Dokumen tersebut membahas tentang infeksi pernafasan dan penggunaan antibiotik, termasuk jenis infeksi pernafasan seperti ISPA, AOM, sinusitis, faringitis, bronkitis akut dan kronis. Juga dibahas tentang terapi antibiotik untuk masing-masing jenis infeksi berdasarkan kondisi pasien dan alergi antibiotik.
2. PENETRASI ANTIBIOTIK
Daerah Antibiotik Kategori
CNS Chloramphenicol, Metronidazole, Rifampicin, Cotrimoxazole
Penicillin dan turunannya, Golongan Carbapenem, Cefepime, Cefotaxime,
Ceftazidim, Ceftizoxim, Ceftriaxone, Cefuroxime, Ciprofloxacin, Ofloxacin
Sangat Baik
Baik
Tulang Cefazolin Sangat Baik
Prostat Cotrimoxazole, Fluoroquinolon Baik
Jaringan
Lunak
Linkosamid, Tetrasiklin, Cotrimoxazole, Fluoroquinolon Baik
Ocular Aminoglikosida, Fluoroquinolon Sangat Baik
Selular Makrolida, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Rifampisin, Cotrimoxazole,
Fluoroquinolon
Baik
Extraselular Betalaktam, Vankomisin, Aminoglikosida Baik
3. MEKANISME KERJA ANTIBIOTIK
1. Menghambat sintesa atau merusak dinding sel
Contoh : beta-lactam (penisilin, sefalosporin, monobaktam,
karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan
vankomisin
2. Memodifikasi atau Menghambat sintesa protein sel
Contoh : Aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin,
makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin),
klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin
3. Menghambat enzim esensial dalam metabolism folat
Contoh : Trimetoprim dan Sulfonamid
4. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA),
akibatnya sel tidak dapat berkembang atau menghambat
asam nukleat
Contoh : Quinolon,nitrofurantoin
7. KLASIFIKASI BERDASARKAN LUAS
AKTIVITAS
(Aktivitas Sempit)
Aktif terhadap beberapa jenis
bakteri saja, Misal :
Penisilin G dan Penisilin V,
Eritromisin, Klindamisin,
Kanamisin hanya bekerja
terhadap kuman Gram Positif
Streptomisin, gentamisin,
polimiksin-B, asam nalidiksat
(Aktivitas Luas)
Bekerja terhadap lebih banyak
kuman baik jenis bakteri Gram-
Positif maupun jenis kuman gram
negative. Antara lain :
sulfonamide, ampisilin,
sefalosporin, kloramfenikol,
tetrasiklin dan rifampisin.
9. Macam-macam Antibiotik
Antibiotik Mekanisme Kerja Efek Samping Catatan
Penisiline
- Penisiline G
- Amoxiciline
- Ampisilin
- Benzatil
Penisilin
Menghambat biosintesis
mucopeptide yang dibutuhkan
untuk sintesis dinding sel
mikroba
Anafilaksis, urtikaria,
candidiasis mukosa diare,
sakit kepala, Anemia
hemolitik
Hipotrombinemia lebih
sering terkait dengan
sefalosporin, dapat
dicegah dan bersifat
reversibel dengan
pemberian vit K
Sefalosporin
- Cefadroxil
- Cefuroxime
- Ceftriaxone
- Cefixime
- Cefepime
Anafilaksis, urtikaria,
anemia, candidiasis mukosa
diare, sakit kepala,
dyspepsia, mual, muntah
Carbapenem
- Meropenen
m
- Imipenem
- Doripenem
mual, muntah, kejang dan
infusiensi ginjal
10. Antibiotik Mekanisme Kerja Efek Samping Catatan
Monobaktame
- Aztreonam
Menghambat biosintesis
mucopeptide yang dibutuhkan
untuk sintesis dinding sel
mikroba
Anafilaksis, urtikaria,
anemia, candidiasis mukosa
diare, sakit kepala,
dyspepsia, mual,
muntah.(Kurang
menimbulkan
hipersensitifitas)
Glikopeptide
- Vankomisin
- Bacitrasin
hipersensitivitas, demam,
flushing, hipotensi,
gangguan pendengaran dan
nefrotoksisitas, sindrom red
sindrom, Flebitis,
Bacitracin : jarang
menyebabkan reaksi
Inhibitor beta
lactam
- - Asam
Klavulanat
- Sulbaktam
- Tazobaktam
Melindungi AB betalaktam
dengan cara menginaktivasi
betalaktamase
Sama dengan beta lactam
lainnya
Kotrimoxazole Menghambat enzim anemia megaloblastik, KI : : Ibu Hamil dan
11. Antibiotik Mekanisme Kerja Efek Samping Catatan
Aminoglikosid
a
- Gentamisin
- Kanamisin
- Neomisin
- Streptomisi
n
Menghambat sintesis protein di
subunit 30
toksisitas ginjal,
ototoksisitas, blockade
neuromuscular, alergi (ruam,
demam, angoede,a,
dermatitis), hipotensi, mual
Aminoglikosida tidak
diserap melalui saluran
cerna sehingga harus
diberikan secara
parenteral
Tetrasiklin
- Tektasiklin
- Doksisiklin
- Minosiklin
- Oxytetrasil
klin
Menghambat sintesis protein
yang berikatan secara reversible
dengan ribosom 30s dan
mencegah ikatan tRNA-aminoasil
pada kompleks mRNA ribosom
Penghambatan pertumbuhan
tulang, perubahan warna
gigi permanen, gangguan GI,
depresi sumsum tulang,
fotosensitivitas
KI : anak <8 Tahun, ibu
hamil dan menyusui
IO : sangat mudah
terbentuk kompleks
dengan logam
Kloramfenikol
- Kloramfeni
kol
- Tiamfenikol
Menghambat sintesis protein
yang terikat pada ribosom 50s
dan menghambat enzim peptidil
transferase sehingga ikatan
peptide tidak terbentuk
grey baby sindrom, anemia
aplastic, neuritis periper,
gangguan GI, pertumbuhan
candida di saluran cerna,
ruam
KI : neonates, gangguan
hati, wanita hamil dan
menyusui
Sebaiknya hanya
digunakan untuk infeksi
tifoid dan meningitis
12. Antibiotik Mekanisme Kerja Efek Samping Catatan
Makrolida
- Eritromisin
- Azitromisin
- Spiramisin
- Klaritomisin
Menghambat sintesis protein
yang berikatan secara reversible
dengan ribosom subunit 50s
diare, mual, nyeri abdomen
dan muntah, sakit kepala,
peningkatan SGPT, SGOT,
dan gangguan indra
penciuman dan pengecap,
rasa terbakar diperut
KI : Gangguan Hati
Quinolon
- Asam
pipemidat
- Asam
nalidiksat
menghambat kerja enzim DNA
gyrase sehingga menghambat
replikasi dan transkripsi DNA,
perbaikan DNA, rekombinasi dan
transposisi sel bakteri
Tendonitis/rupture tendon,
gangguan GI,
fotosensitivitas, ganggan
fungsi ginjal, gangguan
tidur, depresi, gelisah,
halusinasi, gangguan
penglihatan, pengecap dan
pendengaran
KI : anak usia dibawah 18
tahun, gangguan fungsi
ginjal
IO : absorbsi berkurang
bila diberikan bersama
antasida/zat besi
Flouroquinolo
n
- Ciprofloksa
sin
- Ofloksasin
- Levofloksas
in
- Moxyfloksas
13. Tipe Antibiotik berdasarkan Aktivitas
Pola Aktivitas Antibiotik Strategi Terapi
Tipe I
Tergantung kadar dan
efek persisten yang
lama
Aminoglikosida,
Flouroquinolon,
Metronidazole
Memaksimalkan kadar
obat
Tipe II
Tergantung waktu dan
efek persisten minimal
Karbapenem,
sefalosporin,
eritromisin, linezolid,
penisilin
Memaksimalkan lama
paparan
Tipe III
Tergantung waktu dan
efek persisten sedang
sampai lama
Azitromisin,
klindamisin, tetrasiklin,
vankomisin
Memaksimalkan kadar
14. Informasi harus diketahui
tentang Antibiotik
No Antibiotik Informasi
1 Gentamisin Gentamisin memiliki indeks terapi yang sempit, karena itu sangat diperlukan
dosis individual
2 Klindamisin Untuk menghindari iritasi esophagus sebaiknya diminum bersama segelas air
3 Rifampisin Tidak diminum bersama makanan karena akan mengurangi absrobsi
rifampisin
4 Tetrasiklin Hindari digunakan pada anak dibawah 12 tahun dan pada wanita hamil, hati-
hati digunakan pada lansia jika diduga terjadi gangguan ginjal
5 Coamoksiklav Coamoksiklav cenderung menyebabkan diare akibat antibiotik dibandingkan
amoksisilin dan infeksi C. difficile. Hindari digunakan pada pasien beresiko
terinfeksi C. difficile, misalnya pasien berusia > 65 tahun, pasien yang
menggunakan proton pump inhibitor (PPI) atau pasien yang baru saja dirawat
di RS.
6 Sefalosporin,
klindamisin,
derifat penisilin
dan kuinolon
Dapat menyebabkan infeksi C.difficile karena mengganggu flora usus normal
7 Siprofloksasin • Bila diberikan bersama dengan antasida, diberi jarak waktu selama 2 jam.
15. Informasi harus diketahui
tentang Antibiotik
No Antibiotik Informasi
8 Eritromisin Terjadi peningkatan kejadian kardiotoksis yaitu: perpanjangan interval QT
dan ventrikular taki disritmia. Jika terjadi hal tersebut, hentikan
penggunaan eritromisin
9 Kloramfenikol Efek yang tidak diinginkan :
• Anemia; aplastik anemia yang bersifat idiosinkratik (jarang). Anemia terkait
dosis yang bersifat reversible
• Toksisitas pada sum-sum tulang belakang yang terkait dosis
• Menurunkan absorbsi intestinal vit B12
Memerlukan tambahan konsumsi makanan yang mengandung riboflavin,
piridoksin dan vit B12.
• Penggunaan pada bayi tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
penekanan sumsum tulang belakang dan menimbulkan baby grey syndrome
(akibat ketidakmampuan bayi mengkonjugasi kloramfenikol)
16. Daftar Antibiotik Yang Tidak
Boleh Diberikan Untuk Anak
Obat Usia Alasan
Siprofloksasin < 12 Tahun Merusak tulang rawan
(cartilage disgenesis)
Tetrasiklin ,<4 tahun
atau dosis
tinggi
Diskolorisasi gigi,
gangguan pertumbuhan
tulang
Kloramafenik
ol
Neonatus Menyebabkan sindrom
baby grey
Linkomisin
HCl
Neonatus Fatal toxic syndrome
Daftar Antibiotik menurut
kategori keamanan untuk ibu
hamil
18. Jenis
ISPA
Terapi Jika alergi tipe 1 Jika alergi non tipe 1
AOM 1st : Amoksisilin
2nd : Amoksisilin-
klavulanat
• Makrolida
• Klindamisin
Sefalosporin (cefdinir, cefixim,
cefpodoxime, cephalexin,
ceftriaxone)
Klindamisin
Sinusitis 1st : Amoksisilin
2nd : Amoksisilin-
klavulanat
• Doksisiklin/ kuinolon (dewasa)
• Makrolida (anak)
Faringitis 1st : Amoksisilin
2nd : Makrolida
Levofloksasin
Makrolida
Terapi untuk Pasien Baru
Terapi Penunjang
Gejala Terapi Gejala Terapi
Analgesik Parasetamol, Nsaid Mukolitik Guaifenesin
Alergi Antihistamin : CTM Efusi Kortikosteroid
Dekongesta
n
Fenilefrin, oxymetazoline Profilaksis Amoksisilin 1 x 1 selama 2-6 bulan
19. BRONKITIS AKUT
Terapi utama bronchitis akut adalah terapi
simptomatik untuk meredakan gejala:
Antitusif:
Dekstro (untuk batuk ringan)
Codein (untuk batuk berat yg mengganggu)
Antipiretik:
Parasetamol (diutamakan untuk anak),
Aspirin (jangan digunakan pada anak karena
menyebabkan reye syndrome),
Ibuprofen (gunakan dengan perhatian pd
anak kurang dari 3 bulan, lansia dan pasien
gangguan ginjal)
Mengi: beta 2 agonis inhalasi
(salbutamol)
Antibiotik baru boleh dilakukan jika uji
kultur positif: azitromisin atau kuinolon
BRONKITIS KRONIS
• Faktor risiko: lansia, COPD, pasien
serangan jantung, pasien dengan
serangan mendadak > 4x setahun (sesak
nafas)
• Ciri utama bronkitis kronis: batuk
produktif hingga 3 bulan
• Aturan penggunaan antibiotik:
• Untuk gejala ringan tanpa faktor risiko →
terapi observasi/ simptomatik
• Untuk gejala sedang tanpa faktor risiko atau
gejala sedang dengan faktor resiko dan FEV
< 50% → makrolida (klaritromisin,
azitromisin, eritromisin) sefaleksin,
amoksisilin, doksisiklin, trimetoprim-
sulfametoksazol
• Untuk gejala berat dan FEV <35% →
kuinolon (ciprofloksasin/ levofloksasin),
amoksisilin-klavulanat (kombinasi
betalaktam + anti betalaktamase)
ISPB
Secara umum :
1ST : Amoxicilin / Ampisilin
2nd : Makrolida (Eritromisin)
20. PNEUMO
NIA
CAP
Terjadi pada pasien yg tidak
kontak dengan fasilitas
medis
HCAP
Terjadi pada pasien yang
beresiko terpapar bakteri
MDR (pasien hemodialisis,
pasien yg sbelumya
menjalani kemoterapi,
memakai infus, atau
menggunakan antibiotik,
pasien yg memiliki anggota
keluarga yg terinfeksi
bakteri MDR)
HAP
Terjadi pada pasien setelah
keluar dari rawat inap
VAP
Terjadi pada pasien yg
menggunakan ventilator
atau intubasi
22. TBC
Tahapan Pengobatan TB :
Tahap Awal : dimaksudkan untuk
secara efektif menurunkan jumlah
kuman yang ada dalam tubuh pasien.
Tahap lanjutan : bertujuan
membunuh sisa sisa kuman yang
masih ada dalam tubuh, khususnya
kuman persister sehingga pasien
dapat sembuh dan mencegah
terjadinya kekambuhan
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan Dahak :
S (sewaktu) : Dahak yg ditampung
di Fasyaskes
P (Pagi) : Dahak yg ditampung pagi
segera saat bangun tidur
Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan Penunjang :
Foto Toraks
Profilaksis TB pada Populasi
Rentang:
Vaksinasi BCG untuk bayi baru
lahir
Pemberian INH pada anak usia
dibawah 5 Tahun min 6 bulan
Pemberian INH pada ODHA min 6
bulan dan diulang tiap 3 tahun
KATEGORI RESISTENSI OBAT :
• Mono Resisten (TB MR) : resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.
• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H)
dan Rifampisin (R) secara bersamaan
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan, dengan atau tanpa diikuti resitan OAT lini pertama lainnya
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu
OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan
(Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin).
23. TBC
Nama Obat Sifat Catatan
Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropati perifer (Gangguan saraf tepi), psikosis
toksik, gangguan fungsi hati, kejang.
Rifampisin (R) Bakterisidal Flu syndrome (gejala influenza berat), gangguan
gastrointestinal, urine berwarna merah, gangguan
fungsi hati, trombositopeni, demam, skin rash, sesak
nafas, anemia hemolitik.
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi hati, gout
arthritis.
Etambutol (E) Bakreriostat
ik
Nyeri ditempat suntikan, gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia,
agranulositosis, trombositopeni.
Streptomisin (S) Bakterisidal Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer
(Gangguan saraf tepi).
OAT Lini
Pertama
24. TBC
OAT Lini Kedua
Gru
p
Golongan Jenis Catatan
A Florokuinolon Levofloksasin (Lfx), Moksifloksasin
(Mfx), Gatifloksasin (Gfx)
Tendonitis, rupture tendon, insomnia,
sakit kepala, mual, neuropetik perifer,
depresi,
B OAT suntik lini
kedua
Kanamisin (Km) , Amikasin (Am),
Kapreomisin (Cm), Streptomisin (S)
Agranulositosis, anoreksia, diare,
neurotoksik, kelainan fungsi ginjal,
gangguan elektrolit, gangguan
pendengaran
C OAT oral lini
Kedua
Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto),
Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd),
Clofazimin (Cfz), Linezolid (Lzd)
Rasa metal, depresi, perubahan
perilaku, nyeri kepala, hipotiroid
D D1 OAT lini
pertama
Pirazinamid (Z), Etambutol
(E), Isoniazid (H) dosis
tinggi
-
D2 OAT baru Bedaquiline (Bdq),
Delamanid (Dlm),
25. TERAPI TBC
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
1 Kategori 1 Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
Pasien TB paru terdiagnosis klinis.
Pasien TB ekstra paru
2(HRZE)/4(HR)3
atau
2(HRZE)/4(HR)
2 Kategori 2 Pasien kambuh.
Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan
OAT kategori 1 sebelumnya.
Pasien yang diobati kembali setelah putus
berobat (lost to follow-up).
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E
3 atau
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E.
3 Kategori Anak 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZE(S) / 4-10HR
4 TB MDR Km – Eto – Lfx – Cs – Z-(E) – (H) / Eto – Lfx – Cs – Z - (E) - (H)
5 XDR Eto – Cs – PAS – Z – (E) –Bdq – Lnz– Cfz/Eto – Cs – PAS – Z – (E) – Lnz– Cfz
Note :
Etambutol tidak diberikan jika terbukti sudah resistan
Piridoxin (vit. B6) ditambahkan pada pasien yang mendapat sikloserin, dengan dosis 50 mg untuk setiap 250
mg sikloserin
26. TERAPI TBC
Kondisi Khusus
Kondisi Catatan Keterangan
Hamil KI : Streptomisin Menyebabkan ototoksik
permanen
Penggunaan
KB
Gunakan KB mekanik (kondom) atau
estrogen dosis tinggi
Rifampisin menyebabkan
kegagalan obat TB
HIV Terapi TB selama 2-8 minggu, baru di
ikuti terapi HIV bersamaan
Berikan profilaksis INH
seumur hidup
Hepatitis KI : Pirazinamid
Terapi hepatitis terlebih dahulu
hingga ada perbaikan hepar
Gunakan regimen tanpa
Pirazinamid
Ginjal KI : Streptomisin & Etambutol
DM Hindari Etambutol
27. TBC
Jika pasien putus obat…………
Berhenti minum obat
selama < 2 minggu
Lanjut pengobatan sesuai jadwal
Berhenti minum obat
selama > 2 minggu:
≥ 4 bulan (BTA -) Stop pengobatan
≥ 4 bulan (BTA +) Gunakan rejimen kambuhan
< 4 bulan (BTA +) Ulang pengobatan dari awal dengan
rejimen yang sama
< 4 bulan (BTA -) Lanjut pengobatan sesuai jadwal
29. ISK
Jenis ISK Gejala Terapi
Pielonefritis akut • ISK sudah menginfeksi ginjal
• Gejala demam tinggi sampai dan
nyeri panggul
1st line : Cipro (7 hari)/ levo (5
hari)
2nd line : trimethoprim
sulfametoksazol (14 hari)
Sistitis akut tanpa
komplikasi
• Demam, susah BAK, nyeri di ahir
BAK, nokturia, nyeri suprapubik
1st line : trimethoprim
sulfametoksazol (3 hari)
2nd line : nitrofurantoin (5 hari)
atau fosfomisin (1 hari),
amoksisilin klavulanat (3 hari)
Sistitis akut dengan
komplikasi
Obatnya sama dengan sistitis akut tanpa komplikasi, namun durasinya
lebih lama (7-10 hari)
Reccurent Terjadi 2-3 kali dalam setahun
1st : Kotrimoksazole / Nitrofuratoin (6 bulan)
ISK pada ibu hamil • Pilihannya amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, sefaleksin
• Nitrofurantoin diberikan dengan peringatan (tidak boleh diberikan
36. HIV AIDS
Protease
inhibitor
NRTI NNRTI Fusio
inhibitor
INSTI
1. Atazanavir
(ATV)
2. Darunavir
(DRV)
3. Fosamprenavi
r (FPV)
4. Indinavir (IDV)
5. Lopinavir
(LPV)
6. Nelvinavire
(NFV)
1. Abacavir
(ABC)
2. Didanosin
(ddI)
3. Emtricitabin
e (FTC)
4. Lamivudin
(3TC)
5. Stavudin
(d4T)
6. Tenovofir
1. Delavirdin
e (DLV)
2. Efavirenz
(EFV)
3. Etravirine
(ETR)
4. Nevirapin
e (NVP)
5. Rilpivirine
(RPV)
1. Enfufirtid
e (T-20)
2. Maraviroc
(MVC)
1. Dolutegravi
r (DTG)
2. Elvitegravir
(EVG)
3. Raltegravir
(RGV)
Golongan Obat Antiretroviral
37. HIV AIDS
Terapi Lini Pertama ARV pada Pasien > 5 tahun, dewasa, ibu
hamil dan menyusui, ODHA ko-infeksi hepatitis B, ODHA dg
TB
Note :
a Jangan memulai TDF jika creatine clearance test (CCT) hitung < 50 ml/menit, atau pada
kasus diabetes lama, HT tak terkontrol dan gagal ginjal
b Jangan memulai dg AZT jika Hb < 10 g/dL sebelum terapi
c Kombinasi 3 dosis tetap (KDT) yang tersedia: TDF + 3TC + EFV
Obat ARV : 2 NRTI + 1 NNRTI
1st Tenofovir + Lamivudin / Emtricitabine + Evafirenz dalam
bentuk KDTc
Alternatif Zidovudine + Lamivudine + Evafirenz/nevirapine
Tenofovir + Lamivudine / Emtricitabine + Neviravine
38. HIV AIDS
Lini pertama untuk anak usia < 5 thn
Note :
a Zidovudin merupakan pilihan utama namun jika Hb anak < 7,5 g/dl pertimbangkan
Stavudin (d4T)
b Dengan adanya risiko efek samping pd penggunaan d4T jangka panjang, pertimbangkan
mengubah d4T ke AZT (bila Hb anak ≥ 10 g/dL) setelah pemakaian 6-12 bulan. Bila
terdapat efek anemia berulang maka dapat kembali ke d4T
c Tenofovir saat ini dapat digunakan pada anak usia > 2 tahun. Selain itu perlu
dipertimbangkan ES osteoporosis pada tulang anak yg sedang bertumbuh krn
penggunaan ARV diharapkan tidak mengganggu pertumbuhan tinggi badan.
d EFV dapat digunakan pd anak ≥ 3 thn atau BB ≥ 10 kg, jangan diberikan pd anak dg
Pilihan NRTI ke-1 Pilihan NRTI ke-2 Pilihan NNRTI
Zidovudin (AZT)a
Lamivudin (3TC)
Nevirapin (NVP)
Stavudin (d4T)b Efavirenz (EFV)d
Tenofovir (TDF)c
39. HIV AIDS
Terapi Lini kedua
Populasi Target Paduan ARV yang
digunakan
pada lini pertama
Paduan lini kedua pilihan
Dewasa dan
remaja ( 10
tahun)
Berbasis zidovudine /
stavudine
Tenofovir +
lamivudine/emtricitabine +
lopinavir
Berbasis tenofovir Zidovudine + lamivudine + lopinavir
HIV dan Ko infeksi
TB
Berbasis zidovudine /
stavudine
Tenofovir +
lamivudine/emtricitabine +
lopinavir dosis ganda
Berbasis tenofovir Zidovudine + lamivudine + lopinavir
dosis ganda
40. HIV AIDS
Toksisistas dan Substitusi ARV
ARV Efek Samping / Toksisitas Subtitusi
TDF Disfungsi tubulus ginjal, Sindrom Fanconi,
Osteoporosis, Asidosis Laktat
Dewasa : AZT
Anak : ABC
AZT Anemia, miopati, lipoatrofi atau lipodistrofi,
intoleransi sal.cerna berat, asidosis laktat,
hepatomegali
Dewasa : TDF
Anak : d4t / ABC
d4T Neuropati periper, lipoatropi atau lipodistrofi,
asidosis laktat, hepatomegaly, pankreatitis
akut
Dewasa : AZT/TDF
Anak : AZT/ABC
3TC Sakit Kepala, Pankreatitis
EFV Toksisitas susunan saraf pusat persisten
(mimpi buruk, depresi, kebingungan,
halusinasi, psikosis), hepatotoksik, kejang,
ginekomastia, dislipidemia
NVP
NVP Hepatotoksik, hipersensitivitas obat, sindrom EFV
41. HIV AIDS
PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
Pemberian ARV bagi ODHA
Hamil
Profilaksis ARV bagi Bayi
Profilaksis Opportunistik
• Ibu Hamil dengan Infeksi HIV harus
diberi ARV, tanpa melihat jumlah
CD4+
• Semua jenis ARV aman untuk ibu
hamil kecuali efavirenz pada
trimester pertama
Mulai diberikan pada usia
6-12 jam setelah lahir atau
setidaknya < 72 jam
Tidak Asi : Zidovudine
6 minggu
Asi : Zidovudine +
Nevirafine 6 minggu
Diberikan sejak usia 6
minggu sampai terbukti
tidak terinfeksi
42. HIV AIDS
PENCEGAHAN PASCA PAJANAN (PPP)
Orang yang
Terpajan
Panduan ARV
Remaja dan Dewasa Pilihan TDF + 3TC + LPV/r
Alternatif TDF + 3TC + EFV
AZT + 3TC + LPV/r
Anak <10 Tahun Pilihan AZT + 3TC + LPV/r
Alternatif TDF + 3TC + LPV/r
Dapat menggunakan
EFV/NVR untuk NNRTI
44. Cacing Gelang
(Ascariasis
lumbricoides)
Cacing Cambuk
(Tri huris
trichiura)
Cacing Tambang
(Ancylostoma
duodenale/Necato
r americanus)
Cacing Kremi
(Enterebius
fermikularis)
Cacing Pita
(Taenia)
Filariasis
(Wuchereria
bancrofti, Brugia
malayi, Brugia
timori).
1. aMebendazol
2. bAlbendazole
3. cPirantel
pamoat
4. Piperazine
5. dLevamisole
1. Mebendazole
2. Albendazole
3. Pirantel
pamoat
1. Mebendazole
2. Albendazole
3. Pirantel
pamoat
1. Pirantel pamoat
2. Mebendazole
3. Piperazine
1. Praziquantel
2. Niclosamid
3. Albendazol
(kista hydatid)
1. eDietilkarbama
zin
2. Dietilkarbamaz
in+
albendazole
Note :
1. a Untuk usia >2tahun 3x100 mg selama 3 hari.
2. bUsia 1-2 tahun 200 mg dan usia >2 tahun 400 mg dosis tunggal.
3. cUsia 6 bulan-2 tahun 125 mg, >2-6 tahun 250 mg, >6-12 tahun 500 mg, >12 tahun 750 mg dan dewasa 1000 mg.
4. dDewasa
5. eterapi pengobatan 3x100 mg selama 12 hari berturut-turut
Infeksi Parasit
45. OBAT CACING
Obat Mekanisme Kerja Efek Samping Catatan
Mebendazole Menghambat uptake glukosa
sehingga cacing tidak bisa
menghasilkan energy
mual, muntah, diare dan nyeri
perut yang bersifat ringan. Pada
dosis tinggi sehingga ada efek
sistemik dapat terjadi
agranulositosis, alopesia,
peningkatan enzim hati dan
hipersensitivitas
Sebelum ditelan sebaiknya
tablet dikunyah lebih dulu
Ibu Hamil dihindari
(teratogenik)
Tidak digunakan untuk
anak <2 tahun
Albendazole Menghambat uptake glukosa
sehingga cacing tidak bisa
menghasilkan energy
rasa tidak nyaman di lambung,
mual, muntah, diare, nyeri
kepala, pusing, sulit tidur dan
lesu, alopepsia, gangguan darah
KI : sirosis Hati
Absorbsi meningkat bila
diberikan dengan makanan
berlemak
Pirantel Pamoat Menghambat kolinesterase
sehingga mengakibatkan
kelumpuhan pada cacing
mual, muntah, diare, kram
perut, pusing, mengantuk, nyeri
kepala, susah tidur, demam,
lelah, peningkatan enzim hati
Alternatif untuk pediatric
Peringatan : Penyakit hati
Diberikan bersama asam
folat
Ivermectin Menghambat glutamatergik
sehingga terjadi kelumpuhan
pada cacing
Sindrom mata merah, mual,
muntah, diare, ruam dan nyeri
otot, hipotensi, takikardia,
edema periper
46. Infeksi Malaria
Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang ditularkan melalui nyamuk anopheles betina
Malaria Falsiparum.
• Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis
malaria ini paling sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.
Malaria Vivaks.
• Disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari.
Malaria Ovale.
• Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan. Pola demam seperti pada
malaria vivaks.
Malaria Malariae.
• Disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari.
Malaria Knowlesi.
• Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam menyerupai malaria falsiparum.
47. Infeksi Malaria
Note: Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan dan ibu hamil
Anak dan Ibu hamil Doksisiklin digantikan dengan Klindamisin
Jenis malaria Lini pertama Lini kedua
Falciparum DHP (14 hr) + primakuin 0,25 mg/kg 1 hari Kina +
Doksisiklin/Tetrasiklin +
Primakuin
Knowlesi DHP(14 hr) + primakuin 0,25 mg/kg 1 hari
Vivax DHP + primakuin 0,25 mg/kg (14 hr),
Jika kambuh tingkatkan dosis primakuin mjd 0,5 mg/kg
(pantau enzim G6PD)
Kina + Primakuin
Ovale DHP + primakuin 0,25 mg/kg (14 hr)
malariae DHP 1 kali perhari selama 3 hari
Malaria pada ibu
hamil
DHP 1 kali perhari selama 3 hari
Terapi malaria non komplikasi
Terapi malaria berat
Puskesmas Artesunat intramuscular
RS Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak
tersedia dapat diberikan kina drip
49. Pengobatan Malaria Pada Ibu Hamil
• Pengobatan Malaria Falsiparum pada ibu Hamil
• Pengobatan Malaria Vivaks pada Ibu Hamil
50. Obat Malaria
Antimalaria Mekanisme Kerja Efek Samping Catatan
Antifolat
- Pirimetamine
- Proguanil
- Sulfonamide
Menghambat enzyme
dihidrofolat
reductase
Anemia megaloblastik Kategori : C
4-Aminoquinoline
- Amodiaquine
- Chloroquine
- Hidroxychloroq
uin
Menghambat
perubahan heme
menajdi hemozoine,
heme bersifat toksik
bagi plasmodium
Retinopaty permanen, defisiensi G6PD,
anemia hemolitik, mual, muntah, sakit perut,
diare dan gatal-gatal.
Kategori : C
KI : Defisiensi G6PD, ggn hati
8-Aminoquinoline
- Primaquine
Menganggu
mitokondria
plasmodium dan
meningkatkan
oksigen radikal
Anemia hemolitik, blackwater fever,
Anoreksia, mual, muntah, sakit perut, dan
kram, Sakit pada lambung/perut dapat
dihindari jika minum obat bersama makanan.
Kejang-kejang/gangguan kesadaran. defisiensi
G6PD
Kategori ; D
KI : Defisiensi G6PD,
kehamilan, anak <1 tahun,
aktif RA dan penyakit lupus
Kina
- Quinine
- Quinidine
Menghambat
perubahan heme
menjadi hemozoin
biokristalisasi di
jalur detoksifikasi
Defisiensi G6PD, trombositopenia, blackwater
fever, myasthenia gravis, perpanjangan QT,
kardiotoksik, hipoglikemia, Sindrom
Cinchonism: tinitus/telinga berdenging,
gangguan
pendengaran, vertigo/dizzines/sempoyongan
Kategori : C
KI: Defisiensi G6PD
51. Meningitis
Profilaksis
pada
Meningitis
Rifampisin : dewasa 600mg/12jam selama 2 hari; anak 1-6 tahun : 10mg/kgBB/12jam selama 2 hari;a nak
3-11 bulan 5mg/kgBB/12jam selama 2 hari.
Siprofloksasin : dewasa 500 mg dosis tunggal.
Seftriakson : dewasa 250mg intramuskuler dosis tunggal; anak <15tahun 125mg intramuskuler dosist
unggal
Meningitis
Kriptokokus
Minggu 1-2 (induksi):
• Ampoterisin B 0,7-1 mg/KgBB/hari dalam infus Dekstrose 5% dan diberikan 4-6 jam + Flukonazole
800mg/hari (PO) Atau
• Fluconazole 800-1200mg/hari (PO) selama 2 minggu
Minggu 3-10 (Konsolidasi): Flukonazole 800mg/hari(PO)
Meningitis
Bakterial
Anak dan Dewasa : Ampisilin + Kloramfenikol
Neonatus : Ceftriaxone
Abses Otak Penisilin G + Kloramfenikol/Metronidazole + Ceftriaxone
Sepsis
Neonatus < 48 Jam Benzil pensilin + Gentamisin atau
Amoksisilin / ampisilin + sefotaksim
Neonatus >48 jam Flukosasilin + gentamisin atau
Amoksisilin / ampisilin + sefotaksim
Anak 1 bulan - 18
tahun
Aminoglikosida + amoksisilin / ampisilin atau
Sefotaksim / seftriakson tunggal
Anak 1 bulan - 18
tahun
Seftrazidim, tikarsilin, piperasilin, imipenem atau meropenem
53. MEKANISME KERJA ANTI FUNGI
Secara Mekanisme
Kerja dibagi
menjadi 5 :
• Azole
• Polyene
• Flucitosine
• Allylamine
• Echinocandins
54. Golongan Nama Obat Mekanisme Kerja Efek Samping
Azole
Imidazole Clotrimazole,
Ketokonazole,
Miconazole Memblokir enzim P450 jamur dan
mengganggu sintesis ergosterol
Toksisitas rendah.
Azole merupakan
inhibitor CYP3A4
sehingga cenderung
meningkatkan obat
lain.
Triazole Itrakonazole,
Flukonazole,
Vorikonazole,
Isavukonazole,
Posakonazole
Polien Amfoterisin B,
Nystatin
Mengikat ergosterol dan mengubah
permeabilitas sel dengan membentuk
pori-pori terkait amfoterisin B dalam
membrane sel
Demam, mengigil,
kejang otot, muntah,
sakit kepala, hipotensi,
toksisitas ginjal.
Flucitosin 5 Flourocitosine Mengganggu sintesis DNA dan RNA
secara selektif dalam jamur
Anemia, leukopenia,
dan trombositopenia
Echinocandins Caspofungin,
Micafungin,
Anidulafungin
Bekerja pada tingkat dinding sel jamur
dengan menghambat sintesis β (1-3) –
glucan yang mengakibatkan
terganggunya dinding sel jamur dan
Efek gastrointestinal
minor, kemerahan
55. INFEKSI JAMUR
Jenis Tinea Lokasi Penataksanaan
Tinea Kapitis Kulit dan rambut kepala • Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topical, yaitu
Krim :
Klotrimazole
Mikonazole
Terbinafin
Diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu
untuk mencegah rekurensi
• Untuk yang tersebar luas atau resistensi terhadap terapi
topical, dilakukan pengobatan sistemik, yaitu :
Griseofulvin 0,5-1 gr/hari (dewasa) atau 0,25-
0,5g/hari (anak) terbagi dalam 2 dosis
Gol Azole, seperti : ketokonazol 200mg/hari;
itrakonazole 100mg/hari atau
Terbinafin 250mg/hari.
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari
setelah makan
Tinea barbae Dagu dan jenggot
Tinea kruris Daerah genitokrural,
sekitar anus, bokong, dan
perut bagian bawah
Tinea pedis Kaki dan tangan
Tinea
unguium
Kuku jari tangan dan kaki
Tinea
Korporis
Bagian lain yang tidak
termasuk bentuk 5 tinea
diatas. Bila terjadi di
seluruh tubuh disebut
dengan tinea imbrikata
Tinea Tampak bercak putih • Topical : Suspense selenium sulfide 1,8% dalam bentuk
56. INFEKSI JAMUR
Jenis Tatalaksana
Candidiasis Orofaring 1st : Klotrimazole Troches atau Nistatin tetes 2nd : Flukonazole
Candidiasis Vaginitis 1st : Nistatin Ovula atau Klotrimazole Ovula
Histoplamosis
Pumonary
1st : Itrakonazole 2nd : Flukonazole
Blastomikosis Ringan : Itrakonazole
Berat : Amfoterisin B dilanjutkan Itrakonazole
Infeksi CNS : Amfoterisin B dilanjutkan Flukonazole / Itrakonazole
C,Albicans, C.
Tropicalis
Flukonazole + Echinocandine
C. Krusei Amfoterisin
Toksoplamosis Umum
1st : Sulfasalazine + Pirimetamin
2nd : Pirimetamine + Klindamisin atau Kotrimoksazole
Ibu Hamil
1st : Spiramisin
Meningocryptococus 1st : Amfoterisin B + Flucitosine
dilanjutkan fluconazole
nd
57. INFEKSI GIGI DAN MULUT
• Kandidiasis Mulut
Penatalaksanaan : Gentian Violet 1% atau Nistatin 100.000-
200.000 IU/mL yang dioleskan 2-3 kali sehari selama 3 hari
•Ginggivitis dan Abses gigi
Penisilin G prokain / Penisilin V
60. JADWAL DAN JENIS VAKSIN
Imunisasi Dasar
Umur Jenis Interval Minimal untuk
jenis Imunisasi yang sama
0-24 Jam Hepatitis B
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT-HB-HiB 1, Polio 2
1 Bulan
3 Bulan DPT-HB-HiB 2, Polio 3
4 Bulan DPT-HB-HiB 3, Polio 4, IPV
9 Bulan Campak
Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi
61. JADWAL DAN JENIS VAKSIN
Imunisasi Lanjutan
Umur Jenis Interval Minimal setelah Imunisasi Dasar
18 Bulan
DPT-HB-HiB 12 Bulan dari DPT-HB-HiB 3
Campak 6 Bulan dari Campak dosis pertama
Tabel 2. Jadwal ImunisasiLanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
62. MACAM-MACAM VAKSIN WAJIB
Polio
Polio adalah penyakit
lumpuh layu yang
disebabkan oleh virus
Polio liar yang dapat
menimbulkan kecacatan
atau kematian
Ada 2 Tipe vaksin Polio,
yaitu, Vaksin hidup oral
dan vaksin yang
diinaktivasi
Hepatitis
B
Bertujuan untuk
memberikan
perlindungan dan
mengurangi insiden
timbulnya penyakit hati
kronik dan karsinoma
hati
Setelah dilarutkan vaksin
harus segera disuntikkan
ke pasien (tidak boleh
lebih dari 30 menit
setelah vaksin dilarutkan)
Vaksin Hepatitis B
mengandung HbsAg
yang telah dimurnikan
Bacillus
Calmette-
Guerin
(BCG)
Merupakan strain hidup
Mycobacterium bovis
yang dilemahkan untuk
menimbulkan kepekaan
terhadap M.
tuberculosis.
Diberikan secara
intradermal dan akan
meninggalkan jaringan
parut (scar) yang kecil
dan rata
Campak
Mengandung virus
campak hidup yang
dilemahkan
Pemberian vaksin
campak pada anak
dapat menimbulkan
sindrom yang
menyerupai campak
dan demam
63. DTP
Imunisasi primer terhadap Difteri, Tetanus
dan Pertusis (batuk rejan)
- Difteri dapat menyebabkan pembengkakan
jalan nafas serta mengeluarkan racun yang
dapat melumpuhkan otot jantung.
- Tetanus mengeluarkan racun yang
menyerang syaraf otot tubuh, sehingga
otot menjadi kaku, sulit bergerak dan
bernafas
- Pertusis berat dapat menyebabkan infeksi
saluran nafas berat (pneumonia)
HiB
Vaksin Hemopgilus Influenzae tipe b
diberikan dalam seri 3 dosis interval 1
bulan
Diberikan bersamaan dengan imunisasi
primer anak terhadap difteri, tetanus,
pertussis dan vaksin polio yang di
inaktivasi.
64. MACAM-MACAM VAKSIN PILIHAN
Measles,
Mumps,
Rubela (MMR)
Vaksin MMR bertujuan
untuk mencegah Measles
(campak), Mumps
(gondongan) dan Rubela
merupakan vaksin kering
yang mengandung virus
hidup, harus disimpan
pada suhu 2–80C atau
lebih dingin dan
terlindung dari cahaya
Vaksin harus
digunakan dalam
waktu 1 (satu) jam
setelah dicampur
dengan pelarutnya
Tifoid
Penyimpanan pada
suhu 2 – 8C, jangan
dibekukan
Kadaluwarsa dalam
3 tahun
Varisela
Penyimpanan pada
suhu 2–8C
Vaksin virus hidup
varisela-zoster yang
dilemahkan
terdapat dalam
bentuk bubuk
kering
Hepatitis A
Vaksin dibuat dari
virus yang
dimatikan
(inactivated
vaccine)
Vaksin diberikan 2
kali, suntikan kedua
atau booster
bervariasi antara 6
sampai 18 bulan
setelah dosis
pertama,
tergantung produk
65. Influenza
Vaksin influenza
mengandung virus yang
tidak aktif (inactivated
influenza virus). Vaksin
influenza mengandung
antigen dari dua sub
tipe virus, influenza A
dan satu sub tipe virus
influenza B
hipersensitif
anafilaksis
terhadap protein
telur jangan diberi
vaksinasi influenza
Pneumokokus
Terdapat dua macam vaksin
pneumokokus yaitu vaksin
pneumokokus polisakarida
(Pneumococcal
Polysacharide Vaccine/PPV)
dan vaksin pneumokokus
konyugasi (Pneumococcal
Conjugate Vaccine/PCV)
Kadaluwarsa dalam
3 tahun
Rotavirus
Terdapat dua jenis
Vaksin Rotavirus
(RV) yang telah ada
di pasaran yaitu
vaksin monovalent
dan pentavalent
Vaksin monovalent
oral berasal dari
human RV vaccine
RIX 4414,
sedangkan Vaksin
pentavalent oral
merupakan
kombinasi dari
strain yang
diisolasi dari
human dan bovine
Human
Papillomavirus
(HPV)
Vaksin HPV
berpotensi untuk
mengurangi angka
morbiditas dan
mortalitas yang
berhubungan
dengan infeksi HPV.
Terdapat dua jenis
vaksin HPV yaitu
Vaksin bivalen dan
Vaksin quadrivalen
66. Herpes Zoster
Bertujuan untuk
mencegah penyakit
Herpes zoster dan nyeri
pasca herpes (NPH).
Herpes zoster adalah
penyakit infeksi akibat
reaktivasi dari virus cacar
air (Virus Varicella Zoster)
yang menyerang saraf dan
biasanya ditandai dengan
ruam kulit.
Setelah dilarutkan
vaksin harus segera
disuntikkan ke pasien
(tidak boleh lebih
dari 30 menit setelah
vaksin dilarutkan)
Dengue
Vaksin Dengue adalah
jenis virus dari group
Flavivirus yang
mempunya 4 sero
tipr, Dengue1,
Dengue2, Dengue3
dan Dengue4
Kontra Indikasi :
Riwayat alergi
terhadap ragi
67. PENYIMPANAN VAKSIN
Vaksin
Provinsi Kab/Kota PKM/Pustu Bides/UPK
Masa Simpan Vaksin
2 Bln + 1 Blm 1 Bln + 1 Bln 1 Bln + 1 Mg 1 Bln + 1 Mg
Polio -15C s.d -25C
DPT-HB-Hib
2C s.d 8C
DT
BCG
Campak
Td
IPV
Hepatitis B Suhu Ruang
Catatan :
Penyimpanan pelarut vaksin
pada suhu 2°C s.d. 8°C atau
pada suhu ruang terhindar
dari sinar matahari langsung.
Sehari sebelum digunakan,
68. Vaccine Vial Monitor (VVM)
A ke kondisi B harus
digunakan terlebih dahulu
meskipun masa
kadaluwarsanya masih lebih
panjang.
Vaksin dengan kondisi VVM
C dan D tidak boleh
digunakan
69. Pemakaian Vaksin Sisa
Jenis Vaksin Masa Pemakaian Keterangan
Polio 2 Minggu Cantumkan tanggal
pertama kali vaksin
digunakan
IPV 4 Minggu
DT 4 Minggu
Td 4 Minggu
DPT-HB-HiB 4 Minggu
BCG 3 Jam Cantumkan waktu
vaksin dilarutkan
Campak 6 Jam
Masa Pemakaian Vaksin Sisa
Beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi adalah:
a. Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
b. VVM dalam kondisi A atau B
c. Belum kadaluwarsa
d.Tidak terendam air selama
penyimpanan
e.Belum melampaui masa pemakaian
70. DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes, 2011, Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, Jakarta :
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Permenkes RI, No, 2406/Menkes/Per/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik.
Permenkes RI No, 5 Tahun 2013 Tentang Pedoman Tatalaksana Malaria.
Kemenkes RI, 2016, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. Jakarta :
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Permenkes RI No. 13 Tahun 2013 Tentang Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian
Tuberkulosis Resistensi Obat.
Permenkes RI No. 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis
Permenkes RI No. HK. 01. 07/Menkes/90/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tataksana HIV.
IDI, 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
Permenkes RI. No. 53 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Hepatitis Virus.
Permenkes RI No. 15 tahun 2017 Tentang Penanggulangan Cacing.
Perdossi, 2017, Pedoman Praktis Klinis Neurologi.