Tiga artikel ini membahas pendekatan pembelajaran konstruktivis dan penerapannya dalam pembelajaran biologi. Artikel pertama meneliti pengaruh penggunaan modul berbasis siklus belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA pada biologi. Artikel kedua menjelaskan empat kriteria penting konstruktivisme dalam pembelajaran ilmu alam di perguruan tinggi. Artikel ketiga mengkaji persepsi guru SMA di Kenya terhadap
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2.
Antis
1
Antis
2
Antis
3
Analisis kritis
Pengembangan Pembelajaran Biologi
Dengan Menggunakan Modul
Berorientasi Siklus Belajar Dan
Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar
Siswa Di SMA . ISSN 0215 – 8250. No. 3
TH. XXXIX Juli 2006
A Field Guide to Constructivism in the
College Science Classroom: Four
Essential Criteria and a Guide to Their
Usage. Bioscene: Journal of College
Biology Teaching. v38 n2 p31-35 Dec
2012.
Secondary School Teachers’ Perceptions
of a Biology Constructivist Learning
Environment in Gem District, Kenya. P-
ISSN 0976-4089; E-ISSN 2277-1557
IJERT: Volume 4 [2] June 2013: 01 –
06.
3.
Untuk mengetahui bagimana prestasi hasil belajar siswa
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivis
yang berorientasi pada siklus belajar pada pembelajaran Biologi
siswa SMA.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penelitian tentang
presepsi guru sekolah menengah terhadap lingkungan
pembelajaran konstruktivis Biologi di daerah kecil di Kenya.
Tujuan utama adalah untuk memberikan teori penelitian yang
berbasis keriteria penting dari konstruktivisme dengan cara
yang dapat digunakan dalam kelas biologi. Dengan harapan
dapat diterapkan untuk Universitas Pendidikan Biologi dan
praktisi pendidikan konstruktivisme dalam kegiatan
pendidikan.
Tujuan penulisan
4.
Citrawathi, Desak, Made. 2006. Pengembangan
Pembelajaran Biologi Dengan Menggunakan Modul
Berorientasi Siklus Belajar Dan Pengaruhnya Terhadap
Hasil Belajar Siswa Di SMA. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran IKIP Negeri Singaraja ISSN 0215 – 8250.
No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
Artikel 1
5.
Hasil belajar siswa belum optimal model
pembelajaran yang dianut para guru didasarkan
pada asumsi tersembunyi bahwa “pengetahuan
dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke
pikiran siswa”.
Secara alamiah siswa datang ke sekolah dengan
membawa pengalaman/fenomena dari alam sekitar
menafsirkan berdasarkan domain kognitif.
Siswa terkadang memiliki miskonsepsi terhadap
ilmu pengetahuan perlu menghapus miskonsepsi
= prestasi belajar meningkat (waras, 197).
Fakta unik:
6.
Menurut pandangan kontruktivisme Struktur
kognitif itu “priorknowledge.
guru harus menginventarisir dan mengidentifikasi
konsepsi siswa, kemudian merencanakan suatu
strategi “conceptual change” yang tepat dalam rangka
mengkonstruksi pengetahuan siswa menjadi
pengetahuan ilmiah.
7.
Strategi pembelajaran yang direncanakan adalah yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk memeriksa
tepat tidaknya konsepsi mereka melalui argumentasi dan
refleksi mengenai alasan-alasannya.
Konsep siswa diperoleh melalui diskusi dan argumentasi
mengenai konsep yang berasal dari siswa lain. Salah satu
strategi yang digunakan adalah siklus belajar.
Siklus belajar memiliki tiga tahapan yaitu
eksplorasi, pengenalan istilah, dan penerapan atau
aplikasi konsep (Lowson 1988).
8.
R. Todd Hartle, Sandhya Baviskar, and Rosemary
Smith. A Field Guide to Constructivism in the College
Science Classroom: Four Essential Criteria and a Guide to
Their Usage. Bioscene: Journal of College Biology
Teaching, v38 n2 p31-35 Dec 2012.
Artikel 2
9. Konsturktivisme merupakan salah satu hal yang penting
dalam teori pembelajaran saat ini. Ini adalah dasar dari
metode pembelajaran inkuiri.
Konstruktivsime juga digunakan sebagai kerangka
teoritis dari beberapa penelitian dalam studi Biology
Konstruktivisme adalah teori belajar student center
Ada 4 kriteria penting untuk mengidentifikasi dan menilai
konsturktivisme adalah sebagai berikut: 1) memunculkan
pengetahuan sebelumnya, 2) menicptakan disonansi
kognitif, 3) menerapkan pengetahuan baru dengan
feadback, dan 4) metakognis (refleksi diri)
fakta-fakta unik
10.
Ongowo. O. RICHARD. 2013. Secondary School
Teachers’ Perceptions of a Biology Constructivist
Learning Environment in Gem District, Kenya.
International Journal of Educational Research and
Technology. P-ISSN 0976-4089; E-ISSN 2277-1557
IJERT: Volume 4 [2] June 2013: 01 – 06.
Artikel 3
11.
Guru memegang peranan penting terhadap kualitas
pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas. Aubusson
and Watson (2003).
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Pekel demir and
Yildiz (2006) mengatakan bahwa guru penting untuk
mempersiapkan pembelajaran, kebiaasaan atau fasilitas
belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh adeyemo (2011)
mengatakan bahwa presepsi mengajar guru untuk
sebagian besar menentukan tingkat pemahaman yang
dicapai oleh anak didiknya pada saat yang sama, presepsi
guru adalah input pendidikan yang paling penting
memprediksi prestasi siswa.
Fakta-fakta Unik
12.
Lingkungan belajar konstruktivistik memainkan peran
yang penting dalam pembelajaran bermakna,
memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, berfikir kreatif dan keterampilan
berfikir kritis.
Menurut Akinbobola dan afolabi (2010) lingkungan
pembelajaran konstruktivsitik guru memiliki peran untuk
melayani sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Guru memberikan pengalaman kepada siswa yang
memungkinkan mereka untuk menggunakan
keterampilan proses sains.
13.
Pintrich, mary, and Boyle (1993) beranggapan bahwa
konstruktivsitik memegang peranan dalam kelas dan
didefinisikan oleh enam struktur sebagai berikut: struktur
tugas, struktur otoritas, evaluasi, pengelolaan kelas,model
pembelajaran dan scaffolding.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa sebelum siswa
membangun ide baru dan konsep baru,siswa terlebih
dahulu menggunakan pengetahuan mereka setelah
proses “balancing mental” tidak menggunakan informasi
dari guru mereka (Ben-Ari, 2001; Hsu, 2004).
14.
Bagaimana ketersediaan penelitian pendukung yang menyatakan
bahwa dengan menggunakan modul yang beorientasi pada siklus
belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
Mengapa yang dikembangkan adalah bahan ajar, mengapa tidak
dengan perangkat pembelajaran?
Bagaimanakah mengukur pembelajaran dengan menggunakan
konstruktivis yang sesuai dengan konsep utama dalam
pembelajaran konstrutivis (tidak berlebihan dan tidak
kekurangan)?
Mengaktifkan siswa dalam sebuah kerja kelompok atau
diskusi, bukanlah kegaitan yang mudah, karena keterlibatan siswa
harus betul-betul disamakan, sehingga terjadi interkasi yang baik.
Apakah terdapat kiat-kiat tersendiri dalam menyelsaian
permasalahan tersebut?
Pertanyaan yang
dimunculkan
15.
Apakah peneliti memperhitungkan latar belakang
pendidikan guru dan lama masa bakti (pengalaman
mengajar)?
Bagaimana gambaran kondisi sekolah yang dipilih
sebagai sampel penelitian?
16.
Prestasi belajar yang baik diasumsikan karena konsep yang di
miliki siswa adalah dengan pendekatan konstruktivis melalui
modul pembelajaran yang berbasis siklus belajar, dimana siswa
dapat dengan mudah mempelajari konsep dan siswa termotivasi.
Motivasi yang dimiliki siswa bersumber dari pengetahuan awal
siswa yang kemudian mereka komunikasikan kepada teman-
teman mereka untuk mendaptkan umpan balik dari apa yang telah
mereka pahami sebelumnya.
Model pembelajan yang berorinetasi pada siklus belajar telah
menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan mereka
lebih mandiri dalam belajar.
Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan
pengarah dalam pembelajaran, sehingga keberadaan guru tetapi
menjadi faktor terpenting dalam keberhasilan pembelajaran.
Konsep utama
17.
Model pembelajaran Inkuiri basicnya pada konstruktivis.
Pembelajaran konstruktivistik mengarahkan siswa bagaimana
mengkonstruk pengetahuan siswa yang sebelumnya telah mereka
miliki, sehingga active learning dapat tercapai dan kondisi
pembelajaran tidak lagi menjadi teacher center.
Pembelajaran konstruktivistik tidak harus dilakukan di dalam
kelas, di luar kelas dapat dilaksanakan.
Guru merangsang pengetahuan siswa melalui permasalahan yang
ditemukan oleh siswa sendiri dan guru mengarahkannya untuk
menyelesaikan masalah tersebut baik secara sendiri ataupun
dengan diskusi kelompok. Hasil yang didapatkan menjadi
pengetahuan dan ide-ide baru dari siswa dan guru membantu
memberikan penyelesaian atau pencerahan terhadap jawaban yang
telah dibuat oleh siswa. (pembelajaran bermakna).
18.
Seperti apakah pembelajaran yang berbasis
konstruktivistik yang akan saya ajarkan pada jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Atas?
Pendekatan konstruktivistik mendukung pembelajaran
yang berpusat pada siswa,
Kegiatan yang dilakukan untuk mengkonstruk
pemahaman siswa yang sebulmnya telah ada dapat
dilakukan dengan cara prsentasi dan diskusi kelompok,
kesimpulan yang mereka dapatkan dapat dijadikan
sebagai kesimpulan sementara mereka dan guru yang
bertindak sebagai fasilitator untuk memberikan
penguatan terhadap kesimpulan yang telah mereka buat.
Refleksi diri