1. Dokumen tersebut membahas tentang falsafah ekonomi Islam, konsep dasar, dan sistem ekonomi Islam.
2. Prinsip-prinsip utama ekonomi Islam adalah kepemilikan, distribusi, dan disposisi yang diatur oleh syariat Islam.
3. Sistem ekonomi Islam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seluruh warga negara secara merata.
3. “Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
(al-Qashash 77)
4. Falsafah Ekonomi Islam
1. Kegiatan ekonomi diorientasikan bagi pencapaian
kebahagiaan hidup di akhirat
2. Ekonomi diarahkan bagi tercapainya kesejahteraan,
kemajuan material dan kebahagiaan hidup manusia di
dunia
3. Kegiatan ekonomi harus dilakukan dalam pola interaksi
sesama manusia secara baik
4. Harus dihindari kegiatan ekonomi yang merusak fisik
maupun tatanan kehidupan manusia
5. Hidup di Dunia
Lahir Mati
Dari Mana? Ke Mana?
Untuk Apa?
Kehidupan
sebelum
dunia
Kehidupan
setelah
Kehidupan dunia
Dunia
Hubungan antar tiga simpul
6. AALL--’’UUQQDDAATTUU AALL--KKUUBBRRAA
((SSIIMMPPUULL BBEESSAARR))
- Simpul semua pertanyaan
- Bila terurai maka terurai pula
pertanyaan cabang
TTIIGGAA PPEERRTTAANNYYAAAANN MMEENNDDAASSAARR
MMAANNUUSSIIAA
DDAARRII MMAANNAA MMAANNUUSSIIAA BBEERRAASSAALL??
UUNNTTUUKK AAPPAA MMAANNUUSSIIAA HHIIDDUUPP??
KKEEMMAANNAA SSEETTEELLAAHH MMAATTII ??
7. Harus dijawab
Jawaban dari simpul besar, sebagai
Aqidah
Fikrah kulliyah
Qaidah fikriyah
Al-Nadzratu fi al-hayati al- dunya
Mempengaruhi gaya hidup
Menentukan kualitas hidup
8. ADA DUA MACAM
JAWABAN
JAWABAN ISLAM
Manusia diciptakan Allah
Hidup untuk beribadah
kepada-Nya
Setelah mati akan hidup
abadi di alam akherat: di
sorga atau neraka
Tergantung hidupnya di
dunia: beriman atau tidak;
bila beriman, taat atau tidak
(Sumber: wahyu Allah)
JAWABAN SEKULER
Manusia diciptakan Tuhan
Hidup untuk mencari kepuasan
jasmani
Setelah mati, akan ada hidup
yang abadi di alam lain (?), atau
pasti di sorga karena sudah
diampuni
Alam nanti tidak ada hubungan
dengan sekarang (?)
(Sumber: pemikiran spekulatif)
9. MANA JAWABAN YANG
BENAR?
Yang benar adalah yang bersumber dari al-Qur’an
Pemikiran spekulatif tidak berdasar. Nilainya bisa
benar bisa salah
Tapi bila terdapat sumber yang pasti benar, maka
pemikiran spekulatif tentang hakekat hidup di dunia
pasti salah adanya.
10. MAKA……
DARI MANA
Manusia,
alam semesta dan
kehidupan berasal?
DDIICCIIPPTTAAKKAANN AALLLLAAHH
11. UNTUK APA MANUSIA HIDUP?
BERIBADAH KEPADA ALLAH
Makna ibadah adalah tha’atullah wa khudlu’u lahu wa iltizamu
ma syara’a minaddini (taat kepada Allah tunduk padanya dan
berpegang teguh pada apa yang telah disyariatkan di dalam
agama Islam)
Jadi, kehidupan dunia dengan sebelumnya terikat dengan
hubungan penciptaan, perintah dan larangan (shilatu al-khalq
dan shillatul awamir wan nawahi )
Kehidupan dunia dengan sesudahnya terikat dengan
kebangkitan dan perhitungan (shilatul ba’tsi wan nushur dan
shillatul muhasabah)
12. MACAM IBADAH
Makna Khusus
Aktivitas hubungan dengan Allah
(Shalat, puasa, Zakat, do’a, dll)
Makna Umum
Segala aktivitas manusia
13. AMAL BERNILAI IBADAH
Amal Terbaik
Ikhlas hanya untuk Allah SWT
Benar sesuai tuntunan syariat
Islam
14. KE MANA SETELAH MATI
Dibangkitkan kembali (Al Mukminun:15-16)
Dihisab, atas keyakinan dan perbuatannya di dunia
Tiga prototipe manusia dan balasannya
Keyakinan Perbuatan Balasan
1. Muslim Taat Kekal di Surga
2. Muslim Ingkar Neraka lalu Surga
3. Kafir Kekal di Neraka
15. Dalil ….
Tipologi 1 (Al Bayyinah:7-8)
“Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik
makhluq. Balasan mereka adalah surga adn yang mengalir sungai-sungai di bawah.
Mereka kekal di dalamnya selamanya”
Tipologi 2
“… Allah memerintahkan para malaikat mengentas dari neraka itu orang-orang yang tidak
pernah sekalipun melakukan perbuatan syirik. Yaitu mereka yang berucap Laa ilaaha
illallah. Orang-orang ini dapat diketahui melalui ciri khasnya, yakni di wajahnya ada
bekas sujud….. (HR. Muslim dari Abu Hurairah RA)
Tipologi 3 (Al Bayyinah 6)
“Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk)
ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluq”.
16. KEADAAN DI AKHIRAT
TIPOLOGI 1 Bahagia
TIPOLOGI 2 Menyesal kurang banyak beramal (al-fajr:
24)
TIPOLOGI 3 Menyesal lebih baik jadi tanah
(An naba’:40)
17. KESIMPULAN
Kehidupan
Sebelum
Dunia
Allah
Shillatul ba’tsi wa nushur
Kehidupan
Dunia
Ibadah
Kehidupan
setelah
Dunia
Akherat
Shillatul khalqi
Shillatul awamir wa nawahi
Shillatul muhasabah
18. Hubungan 3 fase
kehidupan
Sebelum dunia Sesudah dunia
Hubungan dengan
kehidupan dunia
Penciptaan Kebangkitan
Perintah dan Larangan Perhitungan
19. DUA GAYA HIDUP
GAYA HIDUP ISLAMY
Hidup untuk beribadah
Landasan iman
Tolok ukur perbuatan aturan
Islam (halal dan haram)
Orientasi hidup akherat dan
dunia
Untuk untuk kemuliaan diri,
keluarga, umat dan perjuangan
agama (dakwah)
Makna kebahagiaan: ridha Allah
GAYA HIDUP SEKULER
Hidup untuk mencari
kesenangan jasmani
Landasan hawa nafsu
Tolok ukur perbuatan: manfaat
Orientasi hidup dunia semata
Hidup untuk kepentingan diri
dan keluarga sendiri
Makna kebahagiaan:
tercapainya kepuasan jasmani
20. AKTUALISASI IBADAH TERUJUD PADA
KETERIKATAN MUSLIM PADA ATURAN ISLAM
Dalam urusan keimanan (mantap dan murni atau tidak syirik)
Dalam urusan ibadah mahdah (taat selalu)
Dalam urusan akhlaq (mulia)
Dalam urusan makanan dan minuman (halal dan thayib selalu)
Dalam urusan pakaian (menutup aurat)
Dalam urusan keluarga (sakinah)
Dalam urusan pekerjaan (profesional)
Dalam urusan masyarakat (peduli)
Dalam urusan dakwah (aktif terlibat)
21. Pemikiran dan Hukum tentang
- Kepemilikan
- Pemanfaatan kepemilikan
- Distribusi kekayaan
- Politik Ekonomi
- Ekonomi privat (fiqh muamalah iqtishadiyah)
- Moneter
- Kelembagaan ekonomi Islam
- Manajemen
- Sumberdaya manusia
22. 1. Muamalah iqtishadiyah diselenggarakan secara suka rela.
2. Dilakukan dengan akhlaq karimah.
3. Tidak boleh ada yang mendzalimi dan didzalimi.
4. Hukuman buat yang melakukan pelanggaran.
5. Dalam bermuamalah harus dilakukan dengan benar.
6. Pembelaan terhadap yang didzalimi.
7. Amar ma’ruf nahi mungkar di tengah kegiatan 8. Muamalah iqtishadiyah secara Islami dilakuka ne kdoenmoim kie mbaaiskyaanr abkearst.a ma
9. Tegaknya selalu sistem ekonomi Islam dan ketaatan para pelaku
ekonomi
mutlak diperlukan
10. Individu yang melanggar syariah dalam ekonomi pasti akan
menimbulkan
kerusakan
11. Apalagi bila sistem ekonomi Islam diabaikan pasti akan timbul
kerusakan di
dunia dan siksaan pedih di akhirat
24. SISTEM EKONOMI ISLAM
Oleh : Juniar Endrawanto, SE
Disampaikan:
Dalam Kuliah Ekonomi Islam
Universitas Muhammadiyah Malang 2009
25. I- Hakikat Ekonomi:
Istilah Ekonomi:
Eko (mengatur) dan Nomos (rumah tangga) = Greek (Yunani Kuno); Maka, ekonomi berarti kegiatan
mengatur urusan harta kekayaan, baik yang berkaitan dengan: (1) memperbanyak jumlah, dan (2)
menjaga pengadaannya, maupun (3) tatacara pendistribusiannya kepada masyarakat.
BBiiddaanngg EEkkoonnoommii
IIllmmuu EEkkoonnoommii SSiisstteemm EEkkoonnoommii
Memperbanyak jumlah, dan menjaga
pengadaannya
(Faktor Produksi)
Tatacara distribusi kekayaan di tengah masyarakat
(Pemikiran dan Konsep Ekonomi)
26. • MMaassaallaahh EEkkoonnoommii IIssllaamm::
Barang
Jasa
Menjadi
Alat Pemuas
Mempunyai
Nilai Guna
(Utility)
Kebutuhan
Manusia
(human need)
Muncul
Masalah
Ekonomi
Perspektif Islam
Distribusi
Barang dan
Jasa
Peningkatan
GDP dan GNP
Negara
Terbatas
(limited):
Primary needs
Tak terbatas
(unlimited):
Scondary
needs
Jumlahnya
Terbatas
(Scarcity)
Cukup
Tidak Cukup
Kemiskinan Individu warga
negara?
Kemiskinan
negara?
Perspektif Kapitalisme dan
Sosialisme
27. • AAssaass EEkkoonnoommii IIssllaamm::
Kepemilikan
(Ownership)
Distribusi
(Distribution)
Disposisi
(Tasharruf)
Kepemilikan Individu
(Private Ownership)
Kepemilikan Umum
(Public Ownership)
Kepemilikan Negara
(State’s Ownership)
Pengembangan Hak Milik
Nafkah dan Infaq
Asas dan Kaidah
Sistem Ekonomi
Islam Menjamin Kebutuhan per
Individu Warga Negara
28. • KKeebbiijjaakkaann EEkkoonnoommii IIssllaamm::
Kebutuhan per
Individu
Kebutuhan
Kelompok
Kebutuhan Pokok
(Primary Needs)
Kebutuhan Sekunder
(Scondary Needs)
Kebutuhan Mewah
(Luxury Needs)
Human Needs
Kebutuhan
Manusia
Pendidikan (Needs for
Education)
Kesehatan (Needs for
Health)
Keamanan (Needs for
Savety)
Wajib Dipenuhi
Tidak Wajib
tapi Dibantu
Khilafah Islam
Wajib Dipenuhi
29. II- Kepemilikan :
Definisi Kepemilikan:
Izin pembuatan syariat (as-syari’) untuk memanfaatkan zat dan jasa tertentu, yang menyebabkan
pemiliknya berhak mendapatkan kegunaan (utility)-nya, serta mendapatkan kompensasi darinya.
Kepemilikan
(Ownership)
Kepemilikan Individu
(Private Ownership)
Kepemilikan Umum
(Public Ownership)
Kepemilikan Negara
(State’s Ownership)
Hukum syara’ yang berlaku untuk barang dan
jasa, dimana pemiliknya berhak
memanfaatkan dan mendapat kompensasi
darinya
Izin pembuat syariat (as-syari’) kepada suatu
kelompok untuk sama-sama memanfaatkan
benda.
Harta yang merupakan hak seluruh kaum
Muslim, sedangkan pengelolaannya menjadi
wewenang Khalifah.
Bentuk Kepemilikan:
30. Tatacara Memiliki:
Shahih (Benar)
Batil (Salah)
Manusia
Hajat ‘Adhuwiyah:
Kebutuhan Jasmani
Hubb at-Tamalluk:
Keinginan untuk memiliki
Gharizah al-Baqa’: Naluri
Survival
Kaifiyah Tamalluk:
Sebab Pemilikan
Kammiyah Tamalluk:
Pembatasan Jumlah
Hurriyah Tamalluk:
Kebebasan Hak Mlk
Islam
Sosialisme
Kapitalisme
31. Sebab Kepemilikan Islam:
Waris
Harta yang Diperoleh
tanpa Kompensasi
Bekerja
Kebutuhan Harta
Penyambung Hidup
Pemberian Negara
Sebab Kepemilikan
(Asbab at-Tamalluk)
Menghidupkan
Tanah Mati
Menggali
Kandungan Bumi
Berburu
Makelar
Mudharabah
Musaqat
Ijarah
Cara memperoleh harta yang sebelumnya belum menjadi hak milik,
atau memperoleh harta yang belum dimiliki sebelumnya.
32. III- Disposisi (Tasharruf):
Kepemilikan
Barang dan
Jasa
Disposisi
(Tasharruf)
Infaq
(Perbelanjaan)
Hukum Syara’ dalam
Memanfaatkan
Barang dan Jasa
Pengembangan
Harta
Faktor Hubungan: Wasiat,
Hadiah
Faktor Nafkah: Ayah kepada
anak
Tanah
Harta yang Diperolah dari Pertukaran
Yang Diperoleh dgn Mengubah Bentuk
Pertanian (Zira’ah)
Perdagangan (Tijarah)
Perindustrian (Shina’ah)
33. Hukum Tanah Pertanian:
Ekstensifikasi Tanah
Pertanian
Intensifikasi Tanah
Pertanian
Pengembangan
Tanah Pertanian
Sebab Kepemilikan
Pembelian Lahan
Tahjir: Memagari
Ihya’ al-Mawat: Menghidupkan
Tanah Mati
Iqtha’ ad-Dawlah: Pemberian
Negara pd Petani
Wajib Mengelola Tanah
Pertanian
Haram Menyewakan Tanah
Pertanian
Sebab Pengembangan
34. Hukum Perdagangan:
Jual-Beli
Halal
Salam
Istishna’
Sharf
Barang dg
Barang
Uang dg Uang
Ghabn Fahisy
Tadlis
Uang dg Uang
Barang dg
Barang
Riba
Haram
Penimbunan
Perdagangan
Domestik
Bentuk Perdagangan
Perdagangan
Luar Negeri
35. Hukum Perindustrian:
حُكْـمُ المَصْنـَعِ يَأخُـذُ حُكْمَ الماَدَةِ الّتِيْ ي صْنَـعُهَا:
Hukum pabrik (kilang) mengikuti hukum barang yang
diproduksinya.
Milik Individu
Produk Halal
(Pabrik / Kilang
yang halal)
Hukum Pabrik
dan Kilang Milik Umum
Milik Negara
Hukum Produk (Barang
yang Diproduksi)
Produk
Haram (Pabrik /
Kilang yang
haram)
36. Hukum Syarikah:
Akad Syar’i:
Ijab dan Qabul
Orang yang Boleh
Melakukan Tasharruf
Obyek Akad: Sesuatu
yang Bisa Diakadkan
Sepakat Melakukan
Syarikah
Sepakat Memberikan
Modal
Sepakat Melakukan
Syarikah dalam
Urusan Tertentu
Hukum Syarikah
dalam Islam
Barang
Jasa
Belum Sah
Sah
Sah
Syarikah adalah akad antara dua orang atau lebih, yang keduanya sepakat untuk
melakukan kerjasama dalam bentuk kekayaan dengan tujuan untuk mencari
keuntungan.
37. Syarikah ‘Inan: Badan-
Badan(+)Harta
Syarikah Abdan: Badan-
Badan(-)Harta
Mudharabah: Badan(+)Harta
Syarikah Wujuh: Badan-
Badan(+)Harta Orang Lain
Badan-Badan(+)Harta
Pembelian Berdua
Mufawadhah: Gabungan
Syarikah
Syarikah Amlak: Zat
Barang
Bentuk Syarikah dalam
Islam
Syarikah Uqud:
Pengembangan Harta
Semua Kerugian
Dikembalikan kepada
Harta dan Pemiliknya,
Sementara Keuntungan
Milik Kedua Belah Pihak.
Pemburan Syarikah
Gila
Mati
Mahjur
Dibubarka
n Sepihak
38. Hukum Syarikah Kapitalis:
Perseroan FIRMA:
Badan-Badan Dagang
Perseroan Terbatas: Bentuk Syarikah
Hukumnya Haram
Kapitalis
Koperasi:
Asuransi: Kerjasama
Penjaminan
Bertentangan dengan
Syarat Syarikah Islam
Bertentangan dengan Fakta
Akad Syar’i
Bertentangan dengan
Obyek Akad Syar’i
Tidak Dijalankan oleh
Badan tapi Modal
39. Tasharruf yang Diharamkan:
Isyraf - Tabdzir
Taraf (Foya-foya)
Taqtir (Kikir-Bakhil)
Judi
Riba
Syarikah Kapitalis
Ghabn Fakhisy
Tadlis
Ihtikar
Mematok Harga
Tasharruf yang
Diharamkan
Infaq:
Pengembangan
Harta:
40. IV- Kepemilikan Umum:
Bentuk dan Ciri Harta
Milik Umum
Fasilitas Umum: Hilangnya Fasilitas Umum ini
Menyebabkan Sengketa bagi Masya-rakat
Haram
Bahan Tambang yang Tidak Terbatas:
Seperti Air, Minyak, Emas, dll. Privatisasi
Sumber Daya Alam: Sumber yang Sifat
Pembentukannya Menghalangi Dimiliki Secara
Perorangan
Izin pembuat syariat (as-syari’) kepada suatu kelompok untuk sama-sama
memanfaatkan benda.
41. Hima dan Pemeliharaan Fasum:
Hima adalah tempat yang dipertahankan, kebalikannya Mubah (tempat yang dibiarkan).
Hima adalah fasilitas atau harta milik umum yang dimonopoli oleh pihak tertentu, sehingga
orang lain tidak bisa memanfaatkannya sesuai dengan fungsi asalnya. Seperti jalan, air,
udara, dll. Islam telah membatalkan monopoli seperti ini, yang disebut hima, sehingga fasum
tersebut kembali kepada fungsi asalnya.
Larangan Hima (proteksi) tersebut berlaku untuk dua hal: (1) tanah mati, yang bisa
dihidupkan dan dipertahankan oleh setiap individu; (2) fasilitas umum yang sama-sama
dibutuhkan oleh banyak orang, seperti air, padang dan api. Tapi, tidak bagi negara. Negara
boleh memproteksi dua hal di atas.
Rasulullah saw. pernah memproteksi (hima) tanah Naqi’ yang memiliki sumber air dan
tanaman yang subur. Tanah tersebut diproteksi oleh Rasul dari orang yang hendak
menghidupkan dan memanfaatkannya, selain untuk menggembala kuda-kuda perang
mereka.
42. V- Kepemilikan Negara:
Harta yang menjadi hak seluruh kaum Muslim, sementara pengelolaannya
menjadi kewenangan khalifah, dimana dia bisa mengkhususkan sesuatu kepada
sebagian kaum Muslim berdasarkan pandangan dan ijtihadnya.
Fai’, Ghanimah, Anfal: Ghanimah dan Anfal adalah harta rampasan yang diperoleh melalui
peperangan. Sementara Fai’ adalah harta rampasan yang ditinggalkan musuh, tanpa melalui
peperangan.
Khumus: khumus di sini adalah seperlima dari harta rampasan perang (ghanimah).
Kharaj: Hak kaum Muslim yang ditetapkan pada tanah yang telah dijadikan rampasan perang dari
kaum Kufar, baik melalui peperangan, maupun perdamaian.
Jizyah: hak yang diberikan oleh Allah dari kalangan kaum Kufar kepada kaum Muslim karena
ketundukan mereka kepada sistem Islam.
Dharibah dan ‘Usyur (Bea Cukai): Harta yang diwajibkan oleh Allah kepada kaum Muslim untuk
dibelanjakan pada kebutuhan yang diwajibkan kepada mereka, sementara tidak ada harta di Baitul Mal.
Harta haram: Hasil korupsi, keuntungan dari perdagangan yang diharamkan, seperti Narkoba, dll.
Harta Kalalah:
Harta Orang Murtad
43. Baitul Mal:
Sumber Pemasukan Pos-pos Pengeluaran
Fai’
Ghanimah, dan Anfal
Khumus
Kharaj
Jizyah
Dharibah dan ‘Usyur (Bea Cukai)
Harta haram
Harta Kalalah
Harta Orang Murtad
Zakat
Ashnaf Delapan: Fakir, Miskin, Gharim,
Ibn Sabil, Budak, Jihad, Amil, Muallafah
al-Qulub
Kebutuhan tetap: Fakir, Miskin, Ibn
Sabil, dan Jihad.
Kompensasi: gaji PNS, TNI, dll.
Kebutuhan Non Kompensasi: fasum,
seperti masjid, jalan raya, sekolah,
rumah sakit, dll.
Kebutuhan Non Kompensasi
Sekunder
Dana Emergency: Bencana alam,
serangan musuh, dll..
44. Penyusunan APBN:
Sistem Kapitalis Sistem Khilafah
APBN disusun pertahun oleh
pemerintah disahkan oleh Parlemen
RAPBN diajukan oleh pemerintah
melalui Menteri Keuangan kepada
Panitia Anggaran Parlemen
Setelah jadi APBN, dikeluarkan
peraturan perundang-undangan untuk
mengesahkan APBN
APBN tidak disusun pertahun oleh
pemerintah, dan tidak perlu disahkan
oleh Majlis Ummah, karena pendapat
mereka tidak mengikat Khalifah.
Ketentuan APBN, sumber dan pos-posnya
telah diatur oleh hukum syara’,
dan di sini berlaku ijtihad khalifah.
Khalifah juga tidak perlu mengeluarkan
peraturan baru, karena hukumnya
sudah tetap..
45. Ekonomi Islam
Inti kehidupan manusia di dunia ini
adalah mencapai falah (kemuliaan
didunia dan di akhirat).
46. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah
suatu cabang ilmu pengetahuan yang
berupaya untuk memandang, menganalisis,
dan akhirnya menyelesaikan permasalahan
ekonomi dengan cara-cara Islami (cara-cara
yg didasarkan atas ajaran Islam yaitu
berlandaskan Al Quran dan Sunah Nabi)
47. Difinisi Ekonomi Islam
adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia
untuk mengalokasikan dan mengelola
sumberdaya untuk mencapai falah
berdasarkan pada prinsip-prinsip & nilai-nilai
Al Quran dan Sunnah
48. Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu & Norma
Dalam mempelajari Ekonomi Islam merupakan suatu hal
yang penting dalam memahami terminologi :
1. Positive economics (membahas kenyataan yang
terjadi)
2. Normative economics (membahas apa yang
seharusnya terjadi atau apa yang seharusnya
dilakukan
Alfred Marshal
49. Pernyataan normatif.
Kemiskinan di negara-negara berkembang
tidak seharusnya semakin memburuk.
Pernyataan positive.
Kemiskinan di negara-negara berkembang
semakin buruk
50. Ekonomi konvensional
1. Aspek positif dan aspek normative terpisah.
2. Fakta ekonomi merupakan suatu
independen terhadap norma.
3. Tidak ada kausalitas antara norma dan
fakta.
atau realitas ekonomi merupakan suatu yg
bersifat independen, dan karena bersifat
objective dan akhirnya berlaku universal
51. Contoh pernyataan :
Hukum penawaran,
jika suatu barang meningkat, maka jumlah barang
yang ditawarkan meningkat.
cateris paribus adalah pernyataan positif
Hukum tersebut berlaku karena para produsen
memandang bahwa kenaikkan harga barang adalah
kenaikkan pendapatan, dan motivasi produsen adalah
mencetak pendapatan (keuntungan) setinggi tingginya
produsen mengharuskan mencari keuantungan maksimum
adalah pernyataan normative
52. Ekonomi Islam pada dasarnya mengedepankan
pendekatan integratif antara normative economics
dan positif economics.
Islam menempatkan nilai yang tercermin dalam
etika pada posisi yang lebih tinggi, jadi etika harus
menjadi kerangka awal dalam ilmu ekonomi (etika
lah yg harus menguasai ekonomi, bukan
sebaiknya)
53. Metodologi Ekonomi Islam
Konsep Rasionalitas Islam.
Etika & Rationalitas Ekonomi Islam.
Syariah, Fiqh dan Ekonomi Islam.
Kerangka Metodologis Ekonomi Islam
54. Konsep Rasionalitas Islam
Asumsi dalam analisis ekonomi didasarkan
pada pertimbangan rasionalitas.
Argumentasi yg dibangun memenuhi kaidah-kaidah
logika & diterima akal serta diterima
secara universal
55. Konsep Rasionalitas Islam
Kaidah umum dan universal, sesuai dengan
universalitas islam dalam konsep ekonomi
Islam adalah setiap pelaku ekonomi harus :
a. bertujuan untuk mendapatkan mashlahah.
b. tidak melakukan kemubaziran.
c. Berusaha meminimize resiko.
d. Dihadapkan pada ketidak pastian.
56. Etika & Rasionalitas Enomi Islam
Aspek moral & etika dalam ekonomi konvensional
adalah batasan ilmu ekonomi (kerena perilaku etis
dipandang sebagai perilaku yg tidak rasional).
Ekonomi Islam mempelajari perilaku ekonomi pelaku
ekonomi yg rasional islami, sehingga standar moral
perilaku ekonomi didasarkan pada ajaran islam
bukan didasarkan pada nilai-nilai yg dibangun oleh
kesepakatan sosial
57. Syariah, Fiqh & Ekonomi Islam
Sikap rasional Islam mendorong pelaku ekonomi
islami untuk mencari informasi agar dapat meraih
fallah.
Sumber informasi meliputi dua hal :
1. ayat kauniyah (fakta empiris).
2. ayat qauliyah (sumber yg berasal langsung
dari sang pencipta)
58. Syariah, Fiqh & Ekonomi Islam
Syariah diartikan sebagai seperangkat
peraturan atau ketentuan Allah untuk
manusia yg disampaikan melalui rasulNya
Untuk memahami syariah diperlukan tiga hal
mendasar :
1. keimanan.
2. moral.
3. fiqh (sumber hukum)
59. Syariah, Fiqh & Ekonomi Islam
Fiqh (sumber hukum) yang diakui ahli hukum Islam yang
utama/pertama terdiri dari :
a. Al Quran.
b. Sunnah.
c. Ijma (Kesepakatan bersama para ulama)
d. Qiyas (analogi masalah terhadap hukum yg terdapat dalam
Al Quran & Sunnah)
Sumber hukum yang kedua yg diakui ahli hukum Islam adalah :
a. Istihsan (pertimbangan kepentingan hukum)
b. Mashlahah mursalah (pertimbangan kepentingan umum)
c. Istishab (meneruskan hukum yg sudah berjalan sblm
muncul hukum baru
d. Urf (membiarkan tradisi yg tidak bertentangan dg syariat)
60. Kerangka Metodologi Ekonomi Islam
Kebenaran & kebaikan.
Metodologi ilmu alam vs Metodologi ilmu
sosial.
Objek ekonomi Islam (bagan terlampir).
61. Kerangka Metodologis Ekonomi Islam
Quran & Sunah
Ushul Fiqh & Qawaid
Akidah Syariah Akhlak
Fiqh Muamalah
-Nilai Ekonomi Islam
-Prinsip Ekonomi Islam
Sejarah
Islam
Metode
Deduksi
Realitas
ekonomi
Metode
Induksi
Teori
Ekonomi
Konsumsi
Produksi
Distribusi
Makro Ekonomi
62. Karakteristik Ekonomi Islam
Tujuan ekonomi Islam.
Moral sebagai pilar ekonomi Islam
Nialai-nilai dasar ekonomi Islam
Prinsip ekonomi dalam Islam
Basis kebijakan ekonomi islam
Paradigma ekonomi islam
63. Tujuan ekonomi Islam.
Fallah (bahagia dunia – akhirat)
Hayyah thayibah (baik & terhormat)
Mashlahah al ibad (kesejahteraan
hakiki)
64. Moral sebagai pilar ekonomi Islam
Nilai ekonomi Islam.
konsisten, jujur, adil, santun,
transparan dll.
Prinsip ekonomi Islam.
memenuhi kaedah-kaedah fikih baik
rukun, syarat dan implementasinya
65. Nialai-nilai dasar ekonomi Islam
Adl
1. persamaan kompensasi.
2. persamaan hukum.
3. moderat.
4. proporsional
Khilafah (tanggung jawab) sebagai khalifah dimuka
bumi yg meliputi tanggung jawab :
1. berperilaku ekonomi dg cara yg benar.
2. mewujudkan mashlahah maksimum
3. perbaikan kesejahteraan setiap individu
Takaful (penjamina masyarakat) yg meliputi jaminan :
1. pemilikan & pengelolaan sumber daya oleh individu.
2. menikmati hasil pembangunan untuk setiap individu.
3. membangun keluarga sakinah bagi setiap individu.
4. amar ma’ruf nahi munkar
66. Prinsip ekonomi dalam Islam
Kerja.
Kompensasi.
Efisiensi.
Profesionalisme.
Kecukupan.
Pemerataan kesempatan.
Kebasan.
Kerjasama
Persaingan.
Keseimbangan.
Solidaritas.
Informasi simetri
67. Basis kebijakan ekonomi islam
Penghapusan riba.
Pelembagaan zakat.
Pelarangan gharar.
Pelarangan yang haram
68. Paradigma ekonomi islam
Pradigma berpikir & berperilaku (behaviour
paradigm).
adalah spirit dan pedoman masyarakat dalam berperilaku , yaitu
nilai-nilai ekonomi Islam
Paradigma umum (grand patern)
adalah gambaran yang mencerminkankeadaan suatu
masyarakatyg berpegang teguh pada paradigma perilaku.
Misalnya : Paradigma yg terbentuk dari kapitalisme adalah
individu meterialisme dalam berpikir & mekanisme pasar
69. Karakteristik ekonomi Islam
Tujuan :
Fallah
Nilai : Adl, Khilafah, Takaful
Prinsip Ekonomi Islam
Paradigma : Adil & Harmoni
71. PANDANGAN ISLAM TENTANG EKONOMI
Ekonomi
Kapitalis
Ekonomi
Islam
Ekonomi
Sosialis
Paradigma
Materialisme
Paradigma
Syariah
Paradigma
Dialektika
Seluruh aktivitas
ekonomi bernilai
materi / bermanfaat
boleh dilakukan
Seluruh aktivitas
ekonomi
berdasarkan
syariah Islam
Seluruh aktivitas ekonomi
mengikuti dialektika
masyarakat yang
ditetapkan negara
Liberalisme ekonomi Otoriterianisme negara
72. PANDANGAN ISLAM TENTANG EKONOMI
Ilmu Ekonomi Sistem Ekonomi Islam
Teknik/upaya mengadakan
dan meningkatkan
produktivitas
Pengaturan cara kepemilikan,
pengelolaan dan distribusi
kekayaan
Ekonomi Islam
Universal, tidak terkait
ideologi tertentu
Terkait dengan Ideologi Islam
dan diatur oleh Syariah
Mengikat individu, masyarakat
dan negara
73. POLITIK EKONOMI ISLAM
Jaminan tercapainya pemenuhan kebutuhan primer
tiap individu secara menyeluruh, berikut kemungkinan
tiap orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar
kesanggupannya.
Tercapai karena :
1. Kewajiban bekerja setiap individu yang mampu
2. Tanggungan ahli warisnya
3. Kewajiban Negara
4. Kewajiban seluruh kaum muslimin
74. PILAR SISTEM EKONOMI ISLAM
KEPEMILIKAN
PENGELOLAAN
DISTRIBUSI
1
2
3
Jenis
Kepemilikan
Cara
Kepemilikan
Individu
Umum
Negara
Halal
Haram
Pembelanjaan Pengembangan
Halal
Halal
Haram
Haram
75. PILAR EKONOMI ISLAM
PENGELOLAAN KEPEMILIKAN
KEPEMILIKAN
PENGELOLA
SEKTOR
PENGELOLAAN
BIDANG
HUKUM
K. INDIVIDU K. UMUM K. NEGARA
INDIVIDU NEGARA
Ekonomi Privat Ekonomi Negara
Konsumsi Produksi
Konsumsi
PERTANIAN PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN
Pertanahan
(al Aradhi)
Jual Beli (al Bai’)
dan Syarikah
Industr &,
Ketenagakerjaan
76. PERAN NEGARA
Mewujudkan politik ekonomi Islam tentang jaminan
kebutuhan primer individu
Menyusun dan menerapkan kebijakan ekonomi
Kebijakan Pertanian
Kebijakan Industri
Kebijakan Perdagangan
Kebijakan Moneter
Pengelolaan kepemilikan umum dan negara melalui
baitul maal
Menjaga mekanisme pasar
Pengawasan dan penghukuman penjahat ekonomi
Menciptakan SDM unggul
77. DISTRIBUSI KEKAYAAN
Setiap Individu harus memperoleh jaminan
pemenuhan kebutuhan primer
Upaya mencapai keseimbangan ekonomi
(equilibrium)
Tercapai jika :
1. Terdapat kekayaan dalam masyarakat
2. Seluruh masyarakat menerapkan sistem Islam
78. DISTRIBUSI KEKAYAAN
Perbedaan kemampuan pikiran dan fisik
Kesenjangan Ekonomi
Distribusi kekayaan
1. Mekanisme ekonomi : baitul mal, larangan
menimbun emas dan perak
2. Mekanisme non ekonomi : zakat, waris
80. ان القتتصاد السللمي جزء من نظام السللم الشامل اذا كان
القتتصاد الوضعي -بسبب ظروف نشأته- قتد انفصل تماما عن الدين
فان أهم ما يميز القتتصاد السللمي هو ارتباطه التام بدين السللم
عقيدة و شريعة
Sesungguhnya ekonomi Islam adalah bagian integral
dari sistem Islam yang sempurna. Apabila ekonomi
konvensional –dengan sebab situasi kelahirannya-terpisah
secara sempurna dari agama. Maka
keistimewaan terpenting ekonomi Islam adalah
keterkaitannya secara sempurna dengan Islam itu
sendiri, yaitu aqidah dan syariah. (Prof. Dr. Ahmad
Muhammad ‘Assal & Prof.Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizham
al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17-18)
81. واذا كان جزءا من السللم الشامل فانه ل يمكن فصله عن
بقية النظمة السللمية من عقيدة وعبادة و أخلق
Apabila ekonomi Islam menjadi bagian dari
Islam yang sempurna, maka tidak mungkin
memisahkannya dari sistem aturan Islam yang
lain ; dari aqidah, ibadah dan akhlak (Mabahits fil
Iqtishad al-Islamiy, hlm. 54)
82. وبناء على هذا فانه ل ينبغي لنا ان ندرس القتتصاد السللمي
مستقل عن عقيدة السللم و شريعته لن النظام القتتصادي
السللمي جزء من الشريعة ويرتبط كذالك بالعقيدة ارتباطا
أسلاسليا
Berdasarkan ini, maka tidak boleh kita mempelajari
ekonomi Islam secara berdiri sendiri yang terpisah dari
aqidah Islam dan syariahnya, karena sistem ekonomi
Islam bagian dari syariah Islam. Dengan demikian ia
terkait secara mendasar dengan aqidah (Prof. Dr. Ahmad
Muhammad ‘Assal Prof.Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizham al-Iqtishadi
fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17)
83. قتد أتفق العلماء على أن المعاملت نفسها ضرورة بشرية
Halaman
14
Ulama sepakat bahwa muamalat itu sendiri
adalah masalah kemanusiaan yang maha
penting (dharuriyah basyariyah)
84. Dalam konteks ini Allah
Berfirman :
قتَوالُنوا يَواشُنعَويْ أبُن أَوصَولَووَواتُنكَو تَوأْ أمُنرُنكَو أَون نَّتْ أرُنكَو مَوايَوعْ أبُندُن ءَوابَوآ ؤُننَوآ أَووْ أ أَ فن نَّفْعَلعَ فلَ ف
فِني أَ فمْعَلوَ فا لِننَ فاؤ مَ فاؤنَ فشَ فاؤؤُاا إِيدُنَّكَو لَونتَو الْ أحَولِيدُيمُن الرَّشِيدُيدُن
Mereka berkata, “Hai Syu’aib, apakah agamamu yang
menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang
disembah oleh nenek moyang kami atau melarang
kami memperbuat apa yang kami kehendaki
tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah
orang-orang yang penyantun lagi berakal”
85. Masih kitab Al-Muamalah fil Islam
وهذه سلنة مطردة في النبياء عليهم السلم كما قتال تعالى
Artinya : Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus
dilaksanakan para Nabi AS, sebagaimana firman Allah
(hlm.16)
86. ان شقى الشريعة السللمية و هما العبادات و المعاملت
يرتبطان ارتباطا عضويا و موضوعيا ببعضهما البعض
Sesungguhnya dua sisi syariah Islam ialah ibadat
dan muamalat. Keduanya terkait laksana satu
tubuh dan keduanya satu tujuan, (yaitu dalam
rangka ibadah dan ketaatan kepada Sang Khalik
Allah Swt).
(Samir Abdul Hamid Ridwan, Aswaq al-Awraq al-Maliyah, IIIT, Cairo, 1996, hlm. 166)
88. No Nama Kitab Hadits Jumlah Hadits
Ekonomi
Keterangan
1 Shahih Bukhari 199 Al-Buyu’. Al-ijarah, Salam,dll
2 Shahih Muslim 115 Kitab al-buyu’
3 Sh. Ibn Hibban 179 Buyu’dan Al-Ijarah
4 Sh.Ibn Khuzaimah 300-an Al-buyu’
5 Sunan Abu Daud 290 Kitab al-Buyu’
6 Sunan at-Tirmizi 117 Kitab al-Buyu’
7 Sunan al-Nasa’iy 254 Kitab al-Buyu’
8 Sunan Ibnu Majah 170 Kitab at-Tijarah
9 Sunan al-Darimi 94 Kitab al-buyu;
10 Sunan Baihaqi 1145 Kitab al-buyu’dan al-ijarah
11 Muwatta’Malik 78 Buyu’,ijarah, musaqat
12 Musannaf Ibn Abi
Syaibah
1000-an 639 Bab
13 Musannaf A.Razzaq 1354 Kitab al-Buyu’
14 Mustadrak al-Hakim 245 Kitab al-buyu’
89. Belum termasuk Kitab Subulus
Salam, Bulughul Maram dan
Nailul Authar serta kitab hadits
terbesar Musnad Ahmad bin
Hanbal
90. Kebangkitan Kembali Studi Ekonomi Islam
Kesadaran dan keinginan umat Islam untuk
menghidupkan kembali ajaran muamalah maliyah
yang bersumber Alquran Sunnah
Terbebasnya negeri-negeri muslim dari penjajahan
Ditemukannya sumber minyak di Timur Tengah
sehingga melahirkan negara-negara kaya (petro dolar)
Kegagalan kapitalisme dalam menciptakan
kesejahteraan yang berkeadilan.
92. Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam
• Great gap selama 500-an tahun dalam sejarah pemikiran ekonomi
pada dark age di barat (sebagaimana disinyalir oleh schumpeter).
Disisi lain dunia Islam justru mencapai kegemilangan.
• Terjadi Transformasi pemikiran ekonomi (demikian pula ilmu
pengetahuan secara umum) dari Islam ke barat pada abad
pertengahan. Banyaknya kesamaan/kemiripan antara pemikiran
sarjana muslim barat, memunculkan beberapa dugaan :
a. terjadi dua kebetulan yg sama antara pemikiran sarjana
muslim dan barat.
b. sarjana barat dipengaruhi oleh pemikiran sarjana muslim.
c. sarjana barat melakukan plagiasi atas karya para sarjana
muslim
93. Komparasi Sejarah Pemikiran Ekonomi Dunia Islam Barat
Abad 2-4 SM
Awal Masehi
Abad 10
Plato, Aristoteles, Xenophon dll :
Mengecam pembungaan uang
Ekonomi rumah tangga
Bibel :
Etika moralitas, bisnis, riba dll
Abad ke 7 M:
Quran Hadist
Sumber hukum tertinggi, pedoman hidup lengkap
Abad 7-11M (fase dasar)
-Abu Yusuf (798)
Keuangan negara, perpajakan, mekanisme harga
Peranan negara, peranan pasar.
-Muh. Bin Hasan (750)
Pentingnya perdagangan, pertanian, parteneship,
Mudharabah, teori konsumsi .
-Abu Ubayd
Keuangan publik, kompesium ekonomi Rasulullah
-Ibnu Maskawih
Peranan pertukaran uang, stabilitas emasb moneter
-Mawardi.
Mekanisme pasar, peranan pengawas pasar, tanah
Abad 11-15 fase kedua
-Al Gazali (1111)
Perilaku ekonomi, mekanisme pasar, stabilitas uang dan
Emas, elastisitas prmintaan, spesialisasi, perdagangan dll
-Ibnu Taimiyah (1328)
Mekanisme konsep harga, mekanisme pasar bebas
Peranan pemerintah, beban pajak uang dll
-Ibnu Khaldun (1404)
Pembagian keraj, uang harga, produksi distribusi
Perdagangan internasional, pertumbuhan pemerataan
-Nasirudin Tusi (1442)
Political economy, peranan tabungan, perilaku konsumsi
Abad ke 16-19 fase ketiga
Shah Waliullah 1762
Relasi ekonomi-sosial, larangan judi spekulasi, riba.
Distribusi SDA, perpajakan, teori perilaku konsumsi.
Muhammad Iqbal (1873-1938)
Kritik kapitalisme sosial, tugas negara, zakat
Abad 19
Abad 13 scholastik
great
gap
St. Thomas (1274): mengutuk bunga (dosa)
Abad ke 16-18 Markantilisme
Jean Bodiin :hubungan uang, barang monopoli
Thomas Mun : manfaat dagang menjualmengkonsumsi
David Hume : hubungan uang-harga
Abad 17-18 Psiokrasi
Laissez faire laisszes passer
Quesney : perekonomian sistim yang analog
dg kehidupan biologis manusia
Abad 18-19 Klasik
Adam Smith 1776 : Tonggak ekonomi modern,
kemakmurantergantung proDuktifitas, manusia self
interest, mekanisme pasar bebas, teori nilai, pembagian
tenaga kerja dll.
Robert Malthus 1798: Disekuilibrium pertumbuhan
penduduk pangan, kontrol populasi.
David Ricardo 1817: distribusi kekayaan, keunggulan
komparatif, analisis marjinal.
JB Say 1832 : keseimbangan demand supply.
J Stuart Mill 1873 : elastisitas permintaan
94. Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam
• Ekonomi Islam muncul pertama kali bersamaan dengan lahirnya ajaran
Islam (pada abad ke 7 M)karena ajaran Islam tidak hanya memberikan
panduan ritual, namun juga dalam kehidupan bermasyarakat.
• Sejarah perekonomian Islam pada dasarnya bersumber dari ide dan
praktek ekonomi yang dilakukan oleh Muhammad saw dan para
sahabatnya serta pengikutnya sepanjang zaman.
• Deversifikasi praktek ekonomi dilakukan masyarakat muslim setelah
masa nabi Muhammad saw, bisa dianggap sebagai acuan sejarah ekonomi
Islam selama tidak bertentangan dengan ajaran ekonomi Islam.
• Periodeisasi sejarah pemikiran ekonomi Islam dikategorikan menjadi :
1. Periode pertama (Masa awal Islam 450 H/1058M).
2. Periode kedua (450-850H/1058-1446M).
3. Periode ketiga (850-1350H/1446-1932M).
4. Periode kontemporer (1350H – sekarang/ 1932M – sekarang)
95. Sejaraha Ekonomi Islam.
(pada masa Rasulullah SAW)
• Ekonomi Islam diterapkan Rasulullah SAW
setelah hijrah dari Mekah ke Yathrib (Madinah).
• Setelah menata bidang politik dan pemerintahan
(konstitusional, tahap selanjutnya Rasulullah
menata bidang ekonomi sosial.
96. Sejaraha Ekonomi Islam
(pada masa Raulullah SAW)
• Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi Islam (pada masa Rasulullah SAW) adalah :
1. Kekuasaan tertinggi adalah Allah dan Allah adalah pemilik absolut atas
semua yang ada.
2. Manusia merupakan kalifah Allah di bumi tapi bukan pemilik yg
sebenarnya.
3. Semua yg dimiliki didapat manusia adalah karena seizin Allah, oleh
karena itu saudara2nya yg kurang beruntung memiliki hak atas
sebagian kekayaannya.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk atau ditimbun.
5. Kekayaan harus berputar
6. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuk harus dihilangkan.
7. Menghilangkan jurang perbedaan antar individu dalam perekonomian, hal
tersebut dapat menghapus konflik antar golongan.
8. Menetapkan kewajiban yg sifatnya wajib dan sukarela bagi semua
individu termasuk masyarakat miskin
97. Sejaraha Ekonomi Islam
(pada masa Raulullah SAW)
Sistim pencatatan penerimaan negara tersebut diawal pemerintahan
Rasulullah SAW tidak dilakukan, namun demikian bukti penerimaan
dan distribusi dilakukan dengan rapi, karena :
a. Jumlah orang Islam yg bisa membaca menulis masih sedikit.
b. Sebagian besar bukti pembayaran dibuat sederhana baik
distribusi maupun penerimaan.
c. Sebagian dari zakat didistribusikan secara lokal.
d. Bukti penerimaan dari berbagai daerah berbeda-beda tidak
umum digunakan.
e. Ghanimah umumnya dibagikan setelah terjadi peperangan.
101. • Islam memiliki khasanah fiqih
muamalah yang sangat kaya dan
luas, diantara khasanah tersebut
adalah prinsip Syirkah al Inan, al
Mudharabah, Bai’as Salam, bai’al
Istishna, Bai’al Murabahah,
Ijarah, hawalah, ar Rahn, al
Wakalah, al Qardh dan al Ajr wal
Umulah.
102. • Khasanah fikih muamalah selain bersumber
dari Quran dan hadis juga bersumber dari
Kitab atau karya-karya para ulama antar lain
:
1. al-Kindi, 2. al Ghazali,
3. Ibnu Rusd, 3. al-Khaawrizmi,
4. Ibnu Khaldun, 5. Ibnu Haitam,
6. Ibnu Hazm, 6. al-Farabi,
7. Jabir Ibnu Hayam, 8. Ibnu Sina,
9. Ibnu hajja. 10. Ar razi dll.
103. Bahkan beberapa ekonom barat yang terinspirasi karya ekonom
muslim
adalah :
• Teori Pareto Optimum diambil dari kitab Nahjul Balaqah
Imam Ali.
• Abu Yusuf (798 M) dalam kitabnya al-Kharaj yang menulis
tentang tanggung jawab ekonomi pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan rakyat.
• Adam Smith (1776) dengan bukunya The Wealt of Nation
banyak terinspirasi oleh buku al-Amwal-nya Abu Ubaid
(838 M).
• Teori Leffer’s Curve yang diciptakan oleh Leffer (penasehat
ekonomi Presiden Ronald Reagan) teori ini diciptakan pada
saat krisis yang melanda Amerika diakhir masa jabatan
Reagen yang pertama dan terori ini cukup ampuh untuk
menanggulangi krisis tsb. Leffer berterus terang bahwa
teorinya terinspirasi oleh buku Ibnu Khaldun (1404 M).
104. Dalam buku The Wealth of Nation karya Adam Smith
(1776 M) yang terdiri dari lima jilid.
Dalam jilid ke lima bab pertama, Adam Smith
membandingkan masyarakat dengan tingkat
perekonomian yang berbeda (bangsa dengan ekonomi
terbelakang dan bangsa dengan ekonomi maju)
Contoh masyarakat terbelakang adalah masyarakat Indian
di Amerika, sedangkan contoh masyarakat ekonomi maju
adalah bangsa Arab dan Tartar.
105. Adam Smith menjelaskan, bangsa arab
yang dimaksud adalah yang dipimpin
oleh :
“Mohamet and his immediate
successor”
atau lebih tepatnya Rasululloh saw dan
Khulafaur Rasyidin
106. Tepatnya pada 774 M, Raja Offa yang
berkuasa di Inggris ketika itu mencetak
koin emas yang merupakan direct copy dari
dinar Islam berikut tulisan Arabnya.
Yang uniknya koin (uang) tersebut
mencatumkan kalimat Laa ilaaha illallah,
Muhammad Rasululloh dan juga dua buah
salib kecil, karena Raja Offa bergama
Nasrani.
107. Kebijakan fiskal di zaman
Rasulullah saw
• Kharaj (sejenis pajak tanah),
• Zakat, kums (pajak 1/5),
• jizya (sejenis pajak atas badan orang non Muslim)
dan
• penerimaam lain-lain (diantaranya Kaffarah/denda).
• Ushr (pajak)
• Ghanimah (pampasan perang)
• Amwal Fadhla (Muslim yg meninggal tanpa ahli
waris).
• Nawaib (pajak bagi kaum muslim yg kaya u/
keperluan negara yg sifatnya darurat.
108. Kebijakan fiskal di zaman
Rasulullah SAW
Sumber penerimaan negara
meliputi Dari kaum muslim Dari kaum non muslim Dari masyarakat umum
1. Zakat.
2. Ushr (5-10%)
3. Ushr (2,5%)
4. Zakat fitrah.
5. Wakaf.
6. Amwal Fadhla
7. Nawaib
8. Sadaqah yag lain
9. khums
1. jizya.
2. Kharaj
3. Ushr (5%)
1. ghanimah.
2. Fa
3. Uang tebusan
4. Pinjaman dari kaum
muslim
5. Hadiah dari pemimpin/
negara lain
109. • Penerimaan zakat dan kums dihitung secara proporsional,
secara ekonomi hal ini akan menciptakan built-in stability
(hal ini akan menstabilkan harga dan menekan inflasi).
• Sistim zakat perniagaan dihitung dari hasil usaha (tax on
quasi rent) sehingga tidak mempengaruhi harga dan
jumlah penawaran. Ini berbeda dengan sistim Pajak
pertambahan nilai (Ppn) yang ada sekarang yg dihitung
atas harga barang, sehingga harga barang bertambah
mahal dampak jumlah yang ditawarkan lebih sedikit (up-ward
shift on supply curve).
• Sedangkan zakat ternak, Islam menerapkan sistim yang
progresif untuk memberi insentif peningkatan produksi.
Makin banyak ternak yang dimiliki makin kecil zakat yang
harus dibayar, ini akan mendorong skala produksi yang
lebih besar dan terciptanya efisiensi biaya.
110. Kebijakan fiskal di zaman
Rasulullah saw
Disisi pengeluaran, terdiri dari
pengeluaran untuk :
• dakwah,
• pendidikan dan kebudayaan,
• iptek,
• hankam,
• kesejahteraan
• social dan
• belanja pegawai
111. Peranan Institusi keuangan
publik
• Peranan Baitul Maal (Keuangan Publik)
adalah
1. Menampung sumber penerimaan negara dan mendistribusikannya
ke berbagai sektor.
2. Pengelolaan keuangan negara langsung dibawah pengawasan
Rasulullah dengan sekretaris khusus.
3. Sebagian besar disalurkan untuk kebutuhan ekonomi, social dan
budaya.
4. Sistim distribusidan sangat fleksibel (tidak birokratis)
112. Kebijakan moneter sejak zaman
Rasulullah SAW
• Kebijakan dilaksanakan tanpa mungganakan instrumen bunga.
• Perekonomian jazirah Arab sebagian besar adalah sektor
perdagangan (bukan ekonomi yang berbasis sumber daya alam).
• Mitra dagang terbesar adalah Parsia dan Roma.
• Persyaratan untuk melakukan transakasi adalah alat pembayaran
yang dapat dipercaya yaitu Dinar dan Dirham.
1. kedua koin tersebut memiliki berat yang tetap dan
2. memiliki kandungan emas dan perak yang tetap,
3. nilai satu dinar sama denga sepuluh dirham.
• Secara alamiah transaksi yang beredar didaerah Mesir atau Syam
menggunakan Dinar sebagai alat tukar, sementara di kekaisaran
Persia menggunakan Dirham.
• Ekspansi yang dilakukan Islam ke wilayah Kekaisaran Persia dan
Roma menyebabkan perputaran uang semakin meningkat.
• Selama pemerintahan Nabi uang tidak dipenuhi dari keuangan
negara semata melainkan dari hasil perdagangan dengan luar
negri.
113. Kebijakan moneter sejak zaman
Rasulullah SAW
• Karena tidak adanya pemberlakukan tariff dan bea
masuk pada barang impor, uang diimpor dalam
jumlah cukup untuk memenuhi permintaan internal.
• Pada sisi lain nilai emas dan perak pada kepingan
Dirham maupun Dinar sama dengan nilai nominal
(face velue) uanganya (sehingga dapat
dipergunakan sebagai hiasan atau ornamen).
Dapat disimpulkan bahwa awal periode Islam
penawaran uang
(Money Supply) terhadap pendapatan sangat elastis.
114. Kebijakan moneter sejak zaman
Rasulullah SAW
• Selain Dirham dan Dinar, alat pembayaran yang
digunakan pada awal periode Islam khususnya para
pedagang besar dan bereputasi tinggi adalah :
1. Surat wesel dagang dan
2. Surat hutang
• Meningkatnya perdagangan antara Yaman dan
Syam menciptakan kemungkinan untuk menerbitkan
dan menerima alat pembayaran lainnya yaitu surat
wesel tagih atau surat hutang diantara pedagang,
• Pada masa kekalifahan Umar Ibn Khatab,
diterbitkannya surat pembayaran yg disebut dengan
Saq, yg saat ini dikenal dg sebutan “cek” yang
penggunaannya dapat diterima masyarakat.
115. Antisipas kebijakan moneter zaman
Rasulullah SAW
• Pemercepatan peredaran uang.
Dengan sistim pemerintahan yang legal dan perangkat
hukum yang tegas dalam menentukan peraturan etika
dagang dan penggunaan uang, maka hal-hal yang
dilarang adalah :
1. Larangan terhadap Kanz (penimbunan uang untuk spekulasi)
cenderung mencegah dinar dan dirham kelaur dari perputaran.
2. Larangan praktek bunga mencegah tertahannya uang ditangan
pemilik modal.
Sedangkan pemercepatan peredaran uang, Rasul
mendorong masyarakat untuk mengadakan kontrak
kerjasama dan mendesak mereka untuk memberikan
pinjaman tanpa bunga sehingga lebih memeprkuat
peredaran uang.
116. Antisipas kebijakan moneter zaman
Rasulullah SAW
• Kebijakan fiskal terhadap nilai uang.
1. Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada
kaum Muslim dalam melakukan aktivitas produktif
dan ketenagakerjaan.
2. Rasulullah mendesak golongan Anshar dan
Muhajirin untuk melakukan perjanjian
Mudharabah (bagi hasil), Muzara’a (pembagian
panen) dan Musaqat (satu pihak menyediakan
kebun, pihak lain mengatur irigasi dan j jasa tenaga
kerja).
dengan kerjasama ini meningkatkan penawaran agregat
masyarakat yang berdampak pada stabilitas nilai uang
ketingkat equilibrium yang tinggi.
117. Antisipas kebijakan moneter zaman
Rasulullah SAW
• Mobilisasi dan utilitas tabungan.
Pihak pemilik dana dan enterprenuer bekerjasama dengan
exente agreement share yang menghasilkan nilai tambah.
Karena kegiatan ekonomi saat itu adalah jasa, agricultural,
perdagangan, dan kerajinan, bentuk hukum yang sesui
kegiatan tersebut adalah Mudharabah, Muzara’ah,
Musaqat dan Musyarakah.
Tabungan yang dimiliki oleh masyarakat (investor)
dialokasikan untuk perdagangan dan Kerajinan,
sedangkan assets fisik seperti tanah peralatan digunakan
untuk gricultural.
Dengan bimbingan Rasulullah kaum Muhajirin dan Ansar
bekerjasama dengan share 50% :50%
118. Kebijakan Fiskal Khalifah Umar ibnu
Khatab
• Administrasi telah ditata dengan
dengan pencatatan double entry
system, penataan ini sejalan dengan
makin bertambahnya pemeluk Islam
dan luas wilayahnya
• Selain Baitul Maal pusat didirikan pula
Baitul Maal distrik, propinsi dan lokal
119. Kebijakan Fiskal Khalifah Umar ibnu
Khatab
• Disisi pengeluaran, pembangunan infrastruktur mendapat
perhatian besar.
• Memerintahkan Gubernur Mesir, Amr Ibn Ash untuk
membelanjakkan sepertiga APBN untuk :
1. Melakukan penggalian kanal dari Fustat (Kairo) ke
Suez untuk memudahkan transoprtasi dagang antara
semenanjung Arab dan Mesir.
2. Juga membangun dua kota bisnis : Kufa (untuk bisnis
dengan Romawi) dan Basra (bisnis dengan Persia).
Catatan
APBN jarang sekali mengalami defisit, karena pengeluaran hanya
dilakukan apabila ada pemasukan (sistim cash bassis).
120. Kebijakan Moneter Khalifah Umar
ibnu Khatab
• Diiterbitkannya surat pembayaran cek yang
penggunaannya dapat diterima masyarakat.
• Menginstruksikan untuk mengimpor sejumlah
barang dagangan dari Mesir ke Madinah,
karena barang yang diimpor dalam jumlah
yang besar sehingga distribusinya menjadi
terhambat, Oleh karena itu Khalifah Umar
menerbitkan saq/cek kepada yang berhak
menerimannya
121. Kebijakan Fiskal pada jaman khlifah Ali
bin Abuthalib
Tugas Baitul Maal diatur dan diuraikan sebagi
berikut :
• Mengatur dan mengurus permasalah dan
kebutuhan masyarakat.
• memeperbaharui kota tua dan membangun
yang baru.
• mengumpulkan kharaj.
• mempersiapkan pertahanan negara.
122. Kebijakan pembangunan pada jaman khlifah Ali bin
Abuthalib
• Pembangunan sektor-sektor umum yang
diorganisasi masing-masing distrik.
• Penetapan secara rinci tingkat ekonomi
dalam masyarakat dan menjamin bagian
masing-masing orang (Ia mengatakan setiap
individu mendapatkan bagian pada
pendapatan nasional)
• Menekankan kepada para gubernur untuk
benar-benar mendistribusikan pendapatan
kepada kelompok masyarakat sehingga
tercapailah kesejahteraan dan keadilan.
123. Kebijakan Moneter pada jaman
khlifah Ali bin Abuthalib
• Dinar dan Dirham merupakan satu-satunya
mata uang yang dipakai.
• Pada masa pemerintahan Imam Ali, Islam
mencetak uang sendiri, namun demikian
masa pemerintahan Imam Ali tidak terlalu
lama (-/+ 4 tahun), sehingga uang yang
dicetak tersebut tidak dapat beredar luas.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
penawaran uang selama masa itu sama
seperti pada masa Nabi Muhammad.
124. Kesimpulan
• Tidak ada satu pun instrumen
kebijakan moneter yang
digunakan pada masa awal
periode keislaman.
• Karena penggunaan uang sebagai
alat tukar, tidak ada alasan untuk
melakukan perubahan supply
uang melalui kebijakan
diskresioner.
125. KONSEP MAKRO
EKONOMI ISLAM II
(Sektor Keuangan)
OOlleehh ::
JJuunniiaarr EEnnddrraawwaannttoo
126. Pandangan Islam terhadap
harta kegiatan ekonomi
• Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada dimuka
bumi ini, termasuk harta benda, adalah Allah SWT
(kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relatif, sebatas
untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan
sesuai dengan ketentuanNya).
• Status harta yang dimiliki manusia adalah :
1. Harta sebagai amanah (titipan, as a trust) dari Allah SWT.
2. Einstain berpendapat, manusia tida mampu menciptakan
energi, yang mampu manusia lakukan adalah mengubah
dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain.
5. Harta sebagai perhiaasan hidup yang memungkinkan
manusia bisa meninkmati dengan baik dan tidak berlebihan.
6. Harta sebagai ujian keimanan.
(menyangkut cara mendapatkan dan
memanfaatkan.
7. Harta sebagai bekal ibadah
127. Pandangan Islam terhadap
harta kegiatan ekonomi
• Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui
usaha (a’mal) atau mata pencaharian (ma’isyah).
• Dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang dapat
melupakan kematian (Q.S. At Takatsur: 1-2), melupakan Dzikurullah
(Q.S. Al Munafiqun: 9), Melupakan shalat Zakat (Q.S. An Nur: 37),
dan memusatkan kekayaan pada sekelompok orang saja (Q.S. Al
Hasyr: 7).
• Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti :
1. Kegiatan Ribawi (Q.S. Al Baqarah: 275-281).
2. Berjual beli barang yang dilarang atau haram (Q.S. Al Maidah:
90-91).
3. Mencuri/merampok/penggasaban (Q.S. Al Maidah: 38).
4. Curang dalam takaran dan timbangan (Q.S. Al Muthaffifin: 1-6).
5. Melalui cara-cara yang bathil dan merugikan (Q.S. Al Baqarah:
188).
6. Melalui cara suap menyuap (H.R Imam Ahmad).
128. Sektor Lembaga
Keuangan
1. Secara implisit didalam Al Quran dan
Hadist tidak tercantum istilah “bank”.
2. Fungsi perbankan secara partial telah
diaplikasikan sejak zaman Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin (yaitu menerima
simpanan, menyalurkan dana dan
memberikan jasa pengiriman uang)
129. Sektor Lembaga
Keuangan
Fungsi perbankan secara partial (satu orang melakukan satu
fungsi dari perbankan) tersebut adalah :
• Rasulullah SAW yang dikenal dengan julukan al Amin, dipercaya oleh
masyarakat Mekah untuk menerima simpanan harta, sehingga pada saat
hijrah ke Madinah, beliau meminta kepada syaidina Ali ra untuk
mengembalikan semua titipan itu kepada yang memiliki, yang dititipi tidak
dapat memanfaatkan harta titipan tersebut. (Wadiah ad Amanah).
• Sahabat Rasulullah, Zubair bin al Awwam lebih suka menerima titipan
dalam bentuk pinjaman yang memiliki hak untuk memanfaatkan (Wadiah at
Dhomanah). Karena bentuknya pinjaman maka ia wajib mengembalikan
utuh.
• Penggunaan cek (media pembayaran yang pada waktu itu istilahnya “saq”)
telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya perdagangan antara
negeri Syam dan Yaman.
• Bahkan di zaman Umar bin Khattab ra beliau menggunakan cek untuk
membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan cek tersebut
kemudian mereka mengambil gandum di Baitul Mal.
• Pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil, seperti
Mudharabah, Musyarakah, Muzara’ah, Musaqah telah dikenal sejak awal
diantara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
130. Sektor Lembaga
Keuangan
• Ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu individu tumbuh dan
berkembang dizaman Bani Abbasiyah, dan lebih berkembang pesat
lagi setelah beredarnya jenis mata uang
• Pada zaman Abbasiyah, pada saat pemerintahan Muqtadir (908-
932 M). Saat itu setiap wazir mempunyai bankir sendiri, misalnya
Ibnu Abi Isa menunjuk Ali Ibn Isa ; Hamid Ibnu Wahab mnunjuk
Ibrahim Ibnu Yuhana.
• Kemajuan praktik perbankan pada zaman itu ditandai dengan
beredarnya alat pembayaran saq (cek) sangat luas sebagai media
pembayaran.
• Perbankan saat itu tidak menggunakan konsep bunga dalam
operasionalnya, namun menggunakan konsep bagi hasil disisi
penghimpunan dananya, dan jual beli, gadai, sewa dan bagi hasil
disisi pembiayaannya.