SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
KEGIATAN BELAJAR 3
Pakan Ternak Ruminansia Perah
1
KEGIATAN BELAJAR 3. PAKAN TERNAK RUMINANSIA PERAH
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Pakan merupakan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi ternak. Setiap ternak memiliki standar kebutuhan
pakan yang berbeda-beda bergantung pada jenis atau bangsa, umur, status
fisiologis (bunting, laktasi atau masa kering). Kebutuhan nutrien ini dapat
dipenuhi dengan cara memberikan pakan yang berkualitas baik dari jenis hijauan,
konsentrat maupun campuran hijauan dan konsentrat. Dalam modul ini juga
dibahas kebutuhan nutrien sapi perah laktasi dan bagaimana cara
memformulasikan ransum berdasarkan kandungan nutrien bahan.
2. Relevansi
Modul ini berisikan tentang materi tentang pakan hijauan ternak
ruminansia perah. Dalam modul ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
pembelajaran hijauan pakan ternak perah dan menjadi referensi kandungan nutrien
bahan pakan hijuan.
3. Petunjuk Belajar
Peserta didik dapat menggunakan modul ini sebagai acuan dalam
pemahaman materi ternak ruminansia khususnya sub bab pakan ternak ruminansia
perah (sapi perah laktasi) yang disajikan dalam modul ini. Peserta didik juga dapat
menggunakan tes formatif untuk mengukur pemahaman materi. Tugas dan forum
diskusi dalam modul ini juga disajikan untuk memperdalam dan juga
mempermudah pemahaman materi secara berkelompok. Peserta didik dapat
mempermudah mengingat poin-poin materi dalam rangkuman. Link-link yang
berisikan contoh-contoh dan materi lebih luas dapat diakses sebagai referensi
tambahan. Selain modul ini, peserta didik juga dapat menggunkaan buku teks,
2
jurnal hasil penelitian dan juga artikel ilmiah lainnya dapat digunakan sebagai
referensi.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Mampu menganalisis prinsip agribisnis ternak ruminansia dan aplikasinya
dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak.
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mendeskripsikan komponen nutrien.
2. Peserta didik mampu mejelaskan saluran pencernaan sapi perah.
3. Peserta didik mampu menjelaskan kebutuhan nutrien sapi perah laktasi.
4. Peserta didik mampu mendeskripsikan bahan pakan hijauan.
3. Uraian Materi
Pada pelajaran sebelumnya sudah dibahas bahwa performa atau fenotipe
suatu ternak dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan atau populer dirumuskan
sebagai P= G+L dimana P adalah fenotipe, G adalah faktor genetik dan L adalah
faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling mempengaruhi performa adalah
pakan.
Kenapa ternak harus makan? Apa sih kegunaan pakan sendiri?
Pakan mengandung nutrien yang dibutuhkan ternak untuk tumbuh,
berkembang dan bereproduksi. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pakan harus
memiliki kandungan nutrien yang mampu memenuhi kebutuhan ternak tersebut
yaitu ada pakan sebagai sumber energi, sumber protein, sumber mineral dan
pakan suplemen serta pakan aditif. Masing-masing bahan pakan mengandung air,
energi, lemak, mineral dan vitamin. Energi digunakan sebagai bahan baku
metabolisme dan juga diperlukan untuk produksi susu. Protein adalah material
yang digunakan untuk pertumbuhan otot, janin dan juga produksi susu. Mineral
dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang, janin dan juga produksi susu. Vitamin
berguna untuk metabolisme dalam tubuh sapi perah dan digunakan untuk
3
mencerna nutrien dalam pakan. Dan tidak kalah penting, ternak sapi perah juga
memerlukan asupan air untuk mengatur metabolisme dan juga produksi susu,
karena kandungan susu sekitar 90% adalah air (Vietnam belgium dairy project,
2009). Adapun fungsi pakan sendiri adalah:
 Untuk kelangsungan hidup ternak (hidup pokok)
 Untuk tumbuh
 Untuk perkembangbiakan janin
 Dan untuk memproduksi susu.
 Reproduksi
Gambar 1. Overview kebutuhan pakan
Sumber: Pandey et al. (2011)
Sistem Pencernaan Sapi Perah
Sebelum Kita berbicara tentang pakan sapi perah, marilah Kita bahas
saluran pencernaan sapi perah terlebih dahulu. Saluran pencernaan sapi perah
terdiri dari mulut, kerongkongan (esophagus), rumen, retikulum, omasum,
abomasum, usus halus, usus besar dan rektum. Masing-masing saluran pencernaan
tersebut memiliki tugas dan fungsi masing-masing sehingga pakan yang
dikonsumsi dapat dimanfaatkan oleh ternak dengan baik.
4
Gambar 2. Saluran pencernaan sapi perah
Sumber: https://www.gurupendidikan.co.id/ruminansia/
Mulut, digunakan untuk makan, mengunyah dan mesekresi saliva untuk
mempermudah proses pencernaan pakan di dalam mulut seperti menelam dan
proses pencernaan pakan disaluran selanjutnya. Saliva ini mengkondisikan pH
dalam keadaan basa untuk mencerna nutrien dan juga menjaga pertumbuhan
mikroba. Esofagus membantu menyalurkan pakan (digesta) dari mulut ke
lambung melalui gerakan peristaltik. Lambung sapi perah dibagi menjadi 4 bagian
yaitu: 1. Rumen, merupakan lambung yang paling besar dan terdapat papila pada
permukaan rumen yang mampu meningkatkan absorbsi nutrien dengan cara
memperluas bidang permukaan rumen. Di dalam rumen inilah proses fermentasi
pakan oleh mikroba rumen terjadi. 2. Retikulum disebut juga dengan julukan
“honey comb”. Rumen dan retikulum tidak terdapat pemisah yang jelas sehingga
pakan terkadang keluar masuk kedua lambung ini. Di dalam rumen, terdapat
mikroba-mikroba yang membantu proses pencernaan pakan sehingga sangat
penting menjaga lingkungan di dalam rumen karena rumen seperti suatu
ekosistem yang berisi jutaan mikroorganisme. Didalam rumen terdapat
mikroorganisme yang mensintesis enzim selulase dan hemiselulase yang mampu
5
mendegradasi pakan hijauan yang banyak mengandung selulosa dan hemiselulosa.
Selulosa dan hemiselulosa kemudian dikonversi menjadi volatil fatty acid (VFAs)
seperti asetat, propionat dan butirat yang merupakan sumber energi. Mikroba
rumen juga mampu mengubah non-protein nigrogen (NPN) sebagai sumber
protein bagi sapi seperti urea sehingga sumber protein dapat dipenuhi dengan
lebih murah dibanding menggunakan sumber protein dari tanaman maupun
hewan. Selain itu, protein yang digunakan oleh ternak juga berasal dari
mikroorganisme rumen sehingga disebut sebagai microbial protein. Nilai pH
rumen mendekati netral yaitu 6.5, di dalam rumen juga tidak terdapat oksigen. 3.
Omasum bertugas dalam absorbsi air yang berbentuk seperti lembaran buku, di
omasum air diserap sebanyak 60 - 70% sedangkan 4. Abomasum atau disebut
sebagai perut sejati bertugas dalam mencerna makanan secara enzimatis seperti
pada moonogastrik. Saluran pencernaan selanjutnya yaitu usus yang bertugas
dalam pencernaan dan penyerapan nutrien dan sisa-sisa pencernaan dikeluarkan
melalui rektum. Pada pedet (anak sapi) rumen dan retikulum belum berkembang
sempurna, sehingga susu dan pakan yang dikonsumsi melalui esofagus langsung
ke omasum. Perkembangan rumen dan retikulum pada pedet dipacu oleh
konsumsi hijauan dan biji-bijian (grain) yang mengawali proses fermentasi.
Semakin lama pedet mengkonsumsi hijauan maka rumen akan semakin membesar
dan dinding rumen semakin menebal serta terbentuk papila. Rumen dan retikulum
akan berfungsi sempurna ketika ternak umur 6 - 9 bulan.
Rumen Retikulum Omasum
Gambar 3. Morfologi lambung
Sumber: Foto diambil dari koleksi Dr. Karen Petersen, University of Washington
6
Komponen-komponen Nutrien
Dari pakan yang dikonsumsi, ternak mendapatkan nutrien-nutrien esensial
yang digunakan untuk tumbuh, berkembang, berproduksi dan bereproduksi.
Pemberian nutrien ke ternak harus seimbang sesuai dengan kebutuhan. Adapun
nutrien-nutrien esensial yang dibutuhkan berdasarkan Pandey et al. (2011) yaitu:
Air merupakan komponen penting untuk ternak perah karena 71-73%
bobot sapi adalah air. Air ini berfungsi dalam memecahkan makanan, transport
nutrien, membantu reaksi kimia dan juga membantu menjaga suhu tubuh Pandey
et al. (2011).
Energi merupakan komponen utama nutrien yang dibutuhkan ternak untuk
memproduksi susu, tumbuh, mengatur kerangka dan tubuh, menjaga kebuntingan,
dll. Energi dapat diberoleh dari protein, karbohidrat dan lemak. Lemak
menyediakan energi terbanyak dibandingkan protein dan yang paling rendah
adalah karbohidrat.
Gambar 4. Kebutuhan energi sapi perah
Sumber: Holstein Foundation (2015)
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi utama dalam bahan
pakan. Jaringan tanaman kaya akan karbohidrat seperti pati, selulosa, dan
hemiselulosa. Ketika sapi perah mengkonsumsi karbohidrat, mikroba rumen akan
menghasilkan enzim untuk memecah karbohidrat tersebut menjadi gula sederhana
7
(monosakarida) yang diubah oleh mikroba rumen menjadi Volatile Fatty Acids
(VFA). Nilai VFA inilah yang diserap oleh dinding rumen yang nantinya
digunakan sebagai sumber energi (Holstein Foundation, 2015).
Protein juga merupakan sumber energi. Protein ini ditemukan dalam
konsentrasi tinggi pada makhluk hidup baik hewan maupun tanaman. Protein
sangat bermanfaat bagi ternak, seperti membentuk komponen otot, tulang dan
darah, beberapa hormon juga merupakan protein seperti insulin dan somatotropin.
Enzim-enzim pencernaan, dan metabolisme juga merupakan protein. Protein
sendiri tidak dapat diserap oleh tubuh ternak, namun penyerapan dilakukan dalam
bentuk asam amino (Holstein Foundation, 2015)
Lemak (fats atau lipids) merupakan sumber energi dan sangat umum
ditemui dalam bahan pakan misalnya minyak kedelai, lemak hewani, dan lain-
lain. Lemak sangat penting bagi ternak terutama pedet karena merupakan sumber
energi yang dibutuhkan untuk tumbuh. Selain itu, lemak juga penting dalam
penyerapan vitamin-vitamin yang larut lemak. Lemak sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi lemak jenuh (saturated fat) dan lemak tidak jenuh
(unsaturated fat) (Holstein Foundation, 2015; Pandey et al., 2011).
Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan, beberapa berperan dalam
absorbsi dan metabolisme karbohidrat protein, lemak dan mineral. Vitamin ini
juga penting untuk fungsi otak, resistensi terhadap penyakit, fertilitas dan sistem
pencernaan. Kolostrum mengandung tinggi vitamin untuk memastikan pedet
mendapatkan cukup nutrien di awal kehidupannya. Vitamin ini dikelompokkan
menjadi dua yaitu vitamin larut air dan vitamin larut lemak (A, D, E, dan K)
(Pandey et al., 2011).
Mineral dikategorikan menjadi makromineral (mineral yang dibutuhkan
dalam jumlah banyak, lebih dari 100 ppm) dan mikromineral (mineral yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit, kurang dari 100 ppm). Mineral ini harus
diberikan sesuai kebutuhan supaya ternak tidak kekurangan atau bahkan tidak
menjadi racun karena diberikan secara berlebih (Pandey et al., 2011).
8
Tabel 1. Perbedaan pakan sapi muda dan dewasa
Sapi Muda
(Pre Ruminant)
Dewasa
(Ruminant)
Pakan Cair Padat
Nutrien:
Protein Protein susu Protein pakan, NPN
Lemak Lemak susu Lemak tanaman
Karbohidrat Gula susu dan glukosa
Glukosa darah: 100-110
mg%
VFA
Glukosa darah: 40-60
mg%
Sumber: Pandey et al. (2011)
Kebutuhan Nutrien Sapi Perah Laktasi
Kebutuhan pakan ternak sapi perah laktasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: bobot badan, produksi suus dan perubahan bobot badan. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan ternak mengkonsumsi Bahan Kering (BK),
tahapan-tahapan laktasi dan produksi susu karena ketika awal laktasi produksi
susu melimpah, fase ini membutuhkan nutrien yang lebih berkualitas dan lebih
banyak. Sistem produksi sapi perah ini adalah jangka panjang sehingga perlu
diperhatikan setiap tahapan produksi, karena ketika ada kesalaha pemenuhan
diawal maka akan berakibat pada tahapan-tahapan selanjutnya. Sistem pencernaan
sapi perah laktasi dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu Pandey et al. (2011):
1. 10 minggu pertama laktasi  merupakan puncak produksi, cadangan
energi digunakan untuk mengembalikan kondisi tubuh dari kekekurangan
nutrien.
2. 10 - 20 minggu laktasi  Ternak sapi membutuhkan asupan energi
maksimum.
3. Laktasi akhir  konsumsi yang tinggi diperlukan untuk produksi dan
cadangan nutrien dalam tubuh untuk persiapan laktasi berikutnya.
4. Masa kering  periode akhir perbaikan bobot badan yang diikuti
regenerasi kelenjar sekretori di ambing.
5. Akhir masa kering  yaitu peternak mulai mempersiapkan sapi perah
untuk laktasi yaitu 1 - 3 minggu sebelum beranak (calving). Fase ini
dikenal sebagai fase transisi.
9
Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak sapi sesuai
dengan status fisiologinya berdasarkan suatu indikator seberapa banyak ternak
tersebut makan. Jumlah kebutuhan ini terhitung berdasarkan BK karena
kandungan air dalam bahan pakan dihitung sebagai air minum karena tidak
mempengaruhi nilai nutrien pakan yang dikonsumsi. Konsumsi BK ini tergantung
pada umur, produksi susu, kebuntingan, bangsa, kualitas dan kuantitas pakan,
suplai pakan, frekuensi pemberian pakan, ransum, ketersediaan air, dan
lingkungan termasuk suhu dan cuaca. Kebutuhan pakan hijauan segar untuk sapi
perah sebanyak 10% dari bobot badan, misalnya sapi FH bobot 450 kg
membutuhkan hijauan segar sebanyak 45 kg per hari. Kita juga bisa mengukur
kebutuhan sapi perah berdasarkan BK pakan yaitu sebanyak 2 - 3% dari bobot
badan. Misalnya sapi perah bobot 450 kg maka kebutuhan pakan (BK) yang harus
dipenuhi adalah antara 9 - 13.5 kg BK per hari.
Selain berdasarkan konsumsi BK, pemberian pakan sapi perah juga bisa
dilakukan berdasarkan kecernaan bahan pakan karena tidak semua bahan pakan
dapat dicerna. Bahan pakan yang tidak dapat dicerna akan dikeluarkan dalam
bentuk feses. Hijauan muda memiliki kandungan serat kasar rendah sangat mudah
dicerna (nilai kecernaan tinggi), bahan pakan lain seperti hijauan tua, jerami dan
jerami kacang tanah tua (rendeng) berserat kasar tinggi dan sulit dicerna sehingga
nilai kecernaannya rendah. Nilai nutrien dari pakan ditentukan dari kandungan
energi dan proteinnya. Negara-negara tropis umumnya menggunakan nilai
kecernaan suatu bahan atau Total Digestible Nutrient (TDN) untuk
memformulaiskan pakan sapi perah. Nilai TDN ini merepresentasikan jumlah
energi yang dapat dicerna dalam pakan. Kandungan protein ditunjukkan dari nilai
kecernaan protein (Digestible Crude Protein/DCP) yang merupakan kandungan
protein dalam pakan yang dapat dicerna dan digunakan oleh ternak.
Pemenuhan kebutuhan pakan sangat berhubungan dengan bobot badan
ternak. Pandey et al. (2011) menjelaskan sapi perah bobot 450 kg yang dipelihara
dengan sistem grazing membutuhkan 3400 g TDN dan 275 g DCP per hari. Jika
dihubungkan dengan produksi susu, kebutuhan nutrien sapi perah laktasi
bergantung pada persentasi lemak susu yang di standarkan pada 4% FCM (4% fat
10
corrected milk). Pada kondisi ini sapi perah membutuhkan 330 g TDN dan 51 g
DCP per kg susu (Pandey et al., 2011). Tabel 11 menunjukkan kebutuhan sapi
perah berdasarkan SNI Nomor 3148.1:2009.
Tabel 2. Kebutuhan nutrien sapi perah
Ternak Ka Abu
maks
PK
min
LK
maks
Ca (%) P (%) NDF
Maks
(%)
UDP
min
(%)
TDN
min
(%)
Dara 14 10 15 7 06-0.8 0.5-0.7 30 5.6 70
Laktasi 14 10 18 7 0.8-1.0 0.6-0.8 35 6.4 70
Laktasi
produksi
tinggi
14 10 18 7 1.0-1.2 0.6-0.8 35 7.2 75
Kering
bunting
14 10 14 7 0.6-0.8 0.6-0.8 30 5.6 65
Pejantan 14 12 12 6 0.5-0.7 0.3-0.5 30 4.2 65
Ket: Ka = kadar air, PK = protein kasar, SK= serat kasar, LK = lemak kasar, NDF
= neutral detergent fiber, P = fosfor, Ca= Kalsium, TDN = total digestible nutrien,
UDP = Undegraded dietary protein (presentase protein tak tercerna dalam pakan)
Sumber: SNI 3148.1: 2009
Selain berdasarkan SNI 3148.1:2009 untuk membuat formulasi ransum
komplit untuk sapi perah dapat juga menggunakan acuan dari NRC (2001) yang
membedakan berdasarkan bobot dan kondisi laktasi. Tabel 12 dan Tabel 13
adalah acuan kebutuhan nutrien sapi perah laktasi yang dapat digunakan untuk
memformulaiskan ransum. Kebutuhan nutrien sapi perah dengan bobot besar (680
kg) dengan produksi susu dan TDN yang berbeda dapat diakses pada link website
berikut
https://profsite.um.ac.ir/~kalidari/software/NRC/HELP/NRC%202001.pdf atau
mengacu pada NRC dairy cattle 2001.
Tabel 3. Kebutuhan nutrien harian sapi laktasi bangsa tipe kecil (bobot 454 kg)
pada periode laktasi awal (1 - 11 hari laktasi), TDN 78%
Produksi susu (kg) Lemak (%) DMI (kg) PK (%)
15 4.0 9.4 18.0
15 4.0 9.4 19.4
15 4.5 9.7 16.3
15 4.5 9.7 17.6
15 4.5 9.7 18.9
15 5.0 9.9 16.0
11
Produksi susu (kg) Lemak (%) DMI (kg) PK (%)
15 5.0 9.9 17.4
15 5.0 9.9 18.7
30 4.0 12.9 20.0
30 4.0 12.9 22.0
30 4.0 12.9 24.0
30 4.5 13.5 19.3
30 4.5 13.5 21.2
30 4.5 13.5 23.2
30 5.0 14.0 18.9
30 5.0 14.0 20.8
30 5.0 14.0 22.7
Ket: DMI: dry matter intake, PK: protein kasar
Sumber: NRC (2001)
Tabel 4. Kebutuhan nutrien harian sapi laktasi bangsa tipe kecil (bobot 454 kg)
pada periode mid laktasi (estimasi konsumsi pakan 90 hari laktasi), TDN 78%
Produksi susu (kg) Lemak susu (%) DMI (kg) PK (%)
20 4.0 16.0 14.0
20 4.0 16.0 15.1
20 4.0 16.0 16.1
20 4.5 16.5 13.8
20 4.5 16.5 14.8
20 4.5 16.5 16.0
20 5.0 17.0 13.6
20 5.0 17.0 14.6
20 5.0 17.0 15.6
30 4.0 19.5 15.4
30 4.0 19.5 16.7
30 4.0 19.5 18.0
30 4.5 20.3 14.9
30 4.5 20.3 16.1
30 4.5 20.3 17.4
30 5.0 21.1 14.6
30 5.0 21.1 15.9
30 5.0 21.1 17.1
40 4.0 23.1 16.1
40 4.0 23.1 17.6
40 4.0 23.1 19.1
40 4.5 24.2 15.5
40 4.5 24.2 16.9
40 4.5 24.2 18.4
40 5.0 25.2 15.3
40 5.0 25.2 16.6
12
Produksi susu (kg) Lemak susu (%) DMI (kg) PK (%)
40 5.0 25.2 18.0
Ket: DMI: dry matter intake, PK: protein kasar
Sumber: NRC (2001)
Pakan Hijauan Sapi Perah
Ternak ruminansia mampu memanfaatkan serat kasar dalam pakannya
karena ternak ruminansia memiliki tipe lambung yang mampu mencerna pakan
dengan kandungan serat kasar lebih tinggi dibanding ternak unggas. Jika dilihat
dari kandungan serat kasar dalam bahan pakan, pakan dikategorikan menjadi dua,
yaitu pakan konsentrat dan pakan hijauan. Pakan konsentrat atau disebut juga
sebagai pakan penguat berasal dari berbagai macam sumber misalnya dari
tanaman yaitu jagung, padi, gandung, kacang hijau, kacang kedelai, umbi-umbian,
kelapa, kelapa sawit. Konsentrat yang berasal dari hewan misalnya tepung ikan,
tepung tulang dan tepung bulu. Selain itu, pakan jenis konsentrat juga ada yang
berasal dari limbah pertanian dan industri pertanian misalnya dedak padi, pollard,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, ampas tahu dan ampas bir.
Pakan hijauan untuk ternak digolongkan dari jenis rumput-rumputan,
legum, limbah pertanian. Hiajuan pakan ternak memiliki komposisi nutrien yang
sangat beragam, tergantung dari jenis, umur tanaman, iklim dan pemupukan.
Misalnya protein kasar pada rumput muda akan lebih tinggi jika dibanding
rumput tua (protein kasar sekitar kurang dari 3%). Kadar air tanaman muda juga
lebih tinggi kisaran 75 - 90% namun ketika sudah tua akan menurun menjadi
65%. Asal tempat juga mempengaruhi kandungan nutrien hijauan, misalnya
rumput yang berada didaerah tropis lebih banyak mengandung karbohidrat dalam
bentuk pati dan umumnya disimpan dibagian daun, namun rumput yang ada
didaerah subtropis karbohidratnya adalah fruktan yang banyak terdeposisi pada
batang. Oleh karena itu, Water Soluble Carbohydrate (WSC) rumput daerah tropis
lebih rendah karena pati sulit larut dalam air.
Hijauan Rumput-rumputan
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dikenal juga sebagai rumput
Uganda adalah salah satu pakan ternak yang populer dibudidayakan baik oleh
13
peternak rakyat ataupun peternak sapi perah industri. Jenis rumput ini cocok
ditanam di daerah tropis baik didaratan rendah maupun tinggi, namun penanaman
dan hasilnya bergantung pada kondisi tanah. Tanah marginal memerlukan pupuk
untuk meningkatkan kesuburan lahan supaya rumput yang ditanam berproduksi
optimal. Perbanyakan rumput ini dapat dilakukan dengan stek, biji dan pols
batang. Umur potong pertama rumput gajah pada umur 60 hari dilakukan untuk
memacu pertumbuhan seragam dan memacu pertumbuhan anakan. Selama
produksi, setiap 40 hari rumput gajah ini dapat dipanen. Pemanenan dapat
dilakukan dengan menyisakan batang setinggi 10 - 15 cm (Vanis, 2007). Rumput
yang tua akan mengandung serat kasar tinggi dan rumput yang muda memiliki
kandungan air yang tinggi sehingga diperlukan rumput dengan umur pas supaya
kandungan nutrien yang ada di dalam rumput dapat dimanfaatkan oleh ternak
(Dairy feed online, 2017). Rumput gajah ini memiliki morfologi yang daun
panjang dan sejajar, merumpun dengan lebat, tinggi tanaman mampu mencapai 7
m. Rumput ini juga memiliki bunga seperti bunga alang-alang. Terdapat 20 - 50
batang berdiameter 2.3 cm. Ciri khas rumput ini adalah daun memiliki perisai
daun yang berbulu (Vanis, 2007).
Rumput raja (Pennisetum typhoides) adalah persilangan dari rumput P.
purpureum dan P. americanum (Amerika tropis) yang berasal dari Afrika tropis.
Di Indonesia rumput raja juga berkembang dengan baik. Kualitas hijauan ini lebih
tinggi dibandingkan dengan rumput gajah terutama protein kasarnya 25% lebih
tinggi dari rumput gajah demikian juga dengan kandungan gulanya yang lebih
tinggi. Kandungan protein kasar berkisar 11.68%, tapi ada juga yang melaporkan
sekitar 8 - 11%. Kecernaan BK hijauan ini adalah sekitar 65.6%.
Rumput lapang adalah salah satu pakan ternak non budidaya,
maksudnya rumput ini tumbuh liar di lahan yang tidak dikelola. Rumput lapang
ini dapat tumbuh di bekas sawah, sawah yang tidak ditanami, tanah lapang, daerah
pekebunan, atau tegalan. Dalam satu lahan bisa terdapat berbagai macam jenis
rumput sehingga kualitas akan berbeda-beda (Dairy Feed Online, 2017). Peternak
rakyat sering menggunakan rumput ini karena tidak memiliki lahan budidaya
rumput.
14
Rumput Signal atau rumput BD (Brachiaria decumbens) banyak
ditanam di lahan penggembalaan karena tahan injakan dan kekeringan. Selama
produksi masa panen setiap 40 hari dan dipotong 5 - 15 cm dari permukaan tanah
(Dairy feed online, 2017). Taksonomi rumput signal ini termasuk dalam filum:
Spermatophyta, sub filum: Angiospermae, kelas: Monocotyledoneae, ordo:
Graminaea, genus: Brachiaria dan spesies Brachiaria decumbens. Rumput signal
ini berkembangbiak melalui stolon yang dapat menyebar dengan cepat di lahan.
Sama halnya dengan rumput gajah, rumput signal ini mengandung serat kasar
tinggi seiring bertambahnya umur.
Rumput Gajah (pennisetum
purpureum)
Rumput Raja (pennisetum purpureum)
Rumput lapang Rumput Signal/ BD (Brachiaria
decumbens)
15
Rumput odot (pennisetum purpureum
cv Mott)
Rumput Benggala (Panicum maximum)
Tabel 5. Kandungan nutrien rumput-rumputan
Hijauan BK Abu PK LK SK BetaN TDN Ca P
Rumput gajah 22.20 12.00 8.69 2.71 32.20 43.70 52.40 0.48 0.35
Rumput raja* 22.40 13.50 11.68 1.70 32.49 66.04
Rumput
Benggala
23.60 12.47 10.9 2.43 32.90 41.30 53.60 0.62 0.27
Rumput Signal 27.50 7.11 9.84 2.36 28.90 51.80 61.70 0.34 0.18
Rumput lapang 24.40 14.5 8.2 1.44 31.70 44.20 56.20 0.37 0.23
Rumput odot 20.00 8.00 11.00 2.27 30.00 40.00 65.00 0.50 0.40
Sumber: http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/feeds/detail/58#
*http://bptu-hptindrapuri.com/site/index.php/media-top/artikel-top/159-tentang-
rumput-raja-king-grass
Hijauan Leguminosa
Gamal (Gliricida sepium) salah satu jenis legum pohon yang tingginya
bisa mencapai 10-15 m yang mengandung protein tinggi. Selain sebagai pakan
ternak, gamal juga digunakan sebagai pohon naungan dan pupuk hijau.
Perbanyakan tanaman ini dilakukan dengan cara biji atau stek. Hijauan gamal ini
dapat dipanen setiap 3 bulan guna mendapatkan hijauan yang maksimal. Gamal
diberikan ke ternak sebagai pakan hijauan tunggal atau hijauan sumber protein
yang mensuplementasi pakan hijauan lain yang berkualitas rendah (Speedy,
1995). Berikut adalah link buku yang menjelaskan tentang tanaman gamal
http://www.bodley.ox.ac.uk/users/millsr/isbes/ODLF/TFP33.pdf.
Kaliandra (Calliandra calothyrsus) juga digunakan sebagai hijauan yang
berprotein tinggi (20.8%). Asal tanaman ini dari negara Meksiko. Tinggi tanaman
umumnya 4-6 m namun ada juga yang sampai 12 m jika kondisi mendukung.
Tanaman ini berjenis kanopi dengan daun majemuk lebat. Umur panen pertama
16
yaitu 9-12 bulan kemudian dapat dipanen 4 kali setiap tahunnyan (Paterson et al.
1999). Berikut adalah link tentang ekologi dan cara budidaya kaliandra
http://old.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/manual/MN0006-04.pdf
dan https://www.forda-mof.org/files/buku_1_caliandra.pdf.
Tabel 6. Kandungan nutrien leguminosa
Hijauan BK Abu PK LK SK BetaN TDN Ca P
Gamal 25.3 10 22.3 4.2 19.7 43.8 73 11.9 2.3
Turi 18.3 8.19 29.2 5.41 17.1 40.1 67.2 1.2 2.2
Kaliandra 34.9 6.3 20.8 2.4 25.2 45 67 7.1 2.8
Indigofera 20 7.18 29.56 1.22 19.5 42.45 68.89 0.22 0.14
Lamtoro 24.8 7.5 24.2 3.72 43.1 74.4 1.68 0.21
Sumber: http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/feeds/detail/58#
Daun Turi (Sesbania grandiflora) adalah legum pohon tingginya
mencapai 8 - 15 m digunakan sebagai pakan hijauan. Bentuk daun menyirip genap
sebanyak 12 - 20 pasang helai daun. Turi memiliki dua warna bunga yaitu merah
dan putih.
Gambar 5. Turi berbunga merah/pink dan putih
Indigofera zollingeriana adalah legum pohon yang berprotein tinggi dan
dapat produksi sebesar 100 - 150 ton BK/ha/tahun. Kandungan nutrien tepung
daun indigofera menurut Akbarillah (2002) memiliki nutrien serat kasar 15.25%,
protein kasar sebesar 27.97%; mineral Ca 0.22% dan P 0.18%. Indigofera juga
memiliki pigmen xantofil dan carotenoid yang tinggi.
17
Lamtoro (Leucaena leucochepala) atau dikenal sebagai petai cina
banyak yang banyak tumbuh di hampir seluruh daerah di Indonesia yang
dimanfaatkan bijinya sebagai sayuran. Daun lamtoro digunakan sebagai pakan
ternak ruminansia dan mengandung tinggi protein (Tabel 15) serta palatabilitas
yang cukup baik. Daun lamtoro tidak diperbolehkan diberikan secara berlebih
karena mengandung mimosin yang dapat menyebabkan rontok bulu dan kembung
(Dairy feed online, 2017)
Stylo (Stylosanthes guianensis atau kacang stilo) merupakan legum
pendek dengan ketinggian 1 - 1.5 m. Tanaman ini berakar tunggang kuat dan
batang banyak cabang. Tanamna ini berasal dari Argentina. Tanaman ini tumbuh
dnegan baik di daerah subtropis dan tropis. Jenis hijauan ini dapat diberikan ke
ternak dalam bentuk hay, sistem pemberian cut and carry dan pastura (Hauze et
al., 2015). Penjelasan lebih detail mengenai stylosanthes dapat diakses pada link
berikut: https://agritrop.cirad.fr/582517/1/ID582517.pdf.
Hijauan Asal Limbah Pertanian
Jerami padi merupakan salah satu sumber hijuan yang didapat dari hasil
samping tanaman padi. Tanaman padi hanya diambil bijinya sebagai tanaman
pangan, batang dan daun padi merupakan biomassa yang besar dan salah satunya
dimanfaatkan sebagai hijuan pakan ternak. Sebagai pakan ternak, jerami padi
memiliki kelemahan yaitu serat kasar yang tinggi dan sebagian besar seratnya
berbentuk lignin serta mengandung silika yang tingi sehingga sulit didegradasi
oleh mirkoba rumen (Sarnklong et al., 2010). Adapun kandungan nutrien jerami
padi yaitu SK 31.38%, PK 5.61%, abu 18,44%, dan BETN 29,14% (Agustono et
al., 2017). Jerami padi ini memiliki faktor pembatas yaitu fraksi serat yang terdiri
dari 15% lignin, 30% hemiselulosa, 40% selulosa, dan 15% silika karena jerami
merupakan tanaman tua yang memiliki ikatan kompleks antara lignin, selulosa,
dan hemiselulosa (lignifikasi). Upaya untuk mengatasi faktor pembatas tersebut
yaitu dengan pengolahan. Berbagai macam pengolahan seperti pengolahan fisik
(pencacahan, penggilingan, dan pemotongan), pengolahan kimia seperti asam,
reagen oksidatif dan alkali (Doyle et al., 1996) atau delignifikasi menggunakan
18
NaOH/KOH (Gunam dan Antara 1999) serta pengolahan dengan fermentasi
menggunakan jamur atau bakteri (pengolahan biologis) yang mampu
meningkatkan nilai nutrien karena jamur atau mikroba yang digunakan
mempunyai kemampuan mencerna lignin (delignifikasi) (Liu and Orskov, 2000).
Karena nilai nutriennya yang rendah, maka jerami padi tidak dapat digunakan
sebagai pakan basal tunggal. Jika tetap dipaksakan sebagai pakan tunggal, maka
akan menurunkan performa ternak seperti penurunan bobot badan (Sarnklong et
al., 2010). Van Soest (1983) menyatakan bahwa setiap peningkatan 1%
kandungan silika bahan akan menyebabkan penurunan kecernaan sebesar 2 - 3%
pada ternak ruminansia. Kandungan silika yang tinggi dapat menurunkan
palatabilitas dan menyulitkan penguraian jerami padi dalam rumen karena silika
dapat mencegah kolonisasi mikroba rumen (Agbagla-Dohnani et al., 2003).
Artikel berikut membahas ulasan mengenai potensi jerami padi sebagai pakan
ternak https://media.neliti.com/media/publications/100423-ID-potensi-jerami-
sebagai-pakan-ternak-rumi.pdf.
Gambar 6. Jerami padi
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Jerami
Jerami jagung atau tebon jagung adalah bahan organik sisa dari
tanaman jagung yang telah dipanen buahnya (tongkol jagung). Jerami jagung ini
tidak termasuk akar yaitu hanya batang dan daun. Hijauan ini memiliki nilai
nutrien yang hampir mirip dengan rumput gajah, dan dapat diberikan dalam
19
bentuk segar maupun kering. Kandungan nutrien jerami jagung muda adalah BK
90%, PK 11.33%, SK 28%, LK 0.68%, BETN 49,23%, abu 10,76%, NDF
64.40%, ADF 53%, dan TDN 53% (Sudirman dan Imran, 2007). Tanaman jagung
yang siap panen memiliki 30% batang dan 13% daun yang dapat digunakan
sebagai hijuan serta komponen lain terdiri 38% biji, 7% tongkol, 12% kulit buah
(Murni dan Suparjo, 2008). Jerami jagung ini biasa digunakan sebagai pengganti
hijauan rumput dan diberikan bersamaan dengan konsentrat. Karena kelimpahan
jerami jagung hanya pada musim panen jagung, maka jerami jagung ini banyak
diolah menjadi pakan fermentasi.
Gambar 7. Tanaman jagung
Sumber: https://www.kabarjawatimur.com/pakan-ternak-dimusim-kemarau-
tebon-jagung-laris-manis/
Gambar 8. Silase jerami jagung
Sumber: http://southeastagnet.com/2018/05/22/uf-uga-corn-silage-forage-field-
day/
20
Jerami kacang-kacangan sangat berpotensi sebagai hijauan pakan ternak
karena mengandung protein yang tinggi. Kacang-kacangan hasil pertanian ini
termasuk jenis leguminosa namun dibudidayakan untuk produksi bahan pangan.
Rendeng kacang-kacangan yang dapat dijadikan sebagai pakan adalah kacang
kedelai, kacang tanah, kacang hijau. Produksi hijauan kacang-kacangan tanaman
pangan menurut Soeharsono (1983) adalah jerami kedelai 1 ton/ha, jerami kacang
tanah 0.52 ton/ha, jerami kacang hijau 1 ton/ha, daun ubi kayu 1 ton/ha dan daun
ubi jalar 0.41 ton/ha. Tabel 16 menyajikan nilai nutrisi hijauan dari beberapa jenis
limbah tanaman pangan kacang-kacangan. Link berikut mengulas berbagai limbah
dan hasil samping pertanian sebagai pakan http://www.fao.org/3/X6553E04.htm.
Tabel 7. nilai nutisi hijauan dari hasil samping dan limbah pertanian
Hijauan SK BK PK LK BETN Abu
Daun uji kayu 14.93 - 8.39 5.58 45.86 14.75
Jerami ubi jalar 16,20 - 19,20 2,60 45,90 16,10
Kulit ubi jalar 12.20 - 6.77 5.84 46.52 12.41
Jerami kacang tanah segar* 30 86 14.7 - - -
Jeramikacang hijau* 22.5 86 16.6 - - -
Sumber: Agustono et al. (2017); *Hartadi et al. (1986): TDN jerami kacang tanah
50%
Artikel di link berikut membahas lebih lanjut mnegenai limbah dan hasil
samping pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia.
 http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/899-
907_Bambang-1.pdf
 https://pdfs.semanticscholar.org/c976/43fa4a06ea1b03abcfcc2e79926ce85
74570.pdf
 https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Thohawi_Elziyad_Purn
ama/publication/322095385_Identification_of_Agricultural_and_Plantatio
n_Byproducts_as_Inconventional_Feed_Nutrition_in_Banyuwangi/links/5
a4480c90f7e9ba868a7a483/Identification-of-Agricultural-and-Plantation-
Byproducts-as-Inconventional-Feed-Nutrition-in-Banyuwangi.pdf
21
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Sesuai dengan rumus fenotipik yaitu P = G + L dimana lingkungan juga
berpengaruh terhadap performa. Salah satu faktor lingkungan yang memiliki
peran besar yaitu pakan. Simbol P merupakan faktor lingkungan yang
mempengaruhi performa ternak. Pakan mengandung nutrien yang dibutuhkan
ternak untuk tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Bahan-bahan yang
digunakan sebagai pakan harus memiliki kandungan nutrien yang mampu
memenuhi kebutuhan ternak tersebut yaitu ada pakan sebagai sumber energi,
sumber serat, sumber protein, sumber mineral dan pakan suplemen serta pakan
aditif. Pakan yang diberikan ke ternak disesuaikan dengan anatomi dan fisiologi
saluran percernaan sapi perah. Saluran pencernaan sapi perah terdiri dari mulut,
kerongkongan (esophagus), rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus,
usus besar dan rektum. Ternak ruminansia mampu memanfaatkan serat kasar
dalam pakannya karena ternak ruminansia memiliki tipe lambung yang mampu
mencerna pakan dengan kandungan serat kasar lebih tinggi dibanding ternak
unggas. Hijauan pakan ternak berasal dari rumput-rumputan (rumput gajah,
rumput raja, rumput lapang, rumput benggala, rumput odot, dan lain-lain),
leguminosa (turi, kaliandra, lamtoro, gamal, indigofera, stylosanthes) dan limbah
pertanian (jerami padi, jerami jagung, rendeng kedelai, rendeng kacang tanah, dan
lain-lain). Pemberian pakan dapat dilakukan berdasarkan konsumsi Bahan Kering
(BK) dan Total Digestible Nutrient (TDN). Selain itu, produksi susu juga
mempengaruhi kebutuhan pakan.
Daftar Pustaka
Agbagla-Dohnani, A., Noziere, P., Gaillard-Martinie, B., Puard, M., and Doreau.
M. 2003. Effect of silica content on rice straw ruminal degradation. J. Anim.
Sci. 140:183-192.
Agustono B, Lamid M, Ma A, Elziyad MT. 2017. Identifikasi Limbah Pertanian
dan Perkebunana sebagai Bahan Pakan Inkonvensional di Banyuwangi.
22
Identification of Agricultural and Plantation Byproducts as Inconventional
Feed Nutrition in Banyuwangi Jurnal Medika Veteriner. 1:12–22.
Akbarillah, T., D. Kaharuddin dan Kusisiyah. 2002. Kajian tepung daun
Indigofera sebagai suplemen pakan terhadap produksi dan kualitas telur.
Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Dairy feed. 2017. Sistem Indormasi Pakan Ternak. Internet. diakses 11 Oktober
2019. http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/feeds/detail/3
Doyle, P.T., Devendra, C., and Pearce, G.R. 1996. Rice straw as a feed for
ruminants. International Development Program of Australian Universities
and Colleges Limited (IDP), Canberra, Australia.
Gunam, I.B.W., and Antara, N.S. 1999. Study on Sodium Hydroxide Treatment of
Corn Stalk to Increase Its Cellulose Saccharification Enzymatically by
Using Culture Filtrate of Trichoderma reesei. Gitayana Agric. Technol. J. 5
(1): 34-38.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tillman., 1986. Tabel Komposisi
Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Heuzé V., Tran G., Boudon A., Labussière E., Bastianelli D., Lebas F., 2015.
Stylo (Stylosanthes guianensis). Feedipedia, a programme by INRA,
CIRAD, AFZ and FAO. http://www.feedipedia.org/node/251 L
Holstein Foundation. 2015. World of Dairy Cattle Nutrition. Developing dairy
leaders for tomorrow. Internet. diakses pada 12 Oktober 2019.
http://www.holsteinfoundation.org/pdf_doc/workbooks/DairyCattleNutritio
n.pdf
Liu, JX., dan Orskov ER. 2000. Cellulase treatment of untreated and steam pre-
treated rice straweffect on in vitro fermentation characteristics. Animal Feed
Science and Technology. 88: 189- 200.
Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B.L. Ginting. 2008. Metode Pengolahan Limbah
Untuk Pakan Ternak. Universitas Jambi. Jambi
National Research Council. 2001. Nutrient requirements of Dairy Cattle. Seventh
revised edition.
Pandey GS dan GCJ Voskuil. 2011. Manual on improved feeding of dairy cattle
by smallholder farmers. Golden Valley Agricultural Research Trust.
Zambia.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.
Penerbit BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Indonesia.
Sarnklong C, Cone JW, Pellikaan W dan Hendriks WH. 2010. Utilization of Rice
Straw and Different Treatments to Improve Its Feed Value for Ruminants: A
Review. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 23 (5) : 680 – 692.
23
Speedy A. 1995. Gliricida sepium. Tropical Feeds and Feeding Systems, First
FAO Electronic Conference. Internet. diakses pada
http://www.fao.org/livestock/agap/frg/ECONF95/PDF/GLIRICID.PDF
Standar Nasional Indonesia. 2009. Pakan Konsentrat – Bagian 1: Sapi Perah.
Badan Standarisasi Nasional. Indonesia
Sudirman dan Imran. 2007. Kerbau Sumbawa: sebagai konverter sejati pakan
berserat. Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program
Kecukupan Daging Sapi. Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Nusa
Tenggara Barat.
Van Soest PJ . 1983. Nutritional Ecology of the Ruminant. O&B Books, Inc .
Corvalis, Oregon.
Vanis, D R. 2007. Pengaruh Pemupukan dan Interval Defoliasi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produktivitas Rumput Gajah ( Pennisetum purpureum) di
bawah tegakan pohon segon (Paraserianthes falcataria). Skripsi. Fakultas
perternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indonesia.
Vietnam Belgium Dairy Project. 2009. Nutrition and feeding management in dairy
cattle. Practical manual for small scale dairy farmer in Vietnam. Second
edition. Hanoi.
24

More Related Content

What's hot

Analisis proksimat
Analisis proksimatAnalisis proksimat
Analisis proksimatoriza13
 
 Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggasMuhammad Eko
 
Hormon hormon reproduksi 2010
Hormon hormon reproduksi 2010Hormon hormon reproduksi 2010
Hormon hormon reproduksi 2010udayana
 
Bab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanBab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanRMontong
 
Manajemen penetasan telur
Manajemen  penetasan telurManajemen  penetasan telur
Manajemen penetasan telurudayana
 
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING.pptx
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING.pptxTEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING.pptx
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING.pptxiksan41
 
Presentasi Peternakan
Presentasi PeternakanPresentasi Peternakan
Presentasi Peternakanproduknatural
 
Perkandangan
Perkandangan Perkandangan
Perkandangan BBPP_Batu
 
Gizi pada bumil & busui
Gizi pada bumil & busuiGizi pada bumil & busui
Gizi pada bumil & busuiAgnescia Sera
 
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Syauqy Nurul Aziz
 
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babi
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babiAnatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babi
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babiRony Kapida
 
Lingkungan danTingkah Laku Ternak.ppt
Lingkungan danTingkah Laku Ternak.pptLingkungan danTingkah Laku Ternak.ppt
Lingkungan danTingkah Laku Ternak.pptaria800212
 

What's hot (20)

Peralatan Kandang Sapi Potong
Peralatan Kandang Sapi PotongPeralatan Kandang Sapi Potong
Peralatan Kandang Sapi Potong
 
Analisis proksimat
Analisis proksimatAnalisis proksimat
Analisis proksimat
 
Kebijakan Pangan dan Gizi
Kebijakan Pangan dan GiziKebijakan Pangan dan Gizi
Kebijakan Pangan dan Gizi
 
 Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas
 
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
 
keseimbangan energi
keseimbangan energikeseimbangan energi
keseimbangan energi
 
Hormon hormon reproduksi 2010
Hormon hormon reproduksi 2010Hormon hormon reproduksi 2010
Hormon hormon reproduksi 2010
 
Bab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanBab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinan
 
Manajemen penetasan telur
Manajemen  penetasan telurManajemen  penetasan telur
Manajemen penetasan telur
 
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING.pptx
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING.pptxTEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING.pptx
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING.pptx
 
Presentasi Peternakan
Presentasi PeternakanPresentasi Peternakan
Presentasi Peternakan
 
Perkandangan
Perkandangan Perkandangan
Perkandangan
 
X 1 dasar-dasar-pakan-ternak
X 1 dasar-dasar-pakan-ternakX 1 dasar-dasar-pakan-ternak
X 1 dasar-dasar-pakan-ternak
 
Gizi pada bumil & busui
Gizi pada bumil & busuiGizi pada bumil & busui
Gizi pada bumil & busui
 
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
 
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udangTeknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
 
Proses Penetasan Telur Tetas
Proses Penetasan Telur TetasProses Penetasan Telur Tetas
Proses Penetasan Telur Tetas
 
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babi
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babiAnatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babi
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babi
 
Lingkungan danTingkah Laku Ternak.ppt
Lingkungan danTingkah Laku Ternak.pptLingkungan danTingkah Laku Ternak.ppt
Lingkungan danTingkah Laku Ternak.ppt
 
Pakan dan Hijauan kambing
Pakan dan Hijauan kambingPakan dan Hijauan kambing
Pakan dan Hijauan kambing
 

Similar to AT Modul 2 kb 3

Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanMakalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanPTPN VI
 
TUGAS MATA KULIAH ILMU TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH.pdf
TUGAS MATA KULIAH ILMU TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH.pdfTUGAS MATA KULIAH ILMU TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH.pdf
TUGAS MATA KULIAH ILMU TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH.pdfFahriTimura
 
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganSumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganCholifatulJannah
 
buku SISTEM PENCERNAAAN-NURHASANAH
buku SISTEM PENCERNAAAN-NURHASANAHbuku SISTEM PENCERNAAAN-NURHASANAH
buku SISTEM PENCERNAAAN-NURHASANAHEdo Gmh
 
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan CairanPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairanpjj_kemenkes
 
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan CairanPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairanpjj_kemenkes
 
Pakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisiPakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisihylmihalim
 
Biologi "Makanan dan Sistem Pencernaan"
Biologi "Makanan dan Sistem Pencernaan"Biologi "Makanan dan Sistem Pencernaan"
Biologi "Makanan dan Sistem Pencernaan"Syifa Sahaliya
 
ppt anfisman kel 4.pptx
ppt anfisman kel 4.pptxppt anfisman kel 4.pptx
ppt anfisman kel 4.pptxWulandari9832
 
Biologi bab 6 kelas XI
Biologi bab 6 kelas XIBiologi bab 6 kelas XI
Biologi bab 6 kelas XISalma Maulida
 
Metabolisme wa ode nur asmi t. g2 l119004
Metabolisme wa ode nur asmi t. g2 l119004Metabolisme wa ode nur asmi t. g2 l119004
Metabolisme wa ode nur asmi t. g2 l119004Yusuf Ahmad Husaeni
 
Enrichment Kepiting
Enrichment KepitingEnrichment Kepiting
Enrichment Kepitingguest2a1a587
 
Laporan Biologi - uji bahan makanan
Laporan Biologi - uji bahan makananLaporan Biologi - uji bahan makanan
Laporan Biologi - uji bahan makananDayana Florencia
 
Nabila (1)
Nabila (1)Nabila (1)
Nabila (1)JANGANDI
 

Similar to AT Modul 2 kb 3 (20)

Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanMakalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
 
TUGAS MATA KULIAH ILMU TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH.pdf
TUGAS MATA KULIAH ILMU TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH.pdfTUGAS MATA KULIAH ILMU TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH.pdf
TUGAS MATA KULIAH ILMU TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH.pdf
 
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganSumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
 
Biologi xi. d
Biologi xi. dBiologi xi. d
Biologi xi. d
 
buku SISTEM PENCERNAAAN-NURHASANAH
buku SISTEM PENCERNAAAN-NURHASANAHbuku SISTEM PENCERNAAAN-NURHASANAH
buku SISTEM PENCERNAAAN-NURHASANAH
 
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan CairanPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
 
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan CairanPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
 
Pakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisiPakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisi
 
Tugas biologi
Tugas biologi Tugas biologi
Tugas biologi
 
Biologi "Makanan dan Sistem Pencernaan"
Biologi "Makanan dan Sistem Pencernaan"Biologi "Makanan dan Sistem Pencernaan"
Biologi "Makanan dan Sistem Pencernaan"
 
Sistem pencernaan
Sistem pencernaanSistem pencernaan
Sistem pencernaan
 
Kebutuhan nutrisi pada anak
Kebutuhan nutrisi pada anakKebutuhan nutrisi pada anak
Kebutuhan nutrisi pada anak
 
ppt anfisman kel 4.pptx
ppt anfisman kel 4.pptxppt anfisman kel 4.pptx
ppt anfisman kel 4.pptx
 
Biologi bab 6 kelas XI
Biologi bab 6 kelas XIBiologi bab 6 kelas XI
Biologi bab 6 kelas XI
 
Pedoman menu bergizi
Pedoman menu bergiziPedoman menu bergizi
Pedoman menu bergizi
 
Metabolisme wa ode nur asmi t. g2 l119004
Metabolisme wa ode nur asmi t. g2 l119004Metabolisme wa ode nur asmi t. g2 l119004
Metabolisme wa ode nur asmi t. g2 l119004
 
Enrichment Kepiting
Enrichment KepitingEnrichment Kepiting
Enrichment Kepiting
 
Laporan Biologi - uji bahan makanan
Laporan Biologi - uji bahan makananLaporan Biologi - uji bahan makanan
Laporan Biologi - uji bahan makanan
 
Materi biologi x ppt bab 6 fix
Materi biologi x ppt bab 6 fixMateri biologi x ppt bab 6 fix
Materi biologi x ppt bab 6 fix
 
Nabila (1)
Nabila (1)Nabila (1)
Nabila (1)
 

More from PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3PPGhybrid3
 

More from PPGhybrid3 (20)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 

Recently uploaded

Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

AT Modul 2 kb 3

  • 1. KEGIATAN BELAJAR 3 Pakan Ternak Ruminansia Perah
  • 2. 1 KEGIATAN BELAJAR 3. PAKAN TERNAK RUMINANSIA PERAH A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Pakan merupakan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi ternak. Setiap ternak memiliki standar kebutuhan pakan yang berbeda-beda bergantung pada jenis atau bangsa, umur, status fisiologis (bunting, laktasi atau masa kering). Kebutuhan nutrien ini dapat dipenuhi dengan cara memberikan pakan yang berkualitas baik dari jenis hijauan, konsentrat maupun campuran hijauan dan konsentrat. Dalam modul ini juga dibahas kebutuhan nutrien sapi perah laktasi dan bagaimana cara memformulasikan ransum berdasarkan kandungan nutrien bahan. 2. Relevansi Modul ini berisikan tentang materi tentang pakan hijauan ternak ruminansia perah. Dalam modul ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pembelajaran hijauan pakan ternak perah dan menjadi referensi kandungan nutrien bahan pakan hijuan. 3. Petunjuk Belajar Peserta didik dapat menggunakan modul ini sebagai acuan dalam pemahaman materi ternak ruminansia khususnya sub bab pakan ternak ruminansia perah (sapi perah laktasi) yang disajikan dalam modul ini. Peserta didik juga dapat menggunakan tes formatif untuk mengukur pemahaman materi. Tugas dan forum diskusi dalam modul ini juga disajikan untuk memperdalam dan juga mempermudah pemahaman materi secara berkelompok. Peserta didik dapat mempermudah mengingat poin-poin materi dalam rangkuman. Link-link yang berisikan contoh-contoh dan materi lebih luas dapat diakses sebagai referensi tambahan. Selain modul ini, peserta didik juga dapat menggunkaan buku teks,
  • 3. 2 jurnal hasil penelitian dan juga artikel ilmiah lainnya dapat digunakan sebagai referensi. B. INTI 1. Capaian Pembelajaran Mampu menganalisis prinsip agribisnis ternak ruminansia dan aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak. 2. Sub Capaian Pembelajaran 1. Peserta didik mampu mendeskripsikan komponen nutrien. 2. Peserta didik mampu mejelaskan saluran pencernaan sapi perah. 3. Peserta didik mampu menjelaskan kebutuhan nutrien sapi perah laktasi. 4. Peserta didik mampu mendeskripsikan bahan pakan hijauan. 3. Uraian Materi Pada pelajaran sebelumnya sudah dibahas bahwa performa atau fenotipe suatu ternak dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan atau populer dirumuskan sebagai P= G+L dimana P adalah fenotipe, G adalah faktor genetik dan L adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling mempengaruhi performa adalah pakan. Kenapa ternak harus makan? Apa sih kegunaan pakan sendiri? Pakan mengandung nutrien yang dibutuhkan ternak untuk tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pakan harus memiliki kandungan nutrien yang mampu memenuhi kebutuhan ternak tersebut yaitu ada pakan sebagai sumber energi, sumber protein, sumber mineral dan pakan suplemen serta pakan aditif. Masing-masing bahan pakan mengandung air, energi, lemak, mineral dan vitamin. Energi digunakan sebagai bahan baku metabolisme dan juga diperlukan untuk produksi susu. Protein adalah material yang digunakan untuk pertumbuhan otot, janin dan juga produksi susu. Mineral dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang, janin dan juga produksi susu. Vitamin berguna untuk metabolisme dalam tubuh sapi perah dan digunakan untuk
  • 4. 3 mencerna nutrien dalam pakan. Dan tidak kalah penting, ternak sapi perah juga memerlukan asupan air untuk mengatur metabolisme dan juga produksi susu, karena kandungan susu sekitar 90% adalah air (Vietnam belgium dairy project, 2009). Adapun fungsi pakan sendiri adalah:  Untuk kelangsungan hidup ternak (hidup pokok)  Untuk tumbuh  Untuk perkembangbiakan janin  Dan untuk memproduksi susu.  Reproduksi Gambar 1. Overview kebutuhan pakan Sumber: Pandey et al. (2011) Sistem Pencernaan Sapi Perah Sebelum Kita berbicara tentang pakan sapi perah, marilah Kita bahas saluran pencernaan sapi perah terlebih dahulu. Saluran pencernaan sapi perah terdiri dari mulut, kerongkongan (esophagus), rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, usus besar dan rektum. Masing-masing saluran pencernaan tersebut memiliki tugas dan fungsi masing-masing sehingga pakan yang dikonsumsi dapat dimanfaatkan oleh ternak dengan baik.
  • 5. 4 Gambar 2. Saluran pencernaan sapi perah Sumber: https://www.gurupendidikan.co.id/ruminansia/ Mulut, digunakan untuk makan, mengunyah dan mesekresi saliva untuk mempermudah proses pencernaan pakan di dalam mulut seperti menelam dan proses pencernaan pakan disaluran selanjutnya. Saliva ini mengkondisikan pH dalam keadaan basa untuk mencerna nutrien dan juga menjaga pertumbuhan mikroba. Esofagus membantu menyalurkan pakan (digesta) dari mulut ke lambung melalui gerakan peristaltik. Lambung sapi perah dibagi menjadi 4 bagian yaitu: 1. Rumen, merupakan lambung yang paling besar dan terdapat papila pada permukaan rumen yang mampu meningkatkan absorbsi nutrien dengan cara memperluas bidang permukaan rumen. Di dalam rumen inilah proses fermentasi pakan oleh mikroba rumen terjadi. 2. Retikulum disebut juga dengan julukan “honey comb”. Rumen dan retikulum tidak terdapat pemisah yang jelas sehingga pakan terkadang keluar masuk kedua lambung ini. Di dalam rumen, terdapat mikroba-mikroba yang membantu proses pencernaan pakan sehingga sangat penting menjaga lingkungan di dalam rumen karena rumen seperti suatu ekosistem yang berisi jutaan mikroorganisme. Didalam rumen terdapat mikroorganisme yang mensintesis enzim selulase dan hemiselulase yang mampu
  • 6. 5 mendegradasi pakan hijauan yang banyak mengandung selulosa dan hemiselulosa. Selulosa dan hemiselulosa kemudian dikonversi menjadi volatil fatty acid (VFAs) seperti asetat, propionat dan butirat yang merupakan sumber energi. Mikroba rumen juga mampu mengubah non-protein nigrogen (NPN) sebagai sumber protein bagi sapi seperti urea sehingga sumber protein dapat dipenuhi dengan lebih murah dibanding menggunakan sumber protein dari tanaman maupun hewan. Selain itu, protein yang digunakan oleh ternak juga berasal dari mikroorganisme rumen sehingga disebut sebagai microbial protein. Nilai pH rumen mendekati netral yaitu 6.5, di dalam rumen juga tidak terdapat oksigen. 3. Omasum bertugas dalam absorbsi air yang berbentuk seperti lembaran buku, di omasum air diserap sebanyak 60 - 70% sedangkan 4. Abomasum atau disebut sebagai perut sejati bertugas dalam mencerna makanan secara enzimatis seperti pada moonogastrik. Saluran pencernaan selanjutnya yaitu usus yang bertugas dalam pencernaan dan penyerapan nutrien dan sisa-sisa pencernaan dikeluarkan melalui rektum. Pada pedet (anak sapi) rumen dan retikulum belum berkembang sempurna, sehingga susu dan pakan yang dikonsumsi melalui esofagus langsung ke omasum. Perkembangan rumen dan retikulum pada pedet dipacu oleh konsumsi hijauan dan biji-bijian (grain) yang mengawali proses fermentasi. Semakin lama pedet mengkonsumsi hijauan maka rumen akan semakin membesar dan dinding rumen semakin menebal serta terbentuk papila. Rumen dan retikulum akan berfungsi sempurna ketika ternak umur 6 - 9 bulan. Rumen Retikulum Omasum Gambar 3. Morfologi lambung Sumber: Foto diambil dari koleksi Dr. Karen Petersen, University of Washington
  • 7. 6 Komponen-komponen Nutrien Dari pakan yang dikonsumsi, ternak mendapatkan nutrien-nutrien esensial yang digunakan untuk tumbuh, berkembang, berproduksi dan bereproduksi. Pemberian nutrien ke ternak harus seimbang sesuai dengan kebutuhan. Adapun nutrien-nutrien esensial yang dibutuhkan berdasarkan Pandey et al. (2011) yaitu: Air merupakan komponen penting untuk ternak perah karena 71-73% bobot sapi adalah air. Air ini berfungsi dalam memecahkan makanan, transport nutrien, membantu reaksi kimia dan juga membantu menjaga suhu tubuh Pandey et al. (2011). Energi merupakan komponen utama nutrien yang dibutuhkan ternak untuk memproduksi susu, tumbuh, mengatur kerangka dan tubuh, menjaga kebuntingan, dll. Energi dapat diberoleh dari protein, karbohidrat dan lemak. Lemak menyediakan energi terbanyak dibandingkan protein dan yang paling rendah adalah karbohidrat. Gambar 4. Kebutuhan energi sapi perah Sumber: Holstein Foundation (2015) Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi utama dalam bahan pakan. Jaringan tanaman kaya akan karbohidrat seperti pati, selulosa, dan hemiselulosa. Ketika sapi perah mengkonsumsi karbohidrat, mikroba rumen akan menghasilkan enzim untuk memecah karbohidrat tersebut menjadi gula sederhana
  • 8. 7 (monosakarida) yang diubah oleh mikroba rumen menjadi Volatile Fatty Acids (VFA). Nilai VFA inilah yang diserap oleh dinding rumen yang nantinya digunakan sebagai sumber energi (Holstein Foundation, 2015). Protein juga merupakan sumber energi. Protein ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada makhluk hidup baik hewan maupun tanaman. Protein sangat bermanfaat bagi ternak, seperti membentuk komponen otot, tulang dan darah, beberapa hormon juga merupakan protein seperti insulin dan somatotropin. Enzim-enzim pencernaan, dan metabolisme juga merupakan protein. Protein sendiri tidak dapat diserap oleh tubuh ternak, namun penyerapan dilakukan dalam bentuk asam amino (Holstein Foundation, 2015) Lemak (fats atau lipids) merupakan sumber energi dan sangat umum ditemui dalam bahan pakan misalnya minyak kedelai, lemak hewani, dan lain- lain. Lemak sangat penting bagi ternak terutama pedet karena merupakan sumber energi yang dibutuhkan untuk tumbuh. Selain itu, lemak juga penting dalam penyerapan vitamin-vitamin yang larut lemak. Lemak sendiri dapat diklasifikasikan menjadi lemak jenuh (saturated fat) dan lemak tidak jenuh (unsaturated fat) (Holstein Foundation, 2015; Pandey et al., 2011). Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan, beberapa berperan dalam absorbsi dan metabolisme karbohidrat protein, lemak dan mineral. Vitamin ini juga penting untuk fungsi otak, resistensi terhadap penyakit, fertilitas dan sistem pencernaan. Kolostrum mengandung tinggi vitamin untuk memastikan pedet mendapatkan cukup nutrien di awal kehidupannya. Vitamin ini dikelompokkan menjadi dua yaitu vitamin larut air dan vitamin larut lemak (A, D, E, dan K) (Pandey et al., 2011). Mineral dikategorikan menjadi makromineral (mineral yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, lebih dari 100 ppm) dan mikromineral (mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, kurang dari 100 ppm). Mineral ini harus diberikan sesuai kebutuhan supaya ternak tidak kekurangan atau bahkan tidak menjadi racun karena diberikan secara berlebih (Pandey et al., 2011).
  • 9. 8 Tabel 1. Perbedaan pakan sapi muda dan dewasa Sapi Muda (Pre Ruminant) Dewasa (Ruminant) Pakan Cair Padat Nutrien: Protein Protein susu Protein pakan, NPN Lemak Lemak susu Lemak tanaman Karbohidrat Gula susu dan glukosa Glukosa darah: 100-110 mg% VFA Glukosa darah: 40-60 mg% Sumber: Pandey et al. (2011) Kebutuhan Nutrien Sapi Perah Laktasi Kebutuhan pakan ternak sapi perah laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: bobot badan, produksi suus dan perubahan bobot badan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan ternak mengkonsumsi Bahan Kering (BK), tahapan-tahapan laktasi dan produksi susu karena ketika awal laktasi produksi susu melimpah, fase ini membutuhkan nutrien yang lebih berkualitas dan lebih banyak. Sistem produksi sapi perah ini adalah jangka panjang sehingga perlu diperhatikan setiap tahapan produksi, karena ketika ada kesalaha pemenuhan diawal maka akan berakibat pada tahapan-tahapan selanjutnya. Sistem pencernaan sapi perah laktasi dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu Pandey et al. (2011): 1. 10 minggu pertama laktasi  merupakan puncak produksi, cadangan energi digunakan untuk mengembalikan kondisi tubuh dari kekekurangan nutrien. 2. 10 - 20 minggu laktasi  Ternak sapi membutuhkan asupan energi maksimum. 3. Laktasi akhir  konsumsi yang tinggi diperlukan untuk produksi dan cadangan nutrien dalam tubuh untuk persiapan laktasi berikutnya. 4. Masa kering  periode akhir perbaikan bobot badan yang diikuti regenerasi kelenjar sekretori di ambing. 5. Akhir masa kering  yaitu peternak mulai mempersiapkan sapi perah untuk laktasi yaitu 1 - 3 minggu sebelum beranak (calving). Fase ini dikenal sebagai fase transisi.
  • 10. 9 Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak sapi sesuai dengan status fisiologinya berdasarkan suatu indikator seberapa banyak ternak tersebut makan. Jumlah kebutuhan ini terhitung berdasarkan BK karena kandungan air dalam bahan pakan dihitung sebagai air minum karena tidak mempengaruhi nilai nutrien pakan yang dikonsumsi. Konsumsi BK ini tergantung pada umur, produksi susu, kebuntingan, bangsa, kualitas dan kuantitas pakan, suplai pakan, frekuensi pemberian pakan, ransum, ketersediaan air, dan lingkungan termasuk suhu dan cuaca. Kebutuhan pakan hijauan segar untuk sapi perah sebanyak 10% dari bobot badan, misalnya sapi FH bobot 450 kg membutuhkan hijauan segar sebanyak 45 kg per hari. Kita juga bisa mengukur kebutuhan sapi perah berdasarkan BK pakan yaitu sebanyak 2 - 3% dari bobot badan. Misalnya sapi perah bobot 450 kg maka kebutuhan pakan (BK) yang harus dipenuhi adalah antara 9 - 13.5 kg BK per hari. Selain berdasarkan konsumsi BK, pemberian pakan sapi perah juga bisa dilakukan berdasarkan kecernaan bahan pakan karena tidak semua bahan pakan dapat dicerna. Bahan pakan yang tidak dapat dicerna akan dikeluarkan dalam bentuk feses. Hijauan muda memiliki kandungan serat kasar rendah sangat mudah dicerna (nilai kecernaan tinggi), bahan pakan lain seperti hijauan tua, jerami dan jerami kacang tanah tua (rendeng) berserat kasar tinggi dan sulit dicerna sehingga nilai kecernaannya rendah. Nilai nutrien dari pakan ditentukan dari kandungan energi dan proteinnya. Negara-negara tropis umumnya menggunakan nilai kecernaan suatu bahan atau Total Digestible Nutrient (TDN) untuk memformulaiskan pakan sapi perah. Nilai TDN ini merepresentasikan jumlah energi yang dapat dicerna dalam pakan. Kandungan protein ditunjukkan dari nilai kecernaan protein (Digestible Crude Protein/DCP) yang merupakan kandungan protein dalam pakan yang dapat dicerna dan digunakan oleh ternak. Pemenuhan kebutuhan pakan sangat berhubungan dengan bobot badan ternak. Pandey et al. (2011) menjelaskan sapi perah bobot 450 kg yang dipelihara dengan sistem grazing membutuhkan 3400 g TDN dan 275 g DCP per hari. Jika dihubungkan dengan produksi susu, kebutuhan nutrien sapi perah laktasi bergantung pada persentasi lemak susu yang di standarkan pada 4% FCM (4% fat
  • 11. 10 corrected milk). Pada kondisi ini sapi perah membutuhkan 330 g TDN dan 51 g DCP per kg susu (Pandey et al., 2011). Tabel 11 menunjukkan kebutuhan sapi perah berdasarkan SNI Nomor 3148.1:2009. Tabel 2. Kebutuhan nutrien sapi perah Ternak Ka Abu maks PK min LK maks Ca (%) P (%) NDF Maks (%) UDP min (%) TDN min (%) Dara 14 10 15 7 06-0.8 0.5-0.7 30 5.6 70 Laktasi 14 10 18 7 0.8-1.0 0.6-0.8 35 6.4 70 Laktasi produksi tinggi 14 10 18 7 1.0-1.2 0.6-0.8 35 7.2 75 Kering bunting 14 10 14 7 0.6-0.8 0.6-0.8 30 5.6 65 Pejantan 14 12 12 6 0.5-0.7 0.3-0.5 30 4.2 65 Ket: Ka = kadar air, PK = protein kasar, SK= serat kasar, LK = lemak kasar, NDF = neutral detergent fiber, P = fosfor, Ca= Kalsium, TDN = total digestible nutrien, UDP = Undegraded dietary protein (presentase protein tak tercerna dalam pakan) Sumber: SNI 3148.1: 2009 Selain berdasarkan SNI 3148.1:2009 untuk membuat formulasi ransum komplit untuk sapi perah dapat juga menggunakan acuan dari NRC (2001) yang membedakan berdasarkan bobot dan kondisi laktasi. Tabel 12 dan Tabel 13 adalah acuan kebutuhan nutrien sapi perah laktasi yang dapat digunakan untuk memformulaiskan ransum. Kebutuhan nutrien sapi perah dengan bobot besar (680 kg) dengan produksi susu dan TDN yang berbeda dapat diakses pada link website berikut https://profsite.um.ac.ir/~kalidari/software/NRC/HELP/NRC%202001.pdf atau mengacu pada NRC dairy cattle 2001. Tabel 3. Kebutuhan nutrien harian sapi laktasi bangsa tipe kecil (bobot 454 kg) pada periode laktasi awal (1 - 11 hari laktasi), TDN 78% Produksi susu (kg) Lemak (%) DMI (kg) PK (%) 15 4.0 9.4 18.0 15 4.0 9.4 19.4 15 4.5 9.7 16.3 15 4.5 9.7 17.6 15 4.5 9.7 18.9 15 5.0 9.9 16.0
  • 12. 11 Produksi susu (kg) Lemak (%) DMI (kg) PK (%) 15 5.0 9.9 17.4 15 5.0 9.9 18.7 30 4.0 12.9 20.0 30 4.0 12.9 22.0 30 4.0 12.9 24.0 30 4.5 13.5 19.3 30 4.5 13.5 21.2 30 4.5 13.5 23.2 30 5.0 14.0 18.9 30 5.0 14.0 20.8 30 5.0 14.0 22.7 Ket: DMI: dry matter intake, PK: protein kasar Sumber: NRC (2001) Tabel 4. Kebutuhan nutrien harian sapi laktasi bangsa tipe kecil (bobot 454 kg) pada periode mid laktasi (estimasi konsumsi pakan 90 hari laktasi), TDN 78% Produksi susu (kg) Lemak susu (%) DMI (kg) PK (%) 20 4.0 16.0 14.0 20 4.0 16.0 15.1 20 4.0 16.0 16.1 20 4.5 16.5 13.8 20 4.5 16.5 14.8 20 4.5 16.5 16.0 20 5.0 17.0 13.6 20 5.0 17.0 14.6 20 5.0 17.0 15.6 30 4.0 19.5 15.4 30 4.0 19.5 16.7 30 4.0 19.5 18.0 30 4.5 20.3 14.9 30 4.5 20.3 16.1 30 4.5 20.3 17.4 30 5.0 21.1 14.6 30 5.0 21.1 15.9 30 5.0 21.1 17.1 40 4.0 23.1 16.1 40 4.0 23.1 17.6 40 4.0 23.1 19.1 40 4.5 24.2 15.5 40 4.5 24.2 16.9 40 4.5 24.2 18.4 40 5.0 25.2 15.3 40 5.0 25.2 16.6
  • 13. 12 Produksi susu (kg) Lemak susu (%) DMI (kg) PK (%) 40 5.0 25.2 18.0 Ket: DMI: dry matter intake, PK: protein kasar Sumber: NRC (2001) Pakan Hijauan Sapi Perah Ternak ruminansia mampu memanfaatkan serat kasar dalam pakannya karena ternak ruminansia memiliki tipe lambung yang mampu mencerna pakan dengan kandungan serat kasar lebih tinggi dibanding ternak unggas. Jika dilihat dari kandungan serat kasar dalam bahan pakan, pakan dikategorikan menjadi dua, yaitu pakan konsentrat dan pakan hijauan. Pakan konsentrat atau disebut juga sebagai pakan penguat berasal dari berbagai macam sumber misalnya dari tanaman yaitu jagung, padi, gandung, kacang hijau, kacang kedelai, umbi-umbian, kelapa, kelapa sawit. Konsentrat yang berasal dari hewan misalnya tepung ikan, tepung tulang dan tepung bulu. Selain itu, pakan jenis konsentrat juga ada yang berasal dari limbah pertanian dan industri pertanian misalnya dedak padi, pollard, bungkil kedelai, bungkil kelapa, ampas tahu dan ampas bir. Pakan hijauan untuk ternak digolongkan dari jenis rumput-rumputan, legum, limbah pertanian. Hiajuan pakan ternak memiliki komposisi nutrien yang sangat beragam, tergantung dari jenis, umur tanaman, iklim dan pemupukan. Misalnya protein kasar pada rumput muda akan lebih tinggi jika dibanding rumput tua (protein kasar sekitar kurang dari 3%). Kadar air tanaman muda juga lebih tinggi kisaran 75 - 90% namun ketika sudah tua akan menurun menjadi 65%. Asal tempat juga mempengaruhi kandungan nutrien hijauan, misalnya rumput yang berada didaerah tropis lebih banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk pati dan umumnya disimpan dibagian daun, namun rumput yang ada didaerah subtropis karbohidratnya adalah fruktan yang banyak terdeposisi pada batang. Oleh karena itu, Water Soluble Carbohydrate (WSC) rumput daerah tropis lebih rendah karena pati sulit larut dalam air. Hijauan Rumput-rumputan Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dikenal juga sebagai rumput Uganda adalah salah satu pakan ternak yang populer dibudidayakan baik oleh
  • 14. 13 peternak rakyat ataupun peternak sapi perah industri. Jenis rumput ini cocok ditanam di daerah tropis baik didaratan rendah maupun tinggi, namun penanaman dan hasilnya bergantung pada kondisi tanah. Tanah marginal memerlukan pupuk untuk meningkatkan kesuburan lahan supaya rumput yang ditanam berproduksi optimal. Perbanyakan rumput ini dapat dilakukan dengan stek, biji dan pols batang. Umur potong pertama rumput gajah pada umur 60 hari dilakukan untuk memacu pertumbuhan seragam dan memacu pertumbuhan anakan. Selama produksi, setiap 40 hari rumput gajah ini dapat dipanen. Pemanenan dapat dilakukan dengan menyisakan batang setinggi 10 - 15 cm (Vanis, 2007). Rumput yang tua akan mengandung serat kasar tinggi dan rumput yang muda memiliki kandungan air yang tinggi sehingga diperlukan rumput dengan umur pas supaya kandungan nutrien yang ada di dalam rumput dapat dimanfaatkan oleh ternak (Dairy feed online, 2017). Rumput gajah ini memiliki morfologi yang daun panjang dan sejajar, merumpun dengan lebat, tinggi tanaman mampu mencapai 7 m. Rumput ini juga memiliki bunga seperti bunga alang-alang. Terdapat 20 - 50 batang berdiameter 2.3 cm. Ciri khas rumput ini adalah daun memiliki perisai daun yang berbulu (Vanis, 2007). Rumput raja (Pennisetum typhoides) adalah persilangan dari rumput P. purpureum dan P. americanum (Amerika tropis) yang berasal dari Afrika tropis. Di Indonesia rumput raja juga berkembang dengan baik. Kualitas hijauan ini lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah terutama protein kasarnya 25% lebih tinggi dari rumput gajah demikian juga dengan kandungan gulanya yang lebih tinggi. Kandungan protein kasar berkisar 11.68%, tapi ada juga yang melaporkan sekitar 8 - 11%. Kecernaan BK hijauan ini adalah sekitar 65.6%. Rumput lapang adalah salah satu pakan ternak non budidaya, maksudnya rumput ini tumbuh liar di lahan yang tidak dikelola. Rumput lapang ini dapat tumbuh di bekas sawah, sawah yang tidak ditanami, tanah lapang, daerah pekebunan, atau tegalan. Dalam satu lahan bisa terdapat berbagai macam jenis rumput sehingga kualitas akan berbeda-beda (Dairy Feed Online, 2017). Peternak rakyat sering menggunakan rumput ini karena tidak memiliki lahan budidaya rumput.
  • 15. 14 Rumput Signal atau rumput BD (Brachiaria decumbens) banyak ditanam di lahan penggembalaan karena tahan injakan dan kekeringan. Selama produksi masa panen setiap 40 hari dan dipotong 5 - 15 cm dari permukaan tanah (Dairy feed online, 2017). Taksonomi rumput signal ini termasuk dalam filum: Spermatophyta, sub filum: Angiospermae, kelas: Monocotyledoneae, ordo: Graminaea, genus: Brachiaria dan spesies Brachiaria decumbens. Rumput signal ini berkembangbiak melalui stolon yang dapat menyebar dengan cepat di lahan. Sama halnya dengan rumput gajah, rumput signal ini mengandung serat kasar tinggi seiring bertambahnya umur. Rumput Gajah (pennisetum purpureum) Rumput Raja (pennisetum purpureum) Rumput lapang Rumput Signal/ BD (Brachiaria decumbens)
  • 16. 15 Rumput odot (pennisetum purpureum cv Mott) Rumput Benggala (Panicum maximum) Tabel 5. Kandungan nutrien rumput-rumputan Hijauan BK Abu PK LK SK BetaN TDN Ca P Rumput gajah 22.20 12.00 8.69 2.71 32.20 43.70 52.40 0.48 0.35 Rumput raja* 22.40 13.50 11.68 1.70 32.49 66.04 Rumput Benggala 23.60 12.47 10.9 2.43 32.90 41.30 53.60 0.62 0.27 Rumput Signal 27.50 7.11 9.84 2.36 28.90 51.80 61.70 0.34 0.18 Rumput lapang 24.40 14.5 8.2 1.44 31.70 44.20 56.20 0.37 0.23 Rumput odot 20.00 8.00 11.00 2.27 30.00 40.00 65.00 0.50 0.40 Sumber: http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/feeds/detail/58# *http://bptu-hptindrapuri.com/site/index.php/media-top/artikel-top/159-tentang- rumput-raja-king-grass Hijauan Leguminosa Gamal (Gliricida sepium) salah satu jenis legum pohon yang tingginya bisa mencapai 10-15 m yang mengandung protein tinggi. Selain sebagai pakan ternak, gamal juga digunakan sebagai pohon naungan dan pupuk hijau. Perbanyakan tanaman ini dilakukan dengan cara biji atau stek. Hijauan gamal ini dapat dipanen setiap 3 bulan guna mendapatkan hijauan yang maksimal. Gamal diberikan ke ternak sebagai pakan hijauan tunggal atau hijauan sumber protein yang mensuplementasi pakan hijauan lain yang berkualitas rendah (Speedy, 1995). Berikut adalah link buku yang menjelaskan tentang tanaman gamal http://www.bodley.ox.ac.uk/users/millsr/isbes/ODLF/TFP33.pdf. Kaliandra (Calliandra calothyrsus) juga digunakan sebagai hijauan yang berprotein tinggi (20.8%). Asal tanaman ini dari negara Meksiko. Tinggi tanaman umumnya 4-6 m namun ada juga yang sampai 12 m jika kondisi mendukung. Tanaman ini berjenis kanopi dengan daun majemuk lebat. Umur panen pertama
  • 17. 16 yaitu 9-12 bulan kemudian dapat dipanen 4 kali setiap tahunnyan (Paterson et al. 1999). Berikut adalah link tentang ekologi dan cara budidaya kaliandra http://old.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/manual/MN0006-04.pdf dan https://www.forda-mof.org/files/buku_1_caliandra.pdf. Tabel 6. Kandungan nutrien leguminosa Hijauan BK Abu PK LK SK BetaN TDN Ca P Gamal 25.3 10 22.3 4.2 19.7 43.8 73 11.9 2.3 Turi 18.3 8.19 29.2 5.41 17.1 40.1 67.2 1.2 2.2 Kaliandra 34.9 6.3 20.8 2.4 25.2 45 67 7.1 2.8 Indigofera 20 7.18 29.56 1.22 19.5 42.45 68.89 0.22 0.14 Lamtoro 24.8 7.5 24.2 3.72 43.1 74.4 1.68 0.21 Sumber: http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/feeds/detail/58# Daun Turi (Sesbania grandiflora) adalah legum pohon tingginya mencapai 8 - 15 m digunakan sebagai pakan hijauan. Bentuk daun menyirip genap sebanyak 12 - 20 pasang helai daun. Turi memiliki dua warna bunga yaitu merah dan putih. Gambar 5. Turi berbunga merah/pink dan putih Indigofera zollingeriana adalah legum pohon yang berprotein tinggi dan dapat produksi sebesar 100 - 150 ton BK/ha/tahun. Kandungan nutrien tepung daun indigofera menurut Akbarillah (2002) memiliki nutrien serat kasar 15.25%, protein kasar sebesar 27.97%; mineral Ca 0.22% dan P 0.18%. Indigofera juga memiliki pigmen xantofil dan carotenoid yang tinggi.
  • 18. 17 Lamtoro (Leucaena leucochepala) atau dikenal sebagai petai cina banyak yang banyak tumbuh di hampir seluruh daerah di Indonesia yang dimanfaatkan bijinya sebagai sayuran. Daun lamtoro digunakan sebagai pakan ternak ruminansia dan mengandung tinggi protein (Tabel 15) serta palatabilitas yang cukup baik. Daun lamtoro tidak diperbolehkan diberikan secara berlebih karena mengandung mimosin yang dapat menyebabkan rontok bulu dan kembung (Dairy feed online, 2017) Stylo (Stylosanthes guianensis atau kacang stilo) merupakan legum pendek dengan ketinggian 1 - 1.5 m. Tanaman ini berakar tunggang kuat dan batang banyak cabang. Tanamna ini berasal dari Argentina. Tanaman ini tumbuh dnegan baik di daerah subtropis dan tropis. Jenis hijauan ini dapat diberikan ke ternak dalam bentuk hay, sistem pemberian cut and carry dan pastura (Hauze et al., 2015). Penjelasan lebih detail mengenai stylosanthes dapat diakses pada link berikut: https://agritrop.cirad.fr/582517/1/ID582517.pdf. Hijauan Asal Limbah Pertanian Jerami padi merupakan salah satu sumber hijuan yang didapat dari hasil samping tanaman padi. Tanaman padi hanya diambil bijinya sebagai tanaman pangan, batang dan daun padi merupakan biomassa yang besar dan salah satunya dimanfaatkan sebagai hijuan pakan ternak. Sebagai pakan ternak, jerami padi memiliki kelemahan yaitu serat kasar yang tinggi dan sebagian besar seratnya berbentuk lignin serta mengandung silika yang tingi sehingga sulit didegradasi oleh mirkoba rumen (Sarnklong et al., 2010). Adapun kandungan nutrien jerami padi yaitu SK 31.38%, PK 5.61%, abu 18,44%, dan BETN 29,14% (Agustono et al., 2017). Jerami padi ini memiliki faktor pembatas yaitu fraksi serat yang terdiri dari 15% lignin, 30% hemiselulosa, 40% selulosa, dan 15% silika karena jerami merupakan tanaman tua yang memiliki ikatan kompleks antara lignin, selulosa, dan hemiselulosa (lignifikasi). Upaya untuk mengatasi faktor pembatas tersebut yaitu dengan pengolahan. Berbagai macam pengolahan seperti pengolahan fisik (pencacahan, penggilingan, dan pemotongan), pengolahan kimia seperti asam, reagen oksidatif dan alkali (Doyle et al., 1996) atau delignifikasi menggunakan
  • 19. 18 NaOH/KOH (Gunam dan Antara 1999) serta pengolahan dengan fermentasi menggunakan jamur atau bakteri (pengolahan biologis) yang mampu meningkatkan nilai nutrien karena jamur atau mikroba yang digunakan mempunyai kemampuan mencerna lignin (delignifikasi) (Liu and Orskov, 2000). Karena nilai nutriennya yang rendah, maka jerami padi tidak dapat digunakan sebagai pakan basal tunggal. Jika tetap dipaksakan sebagai pakan tunggal, maka akan menurunkan performa ternak seperti penurunan bobot badan (Sarnklong et al., 2010). Van Soest (1983) menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% kandungan silika bahan akan menyebabkan penurunan kecernaan sebesar 2 - 3% pada ternak ruminansia. Kandungan silika yang tinggi dapat menurunkan palatabilitas dan menyulitkan penguraian jerami padi dalam rumen karena silika dapat mencegah kolonisasi mikroba rumen (Agbagla-Dohnani et al., 2003). Artikel berikut membahas ulasan mengenai potensi jerami padi sebagai pakan ternak https://media.neliti.com/media/publications/100423-ID-potensi-jerami- sebagai-pakan-ternak-rumi.pdf. Gambar 6. Jerami padi Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Jerami Jerami jagung atau tebon jagung adalah bahan organik sisa dari tanaman jagung yang telah dipanen buahnya (tongkol jagung). Jerami jagung ini tidak termasuk akar yaitu hanya batang dan daun. Hijauan ini memiliki nilai nutrien yang hampir mirip dengan rumput gajah, dan dapat diberikan dalam
  • 20. 19 bentuk segar maupun kering. Kandungan nutrien jerami jagung muda adalah BK 90%, PK 11.33%, SK 28%, LK 0.68%, BETN 49,23%, abu 10,76%, NDF 64.40%, ADF 53%, dan TDN 53% (Sudirman dan Imran, 2007). Tanaman jagung yang siap panen memiliki 30% batang dan 13% daun yang dapat digunakan sebagai hijuan serta komponen lain terdiri 38% biji, 7% tongkol, 12% kulit buah (Murni dan Suparjo, 2008). Jerami jagung ini biasa digunakan sebagai pengganti hijauan rumput dan diberikan bersamaan dengan konsentrat. Karena kelimpahan jerami jagung hanya pada musim panen jagung, maka jerami jagung ini banyak diolah menjadi pakan fermentasi. Gambar 7. Tanaman jagung Sumber: https://www.kabarjawatimur.com/pakan-ternak-dimusim-kemarau- tebon-jagung-laris-manis/ Gambar 8. Silase jerami jagung Sumber: http://southeastagnet.com/2018/05/22/uf-uga-corn-silage-forage-field- day/
  • 21. 20 Jerami kacang-kacangan sangat berpotensi sebagai hijauan pakan ternak karena mengandung protein yang tinggi. Kacang-kacangan hasil pertanian ini termasuk jenis leguminosa namun dibudidayakan untuk produksi bahan pangan. Rendeng kacang-kacangan yang dapat dijadikan sebagai pakan adalah kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau. Produksi hijauan kacang-kacangan tanaman pangan menurut Soeharsono (1983) adalah jerami kedelai 1 ton/ha, jerami kacang tanah 0.52 ton/ha, jerami kacang hijau 1 ton/ha, daun ubi kayu 1 ton/ha dan daun ubi jalar 0.41 ton/ha. Tabel 16 menyajikan nilai nutrisi hijauan dari beberapa jenis limbah tanaman pangan kacang-kacangan. Link berikut mengulas berbagai limbah dan hasil samping pertanian sebagai pakan http://www.fao.org/3/X6553E04.htm. Tabel 7. nilai nutisi hijauan dari hasil samping dan limbah pertanian Hijauan SK BK PK LK BETN Abu Daun uji kayu 14.93 - 8.39 5.58 45.86 14.75 Jerami ubi jalar 16,20 - 19,20 2,60 45,90 16,10 Kulit ubi jalar 12.20 - 6.77 5.84 46.52 12.41 Jerami kacang tanah segar* 30 86 14.7 - - - Jeramikacang hijau* 22.5 86 16.6 - - - Sumber: Agustono et al. (2017); *Hartadi et al. (1986): TDN jerami kacang tanah 50% Artikel di link berikut membahas lebih lanjut mnegenai limbah dan hasil samping pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia.  http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/899- 907_Bambang-1.pdf  https://pdfs.semanticscholar.org/c976/43fa4a06ea1b03abcfcc2e79926ce85 74570.pdf  https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Thohawi_Elziyad_Purn ama/publication/322095385_Identification_of_Agricultural_and_Plantatio n_Byproducts_as_Inconventional_Feed_Nutrition_in_Banyuwangi/links/5 a4480c90f7e9ba868a7a483/Identification-of-Agricultural-and-Plantation- Byproducts-as-Inconventional-Feed-Nutrition-in-Banyuwangi.pdf
  • 22. 21 C. PENUTUP 1. Rangkuman Sesuai dengan rumus fenotipik yaitu P = G + L dimana lingkungan juga berpengaruh terhadap performa. Salah satu faktor lingkungan yang memiliki peran besar yaitu pakan. Simbol P merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi performa ternak. Pakan mengandung nutrien yang dibutuhkan ternak untuk tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pakan harus memiliki kandungan nutrien yang mampu memenuhi kebutuhan ternak tersebut yaitu ada pakan sebagai sumber energi, sumber serat, sumber protein, sumber mineral dan pakan suplemen serta pakan aditif. Pakan yang diberikan ke ternak disesuaikan dengan anatomi dan fisiologi saluran percernaan sapi perah. Saluran pencernaan sapi perah terdiri dari mulut, kerongkongan (esophagus), rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, usus besar dan rektum. Ternak ruminansia mampu memanfaatkan serat kasar dalam pakannya karena ternak ruminansia memiliki tipe lambung yang mampu mencerna pakan dengan kandungan serat kasar lebih tinggi dibanding ternak unggas. Hijauan pakan ternak berasal dari rumput-rumputan (rumput gajah, rumput raja, rumput lapang, rumput benggala, rumput odot, dan lain-lain), leguminosa (turi, kaliandra, lamtoro, gamal, indigofera, stylosanthes) dan limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, rendeng kedelai, rendeng kacang tanah, dan lain-lain). Pemberian pakan dapat dilakukan berdasarkan konsumsi Bahan Kering (BK) dan Total Digestible Nutrient (TDN). Selain itu, produksi susu juga mempengaruhi kebutuhan pakan. Daftar Pustaka Agbagla-Dohnani, A., Noziere, P., Gaillard-Martinie, B., Puard, M., and Doreau. M. 2003. Effect of silica content on rice straw ruminal degradation. J. Anim. Sci. 140:183-192. Agustono B, Lamid M, Ma A, Elziyad MT. 2017. Identifikasi Limbah Pertanian dan Perkebunana sebagai Bahan Pakan Inkonvensional di Banyuwangi.
  • 23. 22 Identification of Agricultural and Plantation Byproducts as Inconventional Feed Nutrition in Banyuwangi Jurnal Medika Veteriner. 1:12–22. Akbarillah, T., D. Kaharuddin dan Kusisiyah. 2002. Kajian tepung daun Indigofera sebagai suplemen pakan terhadap produksi dan kualitas telur. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu, Bengkulu. Dairy feed. 2017. Sistem Indormasi Pakan Ternak. Internet. diakses 11 Oktober 2019. http://Dairy Feed Online.ipb.ac.id/feeds/detail/3 Doyle, P.T., Devendra, C., and Pearce, G.R. 1996. Rice straw as a feed for ruminants. International Development Program of Australian Universities and Colleges Limited (IDP), Canberra, Australia. Gunam, I.B.W., and Antara, N.S. 1999. Study on Sodium Hydroxide Treatment of Corn Stalk to Increase Its Cellulose Saccharification Enzymatically by Using Culture Filtrate of Trichoderma reesei. Gitayana Agric. Technol. J. 5 (1): 34-38. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tillman., 1986. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Heuzé V., Tran G., Boudon A., Labussière E., Bastianelli D., Lebas F., 2015. Stylo (Stylosanthes guianensis). Feedipedia, a programme by INRA, CIRAD, AFZ and FAO. http://www.feedipedia.org/node/251 L Holstein Foundation. 2015. World of Dairy Cattle Nutrition. Developing dairy leaders for tomorrow. Internet. diakses pada 12 Oktober 2019. http://www.holsteinfoundation.org/pdf_doc/workbooks/DairyCattleNutritio n.pdf Liu, JX., dan Orskov ER. 2000. Cellulase treatment of untreated and steam pre- treated rice straweffect on in vitro fermentation characteristics. Animal Feed Science and Technology. 88: 189- 200. Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B.L. Ginting. 2008. Metode Pengolahan Limbah Untuk Pakan Ternak. Universitas Jambi. Jambi National Research Council. 2001. Nutrient requirements of Dairy Cattle. Seventh revised edition. Pandey GS dan GCJ Voskuil. 2011. Manual on improved feeding of dairy cattle by smallholder farmers. Golden Valley Agricultural Research Trust. Zambia. Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Penerbit BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Indonesia. Sarnklong C, Cone JW, Pellikaan W dan Hendriks WH. 2010. Utilization of Rice Straw and Different Treatments to Improve Its Feed Value for Ruminants: A Review. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 23 (5) : 680 – 692.
  • 24. 23 Speedy A. 1995. Gliricida sepium. Tropical Feeds and Feeding Systems, First FAO Electronic Conference. Internet. diakses pada http://www.fao.org/livestock/agap/frg/ECONF95/PDF/GLIRICID.PDF Standar Nasional Indonesia. 2009. Pakan Konsentrat – Bagian 1: Sapi Perah. Badan Standarisasi Nasional. Indonesia Sudirman dan Imran. 2007. Kerbau Sumbawa: sebagai konverter sejati pakan berserat. Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi. Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat. Van Soest PJ . 1983. Nutritional Ecology of the Ruminant. O&B Books, Inc . Corvalis, Oregon. Vanis, D R. 2007. Pengaruh Pemupukan dan Interval Defoliasi Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Rumput Gajah ( Pennisetum purpureum) di bawah tegakan pohon segon (Paraserianthes falcataria). Skripsi. Fakultas perternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indonesia. Vietnam Belgium Dairy Project. 2009. Nutrition and feeding management in dairy cattle. Practical manual for small scale dairy farmer in Vietnam. Second edition. Hanoi.
  • 25. 24