Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry Model inquiry
1. i
MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PENGELOHAN INFORMASI
(Model Pembelajaran Inquiry)
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar
Mengajar Fisika
Dosen : Dwi Agus Kurniawan, S. Pd., M.Pd.
Oleh:
Kelompok 3
1. Muhammad Sofyan Zain RSA1C317006
2. Dinda Desma Romadona RSA1C317007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PGMIPA-U
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2018
2. ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, rasa syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas
segala kemurahan, rahmat serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Model Pembelajaran Inquiry” meskipun banyak hambatan yang kami alami
dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Strategi Belajar Mengajar Fisika.
Kami mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyelesaian makalah
ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dwi Agus Kurniawan, S. Pd., M. Pd. selaku dosen pengampu yang telah
memberikan tugas ini serta memberikan pengarahan kepada kami sehingga terwujud
makalah ini.
2. Teman – teman kami terima kasih atas semangat, dorongan dan bantuannya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini sangat kami
harapkan.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan
bermanfaat dalam usaha pengembangan wawasan serta meningkatkan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Jambi, November 2018
Penyusun
3. iii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR .....................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................2
BAB II LITERATUR .....................................................................................................3
2.1 Kajian Teoritis .................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Inquiry......................................................................................3
2.1.2 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Inquiry .............................................8
2.1.3 Tujuan Model Pembelajaran Inquiry........................................................10
2.1.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry .......................................12
2.1.5 Macam-macam Model Pembelajaran Inquiry ..........................................14
2.1.6 Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry ..............................................15
2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inquiry .......................21
2.2 Kajian Kritis...................................................................................................24
BAB III PENUTUP ......................................................................................................27
3.1 Kesimpulan......................................................................................................27
3.2 Saran ................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... iv
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Kenyataan yang terjadi bahwa dalam proses
pembelajaran di kelas, siswa diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal
informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi dan mengaplikasikan informasi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan ketika anak lulus sekolah, mereka
hanya pintar secara teoritis tetapi sangat miskin aplikasi.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang
suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan
dicapai, karena tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu strategi tertentu.
Kemajuan teknologi informasi di era globalisasi saat ini menuntut guru untuk
mengubah paradigma tentang mengajar yaitu dari sekedar menyampaikan materi
pelajaran menjadi aktivitas menyampaikan materi pelajaran menjadi aktivitas
mengatur lingkungan agar siswa belajar.
Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan daripada secara aktif
mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep fisika. Ada
juga sebagian siswa yang sangat faham pada konsep-konsep fisika, namun tidak
mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
menjadikan materi fisika menjadi lebih menarik, maka guru harus mampu
mengambil suatu kebijakan yaitu dengan perbaikan metode mengajar sehingga
kompetensi belajar yang diharapkan akan tercapai dengan baik, sebab dengan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran di kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran fisika adalah model pembelajaran inquiry. Model pembelajaran
inquiry cocok digunakan pada materi-materi yang dekat dengan kehidupan sehari-
hari. Model inquiry dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswamembuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan materi yang diberikan dapat
5. 2
lebih bermakna bagi siswa. Untuk itu penulis akan membahas tentang model
pembelajaran inquiry.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran inquiry.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip model pembelajaran inquiry.
3. Untuk mengetahui Tujuan model pembelajaran inquiry.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran inquiry.
5. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran inquiry
6. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran inquiry.
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inquiry.
6. 3
BAB II
LITERATUR
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Pengertian Inquiry
Menurut Sani dan Syihab (2010: 17-18) model pembelajaran latihan
inkuiri dikemukakan oleh Richard Suchman. Dia menginginkan peserta didik
untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian peserta didik
melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai
akhirnya peserta didik mengembangkan strategi pengembangan intelektual
yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa
terjadi. Pada dasarnya model pembelajaran ini mengikuti teori Suchman
sebagai berikut:
Secara alami pembelajar akan mencari sesuatu setelah dihadapkan dengan
masalah.
Mereka akan segera sadar tentang belajar mengenai strategi berfikir yang
dimilikinya.
Penelitian yang bersifat kerjasama akan memperkaya proses berpikir dan
membantu pembelajar untuk belajar tentang sifat tentatif dari
pengetahuan, sifat selalu berkembang dari pengetahuan, dan menghargai
berbagai alternatif penjelasan mengenai suatu hal.
Model pembelajaran inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richard
Suchman tahun 1962 (dalam Joyce and Well, 2009), untuk mengajar para
siswa memahami proses meneliti dan menerangkan suatu kejadian. Ia
menginginkan agar siswa bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian
ia mengajarkan kepada siswa prosedur dan menggunakan organisasi
pengetahuan dan prinsip-prinsip umum. Siswa melakukan kegiatan,
mengumpulkan, dan menganalisis data, sampai akhirnya siswa menemukan
jawaban dari pertanyaan (dalam Nurdyansyah dan Fahyuni, 2016: 137).
Menurut Nurdin dan Adriantoni (2016: 214-215) inquiry secara bahasa,
berasal dari kata dalam bahasa inggris yang berarti pertanyaan, pemeriksaan
pencarian atau penyelidikan. Adapun pengertiannya secara istilah setiap ahli
memberikan pengertian yang berbeda-beda namun mempunyai maksud yang
7. 4
sama. Di bawah ini adalah beberapa pengertian para ahli tentang model
pembelajaran inquiry yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber:
a. Wina Sanjaya: pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.
b. W. Gulo: inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, W.,
2004: 25).
c. Robert B. Sund: inquiry adalah perluasan dari discovery yang digunakan
lebih mendalam, artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental
yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu: merumuskan problema, merancang
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis
data, menarik kesimpulan (B. Suryosubroto: 179).
d. Oemar Hamalik: inquiry adalah suatu strategi pembelajaran yang berpusat
pada siswa di mana siswa secara berkelompok dihadapkan pada suatu
persoalan atau pertanyaan untuk kemudian mencari jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui suatu prosedur dan stuktur
kelompok yang jelas (Oemar Hamalik, 1999: 119).
Proses pembelajaran dalam bentuk inquiry, yaitu membangun
pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya,
investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Inquiry
bersinonim dengan riset atau investigasi. Pembelajaran berbasis inquiry adalah
strategi mengajar yang mengkombinasikan rasa ingin tahu peserta didik dan
metode ilmiah. Kemampuan bertanya dan keberanian mengungkap pertanyaan
menjadi bagian penting dalam penerapan strategi ini. Inquiry dapat dimulai
dengan pertanyaan “Apa?” atau “Bagaimana?” untuk membangkitkan rasa
ingin tahu peserta didik terhadap suatu gejala alam ataupun sosial (Yamin dan
Maisah, 2012: 159-162).
Menurut Joyce, dkk. (2009) model pembelajaran inkuiri ilmiah adalah
model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang
benar-benar asli dengan menghadapi siswa di bidang investigasi, membantu
8. 5
untuk mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis. Hal ini terdapat
pada:
According to Joyce, et al in Hutahaean,et al (2017:31) that the scientific inquiry
learning model is a learning model that involves students in truly original research
problems by confronting students in the field of investigation, helping to identify
conceptual or methodological problems.
Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas siswa selama pembelajaran dan peran guru sebagai
pembimbing. Model pembelajaran inkuiri menurut Gulo (2007) adalah suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis dan analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
dengan menggunakan model inquiry tidak hanya penguasaan konsep, tetapi
juga proses dalam mencapai penguasaan pengetahuan dan juga keterampilan
yang dapat memberikan bekal bagi peserta didik dalam menghadapi
kehidupannya (Andiasari, 2015: 16).
Pembelajaran inkuiri menurut Joyce dan Weil adalah pembelajaran yang
dapat membantu pengembangan, antara lain: literasi sains, memahami proses
pemahaman saintifik dari konsep, berpikir kritis dan sikap positif, penasaran,
dan merangsang kegiatan berpikir siswa (dalam Susanto, 2013). Dalam proses
belajar melalui kegiatan pembelajaran, pertanyaan pada akhirnya akan
menghasilkan sikap ilmiah, seperti menghormati ide orang lain, terbuka
dengan ide-ide baru, berpikir kritis, jujur dan kreatif (Marbach & Classen,
2011). Melalui pembelajaran inkuiri, anak-anak akan menjadi pembelajar
mandiri dengan rasa ingin tahu mereka dan mengeksplorasi sesuatu dengan
bimbingan guru sehingga inkuiri dapat digunakan untuk melaksanakan
pembelajaran aktif (Soetjipto, 2001). Hal ini terdapat pada:
In Adiasti, et al (2016: 46) that learning inquiry according to Joyce and Weil is
learning that can help the development of, among other things: scientific literacy,
understanding the processes of scientific understanding ofthe concepts,critical thinking
and a positive attitude,curious, and stimulates students thinking activities (in Susanto,
2013). In the process of learning through learning activities inquiry will eventually
produce scientific attitudes,such as respect for other people's ideas,open with new ideas,
critical thinking, honest and creative (Marbach & Classen, 2011). Through theinquiry
9. 6
learning, children will become independent learners with their curiosity and explore
something with the guidance of teachers so inquiry can be used to implement active
learning (Soetjipto, 2001).
Inkuiri adalah kegiatan multifaset yang melibatkan: melakukan
pengamatan; mengajukan pertanyaan; memeriksa buku dan sumber informasi
lain untuk melihat apa yang sudah diketahui; investigasi perencanaan;
meninjau kembali apa yang sudah diketahui dalam terang bukti eksperimental;
menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data; mengusulkan jawaban, penjelasan dan prediksi; dan
mengkomunikasikan hasilnya. Hal ini terdapat pada:
Inquiry is a multifaceted activity that involves: mak ing observations; posing
questions; examining books and other sources of information to see what is already
known; planning investigations; reviewing what is already known in the light of
experimental evidence; using tools to gather, analyse and interpret data; proposing
answers, explanations and predictions; and communicating the results (Avsec and
Kocijancic, 2014: 1437).
Pembelajaran berbasis inkuiri (IBL) telah digunakan secara luas dalam
sains selama bertahun-tahun. Sudah diterima secara luas bahwa ilmu
pembelajaran berarti menyelidiki dan mengeksplorasi ketika mengembangkan
hipotesis. IBL adalah praktik pembelajaran di mana siswa mengeksplorasi
konten dengan berpose, menyelidiki, dan menjawab pertanyaan. Siswa berada
di pusat pengalaman belajar dan mengambil kepemilikan pembelajaran
mereka sendiri. Mereka sering bekerja secara mandiri dan dalam kelompok
kolaboratif kecil. Sebagai Mahavier dkk. menyatakan, di ruang kelas IBL,
"instruktur memainkan peran pelatih, mentor, kolaborator, panduan, dan
pemandu sorak sesekali". Lebih spesifik lagi, peran guru dalam IBL adalah
membimbing siswa dan mempromosikan pemikiran dan rasa ingin tahu. Ini
mengambil perencanaan terencana untuk mengelola banyak penyelidikan
siswa secara bersamaan. Guru memantau perkembangan setiap siswa dan
memberikan umpan balik segera. IBL tidak menunjukkan bimbingan yang
kurang dari guru, melainkan memberikan instruksi sedemikian rupa sehingga
siswa membangun makna mereka sendiri. Guru berfungsi sebagai fasilitator
yang merencanakan, menghasut, dan mengamati proses belajar siswa. Saat ini,
ada banyak definisi IBL dan berbagai pendekatan. Akademi Pembelajaran
Berbasis Inkuiri menyatakan bahwa IBL melibatkan siswa dan mengharuskan
10. 7
mereka untuk: memecahkan masalah, berspekulasi, bereksperimen,
mengeksplorasi, membuat, dan berkomunikasi. Hal ini terdapat pada:
Inquiry-based learning (IBL) has been employed extensively in science for many
years. It is widely accepted that learning science means investigating andexploring when
developing a hypothesis.IBL is an instructional practice where students explore content
by posing, investigating, and answering questions. Students are at the center of the
learning experience and take ownership of their own learning. They often work
independently and in small collaborative groups. As Mahavier et al. state, in an IBL
classroom, “the instructor plays the role of coach, mentor, collaborator, guide, and
occasional cheerleader”.More specifically,the teacher’s role in IBL is to guide students
and promote thinking and curiosity.This takes purposeful planning to manage multiple
student investigations simultaneously.Teachers monitor the progress ofeach student and
provide immediate feedback. IBL does not indicate less guidance from the teacher, but
rather delivers instruction in such a way that the student constructs their own meaning.
The teacher serves as the facilitator who plans, instigates, and observes the student
learning process. Currently, there are many definitions of IBL and a variety of
approaches. The Academy of Inquiry-Based Learning states that IBL engages students
and requires them to: solve problems, conjecture, experiment, explore, create, and
communicate (Caswell and LaBrie, 2017: 162-163).
Menurut Trowbridge & Bybee dalam Mustachfidoh, dkk. (2013)
Pembelajaran inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat
pada siswa, kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan melalui suatu prosedur yang
telah direncanakan secara jelas. Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa untuk mengintegrasikan konsep-
konsep yang telah mereka ketahui sebelumnya dengan peristiwa-peristiwa
yang mereka amati di laboratorium. Pembelajaran inkuiri juga dapat
mengubah miskonsepsi yang dialami siswa menjadi konsep ilmiah.
Inkuiri telah digambarkan sebagai metode pengajaran yang berpusat pada
siswa, aktivitas langsung dengan penemuan (Uno, 1990). Yang penting,
pendidik bertindak sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran, mempromosikan
diskusi dan bimbingan siswa daripada mengarahkan kegiatan (Herron, 2009;
Uno, 1990; Wood, 2009). Pembelajaran berbasis pertanyaan mendorong
perkembangan pembelajar mandiri, dengan mendorong siswa untuk
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Berdasarkan prinsip-
prinsip metode ilmiah, siswa pembelajaran berbasis inkuiri mengamati
11. 8
fenomena Anda, menyintesis pertanyaan penelitian, menguji pertanyaan-
pertanyaan ini secara berulang dan akhirnya menganalisis dan
mengkomunikasikan temuan mereka (Uno, 1990; Weaver, Russell, & Wink
2008) Pembelajaran ini diarahkan oleh siswa dengan pendidik memberikan
peran yang mendukung. Tingkat masukan dari pendidik tergantung pada
tingkat penyelidikan. Dalam pertanyaan terbuka siswa secara mandiri
merumuskan pertanyaan untuk penelitian sementara dalam inkuiri terbimbing
pendidik memberikan bimbingan dengan konstruksi pertanyaan (Weaver et al.,
2008). Meskipun berdasarkan metode ilmiah, pembelajaran berbasis inkuiri
adalah metode pengajaran yang harus dipertimbangkan dalam disiplin lain
karena mendukung pengembangan siswa yang bertanggung jawab untuk
pembelajaran mereka sendiri. Hal ini terdapat pada:
Inquiry has been described as a teaching method which combines student-centred,
hands-on activities with discovery (Uno, 1990). Importantly, the educator acts as a
facilitatorof the learning activity,promoting student discussion and providing guidance
ratherthan directing the activity (Herron,2009;Uno,1990;Wood,2009).Inquiry-based
learning fosters the development of independent learners, by encouraging students to
take responsibility for their own learning. Based on the principles of the scientific
method, in inquiry-based learning students observe a phenomenon,synthesise research
questions, test these questions in a repeatable manner and finally analyse and
communicate their findings (Uno, 1990; Weaver, Russell, & Wink, 2008). The learning
is directed by the student with the educator providing a supportive role.The level ofinput
from the educatordepends on the level ofinquiry.In open-inquiry students independently
formulate a question to research while in guided-inquiry the educator provides guidance
with the construction ofa question (Weaver et al.,2008).Although based on the scientific
method, inquiry-based learning is a teaching method which should be considered in
otherdisciplinesasit supports the development of students who are responsible for their
own learning (in Smallhorn, et al, 2015: 66).
2.1.2 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Pardede dan Manurung (2016: 3) model pembelajaran inquiry
training terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat tentatif,
manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan
individual secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian
secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa
melakukan eksplorasi, dan yang ketiga kemandirian, akan bermuara pada
pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
12. 9
Dalam penggunaan model inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh guru menurut Sanjaya (dalam Tim Dosen, 2015: 47-48),
yaitu:
a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama model inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.
Dengan demikian selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar. Maka kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran
bukan ditentukan oleh sejauhmana siswa dapat menguasai materi
pelajaran, tetapi sejauhmana siswa beraktivitas mencari dan menemukan
sesuatu.
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara
siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan
(directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya
melalui interaksi mereka.
c. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam model inkuiri adalah guru sebagai
penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan
pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yaitu proses mengembangkan
potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan, oleh sebab
itu siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah
menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
13. 10
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukannya.
2.1.3 Tujuan Model Pembelajaran Inquiry
Model pelatihan inkuiri (inkuiri) dirancang untuk mengajarkan siswa
bagaimana mempelajari proses penyelidikan dengan mengajukan pertanyaan
dan mengembangkan hipotesis mengenai masalah yang membingungkan,
yang disebut "kejadian yang tidak sesuai". Penyelidikan adalah model
pengajaran dalam keluarga pemrosesan informasi. Model ini mengkhususkan
dalam penalaran kausal yang membantu siswa mempertajam keterampilan
inkuiri ilmiah mereka. Model pemrosesan informasi membantu siswa untuk
memahami dunia mereka dengan memperoleh dan mengatur data,
mengidentifikasi masalah, dan menghasilkan solusi. Hal ini terdapat pada:
The inquiry training model (inquiry) is designed to teach students how to learn an
inquiry process by asking questions and developing hypotheses concerning a puzzling
problem, called a "discrepant event." Inquiry is a model of teaching in the information
processing family. This model spe- cializes in causal reasoning that helps students
sharpen their scientific inquiry skills. Information processing models assist students to
make sense of their world by acquiring and organizing data,identifying prob-lems, and
generating solutions (Queen, 2009: 152).
Menurut Uno dalam Indahwati (2012: 259-260) model ini bertujuan untuk
melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan
memecahkan masalah secara ilmiah. Model inquiry training juga sangat
penting untuk mengembangkan nilai dan sikap dalam berpikir ilmiah. Ini
tergambar dalam lima tahapannya yang terdiri dari (1) menyampaikan
masalah; (2) mengumpulkan data dan verifikasi; (3) mengumpulkan data dan
eksperimen; (4) merumuskan penjelasan dan (5) menganalisa proses inquiry.
BK Passi, dkk, telah mencantumkan hal-hal berikut sebagai tujuan Model
Pelatihan Inquiry:
1. Untuk mengembangkan keterampilan proses ilmiah- yaitu., mengamati,
mengumpulkan dan mengatur data, mengidentifikasi dan mengendalikan
variabel, merumuskan, dan menguji hipotesis, penjelasan dan
menyimpulkan di antara siswa.
2. Untuk mengembangkan di antara siswa strategi untuk inkuiri kreatif.
14. 11
3. Untuk mengembangkan di antara siswa kemandirian atau otonomi dalam
pembelajaran.
4. Untuk mengembangkan di antara siswa kemampuan untuk mentolerir
ambiguitas
5. Untuk membuat siswa menyadari bahwa semua pengetahuan adalah
tentatif
6. Untuk mengembangkan ekspresi verbal di kalangan siswa.
In Vanaja (1999:39) B.K Passi, et al, have listed the following as the objectives of
Inquiry Training Model:
1. To develop scientific process skills-ie., observing, collecting and organising data,
identifying and controlling variables, formulating, and testing hypothesis,
explanation and inferring among students.
2. To develop among students the strategies for creative inquiry.
3. To develop among students an independence or autonomy in learning
4. To develop among students the ability to tolerate ambiguity.
5. To make students realize that all knowledge is tentative.
6. To develop verbal expressiveness among students.
Model pembelajaran inkuiri ilmiah dirancang untuk membawa siswa
langsung ke dalam proses penyelidikan. Melalui model inkuiri ilmiah siswa
diharapkan untuk secara aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi
kemudian mencari dan mengumpulkan dan mengolah data untuk menentukan
jawaban dari pertanyaan tersebut. Penerapan model pembelajaran inkuiri
ilmiah dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan
pemahaman konsep sains yang lebih mendalam dan membentuk pengetahuan
ilmiah siswa. Melalui kegiatan eksperimental siswa dapat mencoba berbagai
cara untuk menyelesaikan eksperimen yang dilakukan sehingga dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa diharapkan bertanggung
jawab untuk melakukan investigasi dalam mengidentifikasi masalah,
hipotesis, merancang metode untuk membuktikan hipotesis, menganalisa
mereka dan membuat kesimpulan akhir. Hal ini terdapat pada:
According to Joyce, et al in Hutahaean,et al (2017:31) that the scientific inquiry
learning model is designed to bring students directly into the inquiry process. Through
scientific inquiry model the student is expected to actively ask the question why
something happened then search and collect and process the data to determine the
answer of the question. The application of scientific inquiry instructional model in
teaching and learning activities aims to develop a deeper understanding of science
15. 12
concepts and shape students' scientific knowledge. Through experimental activities
students can try various ways to complete experiments conducted so as to develop the
ability to think it has. Students are expected to be responsible for conducting
investigations in identifying problems, hypotheses, designing methods to prove
hypotheses, analyzing them and making final conclusions.
Melalui model pembelajaran inquiry training siswa diharapkan aktif
mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan
mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya
mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat
menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Tujuan umum dari model
latihan inkuiri adalah membantu peserta didik mengembangkan keterampilan
intelektual dan keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan
menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka
(Pardede dan Manurung, 2016: 3).
2.1.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry
Joyce dan Weil (2009) mengemukakan dalam Soni dan Syihab (2010: 18)
pembelajaran model inquiry training memiliki lima langkah pokok:
1) Menghadapkan pada masalah: menjelaskan prosedur penelitian,
menjelaskan perbedaan-perbedaan.
2) Pengumpulan data (Verifikasi): memverifikasi hakikat objek dan
kondisinya, memverifikasi peristiwa dari keadaan permasalahan.
3) Pengumpulan data (Eksperimentasi): memisahkan variabel yang relevan,
menghipotesiskan (serta menguji) hubungan kausal.
4) Mengolah, memformulasikan suatu penjelasan: memformulasikan aturan
dan penjelasan.
5) Analisis proses penelitian: menganalisis strategi penelitian dan
mengembangkan yang paling efektif.
Menurut Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 149-150) langkah-langkah
kegiatan model pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
a. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau
iklimpembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap
orientasi ini adalah:
16. 13
1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapaioleh siswa.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswauntukmencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan
langkahlangkah inkuiri sertatujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan merumuskan masalahsampai dengan merumuskan
kesimpulan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukandalamrangka memberikan motivasi belajar siswa.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-
teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses
tersebut siswa akan memperoleh pengalaman berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah
satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi
juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya.
17. 14
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh
data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa
data mana yang relevan.
Prosedur pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: (1)
mendeskripsikan topik, tujuan, dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai; (2)
merumuskan masalah yang dilakukan oleh siswa; (3) merumuskan hipotesis;
(4) untuk mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; dan (6) merumuskan
kesimpulan. Hal ini terdapat pada:
According to Adiasti, et al (2016: 46) that the procedure of inquiry learning are as
follows: (1) describe the topics, objectives and learning outcomes to be achieved; (2)
formulate the problem undertaken by students; (3) formulate hypotheses; (4) to collect
data; (5) testing the hypothesis; and (6) formulate conclusions.
Pardede dan Manurung (2016: 3) mengemukakan bahwa model
pembelajaran inquiry training memiliki lima fase sebagai sintaks
pembelajarannya:
1) menghadapkan pada masalah dan merumuskannya.
2) Merumuskan hipotesis.
3) Mengumpulkan data eksperimen.
4) Mengolah dan memformulasikan suatu data.
5) Analisis proses dan hasil penyelidikan.
2.1.5 Macam-macam Model Pembelajaran Inquiry
Sund dan Trow Bridge sebagaimana dikemukakan oleh E. Mulyasa dalam
Nurdin dan Adriantoni (2016: 217) mengemukakan tiga macam model inquiry,
sebagai berikut:
a. Inquiry terpimpin (Guide inquiry)
18. 15
Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-
pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing. Tahap awal pembelajaran, bimbingan lebih banyak
diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan
pengembangan pengalaman siswa. Pelaksanaanya, sebagian besar
perencanaan dibuat oleh guru. Siswa tidak merumuskan permasalahan.
Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat
data diberikan oleh guru.
b. Inquiry bebas ( Free inquiry)
Siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Siswa
harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik
permasalahan yang hendak diselidiki. Pelaksanaanya, melibatkan siswa
dalam kelompok tertentu. Setiap anggota kelompok memiliki tugas,
misalnya koordinator, pembimbing teknis, pencatatan data dan
mengevaluasi proses.
c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)
Guru memberikan permasalahan atau problem, selanjutnya siswa diminta
untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi, dan prosedur penelitian (E. Mulyasa, 2004: 109).
Model pembelajaran ini ada yang guided inquiry (penyelidikan terarah)
yaitu model dimana pengajar banyak meberikan pengarahan dan petunjuk baik
lewat prosedur yang lengkap maupun pertanyaan-pertanyaan pengarah selama
proses pembelajaran. Bentuk yang lain adalah open inquiry (penyelidikan
terbuka) pada model ini pembelajar diberi kebebasan dan inisiatif untuk
memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi (Soni dan
Syihab, 2010 : 18).
2.1.6 Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Joyce dan weil (2009) dalam Soni dan Syihab (2010: 18-19)
karakteristik Model Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri) meliputi
sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Sintaks
19. 16
Model pembelajaran latihan inkuiri ini memiliki lima fase sebagai
sintaks pembelajarannya. Adapun kelima fase tersebut adalah sebagai
berikut:
Fase 1: Berhadapan dengan masalah. Guru menjelaskan prosedur inkuiri
dan menyajikan peristiwa yang membingungkan.
Fase 2: Pengumpulan data untuk verifikasi. Menemukan sifat obyek dan
kondisi, menemukan terjadinya masalah.
Fase 3: Pengumpulan data dalam eksperimen. Mengenali variabel-
variabel yang relevan.
Fase 4: Merumuskan penjelasan. Merumuskan aturan-aturan atau
penjelasan-penjelasan.
Fase 5: Mengalisis proses inkuiri. Menganalisis strategi inkuiri dan
mengembangkannya.
Dari lima fase di atas, fase 2 dan 3 merupakan kegiatan eksplorasi
peserta didik, fase 4 adalah kegiatan elaborasi, dan pada fase 5, guru dapat
melakukan konfirmasi.
b. Sistem Sosial
Sistem sosial dalam model latihan inkuiri diharapkan bersifat
kooperatif. Meskipun model ini dapat sangat terstruktur dengan sistem
sosial yang dikendalikan guru, lingkungan intelektual terbuka bagi seluruh
gagasan yang relevan. Guru dan peserta didik berpartisipasi setara selama
menyangkut adanya gagasan-gagasan. Guru harus mendorong peserta
didik berinkuiri sebanyak-banyaknya. Ketika peserta didik belajar prinsip-
prinsip inkuiri, struktur dapat meluas hingga mencakup penggunaan
sumber belajar, dialog dengan peserta didik lain, melakukan percobaan,
dan diskusi dengan Guru.
c. Prinsip Reaksi
Reaksi yang paling penting yang harus diberikan Guru adalah pada
fase kedua dan ketiga. Pada fase kedua, Guru harus membantu peserta
didik melakukan inkuiri, tetapi bukan melakukan inkuiri sendiri untuk
keperluan mereka. Apabila Guru ditanya oleh peserta didik yang tidak bisa
dijawab “ya” atau “tidak”, Guru harus meminta peserta didik menata ulang
pertanyaan yang akan diajukannya agar dapat dijawab oleh Guru “ya” atau
“tidak” untuk menjaring mereka mengumpulkan data pada masalah yang
20. 17
akan diselesaikan. Pada fase terakhir, tugas Guru menjaga agar inkuiri
tetap terarah pada proses penyelidikan itu sendiri.
d. Sistem Pendukung
Pendukung yang paling optimal terhadap keterlaksanaan model
latihan inkuiri adalah adanya bahan-bahan yang akan digunakan pada saat
Guru menghadapkan peserta didik dengan masalah. Guru harus memahami
betul proses intelektual, strategi inkuiri, dan sumber-sumber belajar yang
ada dalam sebuah masalah.
e. Dampak Pembelajaran Langsung dan Iringan
Dalam penggunaannya, model ini memiliki dampak pengajaran
langsung dan iringan sebagai berikut:
Keterangan gambar:
Dampak langsung
Dampak iringan
Gambar 1. Dampak langsung dan iringan model latihan inkuiri
Menurut Sanjaya (2014) dalam Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 141-
142), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam pembelajaran
inkuiri, yaitu:
1. Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untu mencari
dan menemukan. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbal di dalam proses pembelajaran,
Model
Latihan
Inkuiri
Ketrampilan proses IPA
Strategi untuk penyelidikan kreatif
Semangat untuk berkreativitas
Kebebasan atau otonomi dalam
belajar
Toleran terhadap pendapat yang
berbeda
Menyadari bahwa pengetahuan itu
bersifat sementara
21. 18
tetapi siswa juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dan sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belajar). Dengan
demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru sebagai
sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
3. Tujuan dari penggunaan inkuiri dalam pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran dalam
metode inkuiri, akan tetapi bagaimana siswa dapat menggunakan
kemampuan yang dimilikinya secara optimal.
Menurut Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 151-152) tahapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inkuiri) yang diadaptasi dari model
inkuiri disajikan pada table di bawah ini sebagai berikut:
Table 8.2 Sintaks Model Inkuiri Terbimbing
Tahap Aktivitas Guru
Tahap 1
Identifikasi masalah dan
melakukan pengamatan
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau
fenomena dan siswa melakukan pengamatan
yang memungkinkan siswa menemukan
masalah.
Tahap 2
Mengajukan pertanyaan
Guru membimbing siswa mengajukan
pertanyaan berdasarkan kejadian dan
fenomena yang disajikan.
Tahap 3
Merencanakan
penyelidikan
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok kecil heterogen, membimbing
siswa untuk merencanakan penyelidikan,
membantu menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan dan menyusun prosedur kerja
yang tepat.
22. 19
Tahap 4
Mengumpulkan
data/informasi dan
melaksanakan
penyelidikan
Guru membimbing siswa melaksanakan
penyelidikan dan memfasilitasi
penguumpulan data.
Tahap 5
Menganalisis data
Guru membantu siswa menganalisis data
dengan berdiskusi dalam kelompoknya.
Tahap 6
Membuat kesimpulan
Guru membnatu siswa dalam membuat
kesimpulan betdasarkan hasil kegiatan
penyelidikan.
Tahap 7
Mengkomunikasikan hasil
Guru membimbing siswa dalam
mempresentasikan hasil kegiatan
penyelidikan yang telah dilakukan
Sintaks untuk ITM: Ini adalah rencana tindakan yang harus diikuti oleh
tancher saat menggunakan ITM di kelas. Ini dibagi menjadi lima tahap.
Tahap 1: Bertemu dengan masalah: Pada tahap ini guru menjelaskan aturan
model dan menyajikan situasi yang membingungkan atau bermasalah.
Tahap 2: Pengumpulan data-Verifikasi
Tahap 3: Pengumpulan data-Eksperimentasi
Pada fase 2 dan 3 siswa harus mengumpulkan data untuk analisis, verifikasi
dan eksperimen. Para siswa diminta untuk mengajukan serangkaian
pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru dapat menjawab hanya dengan 'ya
atau' tidak '. Ada tiga langkah berbeda dalam proses pengumpulan data:
(i) Memverifikasi sifat benda, kondisi dan sifat dan kejadian kejadian.
(ii) Mengisolasi variabel dan kondisi yang tidak relevan melalui eksperimen
dapat berupa dua tipe (a) verbal dan (b) manipulatif.
(iii) Hipotesis dan pengujian hubungan kausal melalui eksperimen.
Tahap 4: Perumusan Penjelasan: Pada fase ini siswa mencoba untuk
merumuskan penjelasan berdasarkan data yang dikumpulkan dalam Fase 2 dan
3.
Menurut teori Suchman, bangunan berlangsung di empat tingkat:
(a) Penyebab linier sederhana.
23. 20
(b) Teori-teori properti.
(c) Analisis.
(d) Penerapan generalisasi.
Tahap 5: Analisis Proses Penyelidikan: Dalam fase ini para siswa menganalisis
pola pikir mereka. Mereka mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang
berguna dalam menganalisis data dan yang tidak relevan. Hal ini terdapat pada:
According to Vanaja (1999: 40) that syntax for ITM: It ls the plan of action that a
tancher has to follow while using ITM in the classroom. It is divided Into five phases.
Phase 1: Encounterwith the problem: In this phase the teacher explains the rules of the
model and presents a puzzling or problem situation.
Phase 2: Data gathering-Verification
Phase 3: Data gathering-Experimentation
In phase 2 and 3 students have to gather data for analysis, verification and
experimentation. The students are required to ask series of questions such that the
teachercan answerby only 'yes or'no'.There are three distinct steps in the data gathering
process:
(iv) Verifying the nature of objects, conditions and properties and occurrence of event.
(v) Isolating the irrelevant variables and conditions through experimentation could be
of two-type (a) verbal and (b) manipulative.
(vi) Hypothesizing and testing causal relationships through experimentation.
Phase 4: Formulation of an Explanation:In this phase the students try to formulate an
explanation on the basis of the data gathered in Phases 2 and 3.
According to Suchman theory building takes place at four levels:
(a) Simple linear causation.
(b) Theories of properties.
(c) Analysis.
(d) Application of a generalization.
Phase 5: Analysisof Inquiry Process: In this phase the students analyze their patternsof
thinking. They identify the questions that were useful in analysing data and those that
were irrelevant.
Penjelasan berikut dari sintaks model pembelajaran inkuiri ilmiah
menurut Joyce, dkk., (2009) adalah: 1) Pada tahap pertama siswa
mempresentasikan bidang penelitian, yang mencakup metodologi yang
digunakan dalam penelitian. 2) Pada tahap kedua, masalah mulai diatur
sehingga siswa dapat mengidentifikasi masalah dalam penelitian. 3) Pada
tahap ketiga, siswa diminta untuk berspekulasi tentang masalah, sehingga
siswa dapat mengidentifikasi kesulitan yang terlibat dalam penelitian. 4) Pada
tahap empat, siswa diminta untuk berspekulasi tentang cara-cara untuk
24. 21
memperjelas kesulitan, dengan merancang Re-test, memproses data dengan
cara yang berbeda, menghasilkan data, mengembangkan konstruksi dan
sebagainya. Tugas guru adalah membimbing, melatih, dan mendidik penelitian
dengan menekankan proses penelitian dan membujuk siswa untuk
merefleksikan prosesnya. Guru harus berhati-hati bahwa mengidentifikasi
fakta bukanlah masalah utama yang harus ditekankan dalam penelitian.
Selanjutnya, hal yang paling penting dalam hal ini adalah bagaimana guru
dapat mendorong siswa untuk menghadapi pertanyaan penelitian yang
kompleks dan diteliti dengan baik. Hal ini terdapat pada:
The following explanation of the syntax of scientific inquiry learning model
according to joyce, et al (2009) are: 1) In the first stage students presented the field of
research, which includes the methodologies used in the study. 2) In the second stage,the
problem begins to be organized so that the student can identify the problem in the
research. 3) In the third stage, students are asked to speculate about the problem,so that
students can identify the difficulties involved in the research. 4) In stage four, students
are asked to speculate on ways to clarify the difficulty,by designing Re-test,process data
in different ways, generate data,develop constructs and so on. Teacher's job is to guide,
train, and educate research by emphasizing the research process and persuading
students to reflect on the process. Teachers should be careful that identifying facts is not
the main issue that should be emphasized in research. Furthermore, the most important
thing in this regard is how teachers can encourage students to deal with complex and
well-researched research questions (Hutahaean, et al, 2017: 31).
2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inquiry
Dalam Nurdin dan Adriantoni (2016: 218-219) model pembelajaran
inquiry memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan model
pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self concept” pada diri siswa
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih
baik.
b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
c. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap objektif, jujur dan terbuka.
d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
25. 22
e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i. Siswa dapat menghindari cara-cara belajar tradisional.
j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi (Roestiyah N.K.,: 76-77).
Keuntungan dari Inquiry dinyatakan oleh para sarjana berikut. Guru yang
menggunakan pembelajaran inkuiri dapat menghasilkan siswa yang memiliki
tingkat pengetahuan yang tinggi. (Liu, dkk, 2010). Selanjutnya, Inkuiri bisa
memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir (Rushton, dkk,
2011). Pembelajaran berbasis inkuiri, dapat meningkatkan keterampilan
proses ilmiah dan sikap siswa. Pembelajaran inkuiri dapat mendorong siswa
untuk berpikir secara aktif dan menarik kesimpulan (Daphne, dkk, 2009). Hal
ini terdapat pada:
In Adiasti,et al (2016: 46) the advantages ofInquiry are expressed by the following
scholars. Teacherswho use inquiry learning can produce students who have a high level
of knowledge.(Liu, et al, 2010). Next, Inquiry can facilitate students in improving
thinking ability (Rushton, et al, 2011). Inquiry-based learning, can improve scientific
process skills and students’ attitudes. Inquiry learning can encourage students to think
actively and draw conclusions (Daphne, et al, 2009).
Dampak positif yang lain dari penerapan pembelajaran inkuiri menurut
Suastra dalam Mustachfidoh, dkk. (2013) adalah:
(1) Berkurangnya miskonsepsi yang dibawa siswa sebelum pembelajaran,
(2) Peningkatan pada kemampuan siswa untuk mengintegrasikan konstruksi
pengetahuannya di laboratorium dengan konstruksi pengetahuannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Pardede dan Manurung (2016: 3) model pembelajaran inquiry
training memiliki kelebihan:
a. Dapat membangkitkan potensi intelektual siswa,
b. Peserta didik yang semula memperoleh extrinsic reward dalam
keberhasilan belajar (seperti mendapat nilai baik dari pengajar), dalam
pendekatan inkuiri ini dapat memperoleh intrinsic reward,
c. Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau
informasi) dari penemuan (discovery).
26. 23
Keunggulan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah efektif untuk
meningkatkan motivasi siswa. Hal ini karena siswa mempunyai tingkat
keterlibatan yang tinggi dalam proses pembelajaran, proses ini melibatkan
siswa untuk berusaha menemukan konsep atau pemahaman pada topik yang
diberikan guru. Selain itu, rasa ingin tahu siswa yang tinggi dari proses
pembelajaran tersebut (Eggen & Kauchak, 2012, p. 201). Selain memiliki
keunggulan, model pembelajaran inkuiri dapat mengakomodasi siswa dalam
melatihkan keterampilan proses sains melalui tahap pembelajaran yang
dimiliki (Iswatun, dkk., 2017: 151).
Di samping memiliki beberapa kelebihan, model inquiry juga mempunyai
beberapa kekurangan. Dalam Nurdin dan Adriantoni (2016: 219) berikut
kekurangan model inquiry:
a. Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus
berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan
baik.
b. Keadaan kelas di kita kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka metode
ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.
c. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses belajar
mengajar gaya lama maka metode inquiry ini akan mengecewakan.
d. Ada kritik, bahwa proses dalam metode inquiry terlalu mementingkan
proses pengertian saja, kurang memerhatikan perkembangan sikap dan
ketrampilan bagi siswa (Hanafiah, M., dan Cucu Suhana, M: 79).
Selain itu dalam Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 148-149) penggunaan
inkuiri terbimbing (guided inkuiri) juga mempunyai beberapa kelemahan
antara lain:
a. Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama.
b. Inkuiri terbimbing (guided inkuiri) sering bergantung pada kemampuan
matematika siswa, kemampuan bahasa siswa, ketrampilan belajar mandiri
dan self-management.
c. Siswa yang aktif mungkin tetap tidak paham atau mengenali konsep dasar,
aturan dan prinsip, serta siswa sering kesulitan untuk membuat pendapat,
membuat hipotesis, membuat rancangan percobaan dan menarik
kesimpulan.
27. 24
2.2 Kajian Kritis
Inquiry merupakan salah satu model pembelajaran untuk mendapatkan
informasi, menemukan, dan mendalami suatu konsep atau untuk memecahkan suatu
permasalahan secara sistematis, kritis, logis, analitis, dan ilmiah. Inquiry merupakan
sebuah model pembelajaran yang mempersiapkan situasi ilmiah bagi siswa untuk
melakukan eksperimen sendiri dalam asrti luas, ingin melihat apa yang terjadi, dan
mencari jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Tujuan utama model
inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan
keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan
jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Adapun prinsip model pembelajaran inquiry yaitu:
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama model inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.
Dengan demikian selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada
proses belajar.
2. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa
dengan lingkungan.
3. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam model inkuiri adalah guru sebagai
penanya.
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think), yaitu proses mengembangkan potensi seluruh
otak.
5. Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan, oleh sebab itu
siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan
kemampuan logika dan nalarnya.
Pembelajaran melalui proses penyelidikan akhirnya sampai kepada isi
pengetahuan itu sendiri. Jadi, tujuan umum dari model latihan inkuiri adalah
membantu peserta didik mengembangkan keterampilan intelektual dan
28. 25
keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan
(mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka.
Secara umum, langkah-langkah model pembelajaran inquiry sebagai berikut :
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
b. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual.
c. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
d. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
Model inquiry terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Inquiry terpimpin (Guide inquiry)
Sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Siswa tidak merumuskan
permasalahan. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan
mencatat data diberikan oleh guru.
2. Inquiry bebas ( Free inquiry)
29. 26
Melibatkan siswa dalam kelompok tertentu karena siswa melakukan
penelitiannya sendiri. Setiap anggota kelompok memiliki tugas, misalnya
koordinator, pembimbing teknis, pencatatan data dan mengevaluasi proses.
3. Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)
Guru memberikan permasalahan atau problem, selanjutnya siswa diminta untuk
memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan
prosedur penelitian.
Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry meliputi sintaks, sistem sosial,
prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran inquiry dapat mengembangkan konsep yang
mendasar pada diri siswa, daya ingatan siswa akan lebih baik, dan dapat
mengembangkan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajarnya, serta melatih siswa
untuk belajar sendiri. Model inquiry ini akan dapat membantu tercapainya tujuan
pengajaran yang diinginkan oleh pengajar. Adapun kelemahan model ini adalah
bahwa para pendidik dituntut benar-benar menguasai konsep-konsep dasar, harus
pandai merangsang siswa, tujuan yang diinginkan harus benar-benar jelas serta
pendidik dituntut untuk memberi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengarahka n
pada tujuan.
30. 27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
inquiry merupakan model pembelajaran student centered, di mana guru melibatkan
kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan
secara sistematik, yang meliputi kegiatan bertanya, merumuskan permasalahan,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik
kesimpulan, berdiskusi dan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih
aktif dan guru hanya berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk
terampil berpikir karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil
secara fisik. Model ini memiliki sintak yang sesuai dengan pembelajaran saintifik
yaitu mengamati, menanya, mencoba, menganalisis dan mengkomunikasikan,
namun bukan berarti model yang lain tidak dapat digunakan.
Yang utama dari model pembelajaran inquiry adalah mengunakan pendekatan
induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat kepada keaktifan siswa. Jadi
bukan pembelajaran yang berpusat pada guru, melainkan kepada siswa. Itulah
sebabnya model pembelajaran ini sangat dekat dengan prinsip kontruktivistik, di
mana pengetahuan itu dikontruksi oleh siswa. Inti dari model pembelajaran ini
adalah isi dan proses penyelidikan diajarkan bersama dalam waktu bersamaan. Siswa
melalui proses penyelidikan akhirnya sampai kepada isi pengetahuan itu sendiri.
Dalam praktiknya, kita sebagai guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Dalam memilih
model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi
bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
3.2 Saran
Upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai daripembenahan
kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harusdimiliki guru adalah bagaimana
merancang suatu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi
yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu
strategi tertentu.
Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah mendorong siswa untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir dengan memberikan
31. 28
pertanyaan–pertanyaan. Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses
mencari dan menemukan. Peran siswa dalam model ini adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing siswa untuk belajar. Model pembelajaran inkuiri cocok digunakan
pada materi–materi yang dekat dengan kehidupan sehari – hari.
32. iv
DAFTAR PUSTAKA
Adiasti, N., et al. 2016. The Implementation of Inquiry Learning With Setting
Cooperative Model Type Group Investigation to Enhance Activity and Learning
Outcomes for the Fifth Grade Students. IOSR Journal of Research & Method in
Education (IOSR-JRME) e-ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X, 6(3), pp. 6-
50.
Andiasari, Liena. 2015. Penggunaan Model Inquiry dengan Metode Eksperimen dalam
Pembelajaran IPA di SMPN 10 Probolinggo. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan
Pendidikan ISSN: 2337-7623; EISSN: 2337-7615, 3(1), hal. 15-20.
Avsec, S. and Kocijancic, S. 2014. Effectveness of Inquiry-Based Learning: How do
Middle School Students Learn to Maximise the Efficacy of a Water Turbine?.
International Journal of Engineering Education, 30(6), pp. 1436-1449.
Caswell, C.J. and LaBrie, D. J. 2017. Inquiry Based Learning from the Learner’s Point
of View: A Teacher Candidate’s Success Story. Journal of Humanistic
Mathematics, 7(2), pp. 161-186.
Hutahaean, R., et al. 2017. The Effect of Scientific Inquiry Learning Model Using
Macromedia Flash on Student’s Concept Understanding and Science Process
Skills in Senior High School. IOSR Journal of Research & Method in Education
(IOSR-JRME) e-ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X, 7(4), pp. 29-37.
Indahwati, dkk. 2012. Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep
Dan Teknik Puzzle Ditinjau Dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar Dan
Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri ISSN: 2252-7893, 1(3), hal. 258-265.
Iswatun, dkk. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan KPS dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Inovasi
Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 (print), ISSN 2477-4820 (online), 3(2), hal. 150-
160.
Mustachfidoh, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Prestasi
Belajar Biologi Ditinjau Dari Inteligensi Siswa SMA Negeri 1 Srono. e-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan
Sains, 3.
Nurdin, Syafruddin dan Adriantoni. 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.
33. v
Nurdyansyah dan Fahyuni, E. Fariyatul. 2016. Inovasi Model Pembelajaran: Sesuai
Kurikulum 2013. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Pardede, D. M. dan Manurung, S. R. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry
Training dan Motivasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan
Fisika p-ISSN 2252-732X e-ISSN 2301-7651, 5(1), hal. 1-6.
Queen, J. Allen. 2009. The Block Scheduling Handbook. United States of America:
Corwin Press.
Sani, R.A. dan Syihab, MZAT. 2010. Pengaruh Pembelajaran Inquiry Training (Latihan
Inkuiri) Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Tanjung Beringin. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281,
2(2), hal. 16-22.
Smallhorn, M., et al. 2015. Inquiry-Based Learning to Improve Student Engagement in
A Large First Year Topic. Student Success ISSN: 2205-0795, 6(2), pp. 65-71.
Tim Dosen. 2015. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI
Sumedang Press.
Vanaja, M. 1999. Inquiry Training Model. New Delhi: Discovery Publishing House.
Yamin, Martinis dan Maisah. 2012. Orientasi Baru Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Referensi.