3. ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Infeksi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran
kemih Kuman mencapai saluran kemih melalui cara
hematogen dan ascending
4. ISK (Infeksi Saluran Kemih)
kasus >>>
Etiologi :
E.coli penyebab paling >>> (80%)
ISK -.Sistitis akut tanpa komplikasi,
-.Pielonefritis
-.Prostatitis
6. Farmakologik :
Antiseptik saluran kemih efektif penyembuhan
ISK ringan tanpa komplikasi,
tapi TIDAK untuk ISK dengan gejala sistemik (+)
Pada tahap akut tanda-tanda infeksi sistemik (+)
antimikroba sistemik
7. Antimikroba untuk infeksi sistemik:
1. Kombinasi Trimetoprim-sulfametoksazol
2. Fluoroquinolon
3. Golongan Betalactam Penisillin dan
sefalosporin
4. Aminoglycosida
ANTIMIKROBA YANG SERING DIGUNAKAN DALAM
ISK
8. Antiseptik saluran kemih:
1. Nitrofurantoin
2. Methenamin
3. Fosfomycin
Jenis antiseptik saluran kemih yang banyak beredar:
1. Pipemidic Acid/ (Asam Pipemidinat),
2. Nalidixic Acid (Asam Nalidiksinat), dan
3. Phenazopyridine HCl
ANTIMIKROBA YANG SERING DIGUNAKAN DALAM
ISK
10. Spectrum: Luas, terutama bakteri Gram (-),
Bersifat : bakterisid
Sinergisme antimikroba
Mekanisme kerja: Blokade pada tahapan yang
berurutan pada jalur reaksi enzimatis sintesa asam
folat.
Trimetoprim-sulfametoksazol
(Co-trimoxazole )
11. Mekanisme kerja :
Trimetoprim-sulfametoksazol
(Co-trimoxazole )
pteridin + PABA
Dihydrofolic acid
Tetrahydrofolic acid
Sintesis asam amino, purin dan pirimidin
sulfonamid
trimetoprim
Enzim Dihidropteroat
sintetase
Enzim Dihidrofolat
reduktase
12. Farmakokinetik :
Trimetoprim diabsorpsi lebih cepat dibanding
sulfametoksazol.
Pemberian secara bersamaan akan memperlambat
absorpsi sulfametoksazol
Konsentrasi puncak trimetoprim 2 jam dan
Sulfametoksazol 4 jam.
T ½ trimetoprim 11 jam dan sulfametoksazol 10 jam.
13. Farmakokinetik :
Trimetoprim cepat terdistribusi dan
terkonsentrasi ke dalam jaringan
40 % trimetoprim terikat dengan protein
plasma
65% sulfametoksazol terikat protein plasma
Ekskresi melalui urin: trimetoprim
60%,sulfonamid 25-50 %.
15. Perbandingan dosis Sulfametoxazole :
trimethoprim, 5 : 1 (dalam 2 dosis terbagi)
Sebagian besar ISK menunjukkan perbaikan
dengan cotrimoxazole
Penelitian menunjukkan angka kesembuhan
lebih besar pada pengobatan dengan
cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin
Trimetoprim-sulfametoksazol
(Co-trimoxazole)
16. QUINOLON :
Mempunyai aktivitas antimikroba yang luas, baik
untuk bakteri gram negatif dan gram positif.
Efek samping relatif kecil dan resistensi tidak cepat
berkembang.
Aktivitas BAKTERISID
17. KLASIFIKASI :
1. Generasi pertama
Asam nalidiksinat dan Asam pipemidinat
Hanya digunakan pada ISK tanpa komplikasi
2. Generasi kedua
Senyawa fluorokuinolon siprofloksasin,
norfloksasin, pefloksasin, ofloksasin, levofloksasin
3. Long acting
sparfloksasin, trovafloksasin, grevafloksasin
dosis 1x sehari, spektrum yang lebih luas.
18. Farmakokinetik :
Absorpsi secara oral baik
BA >50%
Distribusi luas di jaringan tubuh
Kadar puncak dalam serum dicapai dalam
waktu 1-3 jam pada dosis 400mg.
Adanya makanan tidak mengganggu
absorpsi, namun dapat menunda tercapainya
konsentrasi puncak dalam serum.
19. Efek samping :
Mual, muntah, rasa tidak enak pada perut.
Sekit kepala
Ruam
Reaksi fotosensitivitas
20. Resistensi
Resistensi terhadap quinolon timbul selama terapi
melalui mutasi pada gen kromosom bakteri yang
mengkodekan DNA Girase atau Topoisomerase IV.
Atau melalui transport aktif obat tersebut keluar dari
bakteri.
21. Mekanisme kerja:
1. Menghambat topoisomerase II (= girase DNA)
berperan dalam DNA selama transkripsi.
2. Menghambat topoisomerase IV berperan
selama pemisahan terbentuk kromosom
setelah replikasi DNA.
FLUOROQUINOLON
23. Spektrum:
-. Terutama bakteri Gram (-)
-. P. aeruginosa (hanya ciprofloxacin)
-. Kurang aktif terhadap Gram (+) (kecuali
moksifloksasin)
-. Aktif terhadap anaerob
Efek samping:
-.gastro-intestinal dan SSP, phototoxicity,
-.perpanjangan interval QT
-.Tendinitis, hepatotoksisitas
Kontraindikasi: wanita hamil dan anak-anak
FLUOROQUINOLON
24. Dosis: Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis.
Sekitar 50% bakteri penyebab ISK resisten
terhadap amoxicillin.
obat ini masih dapat diberikan pada ISK dengan
bakteri yang sensitif
Diindikasikan pada saluran kemih dengan infeksi
sistemik karena kuman betalaktamase, gram (-)
Amoxicilin
25. Cephalosporin cefixime atau cephalexin.
Cephalexin:
sama efektif dengan co-trimoxazole
lebih mahal, spectrum luas
Dapat mengganggu bakteri normal usus atau
menyebabkan berkembangnya jamur (Candida sp.)
Cephalosporin
26. Cephalosporin
Dosis : berat badan > 40 kg = 0,5-1 gram, 2 x sehari.
ANAK : < 1 thn = 25 mg/kg/hr dalam dosis terbagi.
ANAK: 1-6 thn = 250 mg, 2 x sehari.
ANAK : > 6 thn = 500 mg, 2 x sehari.
27. DIURETIK
Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin
(diuresis) dengan menghambat reabsorpsi
natrium dan air dari tubulus ginjal.
Kebanyakan reabsorpsi natrium dan air terjadi di
sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal
Diuretik dapat mempengaruhi satu atau lebih
segmen tubulus ginjal
28. Pembagian diuretik
1. Benzotiadiazid
2. Diuretik Kuat
3. Diuretik hemat kalium
4. Penghambat karbonik
anhidrase
2. Diuretik osmotik1. Penghambat mekanisme
transport elektrolit di dalam
tubulus ginjal
29. BENZOTIADIAZID (TIAZID)
Farmakodinamik menghambat reabsorpsi
NaCl di tubulus contortus distal dengan
memblok Na+ dan Cl+ transpotter sehingga
ekskresi Na+ dan Cl+ ↑
Tiazid dapat mengurangi kecepatan GFR
30. BENZOTIADIAZID (TIAZID)
Tiazid dapat meningkatkan kadar asam urat
dengan me↑ reabsorpsi di tubulus proksimal
atau dengan menghambat ekskresi
Hidroklorotiazid prototype
31. Farmakokinetika :
Diberikan per oral
Waktu paruh yg berbeda pada masing golongan
t ½ HCT : 10-12 jam
ES: ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemi,
hipomagnesemia, hiperkalsemia,
hipokloremia, hiperuresemia, hiperglikemia,
kolesterol , lipoprotein , trigliserida
32. Farmakokinetika :
Interaksi Obat:
Indometasin dan AINS mengurangi efek tiazid
Probenesid menghambat sekresi tiazid
masuk ke lumen tubulus
Indikasi: Hipertensi, Gagal jantung, Edema,
Diabetes insipidus
Kontraindikasi: gagal ginjal
33. DIURETIK KUAT (LOOP DIURETIC)
Termasuk dalam kelompok ini:
Furosemid
Torsemid
Asam etakrinat
Bumetanid
34. DIURETIK KUAT (LOOP DIURETIC)
Mekanisme kerja :
Bekerja di ansa henle asenden
menghambat kotransport Na+ , K+ , Cl- dan menghambat
resorpsi air dan elektrolit
potensial lumen berkurang ekskresi Mg, Ca ↑
Efek yang sangat kuat dibanding dengan diuretik lain
38. SPIRINOLAKTON
Merupakan antagonis aldosteron
Mekanisme kerja : Memblok reseptor cytoplasmik
aldosteron di dalam colecting tubulus ginjal sehingga
terjadi peningkatan ekskresi garam dan air
39. Farmakokinetika
Absorpsi sebagian kira-kira 65%
Dimetabolisme secara ekstensif
Mengalami resirkulasi enterohepatik
Berikatan kuat dengan protein
T1/2 singkat: 1- 6jam
Metabolit aktifnya : kanrenon t1/2: 16,5 jam
40. EFEK SAMPING
Hiperkalemia
Induksi asidosis metabolik pada pasien sirosis
Ginekomastia, Impotensi turunnya libido, Hirsutisme, suara
memberat, ketidakteraturan menstruasi
Gangguan saluran cerna: diare, gastritis, perdarahan lambung dan
tukak peptik
Gangguan SSP: rasa ngantuk, lesu, ataksia, kebingungan , sakit
kepala.
41. TRIAMTEREN DAN AMILORID
Mekanisme kerja : Mengurangi atau menghambat
pertukaran Na-K pada tubuli distal dengan
mengurangi permeabilitas membran
Farmakokinetik:
absorbsi melalui sal cerna baik
Hanya diberikan per oral
EFEK SAMPING: hiperkalemia, biasanya digunakan
bersama tiazid untuk mengurangi efek samping
44. Diuretik Osmotik
Mekanisme kerja: meningkatkan
osmolalitas (konsentrasi) plasma dan cairan
dalam tubulus ginjal Natrium, kalium,
dan air diekskresikan.
45. Diuretik Osmotik
Indikasi:
Utk mencegah progresivitas gagal ginjal,
mengurangi tek intrakranial, me TIO
Efek samping: ketidakseimbangan cairan &
elektrolit, mual, muntah, takikardia
49. Penghambat Karbonik Anhidrase
• Enzim karbonik anhidrase mengkatalisis reaksi
CO2 + H2O H2CO3
Terdapat dalam korteks ginjal, pancreas, mukosa
lambung, mata, eritrosit, SSP
50. Penghambat Karbonik Anhidrase
• MEKANISME KERJA : Menghambat secara
nonkompetitif enzim karbonik anhidrase pada sel
epitel tubulus proksimal pe konsentrasi ion H+
peningkatan eksresi dari bikarbonat, natrium,
air dan kalium . Reabsorpsi air akan me
Volume urin ↑
51. Penghambat Karbonik Anhidrase
Dipakai utk me TIO , Paralisis periodik
Absorpsi peroral baik
Efek samping: ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, asidosis metabolik, mual, muntah,
anoreksia, bingung, hipotensi ortostatik, dan
kristaluria, Anemia hemolitik dan batu ginjal
53. Anti Diuretik
1. ADH (ANTI DIURETIK HORMON)
- vasopresin (alamiah)
- desmopresin (sintesis)
* Absorpsi peroral : tidak efektif karena segera
mengalami inaktifasi oleh tripsin sehingga
diberikan IM,IV,SK
54. Anti Diuretik
Mekanisme kerja pengaturan sekresi ADH diatur
oleh konsep :
1. Osmoreseptor
dehidrasi osmolalitas plasma >> sekresi
ADH >>
2. Reseptor volume
volume darah yang beredar
perangsangan sekresi ADH ↑
55. Anti Diuretik
Mekanisme kerja pengaturan sekresi ADH diatur
oleh konsep :
3. Stres emosional atau fisik
4. Obat : - nikotin
- klofibrat
- siklofosfamid
- antidepresan trisiklik
- karbamezepin
56. 2. Klorotiazid/tiazid
untuk yang resisten terhadap ADH atau yang alergi dengan
ADH
Indikasi: diabetes insipidus nefrogen
Mekanisme kerja Natriuretik Na deplesi reabsorbsi Na
>> di tubulus proksimal.
3. Indometasin ( penghambat sintesa prostaglandin)
Cara kerja : belum jelas
Indikasi: diabetes insipidus (nefrogen)
Anti Diuretik
57. OBAT PADA GANGGUAN GINJAL
Penggunaan obat pada pasien dengan fungsi ginjal
menurun/gangguan ginjal
memperburuk kondisi penyakit
58. Penyebab perburukan kondisi penyakit
pada gangguan fungsi ginjal
Kegagalan untuk mengekskresikan obat atau
metabolitnya toksisitas.
Sensitivitas terhadap beberapa obat meningkat,
meskipun eliminasinya tidak terganggu.
Banyak efek samping yang tidak dapat
ditoleransi oleh pasien gagal ginjal.
Beberapa obat tidak lagi efektif jika fungsi ginjal
menurun.
59. Perubahan farmakokinetik pada gangguan
ginjal
PK Parameters Alteration in CKD
Absorption , believed to be reduced
Distribution , reduced plasma protein binding
Metabolism , accumulation of active metabolites
, decrease in nonrenal clearance
Elimination , increased accumulation
, increased toxicity
62. a. Tidak menghasilkan metabolit aktif
b. Disposisi obat tidak dipengaruhi oleh perubahan
keseimbangan cairan
c. Disposisi obat tidak dipengaruhi oleh perubahan
ikatan protein
Obat yang digunakan untuk mengobati penderita
penyakit ginjal memiliki karakteristik (1)
63. d. Respon obat tidak dipengaruhi oleh perubahan
kepekaan jaringan
e. Mempunyai rentang terapi yang lebar
f. Tidak bersifat nefrotoksik
Obat yang digunakan untuk mengobati penderita
penyakit ginjal memiliki karakteristik (2)
65. Penyesuaian dosis
didasarkan pada tingkat keparahan gangguan
ginjal Laju Filtrasi Glomeruler (LFG).
Perubahan :
menurunkan dosis atau
memperpanjang interval pemberian obat
atau kombinasi keduanya
66. Creatinin clearence (CrCl)
Kemampuan ginjal untuk membersihkan suatu zat
dalam waktu 1 menit.
Dihitung menggunakan rumus berdasarkan umur,
jenis kelamin, TB, BB, banyaknya urin dalam 24 jam
67. Masalah yang terkait dengan
kerasionalitasan obat (1)
Ketepatan pengobatan
Aturan pengobatan perlu dikaji untuk memastikan
kesesuaiannya dengan kondisi yang diobati.
Pentingnya pengobatan
Apakah pengobatan benar-benar diperlukan oleh pasien
Ketepatan dosis
Menyangkut pedoman dosis (termasuk dosis maksimum
dan minimum)
variabel pasien yang mempengaruhi dosis (termasuk TB,
BB usia, fungsi ginjal dan hati)
Efektivitas pengobatan
penyesuaian dosis atau kajian pilihan obat
68. Masalah yang terkait dengan
kerasionalitasan obat (2)
Jangka waktu pengobatan
Pengobatan seumur hidup/jangka waktu
tertentu.
Interaksi obat
interaksi obat-penyakit, obat-obat,obat-diet atau obat-uji
laboratorium.
Kompatibilitas/ketercampuran obat
obat yang tidak tercampurkan (OTT) secara
fisika/kimia hilangnya potensi, me↑ toksisitas / efek
samping
69. Masalah yang terkait dengan
kerasionalitasan obat (3)
Efek samping
Efek samping yang dapat dicegah / Efek samping
yang tidak terduga perlu diidentifikasi dan dinilai
memutuskan apakah pengobatan dilanjutkan,
ATAU harus dihentikan/ pengobatan alternatif
apakah pengobatan tambahan perlu diresepkan
untuk mengatasi efek samping obat.
70. Kesimpulan
Ginjal adalah organ ekskresi utama bagi >> obat dan
metabolitnya
Sangat penting untuk mempertimbangkan fungsi ginjal
saat memberikan terapi obat
Memaksimalkan efek terapi dan meminimalkan toksisitas
Perkiraan nilai CrCl sangat penting untuk penilaian
fungsi ginjal
71. REFERENSI
Goodman and Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi,
Edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Katzung, B.G. 2010. Farmakologi dasar dan klinik,
Salemba Medika, Jakarta.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat
Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya,
Edisi Keenam, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta