MODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK.docx
1. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Dosen Pengampu :
Dr. Een Yayah Haenilah, M.Pd
Annisa Yulistia, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh :
Atikah Nofitri Rahmah 2113054004
Rahmah Oktaria 2113054016
Rosidah Rizka 2113054030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
2. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ 3
BAB I............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 5
BAB II.............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN................................................................................................................................ 6
2.1 Teori belajar kostruktivistik....................................................................................................... 6
2.2 ciri-ciri pembelajaran kostruktivistik ................................................................................... 7
2.3 Prinsip-prinsip kostruktivistik .............................................................................................. 7
2.4 Kostruktivistik dalam pembelajaran..................................................................................... 8
2.5 Evaluasi belajar kostruktivistik ...........................................................................................10
BAB III............................................................................................................................................11
PENUTUP .......................................................................................................................................11
3.1 kesimpulan .......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................12
3. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa sehingga pembuatan makalah ini dapat
diselesaikan.Makalah ini dibuat dengan maksud untuk menyelesaikan tugas
kelompok Belajar dan Pembelajaran.Makalah ini menjelaskan tentang Teori
konstrukyivistik.Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi
pada semua pihak yang telah membatu menyiapkan dan menyusun makalah
ini.Kepada para pembaca diharapkan juga saran dan kritik untuk menyempurnakan
makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Bandar Lampung, 29 Maret 2022
Penulis
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori pembelajaran konstruktivisme menjelaskan bahwa manusia membangun
atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada
pengetahuan sesuai dengan pengalamannya (Nurhadi, 2003). Oleh sebab itu,
dalam pembelajaran sains guru hendaknya menyadari bahwa kebermaknaan suatu
pembelajaran akan terjadi apabila memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membangun pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran sains tentunya tidak dapat
dipisahkan dari hakikat sains.Hakikat sains merupakan suatu proses inkuiri atau
proses mencari informasi untuk menjawab suatu masalah yang hasilnya
merupakan kumpulan prinsip, konsep, kaidah tentang tingkah laku sains
(Mariana, 2003). Depdiknas (2008) juga menjelaskan bahwa salah satu
pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran sains
adalah inkuiri sains. Inkuiri dalam kegiatan pembelajaran dijelaskan oleh Nurhadi
(2003) sebagai suatu siklus yang terdiri dari observasi, kegiatan bertanya,
mengajukan hipotesis, mengumpulan data dan menyimpulkan. Hosfstein and
Lunetta (Tsai, 2006) mendefinisikan bahwa inkuiri merupakan suatu metode atau
cara berpikir yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mempelajari fenomena
dan hakikat alam.
Dengan memperhatikan hakikat sains dan teori pembelajaran konstruktivisme
tersebut maka dalam praktik pembelajaran sains hendaknya siswa tidak lagi hanya
menerima saja sekumpulan konsep dari guru yang mengajar, tetapi siswa juga
terlibat aktif dalam menemukan konsep yang sedang dipelajari. Pembelajaran
seperti ini diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Agar mata pelajaran fisika di
sekolah dapat memenuhi tuntutan dalam hakikat sains yang telah dipaparkan di
atas, maka pembelajaran fisika harus dikonstruksi sedemikian rupa, sehingga
5. proses pembelajaran yang menghasilkan kompetensi tersebut dapat benar-benar
terjadi dalam prosesnya. Menurut KTSP SMA, Pembelajaran sains termasuk di
dalamnya fisika sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (Wenning,
2010).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut:
1) Apa yang di maksud dengan teori belajar kostruktivistik
2) Apa saja ciri-ciri pembelajaran kostruktivistik
3) Prinsip-prinsip kostruktivistik
4) Kostruktivistik dalam pembelajaran
5) Evaluasi belajar kostruktivistik
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas makalah ini bertujuan
untuk menjelaskan tentang Teori Belajar kostruktivistik.
6. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori belajar kostruktivistik
Teori belajar konstruktivistik bermula dari gagasan Piaget dan Vigotsky,
Piaget dan Vigotsky berpendapat bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika
konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi bani Keduanya
menekankan adanya hakekat sosial dari belajar. Pembelajaran kooperatif, berbasis
kegiatan dan penemuan merupakan pilihan yang sesuai untuk pembelajaran Hakekat
dari teori konstruktivistik adalah bahwa siswa barus secara individu menemukan dan
menerapkan informasi-informasi kompleks ke dalam situasi lain apabila mereka harus
menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Siswa berperan aktif dalam pembelajaran,
sedangkan guru adalah membantu membuat kondisi yang memungkinkan siswa
untuk secara mandiri menemukan fakta, konsep atau prinsip.Menuruz Wina Sanjaya
(2008: 264) bahwa "konstruktivistik adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Guru
bukanlah pemberi informasi, dan jawaban atas semua masalah yang terjadi di kelas"
Selanjutnya Aunurrahunun (2009. 28) bahwa: "konstruktivistik membenkan arah
yang jelas bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif dalam upaya menemukan
pengetahuan,konsep, kesimpulan, bukan sekedar merupakan kegiatan mekanistik
untuk mengumpulkaninformasi atau fakta saja".
Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan)
dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari
guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa
yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana
terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga
7. terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru Seseorang yang belajar itu berarti
membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus (Suparno,
1997).Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2010: 1.13).
2.2 ciri-ciri pembelajaran kostruktivistik
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivistik yaitu:
1) Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah
ada sebelumnya.
2) Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia.
3) Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan
berdasarkan pengalaman.
4) Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negoisasi) makna melalui
berbagai informasiatau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau
bekerja sama dengan orang lain.
5) Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus
terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.
(Yulaelawati, 2004: 54)
2.3 Prinsip-prinsip kostruktivistik
a) Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivistik yang diterapkan dalam
belajar mengajar adalah :pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
8. c) Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah
d) lancar guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi berjalan
e) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
f) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
g) Mencari dan menilai pendapat siswa
h) menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari prinsip-prinsip tersebut di atas hanya terdapat satu prinsip yang paling
penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangan pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Seorang
gura dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka
sendiri untuk belajar, Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga
itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
2.4 Kostruktivistik dalam pembelajaran
Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangan sendiri
pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan
proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang
telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan mereka
sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu. Proses
perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi
pembelajaran yang ideal yang dimaksud disini adalah suatu proses belajar.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut
9. akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru (Budiningsih,
2005:59).Kegiatan belajar dalam kelas konstruktivis adalah seorang guru tidak
mengajarkankepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun
mempresentasikan masalah dan meng encourage (mendorong) siswa untuk
menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika siswa
memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawabannya
benar atau tidak benar. Namun guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju
kepada ide seseorang dan saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai
tentang apa yang dapat masuk akal siswa.Pendekatan konstruktivistik dalam
pengajaran, merupakan penerapan pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan
teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa secara
rutin bekerja dalam kelompok, untuk saling membantu memecahkan masalah
masalah yang kompleks Sekali lagi, penekanan pada hakikat sosial dalam belajar dan
penggunaan kelompok sejawat untuk memodelkan cara berpikir dan sesuai dan saling
mengemukakan dan meluruskan kekeliruan pengertian atau miskonsepsi-miskonsepsi
diantara mereka sendiri. Dalam hal ini siswa dihadapkan pada proses berpikir teman
sebaya mereka; metode ini tidak hanya membuat hasil belajar terbuka untuk seluruh
siswa tetapi juga membuat proses berpikir siswa lain lebih terbuka untuk seluruh
siswa.Istilah kooperatif memberikan gambaran bahwa adanya hubungan yang terjadi
antara dun orang atau lebih. Hubungan ini dapat berupa kerjasama dan saling
membutuhkan dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang mungkin timbul,
sehingga mereka yang terlibat didalamnya mempunyai keberanian dalam
memecahkan suatu permasalahan bahkan akan lebih muda Pembelajaran
konstruktivistik meliputi empat tahapan yaitu:
1. Apersepsi. Pada tahap ini dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal,
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang
merupakan konsep prasyarat. Misalnya: mengapa baling-baling dapat
berputar?
10. 2. Eksplorasi Pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap
konsep yang maut dipelajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan
menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang
dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung.
3. Diskusi dan Penjelasan Konsep.Pada tahap ini siswa mengkomunikasikan
hasil penyelidikan dan tamuannya, pada tahap ini pula guru menjadi
fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat kesepakatan
kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain serta
memotivasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut melalui
kegiatan tanya jawab.
4. Pengembangan dan Aplikasi Pada tahap ini gumi memberikan penekanan
terhadap konsep-konsep esensial, kamudian siswa membuat kesimpulan
melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman konseptual yang telah
diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas.
2.5 Evaluasi belajar kostruktivistik
Evaluasi belajar pandangan konstruktivistik menggunakan goal-free evalution,
yaitu suatu konstruksi untuk mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik.
Evaluasi akan lebih objektif jika evaluator tidak diberi informasi tentang tujuan
selanjutnya. Jika tujuan belajar diketahui sebelum proses belajar dimulai, proses
belajar dan evaluasinya akan berat sebelah. Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik
dapat diarahnya pada tugas-tugas autentik.
Pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi dan
menstransformasi informasi baru. Pandangan ini tidak melihat pada apa yang dapat
diungkapkan atau apa yang dapat diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah
diajarkan dengan cara menjawab soal-soal tes, melainkan pada apa yang dapat
dihasilkan siswa, didemonstrasikan dan ditunjukkan.
11. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konstruktivistik merupakan salah satu landasan berpikir pendekatan
pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning
(CTL), yaitu pengetahuan yang dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), Konstruktivistik
menekankan pada prinsip belajar yang berpusat pada siswa (student center)Prinsip
yang paling penting diterapkan dalam pembelajaran konstruktivistik adalah guru tidak
boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa Siswa harus
membangan pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru sekedar membantu
menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan
lancar.