SlideShare a Scribd company logo
MODEL-MODEL DALAM PUBLIC
POLICY
MODEL DALAM PUBLIC POLICY
1. Pure Rationality Model :
Didasarkan pada rationalitas murni dalam pembuatan
keputusan.
2. Economically Rational Model :
Penekanan pada efesiensi dan ekonomis.
3. Sequential-Decision Model :
Pembuatan eksperimen untuk penentuan alternatif
sehingga tercapai keputusan yang paling efektif.
A model is an abstraction of reality
YEHEZKEL DROR : 7 MODEL
PEMBUATAN KEPUTUSAN :
4. Incremental Model :
Charles Lindblom : Science Of Muddling Through :
keputusan berubah sedikit demi sedikit.
5. Satisfying Model :
Herbert Simon; Bounded Rationality, keputusan pada
alternatif pertama yang paling “memuaskan”.
6. Extra-Rational Model :
Paling rational, paling optimal.
7. Optimal Model :
Model integratif  identifikasi nilai-nilai, kegunaan
praktis, dengan memperhatikan alokasi sumber-
sumber, penentuan tujuan yang akan dicapai,
pemilihan alternatif program, peramalan hasil dan
pengevaluasian alternatif terbaik.
Hubungan antara PP dengan institusi pemerintah sangat
dekat. Suatu kebijakan tidak akan menjadi PP kecuali jika
diformulasi, implementasi dan di “enforced” oleh lembaga
pemerintah. Thomas Dye : lembaga pemerintahan
memberikan PP tiga ciri utama :
1. Legitimacy
2. Universality
3. Coercion
MODEL INSTITUSIONAL : POLICY AS
INSTITUTIONAL ACTIVITY
PP adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
pemerintah seperti Legislatif, Eksekutif, Judikatif,
Pemerintah Daerah dan sebagainya. Masyarakat harus
patuh, karena ada Legitimasi Politik dan berhak
memaksakan PP tersebut.
MODEL ELITE - MASSA
Officials and
Administrators
Elite
Mass
Policy Direction
Policy Execution
Model ini merupakan abstraksi dari suatu pembuatan
PP yang boleh dikatakan identik dengan perspektif elite
politik.
Kehidupan sosial terlihat terdiri atas dua lapisan yakni
lapisan atas dengan jumlah yang sangat kecil (elit) yang
selalu mengatur; dan lapisan bawah (mass) dengan
jumlah yang sangat besar sebagai yang diatur, PP
mencerminkan kehendak atau nilai-nilai elit yang
berkuasa.
Isu kebijakan yang akan masuk agenda perumusan
kebijakan merupakan lesepakatan dan juga hasil
konflik yang terjadi di antara elit politik sendiri.
Sementara birokrat atau
administrator hanya menjadi
mediator bagi jalannya
informasi yang mengalir dari
atas ke bawah.
Masyarakat tidak memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi dan menciptakan opini tentang isu
kebijakan yang seharusnya menjadi agenda
politik di tingkat atas.
Elit politik selalu ingin mempertahankan status quo,
maka kebijakannya menjadi konservatip. Perubahan
kebijakan bersifat inkremental maupun trial and error
yang hanya mengubah atau memperbaiki kebijakan
sebelumnya.
Tidak berarti bahwa kebijakan yang dibuat tidak
mementingkan aspirasi masyarakat. Sampai level
tertentu, mereka tetap membutuhkan dukungan massa,
sehingga mereka juga harus memuaskan sebagian
kepentingan masyarakat. Namun demikian tanggung
jawab untuk mensejahterakan masyarakat dianggap
terletak di tangan elit, dan bukannya di tangan
masyarakat sendiri.
Di Indonesia peranan elit dalam kehidupan politik
cukup menonjol. Model ini dapat menjadi salah
satu alat analisis untuk mengupas proses
perumusan PP.
1. Society is divided into the few who have power and
the many who do not; only a small number of
persons allocate values for society; the masses do not
decide PP.
2. The few who are governed are nod typical of the
masses who are governed. Elites are drawn
disproportionately fron the upper socioeconomic
strata of society.
Thomas Dye dan Harmon Zeigler : The Irony Of
Democracy : Summary Of Elite Theory.
3. The movement of non-elites to the elite positions must
be slow and continuous to maintain stability and
avoid revolution. Only non-elites who have accepted
the basic elite consessus can be admitted to governing
circles.
4. Elites share a consensus on the basic values of the
social system. E.G. in the us the elite consensus
includes private enterprise, private property, limited
government and individual liberty.
5. PP does not reflect demands of the masses but rather
the prevailing values of elite. Change in PP will be
incremental than revolutionary.
6. Active elites are subject to relatively little direct
influence from aphatetic masses.
Charles Lindblom : PP as a
continuation of past
government activities with
only incremental
modifications 
merupakan kritik pada
model rasional.
Model Inkremental : Policy As Variations On
The Past
1. Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya
untuk penelitian tehadap nilai-nilai sosial
masyarakat yang merupakan landasan bagi
perumusan tujuan kebijakan.
2. Adanya kekhawatiran tentang bakal munculnya
dampak yang tak diinginkan sebagai akibat dari
kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya.
3. Adanya hasil-hasil program dari kebijakan
sebelumnya yang harus dipertahankan demi
kepentingan tertentu.
4. Menghindari konflik jika harus melakukan proses
negosiasi yang melelahkan bagi kebijakan baru.
Para pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau
melakukan peninjauan secara ajeg terhadap seluruh
kebijakan yang dibuatnya. Mengapa ..?
1. Tidak menilai secara komprehensip semua alternatif
tapi memusatkan perhatian hanya pada kebijakan
yang berbeda secara inkremental.
2. Hanya sejumlah kecil alternatip kebijakan yang
dipertimbangkan.
3. Setiap alternatip kebijakan, hanya sejumlah kecil
konsekuensi akibat-akibat kebijakan penting yang
terbatas saja yang dinilai.
4. Setiap masalah yang menantang pembuat kebijakan
secara terus menerus diredefinisikan.
5. There is no single decision or “right” solution for a
problem.
INCREMENTALISM :
Policy
Increment
Past Policy
Commitments
1930 1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000
6. Incremental decision-making is essentially remedial
and is geared more to the amelioration of present,
concrete social imperfections than to the promotion of
future social goals.
GROUP THEORY :
POLICY AS GROUP EQUILIBRIUM
Model kelompok merupakan abstraksi dari proses
pembuatan kebijakan yang di dalamnya beberapa
kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi
dan bentuk kebijakan secara interaktif. Dengan demikian
pembuatan kebijakan terlihat sebagai upaya untuk
menanggapi tuntutan dari berbagai kelompok kepentingan
dengan cara bargaining, negoisasi dan kompromi.
Tuntutan-tuntutan yang saling bersaing di antara
kelompok-kelompok yang berpengaruh dikelola dengan
cara ini. Sebagai hasil persaingan antara berbagai
kelompok kepentingan kebijakan negara, pada hakikatnya
adalah keseimbangan yang tercapai dalam pertarungan
antar kelompok dalam memperjuangkan kepentingan
masing-masing pada suatu waktu. Agar supaya
pertarungan ini tidak bersifat merusak, maka sistem
politik berkewajiban untuk mengarahkan konflik
kelompok. Caranya :
1. Establishing rules of the game in the group struggle
2. Arranging compromises and balancing interests
3. Enacting compromises in the form of public policy
4. Enforcing these compromises
Kelompok kepentingan yang berpengaruh diharapkan
dapat mempengaruhi perubahan kebijakan negara.
Tingkat pengaruh kelompok kepentingan tersebut
ditentukan oleh jumlah anggotanya, harta kekayaannya,
kekuatan dan kebaikan organisasinya, kepemimpinannya,
hubungan yang erat dengan para pembuat keputusan,
kohesi intern para anggotanya dan sebagainya.
Model kelompok dapat dipergunakan untuk menganalisis
proses pembuatan kebijakan negara, model ini dapat
digunakan untuk menelaah kelompok-kelompok apakah
yang saling berkompetisi untuk mempengaruhi pembuatan
kebijakan negara dan siapa yang memiliki pengaruh
paling kuat terhadap keputusan yang dibuat. Pada tingkat
implementasi, kompetisi antar kelompok juga merupakan
salah satu faktor yang menentukan efektifitas kebijakan
dalam mencapai tujuan.
THE GROUP MODEL :
Added Influence
Influence of
Group B
Influence of Group A
Public
Policy
Alternative
Policy Position
Policy
Change
Equilibrium
MODEL SYSTEM THEORY : POLICYAS
SYSTEM OUTPUT
Pendekatan system diperkenalkan oleh David
Easton yang melakukan analogi dengan sistem
biologi. Pada dasarnya sistem biologi merupakan
proses interaksi antara organisme dengan
lingkungannya, yang akhirnya menciptakan
kelangsungan dan perubahan hidup yang relatif
stabil. Ini kemudian dianalogikan dengan
kehidupan sistem politik.
Pada dasarnya terdapat tiga komponen utama dalam
pendekatan sistem, yaitu input, proses, output. Input
terdiri dari tuntutan individu maupun kelompok
masyarakat, proses adalah kegiatan untuk merubah
input, dimana terjadi negosiasi, persuasi, bargaining,
intimidasi, aliansi dsb.nya untuk dapat mencapai
konsensus atau persetujuan terhadap issues yang
dibicarakan. Sedangkan output adalah hasil dari proses
dan legitimasi yang telah dicapai. Perlu pula dibedakan
antara policy output dan policy outcome.
Nilai utama dari systems model terhadap analisis
kebijakan adalah pada pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukakannya, antara lain :
1. What are the significant dimensions of the environment
that generate demands upon the political systems ?
2. What are the significant characteristics of the political
systems that enable it to transform demands into public
policy and to preserve itself overtime ?
3. How do environmental inputs affect the character of
the political system ?
4. How do characteristics of political system affect the
content of public policy
5. How do environmental inputs affect the content of
public policy ?
6. How does public policy affect, through feedback, the
environment
Demikian pula dukungan-dukungan serta sumber daya
yang artinya akan mempengaruhi proses pengalokasian
nilai-nilai oleh pihak penguasa.
Pada tingkat selanjutnya, sistem politik akan menyerap
berbagai macam demands dan support untuk dikonversi
menjadi keluaran-keluaran yang berupa keputusan-
keputusan atau kebijakan-kebijakan.
MODEL RATIONAL KOMPREHENSIP :
RATIONALISM : POLICY AS EFFICIENT
GOALACHIEVEMENT
A Rational Policy is one that is correctly designed to
maximize “Net Value Achievement”  all relevant
values of a society are known, and that any sacrifice
in one or more values that is required by a policy is
more than compensated for by the attainment of other
values  between the value it achieves and the value
it sacrifices is positive and higher than any other
policy alternative.
To select a rational policy, policy makers must :
1. Know all the society’s value preferences and their
relative weight
2. Know all the policy alternatives available
3. Know all the consequences of each policy alternatives
4. Calculate the ratio of achieved to sacrificed societal
values for each policy alternative
5. Select the most efficient policy alternative
This rationality assumes that the values preferences of
society as a whole can be known and weighted. It is not
enough to know and weigh the values of some groups and
not others. There must be a complete understanding of
societal values.
This rationality assumes that the values preferences of
society as a whole can be known and weighted. It is
not enough to know and weigh the values of some
groups and not others. There must be a complete
understanding of societal values. Information about
alternative policies, and the intelligence to calculate
correctly the ratio of costs to benefit. Finally, rational
policy making requires a decision-making system that
facilitates rationality in policy formation.
Pada dasarnya nilai dan kecenderungan yang
berkembang dalam masyarakat tidak dapat
terdeteksi secara menyeluruh, sehingga
menyulitkan bagi pembuat kebijakan untuk
menentukan arah kebijakan yang akan dibuat.
Rasionalkah melarang becak beroperasi di gang-
gang di Jakarta? Bagaimanakah
membandingkan antara korban ekonomis
tukang becak dan keluarganya – maupun
masyarakat penerima jasa becak yang akhirnya
mengalami kesulitan mencari sarana
transportasi – dengan nilai keindahan kota
Jakarta?
Pada akhirnya pendekatan rasional ini
cukup problematis dalam hal siapa yang
berhak menilai suatu kebijakan bersifat
rasional atau tidak.

More Related Content

What's hot

Birokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian PolitikBirokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian Politik
Muh Firyal Akbar
 
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Raja Matridi Aeksalo
 
Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public servicePutra Manurung
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan
Muh Firyal Akbar
 
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politikKekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Wandi Suhardi
 
Change it today birokrasi is modern model
Change it today birokrasi is modern modelChange it today birokrasi is modern model
Change it today birokrasi is modern model
Dr. Zar Rdj
 
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Dadang Solihin
 
Pertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publikPertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publik76meonk
 
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan PublikModul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
unitpublikasi
 
Pendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu PolitikPendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu PolitikMuhamad Yogi
 
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSESKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
Listiana Nurwati
 
Materi Kebijakan publik
Materi Kebijakan publikMateri Kebijakan publik
Materi Kebijakan publik
Steelyana Indriasari
 
Model implementasi
Model implementasi Model implementasi
Model implementasi
Muhammad Sharip
 
MATERI MSDM BAB I
MATERI MSDM BAB IMATERI MSDM BAB I
MATERI MSDM BAB I
93220872
 
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Tri Widodo W. UTOMO
 
Modul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis Kebijakan
Modul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis KebijakanModul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis Kebijakan
Modul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis Kebijakan
unitpublikasi
 

What's hot (20)

Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakanPertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
 
Birokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian PolitikBirokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian Politik
 
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
 
Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public service
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan
 
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politikKekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
 
Change it today birokrasi is modern model
Change it today birokrasi is modern modelChange it today birokrasi is modern model
Change it today birokrasi is modern model
 
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
 
Pertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publikPertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publik
 
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan PublikModul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
Pendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu PolitikPendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu Politik
 
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSESKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
 
Materi Kebijakan publik
Materi Kebijakan publikMateri Kebijakan publik
Materi Kebijakan publik
 
Politik dan kebijakan publik
Politik dan kebijakan publikPolitik dan kebijakan publik
Politik dan kebijakan publik
 
Model implementasi
Model implementasi Model implementasi
Model implementasi
 
MATERI MSDM BAB I
MATERI MSDM BAB IMATERI MSDM BAB I
MATERI MSDM BAB I
 
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
Modul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis Kebijakan
Modul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis KebijakanModul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis Kebijakan
Modul 4.2 Teknik dan Kriteria dalam Analisis Kebijakan
 

Similar to Model model dalam public policy

MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdfMODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
Lindaduil
 
Presentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptxPresentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptx
Poinid
 
Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy
Kasmiah Ali
 
Nasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revisedNasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revised
Nasrun Annahar
 
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
KhyrulRizal1
 
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docxAktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
dian980016
 
Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakanFormulasi kebijakan
Formulasi kebijakan
Zakiyul Mu'min
 
Part v & vi (perumusan, aktor2, nilai2...)
Part v & vi (perumusan, aktor2, nilai2...)Part v & vi (perumusan, aktor2, nilai2...)
Part v & vi (perumusan, aktor2, nilai2...)
nurul khaiva
 
Pertemuan ii, dimensi politik fenomena ekonomi
Pertemuan ii, dimensi politik fenomena ekonomiPertemuan ii, dimensi politik fenomena ekonomi
Pertemuan ii, dimensi politik fenomena ekonomi
Bagus Aji
 
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxPpt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
TyazmutzDartha
 
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
xvader
 
Materi setelah UTS. Untuk mahasiswa uinppt
Materi setelah UTS. Untuk mahasiswa uinpptMateri setelah UTS. Untuk mahasiswa uinppt
Materi setelah UTS. Untuk mahasiswa uinppt
ArtianNasution
 
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatikSri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti
 
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.pptdokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
ArdifaSamawy
 
Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!jesslynJC
 
pembangunan+politik.ppt
pembangunan+politik.pptpembangunan+politik.ppt
pembangunan+politik.ppt
nofaldzaki
 
Implementasi kebijakan pendidikan dan
Implementasi kebijakan pendidikan danImplementasi kebijakan pendidikan dan
Implementasi kebijakan pendidikan dan
retno wijaya
 
Perumusan kebijakan
Perumusan kebijakanPerumusan kebijakan
Perumusan kebijakan
syarifahsintabella
 
Materi Politik
Materi PolitikMateri Politik
Materi Politik
NayNayuni
 

Similar to Model model dalam public policy (20)

MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdfMODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
 
Presentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptxPresentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptx
 
Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy
 
Nasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revisedNasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revised
 
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
 
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docxAktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
 
Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakanFormulasi kebijakan
Formulasi kebijakan
 
Part v & vi (perumusan, aktor2, nilai2...)
Part v & vi (perumusan, aktor2, nilai2...)Part v & vi (perumusan, aktor2, nilai2...)
Part v & vi (perumusan, aktor2, nilai2...)
 
Pertemuan ii, dimensi politik fenomena ekonomi
Pertemuan ii, dimensi politik fenomena ekonomiPertemuan ii, dimensi politik fenomena ekonomi
Pertemuan ii, dimensi politik fenomena ekonomi
 
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxPpt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
 
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
 
Materi setelah UTS. Untuk mahasiswa uinppt
Materi setelah UTS. Untuk mahasiswa uinpptMateri setelah UTS. Untuk mahasiswa uinppt
Materi setelah UTS. Untuk mahasiswa uinppt
 
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatikSri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
 
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.pptdokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
 
Public Policy
Public PolicyPublic Policy
Public Policy
 
Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!
 
pembangunan+politik.ppt
pembangunan+politik.pptpembangunan+politik.ppt
pembangunan+politik.ppt
 
Implementasi kebijakan pendidikan dan
Implementasi kebijakan pendidikan danImplementasi kebijakan pendidikan dan
Implementasi kebijakan pendidikan dan
 
Perumusan kebijakan
Perumusan kebijakanPerumusan kebijakan
Perumusan kebijakan
 
Materi Politik
Materi PolitikMateri Politik
Materi Politik
 

More from nurul khaiva

M 10
M 10M 10
M 9
M 9M 9
M 5, m-6, dan m-7
M 5, m-6, dan m-7M 5, m-6, dan m-7
M 5, m-6, dan m-7
nurul khaiva
 
M 4
M 4M 4
M 3
M 3M 3
M 2
M 2M 2
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
nurul khaiva
 
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
nurul khaiva
 
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
nurul khaiva
 
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
nurul khaiva
 
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
nurul khaiva
 
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politikPart 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
nurul khaiva
 
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
nurul khaiva
 
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesiaSistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
nurul khaiva
 
Contoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copyContoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copy
nurul khaiva
 
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisaSikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
nurul khaiva
 
Uu no 32
Uu no 32Uu no 32
Uu no 32
nurul khaiva
 
9. sarana tun
9. sarana tun9. sarana tun
9. sarana tun
nurul khaiva
 
8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara
nurul khaiva
 
7. lembaga lembaga negara
7. lembaga lembaga negara7. lembaga lembaga negara
7. lembaga lembaga negara
nurul khaiva
 

More from nurul khaiva (20)

M 10
M 10M 10
M 10
 
M 9
M 9M 9
M 9
 
M 5, m-6, dan m-7
M 5, m-6, dan m-7M 5, m-6, dan m-7
M 5, m-6, dan m-7
 
M 4
M 4M 4
M 4
 
M 3
M 3M 3
M 3
 
M 2
M 2M 2
M 2
 
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
 
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
 
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
 
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
 
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
 
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politikPart 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
 
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
 
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesiaSistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
 
Contoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copyContoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copy
 
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisaSikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
 
Uu no 32
Uu no 32Uu no 32
Uu no 32
 
9. sarana tun
9. sarana tun9. sarana tun
9. sarana tun
 
8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara
 
7. lembaga lembaga negara
7. lembaga lembaga negara7. lembaga lembaga negara
7. lembaga lembaga negara
 

Recently uploaded

0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 

Recently uploaded (20)

0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 

Model model dalam public policy

  • 2. MODEL DALAM PUBLIC POLICY 1. Pure Rationality Model : Didasarkan pada rationalitas murni dalam pembuatan keputusan. 2. Economically Rational Model : Penekanan pada efesiensi dan ekonomis. 3. Sequential-Decision Model : Pembuatan eksperimen untuk penentuan alternatif sehingga tercapai keputusan yang paling efektif. A model is an abstraction of reality YEHEZKEL DROR : 7 MODEL PEMBUATAN KEPUTUSAN :
  • 3. 4. Incremental Model : Charles Lindblom : Science Of Muddling Through : keputusan berubah sedikit demi sedikit. 5. Satisfying Model : Herbert Simon; Bounded Rationality, keputusan pada alternatif pertama yang paling “memuaskan”. 6. Extra-Rational Model : Paling rational, paling optimal. 7. Optimal Model : Model integratif  identifikasi nilai-nilai, kegunaan praktis, dengan memperhatikan alokasi sumber- sumber, penentuan tujuan yang akan dicapai, pemilihan alternatif program, peramalan hasil dan pengevaluasian alternatif terbaik.
  • 4. Hubungan antara PP dengan institusi pemerintah sangat dekat. Suatu kebijakan tidak akan menjadi PP kecuali jika diformulasi, implementasi dan di “enforced” oleh lembaga pemerintah. Thomas Dye : lembaga pemerintahan memberikan PP tiga ciri utama : 1. Legitimacy 2. Universality 3. Coercion MODEL INSTITUSIONAL : POLICY AS INSTITUTIONAL ACTIVITY PP adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah seperti Legislatif, Eksekutif, Judikatif, Pemerintah Daerah dan sebagainya. Masyarakat harus patuh, karena ada Legitimasi Politik dan berhak memaksakan PP tersebut.
  • 5. MODEL ELITE - MASSA Officials and Administrators Elite Mass Policy Direction Policy Execution
  • 6. Model ini merupakan abstraksi dari suatu pembuatan PP yang boleh dikatakan identik dengan perspektif elite politik. Kehidupan sosial terlihat terdiri atas dua lapisan yakni lapisan atas dengan jumlah yang sangat kecil (elit) yang selalu mengatur; dan lapisan bawah (mass) dengan jumlah yang sangat besar sebagai yang diatur, PP mencerminkan kehendak atau nilai-nilai elit yang berkuasa. Isu kebijakan yang akan masuk agenda perumusan kebijakan merupakan lesepakatan dan juga hasil konflik yang terjadi di antara elit politik sendiri.
  • 7. Sementara birokrat atau administrator hanya menjadi mediator bagi jalannya informasi yang mengalir dari atas ke bawah. Masyarakat tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menciptakan opini tentang isu kebijakan yang seharusnya menjadi agenda politik di tingkat atas.
  • 8. Elit politik selalu ingin mempertahankan status quo, maka kebijakannya menjadi konservatip. Perubahan kebijakan bersifat inkremental maupun trial and error yang hanya mengubah atau memperbaiki kebijakan sebelumnya. Tidak berarti bahwa kebijakan yang dibuat tidak mementingkan aspirasi masyarakat. Sampai level tertentu, mereka tetap membutuhkan dukungan massa, sehingga mereka juga harus memuaskan sebagian kepentingan masyarakat. Namun demikian tanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat dianggap terletak di tangan elit, dan bukannya di tangan masyarakat sendiri.
  • 9. Di Indonesia peranan elit dalam kehidupan politik cukup menonjol. Model ini dapat menjadi salah satu alat analisis untuk mengupas proses perumusan PP. 1. Society is divided into the few who have power and the many who do not; only a small number of persons allocate values for society; the masses do not decide PP. 2. The few who are governed are nod typical of the masses who are governed. Elites are drawn disproportionately fron the upper socioeconomic strata of society. Thomas Dye dan Harmon Zeigler : The Irony Of Democracy : Summary Of Elite Theory.
  • 10. 3. The movement of non-elites to the elite positions must be slow and continuous to maintain stability and avoid revolution. Only non-elites who have accepted the basic elite consessus can be admitted to governing circles. 4. Elites share a consensus on the basic values of the social system. E.G. in the us the elite consensus includes private enterprise, private property, limited government and individual liberty. 5. PP does not reflect demands of the masses but rather the prevailing values of elite. Change in PP will be incremental than revolutionary. 6. Active elites are subject to relatively little direct influence from aphatetic masses.
  • 11. Charles Lindblom : PP as a continuation of past government activities with only incremental modifications  merupakan kritik pada model rasional. Model Inkremental : Policy As Variations On The Past
  • 12. 1. Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya untuk penelitian tehadap nilai-nilai sosial masyarakat yang merupakan landasan bagi perumusan tujuan kebijakan. 2. Adanya kekhawatiran tentang bakal munculnya dampak yang tak diinginkan sebagai akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya. 3. Adanya hasil-hasil program dari kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan demi kepentingan tertentu. 4. Menghindari konflik jika harus melakukan proses negosiasi yang melelahkan bagi kebijakan baru. Para pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau melakukan peninjauan secara ajeg terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya. Mengapa ..?
  • 13. 1. Tidak menilai secara komprehensip semua alternatif tapi memusatkan perhatian hanya pada kebijakan yang berbeda secara inkremental. 2. Hanya sejumlah kecil alternatip kebijakan yang dipertimbangkan. 3. Setiap alternatip kebijakan, hanya sejumlah kecil konsekuensi akibat-akibat kebijakan penting yang terbatas saja yang dinilai. 4. Setiap masalah yang menantang pembuat kebijakan secara terus menerus diredefinisikan. 5. There is no single decision or “right” solution for a problem. INCREMENTALISM :
  • 14. Policy Increment Past Policy Commitments 1930 1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000 6. Incremental decision-making is essentially remedial and is geared more to the amelioration of present, concrete social imperfections than to the promotion of future social goals.
  • 15. GROUP THEORY : POLICY AS GROUP EQUILIBRIUM Model kelompok merupakan abstraksi dari proses pembuatan kebijakan yang di dalamnya beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi dan bentuk kebijakan secara interaktif. Dengan demikian pembuatan kebijakan terlihat sebagai upaya untuk menanggapi tuntutan dari berbagai kelompok kepentingan dengan cara bargaining, negoisasi dan kompromi.
  • 16. Tuntutan-tuntutan yang saling bersaing di antara kelompok-kelompok yang berpengaruh dikelola dengan cara ini. Sebagai hasil persaingan antara berbagai kelompok kepentingan kebijakan negara, pada hakikatnya adalah keseimbangan yang tercapai dalam pertarungan antar kelompok dalam memperjuangkan kepentingan masing-masing pada suatu waktu. Agar supaya pertarungan ini tidak bersifat merusak, maka sistem politik berkewajiban untuk mengarahkan konflik kelompok. Caranya : 1. Establishing rules of the game in the group struggle 2. Arranging compromises and balancing interests 3. Enacting compromises in the form of public policy 4. Enforcing these compromises
  • 17. Kelompok kepentingan yang berpengaruh diharapkan dapat mempengaruhi perubahan kebijakan negara. Tingkat pengaruh kelompok kepentingan tersebut ditentukan oleh jumlah anggotanya, harta kekayaannya, kekuatan dan kebaikan organisasinya, kepemimpinannya, hubungan yang erat dengan para pembuat keputusan, kohesi intern para anggotanya dan sebagainya. Model kelompok dapat dipergunakan untuk menganalisis proses pembuatan kebijakan negara, model ini dapat digunakan untuk menelaah kelompok-kelompok apakah yang saling berkompetisi untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan negara dan siapa yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap keputusan yang dibuat. Pada tingkat implementasi, kompetisi antar kelompok juga merupakan salah satu faktor yang menentukan efektifitas kebijakan dalam mencapai tujuan.
  • 18. THE GROUP MODEL : Added Influence Influence of Group B Influence of Group A Public Policy Alternative Policy Position Policy Change Equilibrium
  • 19. MODEL SYSTEM THEORY : POLICYAS SYSTEM OUTPUT Pendekatan system diperkenalkan oleh David Easton yang melakukan analogi dengan sistem biologi. Pada dasarnya sistem biologi merupakan proses interaksi antara organisme dengan lingkungannya, yang akhirnya menciptakan kelangsungan dan perubahan hidup yang relatif stabil. Ini kemudian dianalogikan dengan kehidupan sistem politik.
  • 20. Pada dasarnya terdapat tiga komponen utama dalam pendekatan sistem, yaitu input, proses, output. Input terdiri dari tuntutan individu maupun kelompok masyarakat, proses adalah kegiatan untuk merubah input, dimana terjadi negosiasi, persuasi, bargaining, intimidasi, aliansi dsb.nya untuk dapat mencapai konsensus atau persetujuan terhadap issues yang dibicarakan. Sedangkan output adalah hasil dari proses dan legitimasi yang telah dicapai. Perlu pula dibedakan antara policy output dan policy outcome.
  • 21. Nilai utama dari systems model terhadap analisis kebijakan adalah pada pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakannya, antara lain : 1. What are the significant dimensions of the environment that generate demands upon the political systems ? 2. What are the significant characteristics of the political systems that enable it to transform demands into public policy and to preserve itself overtime ? 3. How do environmental inputs affect the character of the political system ? 4. How do characteristics of political system affect the content of public policy 5. How do environmental inputs affect the content of public policy ? 6. How does public policy affect, through feedback, the environment
  • 22. Demikian pula dukungan-dukungan serta sumber daya yang artinya akan mempengaruhi proses pengalokasian nilai-nilai oleh pihak penguasa. Pada tingkat selanjutnya, sistem politik akan menyerap berbagai macam demands dan support untuk dikonversi menjadi keluaran-keluaran yang berupa keputusan- keputusan atau kebijakan-kebijakan.
  • 23. MODEL RATIONAL KOMPREHENSIP : RATIONALISM : POLICY AS EFFICIENT GOALACHIEVEMENT A Rational Policy is one that is correctly designed to maximize “Net Value Achievement”  all relevant values of a society are known, and that any sacrifice in one or more values that is required by a policy is more than compensated for by the attainment of other values  between the value it achieves and the value it sacrifices is positive and higher than any other policy alternative.
  • 24. To select a rational policy, policy makers must : 1. Know all the society’s value preferences and their relative weight 2. Know all the policy alternatives available 3. Know all the consequences of each policy alternatives 4. Calculate the ratio of achieved to sacrificed societal values for each policy alternative 5. Select the most efficient policy alternative This rationality assumes that the values preferences of society as a whole can be known and weighted. It is not enough to know and weigh the values of some groups and not others. There must be a complete understanding of societal values.
  • 25. This rationality assumes that the values preferences of society as a whole can be known and weighted. It is not enough to know and weigh the values of some groups and not others. There must be a complete understanding of societal values. Information about alternative policies, and the intelligence to calculate correctly the ratio of costs to benefit. Finally, rational policy making requires a decision-making system that facilitates rationality in policy formation.
  • 26. Pada dasarnya nilai dan kecenderungan yang berkembang dalam masyarakat tidak dapat terdeteksi secara menyeluruh, sehingga menyulitkan bagi pembuat kebijakan untuk menentukan arah kebijakan yang akan dibuat. Rasionalkah melarang becak beroperasi di gang- gang di Jakarta? Bagaimanakah membandingkan antara korban ekonomis tukang becak dan keluarganya – maupun masyarakat penerima jasa becak yang akhirnya mengalami kesulitan mencari sarana transportasi – dengan nilai keindahan kota Jakarta?
  • 27. Pada akhirnya pendekatan rasional ini cukup problematis dalam hal siapa yang berhak menilai suatu kebijakan bersifat rasional atau tidak.