4. Pembelenggu Calon Pengusaha Ternak
TERBELENGGU HAL YANG KURANG PERLU
????????
Pengembangan ternak harus menyediakan lahan TPT belum mutlak
diperlukan
Hijauan minimal 10 % dari bobot badan pada kondisi tertentu dapat
ditiadakan atur serat ransum
Anjuran Rasio hijauan:konsentrat = 50 : 50 % ”konsentrat” dapat diberikan 0
s.d. 100%.
Pemberian pakan dibatasi 3% bobot badan berikan ad-libitum; pada
pemberian pakan kualitas rendah dapat mencapai 4,5%
Kebutuhan protein minimal 13% bisa diberikan >8%
Renungkan
5. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN
Keberhasilan kepemimpinan 20% ditentukan oleh strategi dan 80%
ditentukan oleh mengelola manusia. Oleh karena itu kembangkan,
kembangkan, dan kembangkan terus manusia.
Kita semua sebenarnya lebih mirip dengan burung yang bersayap
sebelah, hanya bisa terbang kalau mau berpelukan erat dengan orang
lain.
Daya motivasi dari luar, diantaranya gaji, mobil, tunjangan, kesehatan,
dll, hanya berdampak jangka pendek dan mudah lenyap. Sebaliknya
motivasi yang berasal dari dalam berumur lebih lama dan
permanen.
Kebingungan (ketidak tahuan) merupakan pendorong orang untuk
belajar lebih jauh. Bila orang sudah puas, ia telah berada di jurang
kemandegan belajar.
Renungkan
6. Bagi insan Peternakan yang bertaqwa, “menggemukan sapi, memproduksi
pedet” bukanlah hal yang sulit; dan kita harus yakin “sama mudahnya dengan
bernafas di daerah sejuk pada kondisi sehat”. Yang harus dipecahkankan
adalah “Bagaimana usaha tersebut dapat memberikan keuntungan yang
layak, mampu bersaing dengan harga pasar” untuk menghasilkan produk
ternak yang ASUH.
Belum ada strategi dan komposisi pakan terhebat yang dapat diterapkan
pada semua sistem usaha ternak sapi potong dan sapi perah yang
tersebar pada berbagai lokasi usaha. Yang terhebat adalah strategi untuk
mengungkap dan meramu pakan potensial setempat menjadi produk
ekonomis yang ASUH”.
Hijauan identik sumber serat, tidak selalu hijau, tidak selalu berbentuk
rumput yang sudah umum dikenal.
Konsentrat pakan dengan kandungan nutrisi tinggi, dipergunakan bersama
pakan lain untuk meningkatkan keserasian nutrisi. Konsentrat tidak selalu
berbentuk konsentrat buatan pabrik.
Renungkan
7. Keunggulan pakan berbasis bahan baku lokal :
1. Mudah dalam distribusi karena jarak antara tempat prosesing dengan lokasi
peternak lebih dekat.
2. Harganya lebih murah dengan kualitas standard karena menggunakan sebagian
besar bahan baku lokal dan overhead cost yang sangat rendah.
3. Memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan pakan komersial buatan pabrik
skala industri besar, karena lebih efisien dalam biaya manajemen & produksi
serta mengurangi biaya transportasi.
4. Merupakan embrio usaha di bidang agroinput di pedesaan dengan skala usaha
komersial yang asetnya dimiliki oleh masyarakat untuk pengembangan dan
pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM )
5. Nilai tambah dari kegiatan prosesing dan diversifikasi pemanfaatan limbah
menjadi pakan diperoleh langsung para petani/peternak di pedesaan
6. Mendukung program agribisnis ternak di pedesaan melalui industrialisasi pakan
rakyat untuk peningkatan daya saing ternak lokal.
MENGAPA HARUS BAHAN BAKU LOKAL
Renungkan
9. ZAT – ZAT NUTRIEN YANG TERKANDUNG DALAM
BAHAN MAKANAN
Bahan kering
Bahan organik
Protein
Lipida/Lemak
Karbohidrat /TDN
Vitamin
Bahan Makanan
Abu
Air
Acuan Teori/ Rekomendasi
10. Biaya pakan menempati porsi
terbesar (60 s.d. 70%)
Optimalisasi penggunaan pakan
biomas setempat yang potensial
dengan input biaya murah
(Teknologi pengolahan bahan)
Diharapkan dapat menurunkan biaya
ransum, menghasilkan produktivitas
ternak yang optimal.
Efisiensi Penggunaan Ransum ??
Biaya Pakan Murah
Segi NutrienFisiologis
Pencernaan
Nutrien terbuang di feces
minimal
Bahan pakan yang dimakan
oleh “makhuk halus” dalam
rumen minimal by pass
Feces tidak bau
Kadar air dalam feces rendah
(tidak mencret)
Produksi optimal, tanpa harus
melihat efisiensi biaya
Acuan Teori/ Rekomendasi
11. PENCERNAAN DAN ABSORBSI PROTEIN PADA
RUMINANSIA
Pasokan asam amino ke dalam usus halus, berasal dari protein mikroba yang
disintesis dalam rumen, protein pakan yang tidak terdegradasi (protein by-
pass) dan protein endogen
Degradasi protein oleh mikroba rumen bersifat tidak mengenal batas.
Perombakan akan berlangsung terus-menerus walaupun amonia yang
dihasilkan telah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan
mikroba.
Acuan Teori/ Rekomendasi
12. PAKAN PADA RUMINANSIA
Ruminansia sebagai mesin pengolah serat (hijauan) menjadi anak, daging
dan/atau susu.
Kebutuhan protein untuk ternak ruminansia bervariasi sangat luas.
Hasil penelitian tentang tingkat energi menunjukkan bahwa pemberian pakan
dengan TDN sebesar 50 - 80% (Iso protein; 17,18%), tidak berpengaruh
terhadap PBBH dan efisiensi penggunaan nutrien pakan
Efisiensi PK menurun dengan semakin meningkatnya PK.
Respons terhadap konsumsi protein akan lebih baik jika energi yang tersedia
cukup
Kemampuan penyediaan pakan semakin menurun akibat terdesaknya areal
sumber pakan ternak oleh lahan pertanian, perkebunan, industri dan
pemukiman
Optimalisasi penggunaan bahan pakan hasil ikutan tanaman pertanian dan
perkebunan diyakini dapat menurunkan biaya ransum tanpa mengabaikan
kualitas pakan.
Perkembangan usaha ternak sapi perah/potong dan Alsin pencacah organik
memacu industri pengolahan pakan ternak dan penggunaan bahan pakan yang
belum umum digunakan termasuk pemalsuan bahan pakan
Acuan Teori/ Rekomendasi
13. PENGARUH DEFISIENSI NUTRISI
TERHADAP REPRODUKSI
Aksinya melalui Hipothalamus-pituitaria anterior-ovarium.
Defisiensi nutrisi mempengaruhi fungsi hipofise anterior
produksi dan sekresi hormon FSH dan LH rendah
“OVARIUM TIDAK BERKEMBANG”
“OVULASI TERGANGGU”
“TRANSPORT SPERMA”
“FERTILISASI”
“PEMBELAHAN SEL”
“PERKEMBANGAN EMBRIO DAN FETUS”
Acuan Teori/ Rekomendasi
14. DEFISIENSI NUTRISI PADA MASA PUBERTAS S.D. INDUK
Silent estrous (birahi tidak tampak/tenang)
Gangguan ovulasi/Ovulatory defect (krn defisiensi LH)progesteron
(dihasilkan oleh corpus luteum) dalam darah rendah dapat terjadi
kematian embrio dini.
Kegagalan konsepsi/pembuahan (Conception failur)
Kematian fetus (Fetal dan embryonic death)
Acuan Teori/ Rekomendasi
19. KEBUTUHAN MINIMAL NUTRIEN PADA SAPI POTONG
Lepas Sapih (8 s.d. 12 bulan)
Target PBBH > 0,6 kg.
Konsentrat murah/komersial 1-3% BB,
Konsumsi BK > 3%, PK > 10%, LK<6%, SK < 15% , TDN > 60%, dan abu < 10%).
Dara/Pembesaran (> 12-18 bulan)
Target PBBH > 0,6 kg.
Konsumsi BK > 4% dari BB, PK >8%, LK<6%, SK < 20% , TDN > 58%, dan Abu < 10%
Konsentrat 1 - 3% BB.
Pembesaran > 18 bulan, Kering dan Bunting muda (< 8 bulan)
Konsentrat murah 1-3% dari BB. Target days open < 3 bln, calving interval < 14 bln (>80%
dalam populasi
Konsumsi BK > 2,75%, PK > 8%, LK<6%, SK < 23% , TDN > 58%, dan abu < 10%.
Laktasi (2 bulan pertama) dan Bunting tua (2 bulan terakhir)
Target PBBH Pra-sapih (205 D) PO > 0.4 kg; Bali > 0.3 kg dan Brahman cross > 0.5 kg,
Konsentrat murah/ komersial untuk sapi menyusui sekitar 1,5 - 3% BB.
Konsumsi BK > 3% , PK >10%, LK<6%, SK < 18% , TDN > 59%, dan abu < 10%.
Penggemukan
Target PBBH PO > 0.7; Bali/Madura > 0.6 kg dan Brahman cross atau PO crossing > 0,9 kg.
Konsumsi BK > 3,5 % BB; PK > 8%, TDN > 58%, LK < 6%, SK < 17% dan abu < 10% 19
Hasil-hasil Penelitian
20. PENGELOMPOKAN PAKAN BERDASARKAN KANDUNGAN
NUTRISI
Serat : sawit (daun, pelepah, sabut, tandan buah kosong , batang sawit),
kulit buah coklat (pod), jagung (tongkol, jerami, klobot), kulit kacang tanah,
batang kedelai kering, kulit polong kedelai, kulit biji kopi, daun tebu (pucuk
dan wafer), dedak padi kasar, rumput gajah tua, tebon jagung tua, dedak
padi grantek, dan jerami padi.
Serat-energi : kulit ubi kayu, dedak padi menir, dan dedak padi PK 2.
Serat-protien : bungkil inti sawit, lumpur sawit, kulit biji coklat (ari), kulit
buah kapuk, kulit ari biji kedelai, daun ubi kayu, dan jerami kacang tanah.
Protein : bungkil biji kapuk, ampas kecap, ampas tahu, biji kedelai, bungkil
kedelai, dan bungkil kopra, dll.
Energi : biji jagung kuning, empok jagung, tumpi jagung, gaplek, dan
onggok.
Hasil-hasil Penelitian
21. PAKAN UNTUK PEDET LEPAS SAPIH DAN PEMBESARAN
HASIL PENELITIAN
•Penelitian kadar PK 8; 12; 16; dan 20% untuk
pedet umur 1 minggu s.d. 12 minggu : glukosa dan
VFA darah sama, konsumsi dan efisiensi BK, BO,
NDF dan ADF sama; kecuali PK. PBBH PK 8%
mencapai 0,375 kg (kategori sedang) VS 0,336;
0,329 dan 0,258 kg. PK rekomendasi : cukup 8-12%
% (TDN 67-70%) (Mariyono, 2004).
NRC (2000), kebutuhan PK untuk pertumbuhan awal 18% dan energi (TDN) 80%
Hasil-hasil Penelitian
22. PAKAN UNTUK INDUK LAKTASI
Induk menghasilkan susu sampai kebuntingan 7 bulan tidak berpengaruh
negatif terhadap produktivitas berikutnya.
Suplai asam amino digunakan untuk sintesa protein susu
Suplai glukosa digunakan untuk sintesa laktosa susu, lemak susu.
Kebutuhan glukosa meningkat 3 x lipat dibandingkan dengan sapi kering.
Keseimbangan Energi Negatif Berat badan turun (kurus), penurunan
produksi susu, silent estrous, anestrus (hipofungsi ovaria)
Hasil-hasil Penelitian
Performans produktivitas sapi PO induk dengan pola pakan Lolitsapi
Parameter Satuan
BB saat melahirkan (kg) 342 + 46,10
PBBH selama menyusui (kg) -0,17 + 0,44
Days open (hari) 42 – 163
Jarak beranak (hari) 319 – 440
(11-14,5 bln)
23. PERTUMBUHAN PRA-SAPIH PEDET SILANGAN DENGAN
PAKAN POLA PETERNAK
Parameter Hasil Persilangan
PO X Sim X
Lim*
PO X Lim X
Sim*
PO X Simmental
atau Limousin**
Bobot lahir 29,6 ± 4.8 26,9 ± 3,89 25,7 ± 4,6
PBBH 5 bulan
(kg/hari)
0,75 ± 0,56 0,53 ± 0,33 0,42 ± 0,07
Parameter Betina Jantan
Bobot lahir (kg) 24 + 2,95 26,62 + 3,22
Bobot sapih 205 hari (kg) 95+ 22,16 125,40 + 17,74
PBBH pra-sapih (kg/ekor/hari) 0,35+0,11 0,48 + 0,13
Pertumbuhan Pedet PO dengan Pakan Pola Lolitsapi
Hasil-hasil Penelitian
24. SAPI BUNTING TUA
Peningkatan kebutuhan glukosa terjadi pada 3 bulan terakhir
kebuntingan.
63% energi yang dibutuhkan untuk perkembangan fetus berasal dari
glukosa dan laktat, sisanya dipenuhi dari asam amino dan asam
asetat.
Glukosa dan asam amino merupakan nutrisi kritis.
Suplementasi berupa by pass energi dan protein diperlukan pada
sapi induk usia kebuntingan 7 – 9 bulan.
Hasil-hasil Penelitian
25. HASIL PENELITIAN PENGGEMUKAN
Target PBBH PO > 0,7; Bali/Madura > 0,6 kg dan BX/Silangan > 0,9 kg
PBBH antara sapi PO dan silangan tidak berbeda nyata (P>0,05). PBBH sapi
silangan (0,82 kg) tidak berbeda dengan sapi PO (0,85 kg). Konsumsi BK
ransum berbeda nyata (ekor/hari) 9,36 + 1,17 vs 11,36. Pada kondisi pakan low
external input sapi PO mempunyai efisiensi pakan yang sama baik dengan sapi
Simmental x PO (SIMPO) dan Limmousin X PO (LIMPO) (Hartati, 2005)
Hasil penelitian (Harsono, 2010) dengan PK ransum 9%, TDN 64%,
menunjukkan bahwa ADG sapi potong hasil IB 1,62 kg/ekor/hari lebih besar
dibandingkan dengan sapi potong BX 1,42 kg/ekor/hari. Sapi hasil IB lebih
efisien dibandingkan sapi BX
Hasil-hasil Penelitian
26. PAKAN STARTER (konsentrat kualitas tinggi)
Teknis Menyusun Ransum
Sumber vitamin dan
mineral (Mineral
Premix)
Pakan Sumber Protein
Tinggi
(PK >20%)
Pakan Sumber
Energi Tinggi
(TDN >75%)
PAKAN STARTER
KA <12%; PK >20%; LK <5%, SK
<10%; abu <10%, dan TDN >80%.
(Harga ideal < Rp 5000/kg)
Limbah Pertanian/ Limbah
Perkebunan/
Limbah Agro-industri/
Tanaman Pakan
(Sumber Serat)
Limbah Agro-industri/
Tanaman Pakan
(Sumber Protein,
Energi)
RANSUM SEIMBANG
PK >8%; LK <5%, SK 15-23%; abu <10%,
dan TDN >58%.
(Harga ideal < Rp 4000/kg)
10%
90%
27. PAKAN KONSENTRAT
Sumber vitamin dan
mineral (Mineral
Premix)
Pakan Sumber Protein
Tinggi
(PK >16%)
Pakan Sumber
Energi Tinggi
(TDN >60%)
PAKAN STARTER
KA <12%; PK >20%; LK <5%, SK
<10%; abu <10%, dan TDN >80%.
(Harga ideal < Rp 4500/kg)
Limbah Pertanian/ Limbah
Perkebunan/
Limbah Agro-industri/
Tanaman Pakan
(Sumber Serat)
Limbah Agro-industri/
Tanaman Pakan
(Sumber Protein,
Energi)
RANSUM SEIMBANG
PK >8%; LK <5%, SK 15-23%; abu <10%,
dan TDN >58%.
(Harga ideal < Rp 4000/kg)
25%
75%
Teknis Menyusun Ransum
28. PAKAN KOMPLIT
Sumber vitamin dan
mineral
Limbah Agro-industri/
Tanaman Pakan
(Sumber Protein,
Energi)
PAKAN KOMPLIT
(Complete Feed)
KA <12%; PK >8%; LK <6%, SK 15-23%; abu
<10%, dan TDN >58%.
(Harga ideal < Rp 4000/kg)
Limbah Pertanian/
Limbah Perkebunan/
Limbah Agro-industri/
Tanaman Pakan
(Sumber Serat)
Teknis Menyusun Ransum
29. Penyimpanan bahan pakan harus kering. Kadar air tinggi berjamur,
minyak tinggi tengik
Mineral dalam konsentrat 1 – 2 %
Garam 1 %
Urea 1 %
Pakan penggemukan kaya sumber energi
Pakan pembibitan waktu panjang; harga tidak terlalu mahal, kualitas
pakan baik pada saat bunting 8 bln s.d. 4 bulan menyusui. Jaminan jarak
beranak kurang 13 bulan, pertumbuhan anak s.d. 7 bulan lebih 4 ons/hari
Pakan asal kedelai cocok untuk sapi menyusui
Link Contoh Formulasi Pakan
Teknis Menyusun Ransum
30. PRINSIP PROSESSING PAKAN
Bahan Baku
Bahan Baku
Bahan Baku
Bahan Baku
Bahan Baku
Dihaluskan Mixing Cetak
Prosessing
Copper
Hummer Mill
dll
Disk Mill
Vertical
Horizontal
Pellet
Crumble
Granule, dll
Mess
Teknis Menyusun Ransum
31. TEKNIK MENCAMPUR DAN ALAT PENCAMPUR
Bahan yang sedikit dicampur terlebih dahulu (Misal mineral dicampur dahulu
dengan dedak).
Ukuran partikel konsentrat sesuai dengan harapan (halus, kasar).
Pemilihan alat pencampur yang tepat (mempertimbangkan tenaga, volume
dan biaya).
Alat pencampur : cangkul dan sekop; molen; atau mixer.
31
Teknis Menyusun Ransum
32. ALUR PROSES
1. Penimbangan bahan sesuai formula
2. Bahan ditumpuk merata, paling bawah komposisi terbanyak,
makin keatas makin sedikit.
3. penggilingan
4. Penimbangan barang jadi
5. Packaging, dijahit dan disimpan
1 4
2
3 5
Teknis Menyusun Ransum
33. •Daerah Tropis : Panas > 30oC
• Kualitas pakan (PK rendah, Serat tinggi)
•Kontinyuitas pakan
• Cekaman panas
• Konsumsi pakan menurun
TEKNIS
33
Kendala Pengembangan
34. EKONOMIS
Sangat Bergantung Kepada Kemampuan Manajemen
Untuk Memperoleh Bahan Baku Berkualitas Dengan
Harga Murah
Tidak Adanya Jaminan Keseragaman Mutu Dan
Kontinuitas Produksi.
Upaya Pemalsuan Bahan Baku Tinggi
Kadar Air Tinggi Berjamur, Minyak Tinggi Tengik
Bulky Biaya Transportasi Tinggi
Penilaian Kualitas Bahan Sangat Bergantung Kepada
Pengamatan Visual Yang Dilakukan Peternak
34
Kendala Pengembangan
35. Protein – sebagai standar penentu nilai gizi dan penentuan harga
Harga pakan / persaingan pedagang melonjak upaya pemalsuan/
subalan/ adulteran
Prinsip Pemalsuan – mengganti sebagian bahan utama dan atau
mencampur dengan bahan lain
Bahan palsuan yang digunakan
Tidak mempunyai gizi
Nilai gizinya rendah
Harganya murah
Mempertahankan kontinyuitas kualitas pakan
standart dengan harga terjangkau semakin sulit
35
Kendala Pengembangan
36. KEBIJAKAN
PERSYARATAN KUALITAS BERDASARKAN SK MENTAN
UTAMANYA UNTUK SAPI NON LAKTASI TERLALU TINGGI,
PESAING BAHAN BAKU UNTUK SAPI LAKTASI
PENGAWASAN KUALITAS YANG TERPENTING ADALAH
KESESUAIAN ANTARA KOMPOSISI DALAM TABEL DENGAN ISI
APABILA MEMUNGKINKAN SERTAKAN INFORMASI BAHAN
SUMBER PROTEIN, PETUNJUK PENGGUNAAN DAN TARGET
PRODUKSI
EVALUASI KESEIMBANGAN NUTRIEN OLEH ”PARANORMAL
NUTRISI”
SOSIAL
PRODUSEN PAKAN TERNAK HARUS MAMPU
MEMBERIKAN JAMINAN KEUNTUNGAN (ORIENTASI
PROFIT). PETERNAK SAPI PERAH PETERNAK KECIL
YANG PERLU DIPERJUANGKAN KESEJAHTERAANNYA
36
Kendala Pengembangan
37. MEMPERTAHANKAN KUALITAS PRODUK DENGAN HARGA
TERJANGKAU DAN KUALITAS TERJAMIN
Efisiensi internal dan menurunkan keuntungan perusahaan
Sistem stok pada saat harga murah
Tidak terpaku pada satu macam bahan.
Akses informasi bahan pakan terkini dan bahan pakan baru
Formulasi bervariasi
Memahami teknologi formulasi berkaitan dengan kualitas pakan hijauan di
pengguna
Memahami strategi pemberian pakan dan keseimbangan nutrisi pakan
meliputi PK, SK, LK, Abu dan TDN tidak hanya PK dan TDN
Memahami pemalsuan bahan baku
Teknik pencampuran pakan yang murah dan mudah
37
Mempertahankan Kualitas Produk
38. MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP PEMERIKSAAN
PEMALSUAN BAHAN PAKAN
A. Mengetahui standart kemurnian suatu bahan
B. Uji berdasarkan analisis kimiawi (BK, PK, LK, SK, Abu)
C. Pemeriksaan Visual/Sifat Fisik
Amati warna, bau, ukuran partikel, kelunakan, teksturnya dengan
cara menggenggam dan merasakan (pegang, ayak, kaca pembesar,
timbang/BJ, Kelarutan/ pengendapan dalam air, Pemeraman)
38
Mempertahankan Kualitas Produk
39. Bahan Palsuan/Subalan
Dedak padi Sekam giling, tepung batu apung, hasil ikutan olahan/ bonggol ubi
kayu, gergajian kayu, batu kapur, ampas rumput laut, tanah liat,
tepung feces ayam
Bekatul/sparator Tepung jerami padi, ikutan ubi kayu
Bungkil kopra Feces ayam petelur, dedak, ubi kayu atau produk ikutannya
Bungkil inti sawit Cangkang sawit dihaluskan lebih berat
Bungkil biji kapuk Tepung arang,
Onggok Tanah putih, pasir laut
Tepung ikan Daun jati, tepung batu merah
Empok jagung Tongkol jagung, tumpi jagung, batu kapur
Wheat pollard Wheat brand lebih ringan, mengkilat
Pemalsuan protein Urea
Aroma tertentu Bahan kimia (aroma)
Tepung gaplek Batu kapur, tepung kerang
Susu skim Kapur, gaplek, bubur bayi
Pembelian bahan baku pakan sebelum berubah bentuk (ditepung atau dipelet)
Beberapa Bahan Palsuan Bahan Pakan
39
Mempertahankan Kualitas Produk