Teks tersebut membahas tentang konsep-konsep spiritual dalam agama Buddha seperti 10 keserakahan, 3 jenis kekotoran batin, delapan jalan kebenaran, dan pembagian latihan spiritual ke dalam 3 kelompok yaitu sila, samadhi dan panna.
2. Pandanglah tubuh
yang indah ini,
penuh luka, terdiri
dari rangkaian
tulang, berpenyakit
serta memerlukan
banyak perawatan.
Ia tidak kekal serta
tidak tetap
keadaannya.
Dhammapada 147
5. Kekotoran bathin (Asava), dapat dibagi dalam 3 (tiga)
golongan besar, yaitu:
1. Kilesa : Kekotoran bathin yang kasar dan dapat jelas
dilihat atau didengar. Yang kesat mata(vitikama kilesa)
melakukan perbuatan 2 yang tak bermoral.
2. Nivarana : Kekotoran bathin yang agak halus, yang
agak sukar diketahui.(yang telah muncul didalam batin
dan terus menghasut batin)
3. Anusaya : Kekotoran bathin yang halus sekali dan
sangat sukar untuk diketahui.(siap untuk muncul
didalam batin ketika obyek obyek indriawi muncul
digerbang-gerbang indra.
6. Siswa yang telah berhasil melaksanakan Delapan Jalan
Kebenaran memperoleh :
a. Sila-visuddhi - Kesucian Sila sebagai hasil dari
pelaksanaan Sila dan terkikis habisnya Kilesa (Kekotoran
batin).
b. Citta-visuddhi - Kesucian Bathin sebagai hasil dari
pelaksanaan Samadhi dan terkikis habisnya Nivarana (
Rintangan batin).
c. Ditthi-visuddhi - Kesucian Pandangan sebagai hasil dari
pelaksanaan Panna dan terkikis habisnya Anusaya
(Kecenderungan berprasangka).
7. I. PANNA (Kelompok Kebijaksanaan)
1. Pengertian Benar (samma-ditthi)
2. Pikiran Benar (samma-sankappa)
• Adalah sebagai latihan intelektual/akal budi,
dimaksudkan agar kita hendaknya memahami
terlebih dahulu secara jelas dan realistis
mengenai konsep Empat Kebenaran Mulia, lalu
kemudian secara bertahap mengembangkan
langkah-langkah lain dari Jalan.
8. 1) Pengertian /Pemahaman Benar
(Samma-ditthi)
• Adalah pengetahuan yang disertai dengan
penembusan terhadap:
• Empat Kebenaran Mulia
• Tiga Corak Umum (Tilakkhana)
• Sebab-musabab yang saling bergantungan
(Paticca Samuppada)
• Hukum Kamma
9. 2) Pikiran Benar (Samma- Sankappa)
Adalah pikiran yang bebas dari:
• Pikiran yang bebas dari nafsu - nafsu
keduniawian (nekkhamma-sankappa)
• Pikiran yang bebas dari kebencian (avyapada-
sankappa)
• Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsa-
sankappa)
10.
11. II. SILA (Kelompok
Moral/Kebijaksanaan )
3. Ucapan Benar (samma-vaca)
4. Perbuatan Benar (samma-kammanta)
5. Pencaharian Benar (samma-ajiva)
Adalah merupakan latihan etika, dimana kita
menentukan sendiri apa yang baik, kemudian
melaksanakannya untuk diri sendiri maupun tindak-
tanduk / sikap kita dalam bermasyarakat
12. 3) Ucapan Benar (Samma-vaca)
Adalah berusaha menahan diri dari :
Berbohong (musavada)
Memfitnah (pisunavaca)
Berucap kasar/caci maki (pharusavaca)
Percakapan yang tidak bermanfaat / pergunjingan (samphapalapa).
Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika memenuhi syarat dibawah ini :
Ucapan itu benar
Ucapan itu beralasan
Ucapan itu berfaedah
Ucapan itu tepat pada waktunya
13. Sang Buddha bersabda :
“ Kata-kata yang mempunyai empat nilai adalah yang
diucapkan baik, bukan pembicaraan jahat, tidak salah dan
tidak dicela para bijaksana. Apa empat itu ? Mengenai
ini,……….
seseorang berbicara dengan kata-kata yang indah,
bukannya buruk;
seorang berbicara dengan kata-kata yang benar, bukannya
salah;
seseorang berbicara dengan kata-kata yang halus,
bukannya kasar ;
seorang berbicara dengan kata-kata penuh kebenaran,
bukan kepalsuan”.
( Sutta Nipata : 449-450 )
14. 4) Perbuatan Benar
(Samma-kammanta)
Adalah berusaha menahan diri dari :
Pembunuhan,
Pencurian ,
Perbuatan melakukan perbuatan seksualitas yang tidak dibenarkan (asusila),
Perkataan tidak benar,
Penggunaan cairan atau obat–obatan yang menimbulkan ketagihan dan
melemahkan kesadaran.
“ Semua gemetar pada kekerasan, semua takut kematian,
tempatkan dirimu pada tempat orang yang lain.
Oleh karenanya jangan membunuh
ataupun menyebabkan mereka terbunuh.”
( Dhammapada : 129-130 )
15. 5) Mata Pencaharian Benar
(Samma-ajiva)
Berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan
makhluk lain.
Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:
Makhluk hidup
Senjata
Daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan makhluk-makhluk hidup.
Minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan.
Racun
Dan terdapat pula lima mata pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:
Penipuan
Ketidak-setiaan
Penujuman
Kecurangan
Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)
16. 1. Silavisuddhi: kesucian kemoralan
• Dalam Delapan Jalan Mulia (Magga-Sacca) terdapat
pembagian dari Sila (moralitas), Samādhi (konsenterasi)
dan Paññā (kebijaksanaan)! Bagian Sila dalam Magga-
Sacca! Empat macam SIla yang harus dimurnikan oleh para
Bhikkhu!
• Faktor-faktor dari Delapan Jalan Mulia (Magga-Sacca) dapat
di bagi kedalam tiga kelompok yang disebut Sikkhā (latihan)
yaitu: Sila-sikkhā (latihan kemoralan/ moralitas), Samādhi-
sikkhā (latihan konsenterasi) dan Paññā-sikkhā (latihan
kebijaksanaan). Dari ketiga pembagian tersebut, bagian dari
Sila (kemoralan/moralitas) terdiri dari tiga faktor jalan
(Maggańga) sebagai berikut:
17. 1. Sammā-vācā: Ucapan benar
Yang dimaksud dengan ucapan benar adalah menghindari berbohong
(musāvāda), memfitnah (pisuņavācā), kata-kata kasar (pharusavācā) dan
ucapan yang tidak bermanfaat (samphappalāpa). Pada umumnya, ucapan itu
bisa dikatakan benar apabila empat syarat berikut terpenuhui: (1) Ucapan itu
benar, (2) Ucapan itu beralasan, (3) Ucapan itu berfaedah dan, (4) Ucapan itu
diucapkan pada waktu yang sesuai. Dan apabila empat persyaratan tersebut
terpenuhi maka secara otomatis penghindaran (virati) dari ucapan yang salah
atau kata-kata kasar dan sebagainya akan tercapai.
2. Sammā-kammanta: Perbuatan benar
Perbuatan benar adalah menghindari perbuatan yang salah melalui badan
jasmani seperti: menghindari pembunuhan makhluk hidup (panatipata virati),
pencurian (adinnadana virati) dan melakukan perzinahan (kāmesumicchārā
virati). Dengan melalukan penghindaran (virati) dari ketiga perbuatan salah
tersebut maka seseorang akan senantiasa melakukan perbuatan benar
dengan tujuan untuk mengembangkan perbuatan-perbuatan yang bersusila,
terhormat dan menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela. Ia juga akan
bersedia untuk menolong orang lain agar dapat juga menjalani kehidupan
yang tenang, besih, terpuji dan terhormat dengan cara yang benar.
18. 3. Sammā-ājiva: Penghidupan benar
Penghidupan benar adalah menghindari mata pencaharian atau
penghidupan yang diperoleh melalui ucapan salah serta perbuatan
yang salah seperti membunuh, mencuri dan berbohong. Di dalam
Majjhima Nikāya, disebutkan ada lima macam mata pencaharian yang
salah yaitu:
1. Penipuan
2. Ketidaksetiaan
3. Penujuman
4. Kecurangan
5. Memumngut bunga yang tinggi
Untuk para perumah tangga, penghidupan yang benar adalah
termasuk juga penghindaran dari lima macam perdagangan yang salah
seperti: (1) berdagang senjata (2) berdagang manusia (3) berdagang
hewan untuk disembelih (4) berdagang minuman keras dan (5)
berdagang racu
19. • Adapun empat macam Sila yang harus
dimurnikan oleh para Bhikkhu yaitu:
1. Paţimokkhasamvara-sila: Moralitas yg terdiri
atas menahan diri berkenaan dengan peraturan
kedisiplinan bhikkhu (227sila Paţimokkha).
2. Indriyasamvara-sila: Moralitas yang terdiri atas
menahan diri dalam indera.
3. Âjivaparisuddhi-sila: Moralitas yang terdiri atas
kesucian penghidupan.
4. Paccaya-sannissita-sila: Moralitas yang terdiri
atas 4 macam kebutuhan pokok Bhikkhu.
20. III. SAMADHI ( Kelompok Pemusatan
Pikiran/Konsentrasi )
6. Daya-upaya Benar (samma-vayama)
7. Perhatian Benar (samma-sati)
8. Konsentrasi Benar (samma-samadhi)
• Adalah merupakan latihan kejiwaan,
menyadari perubahan batin dari yang bersifat
keduniawian ke keadaan batin yang murni.
21. 6) Upaya Benar (Samma-vayama)
Dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan,
yaitu:
• Berusaha mencegah munculnya kejahatan baru,
• berusaha menghancurkan kejahatan yang sudah
ada,
• berusaha mengembangkan kebaikan yang belum
muncul, berusaha memajukan kebaikan yang
telah ada.
22. 7) Perhatian Benar (Samma-sati)
Dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu:
1. Perhatian penuh terhadap badan jasmani (kayanupassana)
2. Perhatian penuh terhadap perasaan (vedananupassana)
3. Perhatian penuh terhadap pikiran (cittanupassana)
4. Perhatian penuh terhadap batin (dhammanupassana)
• Keempat bentuk tindakan tersebut bisa disebut sebagai
Satiphattana
23. 8) Konsentrasi Benar
( Samma-samadhi )
• Berarti pemusatan pikiran pada obyek yang
tepat sehingga batin mencapai suatu keadaan
yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara ini
disebut dengan Bhavana.
24. 2. Cittavisuddhi: kesucian pikiran
• Dua pendekatan untuk menjalankan Vipassanā yaitu Samathayāna
dan Vipassanāyāna!
• Dalam pencapaian kesucian tertinggi, Sang Buddha mengajarkan
dua metoda dalam pengembangan Vipassana yaitu: Samathayāna
dan Vipassanāyāna. Kata vipasana adalah latihan meditasi yang
melingkupi banyak hal. Dalam latihan vipassana, ada
pengembangan lima indriya (saddha, viriya, sati, samādhi dan
paññā), juga ada pengembangan tujuh faktor penerangan
sempurna (sattabojjhanga, seperti: sati, dhammavicaya, viriya, piti,
passadhi, samādhi dan upekkha), dan lain-lain. Terdapat dua
pendekatan yang digunakan untuk latihan vipassana hingga
tercapainya tingkat kesucian tertinggi. Kedua pendekatan tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut:
25. 1. Samathayāna: adalah pendekatan yang dimulai dengan pengembangan meditasi
ketenangan batin (samatha) hingga pada pencapaian konsenterasi akses (upacarā samādhi)
atau konsenterasi absorpsi (appanā samādhi) sebagai dasar atau landasan untuk
mengembangkan pandangan terang (vipassanā). Seorang yogi yang menggunakan metoda ini
disebut sebagai ‘Samathayānika’. Pertama-tama, seorang yogi harus mencapai konsenterasi
akses atau salah satu dari rūpa jhāna maupun arūpa jhāna. Kemudian ia menuju pada
pengembangan pandangan terang dengan cara memahami fenomena batin dan jasmani yang
muncul pada jhāna tersebut sebagai nāma-rūpa dan kemudian mencari kondisi-kondisinya.
Setelah itu ia baru melakukan kontemplasi dengan memahami tiga karakteristik dari kondisi
itu masing-masing.
2. Vipassanāyāna: adalah pendekatan dengan memperaktikan vipassanā secara murni.
Pendekatan ini juga sering disebut sebagai pandangan terang murni (suddha-vipassanāyāna).
Pendekatan ini tidak memerlukan pengembangan ketenangan batin (samatha) sebagai dasar
atau landasan untuk mengembangkan padangan terang (vipassanā). Seorang yogi, setelah
memurnikan kemoralan (søla) langsung menuju pada kontempelasi dengan perhatian penuh
akan perubahan dari peroses batin dan jasmani yang dialaminya. Setelah kontempelasi ini
menjadi kuat, maka secara alami pikiran menjadi terkonsenterasi pada setiap arus perubahan
dari nāma-rūpa dengan tingkat konsenterasi yang setara dengan konsenterasi akses.
Konsenterasi pada peroses batin dan jasmani yang terjadi sesaat demi sesaat ini disebut
‘khaņikasamādhi’. Dan konsenterasi ini memiliki tingkatan stabilisasi batin yang setara dengan
konsenterasi akses. Seorang yogi yang menggunakan pendekatan ini disebut
‘vipassanāyānika’ atau juga disebut sebagai ‘dry insight worker’ (sukkhavipassaka) karena
mengembangkan pandangan terang (insight) tanpa melalui jhāna.