SlideShare a Scribd company logo
KELOMPOK 9
• 1212100066 – RESTI WANDA LIAN PUTRI
• 1212100063 – ANDRE DWI PRAYUDHA
ILMU FILSAFAT DAN
TEOLOGI
1. Manusia Bertanya
Menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang
dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan
mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling
kepada agama.
“Manusia mengharapkan dari berbagai agama jawaban terhadap rahasia yang
tersembunyi sekitar keadaan hidup manusia. Sama seperti dulu, sekarang pun
rahasia tersebut menggelisahkan hati manusia secara mendalam: apa makna dan
tujuan hidup kita, apa itu kebaikan apa itu dosa, apa asal mula dan apa tujuan
derita, mana kiranya jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati, apa itu kematian,
apa pengadilan dan ganjaran sesudah maut, akhirnya apa itu misteri terakhir dan
tak terungkapkan, yang menyelimuti keberadaan kita, darinya kita berasal dan
kepadanya kita menuju?” -- Zaman Kita (no.1), Deklarasi Konsili Vatikan II
tentang Sikap Gereja Katolik terhadap Agama-agama bukan Kristen, 1965.
Salah satu hasil renungan mengenai hal itu, yang berangkat dari sikap iman yang
penuh taqwa kepada Allah, terdapat dalam Mazmur 8:
“Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulianya namaMu diseluruh bumi!
KeagunganMu yang mengatasi langit dinyanyikan.
Mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu berbicara bagiMu, membungkam musuh
dan lawanMu.
Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang yang Kautempatkan;
apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Siapakah dia sehingga Engkau mengindahkannya? -- Namun Engkau telah
membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan
dan hormat.
Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segalanya telah Kauletakkan
dibawah kakinya:
kambing domba dan lembu sapi sekalian,
juga binatang-binatang di padang;
burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut,
dan apa yang melintasi arus lautan.
Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulia namaMu di seluruh bumi!”
2. Manusia Berfilsafat
Tetapi sudah sejak awal sejarah ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak
menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari
tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu.
Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut
pengetahuan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan
koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka
lahirlah ilmu pengetahuan.
Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang
seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir)
atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran) dan
memperoleh hikmat (= kebijaksanaan).
Unsur "rasional" (penggunaan akal budi) dalam kegiatan ini
merupakan syarat mutlak, dalam upaya untuk mempelajari dan
mengungkapkan "secara mendasar" pengembaraan manusia di
dunianya menuju akhirat. Disebut "secara mendasar" karena upaya
itu dimaksudkan menuju kepada rumusan dari sebab-musabab
pertama, atau sebab-musabab terakhir, atau bahkan sebab-musabab
terdalam dari obyek yang dipelajari ("obyek material"), yaitu
"manusia di dunia dalam mengembara menuju akhirat". Itulah
scientia rerum per causas ultimas -- pengetahuan mengenai hal
ikhwal berdasarkan sebab-musabab yang paling dalam.
Menurut Aristoteles (384-322 sM), pemikiran kita melewati 3 jenis
abstraksi (abstrahere menjauhkan diri dari, mengambil dari). Tiap
jenis abstraksi melahirkan satu jenis ilmu pengetahuan dalam
bangunan pengetahuan yang pada waktu itu disebut filsafat:
 Aras abstraksi pertama - fisika. Kita mulai berfikir kalau kita mengamati. Dalam
berfikir, akal dan budi kita “melepaskan diri” dari pengamatan inderawi segi-segi
tertentu, yaitu “materi yang dapat dirasakan” (“hyle aistete”). Dari hal-hal yang partikular
dan nyata, ditarik daripadanya hal-hal yang bersifat umum: itulah proses abstraksi dari
ciri-ciri individual. Akal budi manusia, bersama materi yang “abstrak” itu, menghasilan
ilmu pengetahuan yang disebut “fisika” (“physos” = alam).
 Aras abstraksi kedua - matesis. Dalam proses abstraksi selanjutnya, kita dapat
melepaskan diri dari materi yang kelihatan. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari
materi hanya segi yang dapat dimengerti (“hyle noete”). Ilmu pengetahuan yang
dihasilkan oleh jenis abstraksi dari semua ciri material ini disebut “matesis”
(“matematika” – mathesis = pengetahuan, ilmu).
 Aras abstraksi ketiga - teologi atau “filsafat pertama”. Kita dapat meng-
"abstrahere" dari semua materi dan berfikir tentang seluruh kenyataan, tentang asal dan
tujuannya, tentang asas pembentukannya, dsb. Aras fisika dan aras matematika jelas
telah kita tinggalkan. Pemikiran pada aras ini menghasilkan ilmu pengetahuan yang oleh
Aristoteles disebut teologi atau “filsafat pertama”. Akan tetapi karena ilmu pengetahuan
ini “datang sesudah” fisika, maka dalam tradisi selanjutnya disebut metafisika.
3. Manusia Berteologi
Teologi adalah: pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh
kenyataan berdasarkan iman. Secara sederhana, iman dapat didefinisikan
sebagai sikap manusia dihadapan Allah, Yang mutlak dan Yang kudus, yang
diakui sebagai Sumber segala kehidupan di alam semesta ini.
Sebagai ilmu, teologi merefleksikan hubungan Allah dan manusia. Manusia
berteologi karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan ingin
mempertanggungjawabkannya: "aku tahu kepada siapa aku percaya" (2Tim
1:12). Teologi bukan agama dan tidak sama dengan Ajaran Agama. Dalam
teologi, adanya unsur "intellectus quaerens fidem" (akal menyelidiki isi iman)
diharapkan memberi sumbangan substansial untuk integrasi akal dan iman,
iptek dan imtaq, yang pada gilirannya sangat bermanfaat bagi hidup manusia
masa kini.
4. Obyek Material dan Obyek Formal
 Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan
(materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara
menuju akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu
manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia
(antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang
akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata "akhirat" dalam konteks hidup
beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan).
 Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material,
yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang
kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan
efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.
1. filsafat tentang pengetahuan:
obyek material : pengetahuan ("episteme") dan kebenaran
epistemologi;
logika;
kritik ilmu-ilmu;
2. filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan:
obyek material : eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat)
metafisika umum (ontologi);
metafisika khusus:
antropologi (tentang manusia);
kosmologi (tentang alam semesta);
teodise (tentang tuhan);
3. filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan:
obyek material : kebaikan dan keindahan
etika
estetika
Refleksi imani merupakan pernyataan universal pengakuan yang tulus,
barangkali yang pertama dalam sejarah umat manusia, akan
kemahakuasaan Allah dalam hidup dan sejarah manusia.
Refleksi merupakan sarana untuk mengembangkan spiritualitas dan
aktualisasi menjadi manusia yang utuh, dewasa dan mandiri. Melalui
refleksi pula, manusia dan kelompok-kelompok manusia (yaitu suku dan
bangsa) menemukan jati dirinya, menyadari tempatnya dalam dimensi
ruang dan waktu (dalam sejarah), serta melaksanakan panggilannya untuk
membuat sejarah bagi masa depan.
Pengertian filsafat
filsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita
ketahui dan apa yang belum kita ketahui.
Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa
jauh sebenarnya kebenaran yang telah kita jangkau.
Apakah filsafat itu ?
Seseorang yang berfilsafat merupakan dia yang ingin
mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan Atau
seperti seorang ilmuwan yang tidak puas dengan ilmu
hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat
hakekat ilmu dalam sudut pandang pengetahuan yang
nya. Dan ingin tahu kaitan ilmu dengan moral dan kaitan
ilmu dengan agama.
Apakah sebenarnya yang ditelaah filsafat ?
Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah
segala masaIah yang mungkin dapat difikirkan oleh manusia.
Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir untuk mempermasalahkan
hal-hal yang pokok. Terjawab masalah yang satu, dia pun mulai
berambah pertanyaan lain.
ILMU PENGETAHUAN ATAU SAINS?
 ke dalam kelompok mana Biologi itu termasuk?
Skenario yang hipotetis ini menggambarkan kebingungan
dalam penggunaan terminologi ilmu pengetahuan, Masalah ini
menjadi lebih serius bila kita membahas hakekat ilmu
pengetahuan ini secara filsafat.
Beberapa alternatif
 Alternatif pertama adalah menggunakan
"ilmu pengetahuan" untuk "science" dan
"pengetahuan" untuk "knowledge".
demikian penggunaan ini mempunyai
kelemahan terminologi ini akan menyesatkan
dan kurang nyaman untuk dipergunakan.
Pengetahuan ilmiah bisa diartikan "scientific
knowledge" yang dalam bahasa Inggris
adalah anonim dengan "science" sedangkan
ke ilmu pengetahuan rasanya terlampau
dibikin-bikin.
 Alternatif kedua didasarkan kepada
asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada
dasarnya adalah dua kata benda, yakni
"imu" dan "pengetahuan" Rangkaian dua
kata benda semacam ini adalah lumrah
dalam bahasa Indonesia, seperti emas
Perak atau intan berlian, Dengan demikian
kita tinggal nenetapkan mana yang
sinonim dengan "science" dan mana yang
sinonim dengan "knowledge"
SAINS :
ADOPSI YANG KURANG DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN
 Kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan yang terkandung
dalam karya ke'filsafatan adalah tidak salah, namun "nonsensical“
Konsekuensinya adalah bahwa kita tidak dapat memberikan
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan semacam ini melainkan
hanya mampu menunjukkan bahwa semua itu adalah "nonsensical".
Kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan dalam filsafat
ditimbulkan oleh kegagalan kita untuk memahami logika dari
bahasa kita sendiri.
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
 Pengetahuan ini dapat dikembangkan manusia karena dua hal
utama. Pertama, manusia mempunyai Ilahav yang mampu
mengkomunikasikan informasi dan jalan fikiran yang melatar
belakangi informal tersebut. seekor beruk bisa saja memberikan
informasi kepada kelompoknya bahwa ada segerombolan gorila
datang menyerang, namun bagaimana berkembang bahasanya,
dia tidak mampu mengkomunikasikan kepada beruk-beruk
lainnya,jalan fikiran yang analitis mengenai gejala tersebut.
 Sebab kedua, mengapa manusia mampu mengembangkan
pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuannya
watak berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tententu.
Binatang mampu berfikir namun tidak mampu berfikir nalar. Beda utama
antara seorang profesor fisika nuklir dengan anak kecil yang
membangun bom atom dari pasir di "kelompok bermain" play group
tempat dia melakukan "risetnya“ terletak pada kemampuan
penalarannya instink binatang jauh lebih peka daripada instink seorang
insinyur geologi, mereka sudah jauh-jauh berlindung ke tempat yang
aman sebelum gunung meletus. Namun binatang tak bisa menalar
tentang gejala tersebut gunung meletus, faktor apa yang
menyebabkan,dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah semua itu
terjadi.
HAKEKAT PENALARAN
 Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia
pada hakekatnya merupakan makhluk yang berfikir,
merasa, bersikap, dan bertindak. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir, dan
bukan dengan perasaan, meskipun seperti dikatakan
pascal, hati pun mempunyai logikanya tersendiri. Tidak
semua kegiatan berfikir menyandarkan diri kepada
penalaran. Jadi penalaran merupakan.kegiatan berfikir yang
mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan
kebenaran.
LOGIKA
 Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu
mempunyai dasar kebenaran, maka proses berfikir itu harus dilakukan
melalui suatu cara tertentu.
KRITERIA KEBENARAN
 Teori-teori kobenaran ini, yakni teori koheren dan teori koresponden,
kedua-duanya dipergunakan dalam cara berfikir ilmiah. Penalaran
teoretis yang berdasarkan logika deduktif jelas mempergunakan teori
koheren ini. Sedangkan proses pembuktian melalui pengalaman dalam
bentuk pengumpulan fakta fakta yang mendukung
 Bagi seorang Pragmatic maka kebenaran suatu pernyataan diukur
dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika per-
nyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia.
1. Untuk menjelaskan dasar ilmu pengetahuan yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Jelaskan
2. Dalam Ilmu Pengetahuan dikenal Paham monoisme, yaitu paham menganggap bahwa hakikat yang asal dari
seluruh kenyataan itu hanyalah satu, tidak mungkin dua. Apa maksudnya, jelaskan.
3. Dalam menemukan Ilmu Pengetahuan ada paham metode kontemplatif, metode ini mengatakan adanya ke-
terbatasan indra dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan. Mengapa, jelaskan.
4. Kattsoff menyiratkan satu hal yang sangat penting bahwa makna hakiki nilai dalam perspektif aksiologis akan
berlaku bagi segala sesuatu yang ada. Jelaskan
5. Pengetahuan ilmiah atau pengetahuan keilmuan (ilmu) selalu mengandalkan adanya objek keilmuan, bentuk
kenyataan, serta dimensi dan ciri yang khusus. Jelaskan
6. Ilmu cenderung dipahami sebagai pengetahuan yang diilmiahkan atau pengetahuan yang diilmukan, Jelaskan
7. Ilmu sebagai objek kajian filsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat,yaitu objek material yang didekati lewat
pendekatan radikal, menyeluruh, dan rasional. Apa yang dimaksud, jelaskan.
8. Pengetahuan ilmiah setidaknya memiliki lima karakter. Sebutkan serta jelaskan.
9. Konsep ilmu atau konsep ilmiah tersebut sangat dibutuhkan agar suatu ilmu dapat menyusun berbagai asas, teori,
sampai dalil. Mengapa, jelaskan.
10. Ilmu pengetahuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan filsafat. Mengapa, jelaskan.
11. Sebutkan serta jelaskan komponen proses dari pengetahuan menuju ilmu pengetahuan,
12. Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, apa yang dimaksudkan jelaskan.
13. Ada beberapa pengetahuan yang dimiliki manusia. Jelaskan
14. Rasionalisme berpandangan bahwa akal merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan. Mengapa, jelaskan.
15. Paham rasionalime mengkritik terhadap paham empirisme, bahwa metode empiris tidak memberi kepastian
tetapi hanya sampai pada probabilitas yang tinggi. Jelaskan.
16. Ilmu berciri faktual, dalam arti ilmu tidak memberikan penilaian baik atau buruk terhadap apa yang ditelaahnya,
tetapi hanya menyediakan fakta atau data bagi si pengguna. Betulkah, jelaskan.
KEBERADAAN MANUSIA
DILIHAT DARI SISI FILSAFAT
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu bertanya. Ia mempertanyakan dirinya, keberadaannya, dan
dunianya. Kendati masih bersifat sederhana, kegiatan ini sudah diperlihatkan sejak dini. Lihatlah anak kecil. Ketika ia
melihat sesuatu yang baru, secara spontan dia bertanya. Melalui pertanyaan yang diajukan ia ingin mengetahui
sesuatu. Kegiatan seperti ini berlangsung terus sepanjang hayat sang anak.
Pertanyaan yang bersifat mendasar disebutkan pertanyaan filosofis. Pertanyaan ini bersentuhan dengan makna dan
nilai hidup manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang termasuk dalam tingkatan ini antara lain, Siapakah diri kita? Ke
mana tujuan hidup? Apa yang paling berharga bagi kehidupan ini? Apakah hidup kita bersifat abadi? Semua
pertanyaan ini disebut mendasar, karena menyentuh hal-hal yang hakiki tentang manusia. Tidak seperti pertanyaan
sederhana, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar dicari dengan permenungan yang mendalam. Permenungan
itu dilakukan dengan berbagai tahapan, yakni menyadari adanya masalah, meragukan dan menguji secara rasional
anggapan-anggapan yang terkait dengan pertanyaan, memeriksa dan mempertimbangkan penyelesaianpenyelesaian
yang telah diajukan mengenai masalah, menarik hipotesa, menguji konsekuensi-konsekuensi dari hipotesa, akhirnya
menarik kesimpulan yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan.
MANUSIA SEBAGAI SEBUAH PERSOALAN
Selain paling mendasar, pertanyaan "Siapakah manusia itu?" juga merupakan pertanyaan yang paling
klasik. Sebelum Sokrates (469-399 sM) muncul di Yunani pertanyaan itu sudah ada. Pada zaman itu
sudah banyak pemikir berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Hanya saja sumber jawaban tidak langsung dicari pada hakikat diri manusia itu sendiri, melainkan pada
sesuatu yang berhubungan dengan dirinya. Dengan kata lain, pengertian tentang manusia dikaitkan
dengan sesuatu yang ada di luar.
Dalam zaman modern, perspektif antroposentris dipakai untuk membicarakan manusia. Sumber untuk
menjawab pertanyaan "Siapakah manusia itu?" dicari dalam diri manusia itu sendiri. Dengan kata lain,
nilai-nilai yang melekat pada manusia merupakan jawaban atas pertanyan mendasar tersebut. Filsuf-
filsuf modern menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang tertinggi.
Munculnya pertanyaan itu secara terus menerus menandakan bahwa manusia adalah sebuah persoalan.
Semakin dia mendalami pengalamannya, semakin ia menyadari dirinya sebagai problem. Karena itu
beberapa filsuf eksistensialis tidak salah ketika mereka menyatakan bahwa manusia sebagai sebuah
persoalan yang tidak akan pernah selesai. Kita menyebut beberapa nama filsuf dalam aliran ini antara
lain Gabriel Marcel (1889-1973)8 dan Martin Buber (1878-1965). Keduanya sama-sama mengakui
bahwa manusia adalah sebuah persoalan yang tidak akan pernah berujung.
APA ITU FILSAFAT?
Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, yakni philein, artinya mencintai dan sophia, artinya kebijaksanaan.
Dari dua kata ini secara harafiah filsafat diartikan dengan cinta akan kebijaksanaan. Kata sophia dalam
pandangan filsafat lebih dari sekedar "wisdom" dalam bahasa Inggris.
Plato, sebagaimana dipaparkan oleh Andre Ata Ujan, lebih jauh menunjukkan hakikat filsafat sebagai hasil
kontemplasi dalam lima karakter berikut".
Pertama, dapat bertahan terhadap diskusi kritis. Artinya, kegiatan utama dari filsafat adalah mengkaji
secara kritis segala hal. Dengan kajian itu diharapkan terjadi pertanggungjawaban rasional. Dalam pengertian
ini kata "kebijaksanaan" tidak lagi menjadi makna dari filsafat.
Kedua, menggunakan metode dialektis. Dengan metode ini, filsafat bergerak secara bertahap, yakni
mengkritik pandangan-pandangan yang ada, setelah itu membangun pandangan Baru yang didukung dengan
argumenargumen yang lebih kuat.
Ketiga, berusaha mencapai realitas yang terdalam. Filsafat menganalisa hal-hal terdalam dari
kenyataan. Ia tidak berhenti pada fakta empiris, melainkan berusaha untuk menemukan kebenaran yang
terdalam.
Keempat, terkait dengan butir ketiga di atas, filsafat bertujuan untuk menangkap tujuan ideal realitas. Bagi Plato,
memahami kebenaran misalnya berarti juga memahami IDEA tentang kebenaran yang dicari oleh manusia.
Kelima, mengetahui bagaimana harus hidup sebagai manusia. Dalam butir ini filsafat dikaitkan dengan suatu
pengetahuan yang benar tentang cara hidup sebagai manusia. Artinya, seorang filsuf mempertanggungjawabkan
kedudukannya dengan mempertahankan prinsip yang ideal baginya sebagai seorang manusia.
FILSAFAT MANUSIA DAN METODENYA
Filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi
manusia. Karena itu cara kerja filsafat manusia tidak terlepas dari cara kerja filsafat pada umumnya. Dengan kata
lain, metode filsafat manusia tidak berbeda dengan metode filsafat pada umumnya.
Tugas dan fungsi filsafat manusia adalah mempelajari manusia dalam kebulatan aslinya serta menghadapinya
sebagai sesuatu keseluruhan. Seperti ditegaskan oleh Viktor E Frankl (1905-1997), filsafat manusia membangun
suatu konsep yang menyatukan manusia di hadapan data dan penemuan terpencar-pencar yang disajikan oleh ilmu-
ilmu lain yang juga membicarakan manusia.
Secara lain dapat dikatakan filsafat manusia tidak berhenti pada pendekatan empiris, tetapi sampai pada
pendekatan metaempiris. Melihat hal ini, maka arah pendekatan filsafat manusia bersifat vertikal, karena is maju
dari satu gejala ke sebab yang terdalam yang mendasari realitas hidup manusia. Tujuannya, sekali lagi, adalah
merumuskan konsep manusia yang universal.
METODE FILSAFAT MANUSIA
Bagaimana manusia bisa melakukan penelusuran terhadap hal-hal yang bersifat metaempiris itu? Jawabnya adalah
melalui refleksi. Refleksi merupakan kegiatan khan filsafat manusia untuk menangkap nomena. Kata "refleksi"
berasal dari bahasa Latin, "reflectere", yang artinya "melentukkan ke belakang". Dalam arti ini, filsafat manusia
tampak sebagai pemikiran yang tidak mau berhenti pada data, melainkan menembusnya. Ia menyelami dimensi
mendasar yang ada di balik data yang menentukan realitas manusia.
Selain bersifat ekstensif dan intensif, filsafat manusia juga bersifat kritis. Sifat kritis merupakan dasar bagi filsafat
manusia untuk membongkar kekuatan-kekuatan yang ada di balik kecenderungan-kecenderungan negatif yang
terjadi dalam sejarah seperti eksploitasi dan manipulasi terhadap manusia.
Selain reflektif, transendental dan sintesis, filsafat manusia juga bersifat ekstensif, intensif dan kritis. Ciri ekstensif
dapat dilihat dari luas jangkauan objek kajiannya. Sebagaimana sudah dijelaskan di depan, filsafat manusia
membicarakan manusia secara menyeluruh. Sifat universal ini memungkinkan filsafat manusia bersifat ekstensif.
RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA
Ada tiga alasan untuk menunjukkan relevansi itu. Pertama, dengan bertanya kita mewujudkan hakikat
kemanusiaan. Aristoteles (384-322 sM) telah mendefinisikan manusia dengan ungkapan homo est animal
rationale, artinya manusia adalah binatang berpikir.
Kedua, dengan mendalami manusia, kita mengenal manusia dengan lebih baik. Memang filsafat manusia tidak
menawarkan jawaban yang menurut ukuran pragmatic membawa dampak langsung bagi kehidupan sehari-hari.
Filsafat manusia hanya menghadirkan pandangan-pandangan tentang dimensi-dimensi hakiki manusia. Akan
tetapi pandangan-pandangan mendasar ini sangat diperlukan untuk semakin mengenal diri lebih baik. Karena itu
tepatlah ungkapan Sokrates (469-399 sM) yang mengatakan, "Kenalilah dirimu sendiri".
Ketiga, sebagai konsekuensi lebih lanjut dari butir kedua, filsafat manusia mengantar kita untuk semakin mampu
bertanggungjawab terhadap diri kita dan sesama. Orang yang mengenal diri dan sesamanya dengan baik tidak
hanya mampu mencintai diri dan orang lain, melainkan juga semakin mampu menunjukkan tanggungjawab
secara nyata terhadapnya.
BATASAN BUKU INI
Dalam buku ini penulis membatasi diri pada tujuh topik".
Pertama, hakikat manusia sebagai pribadi. Ini akan menjadi isi pembahasan Bab II. Pertanyaan-pertanyaan yang ingin
dijawab dalam bab ini antara lain: Apa itu manusia sebagai individu dan pribadi? Bagaimana is dibedakan dengan makhluk
infrahuman sebagai individu dan sebagai pribadi?
Kedua, badan dan jiwa. Tema ini akan menjadi materi bahasan dalam Bab III. Dalam bab ini akan dibicarakan beberapa
persoalan di sekitar hubungan badan dan jiwa yang terlihat dalam dua aliran yang bertolak belakang, yakni monisme dan
dualisme, tanggapan atas aliran-aliran ini, arti badan dan arti jiwa serta keterkaitan antara keduanya.
Ketiga, terra di sekitar kebebasan. Pembicaraan pada bab ini difokuskan pada beberapa pertanyaan berikut; Apakah
manusia sungguh-sungguh bebas? Argumen-argumen apa yang bisa dipakai untuk menunjukkan bahwa manusia memiliki
kebebasan?
Keempat, pengetahuan. Materi ini akan mengisi Bab V. Topik-topik pembicaraan dalam bab ini berkaitan dengan
pengetahuan sebagai fenomena kesadaran manusia, bentuk-bentuk pengetahuan dan dasar-dasar bagi munculnya
pengetahuan.
Kelima, dimensi sosial manusia. Di sini akan dibicarakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan bentuk-bentuk relasi
serta nilai-nilai yang dihayatinya dalam hidup bersama. Pembahasan ini akan menjadi uraian dalam Bab VI.
Keenam, historisitas manusia yang menjadi isi Bab VII. Empat persoalan utama dibicarakan dalam bab ini, yakni
bagaimana sejarah menjadi fenomena manusiawi? Apa hakikat sejarah? Segi-segi manakah dalam diri manusia yang
memungkinkan manusia membentuk sejarah? Bagaimana kaitan tradisi dengan historisitas manusia?
MANUSIA SEBAGAI PERSONA
Persona atau pribadi merupakan salah satu dimensi mendasar manusia. Sebagai pribadi manusia mempunyai
kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri. Ia juga memiliki cara berada yang khas dibandingkan dengan
makhluk yang lain. Persoalannya, apa hakikat manusia sebagai makhluk persona atau pribadi? Mana raja yang
menjadi nilai-nilai kepersonalan manusia? Apa yang termasuk dalam elemen-elemen persona manusia dalam
kehidupan sehari-hari? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini menjadi bahan uraian dalam bab ini.
Pembicaraan dikelompokkan dalam empat bagian. Dalam bagian pertama perbedaan arti kata "individu" bagi makhluk
infrahuman dan bagi manusia menjadi pokok perbincangan. Bagian selanjutnya membicarakan pengertian persona atau pribadi.
Nilai-nilai absolut pribadi menjadi pembahasan dalam bagian ketiga.
MAKHLUK INFRAHUMAN
Apabila kita ingin membedakan individu pohon kelapa dari individu pohon pisang, maka kita
hanya bisa membandingkan keduanya dari segi jenis spesiesnya. Demikian halnya apabila kita
ingin membedakan anjing dengan ikan, perbedaan itu terlihat dalam jenis spesiesnya. Namun
spesies pohon pisang, pohon kelapa, anjing atau ikan sebagai sebuah individu di mana-mana tetap
sama dan seragam.
Bagi makhluk infrahuman pengertian "individu" dikaitkan dengan jenis. Kalau kita mengatakan
bahwa kita memiliki tiga pohon pisang, itu berarti kita memiliki tiga individu pisang. Demikian
juga kalau kita mengatakan bahwa kita memiliki tiga pohon kelapa, itu berarti ada tiga individu
pohon kelapa.
MAKHLUK INFRAHUMAN
Setiap makhluk di dunia ini merupakan individualitas tersendiri. Syarat sebagai individu ialah bahwa ia
mempunyai identitas diri yang tidak terbagi sehingga ia bisa dibedakan dari yang lain. Bagi makhluk infrahuman
pengertian "individu" dikaitkan dengan jenis. Kalau kita mengatakan bahwa kita memiliki tiga pohon pisang, itu
berarti kita memiliki tiga individu pisang. Demikian juga kalau kita mengatakan bahwa kita memiliki tiga pohon
kelapa, itu berarti ada tiga individu pohon kelapa.
kita juga bisa memberi nomor urut bagi makhluk infrahuman. Kita bisa memberi nomor urut 1, 2 atau 3, dan
seterusnya pada pohon kelapa atau pohon pisang atau ikan. Penomoran ini dimaksudkan untuk memberikan
identitas pada masing-masing jenis.
Dengan demikian bagi makhluk infrahuman perbedaan yang mungkin hanyalah perbedaan kuantitatif, dan tidak
mungkin relevan membuat perbedaan kualitatif. Dengan kata lain, kata "individu" bagi makhluk infrahuman
hanya terkait dengan perbedaan fisik antara satu jenis dengan jenis yang lain, serta urut-urutan menurut ruang dan
waktu tertentu.
MANUSIA
Bagi manusia pengertian "individu" tidak sekedar "jenis" atau "spesies", tidak pula bersifat seragam, apalagi
bersifat numerik. Individu manusia terkait dengan keunikan. Keunikan itu berakar pada dimensi kerohanian.
Sebagai individu manusia memang merupakan jenis yang sama. Namun nilainya tidak pada kesamaan jenis yang
dimilikinya. Individualitas manusia terkait dengan kualitas. Manusia bukan suatu ulangan numerik dari jenis yang
sama. Dia dikehendaki demi dirinya sendiri.
Artinya, dari segi materi manusia merupakan salah satu individu. Akan tetapi dari segi kerohanian, is adalah satu
kesatuan.
Dengan demikian individualitas manusia ada pada derajat dan martabatnya. Jadi, bagi manusia individu
mengandung arti kesatuan dan keutuhan badan dan jiwa.
ARTI PERSONA
Kata "persona" berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah topeng. Konon dalam tradisi seni drama
masyarakat Yunani, para pemain sandiwara harus mengenakan topeng ketika memainkan peran tokoh
tertentu. Melalui topeng sang aktor/aktris menghadirkan watak tokoh yang dimainkan. Dengan demikian
topeng sesungguhnya dipakai sebagai media untuk menghadirkan pribadi seseorang di hadapan penonton.
Dalam perkembangan selanjutnya, "persona" tidak lagi dimengerti sebagai sebuah topeng, melainkan
kualitaskualitas pribadi yang ada dalam diri seseorang. Dengan demikian, arti "persona" tidak lagi menunjuk
pada topeng, melainkan pada makna yang ada di baliknya, yakni jati diri.
Dengan kata lain, persona dan individualitas mengandung makna yang sama, yakni keutuhan. Manusia
menjadi pribadi atau individu karena jiwa dan badannya bersatu. Ia adalah jiwa yang berbadan atau badan
yang berjiwa
PANDANGAN ONTOLOGIS
Dalam pandangan ontologis, tekanan manusia sebagai pribadi diletakkan pada rasionalitas
dan individualitas. Artinya, manusia dilihat sebagai makhluk yang rasional dan bersifat individual.
Dengan demikian substansi manusia dipandang dalam dua hal, yakni pertama, ia adalah
makhluk yang berpikir; kedua, ia memiliki kodrat sebagai individu. Jadi, substansi persona
manusia ada pada akal budi dan individualitas.
Lebih lanjut Thomas Aquinas menambahkan, kualitas tindakan manusia sebagai pribadi
terletak dalam cara-cara hidup di tengah masyarakat. Itu berarti bagi filsuf dan sekaligus teolog ini,
pemaknaan pribadi berkaitan dengan bagaimana seorang individu bertindak dalam kehidupan yang
nyata.
PANDANGAN PSIKOLOGIS
Fokus perhatian psikologi adalah emosi dan afeksi. Ini berbeda dengan pandangan ontologis. Kalau pandangan
ontologis meletakkan inti pribadi manusia pada esensi dan eksistensi, yakni kodrat, rasio serta keunikan dan
kebebasan, psikologi meletakkan pribadi manusia pada kejiwaan.
Gagasan Freud ini sebagaimana diakui oleh John W.M. Verhaar, memberikan empat gagasan mendasar berikut.
Pertama, adanya dalam setiap orang suatu pusat kepribadian yang disebabkan "aku" dan yang dianggap sebagai
sesuatu yang positif untuk keseimbangan psikis.
Kedua, adanya lebih dari satu "instansi identitas"; dari instansi tersebut, hanya "akulah" yang dianggap positif.
Ketiga, identitas manusia dengan aku sebagai salah satu instansi daripadanya berkembang menurut "genetic
individual", menurut hukum-hukum perkembangan umum.
Keempat, hubungan orang dengan sesama dapat menyebabkan adanya kekacauan antara identitas dirinya sendiri
dan identitas sesama, sehingga dapat menimbulkan krisis identitas".
PANDANGAN DIALOGIS
Pandangan dialogis mengkaitkan pribadi manusia dengan hubungan antara satu manusia dengan
manusia yang lain. Dalam pandangan ini manusia adalah makhluk relasional. Pribadi setiap manusia
terbentuk melalui relasi, yakni relasi jiwa dan badan, relasi individu dengan masyarakat, sebaliknya
relasi masyarakat dengan individu. Jadi, konsep Aku berpusat pada relasi.
Konsep dialogis dikembangkan oleh sejumlah pemikir. Kita menyebut dua nama di sini, yakni Mounier
(1758-1806) dan Martin Buber (18781965).
Pertama, ia dipanggil untuk melakukan sesuatu untuk dunianya. Artinya, panggilan untuk berbuat
sesuatu pada orang lain adalah bagian dari persona. Panggilan untuk melakukan tindakan yang balk
tidak bisa digantikan oleh siapapun. Setiap orang justru diminta untuk itu.
Kedua, tindakan. Menjadi pribadi menuntut perbuatan yang tidak bisa ditunda-tunda. Artinya, pribadi
menjadi pribadi kalau dia bertindak. Ia harus merealisasikan apa yang dipikirkannya.
Ketiga, komunikasi. Pribadi terkait dengan perjumpaan dengan yang lain. Mounier melihat bahwa
kebersamaan merupakan wadah pengungkapan eksistensi pribadi.
NILAI-NILAI ABSOLUT PRIBADI
Dari paparan yang panjang lebar di atas, dapat disarikan bahwa esensi manusia sebagai pribadi
menyangkut empat hal mendasar ini, yakni kesadaran akan diri, bersifat otonom dan transendental,
serta komunikatif. Sebagai pribadi manusia adalah makhluk yang sadar akan diri sendiri. Kesadaran ini
bersumber pada aspek kerohaniannya.
Selain kesadaran manusia juga memiliki kemampuan untuk menentukan dirinya. Itu berarti, sifat
otonom menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pribadi manusia. Tidak seperti makhluk infrahuman
yang terdeterminasi oleh kondisi internalnya seperti naluri dan kondisi eksternalnya seperti lingkungan,
manusia adalah makhluk yang bebas. Kebebasan adalah kondisi yang melekat di dalam diri manusia.
Transendensi diri sebagai pribadi memampukan manusia untuk mengatasi ruang dan waktu. Dan
hakikat diri ini bersumber dari kesadaran. Sifat transendental merupakan modal bagi manusia untuk
mengatasi persoalan-persoalan hidup serta memungkinkannya masuk dalam dunia abadi dan absolut,
yakni kehidupan religius.
BEBERAPA ELEMEN PERSONA
Sebagaimana diakui oleh William McDougall (1822-1905), merupakan penjelmaan kehidupan pribadi.
Karakter memberikan kestabilan, kemantapan, harmoni pada seseorang. Dengannya seseorang menjadi
lebih mantap untuk mencapai tujuan-tujuannya yang penting dan membangkitkan kemauan dan
kekuatan dalam mengambil keputusan.
Dalam etika, pengertian karakter dihubungkan dengan perilaku yang baik. Orang yang berwatak adalah
orang yang berperilaku baik. Di sini ada itikad untuk melakukan hal-hal baik yang dikehendaki.
BEBERAPA ELEMEN PERSONA
Pribadi manusia bukan konsep yang abstrak. Ia adalah makhluk yang konkret. Sifat konkret itu terungkap
dalam berbagai elemen yang ada dalam dirinya. Ada enam elemen dasar yang mengungkapkan pribadi
seseorang.
Pertama adalah karakter. Setiap pribadi memiliki karakter yang unik. Kata "karakter" berasal dari bahasa
Yunani, yakni "character", artinya "alat untuk memberi tanda atau cap" atau "tanda atau capnya sendiri".
Dalam psikologi Belanda dan Jerman kata "karakter" sering diartikan sebagai pribadi.
Dalam etika, pengertian karakter dihubungkan dengan perilaku yang baik. Orang yang berwatak adalah
orang yang berperilaku baik. Di sini ada itikad untuk melakukan hal-hal baik yang dikehendaki. Orang
yang memiliki niat baik, tetapi tidak mampu mewujudkan niat baiknya, tidak disebut sebagai orang yang
berkarakter.
Kedua, akal budi. Akal budi merupakan elemen persona yang paling hakiki. Dibandingkan dengan
makhluk lainnya, akal budi merupakan keistimewaan manusia. Pengakuan ini pertama muncul di Yunani.
BEBERAPA ELEMEN PERSONA
Pikiran hanya dapat dibicarakan dalam kerangka individu. Tidak pernah ada pikiran bersama. Yang ada
secara bersama adalah kesepakatan, yang merupakan buah dafi pikiran sejumlah individu. Implikasi
logis dari pandangan ini ialah bahwa pendapat dan gagasan setiap orang pasti berbeda. Justru karena itu
keanekaragaman itu harus dihargai. Penghargaan ini merupakan tanda pengakuan terhadap personalitas
setiap individu.
Ketiga, kebebasan. Wacana mengenai kebebasan juga bersifat personal. Mengapa? Karena yang dapat
menentukan diri seseorang, bukan orang lain, melainkan dirinya sendiri. Dalam proses pengambilan
keputusan, seseorang harus menentukan pilihannya menurut suara hatinya.
BEBERAPA ELEMEN PERSONA
Keempat, nama. Kendati ada ungkapan yang mengatakan "apalah artinya sebuah nama", namun nama
mempunyai makna bagi setiap pribadi. Setiap orang memiliki nama. Nama merupakan perwujudan dan
pengejawantahan sekaligus menjadi identitas pribadi seseorang. Seseorang dipanggil dengan namanya..
Menyebut nama tidak sekedar mengeluarkan bunyi melalui huruf-huruf yang tersusun, melainkan
mengandung makna pengakuan terhadap eksistensi pemilik nama. Pengakuan ini bersifat utuh. Artinya,
menyebut nama seseorang dengan baik adalah mengakui eksistensi orang yang bersangkutan.
Kelima, suara hati. Suara hati merupakan bagian hakiki dari kepribadian seseorang. Suara hati ada dalam diri
setiap orang. Karena itu suara hati tidak bersifat massal. Hati nurani selalu bersifat personal, karena is melekat
dengan pribadi seseorang. Tidak ada pihak luar yang pernah bisa mengetahui kedalaman suara hati seseorang,
selain orang bersangkutan. Dalam masyarakat sering terdengar ungkapan, "dalamnya laut dapat diduga, tapi
dalamnya hati siapa tahu".
BEBERAPA ELEMEN PERSONA
Keenam, perasaan. Perasaan merupakan ungkapan lubuk hati yang mendalam dari setiap pribadi. Ketika
seseorang merasa senang atau sedih dan mengungkapkan perasaan senang atau sedihnya itu, ia
mengungkapkan diri. Perasaan tidak dibicarakan secara kolektif, melainkan dikaitkan dengan pribadi. Karena
perasaan terkait dengan pribadi, maka menghargai perasaan seseorang juga berarti menghargai harkat dan
martabatnya sebagai manusia.
Artinya, kesadaran etis sejalan dengan proses kognitif dan volutif yang bertumbuh dalam diri pribadi.
Apabila persona bertindak sesadar-sadarnya, yaitu pada tingkat yang setinggi-tingginya dengan rancangan
hidup, ia sejalan dengan kata hatinya. Itu berarti dalam kata hati yang berasal dari perasaan etis dan ikut
merasa pada tingkat hati, perasaan-perasaan ini bersintesis dengan ego volutif dan kognitif.
kesimpulan
Dari uraian panjang lebar di atas dapat disimpulkan bahwa selain makhluk yang bertanya, manusia
juga adalah pribadi yang unik. Keunikan manusia bersumber dari aspek kerohanian, yakni jiwanya.
Jiwa membuat manusia serba baru. Ia menjadi makhluk dinamis karena jiwanya..
Karena ia adalah unik, maka manusia tidak boleh diurutkan dalam bentuk nomor atau dikelompok-
kelompokkan seperti makhluk infrahuman.
Sebagai pribadi manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan diri. Ia juga memberi makna
bagi kehidupannya dengan mempertimbangkan segala tindakannya. Tidak hanya
mempertimbangkan, melainkan ia juga
menyatakan apa yang dipertimbangkan. Karena itu manusia bukan saja the rational being,
melainkan juga the act of being. Artinya, kualitas manusia sebagai pribadi diungkapkan melalui
perbuatan nyata sehari-hari.
Sebagai pribadi manusia adalah makhluk yang transendental, otonom, bebas dan relasional.
Dengan sifat transendentalnya, manusia mampu mengatasi diri, sekaligus mengambil bagian
dalam sifat keilahian. Hidup manusia tertuju pada sesuatu yang mengatasi dirinya. Dengan sifat
otonomnya is mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk, serta mengambil
keputusan terhadap tindakannya. Dengan sifat relasionalnya manusia diharuskan untuk
berhubungan dengan sesama serta dunianya. Sebagai pribadi manusia bukan konsep yang
abstrak. Ia adalah makhluk yang konkret.
Realitas manusia sebagai pribadi terungkap dalam elemenelemen seperti karakter, akal budi,
suara hati, nama dan perasaan, serta kebebasan. Elemen-elemen ini terkait dengan pribadi.
Karena itulah semua elemen ini bersifat personal.
Filsafat Kebenaran
01
02
Filsafat kebenaran plato mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Dalam
waktu belakangan yang cukup lama Bradley seakan menjawab kebenaran itu adalah
kenyataan. jadi untuk membuktikan bahwa hari benar benar hijan, kita harus
membedakan dengan melihat kenyataan yang terjadi di luar rumah.
Akan tetapi kenyataannya yang terjadi sekarang tidak seluruhnya berupa
kebenaran, bahwa yang tidak seharusya terjadi akhirnya terjadi juga karena da solen
tidak sama dengan das sein. betapa banyak kita melihat ketidakbenaran, seperti
berbagai penindasan, penjajahan dan rekayasa.
seorang murid plato bernama Aristoteles menjawab pertanyaan suhunya ini dengan
pendapat kebenaran sehingga kemudia lahirlah kebenaran relatif dan kebenaran
mutlak. sekarang agar penelitihan cenderunh perlu dipertanyaakan kepada beberapa
responden lain yang memenuhi syarat agar valid (dalam islam tersebut dengan
shahih) itupun harus diuji kebenarannya. bahkan terkdang dalam kurun waktu
tertentu kebenaran itu berubah sesuai corak berfikri manusia / (paradigma).
1. Pengetahuan akal.
2. Pengetahuan Budi.
3. Pengetahuan Indrawi.
4. Pengetahuan kepercayaan (otoritatufl)
5. Pengetahuan intuitif.
Anatomi
Presentasi
yang
Bagus
03
Beberapa pakar ilmu
filsafat pengetahuan terdiri
Menurut Penulis yang benar adalah pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian untuk membahas
disebut etika, pengetahuan indrawi itu sendiri seni yang untuk membahasnya disebut estetika.
Sedangkan pengetahuan kepercayaan itu disebut agama akan tetapi dalam hal ini tidak boleh otoritas
karena agama tidak memaksa. etika dan estetika dan agama kebenaran, dan kebaikan jadi titik temu
antara logika etika dan estetika adalah agama islam.
Oleh karena itu pengetahuan intuitif kepada seorang yang kemudia disebut nabi harus diuji terlebih
dahulu seperti halnya keberadaan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana penulis lakukan bertahun tahun
dalam keadaan atheis dan kemudian bnaru menerimanya.
04
1. Teori Kebenaran Korespondesi.
2. Teori Kebenaran Koherensi.
3. Teori Kebenaran Pragmatis.
4. Teori Kebeneran Sintaksis.
5. Teori Kebenaran Simentis.
6. Teori Kebeneran Non Deskripsi.
7. Teori Kebenaran Logika Yang Berlebihan.
8. Teori Kebenaran Performatif.
9. Teori Kebenaran Paradigmatif.
10.Teori Kebenaran Proposisi.
Kriteria yang
dilembagakan akan
penulis smpaikan
beberapa kritik antara
lain.
05
1. Kebenaran Koherensi adalah kebenaran atas hubungannya
anatara dua pernyataan. Misalnya Ketika dinyatakan bahwa monyet
mempunyai hidung pada peertanyaan pertama, dan pada pertanyaan
kedua dinyatakan manusia juga mempunyai hidung, kesimpulan
bahwa monyet dan manusia sama mempunyai hidung.
06
2. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam
salah satu konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran ini adalah
apabila kemungkin¬annya luas, oleh karena itu harus dipilih
kemungkinannya hanya dua dan saling bertolak belakang.
Misalnya, semua yang teratur ada yang mengatur, dalam hal
ini kita tidak membicarakan yang tidak teratur. Dengan adanya
yang mengatur peredaran darah dalam tubuh maka tubuh
manusia terjadi sendiri tanpa ada yang mengatur hal itu
adalah salah, tetapi seharusnya ada yang mengatur yaitu
Tuhan, karena hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang
mengatur dan tidak ada yang mengatur, apabila diterima salah
satu maka yang lain dicoret karena bertolak belakang.
3. Kebenaran Sistaksis adalah kebanaran yang berangkat dari tata bahasa
yang melekat. Karena teori ini dipengaruhi pula oleh kejiwaan dan ekspresi,
maka ada susunan tata bahasa yang bernuansa rasa. Misalnya pernyataan
"Saya makan nasi" akan berbeda bila ditulis dan ditekankan bacaannya
(intonasi) ketika "Saya, makan nasi" atau "Saya makan, nasi" atau "Saya
makan nasi ! atau "Saya makan nasi? yaitu pada subjek, predikat dan objek.
Kebenaran seperti ini juga mirip dengan kebenaran semantis yang berbicara
tentang makna bahasa.
4. Kebenaran Logika yang berlebihan adalah kebenaran yang sebenarnya
telah merupakan fakta. )adi akan menjadi pemborosan dalam
pembuktiannya, misalnya sebuah lingkaran harus berbentuk bulat. Para ahli
agama menganggapnya dengan dalil aksioma yang tidak perlu dibuktikan,
tetapi sebenarnya pembuktian yang berangkat dari keraguan untuk menjadi
keyakinan itu perlu dalam mencari titik temu agama dan ilmu. Misalnya
apakah Allah itu Tuhan? Apakah Muhammad itu Nabi? Apakah Yesus itu
Juru Selamat? Apakah Kresna itu Awatara? Apakah Sidharta Gautama itu
Budha? dan lain sebagainya.
Yang Maha
Benar
Puncak kebenara itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang
Maha Benar (Al Haq) para pedzikir senantiasa mengucapkan
“Alhamdulillah” (segala puji bagi Tuhan) pada setiap penyesalan
penemuan istillah ataupun seleai melaksanakan shalat fardhu
sebanyak tiga puluh tiga kali.
Sebagimana telah ditulis penyampaian di muka bahwa ilmu
tidaklah bebas nilai, oleh karena itu logika dan etika harus sejalan
bukan hanya karena penggabungan ilmu dan agama yang dalam
pembicaraan sehari hari biasanya disebut dengan imtag (Iman dan
Taqwa). Seorang ilmuan secular dapat seja berkata agar tidak
terkena penyakit kelamin maka hendaknya memakai kondom bila
besetubuh dengan pelacur. Maka disisi lain keberadaaan penjabat
pemerintah juga dinilai tidak baik tetapi secara logika bila
menjatuhkan hukuman mati kepada pelaku kejahatan.
Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah pernyataan itu benar ataukah tidak.
Bahkan mereka yang mengatakan bahwa makna sama dengan keadaan yang dapat diverifikasi, akan bersepakat demikianlah harapan saya bahwa
mengetahui syarat-syarat untuk menetapkan suatu pemyataan dapat diverifikasi tidaklah sama dengan mengetahui bahwa syarat-syarat itu sudah
dipenuhi. Untuk sampai pada definisi tentang kebenaran, marilah kita hubungkan lagi pembicaraan kita dengan kalimat, "Di luar hawanya dingin.“
Sudah jelas bahwa tidak ada perangkat tanda yang dapat dikatakan benar. Selanjutnya, kecuali secara luwes, kita sesungguhnya tidak
dapat mengatakan bahwa sesuatu pemyataan benar. Kadang-kadang pemyataan diartikan sama sepenuhnya dengan proposisi, dan kalau demikian
halnya, maka perkataan benar dapat diterapkan kepada keduanya. Kadang-kadang perkataan 'pernyataan' juga dipakai, sementara yang dimaksudkan
ialah proposisi, dan dalam hal ini pun perkataan 'benar' dapat diterapkan. Tetapi sebaiknya kedua ,acarn segi tersebut tetap kita pisahkan, setidak-
tidaknya pada kesempatan ini. Dalam hal yang demikian, perkataan 'benar' hanya dapat diterapkan kepada proposisi.
08
A. PROPOSISI SUATU PERNYATAAN YANG BENAR
Pernyataan merupakan suatu istilah yang bersifat sintaktis; 'proposisi' ialah istilah yang bersifat semantik,
dan demikian pula kata 'benar' mengacu kepada makna simbol-sirnbol, dan bukan kepada simbolnya. Maka
kemungkinan untuk mengatakan bahwa 'p' adalah benar, jika dan hanya jika p itulah halnya; dalam hal ini
menurut kebiasaan simbol 'p' menunjukkan pernyataan, sedangkan simbol p mengacu kepada proposisi.
Maka di dalam sintaksis kita tidak dapat mengatakan apapun mengenai kebenaran. Untuk membicarakan
masalah kebenaran kita membutuhkan suatu bahasa yang berbeda dengan bahasa yang bersifat sintaksis.
Kiranya jelas mengapa penganut idealisme, seperti F.H. Bradley, mengatakan bahwa kebenaran ialah
kenyataan. Karena kebenaran ialah makna yang merupakan halnya, dan karena kenyataan ialah juga
merupakan halnya, maka keduanya dipandang sama sepenuhnya Karena makna pernyataan "Di luar
hawanya dingin", artinya proposisi Di luar hawanya dingin, sekarang sungguh-sungguh merupakan halnya
pada waktu menulis catatan ini, maka keadaan dingin-di luar merupakan bagian dari keadaan kenyataan
yang ada pada waktu sekarang serta pada tempat ini, dan proposisi tersebut dikatakan 'benar'.
Kebenaran
Bersifat Sematik
09
Ukuran Kebenaran
Kiranya semua ini cukup terang dan jelas. Mengenai makna apa yang didukung oleh perkataan 'kebenaran'
tampaknya dapat dijawab dengan mudah. Tetapi kesulitan-kesulitan akan timbul bila saya menanyakan
"Bagaimana cara saya mengetahui bila proposisi itu benar?" Dengan perkataan lain, ukuran apakah yang dapat
diterapkan pada proposisi-proposisi untuk menentukan kebenarannya atau kenyataannya? Ini berarti mengadakan
pembedaan antara definisi tentang kebenaran masalah tentang makna dengan ukuran tentang kebenaran. Apa
yang kita butuhkan ialah sesuatu yang dapat dipakai untuk menunjukkan bahwa definisi itu terpenuhi, karena
tidaklah mudah untuk menerapkan suatu definisi secara langsung.
Catatan-catatan yang terakhir ini dimaksudkan untuk sekali lagi menegaskan bahwa jawaban-jawaban
terhadap masalah-masalah kefilsafatan itu saling berkaitan. Tidaklah mungkin untuk memisahkan-misahkan
jawaban terhadap masalah kebenaran serta ukurannya dari jawaban-jawaban yang diberikan terhadap masalah-
masalah kefilsafatan yang lain, meskipun ada orang-orang yang ingin percaya bahwa demikianlah halnya. Yang
demikian ini serupa dengan mencoba untuk menyatu-hasilkan permainan 'teka-teki' anak-anak (rumah-rumahan,
dan sebagainya, pen.). Bagian dari'teka-teki' yang kita tempatkan pada suatu tempat, mungkin karena bangunnya,
membantu atau menghalangi bagi kita untuk menemukan bagian 'teka-teki' lain yang cocok. Keadaan saling
tergantung ini kian menjadi jelas bila saya membicarakan jawaban-jawaban yang pokok terhadap masalah ukuran
kebenaran. Di buku ini, diketengahkan pernyataan itu benar atau tidak ada 4 (empat) teori saja. Yang sebetulnya
masih ada teori lain,yaitu : (1). Coherence Theory; (2). Corespodensy theory, (3). Emperical Theory; (4).
Pragmatis.
10
Pandangan ini dudukung oleh Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori ini dianut oleh kaum rasionalis. Kebenaran tidak lagi
ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan, melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah
ada. Maka suatu pengetahuan atau proposisi dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan atau proposisi sebelumnya.
Matematika dan ilmu pasti sangat cocok dengan teori kebenaran ini. Misalnya, Semua manusia mati; Sokrates adalah manusia; Maka
Sokrates pasti mati. Penekanan pada pengetahuan apriorirasional dan deduktif. Di sini pengenal dan subyek lebih dipentingkan
daripada obyek.
Marilah kita perhatikan suatu contoh tentang seseorang yang memberikan kesaksian dipengadilan mengatakan pandangannya tentang
apa yang terjadi, dan kemudian diajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya dengan maksud untuk memeriksanya. Pengadilan
mencoba menetapkan adanya keadaan saling berhubungan, atau tidak adanya keadaan saling berhubungan, di dalam seluruh
kesaksiannya. Kemudian diajukan saksi-saksi lain yang melukiskan apa yang terjadi menurut penglihatan mereka. Semakin banyak
jumlah saksi yang mandiri, yang kesaksiannya saling berhubungan, maka semakin tinggi derajat kebenaran yang dapat diberikan
terhadap pelukisan peristiwa-peristiwa tersebut.
11
1. Paham Koherensi (Coherence
Theory)
Epistemologi Dalam Teori Koherensi
Penganut idealism juga melakukan pendekatan
masalah tersebut melalui epistemologinya. Karena
prakter sesungguhnya menunjukkan bahwa ukuran
kebenaran ialah keadaan yang saling berhubungan.
Anatomi
Presentasi
yang
Bagus
12
Yang Dimaksud oleh penganut idealism dengan keadaan saling berhungan dua ciri pokok. Pertama, adanya keharusan bahwa semua
fakta terangkum. Ide-ide tidak mungkin saling berhubungan jika ide-ide itu hanya merupakan bagian-bagian dari kebenaran seluruhnya- Misalnya, jika kita
mengetahui bahwa tanah basah dan juga mengetahui bahwa langit berawan, maka kedua ide tersebut belum cukup menunjukkan adanya keadaan saling
berhubungan untuk menetapkan bahwa hujan turun. Kedua keadaan tersebut mungkin ada, namun bisa saja hujan tetap tidak turun. Ini menggambarkan
bahwa agar ada kebenaran, perlu ada suatu sistem yang bersifat mencakup, yang di dalamnya ide-ide saling berhubungan.
Contoh yang baik tentang bagaimana cara menerapkan paham koherensi terdapat di dalam perkenalan dengan teori relaliuilas Einstein. Ide bahwa semua
gerakan semata-mata bersifat nisbi serta ditinggalkannya pengertian-pengertian tentang ruang dan waktu yang mutlak, ternyata saling berhubungan dengan
ide-ide lain yang jauh lebih balk daripada pengertian-pengertian yang lama.
13
Korespondensi Adalah Hukum Yang Saling Berhubungan
Pertanyaan Yang Saling Berhungan
Agaknya orang pun manaruh keberatan yang utama
terhadap utama paham koherensi. Tentunya
mencakup cerita deduktif dan penulisan sehingga di
dalam segala saling berhubungan dimuat dalam buku
itu maka tidak ada yang sesat atau melenceng tidak
benar
Anatomi
Presentasi
yang
Bagus
14
Bagi orang kebanyakan, suatu pernyataan itu` benar jika apa yang diungkapkannya merupakan fakta, dan barangkali kita sendiri
berpandangan demikian. Jika saya mengatakan "Di luar hawanya dingin", maka hal itu benar jika di luar sungguh-sungguh hawanya
dingin atau jika keadaan dingin di luar itu merupakan fakta. Orang mungkin mengatakan, jika di luar benar-benar hawanya dingin, maka
proposisi tersebut akan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain, dan bahwa karenanya keadaan saling berhubunyan itu
merupakan konsekuensi dari kebenaran suatu pernyataan. (Tetapi paham koherensi mengatakan sebaliknya; jika suatu proposisi
saling berhuburigan dengan proposisi-proposisi yang lain, maka apa yang dinyatakannya merupakan fakta).
Pendasar teori ini adalah Aristoteles. Menurutnya, mengatakan sesuatu yang ada sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada
adalah salah. Sebaliknya mengatakan hal yang ada sebagai ada, dan yang tidak ada sebagai tidak ada, adalah benar. Dengan ini
muncul kebenaran sebagai persesuaian antara apa yang dikatakan atau dipikirkan dengan kenyataan. Apa yang dinyatakan
berhubungan dengan kenyataan yang diungkapkan dalam pernyataan itu (correspondent). Dengan kata lain, kebenaran adalah
kesesuaian antara S dan 0, apa yang diketahui S dengan realitas sebagaimana adanya (kebenaran empiris yan didukung oleh fakta).
15
2. Teori Kebenaran Korespodensi
(Correspondence Theory)
Kata dan Makna Yang Sesuai
K. Rogers, seorang penganut realisme kritis di Amerika, menunjukkan bahwa kita perlu rnengadakan
perbedaan antara dua segi dari makna. Pertama-tama, ada segi kejiwaan yang di dalamnya makna
termasuk dalam lingkungan pengalaman kejiwaan dan merupakan makna yang kita berikan. Setiap
esensi mempunyai dua segi, yang satu terdapat di dalam objeknya dan yang lain sebagai makna.
Segi esensi yang berupa makna bersifat kejiwaan. Dalam suatu pencerapan, kita secara diam-diam
mengenal esensi yang termasuk objeknya, maupun apa yang dimaksudkan oleh esensi tersebut"
dengan kata lain, apa yang dikatakan oleh Rogers ialah, bahwa keadaan-keadaan terletak dalam
kesesuaian antara esensi atau makna yang kita berikan dengan esensi atau makna yang terdapat di
dalam objeknya. Maka yang berkesesuaian itu bukanlah makna dengan objeknya, melainkan esensi
sebagai makna dengan esensi yang terdapat di dalam objek.
Anatomi
Presentasi
yang
Bagus
16
Menggunakan
Perantara Simbil
Kiranya penting untuk membahas kesulitan yang terdapat dalam
suatu paham korespondensi yang langsung. Perkataan tadi mempunyai rnakna
hanya bagi orang yang memahaminya. Bagi mereka yang tidak memahami bahasa
Inggris, perkataan tersebut sama sekali tidak ada maknanya. Jika yang ditunjuknya
hanya objek lahiriah, tetapi bukan makna, maka perkataan tersebut masih belum
mengandung kebenaran atau makna.
Suatu bentuk kata dikatakan benar, jika seseorang yang mengetahui makna kata
tersebut berada dalam situasi yang demikian rupa sehingga menyebabkan dia
mengucapkan kata-kata yang sama dalam keadaan-keadaan itu.
Ada berarti orang dapat menganlisa situasi sebagai berikut.
1. Suatu bentuk kata telah ditentukan;
2. Suatu subjek terlibat;
3. Ada suatu perangkat keadaan;
4. Ada reaksi dalam bentuk kata kata dari subjek tersebut;
Definisi-definisi tentang kebenaran paham-paham empiris mendasarkan diri pada pelbagai segi pengalaman, dan
biasanya menunjuk kepada pengalaman inderawi dari orang seorang. Semua paham tersebut dalam arti tertentu memandang proposisi
bersifat meramalkan (predictiue) atau hipotetis, dan memandang kebenaran proposisi sebagai terpenuhinya ramalan-ramalan. Definisi-
definisi tentang kebenaran paham-paham empiris mendasarkan diri pada pelbagai segi pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada
pengalaman inderawi dari orang seorang. Semua paham tersebut dalam arti tertentu memandang proposisi bersifat meramalkan
(predictiue) atau hipotetis, dan memandang kebenaran proposisi sebagai terpenuhinya ramalan-ramalan. Kebenaran menjadi bersifat
dinamis serta tidak pasti, dan bukannya bersifat mutlak serta statis. Istilah-istilah ini jangan dianggap bersifat menghormati atau
merendahkan, melainkan sekadar menunjukkan ciri-ciri khas pengertian kebenaran. Sifat khas masing-masing di antara pelbagai corak
kebenaran tersebut tergantung pada apa yang dianggap diramalkan oleh proposisi yang bersangkutan.
Hal tersebut dikenal secara langsung. Dalam hal ini paham-paham tadi terlampau bersahaja serta terlampau bersifat
membatasi. Sebab, paham-paham tersebut tidak menerangkan masalah dapat dipercapainya pengalaman-pengalaman inderawi, dan
juga tidak memperhitungkan kebenaran (dan makna) dalam hal-hal yang konsekuensi-konsekuensinya pada dasarnya tidak dapat
diramalkan atau, tidak dapat diverifikasi oleh pengalaman-pengalaman inderawi. Banyak di antara proposisi-proposisi
yang terpokok tentang fisika atom tidak dapat diverifikasi secara langsung, sebagaimana dalam arti tersebut di atas.
18
3. Paham Empiris (Emperical Theory)
Sebagaimana telah kita lihat, ajaran-ajaran pragmatisme berbeda-beda coraknya, sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi yang mereka
tekankan. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran ini adalah apabila
kemungkinannya luas, oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya dua dan saling bertolak belakang. Misalnya, semua yang
teratur ada yang mengatur, dalam hal ini kita tidak membicarakan yang tidak teratur. Dengan adanya yang mengatur peredaran darah
dalam tubuh maka tubuh manusia terjadi sendiri tanpa ada yang mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yang mengatur
yaitu Tuhan, karena hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak ada yang mengatur, apabila diterima salah satu
maka yang lain dicoret karena bertolak belakang. Dalam batas-batas tersebut, kebenaran merupakan gagasan yang berguna atau dapat
dilaksanakan di dalam suatu situasi. Dan orang mempunyai kehendak serta hak untuk percaya akan hal-hal yang membantu menetapkan
hubungan yang memuaskan dengan sisa pengalaman mereka.
Selain itu, tidak dapat dikatakan apa yang harus kita lakukan di dalam hal-hal yang menggambarkan seseorang berpendapat bahwa
suatu proposisi tertentu dapat dilaksanakan, sedangkan seseorang yang lain berpendapat bahwa kebalikannya dapat dilaksanakan.
Dalam hal ini, apakah kedua-duanya benar? Jika demikian, apa artinya mempunyai dunia yang di dalamnya suatu proposisi, dan
kebalikannya kedua-duanya benar?
19
4. Teori Pragmatisme
Yang Dimaksud oleh penganut idealism dengan keadaan saling berhungan dua ciri pokok. Pertama, adanya keharusan bahwa semua fakta
terangkum. Ide-ide tidak mungkin saling berhubungan jika ide-ide itu hanya merupakan bagian-bagian dari kebenaran seluruhnya- Misalnya, jika kita
mengetahui bahwa tanah basah dan juga mengetahui bahwa langit berawan, maka kedua ide tersebut belum cukup menunjukkan adanya keadaan saling
berhubungan untuk menetapkan bahwa hujan turun. Kedua keadaan tersebut mungkin ada, namun bisa saja hujan tetap tidak turun. Ini menggambarkan
bahwa agar ada kebenaran, perlu ada suatu sistem yang bersifat mencakup, yang di dalamnya ide-ide saling berhubungan.
Contoh yang baik tentang bagaimana cara menerapkan paham koherensi terdapat di dalam perkenalan dengan teori relaliuilas Einstein. Ide bahwa semua
gerakan semata-mata bersifat nisbi serta ditinggalkannya pengertian-pengertian tentang ruang dan waktu yang mutlak, ternyata saling berhubungan dengan
ide-ide lain yang jauh lebih balk daripada pengertian-pengertian yang lama.
20
Memverifikasi Pertanyaan Yang Benar
Di atas telah di katakan oleh John Dewey memandang makna yang dikandung suatu proposisi terletak di dalam konsekuensi-
konsekuensinya terhadap tingkah laku seseorang. Suatu proposisi mengandung suatu makna, jika proposisi itu membuat perubahan. Atau jika proposisi itu
menyediakan suatu perangkat cara untuk melakukan sesuatu. Tetapi tingkah laku makhluk hidup selalu ditujukan untuk menyelesaikan masalah hidup.
Baiklah saya berikan contoh yang dipakai oleh Dewey. Bagaimanakah kita mengetahui bahwa proposisi itu benar? Menurut Dewey, kita baru mengetahui
setelah kita mengadakan verifikasi, dan yang demikian ini kita kerjakan dengan cara berjalan ke kiri. Jika dengan berjalan ke arah kiri, kita sungguh-
sungguh ke luar dari hutan, maka barulah proposisi tersebut sungguh-sungguh benar. Proposisi yang kita ajukan merupakan suatu hipotesa yang
meramalkan konsekuensi-konsekuensi. Dan karenanya, akan benar jika dan hanya jika - konsekuensi-konsekuensi tersebut terwujud. Kebenaran ialah
pembenaran (verification), dan hal ini ditunjukkan bila penyelidikan yang menimbulkan perumusan proposisi tersebut diselesaikan dengan sukses.
21
Lanjutan !
Lanjutan !
Selanjutnya, pendapat saya bahwa jalan itu boleh jadi akan membawa kita keluar dari hutan, tidak akan menjadi
salah karena tindakan-tindakan yang saya lakukan kemudian. Yaitu, meskipun saya mengikuti jalan tersebut dan
(ternyata) jalan itu membawa saya lebih jauh lagi masuk ke dalam hutan. Definisi yang diberikan oleh Dewey tentang
kebenaran bertentangan dengan pengertian-pengertian kita tentang pernyataan-pernyataan yang mengandung
probabilitas.
Namun demikian, Dewey menunjukkan suatu hal yang penting. Proposisi memang mengadakan
ramalan, dan hasilnya dapat mengatakan kepada kita banyak hal mengenai benar-sesatnya. Tetapi kecuali jika
proposisi itu ditinjau dari sudut logika sama nilainya dengan ramalan-ramalan, maka tidak satu pun ramalan yang
atas dasar itu dapat dilakukan verifikasi terhadap proposis
22
ALLAH LAH
YANG MAHA
BENAR
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha
Benar (AI Haq), itulah sebabnya para pedzikir senantiasa mengucapkan
"Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah) Seorang ilmuwan sekular dapat saja berkata
bahwa agar tidak terkena penyakit kelamin maka hendaklah memakai kondom bila
bersetubuh dengan pelacur. Pada kesempatan lain keberadaan pejabat pemerintah
juga dapat dinilai tidak baik tetapi benar secara logika bila menjatuhkan hukuman
mati kepada pelaku kejahatan. Mereka yang menganggap hukuman mati tidak perlu
dijatuhkan atas pelaku kejahatan, lalu bagaimana dengan pelaku yang memperkosa
anak keci) kemudian menyilet wajahnya untuk kepuasan dan penghilangan jejak,
bagaimana dengan pelaku kejahatan yang memperkosa ibu kandungnya sendiri
tanpa rasa kemanusiaan? Maka jawabannya hanyalah satu, yaitu MATI.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
KEBENARAN MANUSIA
DILIHAT DARI SISI FILSAFAT
.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Manusia adalah satu – satunya makhluk yang mampu bertanya dan
mempertanyakan kepada dirinya, di kehidupan sehari hari secara umum
pertanyaan dapat digolongkan yakni pertanyaan sederhana bersifat teoritis
yaitu terkait dengan masalah – masalah praktis. Dan semua pertanyaan ini
disebut mendasar dicari dengan pemenungan yang mendalam itu dilakukan
dengan berbagai tahapan, yakni menyadari adanya masalah, meragukan dan
menguji secara raional anggapan – anggapan yang terkait dengan
pertanyaan memeriksa dan mempertimbangkan penyelesaian yang telah
diajukan mengenai masalah konsekuensi kesimpulan yang secara rasional
dapat dipertanggung jawabkan.
.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Manusia sebagai
sebuah persoalan
Manusa itu merupakan pertanyaan yang paling mendasar dan paling utama
dalam sejarah manusia. Segala pertanyaan yang menyangkut hal-hal lain,
seperti tentang bumf, bulan, langit, udara, air dan atom, sel serta tentang
Tuhan hanya relevan jika dikaitkan dengan manusia. Bagi manusia,
mengetahui siapa dirinya, dari mana asal usulnya, apa tujuan hidupnya,
bagaimana is menghayati hidup secara konsisten, memang merupakan
masalah yang berbeda-beda. Akan tetapi semua pertanyaan ini merupakan
satu kesatuan, yakni berkaitan dengan pemaknaan hidup serta nilai-nilai
keberadaannya.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Apa itu filsafat
Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, yakni philein, artinya mencintai
dan sophia, artinya kebijaksanaan. Dari dua kata ini secara harafiah filsafat
diartikan dengan cinta akan kebijaksanaan Kata sophia dalam pandangan
filsafat lebih dari sekedar "wisdom" dalam bahasa Inggris. Sophia
mengandung banyak makna. Beberapa filsuf Yunani seperti Herodotus (484-
425 sM), Pythagoras (560-480 sM) dan Plato (427-347 sM) menunjukkan
keanekaan pengertian itu. Herodotus menggunakan kata philosophein dalam
upaya "untuk menemukan" sesuatu. Dalam pengertian ini filsafat diberi arti
rasa cinta manusia untuk mengetahui dan memuaskan aspek kognitifnya.
Sementara Pythagoras mengkaitkan sophia dengan kontemplasi. Sophia bagi
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Ada beberapa pengertian filsafat
dari aspek kognitifnya berupa
Pythagoras : Penetahuan hasil
kontemplasi
Plato : menunjukkan hakikat filsafat
sebagai hasil kontemplasi
Hasil kontemplasi dalam lima karekter
berukut :
 Pertama, dapat bertahan terhadap diskusi.
 Kedua, menggunakan metode dialektis.
 Ketiga, berusaha mencapai realitas yang
dalam
 Keempat, Terkait dengan butir paragraph
dari yang ketiga
 Kelima, mengetahui yang harus hidup
sebagai manusia
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Filsafat Manusia dan
Metodenya
Filsafat Manusia dan ilmu Lain
Filsafat manusia adalah bagian integral dari
sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti
hakikat atau esensi manusia. Karena itu cara
kerja filsafat manusia tidak terlepas dari cara
kerja filsafat pada umumnya, Oleh karena itu
menurut pandangan fenomenologis ilmu
pengetahuan harus bisa membedakan antara
interpretasi dan data. Melalui data atau itu
dikumpulkan dan dirangkai bagi kepentingan
ilmu-ilmu sosial data sangat penting.
Metode Filsafat Manusia
Sebagai bagian dari filsafat manusia
memiliki sudut cara kerja yang saa dengan
cara kerja filsafat pada umumnya berusaha
menangkap makna emporis objek
penelusuran filsafat manusia yang memiliki
aspek – aspek mendasar yang bersifat
metafisi dan spiritual manusia.
SLIDESMANIA.COM
Releveransi Filsafat
Manusia
Sebagai bagian dari filsafat manusia memiliki sudut cara kerja yang saa dengan cara
kerja filsafat pada umumnya berusaha menangkap makna emporis objek penelusuran
filsafat manusia yang memiliki aspek – aspek mendasar yang bersifat metafisi dan
spiritual manusia.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Releveransi Filsafat
Manusia
Releveransi filsafat manusia
Bahwa manusia bersifat dinamis misteri dan
paradoksal. Sifat dinamis membuat manusia
terus mengalami perkembangan. Seiring
dengan perkembangan itu, ia berhadapan
dengan berbagai masalah sekaligus ia menjadi
sebuah masalah yang tidak akan pernah
berakhir
Batasan buku ini
Manusia adalah makhluk multidimensional
persoalan sangat kompleks melihat
kompleksitas semua personalan mendasar
manusia diulas dalam buku.
SLIDESMANIA.COM
Batasan Buku ini
Bahwa manusia bersifat dinamis misteri dan paradoksal. Sifat dinamis membuat
manusia terus mengalami perkembangan. Seiring dengan perkembangan itu, ia
berhadapan dengan berbagai masalah sekaligus ia menjadi sebuah masalah yang tidak
akan pernah berakhir, Akan tetapi sifat dinamis dan paradoksal ini tidak boleh membuat
kita berhenti untuk membicarakan manusia. Mempersoalkan manusia harus terus
dilakukan agar hidup semakin bermutu. Dalam hal ini filsafat manusia tetap relevan
untuk dibicarakan.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Manusia sebagai Persona
Persona atau pribadi merupakan salah satu dimensi mendasar manusia. Sebagai
pribadi manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri
Secara lain dapat dikatakan, pribadi manusia bukan melulu konsep abstrak,
melainkan sesuatu yang kelihatan dalam kehidupan sehari-hari.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Pengertian dari individu
Makhluk Infrahuman
Setiap makhluk di dunia ini merupakan
individiualitas sendiri Dengan demikian bagi
makhluk infrahuman perbedaan yang
mungkin hanyalah perbedaan kuantitatif, dan
tidak mungkin relevan membuat perbedaan
kualitatif dengan kata lain satu jenis dengan
jenis yang lain, serta urut-urutan menurut
ruang dan waktu tertentu.
Manusia
Bagi manusia pengertianyya “individu” jenis
terkait dengan keunikan berakar pada
dimensi kerohanian sebagai indivodu manisa
merupakan jenis yang sama namun nilai
pada kesamaan suati jenis yang dimilikinya
yang dikehendaki dirinya dan ia menentukan
diri khan bagi dirinya sendiri.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Persona
Arti Persona
Selain kata "individu", kata
"persona" juga dikenakan kata
"persona" berasal dari bahasa
Yunani, yang artinya adalah
topeng, atau pribadi yang ada
dalam diri seseorang dengan
demikian arti “persona” tidak
menujuk pada topeng saja,
melainkan pada makna yang ada di
baliknya yakni jati diri pribadi.
Ada beberapa Tiga Pandangan yakni :
 Pandangan Ontologis : menambah cara sudut pandang
pribadi dan pendekatan yang digunakan untuk menjeskan
personalitas manusia
 Pandangan Psikologis : meletakkan pribadi manusia pada
aspek psikis, berfokus pada emosi dan afeksi dengan
pandangan ontologis.
 Pandangan Dialogis : mangkaitkan pribadi manusia
dengan hubungan antara satu manusia dengan manusia
yang lainnya.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Nilai-Nilai Absolut
Pribadi
nilai-nilai absolut personalitas manusia terungkap dalam empat hal
mendasar yakni ia memiliki
● kesadaran diri, Kesadaran ini bersumber pada aspek
kerohaniannya. Dengan kesadaran, manusia mempertimbangkan
kualitas tindakannya. Ia tahu apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan.
● Selain kesadaran manusia juga memiliki kemampuan untuk
menentukan dirinya. Itu berarti, sifat otonom menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari pribadi manusia.
● memiliki transendensi diri merupakan modal bagi manusia untuk
mengatasi persoalan-persoalan hidup serta memungkinkannya
masuk dalam dunia abadi dan absolut, yakni kehidupan religius.
Dengan demikian transendensi diri merupakan perwujudan dari
partisipasi manusia dalam keilahian Sang Pencipta.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Beberapa Elemen Persona
Ada enam elemen dasar yang mengungkapkan pribadi seseorang.
● Pertama adalah karakter. Karakter merupakan kebiasaan hidup seseorang. Kebiasaan ini
melekat dalam diri seseorang dan tidak bisa diubah dengan mudah .
● Kedua yaitu akal budi, merupakan dasar untuk melahirkan ide-ide. Dan itu tidak sama dalam
setiap orang. Artinya, akal budi membuat manusia memiliki pengertian yang berbeda tentang
suatu hal.
● Ketiga kebebasan , John Dewey (1859-1952) bahkan mengatakan, kebebasan merupakan
bagian dari martabat kemanusiaan yang tidak bisa dibungkam oleh siapapun.
● Keempat nama, merupakan perwujudan dan pengejawantahan sekaligus menjadi identitas
pribadi seseorang.
● Kelima yaitu suara hati, merupakan bagian hakiki dari kepribadian seseorang. Suara hati ada
dalam diri setiap orang. Karena itu suara hati tidak bersifat massal. Hati nurani selalu bersifat
personal, karena melekat dengan pribadi seseorang.
● Keenam Perasaan, merupakan ungkapan lubuk hati yang mendalam dari setiap pribadi.
Ketika seseorang merasa senang atau sedih dan mengungkapkan perasaan senang atau
sedihnya itu, ia mengungkapkan diri.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
dapat disimpulkan bahwa selain makhluk yang bertanya,
manusia juga adalah pribadi yang unik. Keunikan manusia
bersumber dari aspek kerohanian, yakni jiwanya. Sebagai
pribadi manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan
diri. Ia juga memberi makna bagi kehidupannya dengan
mempertimbangkan segala tindakannya.
KESIMPULAN
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Filsafat Pancasila
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
1. Pengertian Filsafat
Pancasila
Sebagaimana tersebut di atas maka pengertian filsafat Pancasila juga perlu didefinisikan sesuai
dengan pengertian filsafat, Maka pengertian tentang pengetahuan Pancasila yang demikian itu juga
merupakan suatu pengetahuan yang terdalam yang merupakan hakikat Pancasila yang bersifat essensial,
abstrak umum universal, tetap dan tidak berubah
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
2. Tingkat Pengetahuan
Pancasila
Keseluruhan dalam mempelajari pancasila pengetahuan ilmiah ini terdiri atas empat tingkat
Pertanyaan Bagaimana"- Suatu pengetahuan deskriptif Pertanyaan "Mengapa"- Suatu pengetahuan
kausal Pertanyaan "Ke mana"- Suatu pengetahuan normatif Pertanyaan "Apa"- Suatu pengetahuan
esensial
1) Dengan menjawab suatu pertanyaan ilmiah "Bagaimana" maka akan diperoleh suatu
pengetahuan ilmiah yang bersifat deskreptif. Pengetahuan jenis ini adalah jenis pengetahuan
yang memberikan penjelasan serta keterangan tanpa disertai adanya pemboncengan kepentingan
pribadi. sehingga bersifat objektif.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
2) Dengan mencari suatu pertanyaan ilmiah
"Mengapa", maka pengetahuan yang didapatkan
adalah pengetahuan bersifat kausal, yaitu
pengetahuan yang memberikan jawaban tentang
sebab-akibat atau sebab-sebab dan asal-muasal
terjadinya sesuatu pengetahuan tentang
Pancasila yang bersifat kausal akan
mengungkapkan asal-mula, sebab akibat
terjadinya Pancasila.
3) Dengan menjawab petanyaan ilmiah "Kemana":
maka pengetahuan yang didapat adalah
pengetahuan yang bersifat normatif. Pengetahuan
normatif adalah pengetahuan yang merupakan
petunjuk atau norma, maka sebelumnya dikaji,
lebih dahulu hal-hal yang selalu terjadi, selalu
berulang karena sesuatu yang selalu berulang
akan dapat menjadi kebiasaan yang kemudian
menjadi norma.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
4) Dengan menjawab pertanyaan "Apa" akan
diperoleh pengetahuan mengenai hakikat dari
sesuatu yang dinyatakan. Hakikat adalah
sesuatu yang secara mutlak menentukan bahwa
sesuatu hal itu ada.
5) Ada pembahasan Filsafat Pancasila, yaitu
kajian Pancasila sampai pada tingkat hakikat
sila-sila Pancasila. Maka kajian Filsafat
Pancasila membahas hakikat sila-sila Pancasila
hingga intinya terdalam.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
3. Manfaat Filsafat
Pancasila
1. Sebagai induk pengetahuan
2. Sebagai pemberi dasar bagi ilmu pengetahuan axiomata yang tidak memerlukan suatu pembuktian.
3. Dengan filsafat setiap ilmu pengetahuan dapat memiliki sila! dan ciri khasnya masing-masing.
4. Filsafat dapat memberikan dan mengarahkan ilmu pengetahuan ke arah tujuan demi kebahagiaan dan
kesejahteraan umat manusia
5. Dengan filsafat ilmu pengetahuan akan mampu menyelesaikan masalahnya.
a) Manfaat Penggunaan Filsafat
SLIDESMANIA.COM
b) Manfaat Bagi Pendidikan Kesarjaan
Manfaat Pendidikan filsafat khususnya filsafat Pancasila bagi Pendidikan kesarjanaan dan kemanusiaan
adalah sebagai berikut.
1. Sifat yang kritis, dinamis serta mendalam maka memungkinkan bagi pengembangan akal.
2. Filsafat berfungsi menggugah pengertian dan kesadaran manusia akan kedudukan hubungannya dengan
segala sesuatu di luar kesadaran merupakan moral dalam masyarakat hubungan dengan sesame manusia.
3. Menggugah pengertian serta kesadaran para calon sarjana akan pemikiran kemanusiaan yaitu tentang
kemanusiaan dn masalah kemanusiaan sepanjang masa.
4. Pendidikan filsafat akan membantuk para sarjana menjadi ilmuwan yang bijaksana yang memiliki dan
mengamalkan filsafat pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup, dalam kaitannya dengan
kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia.
SLIDESMANIA.COM
c) Manfaat Filsafat Pancasila Bagi Pendidikan kesarjanaan
Perkembangan bangsa-bangsa di seluruh dunia, memiliki ciri khas serta kekhususan masing-masing,
terasuk hasil karya budaya dari bangsa tersebut. Bangsa Inggris misalnya telah dikenal bangsa di dunia
telah banyak menemukan ilmu pengetahuan, juga peinikiran tentang negara dan hukum, Bagi bangsa
Indonesia salah satu karya besar bangsa yang bersifat monumental, dan seharusnya menjadi kebanggaan
bangsa adalah hasil pemikirannya tentang prinsip-prinsip hidup berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu
bagi generasi bangsa dewasa ini terutama kalangan akademisi, basil kreativitas bangsa, merupakan bukti
tonggak sejarah yang menunjukkan kepada generasi penerus bangsa bahwa bangsa Indonesiapun telah
pernah menghasilkan suatu pemikiran tentang dasar-dasar filosofi dalam kehidupan kenegaraan dan
kemasyarakat yang disebut Pancasila.
SLIDESMANIA.COM
4. Hubungan antara Filsafat dan
Ideologi
Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan sistem nilai yang secara epistemologis
kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia dalam memandang
realitas alarn semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Tiap ideologi sebagai suatu rangkaian
kesatuan mendasar dan menyeluruh yang jalin-menjalin menjadi pernikiran (System of thought) yang
logis, adalah filsafat. Dari uraian diatas, maka permasalahan ideologi merupakan permasalahan yang
disamping berkadar kefilsafatan sekaligus menyangkut praksis. Ideologi memiliki kadar kefilsafatan
karena bersifat cita-cita dan norma, dan sekaligus praksis karena menyangkut operasionalisasi, strategi
dan doktrin. Sebab ideologi juga menyangkut hal-hal yang berdasarkan satu ajaran yang menyeluruh
tentang makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan secara konkrit bagaimana manusia harus bersikap dan
bertindak.
SLIDESMANIA.COM
5. Pancasila Sebagai Ideologi
Terbuka
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Dalam ideologi
terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai mendasar yang bersifat tetap dan tidak berubah, dan tidak langsung
bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali harus eksplisitka. Sebagai suatu ideologi yang bersifat
terbuka maka Pancasila memiliki dimensi sebagai berikut :
a) Dimensi idealistis, Nilai yang terkandung dalam pancasila yang bersifat sistematis dan rasional.
b) Dimensi Normatif, Nilai yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu system
sebagaimana terkandung pembukaan UUD 1945
c) Dimensi Realistis, ideologi harus mampu mencerminkan ralitas yang hidup berkembang dalam
masyarakat.
SLIDESMANIA.COM
Pancasila sebagai dasar filsafat
negara
Pancasila disebut sebagai dasar filsafat negara, philosofische Gronslag dari negara mengandung
konsekuensi bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu ada susunan menunjukan bahwa pancasila pada hakikat dasar rangka dan
suasana bagi negara hukum Indonesia dirinci sebagai berikut.
a) Pancasila merupakan dasar filsafat negara (asas kerokhanian negara), pandangan hidup dan
filsafat hidup.
SLIDESMANIA.COM
Pancasila sebagai dasar filsafat
negara
b) Di atas basis (dasar) itu berdirilah negara Indonesia, dengan asas politik negara (kenegaraan) yaitu berupa
Republik yang berkedaulatan rakyat.
c) Kedua-duanya menjadi basis penyelenggaraan Kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yaitu pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara sebagaimana tercantum dalam hukum positif Indonesia, termuat dalam
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
d) Selanjutnya di atas Undang-Undang Dasar (yaitu sebagai basis) maka berdirilah bentuk susunan
pemerintahan dan keseluruhan peraturan hukum positif yang lainnya, yang mencakup segenap bangsa
Indonesia dalam suatu kesatuan hidup bersama yang berasas kekeluargaan.
e) Segala sesuatu yang disebutkan di atas adalah demi tercapainya suatu tujuan bersama, yaitu tujuan
bangsa Indonesia dalam bernegara tersebut, yaitu kebahagian bersama, baik jasmaniah maupun
rokhaniah, serta tuhaniah.
SLIDESMANIA.COM
Pancasila sebagai asas persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia
Telah dijelaskan dimuka bahwa sebelum Pancasila ditentukan sebagai dasar filsafat negara Indonesia,
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam sukt bangsa yang dengan sendirinya memiliki kebudyaan
dan adat-istiatat yang berbeda-beda pula. Namun demikian bangsa perbedaan tu hams disadari sebagai
sesuatu yang memang senantiasa ada pata setiap manusia (suku bangsa) sebagai makhluk pribadi, dan
dalammasalah ini bersifat biasa.
SLIDESMANIA.COM
Bangsa indonesia memiliki ciri sebagai
berikut
1. Dilahirkan dari satu nenek moyang, sehingga kita memiliki kesatuan darah.
2. Memiliki satu wilayah di mans kita dilahirkan, hidup bersama dan mencari sumber-sumber
kehidupan.
3. Memiliki kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia dibesarkan di bawah gemilangnya kerajaan-
kerajaan, Sriwijaya, Majapahit, mataram dan lain sebagainya.
4. Merniliki iesamaan nasib yaitu berada di dalam kesenangan dan kesusahan, dijajah Belanda,
Jepang dan lainnya.
5. Memiliki satu ide, cita-cita satu kesatuan jiwa atau asas kerokhanian , dan satu tekad untuk hidup
bersama dalam suatu negara Republik Indonesia.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Pancasila Sebagai Suatu
Sistem Filasafat
Pengertiannya Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Pancasila juga yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada hakikatnya
merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri tujuan tertentu, yaitu suatu masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Sehingga itu akan menunjukkan jati diri, atau sifat yang
khas dan khusus yang tidak dimiliki oleh lainnya. Oleh karena Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat akan memberikan ciri-ciri yang khas, yang khusus yang tidak terdapat pada sistem filsafat
lainnya.
SLIDESMANIA.COM
Kesatuan sila sila pancasila
Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal. Pengertian
matematika piramidal digunakan untuk menggabarkan hubungan hierarkhi sila-sila
dari Pancasila dalam uniturutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya
(kwalitas). Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu
rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari
sila-sila yang dimukanya.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Rumusan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan Berbentuk
Piramidal
Secara ontologis kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu bersifat hierarkhis dan berbentuk
piramidal adalah sebagai berikut bahwa hakikat adanya Tuhan adalah ada karena dirinya Tuhan
sebagai causa Prima. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena
diciptakan Tuhan atau manusia ada sebagai akibat adanya Tuhan Sila 1). Adapun manusia adalah
sebagai subjek pendukung pokok negara, karena negara adalah leinhaga kemanusiaan, (Sila 2).
Maka negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu (Sila 3). terbentuklah persekutuan
hidup bersama yang disebut rakyat. Sila 4). Keadilan pada hakikatnya merupakan tujuan suatu
keadilan dalam hidup bersama atau dengan lain perkataan keadilan sosial (sila 5) pada hakikatnya
sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut negara
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat
pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat
formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,
dasar epistemologis serta dasar biologis dari sila Pancasila.
Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila Pancasila adalah
bersifat hierarkhis dan mempunyai 1,, untuk piramidal, digunakan
untuk menggambarkan hubungan hierarkhis sila-sila dalam
Pancasila dalam urut-urutan luas (kuantitas) dalam pengertian
inilah hubungan kesatuan sila-sila Pancasila dalam anti formal logis.
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang menyangkut
sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila Pancasila atau secara
filosofis merupakan dasar ontologis sila-sila Pancasila. Dasail ontologis Pancasila pada
hakikatnya adalah manusia yang memilikil hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu
hakikat dasar ini juga, disebut sebagai dasar antropologis.
Dasar Ontologis Sila-sila Pancasila
SLIDESMANIA.COM
Sebagaimana dijelaskann di muka sila-sila Pancasila terdiri atas angkaian kata-kata, dan
setiap sila terdapat kata yang merupakan ilbjek yang secara berturut-turut adalah sebagai
berikut : Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Jadi sila-sila
Pancasila tersebut secara berturut-turut mempunyai kata dasar Tuhan, manusia, satu,
rakyat, dan adil yang masing masing merupakan suatu landasan dari setiap sila.
Hakikat Sila-sila Pancasila
SLIDESMANIA.COM
SLIDESMANIA.COM
Hubungan tersebut merupakan suatu hubungan kesesuaian, maka arti inti setiap sila dari
Pancasila adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan, ialah sifat-sifat keadaan negara yang sesuai dengan hakikat Tuhan (yaitu
kesesuaian
dalam arti sesuai dengan akibat) merupakan suatu nilai-nilai agama).
2. Kemanusiaan, ialah sifat-sifat keadaan negara yang sesuai dengan hakikat manusia.
3. Persatuan, yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang sesuai dengan hakikat satu, yang
berarti
membuat menjadi satu rakyat, daerah, dan keadaan negara Indonesia sehingga terwujud
suatu
kesatuan.
4. Kerakyatan, yaitu sifat-sifat dan keadan negara yang sesuai dengan hakikat rakyat.
5. Keadilan, yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang sesuai dengan hakikat adil.
SLIDESMANIA.COM
Pengertian Kesesuaian Sifat-sifat dan Keadaan Negara dengan
landasan Sila-sila Pancasila.
Telah dijelaskan di muka bahwa inti landasan sila-sila.
Pancasila Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil.
Konsekuensinya segala sifat-sifat dan keadaan negara harus
sesuai dengan hakikat uhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.
SLIDESMANIA.COM
TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx

ESTIMOLOGI ILMU.docx
ESTIMOLOGI ILMU.docxESTIMOLOGI ILMU.docx
ESTIMOLOGI ILMU.docx
AriKurniawan93
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
Annisa Fauzia
 
Cabang
CabangCabang
TUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdfTUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdf
registaannisa
 
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdfPENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
RizkyAmelia88
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
Roida1
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
Pahlepy2013
 
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
KeyshaWahono
 
Ontologi Sebagai Landasan Ilmu Pengetahuan
Ontologi Sebagai Landasan Ilmu PengetahuanOntologi Sebagai Landasan Ilmu Pengetahuan
Ontologi Sebagai Landasan Ilmu Pengetahuan
HasrianiUmar
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Grunge Cobain
 
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agamaHubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
BahrulAllam
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
ayu Naoman
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
Erta Erta
 
E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i
Erta Erta
 
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptxPENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
AYUNWULANNDARI
 

Similar to Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx (20)

ESTIMOLOGI ILMU.docx
ESTIMOLOGI ILMU.docxESTIMOLOGI ILMU.docx
ESTIMOLOGI ILMU.docx
 
Spe Bab1
Spe Bab1Spe Bab1
Spe Bab1
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 
TUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdfTUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdf
 
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdfPENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
 
Ontologi Sebagai Landasan Ilmu Pengetahuan
Ontologi Sebagai Landasan Ilmu PengetahuanOntologi Sebagai Landasan Ilmu Pengetahuan
Ontologi Sebagai Landasan Ilmu Pengetahuan
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
 
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agamaHubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
Hubungan filsafat,ilmu pengetahuan dan agama
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
 
E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i
 
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptxPENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
 

Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx

  • 1.
  • 2. KELOMPOK 9 • 1212100066 – RESTI WANDA LIAN PUTRI • 1212100063 – ANDRE DWI PRAYUDHA ILMU FILSAFAT DAN TEOLOGI
  • 3. 1. Manusia Bertanya Menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama. “Manusia mengharapkan dari berbagai agama jawaban terhadap rahasia yang tersembunyi sekitar keadaan hidup manusia. Sama seperti dulu, sekarang pun rahasia tersebut menggelisahkan hati manusia secara mendalam: apa makna dan tujuan hidup kita, apa itu kebaikan apa itu dosa, apa asal mula dan apa tujuan derita, mana kiranya jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati, apa itu kematian, apa pengadilan dan ganjaran sesudah maut, akhirnya apa itu misteri terakhir dan tak terungkapkan, yang menyelimuti keberadaan kita, darinya kita berasal dan kepadanya kita menuju?” -- Zaman Kita (no.1), Deklarasi Konsili Vatikan II tentang Sikap Gereja Katolik terhadap Agama-agama bukan Kristen, 1965.
  • 4. Salah satu hasil renungan mengenai hal itu, yang berangkat dari sikap iman yang penuh taqwa kepada Allah, terdapat dalam Mazmur 8: “Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulianya namaMu diseluruh bumi! KeagunganMu yang mengatasi langit dinyanyikan. Mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu berbicara bagiMu, membungkam musuh dan lawanMu. Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang yang Kautempatkan; apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Siapakah dia sehingga Engkau mengindahkannya? -- Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segalanya telah Kauletakkan dibawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulia namaMu di seluruh bumi!”
  • 5. 2. Manusia Berfilsafat Tetapi sudah sejak awal sejarah ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pengetahuan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran) dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan).
  • 6. Unsur "rasional" (penggunaan akal budi) dalam kegiatan ini merupakan syarat mutlak, dalam upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan "secara mendasar" pengembaraan manusia di dunianya menuju akhirat. Disebut "secara mendasar" karena upaya itu dimaksudkan menuju kepada rumusan dari sebab-musabab pertama, atau sebab-musabab terakhir, atau bahkan sebab-musabab terdalam dari obyek yang dipelajari ("obyek material"), yaitu "manusia di dunia dalam mengembara menuju akhirat". Itulah scientia rerum per causas ultimas -- pengetahuan mengenai hal ikhwal berdasarkan sebab-musabab yang paling dalam. Menurut Aristoteles (384-322 sM), pemikiran kita melewati 3 jenis abstraksi (abstrahere menjauhkan diri dari, mengambil dari). Tiap jenis abstraksi melahirkan satu jenis ilmu pengetahuan dalam bangunan pengetahuan yang pada waktu itu disebut filsafat:
  • 7.  Aras abstraksi pertama - fisika. Kita mulai berfikir kalau kita mengamati. Dalam berfikir, akal dan budi kita “melepaskan diri” dari pengamatan inderawi segi-segi tertentu, yaitu “materi yang dapat dirasakan” (“hyle aistete”). Dari hal-hal yang partikular dan nyata, ditarik daripadanya hal-hal yang bersifat umum: itulah proses abstraksi dari ciri-ciri individual. Akal budi manusia, bersama materi yang “abstrak” itu, menghasilan ilmu pengetahuan yang disebut “fisika” (“physos” = alam).  Aras abstraksi kedua - matesis. Dalam proses abstraksi selanjutnya, kita dapat melepaskan diri dari materi yang kelihatan. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti (“hyle noete”). Ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh jenis abstraksi dari semua ciri material ini disebut “matesis” (“matematika” – mathesis = pengetahuan, ilmu).  Aras abstraksi ketiga - teologi atau “filsafat pertama”. Kita dapat meng- "abstrahere" dari semua materi dan berfikir tentang seluruh kenyataan, tentang asal dan tujuannya, tentang asas pembentukannya, dsb. Aras fisika dan aras matematika jelas telah kita tinggalkan. Pemikiran pada aras ini menghasilkan ilmu pengetahuan yang oleh Aristoteles disebut teologi atau “filsafat pertama”. Akan tetapi karena ilmu pengetahuan ini “datang sesudah” fisika, maka dalam tradisi selanjutnya disebut metafisika.
  • 8. 3. Manusia Berteologi Teologi adalah: pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. Secara sederhana, iman dapat didefinisikan sebagai sikap manusia dihadapan Allah, Yang mutlak dan Yang kudus, yang diakui sebagai Sumber segala kehidupan di alam semesta ini. Sebagai ilmu, teologi merefleksikan hubungan Allah dan manusia. Manusia berteologi karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan ingin mempertanggungjawabkannya: "aku tahu kepada siapa aku percaya" (2Tim 1:12). Teologi bukan agama dan tidak sama dengan Ajaran Agama. Dalam teologi, adanya unsur "intellectus quaerens fidem" (akal menyelidiki isi iman) diharapkan memberi sumbangan substansial untuk integrasi akal dan iman, iptek dan imtaq, yang pada gilirannya sangat bermanfaat bagi hidup manusia masa kini.
  • 9. 4. Obyek Material dan Obyek Formal  Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan).  Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.
  • 10. 1. filsafat tentang pengetahuan: obyek material : pengetahuan ("episteme") dan kebenaran epistemologi; logika; kritik ilmu-ilmu; 2. filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan: obyek material : eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat) metafisika umum (ontologi); metafisika khusus: antropologi (tentang manusia); kosmologi (tentang alam semesta); teodise (tentang tuhan); 3. filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: obyek material : kebaikan dan keindahan etika estetika
  • 11. Refleksi imani merupakan pernyataan universal pengakuan yang tulus, barangkali yang pertama dalam sejarah umat manusia, akan kemahakuasaan Allah dalam hidup dan sejarah manusia. Refleksi merupakan sarana untuk mengembangkan spiritualitas dan aktualisasi menjadi manusia yang utuh, dewasa dan mandiri. Melalui refleksi pula, manusia dan kelompok-kelompok manusia (yaitu suku dan bangsa) menemukan jati dirinya, menyadari tempatnya dalam dimensi ruang dan waktu (dalam sejarah), serta melaksanakan panggilannya untuk membuat sejarah bagi masa depan.
  • 12.
  • 13. Pengertian filsafat filsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang belum kita ketahui. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang telah kita jangkau.
  • 14. Apakah filsafat itu ? Seseorang yang berfilsafat merupakan dia yang ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan Atau seperti seorang ilmuwan yang tidak puas dengan ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakekat ilmu dalam sudut pandang pengetahuan yang nya. Dan ingin tahu kaitan ilmu dengan moral dan kaitan ilmu dengan agama.
  • 15. Apakah sebenarnya yang ditelaah filsafat ? Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masaIah yang mungkin dapat difikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir untuk mempermasalahkan hal-hal yang pokok. Terjawab masalah yang satu, dia pun mulai berambah pertanyaan lain.
  • 16. ILMU PENGETAHUAN ATAU SAINS?  ke dalam kelompok mana Biologi itu termasuk? Skenario yang hipotetis ini menggambarkan kebingungan dalam penggunaan terminologi ilmu pengetahuan, Masalah ini menjadi lebih serius bila kita membahas hakekat ilmu pengetahuan ini secara filsafat.
  • 17. Beberapa alternatif  Alternatif pertama adalah menggunakan "ilmu pengetahuan" untuk "science" dan "pengetahuan" untuk "knowledge". demikian penggunaan ini mempunyai kelemahan terminologi ini akan menyesatkan dan kurang nyaman untuk dipergunakan. Pengetahuan ilmiah bisa diartikan "scientific knowledge" yang dalam bahasa Inggris adalah anonim dengan "science" sedangkan ke ilmu pengetahuan rasanya terlampau dibikin-bikin.  Alternatif kedua didasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah dua kata benda, yakni "imu" dan "pengetahuan" Rangkaian dua kata benda semacam ini adalah lumrah dalam bahasa Indonesia, seperti emas Perak atau intan berlian, Dengan demikian kita tinggal nenetapkan mana yang sinonim dengan "science" dan mana yang sinonim dengan "knowledge"
  • 18. SAINS : ADOPSI YANG KURANG DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN  Kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan yang terkandung dalam karya ke'filsafatan adalah tidak salah, namun "nonsensical“ Konsekuensinya adalah bahwa kita tidak dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan semacam ini melainkan hanya mampu menunjukkan bahwa semua itu adalah "nonsensical". Kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan dalam filsafat ditimbulkan oleh kegagalan kita untuk memahami logika dari bahasa kita sendiri.
  • 19. DASAR-DASAR PENGETAHUAN  Pengetahuan ini dapat dikembangkan manusia karena dua hal utama. Pertama, manusia mempunyai Ilahav yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan fikiran yang melatar belakangi informal tersebut. seekor beruk bisa saja memberikan informasi kepada kelompoknya bahwa ada segerombolan gorila datang menyerang, namun bagaimana berkembang bahasanya, dia tidak mampu mengkomunikasikan kepada beruk-beruk lainnya,jalan fikiran yang analitis mengenai gejala tersebut.
  • 20.  Sebab kedua, mengapa manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuannya watak berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tententu. Binatang mampu berfikir namun tidak mampu berfikir nalar. Beda utama antara seorang profesor fisika nuklir dengan anak kecil yang membangun bom atom dari pasir di "kelompok bermain" play group tempat dia melakukan "risetnya“ terletak pada kemampuan penalarannya instink binatang jauh lebih peka daripada instink seorang insinyur geologi, mereka sudah jauh-jauh berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung meletus. Namun binatang tak bisa menalar tentang gejala tersebut gunung meletus, faktor apa yang menyebabkan,dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah semua itu terjadi.
  • 21. HAKEKAT PENALARAN  Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang berfikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir, dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti dikatakan pascal, hati pun mempunyai logikanya tersendiri. Tidak semua kegiatan berfikir menyandarkan diri kepada penalaran. Jadi penalaran merupakan.kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
  • 22. LOGIKA  Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berfikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu.
  • 23. KRITERIA KEBENARAN  Teori-teori kobenaran ini, yakni teori koheren dan teori koresponden, kedua-duanya dipergunakan dalam cara berfikir ilmiah. Penalaran teoretis yang berdasarkan logika deduktif jelas mempergunakan teori koheren ini. Sedangkan proses pembuktian melalui pengalaman dalam bentuk pengumpulan fakta fakta yang mendukung  Bagi seorang Pragmatic maka kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika per- nyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
  • 24.
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28.
  • 29.
  • 30.
  • 31.
  • 32.
  • 33.
  • 34.
  • 35.
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 39.
  • 40.
  • 41.
  • 42.
  • 43.
  • 44.
  • 45.
  • 46.
  • 47.
  • 48.
  • 49.
  • 50.
  • 51.
  • 52.
  • 53.
  • 54.
  • 55.
  • 56.
  • 57.
  • 58.
  • 59.
  • 60.
  • 61.
  • 62.
  • 63.
  • 64.
  • 65.
  • 66. 1. Untuk menjelaskan dasar ilmu pengetahuan yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Jelaskan 2. Dalam Ilmu Pengetahuan dikenal Paham monoisme, yaitu paham menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu, tidak mungkin dua. Apa maksudnya, jelaskan. 3. Dalam menemukan Ilmu Pengetahuan ada paham metode kontemplatif, metode ini mengatakan adanya ke- terbatasan indra dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan. Mengapa, jelaskan. 4. Kattsoff menyiratkan satu hal yang sangat penting bahwa makna hakiki nilai dalam perspektif aksiologis akan berlaku bagi segala sesuatu yang ada. Jelaskan 5. Pengetahuan ilmiah atau pengetahuan keilmuan (ilmu) selalu mengandalkan adanya objek keilmuan, bentuk kenyataan, serta dimensi dan ciri yang khusus. Jelaskan 6. Ilmu cenderung dipahami sebagai pengetahuan yang diilmiahkan atau pengetahuan yang diilmukan, Jelaskan 7. Ilmu sebagai objek kajian filsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat,yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh, dan rasional. Apa yang dimaksud, jelaskan. 8. Pengetahuan ilmiah setidaknya memiliki lima karakter. Sebutkan serta jelaskan. 9. Konsep ilmu atau konsep ilmiah tersebut sangat dibutuhkan agar suatu ilmu dapat menyusun berbagai asas, teori, sampai dalil. Mengapa, jelaskan. 10. Ilmu pengetahuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan filsafat. Mengapa, jelaskan. 11. Sebutkan serta jelaskan komponen proses dari pengetahuan menuju ilmu pengetahuan, 12. Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, apa yang dimaksudkan jelaskan. 13. Ada beberapa pengetahuan yang dimiliki manusia. Jelaskan 14. Rasionalisme berpandangan bahwa akal merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan. Mengapa, jelaskan. 15. Paham rasionalime mengkritik terhadap paham empirisme, bahwa metode empiris tidak memberi kepastian tetapi hanya sampai pada probabilitas yang tinggi. Jelaskan. 16. Ilmu berciri faktual, dalam arti ilmu tidak memberikan penilaian baik atau buruk terhadap apa yang ditelaahnya, tetapi hanya menyediakan fakta atau data bagi si pengguna. Betulkah, jelaskan.
  • 67. KEBERADAAN MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu bertanya. Ia mempertanyakan dirinya, keberadaannya, dan dunianya. Kendati masih bersifat sederhana, kegiatan ini sudah diperlihatkan sejak dini. Lihatlah anak kecil. Ketika ia melihat sesuatu yang baru, secara spontan dia bertanya. Melalui pertanyaan yang diajukan ia ingin mengetahui sesuatu. Kegiatan seperti ini berlangsung terus sepanjang hayat sang anak. Pertanyaan yang bersifat mendasar disebutkan pertanyaan filosofis. Pertanyaan ini bersentuhan dengan makna dan nilai hidup manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang termasuk dalam tingkatan ini antara lain, Siapakah diri kita? Ke mana tujuan hidup? Apa yang paling berharga bagi kehidupan ini? Apakah hidup kita bersifat abadi? Semua pertanyaan ini disebut mendasar, karena menyentuh hal-hal yang hakiki tentang manusia. Tidak seperti pertanyaan sederhana, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar dicari dengan permenungan yang mendalam. Permenungan itu dilakukan dengan berbagai tahapan, yakni menyadari adanya masalah, meragukan dan menguji secara rasional anggapan-anggapan yang terkait dengan pertanyaan, memeriksa dan mempertimbangkan penyelesaianpenyelesaian yang telah diajukan mengenai masalah, menarik hipotesa, menguji konsekuensi-konsekuensi dari hipotesa, akhirnya menarik kesimpulan yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan.
  • 68. MANUSIA SEBAGAI SEBUAH PERSOALAN Selain paling mendasar, pertanyaan "Siapakah manusia itu?" juga merupakan pertanyaan yang paling klasik. Sebelum Sokrates (469-399 sM) muncul di Yunani pertanyaan itu sudah ada. Pada zaman itu sudah banyak pemikir berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hanya saja sumber jawaban tidak langsung dicari pada hakikat diri manusia itu sendiri, melainkan pada sesuatu yang berhubungan dengan dirinya. Dengan kata lain, pengertian tentang manusia dikaitkan dengan sesuatu yang ada di luar. Dalam zaman modern, perspektif antroposentris dipakai untuk membicarakan manusia. Sumber untuk menjawab pertanyaan "Siapakah manusia itu?" dicari dalam diri manusia itu sendiri. Dengan kata lain, nilai-nilai yang melekat pada manusia merupakan jawaban atas pertanyan mendasar tersebut. Filsuf- filsuf modern menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang tertinggi. Munculnya pertanyaan itu secara terus menerus menandakan bahwa manusia adalah sebuah persoalan. Semakin dia mendalami pengalamannya, semakin ia menyadari dirinya sebagai problem. Karena itu beberapa filsuf eksistensialis tidak salah ketika mereka menyatakan bahwa manusia sebagai sebuah persoalan yang tidak akan pernah selesai. Kita menyebut beberapa nama filsuf dalam aliran ini antara lain Gabriel Marcel (1889-1973)8 dan Martin Buber (1878-1965). Keduanya sama-sama mengakui bahwa manusia adalah sebuah persoalan yang tidak akan pernah berujung.
  • 69. APA ITU FILSAFAT? Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, yakni philein, artinya mencintai dan sophia, artinya kebijaksanaan. Dari dua kata ini secara harafiah filsafat diartikan dengan cinta akan kebijaksanaan. Kata sophia dalam pandangan filsafat lebih dari sekedar "wisdom" dalam bahasa Inggris. Plato, sebagaimana dipaparkan oleh Andre Ata Ujan, lebih jauh menunjukkan hakikat filsafat sebagai hasil kontemplasi dalam lima karakter berikut". Pertama, dapat bertahan terhadap diskusi kritis. Artinya, kegiatan utama dari filsafat adalah mengkaji secara kritis segala hal. Dengan kajian itu diharapkan terjadi pertanggungjawaban rasional. Dalam pengertian ini kata "kebijaksanaan" tidak lagi menjadi makna dari filsafat. Kedua, menggunakan metode dialektis. Dengan metode ini, filsafat bergerak secara bertahap, yakni mengkritik pandangan-pandangan yang ada, setelah itu membangun pandangan Baru yang didukung dengan argumenargumen yang lebih kuat. Ketiga, berusaha mencapai realitas yang terdalam. Filsafat menganalisa hal-hal terdalam dari kenyataan. Ia tidak berhenti pada fakta empiris, melainkan berusaha untuk menemukan kebenaran yang terdalam. Keempat, terkait dengan butir ketiga di atas, filsafat bertujuan untuk menangkap tujuan ideal realitas. Bagi Plato, memahami kebenaran misalnya berarti juga memahami IDEA tentang kebenaran yang dicari oleh manusia. Kelima, mengetahui bagaimana harus hidup sebagai manusia. Dalam butir ini filsafat dikaitkan dengan suatu pengetahuan yang benar tentang cara hidup sebagai manusia. Artinya, seorang filsuf mempertanggungjawabkan kedudukannya dengan mempertahankan prinsip yang ideal baginya sebagai seorang manusia.
  • 70. FILSAFAT MANUSIA DAN METODENYA Filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Karena itu cara kerja filsafat manusia tidak terlepas dari cara kerja filsafat pada umumnya. Dengan kata lain, metode filsafat manusia tidak berbeda dengan metode filsafat pada umumnya. Tugas dan fungsi filsafat manusia adalah mempelajari manusia dalam kebulatan aslinya serta menghadapinya sebagai sesuatu keseluruhan. Seperti ditegaskan oleh Viktor E Frankl (1905-1997), filsafat manusia membangun suatu konsep yang menyatukan manusia di hadapan data dan penemuan terpencar-pencar yang disajikan oleh ilmu- ilmu lain yang juga membicarakan manusia. Secara lain dapat dikatakan filsafat manusia tidak berhenti pada pendekatan empiris, tetapi sampai pada pendekatan metaempiris. Melihat hal ini, maka arah pendekatan filsafat manusia bersifat vertikal, karena is maju dari satu gejala ke sebab yang terdalam yang mendasari realitas hidup manusia. Tujuannya, sekali lagi, adalah merumuskan konsep manusia yang universal.
  • 71. METODE FILSAFAT MANUSIA Bagaimana manusia bisa melakukan penelusuran terhadap hal-hal yang bersifat metaempiris itu? Jawabnya adalah melalui refleksi. Refleksi merupakan kegiatan khan filsafat manusia untuk menangkap nomena. Kata "refleksi" berasal dari bahasa Latin, "reflectere", yang artinya "melentukkan ke belakang". Dalam arti ini, filsafat manusia tampak sebagai pemikiran yang tidak mau berhenti pada data, melainkan menembusnya. Ia menyelami dimensi mendasar yang ada di balik data yang menentukan realitas manusia. Selain bersifat ekstensif dan intensif, filsafat manusia juga bersifat kritis. Sifat kritis merupakan dasar bagi filsafat manusia untuk membongkar kekuatan-kekuatan yang ada di balik kecenderungan-kecenderungan negatif yang terjadi dalam sejarah seperti eksploitasi dan manipulasi terhadap manusia. Selain reflektif, transendental dan sintesis, filsafat manusia juga bersifat ekstensif, intensif dan kritis. Ciri ekstensif dapat dilihat dari luas jangkauan objek kajiannya. Sebagaimana sudah dijelaskan di depan, filsafat manusia membicarakan manusia secara menyeluruh. Sifat universal ini memungkinkan filsafat manusia bersifat ekstensif.
  • 72. RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA Ada tiga alasan untuk menunjukkan relevansi itu. Pertama, dengan bertanya kita mewujudkan hakikat kemanusiaan. Aristoteles (384-322 sM) telah mendefinisikan manusia dengan ungkapan homo est animal rationale, artinya manusia adalah binatang berpikir. Kedua, dengan mendalami manusia, kita mengenal manusia dengan lebih baik. Memang filsafat manusia tidak menawarkan jawaban yang menurut ukuran pragmatic membawa dampak langsung bagi kehidupan sehari-hari. Filsafat manusia hanya menghadirkan pandangan-pandangan tentang dimensi-dimensi hakiki manusia. Akan tetapi pandangan-pandangan mendasar ini sangat diperlukan untuk semakin mengenal diri lebih baik. Karena itu tepatlah ungkapan Sokrates (469-399 sM) yang mengatakan, "Kenalilah dirimu sendiri". Ketiga, sebagai konsekuensi lebih lanjut dari butir kedua, filsafat manusia mengantar kita untuk semakin mampu bertanggungjawab terhadap diri kita dan sesama. Orang yang mengenal diri dan sesamanya dengan baik tidak hanya mampu mencintai diri dan orang lain, melainkan juga semakin mampu menunjukkan tanggungjawab secara nyata terhadapnya.
  • 73. BATASAN BUKU INI Dalam buku ini penulis membatasi diri pada tujuh topik". Pertama, hakikat manusia sebagai pribadi. Ini akan menjadi isi pembahasan Bab II. Pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab dalam bab ini antara lain: Apa itu manusia sebagai individu dan pribadi? Bagaimana is dibedakan dengan makhluk infrahuman sebagai individu dan sebagai pribadi? Kedua, badan dan jiwa. Tema ini akan menjadi materi bahasan dalam Bab III. Dalam bab ini akan dibicarakan beberapa persoalan di sekitar hubungan badan dan jiwa yang terlihat dalam dua aliran yang bertolak belakang, yakni monisme dan dualisme, tanggapan atas aliran-aliran ini, arti badan dan arti jiwa serta keterkaitan antara keduanya. Ketiga, terra di sekitar kebebasan. Pembicaraan pada bab ini difokuskan pada beberapa pertanyaan berikut; Apakah manusia sungguh-sungguh bebas? Argumen-argumen apa yang bisa dipakai untuk menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan? Keempat, pengetahuan. Materi ini akan mengisi Bab V. Topik-topik pembicaraan dalam bab ini berkaitan dengan pengetahuan sebagai fenomena kesadaran manusia, bentuk-bentuk pengetahuan dan dasar-dasar bagi munculnya pengetahuan. Kelima, dimensi sosial manusia. Di sini akan dibicarakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan bentuk-bentuk relasi serta nilai-nilai yang dihayatinya dalam hidup bersama. Pembahasan ini akan menjadi uraian dalam Bab VI. Keenam, historisitas manusia yang menjadi isi Bab VII. Empat persoalan utama dibicarakan dalam bab ini, yakni bagaimana sejarah menjadi fenomena manusiawi? Apa hakikat sejarah? Segi-segi manakah dalam diri manusia yang memungkinkan manusia membentuk sejarah? Bagaimana kaitan tradisi dengan historisitas manusia?
  • 74. MANUSIA SEBAGAI PERSONA Persona atau pribadi merupakan salah satu dimensi mendasar manusia. Sebagai pribadi manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri. Ia juga memiliki cara berada yang khas dibandingkan dengan makhluk yang lain. Persoalannya, apa hakikat manusia sebagai makhluk persona atau pribadi? Mana raja yang menjadi nilai-nilai kepersonalan manusia? Apa yang termasuk dalam elemen-elemen persona manusia dalam kehidupan sehari-hari? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini menjadi bahan uraian dalam bab ini. Pembicaraan dikelompokkan dalam empat bagian. Dalam bagian pertama perbedaan arti kata "individu" bagi makhluk infrahuman dan bagi manusia menjadi pokok perbincangan. Bagian selanjutnya membicarakan pengertian persona atau pribadi. Nilai-nilai absolut pribadi menjadi pembahasan dalam bagian ketiga.
  • 75. MAKHLUK INFRAHUMAN Apabila kita ingin membedakan individu pohon kelapa dari individu pohon pisang, maka kita hanya bisa membandingkan keduanya dari segi jenis spesiesnya. Demikian halnya apabila kita ingin membedakan anjing dengan ikan, perbedaan itu terlihat dalam jenis spesiesnya. Namun spesies pohon pisang, pohon kelapa, anjing atau ikan sebagai sebuah individu di mana-mana tetap sama dan seragam. Bagi makhluk infrahuman pengertian "individu" dikaitkan dengan jenis. Kalau kita mengatakan bahwa kita memiliki tiga pohon pisang, itu berarti kita memiliki tiga individu pisang. Demikian juga kalau kita mengatakan bahwa kita memiliki tiga pohon kelapa, itu berarti ada tiga individu pohon kelapa.
  • 76. MAKHLUK INFRAHUMAN Setiap makhluk di dunia ini merupakan individualitas tersendiri. Syarat sebagai individu ialah bahwa ia mempunyai identitas diri yang tidak terbagi sehingga ia bisa dibedakan dari yang lain. Bagi makhluk infrahuman pengertian "individu" dikaitkan dengan jenis. Kalau kita mengatakan bahwa kita memiliki tiga pohon pisang, itu berarti kita memiliki tiga individu pisang. Demikian juga kalau kita mengatakan bahwa kita memiliki tiga pohon kelapa, itu berarti ada tiga individu pohon kelapa. kita juga bisa memberi nomor urut bagi makhluk infrahuman. Kita bisa memberi nomor urut 1, 2 atau 3, dan seterusnya pada pohon kelapa atau pohon pisang atau ikan. Penomoran ini dimaksudkan untuk memberikan identitas pada masing-masing jenis. Dengan demikian bagi makhluk infrahuman perbedaan yang mungkin hanyalah perbedaan kuantitatif, dan tidak mungkin relevan membuat perbedaan kualitatif. Dengan kata lain, kata "individu" bagi makhluk infrahuman hanya terkait dengan perbedaan fisik antara satu jenis dengan jenis yang lain, serta urut-urutan menurut ruang dan waktu tertentu.
  • 77. MANUSIA Bagi manusia pengertian "individu" tidak sekedar "jenis" atau "spesies", tidak pula bersifat seragam, apalagi bersifat numerik. Individu manusia terkait dengan keunikan. Keunikan itu berakar pada dimensi kerohanian. Sebagai individu manusia memang merupakan jenis yang sama. Namun nilainya tidak pada kesamaan jenis yang dimilikinya. Individualitas manusia terkait dengan kualitas. Manusia bukan suatu ulangan numerik dari jenis yang sama. Dia dikehendaki demi dirinya sendiri. Artinya, dari segi materi manusia merupakan salah satu individu. Akan tetapi dari segi kerohanian, is adalah satu kesatuan. Dengan demikian individualitas manusia ada pada derajat dan martabatnya. Jadi, bagi manusia individu mengandung arti kesatuan dan keutuhan badan dan jiwa.
  • 78. ARTI PERSONA Kata "persona" berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah topeng. Konon dalam tradisi seni drama masyarakat Yunani, para pemain sandiwara harus mengenakan topeng ketika memainkan peran tokoh tertentu. Melalui topeng sang aktor/aktris menghadirkan watak tokoh yang dimainkan. Dengan demikian topeng sesungguhnya dipakai sebagai media untuk menghadirkan pribadi seseorang di hadapan penonton. Dalam perkembangan selanjutnya, "persona" tidak lagi dimengerti sebagai sebuah topeng, melainkan kualitaskualitas pribadi yang ada dalam diri seseorang. Dengan demikian, arti "persona" tidak lagi menunjuk pada topeng, melainkan pada makna yang ada di baliknya, yakni jati diri. Dengan kata lain, persona dan individualitas mengandung makna yang sama, yakni keutuhan. Manusia menjadi pribadi atau individu karena jiwa dan badannya bersatu. Ia adalah jiwa yang berbadan atau badan yang berjiwa
  • 79. PANDANGAN ONTOLOGIS Dalam pandangan ontologis, tekanan manusia sebagai pribadi diletakkan pada rasionalitas dan individualitas. Artinya, manusia dilihat sebagai makhluk yang rasional dan bersifat individual. Dengan demikian substansi manusia dipandang dalam dua hal, yakni pertama, ia adalah makhluk yang berpikir; kedua, ia memiliki kodrat sebagai individu. Jadi, substansi persona manusia ada pada akal budi dan individualitas. Lebih lanjut Thomas Aquinas menambahkan, kualitas tindakan manusia sebagai pribadi terletak dalam cara-cara hidup di tengah masyarakat. Itu berarti bagi filsuf dan sekaligus teolog ini, pemaknaan pribadi berkaitan dengan bagaimana seorang individu bertindak dalam kehidupan yang nyata.
  • 80. PANDANGAN PSIKOLOGIS Fokus perhatian psikologi adalah emosi dan afeksi. Ini berbeda dengan pandangan ontologis. Kalau pandangan ontologis meletakkan inti pribadi manusia pada esensi dan eksistensi, yakni kodrat, rasio serta keunikan dan kebebasan, psikologi meletakkan pribadi manusia pada kejiwaan. Gagasan Freud ini sebagaimana diakui oleh John W.M. Verhaar, memberikan empat gagasan mendasar berikut. Pertama, adanya dalam setiap orang suatu pusat kepribadian yang disebabkan "aku" dan yang dianggap sebagai sesuatu yang positif untuk keseimbangan psikis. Kedua, adanya lebih dari satu "instansi identitas"; dari instansi tersebut, hanya "akulah" yang dianggap positif. Ketiga, identitas manusia dengan aku sebagai salah satu instansi daripadanya berkembang menurut "genetic individual", menurut hukum-hukum perkembangan umum. Keempat, hubungan orang dengan sesama dapat menyebabkan adanya kekacauan antara identitas dirinya sendiri dan identitas sesama, sehingga dapat menimbulkan krisis identitas".
  • 81. PANDANGAN DIALOGIS Pandangan dialogis mengkaitkan pribadi manusia dengan hubungan antara satu manusia dengan manusia yang lain. Dalam pandangan ini manusia adalah makhluk relasional. Pribadi setiap manusia terbentuk melalui relasi, yakni relasi jiwa dan badan, relasi individu dengan masyarakat, sebaliknya relasi masyarakat dengan individu. Jadi, konsep Aku berpusat pada relasi. Konsep dialogis dikembangkan oleh sejumlah pemikir. Kita menyebut dua nama di sini, yakni Mounier (1758-1806) dan Martin Buber (18781965). Pertama, ia dipanggil untuk melakukan sesuatu untuk dunianya. Artinya, panggilan untuk berbuat sesuatu pada orang lain adalah bagian dari persona. Panggilan untuk melakukan tindakan yang balk tidak bisa digantikan oleh siapapun. Setiap orang justru diminta untuk itu. Kedua, tindakan. Menjadi pribadi menuntut perbuatan yang tidak bisa ditunda-tunda. Artinya, pribadi menjadi pribadi kalau dia bertindak. Ia harus merealisasikan apa yang dipikirkannya. Ketiga, komunikasi. Pribadi terkait dengan perjumpaan dengan yang lain. Mounier melihat bahwa kebersamaan merupakan wadah pengungkapan eksistensi pribadi.
  • 82. NILAI-NILAI ABSOLUT PRIBADI Dari paparan yang panjang lebar di atas, dapat disarikan bahwa esensi manusia sebagai pribadi menyangkut empat hal mendasar ini, yakni kesadaran akan diri, bersifat otonom dan transendental, serta komunikatif. Sebagai pribadi manusia adalah makhluk yang sadar akan diri sendiri. Kesadaran ini bersumber pada aspek kerohaniannya. Selain kesadaran manusia juga memiliki kemampuan untuk menentukan dirinya. Itu berarti, sifat otonom menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pribadi manusia. Tidak seperti makhluk infrahuman yang terdeterminasi oleh kondisi internalnya seperti naluri dan kondisi eksternalnya seperti lingkungan, manusia adalah makhluk yang bebas. Kebebasan adalah kondisi yang melekat di dalam diri manusia. Transendensi diri sebagai pribadi memampukan manusia untuk mengatasi ruang dan waktu. Dan hakikat diri ini bersumber dari kesadaran. Sifat transendental merupakan modal bagi manusia untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup serta memungkinkannya masuk dalam dunia abadi dan absolut, yakni kehidupan religius.
  • 83. BEBERAPA ELEMEN PERSONA Sebagaimana diakui oleh William McDougall (1822-1905), merupakan penjelmaan kehidupan pribadi. Karakter memberikan kestabilan, kemantapan, harmoni pada seseorang. Dengannya seseorang menjadi lebih mantap untuk mencapai tujuan-tujuannya yang penting dan membangkitkan kemauan dan kekuatan dalam mengambil keputusan. Dalam etika, pengertian karakter dihubungkan dengan perilaku yang baik. Orang yang berwatak adalah orang yang berperilaku baik. Di sini ada itikad untuk melakukan hal-hal baik yang dikehendaki.
  • 84. BEBERAPA ELEMEN PERSONA Pribadi manusia bukan konsep yang abstrak. Ia adalah makhluk yang konkret. Sifat konkret itu terungkap dalam berbagai elemen yang ada dalam dirinya. Ada enam elemen dasar yang mengungkapkan pribadi seseorang. Pertama adalah karakter. Setiap pribadi memiliki karakter yang unik. Kata "karakter" berasal dari bahasa Yunani, yakni "character", artinya "alat untuk memberi tanda atau cap" atau "tanda atau capnya sendiri". Dalam psikologi Belanda dan Jerman kata "karakter" sering diartikan sebagai pribadi. Dalam etika, pengertian karakter dihubungkan dengan perilaku yang baik. Orang yang berwatak adalah orang yang berperilaku baik. Di sini ada itikad untuk melakukan hal-hal baik yang dikehendaki. Orang yang memiliki niat baik, tetapi tidak mampu mewujudkan niat baiknya, tidak disebut sebagai orang yang berkarakter. Kedua, akal budi. Akal budi merupakan elemen persona yang paling hakiki. Dibandingkan dengan makhluk lainnya, akal budi merupakan keistimewaan manusia. Pengakuan ini pertama muncul di Yunani.
  • 85. BEBERAPA ELEMEN PERSONA Pikiran hanya dapat dibicarakan dalam kerangka individu. Tidak pernah ada pikiran bersama. Yang ada secara bersama adalah kesepakatan, yang merupakan buah dafi pikiran sejumlah individu. Implikasi logis dari pandangan ini ialah bahwa pendapat dan gagasan setiap orang pasti berbeda. Justru karena itu keanekaragaman itu harus dihargai. Penghargaan ini merupakan tanda pengakuan terhadap personalitas setiap individu. Ketiga, kebebasan. Wacana mengenai kebebasan juga bersifat personal. Mengapa? Karena yang dapat menentukan diri seseorang, bukan orang lain, melainkan dirinya sendiri. Dalam proses pengambilan keputusan, seseorang harus menentukan pilihannya menurut suara hatinya.
  • 86. BEBERAPA ELEMEN PERSONA Keempat, nama. Kendati ada ungkapan yang mengatakan "apalah artinya sebuah nama", namun nama mempunyai makna bagi setiap pribadi. Setiap orang memiliki nama. Nama merupakan perwujudan dan pengejawantahan sekaligus menjadi identitas pribadi seseorang. Seseorang dipanggil dengan namanya.. Menyebut nama tidak sekedar mengeluarkan bunyi melalui huruf-huruf yang tersusun, melainkan mengandung makna pengakuan terhadap eksistensi pemilik nama. Pengakuan ini bersifat utuh. Artinya, menyebut nama seseorang dengan baik adalah mengakui eksistensi orang yang bersangkutan. Kelima, suara hati. Suara hati merupakan bagian hakiki dari kepribadian seseorang. Suara hati ada dalam diri setiap orang. Karena itu suara hati tidak bersifat massal. Hati nurani selalu bersifat personal, karena is melekat dengan pribadi seseorang. Tidak ada pihak luar yang pernah bisa mengetahui kedalaman suara hati seseorang, selain orang bersangkutan. Dalam masyarakat sering terdengar ungkapan, "dalamnya laut dapat diduga, tapi dalamnya hati siapa tahu".
  • 87. BEBERAPA ELEMEN PERSONA Keenam, perasaan. Perasaan merupakan ungkapan lubuk hati yang mendalam dari setiap pribadi. Ketika seseorang merasa senang atau sedih dan mengungkapkan perasaan senang atau sedihnya itu, ia mengungkapkan diri. Perasaan tidak dibicarakan secara kolektif, melainkan dikaitkan dengan pribadi. Karena perasaan terkait dengan pribadi, maka menghargai perasaan seseorang juga berarti menghargai harkat dan martabatnya sebagai manusia. Artinya, kesadaran etis sejalan dengan proses kognitif dan volutif yang bertumbuh dalam diri pribadi. Apabila persona bertindak sesadar-sadarnya, yaitu pada tingkat yang setinggi-tingginya dengan rancangan hidup, ia sejalan dengan kata hatinya. Itu berarti dalam kata hati yang berasal dari perasaan etis dan ikut merasa pada tingkat hati, perasaan-perasaan ini bersintesis dengan ego volutif dan kognitif.
  • 88. kesimpulan Dari uraian panjang lebar di atas dapat disimpulkan bahwa selain makhluk yang bertanya, manusia juga adalah pribadi yang unik. Keunikan manusia bersumber dari aspek kerohanian, yakni jiwanya. Jiwa membuat manusia serba baru. Ia menjadi makhluk dinamis karena jiwanya.. Karena ia adalah unik, maka manusia tidak boleh diurutkan dalam bentuk nomor atau dikelompok- kelompokkan seperti makhluk infrahuman. Sebagai pribadi manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan diri. Ia juga memberi makna bagi kehidupannya dengan mempertimbangkan segala tindakannya. Tidak hanya mempertimbangkan, melainkan ia juga menyatakan apa yang dipertimbangkan. Karena itu manusia bukan saja the rational being, melainkan juga the act of being. Artinya, kualitas manusia sebagai pribadi diungkapkan melalui perbuatan nyata sehari-hari.
  • 89. Sebagai pribadi manusia adalah makhluk yang transendental, otonom, bebas dan relasional. Dengan sifat transendentalnya, manusia mampu mengatasi diri, sekaligus mengambil bagian dalam sifat keilahian. Hidup manusia tertuju pada sesuatu yang mengatasi dirinya. Dengan sifat otonomnya is mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk, serta mengambil keputusan terhadap tindakannya. Dengan sifat relasionalnya manusia diharuskan untuk berhubungan dengan sesama serta dunianya. Sebagai pribadi manusia bukan konsep yang abstrak. Ia adalah makhluk yang konkret. Realitas manusia sebagai pribadi terungkap dalam elemenelemen seperti karakter, akal budi, suara hati, nama dan perasaan, serta kebebasan. Elemen-elemen ini terkait dengan pribadi. Karena itulah semua elemen ini bersifat personal.
  • 90.
  • 91.
  • 92.
  • 93.
  • 94.
  • 95.
  • 96.
  • 97.
  • 99. 02 Filsafat kebenaran plato mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Dalam waktu belakangan yang cukup lama Bradley seakan menjawab kebenaran itu adalah kenyataan. jadi untuk membuktikan bahwa hari benar benar hijan, kita harus membedakan dengan melihat kenyataan yang terjadi di luar rumah. Akan tetapi kenyataannya yang terjadi sekarang tidak seluruhnya berupa kebenaran, bahwa yang tidak seharusya terjadi akhirnya terjadi juga karena da solen tidak sama dengan das sein. betapa banyak kita melihat ketidakbenaran, seperti berbagai penindasan, penjajahan dan rekayasa. seorang murid plato bernama Aristoteles menjawab pertanyaan suhunya ini dengan pendapat kebenaran sehingga kemudia lahirlah kebenaran relatif dan kebenaran mutlak. sekarang agar penelitihan cenderunh perlu dipertanyaakan kepada beberapa responden lain yang memenuhi syarat agar valid (dalam islam tersebut dengan shahih) itupun harus diuji kebenarannya. bahkan terkdang dalam kurun waktu tertentu kebenaran itu berubah sesuai corak berfikri manusia / (paradigma).
  • 100. 1. Pengetahuan akal. 2. Pengetahuan Budi. 3. Pengetahuan Indrawi. 4. Pengetahuan kepercayaan (otoritatufl) 5. Pengetahuan intuitif. Anatomi Presentasi yang Bagus 03 Beberapa pakar ilmu filsafat pengetahuan terdiri
  • 101. Menurut Penulis yang benar adalah pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian untuk membahas disebut etika, pengetahuan indrawi itu sendiri seni yang untuk membahasnya disebut estetika. Sedangkan pengetahuan kepercayaan itu disebut agama akan tetapi dalam hal ini tidak boleh otoritas karena agama tidak memaksa. etika dan estetika dan agama kebenaran, dan kebaikan jadi titik temu antara logika etika dan estetika adalah agama islam. Oleh karena itu pengetahuan intuitif kepada seorang yang kemudia disebut nabi harus diuji terlebih dahulu seperti halnya keberadaan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana penulis lakukan bertahun tahun dalam keadaan atheis dan kemudian bnaru menerimanya. 04
  • 102. 1. Teori Kebenaran Korespondesi. 2. Teori Kebenaran Koherensi. 3. Teori Kebenaran Pragmatis. 4. Teori Kebeneran Sintaksis. 5. Teori Kebenaran Simentis. 6. Teori Kebeneran Non Deskripsi. 7. Teori Kebenaran Logika Yang Berlebihan. 8. Teori Kebenaran Performatif. 9. Teori Kebenaran Paradigmatif. 10.Teori Kebenaran Proposisi. Kriteria yang dilembagakan akan penulis smpaikan beberapa kritik antara lain. 05
  • 103. 1. Kebenaran Koherensi adalah kebenaran atas hubungannya anatara dua pernyataan. Misalnya Ketika dinyatakan bahwa monyet mempunyai hidung pada peertanyaan pertama, dan pada pertanyaan kedua dinyatakan manusia juga mempunyai hidung, kesimpulan bahwa monyet dan manusia sama mempunyai hidung. 06 2. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran ini adalah apabila kemungkin¬annya luas, oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya dua dan saling bertolak belakang. Misalnya, semua yang teratur ada yang mengatur, dalam hal ini kita tidak membicarakan yang tidak teratur. Dengan adanya yang mengatur peredaran darah dalam tubuh maka tubuh manusia terjadi sendiri tanpa ada yang mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yang mengatur yaitu Tuhan, karena hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak ada yang mengatur, apabila diterima salah satu maka yang lain dicoret karena bertolak belakang. 3. Kebenaran Sistaksis adalah kebanaran yang berangkat dari tata bahasa yang melekat. Karena teori ini dipengaruhi pula oleh kejiwaan dan ekspresi, maka ada susunan tata bahasa yang bernuansa rasa. Misalnya pernyataan "Saya makan nasi" akan berbeda bila ditulis dan ditekankan bacaannya (intonasi) ketika "Saya, makan nasi" atau "Saya makan, nasi" atau "Saya makan nasi ! atau "Saya makan nasi? yaitu pada subjek, predikat dan objek. Kebenaran seperti ini juga mirip dengan kebenaran semantis yang berbicara tentang makna bahasa. 4. Kebenaran Logika yang berlebihan adalah kebenaran yang sebenarnya telah merupakan fakta. )adi akan menjadi pemborosan dalam pembuktiannya, misalnya sebuah lingkaran harus berbentuk bulat. Para ahli agama menganggapnya dengan dalil aksioma yang tidak perlu dibuktikan, tetapi sebenarnya pembuktian yang berangkat dari keraguan untuk menjadi keyakinan itu perlu dalam mencari titik temu agama dan ilmu. Misalnya apakah Allah itu Tuhan? Apakah Muhammad itu Nabi? Apakah Yesus itu Juru Selamat? Apakah Kresna itu Awatara? Apakah Sidharta Gautama itu Budha? dan lain sebagainya.
  • 104. Yang Maha Benar Puncak kebenara itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (Al Haq) para pedzikir senantiasa mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Tuhan) pada setiap penyesalan penemuan istillah ataupun seleai melaksanakan shalat fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali. Sebagimana telah ditulis penyampaian di muka bahwa ilmu tidaklah bebas nilai, oleh karena itu logika dan etika harus sejalan bukan hanya karena penggabungan ilmu dan agama yang dalam pembicaraan sehari hari biasanya disebut dengan imtag (Iman dan Taqwa). Seorang ilmuan secular dapat seja berkata agar tidak terkena penyakit kelamin maka hendaknya memakai kondom bila besetubuh dengan pelacur. Maka disisi lain keberadaaan penjabat pemerintah juga dinilai tidak baik tetapi secara logika bila menjatuhkan hukuman mati kepada pelaku kejahatan.
  • 105. Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah pernyataan itu benar ataukah tidak. Bahkan mereka yang mengatakan bahwa makna sama dengan keadaan yang dapat diverifikasi, akan bersepakat demikianlah harapan saya bahwa mengetahui syarat-syarat untuk menetapkan suatu pemyataan dapat diverifikasi tidaklah sama dengan mengetahui bahwa syarat-syarat itu sudah dipenuhi. Untuk sampai pada definisi tentang kebenaran, marilah kita hubungkan lagi pembicaraan kita dengan kalimat, "Di luar hawanya dingin.“ Sudah jelas bahwa tidak ada perangkat tanda yang dapat dikatakan benar. Selanjutnya, kecuali secara luwes, kita sesungguhnya tidak dapat mengatakan bahwa sesuatu pemyataan benar. Kadang-kadang pemyataan diartikan sama sepenuhnya dengan proposisi, dan kalau demikian halnya, maka perkataan benar dapat diterapkan kepada keduanya. Kadang-kadang perkataan 'pernyataan' juga dipakai, sementara yang dimaksudkan ialah proposisi, dan dalam hal ini pun perkataan 'benar' dapat diterapkan. Tetapi sebaiknya kedua ,acarn segi tersebut tetap kita pisahkan, setidak- tidaknya pada kesempatan ini. Dalam hal yang demikian, perkataan 'benar' hanya dapat diterapkan kepada proposisi. 08 A. PROPOSISI SUATU PERNYATAAN YANG BENAR
  • 106. Pernyataan merupakan suatu istilah yang bersifat sintaktis; 'proposisi' ialah istilah yang bersifat semantik, dan demikian pula kata 'benar' mengacu kepada makna simbol-sirnbol, dan bukan kepada simbolnya. Maka kemungkinan untuk mengatakan bahwa 'p' adalah benar, jika dan hanya jika p itulah halnya; dalam hal ini menurut kebiasaan simbol 'p' menunjukkan pernyataan, sedangkan simbol p mengacu kepada proposisi. Maka di dalam sintaksis kita tidak dapat mengatakan apapun mengenai kebenaran. Untuk membicarakan masalah kebenaran kita membutuhkan suatu bahasa yang berbeda dengan bahasa yang bersifat sintaksis. Kiranya jelas mengapa penganut idealisme, seperti F.H. Bradley, mengatakan bahwa kebenaran ialah kenyataan. Karena kebenaran ialah makna yang merupakan halnya, dan karena kenyataan ialah juga merupakan halnya, maka keduanya dipandang sama sepenuhnya Karena makna pernyataan "Di luar hawanya dingin", artinya proposisi Di luar hawanya dingin, sekarang sungguh-sungguh merupakan halnya pada waktu menulis catatan ini, maka keadaan dingin-di luar merupakan bagian dari keadaan kenyataan yang ada pada waktu sekarang serta pada tempat ini, dan proposisi tersebut dikatakan 'benar'. Kebenaran Bersifat Sematik 09
  • 107. Ukuran Kebenaran Kiranya semua ini cukup terang dan jelas. Mengenai makna apa yang didukung oleh perkataan 'kebenaran' tampaknya dapat dijawab dengan mudah. Tetapi kesulitan-kesulitan akan timbul bila saya menanyakan "Bagaimana cara saya mengetahui bila proposisi itu benar?" Dengan perkataan lain, ukuran apakah yang dapat diterapkan pada proposisi-proposisi untuk menentukan kebenarannya atau kenyataannya? Ini berarti mengadakan pembedaan antara definisi tentang kebenaran masalah tentang makna dengan ukuran tentang kebenaran. Apa yang kita butuhkan ialah sesuatu yang dapat dipakai untuk menunjukkan bahwa definisi itu terpenuhi, karena tidaklah mudah untuk menerapkan suatu definisi secara langsung. Catatan-catatan yang terakhir ini dimaksudkan untuk sekali lagi menegaskan bahwa jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah kefilsafatan itu saling berkaitan. Tidaklah mungkin untuk memisahkan-misahkan jawaban terhadap masalah kebenaran serta ukurannya dari jawaban-jawaban yang diberikan terhadap masalah- masalah kefilsafatan yang lain, meskipun ada orang-orang yang ingin percaya bahwa demikianlah halnya. Yang demikian ini serupa dengan mencoba untuk menyatu-hasilkan permainan 'teka-teki' anak-anak (rumah-rumahan, dan sebagainya, pen.). Bagian dari'teka-teki' yang kita tempatkan pada suatu tempat, mungkin karena bangunnya, membantu atau menghalangi bagi kita untuk menemukan bagian 'teka-teki' lain yang cocok. Keadaan saling tergantung ini kian menjadi jelas bila saya membicarakan jawaban-jawaban yang pokok terhadap masalah ukuran kebenaran. Di buku ini, diketengahkan pernyataan itu benar atau tidak ada 4 (empat) teori saja. Yang sebetulnya masih ada teori lain,yaitu : (1). Coherence Theory; (2). Corespodensy theory, (3). Emperical Theory; (4). Pragmatis. 10
  • 108. Pandangan ini dudukung oleh Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori ini dianut oleh kaum rasionalis. Kebenaran tidak lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan, melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada. Maka suatu pengetahuan atau proposisi dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan atau proposisi sebelumnya. Matematika dan ilmu pasti sangat cocok dengan teori kebenaran ini. Misalnya, Semua manusia mati; Sokrates adalah manusia; Maka Sokrates pasti mati. Penekanan pada pengetahuan apriorirasional dan deduktif. Di sini pengenal dan subyek lebih dipentingkan daripada obyek. Marilah kita perhatikan suatu contoh tentang seseorang yang memberikan kesaksian dipengadilan mengatakan pandangannya tentang apa yang terjadi, dan kemudian diajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya dengan maksud untuk memeriksanya. Pengadilan mencoba menetapkan adanya keadaan saling berhubungan, atau tidak adanya keadaan saling berhubungan, di dalam seluruh kesaksiannya. Kemudian diajukan saksi-saksi lain yang melukiskan apa yang terjadi menurut penglihatan mereka. Semakin banyak jumlah saksi yang mandiri, yang kesaksiannya saling berhubungan, maka semakin tinggi derajat kebenaran yang dapat diberikan terhadap pelukisan peristiwa-peristiwa tersebut. 11 1. Paham Koherensi (Coherence Theory)
  • 109. Epistemologi Dalam Teori Koherensi Penganut idealism juga melakukan pendekatan masalah tersebut melalui epistemologinya. Karena prakter sesungguhnya menunjukkan bahwa ukuran kebenaran ialah keadaan yang saling berhubungan. Anatomi Presentasi yang Bagus 12
  • 110. Yang Dimaksud oleh penganut idealism dengan keadaan saling berhungan dua ciri pokok. Pertama, adanya keharusan bahwa semua fakta terangkum. Ide-ide tidak mungkin saling berhubungan jika ide-ide itu hanya merupakan bagian-bagian dari kebenaran seluruhnya- Misalnya, jika kita mengetahui bahwa tanah basah dan juga mengetahui bahwa langit berawan, maka kedua ide tersebut belum cukup menunjukkan adanya keadaan saling berhubungan untuk menetapkan bahwa hujan turun. Kedua keadaan tersebut mungkin ada, namun bisa saja hujan tetap tidak turun. Ini menggambarkan bahwa agar ada kebenaran, perlu ada suatu sistem yang bersifat mencakup, yang di dalamnya ide-ide saling berhubungan. Contoh yang baik tentang bagaimana cara menerapkan paham koherensi terdapat di dalam perkenalan dengan teori relaliuilas Einstein. Ide bahwa semua gerakan semata-mata bersifat nisbi serta ditinggalkannya pengertian-pengertian tentang ruang dan waktu yang mutlak, ternyata saling berhubungan dengan ide-ide lain yang jauh lebih balk daripada pengertian-pengertian yang lama. 13 Korespondensi Adalah Hukum Yang Saling Berhubungan
  • 111. Pertanyaan Yang Saling Berhungan Agaknya orang pun manaruh keberatan yang utama terhadap utama paham koherensi. Tentunya mencakup cerita deduktif dan penulisan sehingga di dalam segala saling berhubungan dimuat dalam buku itu maka tidak ada yang sesat atau melenceng tidak benar Anatomi Presentasi yang Bagus 14
  • 112. Bagi orang kebanyakan, suatu pernyataan itu` benar jika apa yang diungkapkannya merupakan fakta, dan barangkali kita sendiri berpandangan demikian. Jika saya mengatakan "Di luar hawanya dingin", maka hal itu benar jika di luar sungguh-sungguh hawanya dingin atau jika keadaan dingin di luar itu merupakan fakta. Orang mungkin mengatakan, jika di luar benar-benar hawanya dingin, maka proposisi tersebut akan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain, dan bahwa karenanya keadaan saling berhubunyan itu merupakan konsekuensi dari kebenaran suatu pernyataan. (Tetapi paham koherensi mengatakan sebaliknya; jika suatu proposisi saling berhuburigan dengan proposisi-proposisi yang lain, maka apa yang dinyatakannya merupakan fakta). Pendasar teori ini adalah Aristoteles. Menurutnya, mengatakan sesuatu yang ada sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada adalah salah. Sebaliknya mengatakan hal yang ada sebagai ada, dan yang tidak ada sebagai tidak ada, adalah benar. Dengan ini muncul kebenaran sebagai persesuaian antara apa yang dikatakan atau dipikirkan dengan kenyataan. Apa yang dinyatakan berhubungan dengan kenyataan yang diungkapkan dalam pernyataan itu (correspondent). Dengan kata lain, kebenaran adalah kesesuaian antara S dan 0, apa yang diketahui S dengan realitas sebagaimana adanya (kebenaran empiris yan didukung oleh fakta). 15 2. Teori Kebenaran Korespodensi (Correspondence Theory)
  • 113. Kata dan Makna Yang Sesuai K. Rogers, seorang penganut realisme kritis di Amerika, menunjukkan bahwa kita perlu rnengadakan perbedaan antara dua segi dari makna. Pertama-tama, ada segi kejiwaan yang di dalamnya makna termasuk dalam lingkungan pengalaman kejiwaan dan merupakan makna yang kita berikan. Setiap esensi mempunyai dua segi, yang satu terdapat di dalam objeknya dan yang lain sebagai makna. Segi esensi yang berupa makna bersifat kejiwaan. Dalam suatu pencerapan, kita secara diam-diam mengenal esensi yang termasuk objeknya, maupun apa yang dimaksudkan oleh esensi tersebut" dengan kata lain, apa yang dikatakan oleh Rogers ialah, bahwa keadaan-keadaan terletak dalam kesesuaian antara esensi atau makna yang kita berikan dengan esensi atau makna yang terdapat di dalam objeknya. Maka yang berkesesuaian itu bukanlah makna dengan objeknya, melainkan esensi sebagai makna dengan esensi yang terdapat di dalam objek. Anatomi Presentasi yang Bagus 16
  • 114. Menggunakan Perantara Simbil Kiranya penting untuk membahas kesulitan yang terdapat dalam suatu paham korespondensi yang langsung. Perkataan tadi mempunyai rnakna hanya bagi orang yang memahaminya. Bagi mereka yang tidak memahami bahasa Inggris, perkataan tersebut sama sekali tidak ada maknanya. Jika yang ditunjuknya hanya objek lahiriah, tetapi bukan makna, maka perkataan tersebut masih belum mengandung kebenaran atau makna. Suatu bentuk kata dikatakan benar, jika seseorang yang mengetahui makna kata tersebut berada dalam situasi yang demikian rupa sehingga menyebabkan dia mengucapkan kata-kata yang sama dalam keadaan-keadaan itu. Ada berarti orang dapat menganlisa situasi sebagai berikut. 1. Suatu bentuk kata telah ditentukan; 2. Suatu subjek terlibat; 3. Ada suatu perangkat keadaan; 4. Ada reaksi dalam bentuk kata kata dari subjek tersebut;
  • 115. Definisi-definisi tentang kebenaran paham-paham empiris mendasarkan diri pada pelbagai segi pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada pengalaman inderawi dari orang seorang. Semua paham tersebut dalam arti tertentu memandang proposisi bersifat meramalkan (predictiue) atau hipotetis, dan memandang kebenaran proposisi sebagai terpenuhinya ramalan-ramalan. Definisi- definisi tentang kebenaran paham-paham empiris mendasarkan diri pada pelbagai segi pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada pengalaman inderawi dari orang seorang. Semua paham tersebut dalam arti tertentu memandang proposisi bersifat meramalkan (predictiue) atau hipotetis, dan memandang kebenaran proposisi sebagai terpenuhinya ramalan-ramalan. Kebenaran menjadi bersifat dinamis serta tidak pasti, dan bukannya bersifat mutlak serta statis. Istilah-istilah ini jangan dianggap bersifat menghormati atau merendahkan, melainkan sekadar menunjukkan ciri-ciri khas pengertian kebenaran. Sifat khas masing-masing di antara pelbagai corak kebenaran tersebut tergantung pada apa yang dianggap diramalkan oleh proposisi yang bersangkutan. Hal tersebut dikenal secara langsung. Dalam hal ini paham-paham tadi terlampau bersahaja serta terlampau bersifat membatasi. Sebab, paham-paham tersebut tidak menerangkan masalah dapat dipercapainya pengalaman-pengalaman inderawi, dan juga tidak memperhitungkan kebenaran (dan makna) dalam hal-hal yang konsekuensi-konsekuensinya pada dasarnya tidak dapat diramalkan atau, tidak dapat diverifikasi oleh pengalaman-pengalaman inderawi. Banyak di antara proposisi-proposisi yang terpokok tentang fisika atom tidak dapat diverifikasi secara langsung, sebagaimana dalam arti tersebut di atas. 18 3. Paham Empiris (Emperical Theory)
  • 116. Sebagaimana telah kita lihat, ajaran-ajaran pragmatisme berbeda-beda coraknya, sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi yang mereka tekankan. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran ini adalah apabila kemungkinannya luas, oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya dua dan saling bertolak belakang. Misalnya, semua yang teratur ada yang mengatur, dalam hal ini kita tidak membicarakan yang tidak teratur. Dengan adanya yang mengatur peredaran darah dalam tubuh maka tubuh manusia terjadi sendiri tanpa ada yang mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yang mengatur yaitu Tuhan, karena hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak ada yang mengatur, apabila diterima salah satu maka yang lain dicoret karena bertolak belakang. Dalam batas-batas tersebut, kebenaran merupakan gagasan yang berguna atau dapat dilaksanakan di dalam suatu situasi. Dan orang mempunyai kehendak serta hak untuk percaya akan hal-hal yang membantu menetapkan hubungan yang memuaskan dengan sisa pengalaman mereka. Selain itu, tidak dapat dikatakan apa yang harus kita lakukan di dalam hal-hal yang menggambarkan seseorang berpendapat bahwa suatu proposisi tertentu dapat dilaksanakan, sedangkan seseorang yang lain berpendapat bahwa kebalikannya dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, apakah kedua-duanya benar? Jika demikian, apa artinya mempunyai dunia yang di dalamnya suatu proposisi, dan kebalikannya kedua-duanya benar? 19 4. Teori Pragmatisme
  • 117. Yang Dimaksud oleh penganut idealism dengan keadaan saling berhungan dua ciri pokok. Pertama, adanya keharusan bahwa semua fakta terangkum. Ide-ide tidak mungkin saling berhubungan jika ide-ide itu hanya merupakan bagian-bagian dari kebenaran seluruhnya- Misalnya, jika kita mengetahui bahwa tanah basah dan juga mengetahui bahwa langit berawan, maka kedua ide tersebut belum cukup menunjukkan adanya keadaan saling berhubungan untuk menetapkan bahwa hujan turun. Kedua keadaan tersebut mungkin ada, namun bisa saja hujan tetap tidak turun. Ini menggambarkan bahwa agar ada kebenaran, perlu ada suatu sistem yang bersifat mencakup, yang di dalamnya ide-ide saling berhubungan. Contoh yang baik tentang bagaimana cara menerapkan paham koherensi terdapat di dalam perkenalan dengan teori relaliuilas Einstein. Ide bahwa semua gerakan semata-mata bersifat nisbi serta ditinggalkannya pengertian-pengertian tentang ruang dan waktu yang mutlak, ternyata saling berhubungan dengan ide-ide lain yang jauh lebih balk daripada pengertian-pengertian yang lama. 20 Memverifikasi Pertanyaan Yang Benar
  • 118. Di atas telah di katakan oleh John Dewey memandang makna yang dikandung suatu proposisi terletak di dalam konsekuensi- konsekuensinya terhadap tingkah laku seseorang. Suatu proposisi mengandung suatu makna, jika proposisi itu membuat perubahan. Atau jika proposisi itu menyediakan suatu perangkat cara untuk melakukan sesuatu. Tetapi tingkah laku makhluk hidup selalu ditujukan untuk menyelesaikan masalah hidup. Baiklah saya berikan contoh yang dipakai oleh Dewey. Bagaimanakah kita mengetahui bahwa proposisi itu benar? Menurut Dewey, kita baru mengetahui setelah kita mengadakan verifikasi, dan yang demikian ini kita kerjakan dengan cara berjalan ke kiri. Jika dengan berjalan ke arah kiri, kita sungguh- sungguh ke luar dari hutan, maka barulah proposisi tersebut sungguh-sungguh benar. Proposisi yang kita ajukan merupakan suatu hipotesa yang meramalkan konsekuensi-konsekuensi. Dan karenanya, akan benar jika dan hanya jika - konsekuensi-konsekuensi tersebut terwujud. Kebenaran ialah pembenaran (verification), dan hal ini ditunjukkan bila penyelidikan yang menimbulkan perumusan proposisi tersebut diselesaikan dengan sukses. 21 Lanjutan !
  • 119. Lanjutan ! Selanjutnya, pendapat saya bahwa jalan itu boleh jadi akan membawa kita keluar dari hutan, tidak akan menjadi salah karena tindakan-tindakan yang saya lakukan kemudian. Yaitu, meskipun saya mengikuti jalan tersebut dan (ternyata) jalan itu membawa saya lebih jauh lagi masuk ke dalam hutan. Definisi yang diberikan oleh Dewey tentang kebenaran bertentangan dengan pengertian-pengertian kita tentang pernyataan-pernyataan yang mengandung probabilitas. Namun demikian, Dewey menunjukkan suatu hal yang penting. Proposisi memang mengadakan ramalan, dan hasilnya dapat mengatakan kepada kita banyak hal mengenai benar-sesatnya. Tetapi kecuali jika proposisi itu ditinjau dari sudut logika sama nilainya dengan ramalan-ramalan, maka tidak satu pun ramalan yang atas dasar itu dapat dilakukan verifikasi terhadap proposis 22
  • 120. ALLAH LAH YANG MAHA BENAR Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq), itulah sebabnya para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah) Seorang ilmuwan sekular dapat saja berkata bahwa agar tidak terkena penyakit kelamin maka hendaklah memakai kondom bila bersetubuh dengan pelacur. Pada kesempatan lain keberadaan pejabat pemerintah juga dapat dinilai tidak baik tetapi benar secara logika bila menjatuhkan hukuman mati kepada pelaku kejahatan. Mereka yang menganggap hukuman mati tidak perlu dijatuhkan atas pelaku kejahatan, lalu bagaimana dengan pelaku yang memperkosa anak keci) kemudian menyilet wajahnya untuk kepuasan dan penghilangan jejak, bagaimana dengan pelaku kejahatan yang memperkosa ibu kandungnya sendiri tanpa rasa kemanusiaan? Maka jawabannya hanyalah satu, yaitu MATI.
  • 122. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Manusia adalah satu – satunya makhluk yang mampu bertanya dan mempertanyakan kepada dirinya, di kehidupan sehari hari secara umum pertanyaan dapat digolongkan yakni pertanyaan sederhana bersifat teoritis yaitu terkait dengan masalah – masalah praktis. Dan semua pertanyaan ini disebut mendasar dicari dengan pemenungan yang mendalam itu dilakukan dengan berbagai tahapan, yakni menyadari adanya masalah, meragukan dan menguji secara raional anggapan – anggapan yang terkait dengan pertanyaan memeriksa dan mempertimbangkan penyelesaian yang telah diajukan mengenai masalah konsekuensi kesimpulan yang secara rasional dapat dipertanggung jawabkan. .
  • 123. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Manusia sebagai sebuah persoalan Manusa itu merupakan pertanyaan yang paling mendasar dan paling utama dalam sejarah manusia. Segala pertanyaan yang menyangkut hal-hal lain, seperti tentang bumf, bulan, langit, udara, air dan atom, sel serta tentang Tuhan hanya relevan jika dikaitkan dengan manusia. Bagi manusia, mengetahui siapa dirinya, dari mana asal usulnya, apa tujuan hidupnya, bagaimana is menghayati hidup secara konsisten, memang merupakan masalah yang berbeda-beda. Akan tetapi semua pertanyaan ini merupakan satu kesatuan, yakni berkaitan dengan pemaknaan hidup serta nilai-nilai keberadaannya.
  • 124. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Apa itu filsafat Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, yakni philein, artinya mencintai dan sophia, artinya kebijaksanaan. Dari dua kata ini secara harafiah filsafat diartikan dengan cinta akan kebijaksanaan Kata sophia dalam pandangan filsafat lebih dari sekedar "wisdom" dalam bahasa Inggris. Sophia mengandung banyak makna. Beberapa filsuf Yunani seperti Herodotus (484- 425 sM), Pythagoras (560-480 sM) dan Plato (427-347 sM) menunjukkan keanekaan pengertian itu. Herodotus menggunakan kata philosophein dalam upaya "untuk menemukan" sesuatu. Dalam pengertian ini filsafat diberi arti rasa cinta manusia untuk mengetahui dan memuaskan aspek kognitifnya. Sementara Pythagoras mengkaitkan sophia dengan kontemplasi. Sophia bagi
  • 125. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Ada beberapa pengertian filsafat dari aspek kognitifnya berupa Pythagoras : Penetahuan hasil kontemplasi Plato : menunjukkan hakikat filsafat sebagai hasil kontemplasi Hasil kontemplasi dalam lima karekter berukut :  Pertama, dapat bertahan terhadap diskusi.  Kedua, menggunakan metode dialektis.  Ketiga, berusaha mencapai realitas yang dalam  Keempat, Terkait dengan butir paragraph dari yang ketiga  Kelima, mengetahui yang harus hidup sebagai manusia
  • 126. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Filsafat Manusia dan Metodenya Filsafat Manusia dan ilmu Lain Filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Karena itu cara kerja filsafat manusia tidak terlepas dari cara kerja filsafat pada umumnya, Oleh karena itu menurut pandangan fenomenologis ilmu pengetahuan harus bisa membedakan antara interpretasi dan data. Melalui data atau itu dikumpulkan dan dirangkai bagi kepentingan ilmu-ilmu sosial data sangat penting. Metode Filsafat Manusia Sebagai bagian dari filsafat manusia memiliki sudut cara kerja yang saa dengan cara kerja filsafat pada umumnya berusaha menangkap makna emporis objek penelusuran filsafat manusia yang memiliki aspek – aspek mendasar yang bersifat metafisi dan spiritual manusia.
  • 127. SLIDESMANIA.COM Releveransi Filsafat Manusia Sebagai bagian dari filsafat manusia memiliki sudut cara kerja yang saa dengan cara kerja filsafat pada umumnya berusaha menangkap makna emporis objek penelusuran filsafat manusia yang memiliki aspek – aspek mendasar yang bersifat metafisi dan spiritual manusia.
  • 128. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Releveransi Filsafat Manusia Releveransi filsafat manusia Bahwa manusia bersifat dinamis misteri dan paradoksal. Sifat dinamis membuat manusia terus mengalami perkembangan. Seiring dengan perkembangan itu, ia berhadapan dengan berbagai masalah sekaligus ia menjadi sebuah masalah yang tidak akan pernah berakhir Batasan buku ini Manusia adalah makhluk multidimensional persoalan sangat kompleks melihat kompleksitas semua personalan mendasar manusia diulas dalam buku.
  • 129. SLIDESMANIA.COM Batasan Buku ini Bahwa manusia bersifat dinamis misteri dan paradoksal. Sifat dinamis membuat manusia terus mengalami perkembangan. Seiring dengan perkembangan itu, ia berhadapan dengan berbagai masalah sekaligus ia menjadi sebuah masalah yang tidak akan pernah berakhir, Akan tetapi sifat dinamis dan paradoksal ini tidak boleh membuat kita berhenti untuk membicarakan manusia. Mempersoalkan manusia harus terus dilakukan agar hidup semakin bermutu. Dalam hal ini filsafat manusia tetap relevan untuk dibicarakan.
  • 130. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Manusia sebagai Persona Persona atau pribadi merupakan salah satu dimensi mendasar manusia. Sebagai pribadi manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri Secara lain dapat dikatakan, pribadi manusia bukan melulu konsep abstrak, melainkan sesuatu yang kelihatan dalam kehidupan sehari-hari.
  • 131. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Pengertian dari individu Makhluk Infrahuman Setiap makhluk di dunia ini merupakan individiualitas sendiri Dengan demikian bagi makhluk infrahuman perbedaan yang mungkin hanyalah perbedaan kuantitatif, dan tidak mungkin relevan membuat perbedaan kualitatif dengan kata lain satu jenis dengan jenis yang lain, serta urut-urutan menurut ruang dan waktu tertentu. Manusia Bagi manusia pengertianyya “individu” jenis terkait dengan keunikan berakar pada dimensi kerohanian sebagai indivodu manisa merupakan jenis yang sama namun nilai pada kesamaan suati jenis yang dimilikinya yang dikehendaki dirinya dan ia menentukan diri khan bagi dirinya sendiri.
  • 132. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Persona Arti Persona Selain kata "individu", kata "persona" juga dikenakan kata "persona" berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah topeng, atau pribadi yang ada dalam diri seseorang dengan demikian arti “persona” tidak menujuk pada topeng saja, melainkan pada makna yang ada di baliknya yakni jati diri pribadi. Ada beberapa Tiga Pandangan yakni :  Pandangan Ontologis : menambah cara sudut pandang pribadi dan pendekatan yang digunakan untuk menjeskan personalitas manusia  Pandangan Psikologis : meletakkan pribadi manusia pada aspek psikis, berfokus pada emosi dan afeksi dengan pandangan ontologis.  Pandangan Dialogis : mangkaitkan pribadi manusia dengan hubungan antara satu manusia dengan manusia yang lainnya.
  • 133. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Nilai-Nilai Absolut Pribadi nilai-nilai absolut personalitas manusia terungkap dalam empat hal mendasar yakni ia memiliki ● kesadaran diri, Kesadaran ini bersumber pada aspek kerohaniannya. Dengan kesadaran, manusia mempertimbangkan kualitas tindakannya. Ia tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. ● Selain kesadaran manusia juga memiliki kemampuan untuk menentukan dirinya. Itu berarti, sifat otonom menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pribadi manusia. ● memiliki transendensi diri merupakan modal bagi manusia untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup serta memungkinkannya masuk dalam dunia abadi dan absolut, yakni kehidupan religius. Dengan demikian transendensi diri merupakan perwujudan dari partisipasi manusia dalam keilahian Sang Pencipta.
  • 134. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Beberapa Elemen Persona Ada enam elemen dasar yang mengungkapkan pribadi seseorang. ● Pertama adalah karakter. Karakter merupakan kebiasaan hidup seseorang. Kebiasaan ini melekat dalam diri seseorang dan tidak bisa diubah dengan mudah . ● Kedua yaitu akal budi, merupakan dasar untuk melahirkan ide-ide. Dan itu tidak sama dalam setiap orang. Artinya, akal budi membuat manusia memiliki pengertian yang berbeda tentang suatu hal. ● Ketiga kebebasan , John Dewey (1859-1952) bahkan mengatakan, kebebasan merupakan bagian dari martabat kemanusiaan yang tidak bisa dibungkam oleh siapapun. ● Keempat nama, merupakan perwujudan dan pengejawantahan sekaligus menjadi identitas pribadi seseorang. ● Kelima yaitu suara hati, merupakan bagian hakiki dari kepribadian seseorang. Suara hati ada dalam diri setiap orang. Karena itu suara hati tidak bersifat massal. Hati nurani selalu bersifat personal, karena melekat dengan pribadi seseorang. ● Keenam Perasaan, merupakan ungkapan lubuk hati yang mendalam dari setiap pribadi. Ketika seseorang merasa senang atau sedih dan mengungkapkan perasaan senang atau sedihnya itu, ia mengungkapkan diri.
  • 135. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM dapat disimpulkan bahwa selain makhluk yang bertanya, manusia juga adalah pribadi yang unik. Keunikan manusia bersumber dari aspek kerohanian, yakni jiwanya. Sebagai pribadi manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan diri. Ia juga memberi makna bagi kehidupannya dengan mempertimbangkan segala tindakannya. KESIMPULAN
  • 155. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM 1. Pengertian Filsafat Pancasila Sebagaimana tersebut di atas maka pengertian filsafat Pancasila juga perlu didefinisikan sesuai dengan pengertian filsafat, Maka pengertian tentang pengetahuan Pancasila yang demikian itu juga merupakan suatu pengetahuan yang terdalam yang merupakan hakikat Pancasila yang bersifat essensial, abstrak umum universal, tetap dan tidak berubah
  • 156. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM 2. Tingkat Pengetahuan Pancasila Keseluruhan dalam mempelajari pancasila pengetahuan ilmiah ini terdiri atas empat tingkat Pertanyaan Bagaimana"- Suatu pengetahuan deskriptif Pertanyaan "Mengapa"- Suatu pengetahuan kausal Pertanyaan "Ke mana"- Suatu pengetahuan normatif Pertanyaan "Apa"- Suatu pengetahuan esensial 1) Dengan menjawab suatu pertanyaan ilmiah "Bagaimana" maka akan diperoleh suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat deskreptif. Pengetahuan jenis ini adalah jenis pengetahuan yang memberikan penjelasan serta keterangan tanpa disertai adanya pemboncengan kepentingan pribadi. sehingga bersifat objektif.
  • 157. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM 2) Dengan mencari suatu pertanyaan ilmiah "Mengapa", maka pengetahuan yang didapatkan adalah pengetahuan bersifat kausal, yaitu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang sebab-akibat atau sebab-sebab dan asal-muasal terjadinya sesuatu pengetahuan tentang Pancasila yang bersifat kausal akan mengungkapkan asal-mula, sebab akibat terjadinya Pancasila. 3) Dengan menjawab petanyaan ilmiah "Kemana": maka pengetahuan yang didapat adalah pengetahuan yang bersifat normatif. Pengetahuan normatif adalah pengetahuan yang merupakan petunjuk atau norma, maka sebelumnya dikaji, lebih dahulu hal-hal yang selalu terjadi, selalu berulang karena sesuatu yang selalu berulang akan dapat menjadi kebiasaan yang kemudian menjadi norma.
  • 158. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM 4) Dengan menjawab pertanyaan "Apa" akan diperoleh pengetahuan mengenai hakikat dari sesuatu yang dinyatakan. Hakikat adalah sesuatu yang secara mutlak menentukan bahwa sesuatu hal itu ada. 5) Ada pembahasan Filsafat Pancasila, yaitu kajian Pancasila sampai pada tingkat hakikat sila-sila Pancasila. Maka kajian Filsafat Pancasila membahas hakikat sila-sila Pancasila hingga intinya terdalam.
  • 159. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM 3. Manfaat Filsafat Pancasila 1. Sebagai induk pengetahuan 2. Sebagai pemberi dasar bagi ilmu pengetahuan axiomata yang tidak memerlukan suatu pembuktian. 3. Dengan filsafat setiap ilmu pengetahuan dapat memiliki sila! dan ciri khasnya masing-masing. 4. Filsafat dapat memberikan dan mengarahkan ilmu pengetahuan ke arah tujuan demi kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia 5. Dengan filsafat ilmu pengetahuan akan mampu menyelesaikan masalahnya. a) Manfaat Penggunaan Filsafat
  • 160. SLIDESMANIA.COM b) Manfaat Bagi Pendidikan Kesarjaan Manfaat Pendidikan filsafat khususnya filsafat Pancasila bagi Pendidikan kesarjanaan dan kemanusiaan adalah sebagai berikut. 1. Sifat yang kritis, dinamis serta mendalam maka memungkinkan bagi pengembangan akal. 2. Filsafat berfungsi menggugah pengertian dan kesadaran manusia akan kedudukan hubungannya dengan segala sesuatu di luar kesadaran merupakan moral dalam masyarakat hubungan dengan sesame manusia. 3. Menggugah pengertian serta kesadaran para calon sarjana akan pemikiran kemanusiaan yaitu tentang kemanusiaan dn masalah kemanusiaan sepanjang masa. 4. Pendidikan filsafat akan membantuk para sarjana menjadi ilmuwan yang bijaksana yang memiliki dan mengamalkan filsafat pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup, dalam kaitannya dengan kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia.
  • 161. SLIDESMANIA.COM c) Manfaat Filsafat Pancasila Bagi Pendidikan kesarjanaan Perkembangan bangsa-bangsa di seluruh dunia, memiliki ciri khas serta kekhususan masing-masing, terasuk hasil karya budaya dari bangsa tersebut. Bangsa Inggris misalnya telah dikenal bangsa di dunia telah banyak menemukan ilmu pengetahuan, juga peinikiran tentang negara dan hukum, Bagi bangsa Indonesia salah satu karya besar bangsa yang bersifat monumental, dan seharusnya menjadi kebanggaan bangsa adalah hasil pemikirannya tentang prinsip-prinsip hidup berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu bagi generasi bangsa dewasa ini terutama kalangan akademisi, basil kreativitas bangsa, merupakan bukti tonggak sejarah yang menunjukkan kepada generasi penerus bangsa bahwa bangsa Indonesiapun telah pernah menghasilkan suatu pemikiran tentang dasar-dasar filosofi dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakat yang disebut Pancasila.
  • 162. SLIDESMANIA.COM 4. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan sistem nilai yang secara epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia dalam memandang realitas alarn semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Tiap ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan mendasar dan menyeluruh yang jalin-menjalin menjadi pernikiran (System of thought) yang logis, adalah filsafat. Dari uraian diatas, maka permasalahan ideologi merupakan permasalahan yang disamping berkadar kefilsafatan sekaligus menyangkut praksis. Ideologi memiliki kadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan norma, dan sekaligus praksis karena menyangkut operasionalisasi, strategi dan doktrin. Sebab ideologi juga menyangkut hal-hal yang berdasarkan satu ajaran yang menyeluruh tentang makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan secara konkrit bagaimana manusia harus bersikap dan bertindak.
  • 163. SLIDESMANIA.COM 5. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai mendasar yang bersifat tetap dan tidak berubah, dan tidak langsung bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali harus eksplisitka. Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka Pancasila memiliki dimensi sebagai berikut : a) Dimensi idealistis, Nilai yang terkandung dalam pancasila yang bersifat sistematis dan rasional. b) Dimensi Normatif, Nilai yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu system sebagaimana terkandung pembukaan UUD 1945 c) Dimensi Realistis, ideologi harus mampu mencerminkan ralitas yang hidup berkembang dalam masyarakat.
  • 164. SLIDESMANIA.COM Pancasila sebagai dasar filsafat negara Pancasila disebut sebagai dasar filsafat negara, philosofische Gronslag dari negara mengandung konsekuensi bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selain itu ada susunan menunjukan bahwa pancasila pada hakikat dasar rangka dan suasana bagi negara hukum Indonesia dirinci sebagai berikut. a) Pancasila merupakan dasar filsafat negara (asas kerokhanian negara), pandangan hidup dan filsafat hidup.
  • 165. SLIDESMANIA.COM Pancasila sebagai dasar filsafat negara b) Di atas basis (dasar) itu berdirilah negara Indonesia, dengan asas politik negara (kenegaraan) yaitu berupa Republik yang berkedaulatan rakyat. c) Kedua-duanya menjadi basis penyelenggaraan Kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yaitu pelaksanaan dan penyelenggaraan negara sebagaimana tercantum dalam hukum positif Indonesia, termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. d) Selanjutnya di atas Undang-Undang Dasar (yaitu sebagai basis) maka berdirilah bentuk susunan pemerintahan dan keseluruhan peraturan hukum positif yang lainnya, yang mencakup segenap bangsa Indonesia dalam suatu kesatuan hidup bersama yang berasas kekeluargaan. e) Segala sesuatu yang disebutkan di atas adalah demi tercapainya suatu tujuan bersama, yaitu tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara tersebut, yaitu kebahagian bersama, baik jasmaniah maupun rokhaniah, serta tuhaniah.
  • 166. SLIDESMANIA.COM Pancasila sebagai asas persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia Telah dijelaskan dimuka bahwa sebelum Pancasila ditentukan sebagai dasar filsafat negara Indonesia, Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam sukt bangsa yang dengan sendirinya memiliki kebudyaan dan adat-istiatat yang berbeda-beda pula. Namun demikian bangsa perbedaan tu hams disadari sebagai sesuatu yang memang senantiasa ada pata setiap manusia (suku bangsa) sebagai makhluk pribadi, dan dalammasalah ini bersifat biasa.
  • 167. SLIDESMANIA.COM Bangsa indonesia memiliki ciri sebagai berikut 1. Dilahirkan dari satu nenek moyang, sehingga kita memiliki kesatuan darah. 2. Memiliki satu wilayah di mans kita dilahirkan, hidup bersama dan mencari sumber-sumber kehidupan. 3. Memiliki kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia dibesarkan di bawah gemilangnya kerajaan- kerajaan, Sriwijaya, Majapahit, mataram dan lain sebagainya. 4. Merniliki iesamaan nasib yaitu berada di dalam kesenangan dan kesusahan, dijajah Belanda, Jepang dan lainnya. 5. Memiliki satu ide, cita-cita satu kesatuan jiwa atau asas kerokhanian , dan satu tekad untuk hidup bersama dalam suatu negara Republik Indonesia.
  • 168. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filasafat Pengertiannya Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Pancasila juga yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri tujuan tertentu, yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Sehingga itu akan menunjukkan jati diri, atau sifat yang khas dan khusus yang tidak dimiliki oleh lainnya. Oleh karena Pancasila sebagai suatu sistem filsafat akan memberikan ciri-ciri yang khas, yang khusus yang tidak terdapat pada sistem filsafat lainnya.
  • 169. SLIDESMANIA.COM Kesatuan sila sila pancasila Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal. Pengertian matematika piramidal digunakan untuk menggabarkan hubungan hierarkhi sila-sila dari Pancasila dalam uniturutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kwalitas). Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya.
  • 170. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Rumusan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal Secara ontologis kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal adalah sebagai berikut bahwa hakikat adanya Tuhan adalah ada karena dirinya Tuhan sebagai causa Prima. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena diciptakan Tuhan atau manusia ada sebagai akibat adanya Tuhan Sila 1). Adapun manusia adalah sebagai subjek pendukung pokok negara, karena negara adalah leinhaga kemanusiaan, (Sila 2). Maka negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu (Sila 3). terbentuklah persekutuan hidup bersama yang disebut rakyat. Sila 4). Keadilan pada hakikatnya merupakan tujuan suatu keadilan dalam hidup bersama atau dengan lain perkataan keadilan sosial (sila 5) pada hakikatnya sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut negara
  • 171. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar biologis dari sila Pancasila. Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkhis dan mempunyai 1,, untuk piramidal, digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhis sila-sila dalam Pancasila dalam urut-urutan luas (kuantitas) dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila Pancasila dalam anti formal logis.
  • 172. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang menyangkut sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila Pancasila atau secara filosofis merupakan dasar ontologis sila-sila Pancasila. Dasail ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memilikil hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga, disebut sebagai dasar antropologis. Dasar Ontologis Sila-sila Pancasila
  • 173. SLIDESMANIA.COM Sebagaimana dijelaskann di muka sila-sila Pancasila terdiri atas angkaian kata-kata, dan setiap sila terdapat kata yang merupakan ilbjek yang secara berturut-turut adalah sebagai berikut : Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Jadi sila-sila Pancasila tersebut secara berturut-turut mempunyai kata dasar Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil yang masing masing merupakan suatu landasan dari setiap sila. Hakikat Sila-sila Pancasila
  • 174. SLIDESMANIA.COM SLIDESMANIA.COM Hubungan tersebut merupakan suatu hubungan kesesuaian, maka arti inti setiap sila dari Pancasila adalah sebagai berikut : 1. Ketuhanan, ialah sifat-sifat keadaan negara yang sesuai dengan hakikat Tuhan (yaitu kesesuaian dalam arti sesuai dengan akibat) merupakan suatu nilai-nilai agama). 2. Kemanusiaan, ialah sifat-sifat keadaan negara yang sesuai dengan hakikat manusia. 3. Persatuan, yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang sesuai dengan hakikat satu, yang berarti membuat menjadi satu rakyat, daerah, dan keadaan negara Indonesia sehingga terwujud suatu kesatuan. 4. Kerakyatan, yaitu sifat-sifat dan keadan negara yang sesuai dengan hakikat rakyat. 5. Keadilan, yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang sesuai dengan hakikat adil.
  • 175. SLIDESMANIA.COM Pengertian Kesesuaian Sifat-sifat dan Keadaan Negara dengan landasan Sila-sila Pancasila. Telah dijelaskan di muka bahwa inti landasan sila-sila. Pancasila Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil. Konsekuensinya segala sifat-sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat uhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.