A Practical Guide for Policy Analysis
By Eugene Bardach
The Eightfold Path is a method of policy analysis assembled by Eugene Bardach, a professor at the Goldman School of Public Policy at the University of California, Berkeley.[1] It is outlined in his book A Practical Guide for Policy Analysis: The Eightfold Path to More Effective Problem Solving, which is now in its fourth edition.[2] The book is commonly referenced in public policy and public administration scholarship
Define the problem – mendefinisikan masalah
Assemble some evidence – pengumpulan infomasi
Construct the alternative – menyusun beberapa alternatif
Select the criteria – menentukan kriteria
Project the outcomes – memperkirakan hasil
Confront the tradeoffs – menyangkal/menghadapi suatu penawaran
Decide – membuat keputusan
Tell your story – memaparkan hasil
2. Bardach’s policy-analysis
process
1. Define the problem – mendefinisikan masalah
2. Assemble some evidence – pengumpulan infomasi
3. Construct the alternative – menyusun beberapa alternatif
4. Select the criteria – menentukan kriteria
5. Project the outcomes – memperkirakan hasil
6. Confront the tradeoffs – menyangkal/menghadapi suatu penawaran
7. Decide – membuat keputusan
8. Tell your story – memaparkan hasil
3. Define the problem – mendefinisikan masalah
Tahapan pertama yang dilakukan adalah mendefinisikan masalah, melihat hal apa yang
menurun atau melebihi batas. Kemudian mendefinisikan secara evaluatif mengenai
bagaimana keadaan seperti di bawah ini:
Kegagalan pasar
Menurunnya sistem sosial
Kepedulian kelompok sosial
Diskriminasi
Kegagalan pemerintahan
Selanjutnya menguantitatifkan bukti-bukti yang terkumpul apabila memungkinkan.
Perlu dicermati dalam menemukan permasalahan utama karena bisa jadi penyebab
permasalahan juga merupakan masalah lain yang terus berputar dan memiliki dampak yang
saling terkait.
Melewatkan kesempatan yang ada merupakan suatu masalah.
Kemudian melakukan iterasi untuk meyakinkan bahwa definisi permasalahan sudah tepat.
Kesalahan yang sering dilkukan dalam pendefinisian masalah adalah mendefinisikan solusi di
dalam masalah.
Selain itu jug bersikap skeptis atau ragi-ragu pada hal yang menjadi penyebab permasalahan
akan mengganggu diagnosis definisi masalah.
4. Assemble some evidence – pengumpulan infomasi
Tahapan kedua adalah pengumpulan informasi. Pertimbangkan informasi bukti
terlebih dahulu sebelum mengumpulkan data. Informasi bukti tersebut sangat penting
dalam menentukan apakah keputusan yang diambil lebih baik dari yang lain. Jangan
pernah ragu untuk “guesstimates”, yaitu menerka dalam melakukan pemahaman
dengan sebaik mungkin. Di samping itu perlu didukung dengan review literatur
mencakup keseluruhan aspek yang akan dianalisis. Survey adalah guru terbaik dalam
pengumpulan informasi. Untuk itu sebaiknya menggunakan analogi dan memulai
sedini mungkin. Sebisa mungkin informasi yang terkumpul bersifat mendasar,
mencapai kredibilitas, dan mengarah ke konsesus.
5. Construct the alternative – menyusun beberapa
alternatif
Tahapan ketiga adalah menyusun beberapa alternatif. Tahapan ini dimulai secara
komperehensif dan diakhiri dengan terfokus. Pemikiran alternatif harus tetap dilakukan
tanpa menghiraukan hal-hal yang terlihat janggal. Selain itu status quo pada salah satu
alternatif harus tetap dipertahankan. Selanjutnya membuat beberapa alternatif yang diluar
dari pendapat atau pemikiran para pelaku politik. Perlu diwaspadai beberapa
kemungkinan yang dapat berubah sewaktu-waktu tanpa dapat diprediksi. Kemudian
memodelkan sistem dengan mencoba menjawab pertanyaan “Bagaimana jika…?”baik
secara matematis, game-theory, atau evolusioner. Alternatif yang disusun harus sepadat
dan sesedrhana mungkin.
6. Select the criteria – menentukan kriteria
Tahapan keempat adalah menentukan kriteria. Menetapkan kriteria
evaluasi berdasarkan ketercapaian hasil, bukan berdasarkan alternatif.
Artinya, dalam melakukan evaluasi harus berdasarkan hubungan sebab
akibat dari bagaimana suatu alternatif tersebut dapat mempengaruhi suatu
hasil tertentu? Kriteria evaluasi yang umum digunakan pada analisis
kebijakan adalah efisiensi, kesamaan, keadilan dan kebebasan. Sementara
kriteria evaluasi dalam permasalahan yang berat yaitu proses politik yang
menaunginya dan analis memaksakan sebuah solusi. Kemudian untuk
kriteria praktis yaitu kelayakan politik, kemampuan penerimaan sosial,
kemampuan perubahan, dan legalitas. Terdapat juga kriteria dalam
mengoptimasikan model, yaitu dengan linnear programming dan
mengimprovisasi kejelasan bahasa.
7. Project the outcomes – memperkirakan hasil
Tahapan kelima adalah memperkirakan hasil. Proyeksi didapatkan
dari model dan informasi-informasi yang telah terangkum untuk
mengetahui apakah model yang dibuat dapat menyesuaikan dengan
informasi yang didapat. Selanjutnya menyertakan skala estimasi
untuk menujukkan cakupan perkiraan. Kemudian membuat
skenario kemungkinan terbaik dan terburuk yang dapat terjadi.
Memikirkan konsekuensi terburuk dan apabila ada kemungkinan
eksternalitas. Memasukkan faktor-faktor etik dan membuat matriks
hasil.
8. 1. Confront the tradeoffs –
menyangkal/menghadapi suatu penawaran
Tahapan keenam adalah menyangkal/menghadapi suatu
penawaran. Seringkali dalam pengimplementasian suatu alternatif,
ditemukan beberapa keuntungan yang ditawar. Ketika tidak ada
tawaran lain, maka alternatif tersebut dianggap dominan. Penawaran
yang dilakukan tetap pada perkiraan hasil, bukan alternatif. Meski
memang yang ditawarkan adalah alternatif, namun alternatif akan
membentuk suatu hasil. Tanpa memproyeksikan hasil, maka tidak ada
yang ditawarkan. Kemudian dilakukan penyederhanaan proses
komparasi
9. Decide – membuat keputusan
Tahapan ketujuh adalah membuat keputusan. Dalam pengambilan keputusan,
sebaiknya menggunakan alternatif terbaik yang telah dibuat. Analis harus
memposisikan diri sebagai penentu dalam tahap peangambilan keputusan ini.
10. Tell your story – memaparkan hasil
Tahapan kedelapan adalah memaparkan narasi. Pemaparan dan penulisan
hasil dari pemikiran tersebut dibuat ke dalam bagan alur yang runtut dan
logis sebagai bukti proses perumusan hasil yang telah dilakukan.