SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
12,	 BE	 &	 GG,	 Beny	 Adhi,	 Hapzi	 Ali,	 Ethical	 Decision	 Making	 in	 Business,	
Universitas	Mercu	Buana,	2018	
	
Secara	 umum	 pengambilan	 keputusan	 adalah	 upaya	 untuk	 menyelesaikan	
masalah	 dengan	 memilih	 alternatif	 solusi	 yang	 	 ada.	 Sebagai	 ilmu,	 pengambilan	
keputusan	merupakan	suatu	aktivitas	yang	memiliki	metode,	cara,	dan	pendekatan	
tertentu	 secara	 sistematis,	 teratur	 dan	 terarah.	 Keputusan	 etis	 merupakan	 suatu	
keputusan	 yang	 harus	 dibuat	 oleh	 setiap	 profesional	 yang	 mengabdi	 pada	 suatu	
bidang	 pekerjaan	 tertentu.	 Oleh	 karena	 itu	 dalam	 membuat	 suatu	 keputusan	 etis,	
seorang	profesional	pasti	akan	mengacu	pada	kode	etik	profesi.	
Pengambilan	 keputusan	 merupakan	 fungsi	 utama	 seorang	 pimpinan	 atau	
manajer	 di	 dalam	 organisasi.	 Keberhasilan	 pimpinan	 membuat	 dan	 menetapkan	
suatu	 keputusan	 bergantung	 dengan	 data	 dan	 informasi	 yang	 diberikan	 padanya.	
Untuk	 pembuatan	 suatu	 keputusan	 haruslah	 meliputi	 pengidentifikasian	 masalah,	
pencarian	alternatif	penyelesaian	masalah,	evaluasi	dari	alternatif-alternatif	tersebut	
dan	 pemilihaan	 alternatif	 keputusan	 yang	 terbaik.	 seorang	 pimpinan	 atau	 manajer	
dalam	pembuatan	keputusan	perlu	memahami	dan	menguasi	teori	dan	praktek	dan	
data-data	yang	objektif	sebagai	landasan	dalam	membuat	keputusan.		
Kualitas	 keputusan	 manjerial	 merupakan	 ukuran	 dari	 effektivitas	 manejer.	
Proses	 pengambilan	 keputusan	 adalah	 bagaimana	 perilaku	 dan	 pola	 komunikasi	
manusia	sebagai	individu	dan	sebagai	anggota	kelompok	dalam	struktur	organisasi.	
Salah	 satu	 pentingnya	 adalah	 pengambilan	 keputusan.	 Tidak	 	 ada	 pembahasan	
pengambilan		keputusan		akan	lengkap	tanpa	dimasukkanya	etika,	mengapa,	karena	
pertimbangan	 etis	 seharusnya	 merupakan	 suatu	 kriteria	 yang	 penting	 dalam	
pengambilan	keputusan	organisasional.	Pada	ksempatan	kali	ini	kami	penyusun	akan	
membahas	etika	dalam	pengambilan	keputusan.	
	
I. Etika	Pengambilan	Keputusan	
Seorang	pemimpin	dalam	mengambil	keputusan	dihadapkan	pada	dilema	etika	
dan	 moral.	 Keputusan	 yang	 diambil	 pemimpin	 tentunya	 akan	 menghasilkan	
dampak	bagi	orang	lain.	Idealnya,	seorang	pemimpin	mempunyai	integritas	yang	
menjunjung	 tinggi	 nilai	 moral	 dan	 etika.	 Sehingga,	 keputusan	 yang	 diambilnya	
adalah	 mengacu	 tidak	 hanya	 pada	 kepentingannya	 sendiri,	 melainkan	 juga	
kepentingan	orang	banyak	termasuk	lingkungannya.	Maka	ada	baiknya	sebelum	
kita	mengambil	keputusa,	kita	harus	mengacu	pada	prinsip-prinsip	berikut	ini:	
1. Autonomy	
Isu	 ini	 berkaitan	 dengan	 apakah	 keputusan	 anda	 menimbulkan	 kerugikan	
terhadap	 orang	 lain?	 Setiap	 keputusan	 yang	 Anda	 ambil	 tentunya	 akan	
mempengaruhi	 banyak	 orang.	 Oleh	 karena	 itu,	 Anda	 perlu	
mempertimbangkan	faktor	ini	ke	dalam	setiap	proses	pengambilan	keputusan	
Anda.	 Misalnya	 keputusan	 untuk	 merekrut	 pekerja	 dengan	 biaya	 murah.	
Seringkali	 perusahaan	 mengeksploitasi	 buruh	 dengan	 biaya	 semurah	
mungkin	padahal	sesungguhnya	upah	tersebut	tidak	layak	untuk	hidup.	
2. Non-malfeasance	
Apakah	 keputusan	 Anda	 akan	 mencederai	 pihak	 lain?	 Di	 kepemerintahan,	
nyaris	 setiap	 peraturan	 tentunya	 akan	 menguntungkan	 bagi	 satu	 pihak	
sementara	 itu	 mencederai	 bagi	 pihak	 lain.	 Begitu	 pula	 halnya	 dengan
keputusan	 bisnis	 pada	 umumnya,	 dimana	 tentunya	 menguntungkan	 bagi	
beberapa	pihak	namun	tidak	bagi	pihak	lain.	
3. Beneficence	
Merupakan	 keputusan	 harus	 dapat	 menjadi	 solusi	 bagi	 masalah	 dan	
merupakan	solusi	terbaik	yang	bisa	diambil.	
4. Justice	
Proses	 pengambilan	 keputusan	 mempertimbangkan	 faktor	 keadilan,	 dan	
termasuk	 implementasinya.	 Di	 dunia	 ini	 memang	 sulit	 untuk	 menciptakan	
keadilan	 yang	 sempurnam	 namun	 tentunya	 kita	 selalu	 berusaha	 untuk	
menciptakan	keadilan	yang	ideal	dimana	memperlakukan	tiap	orang	dengan	
sejajar.	
	
perbedaan		pengambilan		keputusan	etis	dengan	pengambilan	keputusan	lainnya	
terletak	 pada	 apa	 yang	 disebut	 sebagai	 prinsip-prinsip	 	 etis	 	 yang	 	 mendasari		
pengambilan		keputusan		etis		dan		pada		fakta	bahwa	 	 pengambil	 	 keputusan	
menerima	 	 prinsip	 	 yang	 	 dipersoalkan	 	 itu	 	 sebagai	 	 bagian	 dari	 pandangan	
moralnya	 berkaitan	 dengan	 persoalan	 baik	 dan	 buruk	 yang	 diketahui	 	 secara		
umum/keputusan		yang		baik		secara		moral		dan		legal		di		hadapan		masyarakat	
umum.	Etika	juga	menjelaskan	pilihan-pilihan	etis	karena	pemahaman	terhadap	
etika		menolong		orang		dalam		mendekati		pilihan			yang	membuatnya	mengambil	
keputusan	etis.	
	
II. Kriteria	Pengambilan	Keputusan	yang	Etis	
Pengambilan	 keputusan	 semata-mata	 bukan	 karena	 kepentingan	 pribadi	 dari	
seorang	si	pengambil	keputusannnya.	Beberapa	hal	kriteria	dalam	pengambilan	
keputusan	yang	etis	diantaranya	adalah:	
1. Pendekatan	Manfaat	
adalah	 konsep	 tentang	 etika	 bahwa	 prilaku	 moral	 menghasilkan	 kebaikan	
terbesar	bagi	jumlah	terbesar.	
2. Pendekatan	individualisme	
adalah	 konsep	 tentang	 etika	 bahwa	 suatu	 tindakan	 dianggap	 pantas	 ketika	
tindakan	 tersebut	 mengusung	 kepentingan	 terbaik	 jangka	 panjang	 seorang	
indivudu.	
3. Konsep	etika	
adalah	 menyangkut	 keputusan	 yang	 dengan	 sangat	 baik	 menjaga	 hak-hak	
yang	harus	dipertimbangkan	dalam	pengambilan	keputusan	:	
a. hak	 persetujuan	 bebas.	 Individu	 akan	 diperlakukan	 hanya	 jika	 individu	
tersebut	secara	sadar	dan	tidak	terpaksa	setuju	untuk	diperlakukan.	
b. hak	 atas	 privasi.	 Individu	 dapat	 memilih	 untuk	 melakukan	 apa	 yang	 ia	
inginkan	di	luar	pekerjaanya.	
c. hak	kebebasan	hati	nurani.	Individu	dapat	menahan	diri	dari	memberikan	
perintah	yang	melanggar	moral	dan	norma	agamanya.	
d. hak	 untuk	 bebas	 berpendapat.	 Individu	 dapat	 secara	 benar	 mengkritik	
etika	atau	legalitas	tindakan	yang	dilakukan	orang	lain.	
e. hak	atas	proses	hak.	Individu	berhak	untuk	berbicara	tanpa	berat	sebelah	
dan	berhak	atas	perlakuan	yang	adil.	
f. hak	atas	hidup	dan	keamanan.	Individu	berhak	untuk	hidup	tanpa	bahaya	
dan	ancaman	terhadap	kesehatan	dan	keamananya.
Lawrence		Kohlberg		(1963)		dalam		Bertens		(2013:		61),		menjelaskan		teori	
perkembangan	 moral	 (cognitive	 development	 theory)	 mencakup	 penalaran	
remaja	dan			orang			dewasa.			Teori			ini			berpandangan			bahwa			perkembangan			
moral	merupakan		dasar		dari		perilaku		etis.	Perkembangan		moral		tidak		terjadi		
karena	pembawaan			tetapi			merupakan			hasil			interaksi			manusia			dengan			
lingkungan	 sosialnya.	 Dari	 teori	 Kohlberg	 tersebut,	 James	 Rest	 (1986)	 dalam	
Wittmer	(2005:	51)	membuat		sebuah	model		dalam		pengambilan		keputusan		
etis		atau		disebut	4	komponen	seseorang	dalam	menghadapi	dilema	etika	:	
1. Komponen	 	 I	 :	 komponen	 Rest	 yang	 pertama	 adalah	 sensitivitas	 etika	 atau	
persepsi	 	 etis	 	 yang	 	 merupakan	 adanya	 	 suatu	 	 keyakinan	 	 bahwa	 	 situasi	
memiliki			implikasi			etis/adanya			keterlibatan			etika			dengan			masalah	
tersebut.	
2. Komponen	 	 II	 	 :	 komponen	 	 kedua	 	 ini	 	 adalah	 	 pertimbangan	 	 etis,	 	 yang	
didefinisikan	 	 sebagai	 	 pertimbangan-pertimbangan	 mengenai	 	 yang	 	 harus	
dilakukan				untuk				mengantisipasi				dilema				etis.				Proses				dari				tahapan	
pertimbangan				etis				ini				meliputi				pemikiran				etis				dari				pertimbangan	
profesionalnya				seperti				kompetensi				profesi				dan				pemahaman				etika	
profesinya	dalam	sebuah	pemecahan	yang	ideal	untuk	sebuah	dilema	etis.	
3. Komponen		III		:	motivasi	etis	dimulai		dari		adanya	need		atau		kebutuhan	
pada	 diri	 individu	 yang	 menyebabkan	 timbulnya	 dorongan	 yang	 berfungsi	
memberi			arah	dari			suatu			perilaku			untuk			mengatasi			atau			memenuhi	
kebutuhan	yang	menjadi	penyebab	timbulnya	dorongan	itu	sendiri.	
4. Komponen		IV		:		adalah		karakter		etis,		yang		mengacu		pada		sifat-sifat		atau	
kepribadian		seperti		kekuatan		ego,		kekerasan		hati		(ketekunan),		ketabahan,	
dan	keberanian	dalam	pengambilan	keputusan	yang	etis	
	
III. Pilihan-Pilihan	Etis	Seorang	Manajer	
Dalam	 	 Brooks	 dan	 Dunn	 (2012)	 mengungkapkan	 kekeliruan	 yang	 sering	
dilakukan	para	pembuat	keputusan	dalam	dunia	bisnis	:	
1. Berfokus		pada		keuntungan		jangka		pendek		dan		pemegang		saham	tanpa	
memandang	sisi	lain	di	luar	keuntungan	dan	pemegang	saham	
2. Berfokus		hanya		pada		legalitas		atau		hanya		peduli		dengan		apakah		suatu	
tindakan	sesuai	dengan	aturan	yang	ada.	
3. Keadilan	 yang	 terbatas,	 kadang-kadang	 pengambil	 keputusan	 bersikap	 adil	
hanya		untuk		kelompok		yang		disukai.		Cara		yang		terbaik		untuk		menjamin	
suatu			keputusan			itu			etis			bila			berlaku			adil			untuk			semua			pemangku	
kepentingan.	
4. Konflik		kepentingan,		situasi		dimana		pengambil		keputusan		tidak		dapat	
mengambil	keputusan	secara	objektif	
5. Kegagalan			mempertimbangkan			motivasi			dalam			mengambil			keputusan	
yang	etis	
	
Pilihan-Pilihan	 etis	 seorang	 manajer	 dapat	 dilihat	 dari	 berbagai	 tingkat,	 antara	
lain:	
1. Tingkat	prekonvesional		
mematuhi	 peraturan	 untuk	 menghindari	 hukuman.	 Bertindak	 dalam	
kepentingannya	sendiri.	
2. Tingkat	konvensional
menghidupkan	pengharapan	orang	lain.	Memenuhi	kewajiban	
3. Tingkat	poskonvensional		
mengikuti	prinsip	keadilan	dan	hak	yang	dipilih	sendiri.	Mengetahui	bahwa	
orang-orang	 menganut	 nilai-nilai	 yang	 berbeda	 dan	 mencari	 solusi	 kreatif	
untuk	 mengatasi	 dilema	 etika.	 Menyeimbangkan	 kepentingan	 diri	 dan	
kepentingan	orang	banyak.	
	
Keadaan	sosial	dapat	mempermudah	ataupun	mempersulit	kita	untuk	bertindak	
sesuai	dengan	penilaian	kita.	Dalam	dunia	bisnis,	terkadanga	konteks	organisasi	
mempersulit	 kita	 untuk	 bertindak	 secara	 etis	 bahkan	 bagi	 orang	 yang	 berniat	
paling	baik	sekalipun,	atau	mempersulit	orang	yang	tidak	jujur	untuk	bertindak	
tidak	etis.	Tanggung	jawab	atas	keadaan	yang	dapat	mendorong	perilaku	etis	dan	
menekan	perilaku	tidak	etis	jatuh	kepada	manajemen	bisnis	dan	tim	eksekutif.	
Dalam	situasi	bisnis,	para	individu	harus	mempertimbangkan	implikasi	etis	dan	
pengambilan	 keputusan	 pribadi	 dan	 profesional	 (personal	 and	 prosfessionanl	
decision	making).	Beberapa	dari	peran	yang	kita	emban	bersifat	sosial	:	teman,	
anak,	 pasangan,	 warga	 negara,	 tetangga.	 Beberapa	 bersifat	 institusional	 :	
manajer,	pengajar,	pengacara,	akuntan,	auditor,	analis	keuangan,	dan	sejenisnya.	
Pengambilan	keputusan	dalam	konteks	ini	menimbulkan	pertanyaan	yang	lebih	
luas	berkaitan	dengan	tanggung	jawab	sosial	dan	keadilan	sosial.	
Dalam	konteks	bisnis,	para	individu	mengisi	peran	sebagai	karyawan,	manajer,	
eksekutif	senior,	dan	anggota	dewan.	Para	manajer,	eksekutif,	dan	anggota	dewan	
memiliki	kemampuan	untuk	menciptakan	dan	membentuk	konteks	organisasi	di	
mana	semua	karyawan	mengmbil	keputusan.	Oleh	karena	itu,	mereka	memiliki	
sebuah	 tanggung	 jawab	 untuk	 meningkatkan	 pengaturan	 organisasi	 yang	
mendorong	perilaku	etis	dan	menekan	perilaku	tidak	etis.	
	
IV. Teori	Pengambilan	Keputusan	dalam	Menghadapai	Etika/Moral	
1. Teori	 Utilitariansme	 adalah	 tindakan	 dimaksudkan	 untuk	 memberikan	
kebahagiaan	atau	kepuasan	yang	maksimal	
2. Teori	 Deontologi	 adalah	 tindakan	 berlaku	 umum	 &	 wajib	 dilakukan	 dalam	
situasi	 normal	 karena	 menghargai:	 Norma	 yang	 berlaku,	 Misal	 kewajiban	
melakukan	pelayanan	prima	kepada	semua	orang	secara	obyektif.	
3. Teori	 Hedonisme	 merupakan	 dasar	 yang	 menjadi	 alasan	 kepuasan	 Yang	
ditimbulkannya	mencari	kesenangan,	menghindari	ketidaksenangan.	
4. Teori	Eudemonisme	adalah	tujuan	akhir	untuk	kebahagiaan.	
	
V. Faktor-Faktor	yang	Mempengaruhi	Pengambilan	Keputusan	
Beberapa	 tahap	 yang	 menjadi	 factor	 keberhasilan	 sebuah	 keputusan,	
diantaranya:	
1. Tahap	perkembangan	moral	
Tahap	 ini	 merupakan	 suatu	 tahap	 penilaian	 (assessment)	 dari	 kapasitas	
seseorang	 untuk	 menimbang	 nimbang	 apakah	 secara	 moral	 benar,	 makin	
tinggi	 perkembangan	 moral	 seorang	 berarti	 makin	 kurang	
ketergantungannya	 pada	 pengaruh-	 pengaruh	 luar	 sehingga	 ia	 akan	 makin	
cenderung	 berperilaku	 etis.	 Sebagai	 contoh,	 kebanyakan	 orang	 dewasa	
berada	dalam	tingkat	menengah	dari	perkembangan		moral,		mereka		sangat		
dipengaruhi		oleh		rekan		sekerja		dan		akan	mengikuti		aturan		dan		prosedur
suatu		organisasi.		Individu-individu		yang		telah		maju	ketahap-tahap	yang	
lebih	 tinggi	 menaruh	 nilai	 yang	 bertambah	 pada	 hak-hak	 orang	 lain,	 tak	
peduli	akan	pendapat	mayoritas,	dan	kemungkinan	besar	menantang	praktik-
praktik	 organisasi	 yang	 mereka	 yakini	 secara	 pribadi	 sebagai	 sesuatu	 hal	
yang	keliru.	
2. Lingkungan	Organisasi	
Dalam	lingkungan	organisasional	merujuk	pada	persepsi	karyawan	mengenai	
pengharapan	 (ekspetasi)	 organisasional.	 Apakah	 organisasi	 itu	 mendorong	
dan	 mendukung	 perilaku	 etis	 dengan	 meberi	 ganjaran	 atau	 menghalangi	
perilaku	 tak-etis	 dengan	 memberikan	 hukuman/sangsi.	 Kode	 etis	 yang	
tertulis,	 perilaku	 moral	 yang	 tinggi	 dari	 para	 seniornya,	 pengharapan	 yang	
realistis	akan	kinerja,	penilaian	kinerja	sebagai	dasar	promosi	bagi	individu-
individu,	 dan	 hukuman	 bagi	 individu-individu	 yang	 bertindak	 tak-etis	
merupakan	 suatu	 contoh	 nyata	 dari	 kondisi	 lingkungan	 organisasional	
sehingga	kemungkinan		besar		dapat		menumbuh		kembangkan		pengambilan		
keputusan		yang	sangat	etis.	
3. Tempat	kedudukan	kendali	
Tempat		kedudukan		kendali		tidak			lepas		dengan		struktur			organisasi,			pada	
umumnya	individu-individu	yang	memiliki	moral	kuat	akan	jauh	lebih	kecil	
kemungkinannya		untuk		mengambil	keputusan		yang		tak-etis,		namun		jika		
mereka	dikendalai	oleh	lingkungan	organisasi	sebagai	tempat	kedudukannya	
yang	 sedikit	 banyak	 	 tidak	 	 menyukai	 	 pengambilan	 keputusan	 	 etis,	 	 ada		
kemungkinan		individu-	individu	yang	telah	mempunyai	moral	yang	kuatpun	
dapat	 tercemari	 oleh	 suatu	 lingkaungan	 organisasi	 sebagai	 tempat	
kedudukannya	 yang	 mengizinkan	 atau	 mendorong	 praktik-praktik	
pengambilan	keputusan	tak-etis.	
	
VI. Dasar	Pengambilan	Keputusan	
1. Berdasarkan	intuisi	atau	perasaan	
Keputusan	yang	diambil	berdasarkan	perasaan	lebih	bersifat	subjektif	yaitu	
mudah	 terkena	 	 sugesti,	 pengaruh	 luar,	 dan	 factor	 kejiwaan	 lagi.	 Meskipun	
memiliki	beberapa	kekurangan	keputusan	yang	didasari	intuisi	atau	perasaan	
juga	 memiliki	 keuntungan	 diantaranya	 pengambilan	 keputusan	 dilakukan	
oleh	satu	pihak	sehingga	mudah	untuk	memutuskan.	
2. Berdasarkan	rasional	atau	masuk	akal	
Keputusan	 yang	 bersifat	 rasional	 berkaitan	 dengan	 daya	 guna	 masalah-
masalah	 yang	 dihadapi	 merupakan	 masalah	 yang	 memerlukan	 pemecahan	
rasional.	 Keputusan	 yang	 dibuat	 berdasarkan	 pertimbangan	 rasional	 lebih	
bersifat	objektif	dalam	masyarakat.	
3. Berdasarkan	fakta	
Banyak	 yang	 berpendapat	 bahwa	 sebaiknya	 pengambilan	 keputusan	
didukung	oleh	sejumlah	fakta	yang	memadai.	Sebenarnya	istilah	fakta	perlu	
dikaitkandengan	 istilah	 data	 dan	 informasi.	 Kumpulan	 fakta	 yang	 telah	
dikelompokkan	 secara	 sistematis	 dinamakan	 data.Sedangkan	 informasi		
adalah	 	 hasil	 	 pengolahan	 	 dari	 data.	 Dengan	 demikinan,	 data	 harus	 diolah		
lebih	 	 dulu	 menjadi	 informasi	 yang	 kemudian	 dijadikan	 dasar	 pengambilan	
keputusan.	Keputusan	yang	berdasarkan	sejumlah	fakta,	data	atau	informasi	
yang	cukup			Itu			memang			merupakan			keputusan			yang			baik	dan	solid.
4. Berdasarkan	pengalaman	
5. Pengambilan	 	 keputusan	 	 berdasarkan	 pengalaman	 sering	 kali	 diterapkan	
pimpinan	 dengan	 mengingat-ingat	 apakah	 kasus	 seperti	 ini	 sebelumnya	
pernah	 terjadi.	 Jika	 ternyata	 permasalahan	 tersebut	 pernah	 terjadi	
sebelumnya,	 maka	 pimpinan	 tinggal	 melihat	 apakah	 permasalahan	 tersebut	
sama	 atau	 tidak	 dengan	 situasi	 dan	 kondisi	 saat	 ini.	 Jika	 masih	 sama	
kemudian	 dapat	 menerapkan	 cara	 yang	 sebelumnya	 itu	 untuk	 mengatasi	
masalah	 yang	 timbul.dalam	 hal	 tersebut,	 pengalaman	 memang	 dapat	
dijadikan	 pedomandalam	 menyelesaikan	 masalah.	 Keputusan	 yang	
berdasarkan	 pengalaman	 sangat	 bermanfaat	 bagi	 pengetahuan	 praktis.	
Pengalaman	dan	kemampuan	untuk	memperkirakan	apa	yang	menjadi	latar	
belakang	 masalah	 dan	 bagaimana	 arah	 penyelesaiannya	 sangat	 membantu	
dalam	memudahkan	pemecahan	masalah.	
6. Berdasarkan	wewenang	
Setiap	 orang	 yang	 menjadi	 pimpinan	 organisasi	 mempunyai	 tugas	 dan	
wewenang	untuk	mengambil	keputusan	dalam	rangka	menjalankan		kegiatan		
demi	 	 	 tercapainya	 tujuan	 organisasi	 yang	 	 efektif	 	 dan	 	 efisien.	 Keputusan	
yang	 berdasarkan	 wewenang	 memiliki	 beberapa	 keuntungan,	 diantaranya		
banyak	 diterimanya	 oleh	 bawahan,	 	 	 juga	 karena	 didasari	 wewenang	 yang		
resmi	maka		akan		lebih		bersifat		permanen.	
	
VII. Proses	Pengambilan	Keputusan	
Pucuk	 pimpinan	 (top	 manajer)	 perlu	 memahami	 dan	 memiliki	 keterampilan,	
dalam	melaksanakan	proses	pengambilan	keputusan	atau	pembuatan	kebijakan	
yang	 memungkinkan	 asas	 kesatuan	 perintah	 diwujudkan.	 Di	 lingkungan	 suatu	
organisasi	 pengambilan	 Keputusan	 dan	 atau	 kebijaksanaan	 yang	 ditetapkan	
pucuk	pimpinan	atau	pimpinan	unit	/	satuan	kerja	bawahannya,	harus	dirasakan	
sebagai	 keputusan	 bersama	 dan	 terarah	 pada	 kepentingan	 organisasi,	 bukan	
untuk	kepentingan	kelompok	atau	pribadi	tertentu	saja.	Model	yang	bermanfaat	
yang	 terkenal	 sebagai	 kerangka	 dasar	 proses	 pengambilan	 keputusan	 yang	
dikemukakan	 oleh	 Herbert	 A.	 Simon	 dalam	 Sutabari	 (2003)	 akan	 digunakan	
sebagai	dasar	untuk	menjelaskan	proses	pengambil	keputusan.	
1. Menganalisis	masalah	:	Mengenali	masalah	dari		perbedaan	hasil	aktual	
dengan	hasil	yang	diharapkan,	definisikan	apa	masalahnya.		
Langkah	pertama	dalam	pengambilan	keputusan	yang	bertanggung	jawab	
secara	etis	adalah	menentukan	fakta-fakta	dalam	situasi	tersebut,	
membedakan	fakta-fakta	dari	opini	belaka,	adalah	hal	yang	sangat	penting.	
Perbedaan	persepsi	dalam	bagaimana	seseorang	mengalami	dan	memahami	
situasi	dapat	menyebabkan	banyak	perbedaan	etis.	Sebuah	penilaian	etis	
yang	dibuat	berdasarkan	penentuan	yang	cermat	atas	fakta-fakta	yang	ada	
merupakan	sebuah	penilaian	etis	yang	lebih	masuk	akal	daripada	penilaian	
yang	dibuat	tanpa	fakta.	Seseorang	yang	bertindak	sesuai	dengan	
pertimbangan	yang	cermat	akan	fakta	telah	bertindak	dalam	cara	yang	lebih	
bertanggung	jawab	secara	etis	daripada	orang	yang	bertindak	tanpa	
pertimbangan	yang	mendalam.	
2. Membuat	asumsi	:	Secara	struktural	terletak	di	dalam	/	di	luar	tanggung	
jawab	?	Secara	personal	bersedia	menerima	resiko	/	tidak	?		Tersedia	sumber	
daya	atau	tidak	?		Masalahnya	urgen	/	tidak	?
Langkah	kedua	dalam	pengambilan	keputusan	yang	etis	yang	bertanggung	
jawab	mensyaratkan	kemampuan	untuk	mengenali	sebuah	keputusan	atau	
permasalahn	sebagai	sebuah	keputusan	etis	atau	permasalahan	etis.	
3. Membuat	 alternatif	 pemecahan	 masalah	 :	 Membuat	 beberapa	 alternatif	
pemecahan	masalah	yang	bersifat	layak,	efektif	dan	efisien.	
Langkah	 ketiga	 melibatkan	 satu	 dari	 elemen	 vitalnya.	 Kita	 diminta	 untuk	
mengidentifikasi	 dan	 mempertimbangkan	 semua	 pihak	 yang	 dipengaruhi	
oleh	sebuah	keputusan,	orang-orang	ini	biasa	disebut	dengan	para	pemangku	
kepentingan	(stakeholder).	
4. Mengevaluasi	 alternatif	 :	 Mengumpulkan	 data	 untuk	 mengevaluasi	 setiap	
alternatif,	menolak	/	menerima	alternatif	dari	sudut	kelayakan,	efektifitas	dan	
efisiensi	setiap	alternative.	
Langkah	 selanjutnya	 dalam	 proses	 pengambilan	 keputusan	 adalah	
membandingkan	 dan	 mempertimbangkan	 alternatif-alternatif,	 membuat	
suatu	 spreadsheet	 mental	 yang	 mengevaluasi	 setiap	 dampak	 tiap	 alternatif	
yang	telah	dipikirkan	terhadap	masing-masing	pemegang	kepentingan	yang	
telah	 identifikasi.	 Salah	 satu	 cara	 yang	 paling	 mudah	 adalah	 menempatkan	
diri	 terhadap	 posisi	 orang	 lain.	 Sebuah	 elemen	 penting	 dalam	 evaluasi	 ini	
adalah	pertimbangan	cara	untuk	mengurangi,	meminimalisasi	atau	mengganti	
kensekuensi	 kerugian	 yang	 mungkin	 terjadi	 atau	 meningkatkan	 dan	
memajukan	konsekuensi-konsekuensi	yang	mendatangkan	manfaat.	Selain	itu	
juga	perlu	mempertimbangkan	kewajiban,	hak-hak	dan	prinsip-prinsip,	serta	
dampak	bagi	integritas	dan	karakter	pribadi.	
5. Memilih	dan	menerapkan	alternatif	:	Pilih	alternatif	yang	paling	layak,	efektif,	
dan	efisien.	Lebih	baik	menerapkan	alternatif	yang	kurang	layak	daripada	di	
luar	 kemampuan,	 lebih	 baik	 menerapkan	 alternatif	 yang	 kurang	 efektif	
daripada	tidak	bertindak	dan	lebih	baik	menerapkan	alternatif	yang		mahal	
daripada	murah	tak	bermutu.	
Langkah	kelima	adalah	pengambilan	keputusan	yang	diakhiri	dengan	evaluasi	
yang	 merupakan	 langkah	 terakhir	 dalam	 proses	 pengambilan	 keputusan	
sebagai	sarana	untuk	menilai	apakah	keputusan	kita	sudah	berdampaka	baik	
atau	malah	tidak	sesuai	dengan	apa	yang	kita	harapkan.		
6. Mengevaluasi	hasil	:	Selesai,	jika		sesuai	harapan.	Ulangi,	jika	belum	sesuai.		
	
	
	
DAFTAR	PUSTAKA	
1. Astadi	 Pangarso,	 2014.	 https://astadipangarso.staff.telkomuniversity.ac.id/wp-
content/uploads/sites/59/2014/11/Etika-Bisnis-9th-Week.pdf,		
(3	Desember	2018,	Jam	08:32)	
2. Anonym,	 2016.	 http://etikbisnis.blogspot.com/2016/01/pengambilan-
keputusan-dalam-etika-bisnis.html,	(3	Desember	2018,	08:34)	
3. Januardi	 Pardede,	 2014.	 http://goimtotosik.blogspot.com/2014/02/makalah-
etika-dalam-pengambilan.html,	(3	Desember	2018,	Jam	09:45)	
4. Hapzi	Ali,	2018.	Modul	BE		&GG,	Universitas	Mercu	Buana	
5. Anonym-1.	
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3649/
Bab%202.pdf?sequence=7,	(3	Desember	2018,	Jam	10:23)
Bagaimanakah	 Implementasi	 Ethical	 Decision	 Making	 in	 Business	 dan	
kendalanya	pada	Perusahaan	saudara	atau	ada	pada	peruhsaan	yang	saudara	
amati	atau	secara	umum	di	Indonesia?	
	
PT	XL	Axiata	mengaku	tak	lagi	memusatkan	perhatian	untuk	meningkatkan	banyak	
pelanggan	dan	kini	lebih	berkonsentrasi	memaksimalkan	layanan	yang	berkualitas.	
	
“Supaya	 menarik	 minat	 banyak	 orang,	 kita	 perlu	 tingkatkan	 kualitas,	 sekalipun	 itu	
harus	menaikkan	harga.	Kalau	cuma	harga	murah	dan	trafik	banyak,	kualitas	malah	
sulit	terjaga,”	ungkap	CEO	XL	Axiata,	Dian	Siswarini	saat	sedang	berbincang	dengan	
awak	media	di	Graha	XL.	
Menurut	 Dian,	 tidak	 akan	 efisien	 dan	 berguna	 jika	 hanya	 mementingkan	 kuantitas	
pelanggan	 dan	 tetap	 mempertahankan	 harga	 murah,	 sebab	 ia	 meyakini,	 hal	 itu	
berpotensi	merusak	kualitas	layanan.	
	
Ia	 juga	 mengungkapkan	 dua	 macam	 reaksi	 dari	 para	 konsumen	 terkait	 kenaikan	
harga	layanan	data	yang	kini	sudah	menunjang	teknologi	4G	LTE.	
	
Menurut	Dian,	reaksi	pertama	datang	dari	pelanggan	yang	mementingkan	nilai	tinggi	
(high	value	segment),	atau	mereka	yang	memang	membutuhkan	koneksi	mumpuni	
tanpa	permasalahkan	harga.	
	
“Mereka	 merasa	 baik-baik	 saja	 soal	 harga	 layanan	 data	 yang	 tak	 lagi	 murah.	 Lain	
halnya	 dengan	 jenis	 pelanggan	 kedua,	 yaitu	 mereka	 yang	 cost-conscious	 (sadar	
biaya),”	sambung	Dian.	
	
Tipe	 pelanggan	 kedua	 yang	 ia	 maksud	 adalah	 mereka	 yang	 masih	 sanggup	
berkompromi	dengan	koneksi		lambat	sedikit	asalkan	tarifnya	tetap	murah.	
	
Karenanya,	 Dian	 menuturkan,	 perusahaan	 memberdayakan	 brand	 Axis	 untuk	 para	
pelanggan	yang	masih	‘perhitungan’	antara	harga	dan	layanan	data.	
	
Axis	memang	diperuntukan	untuk	segmen	pasar	kelas	menengah,	sedangkan	layanan	
XL	 lebih	 melayani	 pelanggan	 yang	 mengkonsumsi	 data	 besar.	 Sebagai	 contoh,	
kebanyakan	pelanggan	XL	konsumsi	datanya	sudah	di	atas	2GB.	
	
“Kami	akan	besarkan	Axis.	Kami	sadar	tak	bisa	hanya	menggunakan	satu	brand	saja,	
karena	bisa	sangat	luas	cakupannya.	Jadi	Axis	akan	tak	akan	kami	‘bunuh’,”	jelas	Dian	
lagi	sembari	tertawa	kecil.	
	
Dahulu	sebelum	diakuisisi,	XL	dan	Axis	adalah	dua	operator	seluler	yang	bersaing.	
Awalnya	ketika	akuisisi	ini	rampung,	XL	berniat	mematikan	merek	Axis.	Namun	Dian	
kala	 itu	 menyampaikan	 bahw	 brand	 equity	 yang	 mahal	 dan	 merek	 Axis	 yang	 kuat	
membuat	operator	ini	urung	melakukannya.	
	
Merek	 Axis	 sendiri	 cukup	 mendapatkan	 tempat	 di	 beberapa	 daerah	 seperti	 Jawa	
Tengah	dan	Jawa	Timur,	serta	kawasan	Sumatera	menjadi	basis	pengguna	Axis	yang	
kuat.	Dian	menyatakan,	pihak	XL	sampai	sekarang	masih	harus	meningkatkan	brand
awareness	Axis	di	daerah	yang	belum	terjangkau	oleh	layanan	yang	ia	akuisisi	senilai	
US$	865	juta	itu.	
(tyo)	
	
ANALISIS	
Dapat	 disimpulkan	 dari	 berita	 tersebut,	 bahwa	 PT	 XL	 Axiata	 sebenarnya	 ingin	
mematikan	 merek	 “Axis”.	 Akan	 tetapi	 CEO	 XL	 Axiata,	 Dian	 Siswarini,	 tidak	 akan	
mematikan	“Axis”	dikarenakan	sadar	tidak	bisa	hanya	menggunakan	satu	brand	saja.	
Hal	 ini	 dilakukan	 agar	 menyanggupi	 pelanggan	 kelas	 menengah	 dengan	
menggunakan	 Axis,	 sedangkan	 layanan	 XL	 lebih	 melayani	 pelanggan	 yang	
mengkonsumsi	 data	 besar.Oleh	 karena	 itu	 diambil	 sebuah	 keputusan	 untuk	 tidak	
mematikan	Axis	dan	meningkatkan	layanan	Axis.	
	
	
Jadi,	 keputusan	 yang	 telah	 diambil	 oleh	 CEO	 XL	 Axiata	 merupakan	 tipe	 keputusan	
terprogram	 dengan	 pengambilan	 keputuasan	 tingkat	 strategis	 karena	 didalam	
pengambilan	keputusan	memalui	prosedur	penanganan	yang	baku,	dan	pengambilan	
keputusan	 sesuai	 dengan	 golongan	 masyarakat	 yang	 nantinya	 akan	 menggunakan	
kartu	 perdana	 sesuai	 dengan	 keadaan	 ekonomi	 baik	 menengah	 maupun	 kebawah.	
Dan	Gaya	pengambilan	keputusan	pun	CEO	memperoleh	informasi	yang	diperlukan	
dari	para	bawahan	dan	menetapkan	keputusan	yang	dipandang	relevan.

More Related Content

What's hot

Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
wandasoraya
 

What's hot (18)

2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
 
Etika dan pengambilan keputusan
Etika dan pengambilan keputusanEtika dan pengambilan keputusan
Etika dan pengambilan keputusan
 
12, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...
12, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...12, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...
12, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, ethical decision making in busi...
 
Etika bisnis
Etika bisnisEtika bisnis
Etika bisnis
 
Ethics
EthicsEthics
Ethics
 
E t i k a, mm1
E t i k a, mm1E t i k a, mm1
E t i k a, mm1
 
2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...
2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...
2, be & gg, salomo roy, hapzi ali, konsep dan teori etika bisnis, univers...
 
Business ethics
Business ethicsBusiness ethics
Business ethics
 
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
 
10, sm, agus daman, hapzi ali, business ethics, csr, risk management , unive...
10, sm, agus daman, hapzi ali, business ethics, csr, risk management  , unive...10, sm, agus daman, hapzi ali, business ethics, csr, risk management  , unive...
10, sm, agus daman, hapzi ali, business ethics, csr, risk management , unive...
 
10, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, business ethics, csr, risk management , u...
10, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, business ethics, csr, risk management , u...10, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, business ethics, csr, risk management , u...
10, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, business ethics, csr, risk management , u...
 
Pengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan ppPengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan pp
 
10, SM, Akfika Rizky Sabilla, Hapzi Ali, Business Ethics, CSR, and Risk Manag...
10, SM, Akfika Rizky Sabilla, Hapzi Ali, Business Ethics, CSR, and Risk Manag...10, SM, Akfika Rizky Sabilla, Hapzi Ali, Business Ethics, CSR, and Risk Manag...
10, SM, Akfika Rizky Sabilla, Hapzi Ali, Business Ethics, CSR, and Risk Manag...
 
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
Tugas sim, wanda soraya,yananto mihadi p., s.e., m.si., cma,sistem pengabilan...
 
10, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, business et...
10, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, business et...10, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, business et...
10, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, business et...
 
10,sm,lusianasari,prof.dr. ir. hapzi ali.mm. cma, etika bisnis, tanggung jawa...
10,sm,lusianasari,prof.dr. ir. hapzi ali.mm. cma, etika bisnis, tanggung jawa...10,sm,lusianasari,prof.dr. ir. hapzi ali.mm. cma, etika bisnis, tanggung jawa...
10,sm,lusianasari,prof.dr. ir. hapzi ali.mm. cma, etika bisnis, tanggung jawa...
 
10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...
10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...
10, sm, rame priyanto, hapzi ali, business ethics, csr, and risk management, ...
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, philosophical and business,...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, philosophical and business,...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, philosophical and business,...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, philosophical and business,...
 

Similar to 12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, universitas mercu buana, 2018

12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
lexipel
 
TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.pptx
TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.pptxTEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.pptx
TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.pptx
definaaw1
 
10, sm, adrianto, hapzi ali, business ethics, csr, risk management, universti...
10, sm, adrianto, hapzi ali, business ethics, csr, risk management, universti...10, sm, adrianto, hapzi ali, business ethics, csr, risk management, universti...
10, sm, adrianto, hapzi ali, business ethics, csr, risk management, universti...
Adrianto Dasoeki
 
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptxPPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
Septia43
 

Similar to 12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, universitas mercu buana, 2018 (20)

12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
12. hapzi ali, be gg, quiz and forum ethical decision making in business, uni...
 
Be&gg, wildan karim angga perbata, hapzi ali, philosphical ethic & business, ...
Be&gg, wildan karim angga perbata, hapzi ali, philosphical ethic & business, ...Be&gg, wildan karim angga perbata, hapzi ali, philosphical ethic & business, ...
Be&gg, wildan karim angga perbata, hapzi ali, philosphical ethic & business, ...
 
Business ethic csr risk management. UMB. 2019
Business ethic csr risk management. UMB. 2019Business ethic csr risk management. UMB. 2019
Business ethic csr risk management. UMB. 2019
 
12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...
12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...
12, be & gg, rame priyanto, hapzi ali, ethical decision making in busines...
 
12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...
12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...
12, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, ETHICAL DECISION MAKING IN B...
 
12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...
12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...
12, be & gg, devin winata, hapzi ali, ethical decision making in business...
 
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptxPertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
Pertemuan ke- 4 Pengambilan Keputusan yang Etis.pptx
 
TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.pptx
TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.pptxTEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.pptx
TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.pptx
 
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...
Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...
Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...
 
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digitalPertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
Pertemuan IV.pptx hukum dan etika bisnis digital
 
9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...
9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...
9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...
 
Quiz dan forum be minggu ke 12
Quiz dan forum be minggu ke 12Quiz dan forum be minggu ke 12
Quiz dan forum be minggu ke 12
 
10, sm, adrianto, hapzi ali, business ethics, csr, risk management, universti...
10, sm, adrianto, hapzi ali, business ethics, csr, risk management, universti...10, sm, adrianto, hapzi ali, business ethics, csr, risk management, universti...
10, sm, adrianto, hapzi ali, business ethics, csr, risk management, universti...
 
12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...
12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...
12, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business,Ethical Decision...
 
Be & GG, Rizqa amalia, Hapzi Ali, philosophical ethics and business, universi...
Be & GG, Rizqa amalia, Hapzi Ali, philosophical ethics and business, universi...Be & GG, Rizqa amalia, Hapzi Ali, philosophical ethics and business, universi...
Be & GG, Rizqa amalia, Hapzi Ali, philosophical ethics and business, universi...
 
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptxPPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
 
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptxPPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
PPT_PRINSIP_PRINSIP_ETIKA_DAN_KRITERIA_P.pptx
 
Begg,fariz adlan,prof,dr.ir.hapzi ali, mm,cma,ethical decision making technol...
Begg,fariz adlan,prof,dr.ir.hapzi ali, mm,cma,ethical decision making technol...Begg,fariz adlan,prof,dr.ir.hapzi ali, mm,cma,ethical decision making technol...
Begg,fariz adlan,prof,dr.ir.hapzi ali, mm,cma,ethical decision making technol...
 

More from beny adhi

More from beny adhi (9)

14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
 
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
 
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
 
9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, p...
9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics  rights, privileges, p...9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics  rights, privileges, p...
9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, p...
 
6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...
6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...
6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...
 
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
 
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
 
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
 
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
 

12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, universitas mercu buana, 2018

  • 1. 12, BE & GG, Beny Adhi, Hapzi Ali, Ethical Decision Making in Business, Universitas Mercu Buana, 2018 Secara umum pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan memilih alternatif solusi yang ada. Sebagai ilmu, pengambilan keputusan merupakan suatu aktivitas yang memiliki metode, cara, dan pendekatan tertentu secara sistematis, teratur dan terarah. Keputusan etis merupakan suatu keputusan yang harus dibuat oleh setiap profesional yang mengabdi pada suatu bidang pekerjaan tertentu. Oleh karena itu dalam membuat suatu keputusan etis, seorang profesional pasti akan mengacu pada kode etik profesi. Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama seorang pimpinan atau manajer di dalam organisasi. Keberhasilan pimpinan membuat dan menetapkan suatu keputusan bergantung dengan data dan informasi yang diberikan padanya. Untuk pembuatan suatu keputusan haruslah meliputi pengidentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut dan pemilihaan alternatif keputusan yang terbaik. seorang pimpinan atau manajer dalam pembuatan keputusan perlu memahami dan menguasi teori dan praktek dan data-data yang objektif sebagai landasan dalam membuat keputusan. Kualitas keputusan manjerial merupakan ukuran dari effektivitas manejer. Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Salah satu pentingnya adalah pengambilan keputusan. Tidak ada pembahasan pengambilan keputusan akan lengkap tanpa dimasukkanya etika, mengapa, karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasional. Pada ksempatan kali ini kami penyusun akan membahas etika dalam pengambilan keputusan. I. Etika Pengambilan Keputusan Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya sebelum kita mengambil keputusa, kita harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini: 1. Autonomy Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugikan terhadap orang lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup. 2. Non-malfeasance Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan
  • 2. keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain. 3. Beneficence Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil. 4. Justice Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurnam namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar. perbedaan pengambilan keputusan etis dengan pengambilan keputusan lainnya terletak pada apa yang disebut sebagai prinsip-prinsip etis yang mendasari pengambilan keputusan etis dan pada fakta bahwa pengambil keputusan menerima prinsip yang dipersoalkan itu sebagai bagian dari pandangan moralnya berkaitan dengan persoalan baik dan buruk yang diketahui secara umum/keputusan yang baik secara moral dan legal di hadapan masyarakat umum. Etika juga menjelaskan pilihan-pilihan etis karena pemahaman terhadap etika menolong orang dalam mendekati pilihan yang membuatnya mengambil keputusan etis. II. Kriteria Pengambilan Keputusan yang Etis Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah: 1. Pendekatan Manfaat adalah konsep tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar. 2. Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang indivudu. 3. Konsep etika adalah menyangkut keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan : a. hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan. b. hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar pekerjaanya. c. hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang melanggar moral dan norma agamanya. d. hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang lain. e. hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil. f. hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan keamananya.
  • 3. Lawrence Kohlberg (1963) dalam Bertens (2013: 61), menjelaskan teori perkembangan moral (cognitive development theory) mencakup penalaran remaja dan orang dewasa. Teori ini berpandangan bahwa perkembangan moral merupakan dasar dari perilaku etis. Perkembangan moral tidak terjadi karena pembawaan tetapi merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungan sosialnya. Dari teori Kohlberg tersebut, James Rest (1986) dalam Wittmer (2005: 51) membuat sebuah model dalam pengambilan keputusan etis atau disebut 4 komponen seseorang dalam menghadapi dilema etika : 1. Komponen I : komponen Rest yang pertama adalah sensitivitas etika atau persepsi etis yang merupakan adanya suatu keyakinan bahwa situasi memiliki implikasi etis/adanya keterlibatan etika dengan masalah tersebut. 2. Komponen II : komponen kedua ini adalah pertimbangan etis, yang didefinisikan sebagai pertimbangan-pertimbangan mengenai yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dilema etis. Proses dari tahapan pertimbangan etis ini meliputi pemikiran etis dari pertimbangan profesionalnya seperti kompetensi profesi dan pemahaman etika profesinya dalam sebuah pemecahan yang ideal untuk sebuah dilema etis. 3. Komponen III : motivasi etis dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu yang menyebabkan timbulnya dorongan yang berfungsi memberi arah dari suatu perilaku untuk mengatasi atau memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri. 4. Komponen IV : adalah karakter etis, yang mengacu pada sifat-sifat atau kepribadian seperti kekuatan ego, kekerasan hati (ketekunan), ketabahan, dan keberanian dalam pengambilan keputusan yang etis III. Pilihan-Pilihan Etis Seorang Manajer Dalam Brooks dan Dunn (2012) mengungkapkan kekeliruan yang sering dilakukan para pembuat keputusan dalam dunia bisnis : 1. Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan pemegang saham tanpa memandang sisi lain di luar keuntungan dan pemegang saham 2. Berfokus hanya pada legalitas atau hanya peduli dengan apakah suatu tindakan sesuai dengan aturan yang ada. 3. Keadilan yang terbatas, kadang-kadang pengambil keputusan bersikap adil hanya untuk kelompok yang disukai. Cara yang terbaik untuk menjamin suatu keputusan itu etis bila berlaku adil untuk semua pemangku kepentingan. 4. Konflik kepentingan, situasi dimana pengambil keputusan tidak dapat mengambil keputusan secara objektif 5. Kegagalan mempertimbangkan motivasi dalam mengambil keputusan yang etis Pilihan-Pilihan etis seorang manajer dapat dilihat dari berbagai tingkat, antara lain: 1. Tingkat prekonvesional mematuhi peraturan untuk menghindari hukuman. Bertindak dalam kepentingannya sendiri. 2. Tingkat konvensional
  • 4. menghidupkan pengharapan orang lain. Memenuhi kewajiban 3. Tingkat poskonvensional mengikuti prinsip keadilan dan hak yang dipilih sendiri. Mengetahui bahwa orang-orang menganut nilai-nilai yang berbeda dan mencari solusi kreatif untuk mengatasi dilema etika. Menyeimbangkan kepentingan diri dan kepentingan orang banyak. Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak sesuai dengan penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadanga konteks organisasi mempersulit kita untuk bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat paling baik sekalipun, atau mempersulit orang yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis. Tanggung jawab atas keadaan yang dapat mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen bisnis dan tim eksekutif. Dalam situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dan pengambilan keputusan pribadi dan profesional (personal and prosfessionanl decision making). Beberapa dari peran yang kita emban bersifat sosial : teman, anak, pasangan, warga negara, tetangga. Beberapa bersifat institusional : manajer, pengajar, pengacara, akuntan, auditor, analis keuangan, dan sejenisnya. Pengambilan keputusan dalam konteks ini menimbulkan pertanyaan yang lebih luas berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan keadilan sosial. Dalam konteks bisnis, para individu mengisi peran sebagai karyawan, manajer, eksekutif senior, dan anggota dewan. Para manajer, eksekutif, dan anggota dewan memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membentuk konteks organisasi di mana semua karyawan mengmbil keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan pengaturan organisasi yang mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis. IV. Teori Pengambilan Keputusan dalam Menghadapai Etika/Moral 1. Teori Utilitariansme adalah tindakan dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan atau kepuasan yang maksimal 2. Teori Deontologi adalah tindakan berlaku umum & wajib dilakukan dalam situasi normal karena menghargai: Norma yang berlaku, Misal kewajiban melakukan pelayanan prima kepada semua orang secara obyektif. 3. Teori Hedonisme merupakan dasar yang menjadi alasan kepuasan Yang ditimbulkannya mencari kesenangan, menghindari ketidaksenangan. 4. Teori Eudemonisme adalah tujuan akhir untuk kebahagiaan. V. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Beberapa tahap yang menjadi factor keberhasilan sebuah keputusan, diantaranya: 1. Tahap perkembangan moral Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin cenderung berperilaku etis. Sebagai contoh, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah dari perkembangan moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan sekerja dan akan mengikuti aturan dan prosedur
  • 5. suatu organisasi. Individu-individu yang telah maju ketahap-tahap yang lebih tinggi menaruh nilai yang bertambah pada hak-hak orang lain, tak peduli akan pendapat mayoritas, dan kemungkinan besar menantang praktik- praktik organisasi yang mereka yakini secara pribadi sebagai sesuatu hal yang keliru. 2. Lingkungan Organisasi Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung perilaku etis dengan meberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak-etis dengan memberikan hukuman/sangsi. Kode etis yang tertulis, perilaku moral yang tinggi dari para seniornya, pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian kinerja sebagai dasar promosi bagi individu- individu, dan hukuman bagi individu-individu yang bertindak tak-etis merupakan suatu contoh nyata dari kondisi lingkungan organisasional sehingga kemungkinan besar dapat menumbuh kembangkan pengambilan keputusan yang sangat etis. 3. Tempat kedudukan kendali Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak-etis, namun jika mereka dikendalai oleh lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak menyukai pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan individu- individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak-etis. VI. Dasar Pengambilan Keputusan 1. Berdasarkan intuisi atau perasaan Keputusan yang diambil berdasarkan perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan factor kejiwaan lagi. Meskipun memiliki beberapa kekurangan keputusan yang didasari intuisi atau perasaan juga memiliki keuntungan diantaranya pengambilan keputusan dilakukan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan. 2. Berdasarkan rasional atau masuk akal Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna masalah- masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif dalam masyarakat. 3. Berdasarkan fakta Banyak yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkandengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data.Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup Itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid.
  • 6. 4. Berdasarkan pengalaman 5. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman sering kali diterapkan pimpinan dengan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedomandalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah. 6. Berdasarkan wewenang Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan, diantaranya banyak diterimanya oleh bawahan, juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih bersifat permanen. VII. Proses Pengambilan Keputusan Pucuk pimpinan (top manajer) perlu memahami dan memiliki keterampilan, dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan yang memungkinkan asas kesatuan perintah diwujudkan. Di lingkungan suatu organisasi pengambilan Keputusan dan atau kebijaksanaan yang ditetapkan pucuk pimpinan atau pimpinan unit / satuan kerja bawahannya, harus dirasakan sebagai keputusan bersama dan terarah pada kepentingan organisasi, bukan untuk kepentingan kelompok atau pribadi tertentu saja. Model yang bermanfaat yang terkenal sebagai kerangka dasar proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Herbert A. Simon dalam Sutabari (2003) akan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses pengambil keputusan. 1. Menganalisis masalah : Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual dengan hasil yang diharapkan, definisikan apa masalahnya. Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara etis adalah menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut, membedakan fakta-fakta dari opini belaka, adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi dalam bagaimana seseorang mengalami dan memahami situasi dapat menyebabkan banyak perbedaan etis. Sebuah penilaian etis yang dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-fakta yang ada merupakan sebuah penilaian etis yang lebih masuk akal daripada penilaian yang dibuat tanpa fakta. Seseorang yang bertindak sesuai dengan pertimbangan yang cermat akan fakta telah bertindak dalam cara yang lebih bertanggung jawab secara etis daripada orang yang bertindak tanpa pertimbangan yang mendalam. 2. Membuat asumsi : Secara struktural terletak di dalam / di luar tanggung jawab ? Secara personal bersedia menerima resiko / tidak ? Tersedia sumber daya atau tidak ? Masalahnya urgen / tidak ?
  • 7. Langkah kedua dalam pengambilan keputusan yang etis yang bertanggung jawab mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahn sebagai sebuah keputusan etis atau permasalahan etis. 3. Membuat alternatif pemecahan masalah : Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah yang bersifat layak, efektif dan efisien. Langkah ketiga melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang ini biasa disebut dengan para pemangku kepentingan (stakeholder). 4. Mengevaluasi alternatif : Mengumpulkan data untuk mengevaluasi setiap alternatif, menolak / menerima alternatif dari sudut kelayakan, efektifitas dan efisiensi setiap alternative. Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif, membuat suatu spreadsheet mental yang mengevaluasi setiap dampak tiap alternatif yang telah dipikirkan terhadap masing-masing pemegang kepentingan yang telah identifikasi. Salah satu cara yang paling mudah adalah menempatkan diri terhadap posisi orang lain. Sebuah elemen penting dalam evaluasi ini adalah pertimbangan cara untuk mengurangi, meminimalisasi atau mengganti kensekuensi kerugian yang mungkin terjadi atau meningkatkan dan memajukan konsekuensi-konsekuensi yang mendatangkan manfaat. Selain itu juga perlu mempertimbangkan kewajiban, hak-hak dan prinsip-prinsip, serta dampak bagi integritas dan karakter pribadi. 5. Memilih dan menerapkan alternatif : Pilih alternatif yang paling layak, efektif, dan efisien. Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada di luar kemampuan, lebih baik menerapkan alternatif yang kurang efektif daripada tidak bertindak dan lebih baik menerapkan alternatif yang mahal daripada murah tak bermutu. Langkah kelima adalah pengambilan keputusan yang diakhiri dengan evaluasi yang merupakan langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan sebagai sarana untuk menilai apakah keputusan kita sudah berdampaka baik atau malah tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. 6. Mengevaluasi hasil : Selesai, jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai. DAFTAR PUSTAKA 1. Astadi Pangarso, 2014. https://astadipangarso.staff.telkomuniversity.ac.id/wp- content/uploads/sites/59/2014/11/Etika-Bisnis-9th-Week.pdf, (3 Desember 2018, Jam 08:32) 2. Anonym, 2016. http://etikbisnis.blogspot.com/2016/01/pengambilan- keputusan-dalam-etika-bisnis.html, (3 Desember 2018, 08:34) 3. Januardi Pardede, 2014. http://goimtotosik.blogspot.com/2014/02/makalah- etika-dalam-pengambilan.html, (3 Desember 2018, Jam 09:45) 4. Hapzi Ali, 2018. Modul BE &GG, Universitas Mercu Buana 5. Anonym-1. https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3649/ Bab%202.pdf?sequence=7, (3 Desember 2018, Jam 10:23)
  • 8. Bagaimanakah Implementasi Ethical Decision Making in Business dan kendalanya pada Perusahaan saudara atau ada pada peruhsaan yang saudara amati atau secara umum di Indonesia? PT XL Axiata mengaku tak lagi memusatkan perhatian untuk meningkatkan banyak pelanggan dan kini lebih berkonsentrasi memaksimalkan layanan yang berkualitas. “Supaya menarik minat banyak orang, kita perlu tingkatkan kualitas, sekalipun itu harus menaikkan harga. Kalau cuma harga murah dan trafik banyak, kualitas malah sulit terjaga,” ungkap CEO XL Axiata, Dian Siswarini saat sedang berbincang dengan awak media di Graha XL. Menurut Dian, tidak akan efisien dan berguna jika hanya mementingkan kuantitas pelanggan dan tetap mempertahankan harga murah, sebab ia meyakini, hal itu berpotensi merusak kualitas layanan. Ia juga mengungkapkan dua macam reaksi dari para konsumen terkait kenaikan harga layanan data yang kini sudah menunjang teknologi 4G LTE. Menurut Dian, reaksi pertama datang dari pelanggan yang mementingkan nilai tinggi (high value segment), atau mereka yang memang membutuhkan koneksi mumpuni tanpa permasalahkan harga. “Mereka merasa baik-baik saja soal harga layanan data yang tak lagi murah. Lain halnya dengan jenis pelanggan kedua, yaitu mereka yang cost-conscious (sadar biaya),” sambung Dian. Tipe pelanggan kedua yang ia maksud adalah mereka yang masih sanggup berkompromi dengan koneksi lambat sedikit asalkan tarifnya tetap murah. Karenanya, Dian menuturkan, perusahaan memberdayakan brand Axis untuk para pelanggan yang masih ‘perhitungan’ antara harga dan layanan data. Axis memang diperuntukan untuk segmen pasar kelas menengah, sedangkan layanan XL lebih melayani pelanggan yang mengkonsumsi data besar. Sebagai contoh, kebanyakan pelanggan XL konsumsi datanya sudah di atas 2GB. “Kami akan besarkan Axis. Kami sadar tak bisa hanya menggunakan satu brand saja, karena bisa sangat luas cakupannya. Jadi Axis akan tak akan kami ‘bunuh’,” jelas Dian lagi sembari tertawa kecil. Dahulu sebelum diakuisisi, XL dan Axis adalah dua operator seluler yang bersaing. Awalnya ketika akuisisi ini rampung, XL berniat mematikan merek Axis. Namun Dian kala itu menyampaikan bahw brand equity yang mahal dan merek Axis yang kuat membuat operator ini urung melakukannya. Merek Axis sendiri cukup mendapatkan tempat di beberapa daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta kawasan Sumatera menjadi basis pengguna Axis yang kuat. Dian menyatakan, pihak XL sampai sekarang masih harus meningkatkan brand
  • 9. awareness Axis di daerah yang belum terjangkau oleh layanan yang ia akuisisi senilai US$ 865 juta itu. (tyo) ANALISIS Dapat disimpulkan dari berita tersebut, bahwa PT XL Axiata sebenarnya ingin mematikan merek “Axis”. Akan tetapi CEO XL Axiata, Dian Siswarini, tidak akan mematikan “Axis” dikarenakan sadar tidak bisa hanya menggunakan satu brand saja. Hal ini dilakukan agar menyanggupi pelanggan kelas menengah dengan menggunakan Axis, sedangkan layanan XL lebih melayani pelanggan yang mengkonsumsi data besar.Oleh karena itu diambil sebuah keputusan untuk tidak mematikan Axis dan meningkatkan layanan Axis. Jadi, keputusan yang telah diambil oleh CEO XL Axiata merupakan tipe keputusan terprogram dengan pengambilan keputuasan tingkat strategis karena didalam pengambilan keputusan memalui prosedur penanganan yang baku, dan pengambilan keputusan sesuai dengan golongan masyarakat yang nantinya akan menggunakan kartu perdana sesuai dengan keadaan ekonomi baik menengah maupun kebawah. Dan Gaya pengambilan keputusan pun CEO memperoleh informasi yang diperlukan dari para bawahan dan menetapkan keputusan yang dipandang relevan.