifikasi rasionalitas rencana-tujuan adalah menggunakan
keterangan tambahan yang tepat dan berkualitas pada berbagai jenis rasionalitas. Rasionalisasi
objektif dapat diterapkan pada keputusan yang memaksimalkan nilai dalam situasi tertentu.
3. Rasionalisasi subjektif memaksimalkan hasil dalam kaitannya dengan pengetahuan aspek subjek
tertentu. Rasionalitas dengan sengaja dapat diterapkan pada keputusan dimana penyesuaian
rencana untuk tujuan merupakan proses dengan sengaja.
Model Perilaku Pengambilan Keputusan
Model berusaha mendiskripsikan secara teoritis dan realistis bagaimana manager praktik
mengambil keputusan. Secara khusus, model berupaya menentukan seberapa rasional pembuat
keputusan manajemen.
Model rasional ekonomi
Model ini berasal dari model ekonomi klasik dimana dalam segala hal pembuat keputusan
bersifat rasional. Asumsi dalam pengambilan keputusan yaitu:
1. Keputusan sepenuhnya rasional dalam hal rencana-tujuan.
2. Terdapat sistem pilihan yang lengkap dan konsisten yang memungkinkan pemilihan
alternatif.
3. Kesadaran penuh terhadap semua kemungkinan alternatif.
4. Tidak ada batasan pada kompleksitas yang dapat ditampilkan untuk menentukan
alternatif terbaik.
5. Probabilitas kalkulasi tidak menakutkan ataupun misterius.
Pembuatan keputusan selalu memaksimalkan hasil dalam perusahaan bisnis dan keputusan akan
diarahkan kepada titik profit maksimum dimana biaya marginal sama dengan pendapatan
marginal(MC=MR).
Peters dan Waterman dalam bukunya in search of excellence” pendekatan numeratif dan rasional
pada manajemen mendominasi sekolah bisnis. Pendekatan tersebut mencari pembenaran yang
terpisah dan analitis untuk semua keputusan. Hal ini bisa saja salah dan membuat kita sangat
tersesat.”
Inti yang dicapai Peters dan Waterman adalah bahwa model rasional bukan menjadi akhir
pengambilan keputusan secara efektif dan jika terdapat perbedaan, hal tersebut menyebabkan
kesalahpahaman dan mengganggu proses pengambilan keputusan.
Gaya Pengambilan Keputusan
Ada empat gaya pengambilan keputusan, yaitu :
• Gaya Direktif
Mempunyai toleransi yang rendah pada ambiguitas, dan berorientasi pada tugas dan masalah
teknis. Cenderung lebih efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan masalah.
Berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Berorientasi pada tindakan,
cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol,
dan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis
• Gaya Analitik
Mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas, tugas yang kuat serta orientasi teknis. Suka
menganalisis situasi, mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif daripada pembuat
keputusan direksi. Memerlukan waktu lama untuk mengambil keputusan dapat merespon situasi
baru atau tidak menentu dengan baik, gaya kepemimpinan otokratis.
4. • Gaya Konseptual
Mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas,orang yang kuat, dan peduli terhadap
lingkungan sosial. Berpandangan luas adalam memecahkan masalah dan suka
mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang. Membahas sesuatu
dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapatkan sejumlah informasi dan kemudian
mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan. Berani mengambil resiko, bagus dalam
menemukan solusi yang kreatif atas masalah, dapat membantu mengembangkan pendekatan
idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
• Gaya Perilaku
Mempunyai toleransi yang rendah pada ambiguitas, orang yang kuat dan peduli terhadap
lingkungan sosial. Bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan
dalam pertukaran pendapat. Menerima saran, sportif dan bersahabat dan menyukai informasi
verbal daripada tulisan, menghindari konflik dan peduli dengan kebahagiaan orang lain.
Kesulitan untuk berkata “tidak” membuat keputusan yang tidak tegas.
Implikasi Gaya Keputusan
Manajer mengandalkan dua atau tiga gaya keputusan. Gaya tersebut dapat digunakan untuk
menentukan kekuatan dan kelemahan pembuatan keputusan. Gaya ini membantu menjelaskan
mengapa manajer yang berbeda membuat keputusan yang berbeda setelah mengevaluasi
informasi yang sama. Analisis gaya pembuat keputusan berguna dalam memberikan pemikiran
mengenai bagaimana menghadapi berbagai gaya pengambilan keputusan.
5. Ethical Decision Making in PR
Dalam dunia PR, decision making atau pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang akan
ditemui setiap saat, contohnya ketika terjadi krisis maupun saat akan menentukan strategi
brandin. Sangatlah penting bagi praktisi PR untuk dapat membuat keputusan yang tepat dan
strategis, karena setiap langkah yang diambil dan setiap keputusan yang diambil akan
menentukan bagaimana perusahaan atau organisasi dan produknya akan dilihat oleh publik.
Berkaitan dengan etika profesi, sudah selayaknya setiap keputusan yang diambil sesuai dengan
etika dan prinsip-prinsip moral yang berlaku. Namun pada kenyataannya, masih banyak sekali
kasus atau masalah yang muncul akibat pengambilan keputusan yang tidak sesuai etika. Sebagai
contoh, kasus maskapai penerbangan United Airlines yang tahun lalu menghebohkan dunia
aviliasi serta media socsal karena masalah overbooking dan penyeretan penumpangnya. Krisis
United Airlines sendiri diperparah karena pihak maskapai gagal membuat keputusan tepat yang
beretika, sehingga kesan public terhadap perusahaan tersebut makin buruk.
Sebagai praktisi PR, sudah menjadi kewajiban untuk menjaga professional dan reputasi individu
sebagai PR serta reputasi perusahaan. Menerapkan pengambilan keputusan yang beretika
menjadi salah satu contohnya. Tentunya, perlu diingat bahwa keputusan yang tepat tidak bisa
dibuat tanpa pertimbangan dan strategi yang matang. Beberapa langkah yang dapat dijadikan
panduan untuk mengambil keputusan antara lain:
• Research: proses pengumpulan data/informasi yang diperlukan, analisis data, serta
penentuan masalah. Misalnya, ketika terjadi suatu masalah, harus diketahui lebih dulu
akar permasalahannya dari mana, bagaimana bis aterjadi, dampaknya sampai dengan saat
itu sudah sampai.
• Planning/perencanaan: setelah menentukan objektif/tujuan, maka setelah itu pikirkan
bagaimana akan mencapainya, menggunakan metode seperti apa. Misalnya ketika
perusahaan ingin melakukan campaign peningkatan awareness terhadap kesehatan
mental, maka perencanaannya akan meliputi penentuan bentuk campaignnya seperti apa,
melibatkan siapa, kapan akan dilakukan, dst. Dalam perencanaan, hendaknya
mempertimbangkan resiko atau kemungkinan yang dapat terjadi dan menyiapkan cara
menanggulanginya.
• Implementasi: strategi atau keputusan yang telah dibuat dengan matang dapat
dilaksanakan sesuai rencana.
• Evaluasi: setelah mengeksekusi rencana/strategi tersebut, harus diadakan evaluasi atau
penilaian terhadap hasilnya. Apakah berhasil mencapai target/sasaran yang ditetapkan?
Apakah ada hal yang masih kurang atau perlu diperbaiki? Dan apakah ada hal yang harus
dipertahankan untuk kedepannya?
Sebelum tahap implementasi rencana, selayaknya seorang praktisi memastikan bahwa setiap
keputusan yang diambil sudah sesuai dengan etika yang ditetapkan. Cara untuk memastikannya
dapat menggunakan checklist pilar etika PR sebagai berikut:
6. • Apakah ada pihak yang dirugikan?
• Apakah ada kesempatan/peluang melakukan hal yang baik yang dilewatkan/tidak
dilakukan?
• Apakah keputusan itu dapat menggiring pendapat orang lain kesisi yang salah?/apakah
ada yang akan merasa dimanipulasi?
• Apakah akan ada privasi yang terlanggar?
• Apakah hal tersebut tidak fair kepihak lain?/ Adakah yang merasa tidak diuntungkan?
• Apakah hal tersebut terasa salah?
Jika ditemukan bahwa jawabannya ya pada salah satu atau lebih check list tersebut, maka dapat
diartikan bahwa keputusan yang diambil belum sepenuhnya sesuai dengan etika PR.
Decision making yang harus dibuat oleh setiap praktisi PR tidaklah mudah mengingat banyaknya
faktor yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu,
peningkatan kemampuan untuk pengambilan keputusan serta pemecahan masalah menjadi skill
yang krusial dipunyai oleh PR profesional, maupun individu yang tertarik untuk terjun ke bidang
PR.
Referensi :
http://binus.ac.id/malang/2018/11/ethical-decision-making-in-pr/ diakses pada tanggal 1
Desember 2018 jam 11.28 WIB
https://jejenjaelani.wordpress.com/2012/12/20/decision-making-process/ diakses pada tanggal 1
Desember 2018 jam 11.40 WIB