PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
BE GCG, Annisa Nurlestari, Hapzi Ali, Good Corporate Governance Pada PT Garuda Indonesia, Universitas Mercubuana, 2017
1. 1
Disusun oleh :
Nama : Annisa Nurlestari
NIM : 55117110007
Dosen : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(Studi Pada PT Garuda Indonesia Tbk Periode 2016)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Business Ethics &
Good Governance
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
FAKULTAS MAGISTER MANAJEMEN
2017
2. ABSTRAK
Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang ketat, maka dalam persaingan tersebut,
orang-orang yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang
semakin professional justru yang akan menang. Dunia usaha berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan factor lingkungan hidup juga.
Dunis usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata, melainkan
juga meliputi aspek sosial dan lingkungan. Lingkungan hidup dan permasalahan sosial yang
ditimbulkan semakin tegas, begitu juga dengan standar dan hukum yang akan berlaku.
Beberapa investor dan perusahaan telah memulai memerhatikan kebijakan Corporate Social
Responsibily (CSR).
Pada kesempatan kali ini, penulis akan meninjau tentang penerapan Good Corporate
Governance yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia Tbk periode 2016. Diharapkan
tinjauan ini dapat memberikan pembaca memahami mengenai etika bisnis yang baik. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui program-program yang dilakukan PT
Garuda Indonesia Tbk sebagai bentuk penerapan GCG.
Metode pengumpulan informasi yang dipakai dalam pembuatan artikel ini adalah
pengumulan informasi langsung dari studi kepustakaanan dengan cara mengumpulkan data
dari buku, modul mata kuliah Bussiness ethic and GCG, informasi melalui internet, dan
laporan tahunan PT Garuda Indonesia Tbk periode 2016. Titik berat dari penulisan artikel ini
adalah : (1) Pembahasan teori mengenai Good Corporate Governance (2) Penerapan bisnis
etik di PT. Garuda Indonesia Tbk.
Hasil dari penelitian ini adalah PT Garuda Indonesia telah menerapkan etika bisnis yang
baik di dalam internal manajemennya, dan hal tersebut memberikan dampak yang baik pula
bagi pihak eksternal dari PT Garuda Indonesia. Salah satu budaya perusahan yang telah
melekat adalah budaya ”SINCERITY” dimana budaya tersebut diharapkan menjadi panduan
bagi seluruh insan PT GI dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam usaha
mencapai tujuan strategis yang telah ditetapkan.
Jadi, kesimpulan dari penelitian ini adalah GCG sangatlah diperlukan oleh perusahaan dan
setiap individu di dalam perusahaan, guna dapat mencapai visi dan misi perusahaan.
Perusahaan yang ingin pencapai kestabilan bisnis dan dapat berkompetisi adalah perusahaan
yang menjunjung tinggi etika bisnis. Karena Perusahaan yang memiliki komitmen yang tinggi
dalam menjaga etika bisnisnya akan memiliki konsumen yang cenderung loyal sehingga visi
dan misi perusahaan akan lebih mudah dicapai.
Kata kunci : Etika bisnis, manajemen perusahaan, industry penerbangan, good corporate
governance
3. I. PENDAHULUAN
Seiring dengan semakin bertambahnya permintaan jasa industri penerbangan, perusahaan
aviasi berlomba-lomba untuk terus mengembangkan usahanya demi menjadi pilihan terbaik
bagi para konsumennya. Termasuk salah satu perusahaan penerbangan milik negara yang
bernama PT Garuda Indonesia Tbk, dimana perusahaan ini terus mengembangkan jaringan
penerbangan hingga ke kota-kota pertumbuhan ekonomi dan wisata baru di wilayah Barat dan
Timur Indonesia.
Garuda Indonesia terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi konsumennya. Hal
tersebut dapat kita lihat dari annual report yang diterbitkan oleh PT Garuda Indonesia,
dimana dalam laporan tersebut kita dapat melihat etika bisnis yang dijalankan oleh Garuda
Indonesia.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang memiliki etika yang baik. Pada dasarnya, bisnis tidak
hanya bertujuan semata-mata karena profit, melainkan perlu mempertimbangkan nilai-nilai
manusiawi. Bisnis dilakukan diantara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya,
sehingga disinilah etika dibutuhkan sebagai pedoman dan orientasi dalam pengambilan
keputusan, kegiatan, dan tindak-tanduk manusia dalam berhubungan bisnis satu dengan
lainnya.
Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang ketat, maka dalam persaingan tersebut,
orang-orang yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang
semakin professional justru yang akan menang. Dunia usaha berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan factor lingkungan hidup juga.
Dunis usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata, melainkan
juga meliputi aspek sosial dan lingkungan. Lingkungan hidup dan permasalahan sosial yang
ditimbulkan semakin tegas, begitu juga dengan standar dan hukum yang akan berlaku.
Beberapa investor dan perusahaan telah memulai memerhatikan kebijakan Corporate Social
Responsibily (CSR).
Pada kesempatan kali ini, penulis akan meninjau tentang penerapan Good Corporate
Governance yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia Tbk periode 2016. Diharapkan
tinjauan ini dapat memberikan pembaca memahami mengenai Good Corporate Governance
yang baik.
Sejarah PT Garuda Indonesia Tbk
Sejarah penerbangan komersial Indonesia dimulai saat bangsa Indonesia sedang
mempertahankan kemerdekaannya. Penerbangan komersial pertama menggunakan pesawat
DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama “Indonesian
Airways” dilakukan pada 26 Januari 1949. Pada tahun yang sama, 28 Desember 1949,
pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo
“Garuda Indonesian Airways”, terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden
Soekarno. Inilah penerbangan yang pertama kali dengan nama Garuda Indonesian Airways.
Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno dimana nama tersebut diambil dari sajak
4. Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda,
Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, “Saya
Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.
Sepanjang tahun 1980-an, Garuda Indonesia melakukan revitalisasi dan restrukturisasi
berskala besar untuk operasi dan armadanya. Hal ini mendorong perusahaan untuk
mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk awak kabin dan awak darat
Garuda Indonesia dan mendirikan fasilitas pelatihan khusus di Jakarta Barat dengan nama
Garuda Indonesia Training Center.
Armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami revitalisasidan
restrukturisasi besar-besaran di sepanjang tahun 1980-an. Hal ini menuntut Perusahaan
merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong Perusahaan
mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Indonesia Training Center di Jakarta Barat.
Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia
memiliki tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan
Perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi
Perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional,
membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan Perusahaan dalam
menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam
memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat
karyawan Garuda Indonesia.
Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang Perusahaan mengantarkan Garuda Indonesia
siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11 Februari 2011. Perusahaan resmi
menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham
Perusahaan kepada masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA. Salah satu tonggak sejarah penting ini
dilakukan setelah Perusahaan menyelesaikan transformasi bisnisnya melalu kerja keras serta
dedikasi berbagai pihak.
Garuda Indonesia - maskapai pembawa bendera Bangsa - saat ini melayani 83 destinasi di
seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di Indonesia. Dengan jumlah penerbangan lebih dari
600 penerbangan per hari dan jumlah armada 196 pesawat di Januari 2017, Garuda Indonesia
memberikan pelayanan terbaik melalui konsep “Garuda Indonesia Experience” yang
mengedepankan keramahtamahan dan kekayaan budaya Indonesia. Garuda Indonesia terus
melaksanakan program transformasi secara berkelanjutan. Hasilnya, kini Garuda Indonesia
merupakan maskapai bintang lima, dengan berbagai pengakuan dan apresiasi berskala
internasional , diantaranya pencapaian ‘The World’s Best Cabin Crew” selama empat tahun
berturut-turut, dari tahun 2014 hingga 2017; "The World's Most Loved Airline 2016" dan
“The World’s Best Economy Class 2013” dari Skytrax, lembaga pemeringkat penerbangan
independen berbasis di London.
5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implemetasi Good Corporate
Governance (GCG) yang tumbuh dalam internal PT Garuda Indonesia Tbk.
II. TINJAUAN LITERATUR
Etika adalah filsafat moral yaitu cabang filsafat yang merenungi baik buruk tingkah laku
manusia. Etika sebagai ilmu filsafat yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk,
dan keharusan sebagai pedoman sikdpa dan tingkah laku manusia sejauh berkaitan dengan
norma-norma.
A. Good Corporate Governance (GCG)
Pengertian Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) adalah suatu subjek yang
memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah
menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/ mandat, khususnya implementasi
pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan
pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem
tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan
penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan
subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang
menunjuk perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham,
misalnya karyawan atau lingkungan. Good Corporate Governance atau disingkat dengan
GCG adalah proses untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabiltas perusahaan guna
mewujudkan nilai Pemilik Modal/RPB dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders perusahaan berlandaskan peraturan dan nilai
etika. Stakeholders perusahaan antara lain pemilik, kreditor, pemasok, asosiasi usaha,
karyawan, pelanggan, pemerintah dan masyarakat luas.
Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi
ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi,
para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Salah satu cara yang di gunakan untuk
memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah
corporate governance.
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang
didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah
mereka investasikan.
6. Prinsip Dasar Good Governance
Pada organisasi Kantor Akuntan Publik meliputi:
1. Fairness (keadilan) : akuntan publik dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang diperiksa, harus bersikap independen dan menegakkan keadilan
terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan
akuntan publik itu sendiri.
2. Transparency/tranparansi : hendaknya berusaha untuk selalu transparan terhadap
informasi laporan keuangan klien yang diaudit.
3. Accountability : menjelaskan peran dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan
pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi perkerjaan, juga pelaporan.
4. Responsibility/pertanggungjawaban : memastikan dipatuhinya prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan standar profesional akuntan publik selama menjalankan profesinya.
Teori Keagenan
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory, yang membuat
suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut
agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban
atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan
suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja
yang telah disepakati.
Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas
persetujuan bersama. Cara untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan adalah
melalui pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Tiga bentuk
hubungan keagenan, yaitu antara pemilik dengan manajemen (bonus plan hypothesis),
kreditur dengan manajemen (debt/equity hypothesis), dan pemerintah dengan manajemen
(political cost hypothesis).
Teori Bid-Ask Spread
Teori keagenan menggunakan tiga asumsi manusia yaitu: 1) manusia pada umumnya
mementingkan diri sendiri (self interest); 2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa datang (bounded-rationality); dan 3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse).
C. Profil PT Garuda Indonesia Tbk
Visi &Misi
Vision Statement: To be a sustainable airline company through customer-oriented services
and growth in profit.
7. Company Vision: To maximize shareholder return through strong revenue growth, cost
leadership in full service operations, and group synergy while providing the highest value to
customers through excellent Indonesian hospitality.
Strategi Perusahaan
Excellent Indonesian Hospitality, yakni sebagai berikut:
1. Memberikan layanan terdepan pada inflight dan ground services.
2. Memastikan keandalan operasi.
3. Mempertahankan positioning premium.
Return Maximization, yakni sebagai berikut:
4. Meningkatkan margin operasi.
5. Meningkatkan kemampuan komersial.
6. Meningkatkan customer value.
7. Menanamkam pola pikir yang mengedepankan cost effectiveness.
8. Meningkatkan efisiensi di operasi.
Group Synergy, yakni sebagai berikut:
9. Memperkuat pasar domestik.
10. Meningkatkan daya saing operasi.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk didirikan berdasarkan akta No. 137 tanggal 31 Maret
1950 dari notaris Raden Kadiman. Perusahaan yang awalnya berbentuk Perusahaan Negara,
berubah menjadi Persero berdasarkan Akta No. 8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman
Ardjasasmita, S.H., sebagai realisasi Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1971.
Seiring waktu dan perkembangan usahanya, armada PT GI terus berkembang, di mana
untuk pertama kalinya maskapai tanah air tersebut mulai membawa penumpang jamaah Haji
ke Mekkah pada tahun 1956 dan kemudian memasuki kawasan Eropa pada tahun 1965
dengan tujuan akhir di Amsterdam.
Dua dekade berikutnya menandai titik penting, di mana terjadi revitalisasi dan
restrukturisasi terhadap seluruh struktur PT GI dan kegiatan operasional guna memasuki era
persaingan terbuka industri penerbangan baik di kalangan nasional maupun internasional.
Dalam proses ini, PT GI fokus pada pelatihan dan pengembangan kompetensi karyawannya
melalui pendirian sebuah pusat pelatihan karyawan, yaitu Garuda Indonesia Training Center
(GITC) yang berlokasi di Jakarta Barat. Selain itu, Garuda Indonesia juga mendirikan Pusat
Perawatan Pesawat, Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMFAA) di Bandara
Internasional Soekarno-Hatta pada rentang waktu yang sama.
Setelahnya, era 90-an dan awal milenium juga menjadi babak penting dalam aspek
pertumbuhan bisnis. Kedua era tersebut dijadikan Garuda Indonesia sebagai tahun-tahun
8. perencanaan di mana maskapai tersebut mulai menyusun strategi jangka panjang dan
membentuk manajemen baru. Oleh karena itu, tahun-tahun tersebut banyak diwarnai langkah
strategis, evaluasi, peningkatan efisiensi, dan pembaharuan.
Dalam perjalanannya sebagai maskapai kebanggaan bangsa, PT GI juga tidak henti-
hentinya mengasah keunggulan dan menyempurnakan diri, di antaranya dengan secara
konsisten berusaha mencapai standar keamanan dan keselamatan terbaik. Atas usahanya
tersebut, PT GI menjadi satusatunya maskapai Indonesia yang memperoleh sertiikasi IATA
Operational Safety Audit (IOSA) Operator pada tahun 2008.
Tiga tahun berselang, pada usianya yang semakin matang, PT GI membuka lembaran baru
dengan melenggang sebagai perusahaan publik setelah melakukan penawaran umum perdana
(Initial Public Offering) atas 6.335.738.000 saham PT GI kepada masyarakat pada 11 Februari
2011. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada 11 Februari 2011
dengan kode GIAA.
Seiring dengan kinerja yang semakin gemilang dan eksistensi yang semakin kuat di
industri penerbangan nasional dan global, PT GI meraih beragam apresiasi dan penghargaan
nasional dan internasional. Di samping prestasi yang gemilang, langkah PT GI diranah
penerbangan internasional juga semakin mantap sejak bergabung dengan aliansi penerbangan
sebagai bagian dari program pengembangan jaringan internasionalnya. Dengan bergabungnya
PT GI dalam SkyTeam, pengguna jasa PT GI dapat terhubung ke 1.062 destinasi di 177
negara yang dilayani oleh seluruh maskapai penerbangan anggota SkyTeam dengan total lebih
dari 17.300 penerbangan per hari.
Hingga tahun 2016, PT GI memiliki 7 (tujuh) entitas anak yang berfokus pada produk/jasa
pendukung bisnis perusahaan induk, yaitu PT Aero Wisata, PT Sabre Travel Network
Indonesia, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia, PT Aero Systems Indonesia, PT
Citilink Indonesia, PT Gapura Angkasa, dan Garuda Indonesia Holiday (GIH) France. Dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, PT GI didukung oleh 7.988 orang karyawan, termasuk
248 orang siswa yang tersebar di kantor pusat dan kantor cabang.
Kegiatan Usaha Utama
1. Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam negeri dan
luar negeri;
2. Jasa angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam
negeri dan luar negeri;
3. Reparasi dan pemeliharaan pesawat udara, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk
pihak ketiga;
4. Jasa penunjang operasional angkutan udara niaga, meliputi katering dan ground
handling baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
5. Jasa layanan sistem informasi yang berkaitan dengan industri penerbangan, baik untuk
keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
9. 6. Jasa layanan konsultasi yang berkaitan dengan industri penerbangan;
7. Jasa layanan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan industri penerbangan,
baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
8. Jasa layanan kesehatan personil penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun
untuk pihak ketiga.
III.METODOLOGI PENELETIAN
Metode pengumpulan informasi yang dipakai dalam pembuatan artikel ini adalah
pengumulan informasi langsung dari studi kepustakaanan dengan cara mengumpulkan data
dari buku, modul mata kuliah Bussiness ethic and GCG, informasi melalui internet, dan
laporan tahunan PT Garuda Indonesia Tbk periode 2016. Titik berat dari penulisan artikel ini
adalah : (1) Pembahasan teori mengenai Good Corporate Governance (2) Penerapan bisnis
etik di PT. Garuda Indonesia Tbk.
IV. PEMBAHASAN
Penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Good Corporate
Governance (GCG) di dalam setiap kegiatan usaha sangat dibutuhkan untuk dapat
mewujudkan perusahaan yang dipercaya pemangku kepentingan, berkinerja unggul, serta
tumbuh secara berkelanjutan. Dengan berpegang pada komitmen tersebut, Perseroan
senantiasa mengikuti perkembangan praktik tata kelola terbaik yang berlaku di ranah
nasional, regional, maupun internasional yang relevan dan sesuai denggan kebutuhannya. Ini
adalah bagian dari komitmen Perseroan untuk mendorong terwujudnya perusahaan yang
kokoh dan independen.
A. Landasan Referensi Penerapan GCG
Untuk mewujudkan penerapan GCG yang komprehensif, Perseroan secara konsisten
berpedoman pada standar terbaik yang berlaku di dunia usaha internasional dan berbagai
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah, UU Republik Indonesia, dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-01/MBU/2011 tanggal 1
Agustus 2011 tentang Penetapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-09/MBU/2012 tanggal
6 Juli 2012;
2. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 32/SEOJK.04/2015 tentang Pedoman Tata
Kelola Perusahaan Terbuka;
3. Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;
4. Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT);
5. Pedoman Umum GCG Indonesia oleh Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) Tahun 2006;
10. 6. Principles of Corporate Governance oleh Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD);
7. ASEAN Corporate Governance Scorecard Tahun 2012; dan Peta Arah Tata Kelola
Perusahaan Indonesia (Roadmap Good Corporate Governance) yang diluncurkan
Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2014.
Tujuan GCG
Merujuk pada Pedoman Umum Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada tahun 2006 dan peraturan perundang-
undangan untuk BUMN dan Perusahaan Terbuka, Perseroan menetapkan tujuan utama
penerapan GCG adalah sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan nilai Perseroan agar Perseroan memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan
keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan Perseroan;
2. Mendorong pengelolaan Perseroan secara profesional, efisien, dan efektif serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ Perseroan;
3. Mendorong agar organ Perseroan dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial Perseroan terhadap
pemangku kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN;
4. Meningkatkan kontribusi Perseroan dalam perekonomian nasional; dan
5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.
Selain peraturan perundang-undangan, pelaksanaan GCG Perseroan juga
mempertimbangkan aspek-aspek pokok praktik GCG yang mencakup 3 (tiga) hal, yaitu 3P
(profit, planet, and people) atau Triple Bottom Line. Ketiga aspek ini berkembang secara
selaras dan berkesinambungan sesuai dengan pertumbuhan bisnis Perseroan.
1. Aspek profit. Meningkatkan pendapatan dan eisiensi biaya dalam rangka memberikan
manfaat ekonomis bagi para pemangku kepentingan.
2. Aspek planet. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung kelestarian alam
melalui program-program tanggung jawab sosial perusahaan sebagai wujud kepatuhan
tata kelola lingkungan.
3. Aspek people. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari waktu ke waktu
untuk mencapai pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan dan memberikan hasil yang
terbaik bagi seluruh pemangku kepentingan.
11. Tahapan GCG
1. Good Garuda Governance. Pada tahap ini, Perseroan berkomitmen untuk
mengimplementasikan aspek kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku. Sikap kepatuhan diyakini menjadi salah satu akar penerapan praktik GCG
yang baik. Tahapan ini telah sesuai dengan roadmapGCG yang diterbitkan oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yaitu Corporate Governance Commitment
2. Good Governed Garuda. Merujuk pada kesesuaian dengan roadmapGCG KNKG yaitu
Good Governed Company, pada tahap ini Perseroan melakukan proses internalisasi tata
nilai dan budaya kerja yang dikenal sebagai “SINCERITY”. Setelah beranjak dari aspek
kepatuhan, Perseroan berupaya untuk menyeragamkan tujuan dan persepsi setiap
individu, sehingga setiap individu mampu bersikap dan bertingkah laku yang
mencerminkan karakter Insan Garuda Indonesia.
3. Good Garuda Citizen. Pada tahap ini, Perseroan mewujudkan praktik bisnis yang bersih,
beretika, dan bermartabat di semua lapisan organisasi dengan menerbitkan buku Pedoman
Etika Bisnis dan Etika Kerja beserta Panduan Whistleblowing System(WBS). Sesuai
dengan roadmapGCG KNKG yaitu Good Corporate Citizen, tahap ini bertujuan untuk
membangun budaya GCG melalui pendekatan pada 3 (tiga) aspek penting yaitu
“Leadership, Systems dan Members
4. Garuda Group Governance. Pada tahap ini, Perseroan berupaya untuk mendorong
pelaksanaan GCG pada Entitas Anak menuju sebuah perusahaan yang kokoh dan
independen. Tahapan ini difokuskan untuk membentuk dan mengimplementasikan
perangkat serta program-program terkait dengan pelaksanaan GCG pada Entitas Anak
agar sejalan dengan pelaksanaan GCG pada Entitas Perseroan. Di antaranya adalah
pelaksanaan GCG Assessment, pelaksanaan program WBS, dan pelaporan Harta
Kekayaan.
Bagan Struktur Tata Kelola Perusahaan Per 21 Desember 2016
12. Penilaian Tata Kelola Perusahaan
Pada tahun 2016, Perseroan melaksanakan evaluasi (self-assessment) atas penerapan GCG
yang dilakukan dengan mengacu pada keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik
Negara Nomor: SK-16/S.MBU/2012 tentang Indikator/parameter penilaian dan evaluasi atas
Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan
Usaha Milik Negara yang meliputi 6 (enam) aspek pokok pengukuran sebagai berikut:
1. Komitmen terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik secara berkelanjutan
2. Pemegang saham dan RUPS/pemilik modal
3. Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
4. Direksi
5. Pengungkapan informasi dan transparansi
6. Aspek lainnya
Metode Penilaian Tata Kelola Perusahaan
Penilaian/evaluasi GCG oleh Perseroan dilakukan dengan mengacu kepada indikator dan
parameter dalam SK-16/S.MBU/2012 dan dilaksanakan dengan melalui empat tahapan yakni:
1. Mempelajari dan memahami aspek/indikator/parameter dan faktor-faktor yang diuji
kesesuaian penerapannya;
2. Menyusun analisis kecukupan pelaksanaan GCG;
3. Mengambil kesimpulan melalui penetapan tingkat pemenuhan setiap parameter/sub-
indikator beserta penjelasannya dengan berpedoman pada faktor-faktor yang diuji
kesesuaian penerapannya; dan
4. Menyusun hasil akhir penilaian/evaluasi.
Metode pendekatan yang digunakan oleh Perseroan dalam penilaian dan evaluasi atas
penerapan GCG dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu review dokumen, wawancara, dan
kuesioner.
Landasan Penerapan CSR dan PKBL
Dalam pelaksanaan CSR dan PKBL, Garuda Indonesia senantiasa berpedoman pada
ketentuan dalam berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku berikut ini:
1. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 mengenai Garuda Indonesia Terbatas
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen
3. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan
4. Permen BUMN No. PER-03/MBU/12/2016 19 Desember 2016
5. Permen BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tanggal 3 Juli 2015
6. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab
Pengangkut Angkutan Udara
13. Selain itu landasan regulasi di atas, Perseroan juga merumuskan dan menjalankan
aktivitas CSR-nya dengan mengacu pada standar ISO 26000 yang berisi tentang panduan
praktik-praktik tanggung jawab sosial dalam aspek akuntabilitas, transparansi, perilaku etis,
penghormatan kepada kepentingan stakeholder, kepatuhan pada hukum, penghormatan pada
norma perilaku internasional, dan penegakan hak asasi manusia.
Visi dan Misi CSR
Untuk terus mewujudkan tumbuh kembang yang berkualitas dan memenuhi harapan
seluruh pemangku kepentingan, Perseroan melandaskan implementasi tanggung jawab
sosialnya dalam visi dan misi berikut ini.
Visi: Menjadi pengelola Corporate Social Responsibility yang efektif dan tepat guna sehingga
memberikan dampak positif terhadap masyarakat, lingkungan, dan perusahaan.
Misi: Berkomitmen dalam pemberdayaan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat di
Indonesia melalui program berkelanjutan yang inovatif.
V. HASIL PENELITIAN
Dari pembahasan mengenai niali etika bisnis dan budaya yang tumbuh dalam manajemen
PT GI, dapat kita lihat bahwa penerapan GCG di PT GI sudah sesuai aturan dan prinsip nilai
etika bisnis yang baik. Berbagai macam bentuk pengelolaan PT GI telah ditempuh demi dapat
memberikan semua pihak yang bersangkutan, baik itu internal maupun eksternal.
Pada tahun 2016, Perseroan melaksanakan penilaian atas penerapan GCG dengan
menggunakan standar ASEAN Corporate Governance Scorecard yang dilakukan oleh MUC
Consulting dengan skor 78,4. Selain itu Perseroan juga masuk sebagai salah satu dalam Top
50 Emiten pada acara The 8th Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD)
Corporate Governance Conference & Award dengan skor 76,91
Salah satu budaya perusahan yang telah melekat adalah budaya ”SINCERITY” dimana
budaya tersebut diharapkan menjadi panduan bagi seluruh insan PT GI dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya dalam usaha mencapai tujuan strategis yang telah ditetapkan.
Untuk meningkatkan penerapan GCG di tahun 2017, Perseroan telah menyusun dan
menyiapkan sejumlah rencana kerja terkait penerapan GCG sebagai berikut:
1. Pembaruan Board Manual
2. Pembaruan Ketentuan Pengendalian Gratiikasi dan Pelaporan Harta Kekayaan
3. Pelaksanaan penilaian GCG untuk tahun buku 2016
4. Kepatuhan terhadap peraturan Pasar Modal bagi Anak
5. Perusahaan terkonsolidasi
14. VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Good Corporate Governance sangatlah diperlukan oleh perusahaan dan setiap individu di
dalam perusahaan, guna dapat mencapai visi dan misi perusahaan. Perusahaan yang ingin
pencapai kestabilan bisnis dan dapat berkompetisi adalah perusahaan yang menjunjung tinggi
etika bisnis dan penerapan GCG. Karena Perusahaan yang memiliki komitmen yang tinggi
dalam menjaga etika bisnisnya akan memiliki konsumen yang cenderung loyal sehingga visi
dan misi perusahaan akan lebih mudah dicapai.
Saran
Lebih diperketatnya aturan dan kontrol serta evaluasi dari pemerintah dalam proses penerapan
GCG yang baik dalam setiap perusahaan di Indonesia, baik itu perusahaan milik dalam atau
luar negeri. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa masih terdapat banyak perusahaan yang
menurut masyarakat luas, telah memberikan dampak buruk bagi masyarakat, lingkungan, dan
negara. Tentunya hal tersebut sangan bertolak belakang dengan etika bisnis dan norma-norma
yang ada. Oleh karena itu, peran pemerintah, serta didukung oleh masyarakat, sangat penting
bagi kelancaran penarapan etika bisnis di Indonesia.
15. DAFTAR PUSTAKA
Blogspot. 2017. PENERAPAN ETIKA BISNIS di PT ANEKA TAMBANG. Tbk. Diambil dari :
http://evariannafpasaribu.blogspot.co.id/2017/04/evarianna-f-pasaribu-prof_14.html (10
Oktober 2017)
Hapzi, Ali. Modul ketiga: PPT Business Ethic and Good Governance. Jakarta
Garuda Indonesia. 2016. Annual Report 2016. Jakarta
Garuda Indonesia. 2016. Visi dan Misi. Diambil dari : https://www.garuda-
indonesia.com/id/id/corporate-partners/company-profile/company-vision-
mission/index.page? (11 Oktober 2017)
Sumber Pengertian. 2017. Pengertian Etika Bisnis Menurut Para Ahli dan Contohnya.
Diambil dari: http://www.sumberpengertian.com/pengertian-etika-bisnis-menurut-para-
ahli-dan-contohnya (10 Oktober 2017)
Wikipedia. 2017. Etika Bisnis. Diambil dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis (11
Oktober 2017)