Pertama, scientisme memandang Alkitab sebagai omong kosong karena berisi hal-hal yang tidak logis dan tidak terbukti secara ilmiah. Kedua, kultus dapat membunuh nurani dan nalar karena mengikuti tokoh tanpa kritik. Ketiga, pengkultusan dapat terjadi terhadap berbagai tokoh dan berawal dari keterpesonaan yang berubah menjadi pemujaan berlebihan.
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka)
dan sophia (kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein,
yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum
menampakkan arti filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat
dilakukan secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein
terkandung sifat yang aktif.
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang
dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir
untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat
bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat
mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik,
epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.
4. Kultus adalah Penghormatan resmi dalam
agama, upacara keagamaan, ibadah, sistem
kepercayaan, penghormatan secara berlebih-lebihan
kepada orang, paham, atau benda.
Scientisme adalah 'anak kandung' humanisme,
yaitu filsafat yang mengagungkan potensi manusia
yang nyaris tanpa batas, dengan penekanan pada ke-
aplikasi-an metode ilmiah (logika, pengujian,
pengukuran, pembuktian) pada berbagai (bahkan
semua) hal, termasuk agama.
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. SCIENTISME
Dalam persepektif scientisme, segala hal yang tidak
logis, tidak teruji, tidak dapat diukur, dan yang tidak dapat
dibuktikan adalah: omong kosong, delusi, kebodohan
(apabila tetap dipercayai). Dapat dibayangkan, bagaimana
seorang penganut scientisme memandang Alkitab yang
penuh dengan hal-hal yang tidak logis dan yang tidak/susah
dibuktikan, seperti: penciptaan alam semesta hanya dalam
tempo 7 hari, tanah yang ditiup lalu menjadi manusia yang
hidup, ular yang dapat berbicara, manusia yang dapat
berjalan di atas air, kapak besi yang dapat terapung di air.
6. Para teolog sebetulnya telah berusaha untuk
memperkecil gap antara sains dan agama, dengan
membuat berbagai pendekatan teologi, seperti:
1. Pendekatan metode kritis, baik dengan
melakukan penelitian teks, penelitian sejarah, dan
sebagainya (yang ini jelas ilmiah)
2. Pendekatan penafsiran alegoris yang memberi
makna tertentu pada berbagai hal yang disebut
'mitos'
3. Pendekatan literal yang menerima teks Alkitab
secara apa adanya dengan penekanan pada doktrin
'ke-tanpa-salah-an Alkitab'
7. Namun di banyak tempat, pendekatan literal
ini justru menguat dan diminati karena 'memberikan
kepastian keberimanan yang kokoh' di tengah situasi
jaman yang tidak menentu saat ini.
Pertama: mencampuradukkan sains dan
agama jelas merupakan sebuah kesalahan fatal dan
sekaligus menunjukkan ketidakdewasaan dalam
berpikir
Kedua: Alkitab selalu berbicara dalam bahasa
yang dapat dipahami manusia dalam konteksnya
masing-masing, karena kalau Tuhan membuka
segenap rahasia diriNya dan ciptaanNya di dalam
Alkitab
8. Ketiga: mungkin yang ditunggu-tunggu
adalah: bagaimana kita dapat menjelaskan
berbagai kisah Alkitab yang 'tidak logis' yang
'tidak terbuktikan' dan yang 'tidak dapat diuji
kebenarannya'
9. B. KULTUS KEILMUAN
Perihal ‘kultus’ ini tiada lain untuk mengingatkan manusia akan
bahaya nya utamanya bagi nalar serta nurani manusia,sebab kultus itu selalu di
identikan dengan sesuatu yang dapat membunuh nurani serta nalar. bayangkan
sebagai
Sebagai contoh :
Seorang agamawan yang karena ilmu atau kesalehannya bisa menjadi obyek
yang dikultuskan oleh pengagumnya sehingga semua ucapan dan tindakannya
selalu dianggap baik dan benar tanpa kontrol kritik,atau tanpa analisis benar-
salah lagi.dan menarik untuk diketahui bahwa mengapa dalam kitab suci Al
qur’an bahkan Tuhan pernah memperlihatkan kesalahan seorang Rasul
mungkin itu adalah cara Tuhan agar manusia memandang Rasul sebagai
manusia yang bisa berbuat salah,tidak boleh di kultuskan sebagai mustahil
berbuat salah.dengan kata lain umat mengikuti Rasul-agamawan-ulama itu
harus karena nurani dan akal nya sudah dapat memahami serta menerima
bukan karena taklid atau fanatik buta bukan menerima mereka dengan jalan
menekan atau dengan tanpa penggunaan akal-atau menerima mereka bukan
dengan jalan kultus
10. Pengkultusan dapat terjadi terhadap tokoh
bangsa-negara-tokoh agama-tokoh paranormal-
tokoh seni budaya-tokoh pemikir dlsb.dan semua
dapat berawal dari keterpesonaan-kekaguman
yang lalu berubah menjadi pemujaan yang
berlebihan walau dapat juga berawal dari proses
cuci otak secara perlahan dan tanpa disadari
11. Kultus bisa terjadi di dunia agama-politik-
filsafat-sains-dunia paranormal dlsb. Ciri
pengkultusan adalah bahwa apapun yang
dikatakan-diperbuat oleh seseorang cenderung
langsung ditelan mentah mentah tanpa kritik-
tanpa analisa-tanpa pertimbangan nurani-tanpa
analisis nalar.peng kultus an melahirkan sikap
taklid-fanatik buta-mengikuti apapun yang
dikatakan dan dilakukannya tanpa ada kontrol
nalar atau pertimbangan nurani
12. Peng kultus an dapat terjadi di berbagai
aspek kehidupan dan dapat diakibatkan oleh
berbagai sebab yang berbeda beda,misal awal
mula nya bisa karena keterpesonaan,
kekaguman,lalu lama ke lamaan keterpesonaan
itu mematikan nurani serta nalar nya lalu tumbuh
lah peng kultusan
13. BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dapat dibayangkan, bagaimana seorang penganut
scientisme memandang Alkitab yang penuh dengan hal-hal yang
tidak logis dan yang tidak/susah dibuktikan.
Kultus sendiri selalu di identikan dengan sesuatu yang
dapat membunuh nurani serta nalar seseorang. Pengkultusan
dapat terjadi terhadap tokoh bangsa-negara-tokoh agama-tokoh
paranormal-tokoh seni budaya-tokoh pemikir dlsb.dan semua
dapat berawal dari keterpesonaan-kekaguman yang lalu berubah
menjadi pemujaan yang berlebihan walau dapat juga berawal dari
proses cuci otak secara perlahan dan tanpa disadari