1. BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat
ilmu baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara
periodesasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern
dan masa kini. Periodesasi filsafat ilmu cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman
neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra
dan sekolastik. Dalam filsafat ilmu india yang penting adalah bagaimana manusia bisa
berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat ilmu islam hanya ada
dua periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat ilmu islam.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak
melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah perkembangan
ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang menampilkan ciri khas
tertentu.
a. Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Batu)
Pada abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat ilmu dan mulai berkembang suatu
pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional
tentang problem alam semesta. den gan demikian filsafat ilmu dilahirkan.
b. Zaman yunani kuno
Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ilmu, karena pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada
masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi
mempercayai mitologi-mitologi.
Filsafat Ilmu Page 9
2. Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut:
1. stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos.
Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.
2. epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.
3. skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai
kebenaran d. eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat
ilmu dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
4. neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat ilmu plato.
c. Zaman Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:
1. periode patriktis; mengalami 2 tahap:
a. permulaan agama kristen
b. filsafat ilmu agustinus; yang terkenal pada masa patristik
c. periode skolastik; menjadi 3 tahap yakni:
1. periode awal, ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang
rapat antara agama dan filsafat ilmu
2. periode puncak, ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh aristoteles akibat
kedatangan ahli filsafat ilmu arab dan yahudi
3. periode akhir, ditandai dengan pemikiran kefilsafat ilmuan yang berkembang kearah
nominalisme.
Filsafat Ilmu Page 10
3. d. Zaman Renaissance
Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran
yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campur tangan Illahi.
e. Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.
f. Zaman Kontemporer
Fisi kawan termasuk adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan kata
lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan
penemuan teknologi-teknologi canggih yang terus berkembang hingga sekarang.
g. Beberapa Aliran Filsafat Ilmu
Sejarah perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang
pendidikan telah melahirkan sejumlah filsafat ilmu yang melandasinya. Dari berbagai filsafat
ilmu yang ada, terdapat tiga aliran paham yang dirasakan masih dominan pengaruhnya
hingga saat ini, yang secara kebetulan ketiganya lahir pada jaman abad pencerahan
menejelang zaman modern.
1. Nativisme atau Naturalisme, dengan tokohnya antara lain. J.J. Rousseau (1712-1778) dan
Schopenhauer (1788-1860 M). Paham ini berpendirian bahwa setiap bayi lahir dalam
keadaan suci dan dianugerahi dengan potensi insaniyah yang dapat berkembang secara
alamiah. Karena itu, pendidikan pada dasarnya sekedar merupakan suatu proses
pemberian kemudahan agar anak berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya.
Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung pesimistik
Filsafat Ilmu Page 11
4. 2. Empirisme atau Environtalisme, dengan tokohnya antara lain John Locke (1632-1704 M)
dan J. Herbart (1776-1841 M). Aliran ini berpandangan bahwa manusia lahir hanya
membawa bahan dasar yang masih suci namun belum berbentuk apapun, bagaikan papan
tulis yang masih bersih belum tertulisi (Tabula Rasa, Locke ) atau sebuah bejana yang
masih kosong (Herbart). Atas dasar itu, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu
proses pembentukan dan pengisian pribadi peserta didik ke arah pola yang diinginkan dan
diharapkan lingkungan masyarakatnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi
pendidikan yang cenderung optimistik.
3. Konvergensionisme atau Interaksionisme, dengan tokohnya antara lain William Stern
(1871-1939). Pandangan ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari kedua pandangan
terdahulu. Menurut pandangan ini, baik pembawaan anak maupun lingkungan merupakan
faktor-faktor yang determinan terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi peserta
didik. Oleh karenanya, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian peristiwa
interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Pribadi peserta didik akan terbentuk
sebagai resultante atau hasil interaksi dari kedua faktor determinan tersebut. Pandangan
ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung rasional.
3.2 Definisi Filsafat
Filsafat bila di lihat arti bahasa yunani terbagi menjadi dua yaitu: philo yang memiliki arti
orang yang mencintai (hastra mencintai) dan Sophia yang memiliki arti kebijaksanaan
sehingga dapat di simpulkan bahwa filsafat adalah orang yang memiliki rasa cinta terhadap
kebijaksaan. Filsafat ilmu menurut Aristoteles adalah filsafat yang paling akhir dalam
penyelidiki terhadap sesuatu yang ada sedangkan Rene Decrastes menggap filsafat ilmu
sebagai himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai
Tuhan, alam, dan manusia. Sudah dilihat filsafat ilmu mempunyai kedudukan penting di
dalam bidang filsafat, lewat filsafat ilmu akan terkuak segala anggapan mengenai ilmu
seperti apakah ilmu itu, atau kebenaran dari ilmu tersebut.
Filsafat Ilmu Page 12
5. Kemudian yang berikut yakni mengenai filsafat Analitik, bila membahas filsafat analitik
dapat diketahui filsafat ini berasal dari suatu gerekan filosof abad ke 20, khususnya di inggris
dan amerika serikat yang memusatkan perhatiannya pada bahasa dan mencoba menganalisa
pernyataan- pernyataan, konsep-konsep, ungkapan-ungkapan kebahasaaan, atau bentuk-bentuk
yang logis supaya menemukan bentuk-bentuk yang paling logis dan singkat yang
cocok dengan fakta-fakta atau makna-makna yang disajikan. Filsafat analitik sendiri, secara
umum, hendak mengklarifikasi makna dari pernyataan dan konsep dengan menggunakan
analisa bahasa. Kemudian juga mengenai perngertian filosofi. Yakni studi mengenai
kebijaksaan, dasar dasar pengetahuan, dan proses yang digunakan untuk mengembangkan
dan merancang pandang mengenai suatu kehidupan. Filosofi member pandangan dan
menyatakan secara tidak langsung mengenai sistem kenyakinan dan kepercayaan. Namun
filosofi sendiri sangat di pengaruhi oleh interpersonal setiap individu karena individu tersebut
mengembakan filosofinya melalu belajar dari hubungan interpersonal, pengalaman
pendidikan formal dan informal, keagaaman, budaya dan lingkungannya.
3.3 Cabang – Cabang Filsafat
1. Epitemologi, yaitu menyoroti dari sudut sebeb pertama. Gejala pengetahuan dan
kesadaran manusia.
2. Kritik ilmu, adalah cabang filsafat yang menyibukan diri dengan teori pembagian ilmu,
metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang
diberikan yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melaikan merupakan tugas
filsafat.
3. Ontologi, sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama adalah filsafat tentang
seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh itu “ada”.
4. Teologi Metafisika, membicarakan filsafat ke Tuhanan atau logos (ilmu) tentang theos
(Tuhan) menurut ajaran dan kepercayaan.
5. Kosmologi, membicarakan tentang kosmos atau alam semesta hal ilmiah dan evolusinya.
Filsuf yang berperan antara lain Pitagoras plato dan ptotemeus.
Filsafat Ilmu Page 13
6. 6. Antropologi, berkaitan dengan filsafat manusia mempelajari manusia sebagai manusia,
menguraikan apa atau siapa manusia menurut adanya yang terdalam sejauh bisa diketahui
mulai dengan akan budinya yang murni.
7. Etika, atau filsafat moral adalah bidang filsafat yang mempelajari tindakan manusia.
Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain karena tidak mempersoalkan keadaan
manusia, melainkan bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam kaitannya dengan
tujuan hidupnya.
8. Estetika, sering juga disebut filsafat keindahan (seni), adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang pengalaman, bentuknya hakikat keindahan yang bersifat jasmani dan
rohani.
9. Sejarah filsafat, sejar h filsafat adalah cabang filsafat yang mengajarkan jawaban para
pemikir besar, tema yang dianggap paling penting dalam periode tertentu, dan aliran
besar yang mengusai pemikiran selama satu zaman atau suatu bagian dunia tertentu.
Adanya bidang kajian khusus atau cabang-cabang khusus filsafat yang terdiri dari cabang-cabang
/ bagian-bagian pokok filsafat, misalnya filsafat tentang:
a. Bahasa
b. Sejarah
c. Kebudayaan
d. Hukum
e. Ekonomi
f. Administrasi
g. Politik
h. Ilmu – ilmu pengetahuan: ilmu matematika, ilmu alam, ilmu teknik.
i. Agama dll.
Filsafat Ilmu Page 14
7. Dengan demikian dapatlah kita simpulkan sebagai berikut:
1. Objek filsafat ialah segala sesuatu yang ada
2. Sudut pandangannya ialah sebab-sebab yang terdalam
3. Sifat filsafat ialah sifat – sifat ilmu pengtahuan
4. Metode filsafat ialah metode perenungan (contemplation) yang spekualif
5. Jalan filsafat dalam usaha mencari dan menemukan jawaban atas segala pertanyaan
kekuatan hidup dan kehidupan adalah dengan berdasarkan kekuatan pikiran manusia atau
budi nurani (ratio) dan tidak berdasarkan kepada Agama.
3.4 Manfaat Mempelajari Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu berusaha mengkaji hal tersebut guna menjelaskan hakekat ilmu yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu mengenai
berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri, dan yang cenderung
terfragmentasi. Untuk itu filsafat ilmu bermanfaat untuk :
a. Melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu
b. Melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu
c. Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa
ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
d. Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain
di luar bidang ilmunya.
3.5 Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Ada tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dasar ontology ilmu
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia jadi masih
dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat empiris. Objek empiris dapat berupa
Filsafat Ilmu Page 15
8. objek material seperti ide- ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan masih itu
sendiri.
Ontologi merupakan salah satu objek lapangan peneliti filsafat yang kebetulan. Epistemologi
atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan ruang
lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawab
atas pertanyaan mengenai pengtahuan yang dimiliki.
Sebagai ciri yang patut mendapatkan perhatian dalam epistemologi perkembangan ilmu pada
masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu
merupakan kritik terhadap Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh
mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu
pengetahuan justru harus mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan
manusia di bumi ini.
Dasar aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu bagi kebutuhan umat manusia. Dasar
aksiologi ini merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia karena dengan ilmu segala
keperluan dan kebutuhan manusia menjadi terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah.
Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai
nilai. Nilai yang di maksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Etika mengandung dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika. Etika mengandung dua arti yaitu kumpulan pengetahuan
penilaian terhadap perbuatan manusia dan merupakan suatu peridkat yang dipakai untuk
membedakan hal-hal. Perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia lainnya. Sedangkan
estetika berkaitan dengan nilai dengan pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan fenomena di sekelilingnya. Dari definisi mengenai filsafat ilmu di atas,
maka dapat dilihat bahwa ruang lingkup filsafat ilmu adalah mengenai tata cara memperoleh
pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan serta metode dan pendekatannya.
Filsafat Ilmu Page 16
9. 3.6 Masalah-Masalah Dalam Filsafat Ilmu
Bidang filsafat ilmu ruang lingkupnya terus mengalami perkembangan, hal ini tidak terlepas
dengan interaksi antara filsafat dan ilmu yang makin intens. Dari beberapa pendapat di atas
Nampak, pada dasar filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan objek apa yang
ditelah oleh ilmu (ontologi), bagaimana proses pemerolehan ilmu (epistemologi), dan
bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh karena itu lingkup induk telahan filsafat ilmu
adalah :
1. ontologi
2. epistemologi
3. axiology
ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian ini mencakup masalah
realitas dan penampakan, serta bagaimana hubungan ke dua hal tersebut dengan
subjek/manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu,
bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar. Axiologi
berkaitan dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu, serta bagaimana
mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan. Ruang lingkup telahan filsafat ilmu sebagaimana
diungkapkan di atas di dalamnya sebenarnya menunjukan masalah-masalah yang dikaji
dalam filsafat ilmu, masalah-masalah dalam filsafat ilmu pada dasarnya menunjukan topik-topik
kajian yang pastinya dapat masuk ke dalam salahsatu lingkup filsafat ilmu. Adapun
masalah-masalah yang berada dalam lingkup filsafat ilmu adalah:
1. masalah-masalah metafisis tentang ilmu
2. masalah-masalah epistemologis tentang ilmu
3. masalah-masalah metodologis tentang ilmu
4. masalah-masalah logis tentang ilmu
5. masalah-masalah etis tentang ilmu
6. masalah-masalah tentang estetika
metafisika merupakan telaahan atau teori tentang yang ada, istilah metafisika ini terkadang
dipadankan dengan ontologi jika demikian, karena sebenarnya metafisika juga mencakup
Filsafat Ilmu Page 17
10. telaahan lainnya seperti telaahan tentang bukti-bukti adanya Tuhan. Epistemologi merupakan
teori pengetahuan dalam arti umum baik itu kajian mengenai pengetahuan biasa, pengetahuan
ilmiah, maupun pengetahuan filosofis, metodologi ilmu adalah telaahan atas metode yang
dipergunakan oleh suatu ilmu, baik dilihat dari struktur logikanya, maupun dalam hal
validitas metodenya. Masalah logis berkaitan dengan telaahan mengenai kaidah-kaidah
berfikir benar, terutama berkenaan dengan metode deduksi. Problem etis berkaitan dengan
aspek-aspek moral dari suatu ilmu, apakah ilmu itu hanya untuk ilmu, ataukah ilmu juga
perlu memperhatikan kemanfaatannya dan kaidah-kaidah moral masyarakat. Sementara itu
masalah estetis berkaitan dengan dimensi keindahan atau nilai-nilai keindahan dari suatu
ilmu, terutama bila berkaitan dengan aspek aplikasinya dalam kehidupan masyarakat.
3.7 Definisi Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa arab “alima yang berarti tahu atau mengetahui. Pengertian ilmu
yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala – gejala tertentu (admojo, 1998). Mulyadi Kartanegara mangatakan ilmu dan sains
menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke 19, tetapi setelah itu sains lebih
terbatas pada bidang – bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada
bidang – bidang non fisik seperti metafisika.
1. Dalam Ensiklopedia Indonesia, kita temukan pengertian sebagai berikut:
“ilmu adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing – masing sesuatu lapangan
pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas – asas tertentu, hingga
menjadi kesatuan. Suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing – masing didapatkan
sebagai hasil pemeriksaan – pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai
metode – metode tertentu”
2. Menurut Prof. DR. Mohammad Hatta:
Filsafat Ilmu Page 18
11. “Tiap tiap ilmu adalah pengetahuan yang diatur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu
golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari luar
maupun menurut bangunnya dari dalam”
Sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan hidup manusia, dan semakin
berkembangannya kehidupan modern maka semakin terasa kebutuhan untuk menjawab
segala tantangan yang dihadapi manusia. Dalam keadaan yang demikian, lahirlah apa yang
disebut ilmu – ilmu pengetahuan khusus. Momentum pemisahan antara filsafat dengan ilmu
pengetahuan khusus itu bermula disekitar abad pertengahan. Pada saat lahirnya zaman
Renaissance (mislanya ilmu fisika dan ilmu matematika).
Bentuk ilmu yang lain (ilmu pengetahuan) bertujuan membantu manusia dalam
mempermudah pelaksanaan kehidupannya atau untuk mensejaterahkan manusia. Di segi lain
dapat pula bertujuan menyusahkam atau menghasurkan manusia, apabila ilmu dan teknologi
ini dipergunakan untuk tujuan perang dengan menciptakan senjata mutakhir.
3.8 Kebenaran Ilmu
Ilmu pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk menjelaskan berbagai fenomena
empiris yang terjadi di alam ini, tujuan dari upaya tersebut adalah untuk memperoleh suatu
pemahaman yang benar atas fenomena tersebut. Terdapat kecenderungan yang kuat sejak
berjayanya kembali akal pemikiran manusia adalah keyakinan bahwa ilmu merupakan satu-satunya
sumber kebanaran, segala sesuatu penjelasan yang tidak dapat atau tidak mungkin
diuji, diteliti, atau diobservasi adalah sesuatu yang tidak benar, dan karena itu tidak patut
dipercayai. Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa tidak semua masalah dapat dijawab
dengan ilmu, banyak sekali hal-hal yang merupakan konsern manusia, sulit, atau bahkan
tidak mungkin dijelaskan oleh ilmu seperti masalah Tuhan, Hidup sesudah mati, dan hal-hal
lain yang bersifat non empiris. Oleh karena itu bila manusia hanya mempercayai kebenaran
ilmiah sebagai satu-satunya kebenaran, maka dia telah mempersempit kehidupan dengan
hanya mengikatkan diri dengan dunia empiris, untuk itu diperlukan pemahaman tentang apa
itu kebenaran baik dilihat dari jalurnya (gradasi berfikir) maupun macamnya. Bila dilihat dari
gradasi berfikir kebenaran dapat dikelompokan kedalam empat gradasi berfikir yaitu :
Filsafat Ilmu Page 19
12. 1. kebenaran biasa Yaitu kebenaran yang dasarnya adalah common sense atau akal
sehat. Kebenaran ini biasanya mengacu pada pengalaman individual tidak tertata dan
sporadis sehingga cenderung sangat subjektif sesuai dengan variasi pengalaman yang
dialaminya. Namun demikian seseorang bisa menganggapnya sebagai kebenaran
apabila telah dirasakan manfaat praktisnya bagi kehidupan individu/orang tersebut.
2. Kebenaran Ilmu Yaitu kebenaran yang sifatnya positif karena mengacu pada fakta-fakta
empiris, serta memungkinkan semua orang untuk mengujinya dengan metode
tertentu dengan hasil yang sama atau paling tidak relatif sama.
3. Kebenaran Filsafat Kebenaran model ini sifatnya spekulatif, mengingat sulit/tidak
mungkin dibuktikan secara empiris, namun bila metode berfikirnya difahami maka
seseorang akan mengakui kebenarannya. Satu hal yang sulit adalah bagaimana setiap
orang dapat mempercayainya, karena cara berfikir dilingkungan filsafatpun sangat
bervariasi.
4. kebenaran Agama Yaitu kebenaran yang didasarkan kepada informasi yang
datangnya dari Tuhan melalui utusannya, kebenaran ini sifatnya dogmatis, artinya
ketika tidak ada kefahaman atas sesuatu hal yang berkaitan dengan agama, maka
orang tersebut tetap harus mempercayainya sebagai suatu kebenaran.
Dari uraian di atas nampak bahwa maslah kebenaran tidaklah sederhana, tingkatan-tingkatan/
gradasi berfikir akan menentukan kebenaran apa yang dimiliki atau diyakininya,
demikian juga sifat kebenarannya juga berbeda. Hal ini menunjukan bahwa bila seseorang
berbicara mengenai sesuatu hal, dan apakah hal itu benar atau tidak, maka pertama-tama
perlu dianalisis tentang tataran berfikirnya, sehingga tidak serta merta menyalahkan atas
sesuatu pernyataan, kecuali apabila pembicaraannya memang sudah mengacu pada tataran
berfikir tertentu. Dalam konteks Ilmu, kebenaran pun mendapatkan perhatian yang srius,
pembicaraan masalah ini berkaitan dengan validitas pengetahuan/ilmu, apakah
pengetahuan yang diliki seseorang itu benar/valid atau tidak, untuk itu para akhli
mengemukakan berbagai teori kebenaran yang dapat dikategorikan ke dalam beberapa
jenis teori kebenaran yaitu :
Filsafat Ilmu Page 20
13. 1. Teori korespondensi Menurut teori ini kebenaran, atau sesuatu itu dikatakan benar
apabila terdapat kesesuaian antara suatu pernyataan dengan faktanya Sementara itu
menurut Rogers, keadaan benar (kebenaran) terletak dalam kesesuaian antara esensi
atau arti yang kita berikan dengan esensi yang terdapat di dalam objeknya. Contoh :
kalau seseorang menyatakan bahwa Kuala lumpur adalah ibukota Malayasia, maka
pernyataan itu benar kalau dalam kenyataannya memang ibukota Malayasia itu Kuala
lumpur.
2. Teori Konsistensi Menurut teori ini kebenaran adalah keajegan antara suatu
pernyataan dengan pernyataan lainnya yang sudah diakui kebenarannya, jadi suatu
proposisi itu benar jika sesuai dengan proposisi lainnya yang benar. Kebenaran jenis
ini biasanya mengacu pada hukum-hukum berfikir yang benar. Misalnya Semua
manusia pasti mati.
3. Teori Pragmatis Menurut teori ini kebenaran adalah sesuatu yang dapat berlaku, atau
dapat memberikan kepuasan, dengan kata lain sesuatu pernyataan atau proposisi
dikatakan benar apabila dapat memberi manfaat praktis bagi kehidupan, sesuatu itu
benar bila berguna.
Teori-teori kebenaran tersebut pada dasarnya menunjukan titik berat kriteria yang
berbeda, teori korespondensi menggunakan kriteria fakta, oleh karena itu teori ini bisa
disebut teori kebenaran empiris, teori koherensi menggunakan dasar fikiran sebagai
kriteria, sehingga bisa disebut sebagai kebenaran rasional, sedangkan teori pragmatis
menggunakan kegunaan sebagai kriteria, sehingga bisa disebut teori kebenaran praktis.
3.9 Teori - Teori Kebenaran
Menurut Endang Saifuddin Anshari Teori kebenaran dapat ditentukan dengan :
Filsafat Ilmu Page 21
14. 1. Teori Konsistensi
Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan
lainnya yang sudah lebih lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui sebagai benar.
Suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran) oleh
putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui,diterima dan diakui
benarnya. Contoh: Semua manusia akan mati. Si Polan adalah seorang manusia.Si
Polan pasti akan mati. Sukarno adalah ayahanda Megawati. Sukarno mempunyai
puteri. Megawati adalah puteri Sukarno.
2. Teori Korespondensi
Kebenaran adalah kesesuaian antara pernya-taan tentang sesuatu dengan kenyataan
sesuatu itu sendiri. Contoh: “Ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta”. Teori ini
digagas oleh Aristoteles.
3. Teori Pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dengan kata lain, suatu pernyataan
adalah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia. Kata kunci teori ini adalah: utility, dapat dikerjakan akibat atau
pengaruhnya yang memuaskan.
3.10 Keterbatasan Ilmu
Hubungan antara filsafat dengan ilmu yang dapat terintegrasi dalam filsafat ilmu, dimana
filsafat mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ilmu, menunjukan adanya
keterbatasan ilmu dalam menjelaskan berbagai fenomena kehidupan. Disamping itu
dilingkungan wilayah ilmu itu sendiri sering terjadi sesuatu yang dianggap benar pada satu
saat ternyata disaat lain terbukti salah, sehingga timbul pertanyaan apakan kebenaran ilmu itu
dan apakah seluruh persoalan manusia dapat dijelaskan oleh ilmu. pertanyaan-pertanyaan
tersebut sebenarnya menggambarkan betapa terbatasnya ilmu dalam mengungkap misteri
kehidupan serta betapa tentatifnya kebenaran ilmu. Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada
Filsafat Ilmu Page 22
15. baiknya diungkapkan pendapat para ahli berkaitan dengan keterbatasan ilmu, para ahli
tersebut antara lain adalah :
1. Jean Paul Sartre menyatakan bahwa ilmu bukanlah sesuatu yang sudah selesai
terfikirkan, sesuatu hal yang tidak pernah mutlak, sebab selalu akan disisihkan oleh
hasil-hasil penelitian dan percobaan baru yang dilakukan dengan metode-metode baru
atau karena adanya perlengkapan-perlengkapan yang lebih sempurna, dan penemuan
baru tiu akan disisihkan pula oleh ahli-ahli lainnya.
2. D.C Mulder menyatakan bahwa tiap-tiap akhli ilmu menghadapi soal-soal yang tak
dapat dipecahkan dengan memakai ilmu itu sendiri, ada soal-soal pokok atau soal-soal
dasar yang melampaui kompetensi ilmu.
3. Harsoyo menyatakan bahwa ilmu yang dimiliki umat manusia dewasa ini belumlah
seberapa dibandingkan dengan rahasia alam semesta yang melindungi manusia.
Ilmuwan-ilmuwan besar biasanya diganggu oleh perasaan agung semacam
kegelisahan batin untuk ingin tahu lebih banyak, bahwa yang diketahui itu masih
meragu-ragukan, serba tidak pasti yang menyebabkan lebih gelisah lagi, dan biasanya
mereka adalah orang-orang rendah hati yang makin berisi makin menunduk. Selain
itu Harsoyo juga mengemukakan bahwa kebenaran ilmiah itu tidaklah absolut dan
final sifatnya. Kebenaran-kebenaran ilmiah selalu terbuka untuk peninjauan kembali
berdasarkan atas adanya fakta-fakta baru yang sebelumnya tidak diketahui.
4. J. Boeke menyatakan bahwa bagaimanapun telitinya kita menyelidiki peristiwa-peristiwa
yang dipertunjukan oleh zat hidup itu, bagaimanapun juga kita mencoba
memperoleh pandangan yang jitu tentang keadaan sifatzat hidup itu yang bersama-sama
tersusun, namun asas hidup yang sebenarnya adalah rahasiah abadi bagi kita,
oleh karena itu kita harus menyerah dengan perasaan soleh dan terharu.
Dengan memperhatikan penjelasan di atas, nampak bahwa ilmu itu tidak dapat dipandang
sebagai dasar mutlak bagi pemahaman manusia tentang alam, demikian juga kebenaran
ilmu harus dipandang secara tentatif, artinya selalu siap berubah bila ditemukan teori-teori
baru yang menyangkalnya. Dengan demikian dpatlah ditarik kesimpulan berkaitan
dengan keterbatasan ilmu yaitu :
Filsafat Ilmu Page 23
16. 1. ilmu hanya mengetahui fenomena bukan realitas, atau mengkaji realitas sebagai
suatu fenomena
2. Ilmu hanya menjelaskan sebagian kecil dari fenomena alam / kehidupan manusia
dan lingkungannya
3. kebenaran ilmu bersifat sementara dan tidak mutlak
keterbatasan tersebut sering kurang disadari oleh orang yang mempelajari suatu cabang
ilmu tertentu, hal ini disebabkan ilmuwan cenderung bekerja hanya dalam batas
wilayahnya sendiri dengan suatu disiplin yang sangat ketat, dan keterbatasan ilmu itu
sendiri bukan merupakan konsern utama ilmuwan yang berada dalam wilayah ilmu
tertentu.
3.11 Sumber Pengetahuan
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud
barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh
manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Diantara sumber
pengetahuan, yaitu:
1. Rasionalisme
Dalam menyusun pengetahuannya, kaum rasionalis menggunakan metode deduktif. Premis
yang dipakai dalam penalarannya, didapatkan dari ide-ide yang menurut anggapannya jelas
dan dapat diterima. Ide-ide ini menurut mereka bukanlah ciptaan pemikiran manusia. Prinsip
itu sendiri jauh sudah ada sebalum manusia memikirkannya. Akhirnya paham semacam ini
kita kenal sebagai paham Idealisme. Bagi mereka, fungsi pikiran manusia itu hanyalah
mengenai prinsip-prinsip tersebut, yang kemudian menjadi dasar pengetahuannya. Prinsip itu
sendiri sudah ada dan bersifat apriori, dan dapat diketahui oleh manusia lewat kemampuan
berpikir rasionalnya.
3.12 Metode Memperoleh Ilmu Pengetahuan
Filsafat Ilmu Page 24
17. Pada pembahasan terdahulu telah ditegaskan bahwa untuk menemukan sesuatu yang
bernama ilmu pengetahuan, maka tujuan dari ilmu pengetahuan tersebut harus ditentukan
terlebih dahulu dengan menggunakan berbagai metode dalam memperolehnya. Adapun
metode untuk dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan menentukan kebenaran ilmu
pengetahuan secara filosofis terdiri dari:
1. Metode Empirik
Yang dimaksud dengan metode empirik yaitu pengetahuan yang didapatkan melalui
pengalaman inderawi dan akal mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman
dengan cara induksi.
2. Metode Rasional adalah metode yang menjelaskan hubungan-hubungan rasional yang
memberi penjelasan ilmiah ciri-khas keterpahaman yang khas, penggunaan rasio dalam
menperoleh pengetahuan menjadi sandaran metode ini dimana akal atau rasio yang
memenuhi sayarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat
yang digunakan dalam seluruh metode ilmiah. Metode ini menjadikan matematika dan
ilmu ukur sebagai model bagi pengetahuan manusia, metode ini menunjukkan sebuah
penjelasan bahwa dalam diri manusia terdapat ide-ide bawaan tertentu yang telah ada
sejak awal yang diperoleh bukan dari pengalaman.
3. Metode Kontemplatif
Metode ini memandang bahwa metode empiris dan rasional memiliki keterbatasan,
sehingga pengetahuan yang dihasilkan pun berbeda dan masing-masing bersifat temporal,
maka untuk menajamkan hasil dari kedua metode tersebut dibutuhkan penajaman
kemampuan akal yang disebut intuisi, pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi dapat
diperoleh secara kontemplatif. Metode kontemplatif dalam memperoleh pengetahuan
bersifat sangat indivdualistik sebab pengetahuan yang dihasilkannya tersebut adalah
pengetahuan yang tercerahkan dari percikan sinar pengetahuan.
4. Metode Ilmiah
Filsafat Ilmu Page 25
18. Metode ilmiah merupakan salah satu acara atau prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu, dimana ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh
lewat metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi tentang cara bekerja pikiran
yang diharapkan mempunyai karakteristik tertentu berupa sifat rasional dan teruji
sehingga ilmu yang dihasilkan bisa diandalkan. Dalam hal ini metode ilmiah mencoba
menggabungkan cara berpikir rasional dan induktif empiris dalam membangun
pengetahuan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa metode dalam
memperoleh ilmu pengetahuan secara ilmiah harus melalui prosedur-prosedur khusus.
Filsafat Ilmu Page 26