2. Milton Friedman dari kelompok monetaris
menganggap bahwa jumlah uang beredar sangat
berperan penting dalam mempengaruhi kegiatan
ekonomi dan faktor yang dominan dalam
mempengaruhi kegiatan ekonomi berasal dari sektor
moneter.
Selain itu, kenaikan tingkat harga umum akan
menurun bersamaan dengan tingkat bunga uang
setelah terjadinya pertambahan jumlah uang yang
beredar dalam jumlah besar yang pada akhirnya
akan memperbesar output nasional (Arief, S.,1993:
181-182).
3. KEBIJAKAN
MONETER
Kebijakan Moneter (Monetary Policy) adalah
kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas
moneter dengan menggunakan peubah jumlah uang
beredar (money supply) dan tingkat bunga (interest
rates) untuk mempengaruhi tingkat permintaan
agregat (aggregate demand) dan mengurangi
ketidakstabilan di dalam perekonomian.
Dalam kebijakan moneter, pemerintah juga dapat
melakukan pengendalian terhadap jumlah uang
beredar, kredit dan sistem perbankan (Nanga, 2005:
180).
4. Lanjutan…
Implementasi dari kebijakan moneter dalam
kebijakan moneter secara ekspansioner yaitu kebijakan
moneter yang dilakukan melalui peningkatan jumlah uang
beredar (Ms) dan/atau penurunan tingkat bunga (i) dengan
tujuan untuk meningkatkan permintaan agregat di dalam
perekonomian, ataupun dalam kebijakan moneter secara
kontraksioner yaitu kebijakan moneter yang dilakukan
melalui pengurangan jumlah uang beredar (Ms) dan/atau
peningkatan tingkat bunga (i) dengan tujuan untuk
mengurangi permintaan agregat di dalam perekonomian.
5. JALUR KEBIJAKAN MONETER
Jalur Kebijakan Moneter
Terdapat enam jalur (channels) mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Kelima jalur tersebut meliputi:
1. jalur moneter langsung (direct monetary channel),
2. jalur suku bunga (interst rate channel),
3. jalur harga aset (asset price channel),
4. jalur kredit (credit channel) dan
5. jalur ekspektasi (expectation channel).
6. Jalur nilai tukar
6. Jalur langsung
mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui
jalur uang dimulai dengan tindakan bank
sentral mempengaruhi uang primer (M0)
sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.
Kemudian perubahan uang primer ini, dengan
proses penggandaan uang ditransmisikan ke
uang beredar (M1, M2) untuk memenuhi
permintaan masyarakat. Proses penggandaan
uang dari uang primer menjadi uang beredar
di masyarakat merupakan sisi penawaran
uang beredar yang seterusnya perubahan
jumlah uang beredar dalam msayarakat akan
mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi,
terutama inflasi dan output riil
7. Suku Bunga
penurunan tingkat suku bunga akibat ekspansi
moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi
dan permintaan agregat. Pada tingkat suku bunga
nominal yang sangat rendah, ekspansi moneter akan
meningkatkan ekspektasi tingkat harga dan inflasi,
akibatnya tingkat suku bunga riil turun. Penurunan
tingkat suku bunga riil akan menurunkan biaya modal
dan biaya memegang uang, kemudian menstimulasi
pengeluaran bisnis dan konsumen. Peningkatan
pengeluaran bisnis dan konsumen pada akhirnya
akan meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme
transmisi jalur tingkat bunga dirumuskan dalam
bentuk, yaitu:
.
8. Lanjutan..
dimana:
m = stok uang nominal,
r = tingkat bunga riil,
p = ekspektasi tingkat harga,
i = investasi riil, dan
y = output riil agregat
9. Dampak dari perubahan suku bunga
a. Dampak perubahan suku bunga (BI rate ) terhadap suku bunga lainya
Pada tahap pertama, operasi moneter bank sentral akan mempengaruhi
suku bunga jangka pendek, seperti suku bunga s etifikat Bank
Indonesia (SBI) dan suku bunga pasar uang antarbank (PUAB).
Selanjutnya perubahan ini akan memberikan pengaruh pada suku
bunga deposito yang ditawarkan bank kepada masyarakat penabung
dan pada suku bunga kredit yang dibebankan bank kepada debiturnya.
b. Dampak perubaha suku bunga terhadap konsumsi dan investasi
Pada tahapan berikutnya, transmisi melalui jalur suku bunga dari sektor
keuangan ke sektor riil akan tergantung pada pengaruhnya terhadap
permintaan konsumsi dan investasi. Pengaruh suku bunga terhadap
konsumsi berkaitan erat dengan peranan suku bunga sebagai
komponen pendapatan masyarakat dari deposito (income effect) dan
bunga kredit sebagai sumber pembiayaan konsumsi (substitution
effect). Pengaruh perubahan suku bunga terhadap investasi dan
konsumsi akan berdampak pada permintaan agregat yang pada
gilirannya akan menetukan tingkat inflasi dan output riil.
10. Jalur kredit
Mekanisme transmisi jalur kredit (credit channel) adalah
peningkatan permintaan uang karena peningkatan kredit
perbankan sebagai akibat peningkatan investasi dan konsumsi.
Peningkatan investasi dan konsumsi akan mendorong aktifitas
ekonomi dan bisnis. Mekanisme transmisi jalur kredit
menjelaskan jalur ekspansi moneter terhadap peningkatan
aktifitas ekonomi dan bisnis.
Mekanisme transmisi jalur kredit salah satunya adalah mekanisme
transmisi jalur pinjaman bank, disamping mekanisme transmisi
lainnya. Mekanisme transmisi jalur pinjaman bank didasarkan
pada peranan khusus sistem perbankan dalam sistem
keuangan. Ketergantungan bisnis terhadap kredit sistem
perbankan dalam pembiayaan mengakibatkan peningkatan
kredit sistem perbankan, investasi dan output riil agregat.
Mekanisme transmisi jalur pinjaman bank dirumuskan sebagai
berikut:
11. Lanjut..
dimana:
m = stok uang nominal,
d = deposit sistem perbankan, dan
l = kredit atau pinjaman sistem perbankan
i = investasi riil, dan
y = output riil agregat
12. Kekayaan & Jalur Harga Aset
Kekayaan berpengaruh terhadap konsumsi
sehingga adanya pengaruh uang terhadap
kekayaan seseorang, akan mempengaruhi
konsumsi dan pendapatan seseorang.
m = stok uang nominal,
s = ekspektasi harga saham,
w = kekayaan keuangan atau neraca konsumen,
c = konsumsi riil rumahtangga, dan
y = output riil agregat.
13. Lanjutan..
Perubahan harga aset seperti obligasi saham maupun
aset fisik seperti properti dan emas banyak
dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan moneter.
Transmisi ini terjadi karena penanaman modal oleh
para investor dalam portofolio investasi pada
umumnya tidak saja berupa simpanan di bank dan
instrumen lain di pasar uang, tetapi juga dalam bentuk
obligasi, saham serta aset fisik. Perubahan suku bunga
dan nilai tukar akan berpengaruh pada volume
transaksi dan harga obligasi, saham dan aset fisik
tersebut. Selanjutnya, perubahan harga aset dimaksud
pada gilirannya akan berdampak pada berbagai
aktivitas di sektor riil, seperti permintaan terhadap
konsumsi .
14. Jalur nilai tukar
dimana:
m = stok uang nominal,
e = nilai tukar mata uang,
x = ekspor riil netto.
i = investasi riil, dan
y = output riil agregat
15. Jalur ekspektasi
Dalam kebijakan moneter yang paling diperhatikan
adalah ekspektasi inflasi oleh masyarakat. Teori
ekspektasi berpendapat bahwa apabila
masyarakat cukup rasional mereka akan
mengambil tindakan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya inflasi. Tindakan
tersebut adalah berupa pengurangan jumlah
uang yang mereka pegang dengan
membelanjakannya ke dalam bentuk barang-
barang riil sehingga risiko kerugian memegang
uang karena inflasi dapat dihindari . Ekspektasi
masyarakat terhadap kenaikan harga pada
gilirannya akan mendorong kenaikan tingkat
suku bunga.
16. Lanjutan..
Apabila suku bunga meningkat lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga, secara riil
rate of return atas aset finansial menurun dan
penurunan ini akan mendorong orang
mengalihkan kekayaannya dari bentuk finansial
ke bentuk aset riil, tindakan tersebut akan
membawa pada dua implikasi moneter yang
sangat penting. Pertama, kebijakan moneter
menjadi tidak efektif karena kebijakan moneter
tidak dapat mengubah sektor riil, yaitu konsumsi,
produksi, investasi dan kesempatan kerja tetapi
yang terjadi hanyalah perubahan tingkat harga.
Kedua, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi
akan mengakibatkan inflasi yang semula hanya
dugaan, akhirnya menjadi kenyataan
17. Kebijakan Moneter dalam
Pendekatan Model IS-LM
Menurut Mankiw (2000), kerangka umum dalam menganalisa
interaksi simultan antara permintaan dan penawaran baik pasar
barang dan pasar uang adalah kerangka IS-LM yang mampu
mempengaruhi tingkat pendapatan atau output. Dalam teori
kebijakan moneter juga digunakan pendekatan agregate supply (AS),
agregate demand (AD) serta analisis IS-LM dari pasar barang dan
jasa, dan pasar uang. Model IS-LM digunakan untuk menganalisis
pengaruh atau dampak dari suatu perekonomian makroekonomi
terhadap perekonomian (Nanga, 2005: 153).
18. Lanjutan…
Model IS-LM merupakan bagian penting dari
makroekonomi modern karena suatu kebijakan
moneter yang dikeluarkan otoritas moneter
mempengaruhi kegiatan ekonomi dan interaksinya
dengan kebijakan fiskal (perubahan di dalam
pengeluaran pemerintah dan pajak)
19. Model IS-LM memiliki beberapa asumsi yaitu:
1. Perekonomian hanya terdiri atas dua sektor yaitu sektor riil (pasar
barang dan jasa) dan sektor moneter (pasar uang).
2. Tingkat bunga merupakan faktor penghubung antar pasar barang
dan pasar uang.
3. Pengeluaran konsumsi bergantung pada pendapatan disposable.
4. Permintaan investasi bergantung pada tingkat bunga dan
pendapatan.
5. Pengeluaran pemerintah bersifat eksogen.
6. Tingkat harga diasumsikan ditentukan secara eksogen.
7. Permintaan akan uang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan
tingkat bunga.
8. Jumlah uang beredar bersifat eksogen, di mana besarnya
ditentukan oleh otoritas moneter.
20. Dampak kebijakan Moneter dengan
Pendekatan Kurva IS-LM dan Kurva AD-AS
Menunjukkan bahwa dengan
adanya kenaikan jumlah uang
beredar (Ms) dari Ms0 menjadi
Ms1, telah menyebabkan kurva
LM bergeser ke kanan dari LM0
(Ms0) menjadi LM1 (Ms1).
Dengan kurva IS yang tertentu,
menyebabkan kurva LM
bergeser ke kanan sehingga
mendorong tingkat bunga (i)
turun dari i0 menjadi i1, dan
pendapatan (Y) akan naik dari
Y0 ke Y1
21. Kebijakan moneter ekspansif dalam model
AD-AS Sumber: Nanga, 2005: 187
Menjelaskan kebijakan
ekspansif dengan
pendekatan ADAS.
Kenaikan jumlah uang
beredar menyebabkan
kurva permintaan
agregat (AD) bergeser
ke kanan dari AD0 (Ms0)
ke AD1 (Ms1) yang
mengakibatkan tingkat
harga (P) naik dari P0 ke
P1, dan pendapatan (Y)
juga naik dari Y0 ke Y1.
22. Kebijakan moneter secara kontraktif
dalam kerangka model IS-LM
Kebijakan moneter secara
kontraktif pada model IS-
LM menunjukkan
pengurangan dari jumlah
uang beredar (Ms) dari Ms0
ke Ms1, telah menyebabkan
kurva LM bergeser ke kiri
dari LM0 (Ms0) menjadi
LM1 (Ms1). Akibatnya kurva
LM bergeser ke kiri
sehingga tingkat bunga (i)
naik dari i0 menjadi i1, dan
pendapatan (Y) akan turun
dari Y0 ke Y1.
23. Kebijakan moneter kontraktif dalam
model AD-AS Menunjukkan apabila pemerintah
melakukan kebijakan moneter
kontraktif dengan pendekatan AD-
AS. Pada gambar tampak adanya
penurunan di dalam jumlah uang
beredar telah menyebabkan kurva
permintaan agregat (AD) bergeser
ke kiri dari AD0 (Ms0) ke AD1
(Ms1) yang mengakibatkan tingkat
harga (P) turun dari P0 ke P1, dan
pendapatan (Y) juga turun dari Y0
ke Y1.
24. Kebijakan
Fiskal
Kebijakan fiskal (fiscal policy) adalah kebijakan
yang dilakukan pemerintah melalui manipulasi
instrumen fiskal seperti pengeluaran pemerintah (G)
dan/atau pajak (T) yang ditujukan untuk mempengaruhi
tingkat permintaan agregat di dalam perekonomian
(Nanga, 2005: 179).
25. Kebijakan Fiskal dengan Pendekatan
Kurva IS-LM dan Kurva AD-AS
Dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian
terbagi atas dua yaitu kebijakan fiskal secara
ekspansif, di mana kebijakan yang dilakukan melalui
peningkatan pengeluaran pemerintah (G) dan/atau
penurunan penerimaan pajak (T) dengan tujuan untuk
meningkatkan permintaan agregat (AD) di dalam
perekonomian.
26. Kebijakan fiskal ekspansif dengan
pendekatan IS-LM
Kenaikan di dalam
pengeluaran pemerintah
(G) menyebabkan kurva
IS bergeser ke kanan
dari IS0 (G0) ke IS1 (G1)
juga mengakibatkan
tingkat pendapatan (Y)
naik dari Y0 ke Y1, dan
tingkat bunga (i) juga
naik dari i0 ke i1.
27. Kebijakan fiskal ekspansif dalam
model AD-AS
menjelaskan kebijakan fiskal
ekspansif dalam pendekatan
AD-AS. Dengan adanya
peningkatan pengeluaran
pemerintah, maka dengan
kurva 39 AS tertentu
permintaan agregat (AD) naik
dan bergeser ke kanan dari
AD0 (G0) ke AD1 (G1)
sehingga mengakibatkan
tingkat harga (P) dari P0 ke P1
dan tingkat output (Y) dari Y0
ke Y1 mengalami peningkatan.
28. Dampak kebijakan fiskal kontraktif.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi
pengeluaran pemerintah (G) dan/atau
meningkatkan penerimaan pajak (T), yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat permintaan
agregat di dalam perekonomian (Nanga, 2005:
183&185).
29. Kebijakan fiskal kontraktif dalam
model IS-LM
ketika pengeluaran
pemerintah (G)
mengalami penurunan,
maka dalam asumsi
ceteris paribus akan
menyebabkan kurva IS
turun dan bergeser ke kiri
yaitu dari IS0 (G0) ke IS1
(G1). Selanjutnya
menyebabkan tingkat
bunga (i) maupun
pendapatan (Y) akan
mengalami penurunan
yaitu i0 ke i1 dan Y0 ke
Y1.
30. Kebijakan fiskal kontraktif dalam
model AD-AS
terjadinya kebijakan fiskal kontraktif
dalam model AD-AS akibat adanya
penurunan pengeluaran pemerintah
(G). Bergesernya permintaan agregat
(AD) ke kiri dari AD0 (G0) ke AD1
(G1) mengalami penurunan. Dengan
adanya kurva AD ke kiri
mengakibatkan baik tingkat harga (P)
maupun tingkat pendapatan (Y)
masing-masing mengalami
penurunan yaitu dari P0 ke P1 dan Y0
ke Y1
31. Hubungan Kebijakan Moneter dan
Kebijakan Fiskal
Kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar
uang dan pasar surat berharga, pasar uang dan surat
berharga tersebut akan menentukan tinggi rendahnya
tingkat bunga, sedangkan tingkat bunga akan
mempengaruhi permintaan agregat. Kebijakan fiskal akan
mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat dan
penawaran agregat, di mana permintaan agregat dan
penawaran agregat akan menentukan keadaan di pasar
barang dan jasa.