2. Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama, baik insekta, jamur, maupun gulma. Pestisida berasal dari bahasa Inggris yaitu
pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuhan.
Berdasarkan SK Menteri No. 434.1/Kpts/TP.207/7/2001, tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua
zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
a. memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
b. memberantas rerumputan.
c. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
d. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk,
e. memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak.
f. memberantas atau mencegah hama-hama air.
g. memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.
h. memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah atau air.
3. Secara luas pestisida digunakan untuk tujuan
memberantas hama dan penyakit tanaman dalam
bidang pertanian.
Dirumah tangga pestisida digunakan untuk
memberantas nyamuk, kecoak, dan serangga
pengganggu lainnya.
Pestisida merupakan zat kimia yang
digunakan untuk membasmi atau
mengendalikan berbagai hama
4. Berdasarkan jenis sasarannya
Berdasarkan asal
bahan aktif
1. Organik
• Organo khlorin : DDT, BHC, endrin,
dll
• Heterosilik: kepone, mirex
• Organofosfat: prefonofos, dll
2. Anorganik: garam-garam beracun seperti
asenat, flourida, tembaga sulfat, dan garam
merkuri
Berdasarkan
bentuk fisik
1. Cair
2. Padat
3. Aerosol
Berdasarkan bentuk formulasi
1. Butiran (granula), biasanya bisa langsung
digunakan tanpa harus dilarutkan terlebih
dahulu.
2. Powder (tepung) harus dilarutkan sebelum
diaplikasikan dan perlu pengadukan terus
menerus.
3. EC (Emulsible concentrates), formulasi
jenis ini akan membentuk emulsi seperti
susu pada larutan semprot.
4. AS, formulasi jenis ini akan membentuk
larutan homogen setelah dicampurkan
dengan air.
Jenis Sasaran
Insektisida Jenis serangga
Aksarida Jenis tungau
Fungisida Jenis cendawan
Nematisida Jenis nematode
Bakterisida Jenis bakteri
Moluskisida Jenis moluska
(keong)
Termisida Jenis rayap
Herbisida Jenis hewan
pengerat
Rodentisida Jenis ikan liar
Piscisida
5. Bahaya pestisida
1. Terjadinya resistensi, yaitu
berkembangnya hama yang memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap suatu
pestisida yang digunakan.
2. Resurgensi, yaitu meningkatnya
populasi hama setelah dilakukannya
aplikasi pestisida. Ini terjadi karena
kematian musuh alami akibat dari
aplikasi pestisida.
3. Kematian organisme bukan sasaran
yang berguna seperti serangga
penyerbuk dan musuh alami sehingga
menyebabkan berkurangnya keragaman
unsur hayati.
4. Menyebabkan residu pada produk
yang membahayakan konsumen.
5. Mengganggu kesehatan manusia, dan
6. Terjadinya pencemaran terhadap
lingkungan.
6.
7. • Bahan kimia beracun yang dapat digunakan untuk mengendalikan dan membasmi jenis serangga
hama yang menyerang tanaman dan membahayakan kesehatan manusia.
• Insektisida merupakan satu jenis pestisida yang terbagi beberapa jenis yaitu fungisida, rodentisida,
nematisida, bakterisida, virusida, acorisida, mitiusida, lamprisida, dan lain-lain (Kastasapoetra,1993).
• Insektisida merupakan kelompok pestisida yang terbesar dan terdiri atas beberapa jenis bahan kimia
yang berbeda, antara lain organoklorin, organofosfat, kabamat, piretroid, dan DEET (Kusumastuti,
2014).
• Insektisida merupakan zat kimia yang berfungsi sebagai pemberantas serangga pengganggu (Kamus
Pertanian Umum, 2013).
Definisi insektisida dan tujuan penggunaan
Insektisida bertujuan memengaruhi pertumbuhan,
perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan,
kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta
cara biologis yang lain hingga berujung pada kematian
serangga pengganggu tanaman.
8. Jenis dan pengelompokkan insektisida
Dilihat dari jalan masuknya ketubuh serangga Berdasarkan bahan dasarnya
1. Racun perut adalah jenis insektisida yang dimakan oleh
serangga dan membunuh serangga itu khususnya dengan
merusak atau mengabsorpsi sistem pencernaan, kelompok
insektisida ini digunakan untuk mengendalikan serangga hama
yang bertipe mengunyah makanan. Jenis insektisida racun perut
adalah arsenical, senyawa flourin, dll.
2. Racun kontak adalah jenis insektisida yang diabsorpsi melalui
dinding tubuh sehingga serangga harus mengadakan kontak
secara langsung dengan insektisida. Kelompok insektisida kontak
ini dapat digunkan untuk serangga pengisap cairan tanaman
seperti apid dan wereng. Jenis insektisida kontak antara lain
nikotinoid, piretroid, DDT, linden, heptaklor dan sevin.
3. Racun fumigan adalah jenis insektisida yang masuk kedalam
tubuh serangga melalui sistem pernafasan dalam bentuk gas.
Kelompok insektida ini biasnya digunakan untuk mengendalikan
hama gudang.Jenis-jenis fumigan anatara lain hydrogen sianida
dan metil bromide
yaitu insektisida sintetis dan insektisida
nabati. insektisida sintetis yaitu insektisida
yang berasal dari bahan bahan kimia
(Novizan, 2002). Insektisida nabati yaitu
insektisida yang berasal dari alam seperti
hewan, tanaman, bakteri dan beberapa
mineral (EPA, 2014). Insektisida nabati
diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.
Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan
yang diduga dapat dijadiakn sebagai
insektisida nabati diantaranya adalah
golongan sianida, saponin, tannin,
flavonoid, alkaloid, minyak atsiri dan steroid
(Hudayya dan Jayanti, 2012).
9. Penggunaan insektisida pada
tanaman sayuran umumnya lebih
intensif daripada tanaman pangan
sehingga berdampak negatif
terhadap lingkungan fisik (tanah, air)
maupun biotik yang akhirnya
berpengaruh terhadap kualitas
produk tanaman. Sedangkan pada
manusia dapat menyebabkana
keracunan, karena memakan atau
menghirup udara yang banyak
mengandung insektisida.
MEKANISME
BAHAYA
Penyebab Keracunan
Insektisida terjadi ketika
racun serangga tertelan
atau terhirup secara tidak
sengaja. Insektisida yang
terserap ke dalam kulit
dalam waktu lama juga
bisa menyebabkan
keracunan. Keracunan
insektisida lebih berisiko
terjadi pada orang yang
bekerja di bidang
pertanian. Hal ini karena
mereka lebih sering
terpapar insektisida yang
digunakan sebagai
pembasmi hama.
Klorpirifos merupakan salah satu insektisida
organofosfat yang banyak digunakan petani
sayuran, termasuk bawang merah.
Penggunaan insektisida tersebut pada
tanaman sayuran umumnya lebih intensif
daripada tanaman pangan lainnya,
sehingga dampak negatif terhadap
lingkungan biotik dan abiotik menjadi lebih
besar (Harsanti et al., 2015).
PRODUK YANG BISA
TERCEMAR
10. CARA PENCEGAHAN KERACUNAN INSEKTISIDA
Keracunan insektisida dapat dicegah dengan menghindari paparan insektisida.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:
• Gunakan insektisida atau produk dengan kandungan insektisida sesuai petunjuk
penggunaan yang tertera pada kemasan.
• Gunakan sarung tangan saat menggunakan produk yang mengandung insektisida.
• Gunakan kacamata untuk melindungi mata.
• Kenakan pakaian yang dapat melindungi seluruh tubuh.
• Pakai masker untuk melindungi hidung dan mulut.
• Jangan makan atau merokok saat menggunakan insektisida.
• Jangan menyemprotkan insektisida di dekat makanan.
• Hindari menyemprotkan insektisida di luar ruangan saat hujan atau berangin.
• Pastikan wadah yang digunakan untuk menyimpan insektisida tidak rusak atau
bocor.
• Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun setelah menggunakan pestisida.
• Tutup produk insektisida dengan rapat dan jauhkan dari makanan serta jangkauan
anak-anak.
11. fungisida adalah bahan kimia atau organisme yang mampu membunuh jamur atau spora jamur,
sehingga berfungsi sebagai pembasmi jamur
Jenis dan penggolongan fungisida
Berdasarkan distribusi
• Fungsida sistemik: fungisida yang
bahannya terdistribusi dalam jaringan
transportasi tumbuhan, xilem maupun
floem.
• Fungisida translaminar: fungisida yang
terdistribusi ke bagian lain tanaman lewat
penampang daun atas ke penampampang
daun di bawahnya
• Fungsida kontak: fungsida yang terisolir
di tempat diaplikasikan saja
Berdasarkan sifat racun
• Selektik: selektif banyak yang
bersifat toksin pada jamur targetnya
yang termasuk dalam golongan ini
adalah anti jamur dengan bahan
aktif sulfur, tembaga dan
heterosiklik.
• Non selektik: anti jamur yang
memiliki target organisme luas
karena tidak hanya berlaku pada
spesies fungi tertentu. Kelompok ini
terdiri dari fungsida dengan bahan
aktif hidrokarbon aromatic,
organofosfat dan oxathilin.
12. Fungisida (anti jamur) akan masuk ke dalam metabolisme
tumbuhan yang menggunakan fungsida sebagai anti jamur,
dengan gitu hasil metabolisme tumbuhan terganggu dan akan
membawa logam berat. Kemudian bahan pangan yang
menggunakan fungsida akan masuk ke dalam tubuh manusia
bila dikonsumsi. Fungsida yang mengandung logam berat tidak
dapat dicerna oleh manusia maupun organisme hidup sehingga
akan terakumulasikan ke lingkungan yang menyebabkan
lingkungan tercemar.
Bahaya keracunan
• Menyebabkan kanker
• Penurunan imunitas
• Mual
• Muntah
• Sakit perut hebat
• Kelainan fungsi otak
• Tekanan darah naik
• Anemia berat
• Keguguran
• Kerusakan ginjal
• Kematian
Digunakan sebagai bahan preventif bukan untuk
mengatasi jamur yang sedang menyerang
digunakan sesuai rekomendasi
aplikasi anti jamur yang terintegrasi tidak hanya
mengandalkan produk fungisida
CARA PENCEGAHAN
CONTOHPRODUK
Biji-bijian, buah-buahan, dan
sayuran
13. Pengertian herbisida dan tujuan penggunaannya
Senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan
untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang
disebut gulma.
Herbisida digunakan untuk pengendalian kimia dinilai lebih efektif
untuk mengurangi populasi gulma dibandingkan dengan
pengendalian lainnya. Penggunaan herbisida sebagai pengendali
gulma mempunyai dampak positif yakni gulma dapat dikendalikan
dalam waktu yang relatif singkat dan mencakup areal yang luas.
herbisida
14. Jenis dan pengelompokkan herbisida
F
E
D
C
B
A
Herbisida Pratumbuh
Herbisida yang diaplikasikan ke tanah
dan bersifat sistemik. Contoh: diuron,
bromacil, oksadiazon, oksifluorfen
Herbisida Pascatumbuh
Herbisida yang diaplikasikan saat
gulma sudah tumbuh
Herbisida Kontak (tidak
ditranslokasikan)
Herbisida kontak mengendalikan
gulma dengan cara mematikan
bagian gulma yang terkena
langsung dengan herbisida.
Herbisida Nonselektif
herbisida yang dapat mematikan hampir semua
jenis tumbuhan termasuk tanaman yang
dibudidayakan
Herbisida Selektif
Herbisida selektif adalah herbisida yang bersifat
beracun untuk gulma tertentu
Herbisida Sistemik (Ditranslokasikan)
Herbisida sistemik dapat mematikan gulma
melalui translokasi racun ke seluruh bagian-
bagian gulma
15. Dampak atau bahaya herbisida
MEKANISME PENYEBAB
BAHAYA
• Herbisida merupakan bahan kimia
berbahaya (racun) dapat
merusak/mematikan tanaman
yang bukan sasaran, keracunan
pad a tanaman
• Dapat memengaruhi proses
fisiologis bagi hewan, keracunan
pada hewan peliharaan,
• Gangguan kesehatan, keracunan
bagi tenaga penyemprot
(aplikator),
• Tercemamya lingkungan atau
munculnya dampak negatif akibat
penggunaan herbisida dalam
jangka panjang serta
menyebabkan timbulnya
resistensi jenis gulma terhadap
herbisida
Keracunan Herbisida
o Pupil menyempit
o Penglihatan kabur
o Mata berair
o Berkeringat
o Sakit kepala
o Mual dan muntah
o Diare
o Pusing
o Sesak nafas
o Produksi air liur meningkat
o Tremor
o Tekanan darah menurun
o Kejang-kejang
Herbisida yang mengandung glifosat dapat
mencemari tanah dan di sekitar area yang dirawat.
Glifosat teradsorpsi ke tanah liat dan bahan organik,
memperlambat degradasinya oleh mikroorganisme
tanah dan menyebabkan akumulasi di tanah seiring
waktu.
Selain itu herbisida juga dapat meracuni manusia
seperti seorang laki-laki berusia 56 tahun, petani,
datang dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Keluhan
disertai dengan suara serak, nyeri menelan, sulit
menelan dan rasa terbakar di dada. 5 hari SMRS,
pasien tidak sengaja terminum racun rumput saat
bekerja di lading
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan mukosa
hiperemis pada rongga mulut, faring, dan tonsil,
serta erosi pada posterior lidah dan uvula. Aplikasi
herbisida juga dapat membunuh spesies bakteri,
jamur dan protozoa yang memerangi penyebab
penyakit mikroorganisme, sehingga mengganggu
keseimbangan patogen dan organisme
menguntungkan dan memungkinkan oportunis,
organisme penyebab penyakit menjadi masalah
16. PENCEGAHAN BAHAYA KIMIA HERBISIDA
4
3
2
1 Pembersihan lahan dari gulma sebelum
membudidayakan tanaman
Penyeleksian atau pemisahan biji gulma yang
mungkin ikut tercampur di benih atau yang
melekat pada alat-alat pertanian
Penggunaan pupuk kandang yang sudah matang
guna mencegah kontaminasi biji gulma
Pencegahan pengangkutan tanaman, tanah
maupun benda yang memberikan potensi
pemindahan biji gulma maupun gulma ke lahan
budidaya
Produk yang mungkin tercemar herbisida
Produk yang biasa tercemar herbisida
adalah tanaman padi
Tingginya residu herbisida yang diserap
dan terakumulasi dalam tanah dan
tanaman padi sawah dapat menyebabkan
keracunan terhadap manusia, resistensi
tanaman dan mikroba serta pada
tanaman yang dipanen (beras) dan
lingkungan sekitar. Besarnya residu
herbisida yang tertinggal di dalam tanah
dan tanaman tergantung pada dosis,
frekuensi dan interval aplikasi, jenis
bahan aktif, formulasi dan persistensi
dari herbisida tersebut serta saat aplikasi
terakhir sebelum hasil tanaman dipanen
(Widowati et al., 2017).
17. A’yuni, N.Q., and Tri, R.S., 2020. Preferensi Anggota Kelompok Tani terhadap Penerapan
Prinsip Enam Tepat (6T) dalam Aplikasi Pestisida. Inovasi Penelitian,1(3), 253-264.
Mudjiono, G., 2013. Pengelolaan Hama Terpadu. UB Press, Malang
Harsanti, E.S., Martono, E., Sudibyakto, H.A. dan Sugiharto, E., 2015. Residu Insektisida
Klorpirifos Dalam Tanah Dan Produk Bawang Merah Allium ascalonicum L, Di Sentra
Produksi Bawang Merah di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jurnal Ecolab, 1(9),pp. 26-35.
Hudayya, A. dan Jayanti, H., 2012. Pengelompokkan Pestiisda Berdasarkan Cara Kerjanya.
Bandung : Yayasan Bina Tani Sejahtera.
Kusumastuti, N.H., 2014. Penggunaan Insektisida Rumah Tangga Antinyamuk di Desa
Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Widyariset, 3(17),pp. 417-424.
Lestari, dkk. 2018. Dasar-dasar Mikrobiologi Makanan di Bidang Gizi dan Kesehatan.
UGM press, Yogyakarta
18. Agustina, dkk. 2010. Kontaminasi Logam Berat pada Makanan dan Dampaknya pada Kesehatan. Jurnal
TEKNOBUGA. 2(1): 53-65.
Astuti, dkk. 2020. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. PT. Penerbit IPB, Press Bandung
Widowati, T., Ginting, R. C. B., Widyastuti, U., Nugraha, A., & Ardiwinata, A. (2017). Isolasi Dan
Identifikasi Bakteri Resisten Herbisida Glifosat Dan Paraquat Dari Rizosfer Tanaman Padi-(Isolation and
Identification of Resistant Bacteria to Glyphosate and Paraquat Herbicide From Rhizosphere of Rice
Plants). Biopropal Industri, 8(2), 63-70.
Pamungkas, O. S. (2017). Bahaya paparan pestisida terhadap kesehatan manusia. BIOEDUKASI: Jurnal
Biologi dan Pembelajarannya, 14(1).
Aditiya, D. R. (2021). Herbisida: Risiko terhadap Lingkungan dan Efek Menguntungkan. Sainteknol: Jurnal
Sains dan Teknologi, 19(1), 6-10.