SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
KEGIATAN BELAJAR 4
Bahan Pakan Konsentrat dan Uji Kualitas Bahan Pakan
Ruminansia
1
KEGIATAN BELAJAR 4: BAHAN PAKAN KONSENTRAT DAN UJI
KUALITAS BAHAN PAKAN RUMINANSIA PERAH
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Tenak perah akan memproduksi susu dengan kualitas yang lebih baik
ketika diberi pakan hijauan, namun pada beberapa kondisi ternak perah juga perlu
diberi pakan penguat atau konsentrat. Pakan konsentrat ini kaya akan energi
sehingga pemberian pakan ke ternak perah akan diformulasikan sesuai dengan
imbangan nutrient yang dibutuhkan. Pengujian kualitas nutrisi bahan pakan dapat
dilakukan berdasarkan analisis proksimat yang meliputi persentase Bahan Kering
(BK), Protein Kasar (PK), Lemak Kasar (LK), Serta Kasar (SK), Abu, dan Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN). Dalam modul ini juga diberikan beberapa
contoh formulasi ransum sapi perah dengan bahan hijauan dan konsentrat.
2. Relevansi
Modul 2 KB 4 ini akan melengkapi KB-KB sebelumnya mengenai bahan
pakan untuk sapi perah. Macam-macam jenis konsentrat serta formulasi ransum
akan dibahas di modul ini. Dalam KB 4 ini peserta didik akan diminta
mengerjakan tugas akhir yang merupakan gabungan materi dari KB 1 sampai KB
4.
3. Petunjuk Belajar
Peserta didik dapat menggunakan modul ini sebagai acuan dalam
pemahaman materi pakan konsentrat dan uji kualitas nutrisi pakan. Tes formatif
disediakan untuk peserta didik guna mengukur pemahaman materi dari modul ini.
Tugas dan forum diskusi dalam modul ini juga disajikan untuk memperluas
wawasan peserta didik yang dapat dikerjakan secara individu maupun kelompok.
Poin-poin inti materi disajikan dalam rangkuman. Link-link yang berisikan
contoh-contoh dan materi lebih luas dapat diakses sebagai referensi tambahan.
2
Selain modul ini, peserta didik juga dapat menggunakan referensi lain berupa
buku teks, jurnal hasil penelitian dan juga artikel ilmiah lainnya yang mendukung
proses pembelajaran. Tes sumatif disajikan untuk mengevaluasi pemahaman
menyeluruh tentang materi yang ada di modul Agribisnis Ternak Perah.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Mampu menganalisis prinsip agribisnis ternak ruminansia dan aplikasinya
dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak.
2. Sub Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti pertemuan ini, peserta didik diharapkan mampu
mendeskripsikan berbagai bahan pakan konsentrat dan kandungan nutrisinya.
Selain itu peserta didik juga diharapkan dapat melakukan menyeleksi bahan pakan
konsentrat untuk memformulasikan ransum sapi perah berdasarkan imbangan
hijauan : konsentrat yang sesuai.
3. Uraian Materi
Pakan Konsentrat dan Jenis-jenisnya
Konsentrat merupakan pakan yang rendah serat, kaya energi, dan memiliki
kadar protein yang beragam (rendah, sedang, dan tinggi). Konsentrat digunakan
dalam ransum untuk meningkatkan kandungan energi dalam pakan sapi perah dan
juga sebagai pelengkap nutrisi hijauan. Adapun nutrien yang ada dalam konsentrat
yaitu energi berupa Non Fiber Carbohydrate (NFC) dan lemak, protein, serat
(ADF dan NDF), makromineral (kalsium, fosfor, magnesium, potasium, sodium,
sulful, dan chloride), mikromineral (manganese, copper, zinc, iron, selenium,
cobalt, dan iodine) dan vitamin larut lemak (ADEK). Menurut SNI 3148-1:2017
konsentrat adalah pakan yang tinggi protein dan atau energi dan dapat
mengandung pelengkap (feed supplement) dan atau imbuhan (feed aditive). Untuk
sapi perah, pakan konsentrat dibedakan berdasarkan umur yaitu:
3
1. Konsentrat pemula 1, yaitu untuk sapi perah umur 1 sampai 4 minggu.
2. Konsentrat pemula 2, yaitu untuk sapi perah umur setelah 1 bulan sampai
6 bulan.
3. Konsentrat dara adalah pakan konsentrat untuk sapi perah mulai umur 7
bulan sampai dengan 18 bulan.
4. Konsentrat laktasi pakan konsentrat untuk sapi perah setelah beranak
sampai kering bunting.
5. Konsentrat laktasi produksi tinggi adalah pakan konsentrat untuk periode
sapi perah setelah beranak sampai kering bunting dengan produksi susu
rata-rata 20 liter per hari.
6. Konsentrat kering bunting adalah pakan konsentrat untuk sapi perah
periode 2 bulan sebelum beranak.
7. Konsentrat sapi perah pejantan adalah pakan konsentrat yang diperlukan
untuk sapi perah pejantan.
Masing-masing kategori konsentrat sapi perah kemudian dibakukan mutu
konsentrat tersebut untuk mencapai standar minimum kualitas pakan. Hal ini
diberlakukan supaya pakan konsentrat tersebut mampu memenuhi kebutuhan sapi
perah berdasarkan umur, jenis kelamin dan status fisiologis. Adapun persyaratan
mutu konsentrat sapi perah berdasarkan SNI disajikan Tabel 17.
Tabel 1 Persyaratan mutu konsentrat sapi perah
No
Jenis pakan
konsentrat
Persyaratan
Kadar air
(maks,
%)
Kadar
abu
(maks,
%)
Protein
kasar
(min,
%)
Lemak
kasar
(maks,
%)
Kalsium
(Ca,%)
Fosfor
(P,%)
NDF
(maks,%
)
UDP
(min,
%)
Total
aflatoksin
(maks,µg/kg
TDN
(min,
%)
1 Pemula-1 14,00 10,00 21,00 12,00 0,70-
0,90
0,40-
0,60
15,00 TD 50 80
2 Pemula-2 14,00 10,00 16,00 7,00 0,60-
0,80
0,40-
0,60
20,00 6,40 100 70
3 Dara 14,00 10,00 15,00 7,00 0,60-
1,00
0,40-
0,60
30,00 6,00 200 70
4 Laktasi 14,00 10,00 14,00 7,00 0,60-
1,20
0,40-
0,60
35,00 5,60 100 68
5 Laktasi
produksi
tinggi
14,00 10,00 18,00 7,00 0,80-
1,30
0,40-
0,80
33,00 7,20 100 68
6 Kering
bunting
14,00 10,00 16,00 7,00 0,80-
1,20
0,40-
0,80
33,00 6,40 100 68
7 Sapi perah
pejantan
14,00 12,00 12,00 6,00 0,60-
0,80
0,30-
0,60
35,00 4,80 200 65
Ket: TD= tidak dipersyaratkan
4
Setelah Kita mengetahui apa itu konsentrat dan persyaratan mutu
konsentrat, selanjutnya kita akan membahas bahan-bahan pakan yang dapat
digunakan untuk membuat konsentrat. Pakan konsentrat lebih mudah dicerna di
dalam rumen dan tinggi akan energi dan protein dibandingkan dengan hijauan.
Pakan konsentrat tersusun dari berbagai macam bahan, ada yang dari biji-bijian
(biji jagung), limbah industri pertanian (bungkil kelapa, bungkil kedelai, dan lain-
lain), dan bahan pakan konsentrat asal hewan misalnya tepung ikan. Berdasarkan
kandungan nutrien yang dominan, pakan konsentrat dibedakan menjadi konsentrat
sumber energi dan sumber protein (SNV, 2017).
1. Konsentrat sumber energi
Konsentrat jenis ini banyak berasak dari biji-bijian (jagung, sorgum,
gandum, oat, dan barley), hasil samping pengolahan biji-bijian (dedak gandum,
dedak padi, dan dedak jagung), umbi-umbian (singkong dan kentang), limbah
industri gula (molases), hasil samping industri bir (ampas bir), limbah
pengolahan sawit pelepah dan Crude Palm Oil (CPO) (SNV, 2017).
2. Konsnetrat sumber protein
Konsnetrat yang tinggi protein banyak diperoleh dari hasil samping
pengolahan minyak seperti minyak kedelai menghasilkan bungkil kedelai,
minyak kelapa menghasilkan bungkil kelapa, minyak biji bunga matahari
menghasilkan bungkil biji bunga matahari, dan bungkil kacang tanah. Selain itu
limbah industri tahu yaitu ampas tahu. Selain dari tanaman konsentrat sumber
protein juga berasal dari hewan ternak misalnya tepung darah, tepung tulang,
tepung bulu, dan tepung ikan (SNV, 2017).
Konsentrat dari biji-bijian misalnya biji jagung, gandum, dan barley
banyak digunakan karena mengandung energi tinggi dan rendah kandungan serat
dan protein. Energi yang ada pada konsentrat biji-bijian ini dalam bentuk lemak,
pati (80%) dan gula. Biji jagung yang digunakan untuk pangan maupun pakan
dibedakan menjadi jagung Quality Protein Maize (QPM) dan jagung biasa, kedua
jenis jagung ini memiliki protein yang berbeda QPM berprotein 82% sedangkan
jagung biasa 32%. Jagung juga mengandung asam lemak jenuh (palmitat dan
stearat) dan asam lemak tidak jenuh (oleat dan linoleat). Vitamin A dan E juga
5
terkandung dalam biji jagung. Selain itu mineral esensial seperti K, Na, P, Ca, dan
Fe (Suarni dan Widowati, 2016). Berdasarkan analisis proksimat komposisi
nutrisi biji jagung adalah BK 86%, abu 2.15%, PK 10.8%, LK 4.28%, SK 3.53%,
BetaN 80.2, TDN 80.8%, Ca 0.23%, dan P 0.41% (Dairy feed online, 2017).
Gambar 1. Biji jagung sebagai pakan
Sumber: http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id
Biji kedelai adalah pakan yang mengandung sumber protein tinggi.
Penggunaan biji kedelai dipakan dibatasi karena mengandung antitripsin. Adapun
komposisi nutrisi biji kedelai adalah BK 89.5%, abu 7.74%, PK 41.2%, LK
17.6%, SK 7.91%, BetaN 25.6%, TDN 92.8%, kalsium 0.39%, dan fosfor 0.84%
(Dairy feed online, 2017).
Dedak padi merupakan bahan pakan sumber energi hasil penggilingan padi.
Dedak padi dan bekatul sama-sama hasil penggilingan padi, namun bekatul
memiliki pecahan beras yang lebih banyak. Di dalam gabah padi sendiri terdapat
butiran padi dan lapisan kulit (sekam) yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
luar (hull) dan lapisan dalam (bran). Dalam proses penggilingan kemudian
dilakukan penyosohan/pemutihan untuk menghasilkan beras. Proses penyosohan
pertama akan menghasilkan dedak kasar dan pada penyosohan kedua akan
menghasilkan bekatul. Berdasarkan banyak sedikitnya sekam yang tercampur,
dedak padi dibedakan menjadi dedak padi kasar dan dedak padi halus. Dedak padi
halus mengandung butiran beras lebih banyak serta sekam yang lebih sedikit,
sedangkan dedak padi kasar mengandung butiran beras yang lebih sedikit dan
6
mengandung sekam yang lebih banyak. Penggunaan dedak padi dalam ransum
sapi perah bisa mencapai 30%. Pemalsuan terhadap dedak padi dengan sekam
dapat menurunkan kualitas dedak tersebut sehingga dapat menurunkan kualitas
ransum. Adapun kandungan nutrien dedak padi adalah BK 87.7%, PK 12%, abu
13.6%, LK 8.64%, SK 13.9%, BetaN 50.9%, TDN 67.9%, kalsium 0.09%, dan
fosfor 1.39% (Dairy feed online, 2017).
Gambar 2. Proses pengolahan tanaman padi menjadi beras menghasilkan produk
samping berupa sekam dan dedak
Sumber: IRRI (2019)
Gambar 3. Ilustrasi proses penggilingan padi
Sumber: IRRI (2019)
7
Bekatul adalah lapisan luar beras (kulit ari) yang terlepas menjadi serbuk
dan sebagian endosperm ikut menjadi hasil samping penggilingan gabah menjadi
beras (Hadipernata, 2007). Bekatul ini berwarna coklat muda sampai krem. Pada
proses penggilingan padi akan dihasilkan bekatul sebanyak 8-12%. Protein dalam
bekatul sebesar 13.11 - 17.19%, lemak 2.52 - 5.05%, dan karbohidrat 67,58 -
72,74%.
Gambar 4. Kandungan kadar air bekatul dari beberapa varietas padi
Sumber: Luthfianto et al. (2017)
Gambar 5. Kandungan serat kasar bekatul dari beberapa varietas padi
Sumber: Luthfianto et al. (2017)
8
Bekatul Dedak padi halus
Dedak padi kasar Dedak jagung
Gambar 6. Berbagai macam dedak
Sumber: Dairy feed online (2017)
Singkong, gaplek dan onggok. Ketiga jenis bahan pakan ini adalah sumber
energi yang merupakan bahan baku dan limbah industri tapioka. Singkong
merupakan sumber energi yang sangat baik bagi sapi perah. Pemberian singkong
dengan kulitnya dapat meningkatkan kandungan protein karena kulit singkong
berprotein lebih tinggi dari pada ubinya. Gaplek adalah singkong kering untuk
bahan baku tapioka, dengan kandungan protein yang lebih rendah dari pada
singkong utuh. Onggok adalah limbah pembuatan tapioka dengan kualitas yang
sangat beragam bergantung kadar air dan kontaminan. Kadungan nutrisi singkong,
gaplek dan onggok dapat dikases di halaman website http://Dairy Feed
Online.ipb.ac.id/feeds/group/2?page=2
Gambar 7. Onggok
9
Sumber: Dairy feed online (2017)
Pollard adalah produk yang dihasilkan pada pengolahan gandum. Pollard
memiliki kandungan energi yang baik yaitu dari pati kulit gandum. Kandungan
nutrisi pollard adalah BK 88.5%, abu 5.93%, PK 18.5%, LK 3.86%, SK 9.78%,
BetaN 61.9%, TDN 69.2%, kalsium 0.23%, dan fosfor 1.1%. Penggunaan pollard
perlu dibatasi karena pollard memiliki sifat pencahar. Beberapa referensi
menyebutkan pollard memiliki energi termetabolis sebanyak 1300 kkal/kg, PK
15%, LK 4,0%, dan SK 10% (Scott et al., l982). NRC (l984) menjelaskan bahwa
kandungan energi termetabolis pollard sebanyak 1300 kkal/kg, protein 15,70%
(lebih tinggi dari sumber lain), lemak kasar 3,0%, dan serat kasar 11%. Perbedaan
kandungan nutrien pollard ini bergantung dari kualitas pollard sendiri bahkan
pencampuran pollard dengan dedak padi juga akan menurunkan kualitas pollard.
Bungkil kedelai merupakan limbah pengolahan minyak kedelai. Bungkin
kedelai ini memiliki kandungan protein tinggi sehingga dijadikan sebagai pakan
sumber protein. Adapun kandungan nutrisi bungkil kedelai adalah PK 48%, LK
0.51%, SK 0.41%, kalsium 0.41%, fosfor 0.67%, dan energi termetabolis
sebanyak 2290 kkal/kg (Scott et al., 1982). Bungkil kedelai ini memiliki
antinutrisi yaitu tripsin inhibitor. Pengolahan seperti pemanasan mampu
menghilangkan anti nutrisi tersebut. Meskipun kandungan protein bungkil kedelai
tinggi, namun kurang efektif untuk pakan ruminansia karena sebagian besar
protein akan terfermentasi di rumen oleh mikroba rumen. Untuk melindungi
protein dalam bungkil kedelai dapat dilakukan proteksi dengan pemberian tanin,
formalin dan kapsulasi. Berdasarkan SNI 4227:2013 mutu bungkil kedelai
disajikan pada Tabel 18.
Tabel 2. Persyaratan mutu bungkil kedelai
Parameter Persyaratan
Mutu I Mutu II
Kadar air maks (%) 12 13
Abu maks (%) 6 8
Protein kasar (min) % 46 42
Lemak Kasar maks (%) 2 3
Serat kasar maks (%) 5 7
Kelarutan protein dalam KOH (%) 70 - 85 70 - 85
Sumber: SNI 4227:2013
10
Bungkil kelapa adalah limbah hasil pengolahan kelapa menjadi minyak
kelapa. Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum perlu diperhatikan karena
bungkil kedelai bisa mengandung lemak tinggi jika proses pembuatan minyak
kedelai tidak sempurna. Mutu bungkil kelapa dibedakan menjadi mutu 1 yaitu
bungkil kepala hasil ekstraksi dan mutu 2 adalah bungkil kelapa hasil pemerasan
secara mekanik. Adapun persyaratan mutu bungkil kelapa disajikan pada Tabel
19.
Tabel 3. Persyaratan mutu bungkil kelapa
Parameter Persyaratan
Mutu I Mutu II
Kadar air maks (%) 12 12
Protein kasar min (%) 20 18
Serat kasar maks % 14 16
Abu maks (%) 7 8
Lemak Kasar maks (%) 6 12
Asam lemak bebas maks (%) 7 9
Aflatoksin (µg/kg) 50 100
Sumber: SNI 2904:2014
Tepung ikan adalah bahan pakan asal hewani yang merupakan sumber
protein. Dalam penyusunan ransum, penggunaan tepung ikan dibatasi tidak lebih
dari 10%, karena dapat mempengaruhi aroma daging dan telur. Tepung ikan
dibuat dari berbagai macam ikan seperti ikan teri, kepala, tubuh, kerangka dan
ekor ikan.
Tepung bulu adalah bahan pakan hasil olahan bulu unggas yang diperoleh
dari unggas sehat dan bersih dari rumah potong ayam kemudian dimasak dengan
tekanan. Tepung bulu unggas ini dikategorikan menjadi tepung bulu yang
dihidrolisis dan tepung yang tidak dihidrolisis. Persyaratan mutu tepung bulu
berdasarkan SNI 7993:2014 disajikan pada Tabel 20.
Tabel 4. Persyaratan mutu tepung bulu
Parameter Tepung bulu tanpa hidrolisis Tepung bulu
dengan hidrolisisMutu I Mutu II
Kadar air maks (%) 10 10 10
Abu maks (%) 4 6 4
Protein kasar min (%) 80 75 80
11
Parameter Tepung bulu tanpa hidrolisis Tepung bulu
dengan hidrolisisMutu I Mutu II
Serat kasar maks (%) 2 3 2
Bakteri patogen (cfu/g)
- Salmonella
- Clostridium
perfringens
- Listeria
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Kecernaan pepsin min (%) 70 70 75
Sumber: SNI 7993:2014
Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil/CPO) merupakan minyak kelapa
sawit mentah yang diperoleh dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit
atau hasil ekstraksi dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit biasanya
digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia, dan
industri pakan ternak. Panggunaan CPO dalam ransum sapi perah sangat jarang
digunakan, namun sangat direkomendasikan untuk meningkatkan energi ransum.
Penggunaan CPO dalam ransum sapi perah adalah sekitar 4% (Dairy feed online,
2017). Adapun kandungan nutrien CPO adalah BK 99%, abu 0.5%, PK 0%, LK
99%, SK 0%, TDN 90%. Bahan CPO tidak mengandung kalsium dan fosfor.
Gambar 8. Crude palm oil
Sumber: https://sawitplus.co/news/detail/7827/harga-cpo-terus-naik-ini-angkanya-
sekarang
Ampas tahu merupakan padatan yang dihasilkan dari proses pembuatan
tahu dari biji kedelai. Cairan atau susu kedelai inilah yang akan dijadikan sebagai
tahu. Kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi sehingga
12
dapat digunakan sebagai sumber protein. Kandungan nutrien ampas tahu yaitu PK
18.66%; LK 3.79%; air 51.63%; dan abu 1.21%, (Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Timur, 2011).
Selain konsentrat di atas, tersedia juga berbagai macam konsentrat komersil
yang nutriennya sudah sesuai kebutuhan sapi perah yang dijual di toko-toko
peternakan. Misalnya saja nutrifeed, C-Prolac, SR Feed Mills, Susu A (Comfeed),
dan lain-lain.
Gambar 9 Berbagai konsentrat komersil
Sumber: Disnak Jatim (2016)
Imbangan Hijuaan : Konsentrat untuk Sapi Perah
Pakan ternak perah harus seimbang kandungan nutriennya. Dalam ransum
harus mengandung protein, energi, mineral dan vitamin baik dari bahan pakan
hijauan, konsentrat, suplemen mineral, dan lain-lain disediakan dalam jumlah
yang sesuai untuk memungkinkan ternak berproduksi secara optimal dan tetap
sehat. Menurut Garg dan Makkar (2012) pemberian pakan yang tidak seimbang
menghasilkan beberapa masalah sebagai berikut:
 Produksi susu rendah, pertumbuhan dan reproduksi buruk
 Produksi susu lebih rendah dari potensi genetiknya
 Panjang laktasi lebih pendek dan interval melahirkan lebih lama
Persyaratan mutu bahan pakan ternak berdasarkan SNI dapat diakses pada
link berikut http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id/sni-bahan-pakan/.
13
 Ternak lebih rentan terhadap gangguan metabolisme seperti demam susu
dan ketosis
 Pertumbuhan lambat pada ternak muda sehingga umur melahirkan pertama
kali lebih lama
 Masa produktif yang lebih pendek
 Menurunkan keuntungan bagi peternak
Gambar 10. Sapi perah yang diberi pakan jerami kering
Sumber: Garg dan Makkar (2012)
Konsentrat dan hijauan menentukan jumlah bahan kering dalam ransum.
Rasio keduanya sangat penting, karena ketidakseimbangan rasio nutrien dalam
bahan kering akan menurunkan pH rumen, menghasilkan depresi pada lemak susu
dan predisposisi ternak terhadap beberapa gangguan metabolisme. Di daerah
tropis ternak sapi perah cenderung diberi pakan limbah pertanian yang memiliki
nutrien rendah. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak
diperlukan pakan penguat (konsentrat). Ternak yang diberi pakan tinggi
konsentrat (> 60%), dapat menyebabkan kematian karena asidosis. Kondisi pH
rendah merusak mikroba rumen yang membantu mencerna serat yang dapat
menyebabkan depresi pada lemak susu (Garg dan Makkar, 2012).
Konsumsi hijauan untuk sapi perah lebih seharusnya lebih banyak karena
pakan hijauan mengandung serat kasar yang tinggi yaitu mengandung Neutral
Detergent Fiber (NDF) yang dapat mempengaruhi kualitas susu. Kandungan NDF
dalam ransum erat hubungannya dengan kandungan Solid Non Fat (SNF) dan
14
lemak susu yang dihasilkan sapi perah. Pakan yang memiliki kandungan serat
kasar rendah maka semakin sedikit bahan yang dirombak oleh mikroba rumen
untuk menghasilkan asam asetat dan butirat sehingga kadar lemak susu akan
rendah karena asam asetat dan butirat merupakan komponen penyusun lemak
rantai panjang pada susu (Suhendra et al., 2015). Selain itu, kadar serat kasar
(NDF) yang terlalu tinggi dalam ransum dapat menurunkan palatabilitas sehingga
konsumsi pakan menurun dan nutrien yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan. Namun, jika ransum memiliki kandungan NDF yang rendah dapat
menyebabkan kekurangan nutrien, terutama Volatile Fatty Acid (VFA) yang
menghasilkan asam asetat, butirat, propionat, dan energi sebagai bahan dasar
lemak susu dan SNF, terutama laktosa (bahan dasar penyusun laktosa adalah asam
propionat). Kandungan NDF yang tinggi dapat menghasilkan kadar lemak susu
yang tinggi, karena serat kasar di dalam rumen akan didegradasi oleh mikroba
rumen sehingga menghasilkan asam asetat yang lebih tinggi dibandingkan asam
propionat (Pangestu et al., 2003). Asam asetat dan asam butirat akan masuk ke
peredaran darah menuju hati untuk diubah menjadi asam lemak, selanjutnya
masuk ke dalam sel-sel sekresi ambing untuk sintesis lemak susu (Mutamimah et
al., 2013). Tabel 21 menunjukkan imbangan pakan sapi perah konsentrat 40% :
hijauan 60% adalah imbangan yang paling optimal untuk mendapatkan susu yang
lebih baik.
Tabel 5. Kualitas susu sapi perah yang diberi pakan imbangan hijauan dan
konsentrat berbeda
Parameter
Imbangan konsentrat : hijauan
Konsentrat 50%
+ hijauan 50%
Konsentrat 45% +
hijauan 55%
Konsentrat 40%
+ hijauan 60%
Lemak (%) 3,28a
3,45ab
3,51b
SNF (%)
Protein (%)
Laktosa (%)
7,31a
2,53a
3,82a
7,75b
2,68b
4,06b
7,83b
2,69b
4,12b
Keterangan: Superskrip dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05).
Sumber: Suhendra et al. (2015)
15
Tabel 6. Persentase konsentrat dalam ransum sapi perah
Sumber: Garg dan Makkar (2012)
Formulasi Ransum Sapi Perah
Untuk mendapatkan pakan dengan rasio seimbang, peternak harus
memformulasikan pakan sesuai kebutuhan berdasarkan umur dan status fisiologi
ternak. Penyusunan ransum ini juga bermanfaat untuk mengefisienkan biaya
pakan karena dapat menyusun ransum komplit dari bahan-bahan yang lebih
murah. Adapun strategi dalam memformulasikan ransum yaitu:
1. Tentukan status fisiologi dan tujuan produksi.
2. Siapkan dan susun daftar kebutuhan nutrien ternak sesuai kondisi ternak.
3. Tentukan bahan-bahan pakan yang akan digunakan dan tersedia di
lapangan (harga, stok bahan, dan lain-lain).
4. Susun komposisi nutrien yang dikandung bahan pakan yang telah dipilih
(3).
5. Kelompokkan bahan pakan berdasarkan klasifikasinya (sumber energi atau
sumber protein).
6. Buat campuran bahan dan hitung nilai nutriennya serta sesuaikan dnegan
kebutuhan ternak.
Sedikit kilas balik ke kegiatan belajar 3, untuk menentukan kebutuhan
pakan sapi perah dapat dilakukan berdasarkan BK, PK, dan TDN. Metode untuk
memperhitungkan pemenuhan kebutuhan ternak dengan kandungan nutrien bahan
dapat dilakukan dnegan teknik penyusunan ransum ternak menggunakan metode
pearson square, least cost formulation, dan trial eror method.
16
Metode pearson square ini adalah metode penyusunan ransum yang
menggunakan empat macam bahan pakan. Kelemahan metode pearson square
adalah memerlukan tahapan panjang dan perhitungan kebutuhan protein, energi,
vitamin, dan mineral bagi ternak tidak dapat dilakukan dalam waktu bersamaan.
Contoh 1
Menyusun ransum dengan PK 15% dari dedak padi PK 12% dan bungkil kelapa
20%. Buatlah ransum sebanyak 500 kg!
Langkah 1. Buatlah segi 4 person
Langkah 2. Hitungkah persentasi masing-masing bahan
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, untuk mendapatkan ransum dengan PK
15%, dapat disusun dari 62.5% dedak padi dan 37.5% bungkil kelapa.
Langkah 3. Hitunglah jumlah pakan
Untuk mendapatkan 100 kg pakan maka dibutuhkan:
- Dedak padi = 62.5% x 500 kg = 312.5 kg
- Bungkil kelapa = 37.5% x 500 kg = 187.5 kg
Dengan demikian untuk membuat 500 kg pakan dengan kandungan PK 15%
dibutuhkan 312.5 kg dedak padi dan 187.5% bungkil kelapa.
Contoh 2.
Susunlah ransum dengan PK 12% dan TDN 74% dengan bahan berikut:
- Bungkil biji kedelai (PK 40% dan TDN 68%)
- Jagung (PK 10% dan TDN 80%)
- Tepung kaliandra (PK 15% dan TDN 55%)
17
Metode yang digunakan untuk menyusun ransum berdasarkan dua kebutuhan (PK
dan TDN) dan tiga bahan adalah double person square.
Langkah 1. Buat campuran 1 dengan bahan biji kedelai dan jagung untuk
mencapai PK 12%
Langkah 2. Buat campuran 2 dengan bahan tepung kaliandra dan jagung
untuk mencapai PK 12%
18
Langkah 3. Buat campuran 3 yang terdiri dari campuran 1 dan campuran 2
untuk mencapai TDN 74%
Dengan demikian, setiap bahan memiliki persentase berikut:
- Jagung dalam campuran 1 = 93.33 x 43.48 = 40.58%
- Jagung dalam campuran 2 = 60.00 x 56.52 = 33.91%
- Total jagung : 74.49%
- Bungkil biji kedelai dalam campuran 1 = 6.67 x 43.48 = 2.90%
- Tepung kaliandra dalam campuran 2 = 40.00 x 56.52 = 22.61%
Contoh lain penyusunan formulasi ransum menggunakan metode pearson
square dapat diakses pada link http://nusfeed.id/2018/02/01/cara-menyusun-
ransum-dengan-menggunakan-segi-empat-pearson/.
Metode least cost formulation berdasarkan pada pemrograman linier.
Metode ini banyak digunakan dalam industri pakan komersial dengan
menggunakan program perangkat lunak yang tersedia secara komersial. Metode
least cost formulation mengoptimalkan kombinasi bahan-bahan pakan yang
tersedia dengan harga yang murah sehingga dapat memaksimumkan keuntungan
atau meminimumkan biaya (Rossi, 2004). Salah satu software yang dapat
digunakan untuk menghitung formulasi ransum dengan metode ini adalah
SOLVER yang ada di Excel. Menurut Budiarsana (2016) langkah-langkah dalam
menyusun ransum menggunakan SOLVER yaitu:
19
1. Menyiapkan database pakan yang akan digunakan. Isi database tersebut adalah
nama bahan, kandungan nutriennya minimal BK, PK, dan TDN. Semakin
lengkap database semakin akurat dalam penyusunan ransum. Semua database
disimpan dalam file excel seperti contoh Gambar 51.
Gambar 11. Database bahan pakan penyusun ransum sapi perah
Sumber: Budiarsana (2016)
2. Tentukan kualitas pakan yang akan dibuat yang disesuaikan dengan kebutuhan
ternak berdasarkan umur dan status fisiologisnya.
3. Kemudian pilihlah bahan-bahan yang akan digunakan, misalnya rumput gajah,
dedak padi, jagung dan bungkil kelapa seperti pada Tabel 23.
Tabel 7. Formulasi ransum produksi susu 10 liter per hari
Bahan pakan %
BK
(%)
TDN Abu PK LK SK BETN Ca P
Rumput gajah 45 9,99 23,58 5,40 3,91 1,22 14,54 19,94 0,21 0,16
Dedak padi 20 17,84 13,58 2,72 2,60 1,73 2,78 10,17 0,02 0,28
Jagung giling 5 4,34 4,04 0,11 0,54 0,21 0,13 4,01 0,01 0,02
Bungkil kelapa 30 26,58 23,61 2,47 6,39 3,27 4,26 13,62 0,07 0,20
100 58,75 64,81 10,70 13,44 6,43 21,70 47,74 0,31 0,65
Sumber : Edeilweys (2013)
20
4. Hitunglah kebutuhan ternak menggunakan software excel. Menu SOLVER
pada excel ini dapat fleksible dalam penyesuiaan dan pembatasan suatu bahan
pakan karena adanya antinutrisi, misalkan pada Gambar 52.
Gambar 12. Batasan penggunaaan bahan pakan
Sumber: Budiarsana (2016)
Sebelum perhitungan, pastikan fungsi SOLVER aktif dan jika belum aktif
dapat di aktifkan melalui AddIns. Pada fungsi SOLVER ini beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah:
- Set target Cell di excel untuk menentukan lokasi haisl perhitungan
- Equal to  untuk menjustifikais perhitungan yang diinginkan (max atau
min)
- By Changing Cell adalah lokasi jumlah bahan yang digunakan untuk
menyusun ransum
- Subject to constrain adalah pengaturan penyesuaian dan batasan-batasan
yang ingin diterapkan dalam memformulasikan ransum, misalnya adanya
antinutrisi.
21
Setelah semua kondisi sesuai dengan yang diinginkan, kemudian pada
jendela Solver Option klik kotak assume linear model kemudian klik kotak
assume non-negative, selanjutnya klik OK. Artikel yang membahas formulasi
ransum menggunakan SOLVER di excel dapat diakses pada link
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/IP/article/view/3177.
Gambar 13. Fungsi SOLVER pada excel
Sumber: Budiarsana (2016)
Beberapa software online lain yang dapat digunakan untuk formulasi
ransum sebagai berikut:
1. http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/login
2. https://www.formatsolutions.com/en/digital-nutrition
3. http://www.optimix.com.br/
atau melalui software yang bisa diinstal di android yaitu dapat diakses di link:
1. https://play.google.com/store/apps/details?id=in.celeber.www.nutritiveval
ues
2. https://play.google.com/store/apps/details?id=in.celeber.www.cattlefeedfo
rmulationlite
3. https://play.google.com/store/apps/details?id=de.byhead.dairymobile
22
Uji Kualitas Pakan
Pengawasan bahan pakan berupa pengujian mutu pakan dapat dilakukan
secara uji kimia, uji fisik dan uji biologis. Umumnya kualitas pakan ditentukan
berdasarkan kandungan nutriennya dengan uji kimia. Pengujian secara kimia
dengan analisis proksimat berdasarkan metode Association of Official Analytical
Chemists (AOAC) atau Standar Nasional Indonesia (SNI). Food and Agriculture
Organization (FAO) juga mepublikasikan tentang analisis uji kualitas pakan yang
dapat diakses pada link berikut http://www.fao.org/3/i2441e/i2441e00.pdf.
Gambar 14. Diagram analisis pakan berdasarkan uji kimia
Sumber: FAO (2011)
Hasil uji fisik, kimia, dan biologis dapat digunakan untuk mengetahui mutu
pakan ternak sehingga dapat diketahui apakah pakan tersebut sudah sesuai dnegan
mutu yang dipersyaratkan (sesuai SNI pakan ternak). Pakan yang bermutu sesuai
standar belum tentu akan memberikan performa ternak yang baik, apabila tidak
23
sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternaknya. Walaupun demikian, pemerintah
menetapkan standar yaitu batas ambang minimal atau maksimal dari kandungan
pakan tersebut untuk mempermudah pengawas/petugas mutu pakan di daerah
dalam melakukan pengawasan mutu pakan. Pengujian kimia bahan pakan yang
banyak dilakukan adalah menggunakan analisis proksimat yaitu pengujian bahan
kering, protein kasar, serat kasar, abu, dan BetaN. Selain itu pengujian bahan
kimia juga dilakukan untuk mengetahui kontaminasi dan residu pestisida. Kualitas
mutu pakan juga dilihat secara sifat fisik. Sifat fisik meliputi warna, kerusakan
akibat mikroorganisme lain seperti jamur, kontaminasi oleh benda asing misalnya
pecahan batu dan besi. Kadar air merupakan salah satu indikator mutu bahan yang
sangat penting diperhatikan, karena bahan dengan kadar air tinggi dapat
menyebabkan kerusakan bahan selama penyimpanan.
Metode lain pengujian bahan pakan yaitu Metode Near Infrared (NIR)
adalah salah satu alternatif cara menguji yang cepat dan murah. Namun perlu
kalibrasi dan validasi NIR terlebih dahulu setelah itu dibandingkan dnengan uji
kimia sebagai standar pengujian. Sampel yang akan diuji digiling pada ukuran
partikel 0.75 mm (AOAC, 2005). Hasil uji kimia memang lebih akurat karena
pengujian langsung ke sampel bahan dibandingkan metode NIR yang merupakan
suatu pendekatan pendugaan. Meskipun begitu, metode NIR ini dapat
memberikan hasil yang akurat mendekati hasil uji kimia.
Pengontrolan kualitas ransum dapat dilakukan dengan cara menganalisis
sampel bahan baku, dan sampel ransum yang sudah jadi. Kontrol kualitas bahan
baku dan pakan jadi secara fisik dapat dicium, bila sampel berbau tengik atau
tidak sedap lagi dan terdapat jamur pada bahan pakan, itu menandakan bahwa
bahan pakan tersebut terkontaminasi dan kualitasnya sudah menurun. Oleh karena
itu, kontrol kualitas melalui uji bahan baku pakan dan pakan jadi dapat
meminimalisir dan mencegak adanya kontaminasi atau dapat mengetahui
kesengajaan pencampuran pakan dengan bahan lain yang dapat menurunkan
kualitas. Disamping kontaminasi dan pencampuran, bahan pakan juga dapat
menurun kualitasnya karena kesalahan penanganan, pengolahan bahkan
penyimpanan. Misalnya adanya kontaminasi jamur dapat terjadi karena tempat
24
penyimpanan yang lembab, dan kadar air yang tinggi. Dengan demikian, kontrol
kualitas dan mutu bahan baku perlu dilakukan secara ketat mulai penerimaan
bahan sampai dengan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan mutu bahan
baku pakan merupakan hal yang penting untuk dapat menghasilkan ransum yang
berkualitas tinggi. Ransum berkualitas dihasilkan dari bahan baku berkualitas pula
(Fairfield, 2003).
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Konsentrat merupakan pakan yang rendah serat, kaya energi dan memiliki
kadar protein yang beragam (rendah, sedang, dan tinggi). Konsentrat digunakan
dalam ransum untuk meningkatkan kandungan energi dalam pakan sapi perah dan
juga sebagai pelengkap nutrisi hijauan. Menurut SNI 3148-1:2017 konsetrat
adalah pakan yang tinggi protein dan atau energi dan dapat mengandung
pelengkap (feed supplement) dan imbuhan (feed aditive). Pakan konsentrat untuk
sapi perah dibedakan berdasarkan umur dan status fisiologisnya yaitu: Konsentrat
pemula 1, konsentrat pemula 2, konsentrat dara, konsentrat laktasi, konsentrat
laktasi produksi tinggi, konsentrat kering bunting, dan konsentrat sapi perah
pejantan. Bahan-bahan pakan konsentrat dapat berasal dari biji-bijian (biji jagung,
biji gandum, biji bunga matahari, dan lain-lain), limbah pertanian (dedak, pollard,
dan lain-lain), limbah industri pertanian (bungkil kedelai, bungkil sawit, dn lain-
lain), limbah industri ternak dan perinakan (tepung bulu, tepung ikan, dan lain-
lain). Beberapa bahan pakan konsnetrat tersebut perlu pembatasan dalam
penggunaan karena ada yang mengandung anti nutrisi seperti tripsin inhibitor
pada bungkil kedelai, kadar lemak terlalu tinggi pada bungkil kelapa dan juga
tepung ikan yang dapat mempengaruhi aroma daging, dan telur ternak. Imbangan
konsentrat dan hijauan yang baik diberikan ke ternak perah yaitu 40 : 60. Metode
formulasi ransum yaitu pearson square, least cost formulation dan trial eror
method. Uji kualitas pakan dapat dilakukan berdasarkan analisis fisik, kimia,
biologis, dan Near Infrared Method (NIR).
25
Daftar Pustaka
Akbarillah, T., D. Kaharuddin dan Kusisiyah. 2002. Kajian tepung daun
Indigofera sebagai suplemen pakan terhadap produksi dan kualitas telur.
Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu, Bengkulu.
AOAC – Assosiation of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of
Analysis. 15th Ed. Assosiation of Official Analytical Chemist, Washington
DC.
Budiarsana IGM. 2016. Penggunaan Fungsi "Solver" Dalam Formulasi Pakan
Termurah Untuk Peternak Sapi Perah Skala Kecil. Informatika Pertanian,
Vol. 25 No.2: 231-240.
Dairy Feed Online. 2017. Sistem Indormasi Pakan Ternak. http://Dairy Feed
Online.ipb.ac.id/feeds/detail/3. Diakses 11 Oktober 2019.
Dairy Feed Online. Bahan Pakan. http://Dairy Feed
Online.ipb.ac.id/feeds/detail/7. Diakses pada 23 Oktober 2019.
FAO. 2011. Quality assurance for animal feed analysis laboratories. FAO Animal
Production and Health Manual No. 14. Rome.
Garg, MR dan Makkar HPS. 2012. Balanced feeding for improving livestock
productivity – Increase in milk production and nutrient use efficiency and
decrease in methane emission. FAO Animal Production and Health Paper.
No. 173. Rome, Italy.
Hadipernata M. 2007. Mengolah Dedak menjadi Minyak (Rice Bran Oil). Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 29 (4): 8–10. Bogor.
Heuzé V., Tran G., Boudon A., Labussière E., Bastianelli D., Lebas F., 2015.
Stylo (Stylosanthes guianensis). Feedipedia, a programme by INRA,
CIRAD, AFZ and FAO. http://www.feedipedia.org/node/251 L
Holstein Foundation. 2015. World of Dairy Cattle Nutrition. Developing dairy
leaders for tomorrow.
http://www.holsteinfoundation.org/pdf_doc/workbooks/DairyCattleNutritio
n.pdf. Diakses pada 12 Oktober 2019.
International Rice Research Institute (IRRI). 2019. Step=step production – By
Product. http://www.knowledgebank.irri.org/step-by-step-
production/postharvest/rice-by-products. Diakses tanggal 30 Oktober 2019.
Luthfianto D, Noviyanti RD, Kurniawati. 2017. Karakterisasi Kandungan Zat Gizi
Bekatul pada Berbagai Varietas Beras di Surakarta. The 6th University
Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah.
Mutamimah, L., S. Utami dan A. T. A. Sudewo. 2013. Kajian kadar lemak dan
bahan kering tanpa lemak susu kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. J.
Anim. Sci. 1 (3) : 874-880.
26
National Research Council. 2001. Nutrient requirements of Dairy Cattle. Seventh
revised edition.
Pandey GS dan GCJ Voskuil. 2011. Manual on improved feeding of dairy cattle
by smallholder farmers. Golden Valley Agricultural Research Trust.
Zambia.
Pangestu, E., T. Toharmat, dan U. H. Tanuwiria. 2003. Nilai nutrisi ransum
berbasis limbah industri pertanian pada sapi perah laktasi. J. Indon. Trop.
Anim. Agric. 28 (3): 166-171.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.
Penerbit BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Indonesia.
SNV. 2017. Dairy Cattle Feeding and Nutrition Management. Training Package
for Dairy Extention Workers.
http://www.snv.org/public/cms/sites/default/files/explore/download/dairy_c
attle_feeding_and_nutrition_management_training_manual_and_guideline_
0.pdf. Diakses pada 25 Oktober 2019.
Speedy A. 1995. Gliricida sepium. Tropical Feeds and Feeding Systems, First
FAO Electronic Conference.
http://www.fao.org/livestock/agap/frg/ECONF95/PDF/GLIRICID.PDF.
Diakses pada 25 Oktober 2019.
Standar Nasional Indonesia. 2009. Pakan Konsentrat – Bagian 1: Sapi Perah.
Badan Standarisasi Nasional. Indonesia
Standar Nasional Indonesia. 2013. Bungkil kedelai-Bahan pakan ternak SNI
4227-2013. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2014. Bungkil kelapa (coconut meal)-Bahan pakan
ternak SNI 2904-2014. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2014. Tepung bulu unggas (poultry feather meal)-
Bahan pakan ternak. SNI 7993: 2014. Badan Standarisasi Nasional
Indonesia. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2017. Pakan konsentrat – Bagian 1: Sapi Perah SNI
3148-1: 2017. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.
Suarni dan widowati. 2016. Struktur, Komposidi dan Nutrisi Jagung. 2016.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2016/11/tiganol.pdf. Diakses tanggal 23 Oktober 2019.
Suhendra, D., G.T. Anggiati, S. Sarah, A.F. Nasrullah, A. Thimoty, dan D. W. C.
Utama. 2015. Tampilan kualitas susu sapi perah akibat imbangan konsentrat
dan hijauan yang berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (1): 42 – 46
Vanis, D R. 2007. Pengaruh Pemupukan dan Interval Defoliasi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produktivitas Rumput Gajah ( Pennisetum purpureum) di
bawah tegakan pohon segon (Paraserianthes falcataria). Skripsi. Fakultas
perternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indonesia.
27
Vietnam Belgium Dairy project. 2009. Nutrition and feeding management in dairy
cattle. Practical manual for small scale dairy farmer in Vietnam. Second
edition. Hanoi.

More Related Content

What's hot (20)

Kontaminasi makanan
Kontaminasi makananKontaminasi makanan
Kontaminasi makanan
 
Kasus 2 mspmi
Kasus 2 mspmiKasus 2 mspmi
Kasus 2 mspmi
 
Mikroba rumen ruminansia
Mikroba rumen ruminansiaMikroba rumen ruminansia
Mikroba rumen ruminansia
 
Chapter 3. lipid
Chapter 3. lipidChapter 3. lipid
Chapter 3. lipid
 
Gizi seimbang untuk dewasa
Gizi seimbang untuk dewasaGizi seimbang untuk dewasa
Gizi seimbang untuk dewasa
 
Komponen Non Gizi
Komponen Non GiziKomponen Non Gizi
Komponen Non Gizi
 
Pangan fungsional
Pangan fungsionalPangan fungsional
Pangan fungsional
 
Pakan dan Hijauan kambing
Pakan dan Hijauan kambingPakan dan Hijauan kambing
Pakan dan Hijauan kambing
 
Menu makanan 10 hari
Menu makanan 10 hariMenu makanan 10 hari
Menu makanan 10 hari
 
Ppt lemak
Ppt lemakPpt lemak
Ppt lemak
 
Angka kecukupan gizi
Angka kecukupan giziAngka kecukupan gizi
Angka kecukupan gizi
 
Umbi umbian (2)
Umbi umbian (2)Umbi umbian (2)
Umbi umbian (2)
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soest
 
Peningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi panganPeningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi pangan
 
Pertemuan iv prod. Pakan untuk unggas -nr
Pertemuan iv prod. Pakan untuk unggas -nrPertemuan iv prod. Pakan untuk unggas -nr
Pertemuan iv prod. Pakan untuk unggas -nr
 
Fortifikasi
FortifikasiFortifikasi
Fortifikasi
 
Sistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansiaSistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansia
 
Telur
Telur Telur
Telur
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
 
Budidaya ayam kalkun
Budidaya ayam kalkunBudidaya ayam kalkun
Budidaya ayam kalkun
 

Similar to BAHAN PAKAN

AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4   kb 2AT Modul 4   kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2   kb 4AT Modul 2   kb 4
AT Modul 2 kb 4PPGhybrid3
 
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaLaporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaswiradiputri
 
Teknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.pptTeknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.pptElin feed
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternakMemanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternakGufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Buku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternakBuku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternakRiswansyah Yusup
 
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okPembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okMasyithahRachmat30
 
DESPAL Seminar Workshop Dirjennak 2006.ppt
DESPAL Seminar Workshop Dirjennak 2006.pptDESPAL Seminar Workshop Dirjennak 2006.ppt
DESPAL Seminar Workshop Dirjennak 2006.pptItangPurnama1
 
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdfafriyanto13
 
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Dendy Vidianto
 
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Dendy Vidianto
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2   kb 3AT Modul 2   kb 3
AT Modul 2 kb 3PPGhybrid3
 

Similar to BAHAN PAKAN (20)

Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
Nota Hj Yusof
Nota Hj YusofNota Hj Yusof
Nota Hj Yusof
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4   kb 2AT Modul 4   kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2   kb 4AT Modul 2   kb 4
AT Modul 2 kb 4
 
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaLaporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
 
Teknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.pptTeknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.ppt
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternakMemanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
Memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk ternak
 
Buku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternakBuku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternak
 
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udangTeknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
 
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okPembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
 
DESPAL Seminar Workshop Dirjennak 2006.ppt
DESPAL Seminar Workshop Dirjennak 2006.pptDESPAL Seminar Workshop Dirjennak 2006.ppt
DESPAL Seminar Workshop Dirjennak 2006.ppt
 
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secaraTeknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
 
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf
 
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
 
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2   kb 3AT Modul 2   kb 3
AT Modul 2 kb 3
 

More from PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3PPGhybrid3
 

More from PPGhybrid3 (20)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3
 

Recently uploaded

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

BAHAN PAKAN

  • 1. KEGIATAN BELAJAR 4 Bahan Pakan Konsentrat dan Uji Kualitas Bahan Pakan Ruminansia
  • 2. 1 KEGIATAN BELAJAR 4: BAHAN PAKAN KONSENTRAT DAN UJI KUALITAS BAHAN PAKAN RUMINANSIA PERAH A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Tenak perah akan memproduksi susu dengan kualitas yang lebih baik ketika diberi pakan hijauan, namun pada beberapa kondisi ternak perah juga perlu diberi pakan penguat atau konsentrat. Pakan konsentrat ini kaya akan energi sehingga pemberian pakan ke ternak perah akan diformulasikan sesuai dengan imbangan nutrient yang dibutuhkan. Pengujian kualitas nutrisi bahan pakan dapat dilakukan berdasarkan analisis proksimat yang meliputi persentase Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Lemak Kasar (LK), Serta Kasar (SK), Abu, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN). Dalam modul ini juga diberikan beberapa contoh formulasi ransum sapi perah dengan bahan hijauan dan konsentrat. 2. Relevansi Modul 2 KB 4 ini akan melengkapi KB-KB sebelumnya mengenai bahan pakan untuk sapi perah. Macam-macam jenis konsentrat serta formulasi ransum akan dibahas di modul ini. Dalam KB 4 ini peserta didik akan diminta mengerjakan tugas akhir yang merupakan gabungan materi dari KB 1 sampai KB 4. 3. Petunjuk Belajar Peserta didik dapat menggunakan modul ini sebagai acuan dalam pemahaman materi pakan konsentrat dan uji kualitas nutrisi pakan. Tes formatif disediakan untuk peserta didik guna mengukur pemahaman materi dari modul ini. Tugas dan forum diskusi dalam modul ini juga disajikan untuk memperluas wawasan peserta didik yang dapat dikerjakan secara individu maupun kelompok. Poin-poin inti materi disajikan dalam rangkuman. Link-link yang berisikan contoh-contoh dan materi lebih luas dapat diakses sebagai referensi tambahan.
  • 3. 2 Selain modul ini, peserta didik juga dapat menggunakan referensi lain berupa buku teks, jurnal hasil penelitian dan juga artikel ilmiah lainnya yang mendukung proses pembelajaran. Tes sumatif disajikan untuk mengevaluasi pemahaman menyeluruh tentang materi yang ada di modul Agribisnis Ternak Perah. B. INTI 1. Capaian Pembelajaran Mampu menganalisis prinsip agribisnis ternak ruminansia dan aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak. 2. Sub Capaian Pembelajaran Setelah mengikuti pertemuan ini, peserta didik diharapkan mampu mendeskripsikan berbagai bahan pakan konsentrat dan kandungan nutrisinya. Selain itu peserta didik juga diharapkan dapat melakukan menyeleksi bahan pakan konsentrat untuk memformulasikan ransum sapi perah berdasarkan imbangan hijauan : konsentrat yang sesuai. 3. Uraian Materi Pakan Konsentrat dan Jenis-jenisnya Konsentrat merupakan pakan yang rendah serat, kaya energi, dan memiliki kadar protein yang beragam (rendah, sedang, dan tinggi). Konsentrat digunakan dalam ransum untuk meningkatkan kandungan energi dalam pakan sapi perah dan juga sebagai pelengkap nutrisi hijauan. Adapun nutrien yang ada dalam konsentrat yaitu energi berupa Non Fiber Carbohydrate (NFC) dan lemak, protein, serat (ADF dan NDF), makromineral (kalsium, fosfor, magnesium, potasium, sodium, sulful, dan chloride), mikromineral (manganese, copper, zinc, iron, selenium, cobalt, dan iodine) dan vitamin larut lemak (ADEK). Menurut SNI 3148-1:2017 konsentrat adalah pakan yang tinggi protein dan atau energi dan dapat mengandung pelengkap (feed supplement) dan atau imbuhan (feed aditive). Untuk sapi perah, pakan konsentrat dibedakan berdasarkan umur yaitu:
  • 4. 3 1. Konsentrat pemula 1, yaitu untuk sapi perah umur 1 sampai 4 minggu. 2. Konsentrat pemula 2, yaitu untuk sapi perah umur setelah 1 bulan sampai 6 bulan. 3. Konsentrat dara adalah pakan konsentrat untuk sapi perah mulai umur 7 bulan sampai dengan 18 bulan. 4. Konsentrat laktasi pakan konsentrat untuk sapi perah setelah beranak sampai kering bunting. 5. Konsentrat laktasi produksi tinggi adalah pakan konsentrat untuk periode sapi perah setelah beranak sampai kering bunting dengan produksi susu rata-rata 20 liter per hari. 6. Konsentrat kering bunting adalah pakan konsentrat untuk sapi perah periode 2 bulan sebelum beranak. 7. Konsentrat sapi perah pejantan adalah pakan konsentrat yang diperlukan untuk sapi perah pejantan. Masing-masing kategori konsentrat sapi perah kemudian dibakukan mutu konsentrat tersebut untuk mencapai standar minimum kualitas pakan. Hal ini diberlakukan supaya pakan konsentrat tersebut mampu memenuhi kebutuhan sapi perah berdasarkan umur, jenis kelamin dan status fisiologis. Adapun persyaratan mutu konsentrat sapi perah berdasarkan SNI disajikan Tabel 17. Tabel 1 Persyaratan mutu konsentrat sapi perah No Jenis pakan konsentrat Persyaratan Kadar air (maks, %) Kadar abu (maks, %) Protein kasar (min, %) Lemak kasar (maks, %) Kalsium (Ca,%) Fosfor (P,%) NDF (maks,% ) UDP (min, %) Total aflatoksin (maks,µg/kg TDN (min, %) 1 Pemula-1 14,00 10,00 21,00 12,00 0,70- 0,90 0,40- 0,60 15,00 TD 50 80 2 Pemula-2 14,00 10,00 16,00 7,00 0,60- 0,80 0,40- 0,60 20,00 6,40 100 70 3 Dara 14,00 10,00 15,00 7,00 0,60- 1,00 0,40- 0,60 30,00 6,00 200 70 4 Laktasi 14,00 10,00 14,00 7,00 0,60- 1,20 0,40- 0,60 35,00 5,60 100 68 5 Laktasi produksi tinggi 14,00 10,00 18,00 7,00 0,80- 1,30 0,40- 0,80 33,00 7,20 100 68 6 Kering bunting 14,00 10,00 16,00 7,00 0,80- 1,20 0,40- 0,80 33,00 6,40 100 68 7 Sapi perah pejantan 14,00 12,00 12,00 6,00 0,60- 0,80 0,30- 0,60 35,00 4,80 200 65 Ket: TD= tidak dipersyaratkan
  • 5. 4 Setelah Kita mengetahui apa itu konsentrat dan persyaratan mutu konsentrat, selanjutnya kita akan membahas bahan-bahan pakan yang dapat digunakan untuk membuat konsentrat. Pakan konsentrat lebih mudah dicerna di dalam rumen dan tinggi akan energi dan protein dibandingkan dengan hijauan. Pakan konsentrat tersusun dari berbagai macam bahan, ada yang dari biji-bijian (biji jagung), limbah industri pertanian (bungkil kelapa, bungkil kedelai, dan lain- lain), dan bahan pakan konsentrat asal hewan misalnya tepung ikan. Berdasarkan kandungan nutrien yang dominan, pakan konsentrat dibedakan menjadi konsentrat sumber energi dan sumber protein (SNV, 2017). 1. Konsentrat sumber energi Konsentrat jenis ini banyak berasak dari biji-bijian (jagung, sorgum, gandum, oat, dan barley), hasil samping pengolahan biji-bijian (dedak gandum, dedak padi, dan dedak jagung), umbi-umbian (singkong dan kentang), limbah industri gula (molases), hasil samping industri bir (ampas bir), limbah pengolahan sawit pelepah dan Crude Palm Oil (CPO) (SNV, 2017). 2. Konsnetrat sumber protein Konsnetrat yang tinggi protein banyak diperoleh dari hasil samping pengolahan minyak seperti minyak kedelai menghasilkan bungkil kedelai, minyak kelapa menghasilkan bungkil kelapa, minyak biji bunga matahari menghasilkan bungkil biji bunga matahari, dan bungkil kacang tanah. Selain itu limbah industri tahu yaitu ampas tahu. Selain dari tanaman konsentrat sumber protein juga berasal dari hewan ternak misalnya tepung darah, tepung tulang, tepung bulu, dan tepung ikan (SNV, 2017). Konsentrat dari biji-bijian misalnya biji jagung, gandum, dan barley banyak digunakan karena mengandung energi tinggi dan rendah kandungan serat dan protein. Energi yang ada pada konsentrat biji-bijian ini dalam bentuk lemak, pati (80%) dan gula. Biji jagung yang digunakan untuk pangan maupun pakan dibedakan menjadi jagung Quality Protein Maize (QPM) dan jagung biasa, kedua jenis jagung ini memiliki protein yang berbeda QPM berprotein 82% sedangkan jagung biasa 32%. Jagung juga mengandung asam lemak jenuh (palmitat dan stearat) dan asam lemak tidak jenuh (oleat dan linoleat). Vitamin A dan E juga
  • 6. 5 terkandung dalam biji jagung. Selain itu mineral esensial seperti K, Na, P, Ca, dan Fe (Suarni dan Widowati, 2016). Berdasarkan analisis proksimat komposisi nutrisi biji jagung adalah BK 86%, abu 2.15%, PK 10.8%, LK 4.28%, SK 3.53%, BetaN 80.2, TDN 80.8%, Ca 0.23%, dan P 0.41% (Dairy feed online, 2017). Gambar 1. Biji jagung sebagai pakan Sumber: http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id Biji kedelai adalah pakan yang mengandung sumber protein tinggi. Penggunaan biji kedelai dipakan dibatasi karena mengandung antitripsin. Adapun komposisi nutrisi biji kedelai adalah BK 89.5%, abu 7.74%, PK 41.2%, LK 17.6%, SK 7.91%, BetaN 25.6%, TDN 92.8%, kalsium 0.39%, dan fosfor 0.84% (Dairy feed online, 2017). Dedak padi merupakan bahan pakan sumber energi hasil penggilingan padi. Dedak padi dan bekatul sama-sama hasil penggilingan padi, namun bekatul memiliki pecahan beras yang lebih banyak. Di dalam gabah padi sendiri terdapat butiran padi dan lapisan kulit (sekam) yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar (hull) dan lapisan dalam (bran). Dalam proses penggilingan kemudian dilakukan penyosohan/pemutihan untuk menghasilkan beras. Proses penyosohan pertama akan menghasilkan dedak kasar dan pada penyosohan kedua akan menghasilkan bekatul. Berdasarkan banyak sedikitnya sekam yang tercampur, dedak padi dibedakan menjadi dedak padi kasar dan dedak padi halus. Dedak padi halus mengandung butiran beras lebih banyak serta sekam yang lebih sedikit, sedangkan dedak padi kasar mengandung butiran beras yang lebih sedikit dan
  • 7. 6 mengandung sekam yang lebih banyak. Penggunaan dedak padi dalam ransum sapi perah bisa mencapai 30%. Pemalsuan terhadap dedak padi dengan sekam dapat menurunkan kualitas dedak tersebut sehingga dapat menurunkan kualitas ransum. Adapun kandungan nutrien dedak padi adalah BK 87.7%, PK 12%, abu 13.6%, LK 8.64%, SK 13.9%, BetaN 50.9%, TDN 67.9%, kalsium 0.09%, dan fosfor 1.39% (Dairy feed online, 2017). Gambar 2. Proses pengolahan tanaman padi menjadi beras menghasilkan produk samping berupa sekam dan dedak Sumber: IRRI (2019) Gambar 3. Ilustrasi proses penggilingan padi Sumber: IRRI (2019)
  • 8. 7 Bekatul adalah lapisan luar beras (kulit ari) yang terlepas menjadi serbuk dan sebagian endosperm ikut menjadi hasil samping penggilingan gabah menjadi beras (Hadipernata, 2007). Bekatul ini berwarna coklat muda sampai krem. Pada proses penggilingan padi akan dihasilkan bekatul sebanyak 8-12%. Protein dalam bekatul sebesar 13.11 - 17.19%, lemak 2.52 - 5.05%, dan karbohidrat 67,58 - 72,74%. Gambar 4. Kandungan kadar air bekatul dari beberapa varietas padi Sumber: Luthfianto et al. (2017) Gambar 5. Kandungan serat kasar bekatul dari beberapa varietas padi Sumber: Luthfianto et al. (2017)
  • 9. 8 Bekatul Dedak padi halus Dedak padi kasar Dedak jagung Gambar 6. Berbagai macam dedak Sumber: Dairy feed online (2017) Singkong, gaplek dan onggok. Ketiga jenis bahan pakan ini adalah sumber energi yang merupakan bahan baku dan limbah industri tapioka. Singkong merupakan sumber energi yang sangat baik bagi sapi perah. Pemberian singkong dengan kulitnya dapat meningkatkan kandungan protein karena kulit singkong berprotein lebih tinggi dari pada ubinya. Gaplek adalah singkong kering untuk bahan baku tapioka, dengan kandungan protein yang lebih rendah dari pada singkong utuh. Onggok adalah limbah pembuatan tapioka dengan kualitas yang sangat beragam bergantung kadar air dan kontaminan. Kadungan nutrisi singkong, gaplek dan onggok dapat dikases di halaman website http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/feeds/group/2?page=2 Gambar 7. Onggok
  • 10. 9 Sumber: Dairy feed online (2017) Pollard adalah produk yang dihasilkan pada pengolahan gandum. Pollard memiliki kandungan energi yang baik yaitu dari pati kulit gandum. Kandungan nutrisi pollard adalah BK 88.5%, abu 5.93%, PK 18.5%, LK 3.86%, SK 9.78%, BetaN 61.9%, TDN 69.2%, kalsium 0.23%, dan fosfor 1.1%. Penggunaan pollard perlu dibatasi karena pollard memiliki sifat pencahar. Beberapa referensi menyebutkan pollard memiliki energi termetabolis sebanyak 1300 kkal/kg, PK 15%, LK 4,0%, dan SK 10% (Scott et al., l982). NRC (l984) menjelaskan bahwa kandungan energi termetabolis pollard sebanyak 1300 kkal/kg, protein 15,70% (lebih tinggi dari sumber lain), lemak kasar 3,0%, dan serat kasar 11%. Perbedaan kandungan nutrien pollard ini bergantung dari kualitas pollard sendiri bahkan pencampuran pollard dengan dedak padi juga akan menurunkan kualitas pollard. Bungkil kedelai merupakan limbah pengolahan minyak kedelai. Bungkin kedelai ini memiliki kandungan protein tinggi sehingga dijadikan sebagai pakan sumber protein. Adapun kandungan nutrisi bungkil kedelai adalah PK 48%, LK 0.51%, SK 0.41%, kalsium 0.41%, fosfor 0.67%, dan energi termetabolis sebanyak 2290 kkal/kg (Scott et al., 1982). Bungkil kedelai ini memiliki antinutrisi yaitu tripsin inhibitor. Pengolahan seperti pemanasan mampu menghilangkan anti nutrisi tersebut. Meskipun kandungan protein bungkil kedelai tinggi, namun kurang efektif untuk pakan ruminansia karena sebagian besar protein akan terfermentasi di rumen oleh mikroba rumen. Untuk melindungi protein dalam bungkil kedelai dapat dilakukan proteksi dengan pemberian tanin, formalin dan kapsulasi. Berdasarkan SNI 4227:2013 mutu bungkil kedelai disajikan pada Tabel 18. Tabel 2. Persyaratan mutu bungkil kedelai Parameter Persyaratan Mutu I Mutu II Kadar air maks (%) 12 13 Abu maks (%) 6 8 Protein kasar (min) % 46 42 Lemak Kasar maks (%) 2 3 Serat kasar maks (%) 5 7 Kelarutan protein dalam KOH (%) 70 - 85 70 - 85 Sumber: SNI 4227:2013
  • 11. 10 Bungkil kelapa adalah limbah hasil pengolahan kelapa menjadi minyak kelapa. Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum perlu diperhatikan karena bungkil kedelai bisa mengandung lemak tinggi jika proses pembuatan minyak kedelai tidak sempurna. Mutu bungkil kelapa dibedakan menjadi mutu 1 yaitu bungkil kepala hasil ekstraksi dan mutu 2 adalah bungkil kelapa hasil pemerasan secara mekanik. Adapun persyaratan mutu bungkil kelapa disajikan pada Tabel 19. Tabel 3. Persyaratan mutu bungkil kelapa Parameter Persyaratan Mutu I Mutu II Kadar air maks (%) 12 12 Protein kasar min (%) 20 18 Serat kasar maks % 14 16 Abu maks (%) 7 8 Lemak Kasar maks (%) 6 12 Asam lemak bebas maks (%) 7 9 Aflatoksin (µg/kg) 50 100 Sumber: SNI 2904:2014 Tepung ikan adalah bahan pakan asal hewani yang merupakan sumber protein. Dalam penyusunan ransum, penggunaan tepung ikan dibatasi tidak lebih dari 10%, karena dapat mempengaruhi aroma daging dan telur. Tepung ikan dibuat dari berbagai macam ikan seperti ikan teri, kepala, tubuh, kerangka dan ekor ikan. Tepung bulu adalah bahan pakan hasil olahan bulu unggas yang diperoleh dari unggas sehat dan bersih dari rumah potong ayam kemudian dimasak dengan tekanan. Tepung bulu unggas ini dikategorikan menjadi tepung bulu yang dihidrolisis dan tepung yang tidak dihidrolisis. Persyaratan mutu tepung bulu berdasarkan SNI 7993:2014 disajikan pada Tabel 20. Tabel 4. Persyaratan mutu tepung bulu Parameter Tepung bulu tanpa hidrolisis Tepung bulu dengan hidrolisisMutu I Mutu II Kadar air maks (%) 10 10 10 Abu maks (%) 4 6 4 Protein kasar min (%) 80 75 80
  • 12. 11 Parameter Tepung bulu tanpa hidrolisis Tepung bulu dengan hidrolisisMutu I Mutu II Serat kasar maks (%) 2 3 2 Bakteri patogen (cfu/g) - Salmonella - Clostridium perfringens - Listeria Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Kecernaan pepsin min (%) 70 70 75 Sumber: SNI 7993:2014 Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil/CPO) merupakan minyak kelapa sawit mentah yang diperoleh dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit atau hasil ekstraksi dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit biasanya digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia, dan industri pakan ternak. Panggunaan CPO dalam ransum sapi perah sangat jarang digunakan, namun sangat direkomendasikan untuk meningkatkan energi ransum. Penggunaan CPO dalam ransum sapi perah adalah sekitar 4% (Dairy feed online, 2017). Adapun kandungan nutrien CPO adalah BK 99%, abu 0.5%, PK 0%, LK 99%, SK 0%, TDN 90%. Bahan CPO tidak mengandung kalsium dan fosfor. Gambar 8. Crude palm oil Sumber: https://sawitplus.co/news/detail/7827/harga-cpo-terus-naik-ini-angkanya- sekarang Ampas tahu merupakan padatan yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dari biji kedelai. Cairan atau susu kedelai inilah yang akan dijadikan sebagai tahu. Kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi sehingga
  • 13. 12 dapat digunakan sebagai sumber protein. Kandungan nutrien ampas tahu yaitu PK 18.66%; LK 3.79%; air 51.63%; dan abu 1.21%, (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, 2011). Selain konsentrat di atas, tersedia juga berbagai macam konsentrat komersil yang nutriennya sudah sesuai kebutuhan sapi perah yang dijual di toko-toko peternakan. Misalnya saja nutrifeed, C-Prolac, SR Feed Mills, Susu A (Comfeed), dan lain-lain. Gambar 9 Berbagai konsentrat komersil Sumber: Disnak Jatim (2016) Imbangan Hijuaan : Konsentrat untuk Sapi Perah Pakan ternak perah harus seimbang kandungan nutriennya. Dalam ransum harus mengandung protein, energi, mineral dan vitamin baik dari bahan pakan hijauan, konsentrat, suplemen mineral, dan lain-lain disediakan dalam jumlah yang sesuai untuk memungkinkan ternak berproduksi secara optimal dan tetap sehat. Menurut Garg dan Makkar (2012) pemberian pakan yang tidak seimbang menghasilkan beberapa masalah sebagai berikut:  Produksi susu rendah, pertumbuhan dan reproduksi buruk  Produksi susu lebih rendah dari potensi genetiknya  Panjang laktasi lebih pendek dan interval melahirkan lebih lama Persyaratan mutu bahan pakan ternak berdasarkan SNI dapat diakses pada link berikut http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id/sni-bahan-pakan/.
  • 14. 13  Ternak lebih rentan terhadap gangguan metabolisme seperti demam susu dan ketosis  Pertumbuhan lambat pada ternak muda sehingga umur melahirkan pertama kali lebih lama  Masa produktif yang lebih pendek  Menurunkan keuntungan bagi peternak Gambar 10. Sapi perah yang diberi pakan jerami kering Sumber: Garg dan Makkar (2012) Konsentrat dan hijauan menentukan jumlah bahan kering dalam ransum. Rasio keduanya sangat penting, karena ketidakseimbangan rasio nutrien dalam bahan kering akan menurunkan pH rumen, menghasilkan depresi pada lemak susu dan predisposisi ternak terhadap beberapa gangguan metabolisme. Di daerah tropis ternak sapi perah cenderung diberi pakan limbah pertanian yang memiliki nutrien rendah. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak diperlukan pakan penguat (konsentrat). Ternak yang diberi pakan tinggi konsentrat (> 60%), dapat menyebabkan kematian karena asidosis. Kondisi pH rendah merusak mikroba rumen yang membantu mencerna serat yang dapat menyebabkan depresi pada lemak susu (Garg dan Makkar, 2012). Konsumsi hijauan untuk sapi perah lebih seharusnya lebih banyak karena pakan hijauan mengandung serat kasar yang tinggi yaitu mengandung Neutral Detergent Fiber (NDF) yang dapat mempengaruhi kualitas susu. Kandungan NDF dalam ransum erat hubungannya dengan kandungan Solid Non Fat (SNF) dan
  • 15. 14 lemak susu yang dihasilkan sapi perah. Pakan yang memiliki kandungan serat kasar rendah maka semakin sedikit bahan yang dirombak oleh mikroba rumen untuk menghasilkan asam asetat dan butirat sehingga kadar lemak susu akan rendah karena asam asetat dan butirat merupakan komponen penyusun lemak rantai panjang pada susu (Suhendra et al., 2015). Selain itu, kadar serat kasar (NDF) yang terlalu tinggi dalam ransum dapat menurunkan palatabilitas sehingga konsumsi pakan menurun dan nutrien yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Namun, jika ransum memiliki kandungan NDF yang rendah dapat menyebabkan kekurangan nutrien, terutama Volatile Fatty Acid (VFA) yang menghasilkan asam asetat, butirat, propionat, dan energi sebagai bahan dasar lemak susu dan SNF, terutama laktosa (bahan dasar penyusun laktosa adalah asam propionat). Kandungan NDF yang tinggi dapat menghasilkan kadar lemak susu yang tinggi, karena serat kasar di dalam rumen akan didegradasi oleh mikroba rumen sehingga menghasilkan asam asetat yang lebih tinggi dibandingkan asam propionat (Pangestu et al., 2003). Asam asetat dan asam butirat akan masuk ke peredaran darah menuju hati untuk diubah menjadi asam lemak, selanjutnya masuk ke dalam sel-sel sekresi ambing untuk sintesis lemak susu (Mutamimah et al., 2013). Tabel 21 menunjukkan imbangan pakan sapi perah konsentrat 40% : hijauan 60% adalah imbangan yang paling optimal untuk mendapatkan susu yang lebih baik. Tabel 5. Kualitas susu sapi perah yang diberi pakan imbangan hijauan dan konsentrat berbeda Parameter Imbangan konsentrat : hijauan Konsentrat 50% + hijauan 50% Konsentrat 45% + hijauan 55% Konsentrat 40% + hijauan 60% Lemak (%) 3,28a 3,45ab 3,51b SNF (%) Protein (%) Laktosa (%) 7,31a 2,53a 3,82a 7,75b 2,68b 4,06b 7,83b 2,69b 4,12b Keterangan: Superskrip dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05). Sumber: Suhendra et al. (2015)
  • 16. 15 Tabel 6. Persentase konsentrat dalam ransum sapi perah Sumber: Garg dan Makkar (2012) Formulasi Ransum Sapi Perah Untuk mendapatkan pakan dengan rasio seimbang, peternak harus memformulasikan pakan sesuai kebutuhan berdasarkan umur dan status fisiologi ternak. Penyusunan ransum ini juga bermanfaat untuk mengefisienkan biaya pakan karena dapat menyusun ransum komplit dari bahan-bahan yang lebih murah. Adapun strategi dalam memformulasikan ransum yaitu: 1. Tentukan status fisiologi dan tujuan produksi. 2. Siapkan dan susun daftar kebutuhan nutrien ternak sesuai kondisi ternak. 3. Tentukan bahan-bahan pakan yang akan digunakan dan tersedia di lapangan (harga, stok bahan, dan lain-lain). 4. Susun komposisi nutrien yang dikandung bahan pakan yang telah dipilih (3). 5. Kelompokkan bahan pakan berdasarkan klasifikasinya (sumber energi atau sumber protein). 6. Buat campuran bahan dan hitung nilai nutriennya serta sesuaikan dnegan kebutuhan ternak. Sedikit kilas balik ke kegiatan belajar 3, untuk menentukan kebutuhan pakan sapi perah dapat dilakukan berdasarkan BK, PK, dan TDN. Metode untuk memperhitungkan pemenuhan kebutuhan ternak dengan kandungan nutrien bahan dapat dilakukan dnegan teknik penyusunan ransum ternak menggunakan metode pearson square, least cost formulation, dan trial eror method.
  • 17. 16 Metode pearson square ini adalah metode penyusunan ransum yang menggunakan empat macam bahan pakan. Kelemahan metode pearson square adalah memerlukan tahapan panjang dan perhitungan kebutuhan protein, energi, vitamin, dan mineral bagi ternak tidak dapat dilakukan dalam waktu bersamaan. Contoh 1 Menyusun ransum dengan PK 15% dari dedak padi PK 12% dan bungkil kelapa 20%. Buatlah ransum sebanyak 500 kg! Langkah 1. Buatlah segi 4 person Langkah 2. Hitungkah persentasi masing-masing bahan Berdasarkan hasil perhitungan di atas, untuk mendapatkan ransum dengan PK 15%, dapat disusun dari 62.5% dedak padi dan 37.5% bungkil kelapa. Langkah 3. Hitunglah jumlah pakan Untuk mendapatkan 100 kg pakan maka dibutuhkan: - Dedak padi = 62.5% x 500 kg = 312.5 kg - Bungkil kelapa = 37.5% x 500 kg = 187.5 kg Dengan demikian untuk membuat 500 kg pakan dengan kandungan PK 15% dibutuhkan 312.5 kg dedak padi dan 187.5% bungkil kelapa. Contoh 2. Susunlah ransum dengan PK 12% dan TDN 74% dengan bahan berikut: - Bungkil biji kedelai (PK 40% dan TDN 68%) - Jagung (PK 10% dan TDN 80%) - Tepung kaliandra (PK 15% dan TDN 55%)
  • 18. 17 Metode yang digunakan untuk menyusun ransum berdasarkan dua kebutuhan (PK dan TDN) dan tiga bahan adalah double person square. Langkah 1. Buat campuran 1 dengan bahan biji kedelai dan jagung untuk mencapai PK 12% Langkah 2. Buat campuran 2 dengan bahan tepung kaliandra dan jagung untuk mencapai PK 12%
  • 19. 18 Langkah 3. Buat campuran 3 yang terdiri dari campuran 1 dan campuran 2 untuk mencapai TDN 74% Dengan demikian, setiap bahan memiliki persentase berikut: - Jagung dalam campuran 1 = 93.33 x 43.48 = 40.58% - Jagung dalam campuran 2 = 60.00 x 56.52 = 33.91% - Total jagung : 74.49% - Bungkil biji kedelai dalam campuran 1 = 6.67 x 43.48 = 2.90% - Tepung kaliandra dalam campuran 2 = 40.00 x 56.52 = 22.61% Contoh lain penyusunan formulasi ransum menggunakan metode pearson square dapat diakses pada link http://nusfeed.id/2018/02/01/cara-menyusun- ransum-dengan-menggunakan-segi-empat-pearson/. Metode least cost formulation berdasarkan pada pemrograman linier. Metode ini banyak digunakan dalam industri pakan komersial dengan menggunakan program perangkat lunak yang tersedia secara komersial. Metode least cost formulation mengoptimalkan kombinasi bahan-bahan pakan yang tersedia dengan harga yang murah sehingga dapat memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya (Rossi, 2004). Salah satu software yang dapat digunakan untuk menghitung formulasi ransum dengan metode ini adalah SOLVER yang ada di Excel. Menurut Budiarsana (2016) langkah-langkah dalam menyusun ransum menggunakan SOLVER yaitu:
  • 20. 19 1. Menyiapkan database pakan yang akan digunakan. Isi database tersebut adalah nama bahan, kandungan nutriennya minimal BK, PK, dan TDN. Semakin lengkap database semakin akurat dalam penyusunan ransum. Semua database disimpan dalam file excel seperti contoh Gambar 51. Gambar 11. Database bahan pakan penyusun ransum sapi perah Sumber: Budiarsana (2016) 2. Tentukan kualitas pakan yang akan dibuat yang disesuaikan dengan kebutuhan ternak berdasarkan umur dan status fisiologisnya. 3. Kemudian pilihlah bahan-bahan yang akan digunakan, misalnya rumput gajah, dedak padi, jagung dan bungkil kelapa seperti pada Tabel 23. Tabel 7. Formulasi ransum produksi susu 10 liter per hari Bahan pakan % BK (%) TDN Abu PK LK SK BETN Ca P Rumput gajah 45 9,99 23,58 5,40 3,91 1,22 14,54 19,94 0,21 0,16 Dedak padi 20 17,84 13,58 2,72 2,60 1,73 2,78 10,17 0,02 0,28 Jagung giling 5 4,34 4,04 0,11 0,54 0,21 0,13 4,01 0,01 0,02 Bungkil kelapa 30 26,58 23,61 2,47 6,39 3,27 4,26 13,62 0,07 0,20 100 58,75 64,81 10,70 13,44 6,43 21,70 47,74 0,31 0,65 Sumber : Edeilweys (2013)
  • 21. 20 4. Hitunglah kebutuhan ternak menggunakan software excel. Menu SOLVER pada excel ini dapat fleksible dalam penyesuiaan dan pembatasan suatu bahan pakan karena adanya antinutrisi, misalkan pada Gambar 52. Gambar 12. Batasan penggunaaan bahan pakan Sumber: Budiarsana (2016) Sebelum perhitungan, pastikan fungsi SOLVER aktif dan jika belum aktif dapat di aktifkan melalui AddIns. Pada fungsi SOLVER ini beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: - Set target Cell di excel untuk menentukan lokasi haisl perhitungan - Equal to  untuk menjustifikais perhitungan yang diinginkan (max atau min) - By Changing Cell adalah lokasi jumlah bahan yang digunakan untuk menyusun ransum - Subject to constrain adalah pengaturan penyesuaian dan batasan-batasan yang ingin diterapkan dalam memformulasikan ransum, misalnya adanya antinutrisi.
  • 22. 21 Setelah semua kondisi sesuai dengan yang diinginkan, kemudian pada jendela Solver Option klik kotak assume linear model kemudian klik kotak assume non-negative, selanjutnya klik OK. Artikel yang membahas formulasi ransum menggunakan SOLVER di excel dapat diakses pada link http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/IP/article/view/3177. Gambar 13. Fungsi SOLVER pada excel Sumber: Budiarsana (2016) Beberapa software online lain yang dapat digunakan untuk formulasi ransum sebagai berikut: 1. http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/login 2. https://www.formatsolutions.com/en/digital-nutrition 3. http://www.optimix.com.br/ atau melalui software yang bisa diinstal di android yaitu dapat diakses di link: 1. https://play.google.com/store/apps/details?id=in.celeber.www.nutritiveval ues 2. https://play.google.com/store/apps/details?id=in.celeber.www.cattlefeedfo rmulationlite 3. https://play.google.com/store/apps/details?id=de.byhead.dairymobile
  • 23. 22 Uji Kualitas Pakan Pengawasan bahan pakan berupa pengujian mutu pakan dapat dilakukan secara uji kimia, uji fisik dan uji biologis. Umumnya kualitas pakan ditentukan berdasarkan kandungan nutriennya dengan uji kimia. Pengujian secara kimia dengan analisis proksimat berdasarkan metode Association of Official Analytical Chemists (AOAC) atau Standar Nasional Indonesia (SNI). Food and Agriculture Organization (FAO) juga mepublikasikan tentang analisis uji kualitas pakan yang dapat diakses pada link berikut http://www.fao.org/3/i2441e/i2441e00.pdf. Gambar 14. Diagram analisis pakan berdasarkan uji kimia Sumber: FAO (2011) Hasil uji fisik, kimia, dan biologis dapat digunakan untuk mengetahui mutu pakan ternak sehingga dapat diketahui apakah pakan tersebut sudah sesuai dnegan mutu yang dipersyaratkan (sesuai SNI pakan ternak). Pakan yang bermutu sesuai standar belum tentu akan memberikan performa ternak yang baik, apabila tidak
  • 24. 23 sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternaknya. Walaupun demikian, pemerintah menetapkan standar yaitu batas ambang minimal atau maksimal dari kandungan pakan tersebut untuk mempermudah pengawas/petugas mutu pakan di daerah dalam melakukan pengawasan mutu pakan. Pengujian kimia bahan pakan yang banyak dilakukan adalah menggunakan analisis proksimat yaitu pengujian bahan kering, protein kasar, serat kasar, abu, dan BetaN. Selain itu pengujian bahan kimia juga dilakukan untuk mengetahui kontaminasi dan residu pestisida. Kualitas mutu pakan juga dilihat secara sifat fisik. Sifat fisik meliputi warna, kerusakan akibat mikroorganisme lain seperti jamur, kontaminasi oleh benda asing misalnya pecahan batu dan besi. Kadar air merupakan salah satu indikator mutu bahan yang sangat penting diperhatikan, karena bahan dengan kadar air tinggi dapat menyebabkan kerusakan bahan selama penyimpanan. Metode lain pengujian bahan pakan yaitu Metode Near Infrared (NIR) adalah salah satu alternatif cara menguji yang cepat dan murah. Namun perlu kalibrasi dan validasi NIR terlebih dahulu setelah itu dibandingkan dnengan uji kimia sebagai standar pengujian. Sampel yang akan diuji digiling pada ukuran partikel 0.75 mm (AOAC, 2005). Hasil uji kimia memang lebih akurat karena pengujian langsung ke sampel bahan dibandingkan metode NIR yang merupakan suatu pendekatan pendugaan. Meskipun begitu, metode NIR ini dapat memberikan hasil yang akurat mendekati hasil uji kimia. Pengontrolan kualitas ransum dapat dilakukan dengan cara menganalisis sampel bahan baku, dan sampel ransum yang sudah jadi. Kontrol kualitas bahan baku dan pakan jadi secara fisik dapat dicium, bila sampel berbau tengik atau tidak sedap lagi dan terdapat jamur pada bahan pakan, itu menandakan bahwa bahan pakan tersebut terkontaminasi dan kualitasnya sudah menurun. Oleh karena itu, kontrol kualitas melalui uji bahan baku pakan dan pakan jadi dapat meminimalisir dan mencegak adanya kontaminasi atau dapat mengetahui kesengajaan pencampuran pakan dengan bahan lain yang dapat menurunkan kualitas. Disamping kontaminasi dan pencampuran, bahan pakan juga dapat menurun kualitasnya karena kesalahan penanganan, pengolahan bahkan penyimpanan. Misalnya adanya kontaminasi jamur dapat terjadi karena tempat
  • 25. 24 penyimpanan yang lembab, dan kadar air yang tinggi. Dengan demikian, kontrol kualitas dan mutu bahan baku perlu dilakukan secara ketat mulai penerimaan bahan sampai dengan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan mutu bahan baku pakan merupakan hal yang penting untuk dapat menghasilkan ransum yang berkualitas tinggi. Ransum berkualitas dihasilkan dari bahan baku berkualitas pula (Fairfield, 2003). C. PENUTUP 1. Rangkuman Konsentrat merupakan pakan yang rendah serat, kaya energi dan memiliki kadar protein yang beragam (rendah, sedang, dan tinggi). Konsentrat digunakan dalam ransum untuk meningkatkan kandungan energi dalam pakan sapi perah dan juga sebagai pelengkap nutrisi hijauan. Menurut SNI 3148-1:2017 konsetrat adalah pakan yang tinggi protein dan atau energi dan dapat mengandung pelengkap (feed supplement) dan imbuhan (feed aditive). Pakan konsentrat untuk sapi perah dibedakan berdasarkan umur dan status fisiologisnya yaitu: Konsentrat pemula 1, konsentrat pemula 2, konsentrat dara, konsentrat laktasi, konsentrat laktasi produksi tinggi, konsentrat kering bunting, dan konsentrat sapi perah pejantan. Bahan-bahan pakan konsentrat dapat berasal dari biji-bijian (biji jagung, biji gandum, biji bunga matahari, dan lain-lain), limbah pertanian (dedak, pollard, dan lain-lain), limbah industri pertanian (bungkil kedelai, bungkil sawit, dn lain- lain), limbah industri ternak dan perinakan (tepung bulu, tepung ikan, dan lain- lain). Beberapa bahan pakan konsnetrat tersebut perlu pembatasan dalam penggunaan karena ada yang mengandung anti nutrisi seperti tripsin inhibitor pada bungkil kedelai, kadar lemak terlalu tinggi pada bungkil kelapa dan juga tepung ikan yang dapat mempengaruhi aroma daging, dan telur ternak. Imbangan konsentrat dan hijauan yang baik diberikan ke ternak perah yaitu 40 : 60. Metode formulasi ransum yaitu pearson square, least cost formulation dan trial eror method. Uji kualitas pakan dapat dilakukan berdasarkan analisis fisik, kimia, biologis, dan Near Infrared Method (NIR).
  • 26. 25 Daftar Pustaka Akbarillah, T., D. Kaharuddin dan Kusisiyah. 2002. Kajian tepung daun Indigofera sebagai suplemen pakan terhadap produksi dan kualitas telur. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu, Bengkulu. AOAC – Assosiation of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of Analysis. 15th Ed. Assosiation of Official Analytical Chemist, Washington DC. Budiarsana IGM. 2016. Penggunaan Fungsi "Solver" Dalam Formulasi Pakan Termurah Untuk Peternak Sapi Perah Skala Kecil. Informatika Pertanian, Vol. 25 No.2: 231-240. Dairy Feed Online. 2017. Sistem Indormasi Pakan Ternak. http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/feeds/detail/3. Diakses 11 Oktober 2019. Dairy Feed Online. Bahan Pakan. http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/feeds/detail/7. Diakses pada 23 Oktober 2019. FAO. 2011. Quality assurance for animal feed analysis laboratories. FAO Animal Production and Health Manual No. 14. Rome. Garg, MR dan Makkar HPS. 2012. Balanced feeding for improving livestock productivity – Increase in milk production and nutrient use efficiency and decrease in methane emission. FAO Animal Production and Health Paper. No. 173. Rome, Italy. Hadipernata M. 2007. Mengolah Dedak menjadi Minyak (Rice Bran Oil). Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 29 (4): 8–10. Bogor. Heuzé V., Tran G., Boudon A., Labussière E., Bastianelli D., Lebas F., 2015. Stylo (Stylosanthes guianensis). Feedipedia, a programme by INRA, CIRAD, AFZ and FAO. http://www.feedipedia.org/node/251 L Holstein Foundation. 2015. World of Dairy Cattle Nutrition. Developing dairy leaders for tomorrow. http://www.holsteinfoundation.org/pdf_doc/workbooks/DairyCattleNutritio n.pdf. Diakses pada 12 Oktober 2019. International Rice Research Institute (IRRI). 2019. Step=step production – By Product. http://www.knowledgebank.irri.org/step-by-step- production/postharvest/rice-by-products. Diakses tanggal 30 Oktober 2019. Luthfianto D, Noviyanti RD, Kurniawati. 2017. Karakterisasi Kandungan Zat Gizi Bekatul pada Berbagai Varietas Beras di Surakarta. The 6th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah. Mutamimah, L., S. Utami dan A. T. A. Sudewo. 2013. Kajian kadar lemak dan bahan kering tanpa lemak susu kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. J. Anim. Sci. 1 (3) : 874-880.
  • 27. 26 National Research Council. 2001. Nutrient requirements of Dairy Cattle. Seventh revised edition. Pandey GS dan GCJ Voskuil. 2011. Manual on improved feeding of dairy cattle by smallholder farmers. Golden Valley Agricultural Research Trust. Zambia. Pangestu, E., T. Toharmat, dan U. H. Tanuwiria. 2003. Nilai nutrisi ransum berbasis limbah industri pertanian pada sapi perah laktasi. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 28 (3): 166-171. Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Penerbit BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Indonesia. SNV. 2017. Dairy Cattle Feeding and Nutrition Management. Training Package for Dairy Extention Workers. http://www.snv.org/public/cms/sites/default/files/explore/download/dairy_c attle_feeding_and_nutrition_management_training_manual_and_guideline_ 0.pdf. Diakses pada 25 Oktober 2019. Speedy A. 1995. Gliricida sepium. Tropical Feeds and Feeding Systems, First FAO Electronic Conference. http://www.fao.org/livestock/agap/frg/ECONF95/PDF/GLIRICID.PDF. Diakses pada 25 Oktober 2019. Standar Nasional Indonesia. 2009. Pakan Konsentrat – Bagian 1: Sapi Perah. Badan Standarisasi Nasional. Indonesia Standar Nasional Indonesia. 2013. Bungkil kedelai-Bahan pakan ternak SNI 4227-2013. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta. Standar Nasional Indonesia. 2014. Bungkil kelapa (coconut meal)-Bahan pakan ternak SNI 2904-2014. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta. Standar Nasional Indonesia. 2014. Tepung bulu unggas (poultry feather meal)- Bahan pakan ternak. SNI 7993: 2014. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta. Standar Nasional Indonesia. 2017. Pakan konsentrat – Bagian 1: Sapi Perah SNI 3148-1: 2017. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta. Suarni dan widowati. 2016. Struktur, Komposidi dan Nutrisi Jagung. 2016. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp- content/uploads/2016/11/tiganol.pdf. Diakses tanggal 23 Oktober 2019. Suhendra, D., G.T. Anggiati, S. Sarah, A.F. Nasrullah, A. Thimoty, dan D. W. C. Utama. 2015. Tampilan kualitas susu sapi perah akibat imbangan konsentrat dan hijauan yang berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (1): 42 – 46 Vanis, D R. 2007. Pengaruh Pemupukan dan Interval Defoliasi Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Rumput Gajah ( Pennisetum purpureum) di bawah tegakan pohon segon (Paraserianthes falcataria). Skripsi. Fakultas perternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indonesia.
  • 28. 27 Vietnam Belgium Dairy project. 2009. Nutrition and feeding management in dairy cattle. Practical manual for small scale dairy farmer in Vietnam. Second edition. Hanoi.