2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...
Similar to 2, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan, universitas mercu buana, 2019
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, vision a...triwahyunugroho3
Similar to 2, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan, universitas mercu buana, 2019 (20)
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
2, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan, universitas mercu buana, 2019
1. STRATEGIC MANAGEMENT
“Vision and Company Mission, Longterm
Objective, Corporate Culture, Corporate
Governance dan The Agency Theory”
Di susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah “Strategic
Management”
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA, MPM
Oleh :
Maharani Gustianingtyas (55118010028)
MAGISTER MANAJEMEN
2019
2. 1. Vision and Company Mission
Visi adalah cita - cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang
ingin dicapai di masa depan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan
jangka panjang.
Menurut Wibisono (2006), Visi merupakan rangkaian kalimat yang
menyatakan cita- cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang
ingin dicapai di masa depan. Dengan kata lain, visi dapat dikatakan sebagai
pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga
merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin
kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.
Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta
kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler
yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah pernyataan tentang
tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang
ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat
yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa
depan.
Menurut Drucker (2000:87), Pada dasarnya misi merupakan alasan
mendasar eksistensi suatu organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama
di tingkat unit bisnis menentukan batas dan maksud aktivitas bisnis
perusahaan. Jadi perumusan misi merupakan realisasi yang akan
menjadikan suatu organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa
berkualitas yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan
pelanggannya (Prasetyo dan Benedicta, 2004:8)
Menurut Wheelen sebagaimana dikutip oleh Wibisono (2006, p. 46-
47), Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau
alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh
perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Misi adalah pernyataan tentang apa yang
harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Dalam
operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan
hasil kompromi intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk
dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian
Visi.
2. Longterm Objective
3. Tujuan jangka panjang (Longterm Objective) menggambarkan hasil-hasil
yang diinginkan setelah melakukan berbagai stategi, biasanya dengan
jangka waktu 2–5 tahun.
Objektif harusnya bersifat kuantitatif, dapat diukur, dipahami, challenging,
hierarchical, namun dapat dicapai dan kongruen diantara unit-unit dalam
organisasi – objektif harus terasosiasi pula dengan timeline. Contoh objektif:
pertumbuhan penjualan, social responsibility.
Objektif yang dibangun dengan jelas memiliki banyak benefit seperti:
adanya arah, sinergi, pembuatan prioritas, mengurangi ketidakpastian dan
konflik, serta mengalokasikan lebih baik sumber daya dan desain
pekerjaan. Objektiflah yang menjadi standar untuk evaluasi,
termasuk managerial performance.
Objektif jangka panjang diperlukan untuk setiap level dalam organisasi:
korporat, divisi dan fungsional. Arthur D. Little mengemukakan bahwa
seharusnya pemberian insentif didasarkan juga pada kontribusi individu
dalam objektif dan strategi jangka panjang, selain objektif tahunan. Karena,
tanpa objektif jangka panjang sebuah organisasi akan berjalan tanpa arah
ke akhir yang tidak diketahui. Sukses sangat jarang terjadi karena
kebetulan, namun adalah hasil kerja keras yang diarahkan pada objektif-
objektif tertentu.
3. Corporate Culture
Budaya perusahaan (Corporate Culture) adalah sistem nilai organisasi dan
kumpulan prinsip-prinsip panduannya. Nilai-nilai sering kali dilihat
bersamaan dengan misi atau pernyataan visi.
Budaya dicerminkan oleh kebijakan dan tindakan manajemen. Budaya dan
nilai-nilai sangat dipengaruhi oleh eksekutif puncak.
Tujuan Budaya dapat diarahkan pada dua konteks antara lain sosialisasi
organisasi baik formal maupun informal, dan konteks kesesuaian perilaku
mencakup nilai dan kepercayaan serta perilaku itu sendiri.
Budaya secara definitif dapat dibagi menjadi: Pertama, budaya yang dapat
diamati mencakup hal-hal dan perilaku, simbol, penghargaan, cerita,
pahlawan, slogan, upacara; Kedua, budaya yang tidak dapat diamati
mencakup nilai dan kepercayaan serta asumsi yang mendasarinya.
Beberapa strategi dalam menciptakan budaya untuk peningkatan
produktivitas antara lain:
4. a. Menginspirasi semua karyawan untuk mencapai kinerja tinggi;
b. Memberdayakan karyawan untuk membuat keputusan dan mencari
perbaikan;
c. Memberikan penghargaan kepada karyawan berdasarkan kinerja
individu dan kelompok;
d. Menciptakan lingkungan kerja yang menantang tetapi memuaskan;
e. Menyusun serangkaian nilai yang jelas.
4. Corporate Governance
Tata Kelola Perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG)
adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme
pengelolaan perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas guna mewujudkan nilai perusahaan dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai etika usaha.
Tujuan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada
Perusahaan adalah:
1. Mengoptimalkan nilai Perusahaan agar perusahaan memliki daya saing
yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu
mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai
maksud dan tujuan Perusahaan.
2. Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, efisien dan
efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ
Perusahaan.
3. Mendorong agar Organ Perusahaan dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan serta kesadaran akan adanya
tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders maupun
kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaan.
4. Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian Nasional.
5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi
Nasional.
Dalam prosesnya dapat diidentifikasi Stakeholders dari Tata Kelola
Perusahaan, antara lain :
5. a. Pemegang Saham, yaitu mereka yang memiliki perusahaan;
b. Direktur, yaitu mereka yang menjaga aset Perusahaan untuk Pemegang
Saham;
c. Manajer, yaitu mereka yang menggunakan aset Perusahaan.
Untuk mewujudkan Tata Kelola Perusahaan yang baik, terdapat Empat Pilar
penyokong, antara lain:
1. Akuntabilitas
a. Pastikan bahwa manajemen bertanggung jawab kepada Dewan;
b. Pastikan bahwa Dewan bertanggung jawab kepada pemegang saham;
2. Keadilan;
a. Melindungi hak-hak Pemegang Saham;
b. Perlakukan semua pemegang saham termasuk minoritas, secara adil;
c. Memberikan ganti rugi yang efektif untuk pelanggaran.
3. Transparansi
Memastikan pengungkapan yang tepat waktu dan akurat tentang semua
masalah material, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan
tata kelola perusahaan.
4. Kemandirian
a. Prosedur dan struktur tersedia untuk meminimalkan, atau
menghindari konflik kepentingan;
b. Direktur dan Penasihat Independen yaitu bebas dari pengaruh orang
lain.
5. The Agency Theory (Teori Keagenan)
Agency theory (teori keagenan) mengasumsikan bahwa semua individu
bertindak untuk kepentingannya sendiri. Pemegang saham diasumsikan
hanya bertindak terhadap hasil keuangan perusahaan sebagai peningkat
investasi, sedangkan agen diasumsikan sebagai penerima kepuasan yang
berupa kompensasi keuangan beserta syarat-syaratnya.
The Agency Theory menjelaskan tentang dua pelaku ekonomi yang saling
bertentangan yaitu prinsipal dan agen. Hubungan keagenan merupakan
suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang
6. lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal
(Ichsan, 2013). Jika prinsipal dan agen memiliki tujuan yang sama maka
agen akan mendukung dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh
prinsipal.
Hal yang mendasari konsep teori keagenan muncul dari perluasan dari satu
individu pelaku ekonomi informasi menjadi dua individu, Hendriksen dan
Van Breda (2002) dikutip oleh Setyawati (2010).
Contoh Implementasi :
Unilever Indonesia, yang berdiri pada 5 Desember 1933, telah tumbuh
hingga kini menjadi salah satu perseroan terdepan untuk kategori Fast
Moving Consumer Goods di Indonesia. Kami telah hadir menemani
perjalanan kehidupan masyarakat Indonesia melalui rangkaian produk
Unilever Indonesia mencakup brand-brand ternama dunia seperti
Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso,
Molto, Sunlight, Wall’s, Royco, Bango dan lainnya.
1. Vision and Company Mission
Visi Perusahaan:
Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan
menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.
Misi Perusahaan:
1) Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap
hari.
2) Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan
lebih menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka
dan orang lain.
3) Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap
harinya yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi
dunia.
4) Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang
memungkinkan kami tumbuh dua kali lipat sambal mengurangi dampak
terhadap lingkungan, dan meningkatkan dampak sosial.
7. Visi dan misi Perseroan telah ditinjau secara berkala dan disetujui oleh
Dewan Komisaris dan Direksi.
2. Longterm Objective
Tujuan Perusahaan menyatakan bahwa untuk bisa sukses perlu "standar
perilaku perusahaan tertinggi terhadap siapa saja yang bekerja dengan
perusahaan, masyarakat yang terlibat dengan perusahaan, dan lingkungan
yang menerima dampak dari perusahaan."
3. Corporate Culture
Budaya Kerja PT Unilever merupakan Tuntunan Perilaku karyawan PT
Unilever, terdiri dari :
U : Usaha untuk selalu memberikan yang terbaik
N : kenyamanan kerja
I : Integritas atau kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuan, kewibawaan, kejujuran
L : Layanan yang terbaik selalu diutamakan
E : Efektivitas Kerja
V : Variasi dan Kreatifitas inovasi produk selalu diunggulkan
E : Etika
R : Responsibility
4. Corporate Governance
Perusahaan memiliki kerangka kerja tata kelola perusahaan yang
komprehensif yang mendefinisikan hubungan antara Perusahaan dan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, dan hubungan
antara Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi.
Kerangka kerja ini terdiri dari sistem dan kebijakan yang mencakup
pengelolaan aset dan risiko untuk mendukung kondisi keuangan
Perusahaan dan pencapaian tujuan pertumbuhan perusahaan; kepatuhan
PT. Unilever dengan ketentuan hukum; pengembangan sumber daya
manusia perusahaan; praktik manajemen keselamatan dan lingkungan
perusahaan; dan budaya perusahaan PT.Unilever.
Kerangka kerja GCG diperkuat oleh berbagai pedoman dan kontrol,
termasuk sistem kontrol internal, sistem manajemen risiko, audit internal,
Pedoman Prinsip Bisnis, Anggaran Dasar, Kode Mitra Bisnis Unilever, Kode
8. Pertanian Berkelanjutan dan kualitas sistem manajemen PT.Unilever, serta
proses bisnis dan prosedur operasi standar perusahaan. Bersama-sama, ini
memastikan bahwa tata kelola perusahaan yang baik diterapkan secara
efektif dan konsisten di seluruh organisasi.
5. The Agency Theory (Teori Keagenan)
Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk melaksanakan fungsi
pengawasan atas pengelolaan Perseroan oleh Direksi. Dalam menjalankan
tugasnya, Dewan Komisaris melakukan komunikasi secara rutin dengan
Direksi dan komite-komite dibawah pengawasannya baik melalui pertemuan
maupun melalui laporan. Dewan Komisaris juga memberikan saran
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan manajemen. Dewan
Komisaris juga dapat diberikan kewajiban-kewajiban lain oleh RUPS. Dewan
Komisaris melapor kepada RUPS. Dewan Komisaris mempunyai
kewenangan untuk memberhentikan dari jabatannya setiap anggota Direksi
atau para anggota yang melanggar Anggaran Dasar Perseroan atau
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Direksi bertanggungjawab atas pengelolaan dan penetapan arah strategis
Perseroan, dan untuk mengelola, memanfaatkan dan merawat aset-aset
Perseroan dengan cara yang konsisten dengan tujuan dan kepentingan
Perseroan. Direksi bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris.
Dalam peran pengawasannya, Dewan Komisaris dibantu oleh komite-komite
lain. Komite Audit, yang menjamin efisiensi dan efektifitas kegiatan
pelaporan dan manajemen risiko keuangan berkomitmen untuk senantiasa
memberikan jaminan terhadap kelayakan proses dan operasional Perseroan.
Sistem pendukung lainnya untuk Dewan Komisaris antara lain Komite
Nominasi dan Remunerasi, yang menyarankan pada Manajemen mengenai
struktur dan pelaksanaan suksesi dan remunerasi.
Komite Audit membantu pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Komisaris
melalui pemantauan, pengkajian dan pemberian jaminan atas integritas dan
efektifitas dari laporan keuangan, manajemen risiko dan kontrol internal
Unilever Indonesia, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku. Komite juga memantau penerapan fungsi audit
internal dan kinerja, kualifikasi serta independensi Auditor Eksternal.
Komite audit bekerjasama secara erat dengan Unit Audit Internal maupun
Auditor Eksternal.
9. Sekretaris Perusahaan, yang juga bertanggung jawab untuk fungsi
Hubungan Investor, bertanggung jawab untuk memantau kepatuhan
Perseroan terhadap peraturan dan regulasi, memastikan bahwa para
pemegang saham, otoritas pasar modal, analis dan publik memperoleh
seluruh informasi penting yang terkait dengan Perseroan secara tepat
waktu, lengkap dan akurat; dan memastikan bahwa pengungkapan
informasi serta komunikasi internal dan eksternal Perseroan dilakukan
secara transparan. Tanggung jawab Sekretaris Perusahaan meliputi:
1. Memantau kepatuhan Perseroan terhadap Undang-Undang Perseroan
dan ketentuan perundang-undangan lainnya, Anggaran Dasar Perseroan,
Otoritas Jasa Keuangan dan ketentuan persyaratan modal serta ketentuan
regulasi lainnya, melalui kerjasama erat dengan Departemen Legal;
2. Menjalin komunikasi secara teratur dengan badan pengawas pasar
modal termasuk Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia, tentang
segala hal yang berkaitan dengan tata kelola, aksi korporasi, dan transaksi
penting;
3. Memastikan bahwa para pemegang saham, media, investor, analis, dan
masyarakat pada umumnya senantiasa memperoleh informasi secara
teratur mengenai aksi korporasi, posisi keuangan, dan masalah-masalah
penting lainnya;
4. Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, Rapat Direksi dan
Dewan Komisaris; berikut mendokumentasikan risalah rapat-rapat
tersebut;
5. Memastikan Dewan Komisaris dan Direksi memperoleh informasi
secara cepat tentang setiap perubahan peraturan yang relevan dan bahwa
mereka memahami dampaknya
6. Bertanggung jawab melaksanakan program orientasi terhadap
Perusahaan bagi Direksi dan/atau Dewan Komisaris.
Hubungan Investor menjalin komunikasi secara teratur antara manajemen
Unilever Indonesia dan para pemegang saham, analis dan investor agar
mereka selalu memperoleh informasi terkini mengenai kondisi keuangan,
kinerja dan pandangan Perseroan, serta merespon permasalahan dan
permintaan informasi yang mereka minta. Perseroan berkomitmen untuk
memastikan bahwa seluruh pemegang saham memperoleh perlakuan yang
setara dalam mendapatkan informasi penting mengenai Perseroan. Divisi
10. Hubungan Investor berkoordinasi secara langsung dengan Chief Financial
Officer.
Perseroan mematuhi ketentuan pengungkapan informasi dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dengan memberikan laporan berkala baik kepada OJK
maupun Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengungkapan informasi kepada BEI
dan OJK juga dilakukan melalui fasilitas e-reporting, IDXNet dan Sistem
Pelaporan Elektronik (SPE) OJK. Mulai Q3 2015, laporan keuangan
perusahaan setiap triwulan dilaporkan melalui Sistem XBRL.
Perseroan melakukan kontak dengan analis dan lembaga investasi melalui
sejumlah conference call, pertemuan dan gathering sepanjang tahun. Kami
menyelenggarakan paparan publik sekurangkurangnya sekali dalam
setahun untuk menyajikan kinerja dan aktivitas kami kepada para
pemegang saham, komunitas investor dan masyarakat umum. Seluruh
materi presentasi dan siaran pers terkait dapat diakses melalui situs kami.
Unit Audit Internal (UAI) memberikan jaminan yang bersifat independen dan
obyektif mengenai efektivitas dan integritas operasional Perseroan. Unit ini
juga memberikan konsultasi ke seluruh departemen untuk meningkatkan
operasional tersebut.
Daftar Pustaka :
1. https://www.unilever.co.id
2. 2. Hapzi Ali, Modul 2 SM, Company mission N.pdf
3. http://www.pusri.co.id/ina/pedoman-tata-kelola-perusahaan-
pengertian-amp-tujuan/
4. https://www.hestanto.web.id/teori-keagenan-agency-theory/