Dokumen tersebut menjelaskan tentang Al-Kulliyatul Al-Khamsah atau lima prinsip dasar hukum Islam menurut para ulama, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dibahas pula pengertian, urutan, dan cara penerapannya dalam tiga tingkatan kebutuhan sesuai prinsip maqashid syariah.
2. •
• Pengertian Al kulliyatu Al khamsah
• Urutan Al kulliyatu Al khamsah
• Macam Al kulliyatu Al khamsah
• Cara menjaga Al kulliyatu Al khamsah
3. Kata al-kulliyatul al-khamsah terdiri dari dua kata, yaitu al-kulliyatu dan al-khamsah. Al-kulliyatu artinya
"prinsip dasar", sedangkan al-khamsah berarti "lima". Jadi al-kulliyatu al-khamsah berarti lima prinsip
dasar hukum islam. Dalam istilah usqul fisqih, kata al-kulliyatul al-khamsah sering disebut dengan maqashid
al-khamsah (lima tujuan) dan aldharuriyyat al-khamsah (lima kepentingan yang vital). Maka dapat
disimpulkan bahwa al-kulliyatu al-khamsah berarti lima prinsip dasar hukum islam yang bertujuan
mewujudkan kemaslahatan (al-maslahat), dan apabila ini tidak ada maka akan muncul kerusakan (mafsadat).
Pengertian Al kulliyatu Al khamsah
Sumber utama dan pokok agama Islam adalah Al-Qur'an yang berisi akidah, ibadah, dan akhlak. Sebagai
sumber ajaran Islam, Al-Qur'an tidak menjabarkan hukum dan aturan-aturan di dalamnya secara rinci
terutama yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah. Hanya 368 ayat yang terkait dengan aspek hukum.
Hal ini berarti bahwa sebagian besar permasalahan yang terkait dengan hukum Islam dalam Al-Qur'an hanya
diberikan dasar dan prinsipnya saja. Adanya ayat-ayat yang ijmali (global), maka Rasulullah SAW
menjelaskannya melalui hadis, baij qauli, fi'li maupun taqriri. Berdasarkan kedua sumber hukum Islam
tersebut (Al-Qur'an dan hadis), maka aspek hukum yang terkait dengan muamalah dikembangkan oleh para
mutjahid di antaranya Imam Syatibi yang mencoba merinci prinsip-prinsip di dalamnya dan mengaitkannya
dengan maqashid al-syariah. Prinsip-prinsip itulah yang dikenal dengan al-kulliyatul al-khamsah.
4. Urutan al-kulliyatu al-khamsah
merupakan hasil ijtihad bukan naqli,
artinya urutan al-kulliyatu al-khamsah
disusun terhadap nash yang diambil
dengan cara istiqra’. Para ahli ushul
fiqih tidak pernah menyepakati urutan
kelima prinsip dasar tersebut.
5. #1IMAM SYATHIBI
TERKADANG LEBIH MENDAHULUKAN AQL DARIPADA NASL, TERKADANGMENDAHULUKAN NASL DARIPADA AQL,
ATAU TERKADANG NASL LALU MAL DAN TERAKHIR AQL. TETAPI IMAM SYATHIBI SELALU MENGAWALI DENGAN
AL-DIN DAN AL-NAFS TERLEBIH DAHULU.
#2IMAM AL-ZARKASYI
MENYEBUTKAN URUTANNYA ADALAH AL-NAFS (JIWA), AL-MAL (HARTA), AL NASL (KETURUNAN), AL-DIN
(AGAMA), DAN AL-AQL (AKAL)
#3IMAM AL-‘AMIDI
URUTANNYA ADALAH AL-DIN (AGAMA), AL-NAFS (JIWA), AL NASL (KETURUNAN), AL-AQL (AKAL), AL-MAL
(HARTA)
6. IMAM AL-QARAFI
Urutannya adalah al-nufus (jiwa), al-adyan (agama), al-ansab
(keturunan), al-‘uqul (akal), dan al-amwal atau al-a’radh
(harta)
Imam al-Ghazali
Urutannya adalah al-din (agama), al-nafs (jiwa), al ‘aql (akal),
al-nasl (keturunan) dan al-mal (harta).
7. Perbedaan urutan tersebut, menunjukkan bahwa semuanya sah-sah saja karena
sifatnya ijtihad. Urutan yang dikemukakan oleh Imam Ghazali yang paling banyak
disepakati oleh mayoritas ulama fikih maupun ushul fiqih. Jumhur ulama’
berpendapat bahwa urutan al-kulliyatu al-khamsah adalah al-din (agama), al-
nafs (jiwa), al-‘aql (akal), al-nasl (keturunan) dan al-mal (harta).
Cara kerja al-kulliyatu al-khamsah di atas yaitu masing-masing kelima prinsip
dasar tersebut harus dipergunakan sesuai urutannya, yaitu Menjaga agama (al-
din) harus lebih diutamakan daripada menjaga lainnya, menjaga jiwa (al-nafs)
harus lebih diutamakan daripada akal (al-‘aql) dan keturunan (al-nasl),
demikian seterusnya.
Contoh, membunuh diri adalah sesuatu
yang dilarang sebagaimana disebutkan
dalam Q.S Al Baqarah ayat 195 dan Q.S An
Nisa ayat 29, tetapi apabila untuk
kepentingan berjihad di jalan Allah
menjadi boleh karena menjaga agama harus
didahulukan daripada menjaga jiwa.
8. Memelihara Agama
(Hifzhu Al- Din)
Memelihara Jiwa
(Hifzhu Al- Nafs)
Memelihara Akal
(Hifzhu Al-Aql )
Memelihara
Keturunan
(Hifzhu Al-Nasl )
Memelihara Harta
(Hifzhu Al-Mal )
9. 1. Menjaga agama
a) menjaga agama dalam peringkat kebutuhan primer (al-dharuriyyah)
contohnya seperti kewajiban lima rukun Islam (syahadat, mendirikan
shalat, membayar zakat, puasa bulan Ramadhan, dan melakukan haji bagi
orang yang mampu)
b) menjaga agama dalam peringkat kebutuhan sekunder (al-hajiyyah)
contohnya melaksanakan shalat jamak dan qashar bagi orang yang sedang
melakukan bepergian atau mufasir
c) menjaga agama dalam peringkat al-tahsiniyyah misalnya menutup
aurat, baik dalam maupun di luar shalat, membersihkan badan, pakaian
dan tempat.
2. Menjaga Jiwa
a. memelihara jiwa dalam peringkat
kebutuhan primer (al-dharuriyyah) misalnya
memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan
untuk mempertahankan hidup.
b. memelihara jiwa dalam peringkat
kebutuhan sekunder (al-hajiyyah) misalnya
diperbolehkan berburu binatang untuk
menikmati makanan yang lezat dan halal.
c. memelihara jiwa dalam peringkat al-
tahsiniyyah, misalnya diterapkan tata cara
makan dan minum.
10. 3. Menjaga Akal
a.) Memelihara (menjaga) akal dalam peringkat kebutuhan
primer (al-dharuriyyah), seperti diharamkan meminum
khamar, jika ketentuan ini tidak diindahkan akan berakibat
terancamnya eksistensi akal
b. ) Menjaga akal dalam peringkat kebutuhan sekunder
(al-hajiyyah), seperti menuntut ilmu pengetahuan.
c.) Menjaga akal dalam peringkat al-tahsiniyyah, erat
kaitannya dengan etika, tidak akan mengancam eksistensi
akal secara langsung.
4. Menjaga Keturunan
a.) Menjaga Keturunan dalam peringkat
kebutuhan primer (al-dharuriyyah), seperti
disyariatkannya menikah dan diharamkan
berzina, jika ketentuan ini tidak diindahkan
akan berakibat terancamnya eksistensi
keturunan.
b.) Menjaga Keturunan dalam peringkat
kebutuhan sekunder (al-hajiyyah), seperti
ditetapkannya ketentuan mahar bagi suami
saat akad nikah.
c.) Menjaga Keturunan dalam peringkat
(al-tahsiniyyah), seperti disyariatkannya
khitbah atau walimah dalam pernikahan.
11. a.) Menjaga harta dalam peringkat
kebutuhan primer (al-dharuriyyah), seperti
disyariatkannya tata cara kepemilikan harta
dan diharamkannya mengambil harta orang
lain.
b.) Menjaga harta dalam peringkat
kebutuhan sekunder (al-hajiyyah), seperti
disyariatkannya jual beli dengan cara salam
(bai’u al-salam).
c. ) Menjaga harta dalam peringkat (al-
tahsiniyyah), seperti adanya ketentuan yang
jelas dalam berakad, erat kaitannya dengan
etika bermuamalah atau etika berbisnis.