1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters five competitiveness force model, & bcg matrix, universitas mercu buana, 2019
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters five competitiveness force model, & bcg matrix, universitas mercu buana, 2019
Similar to 1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters five competitiveness force model, & bcg matrix, universitas mercu buana, 2019
SM, ari prayogo, hapzi ali, analisis lingkungan internal organisasi (resorce ...Ari Prayogo
Similar to 1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters five competitiveness force model, & bcg matrix, universitas mercu buana, 2019 (20)
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, porters five competitiveness force model, & bcg matrix, universitas mercu buana, 2019
1. PORTER’S FIVE COMPETITIVENESS FORCE MODEL,
& BCG MATRIX
Disusun oleh :
Tri Wahyu Nugroho (55118010013)
Dosen pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM,CMA
FAKULTAS PASCA SARJANA
JURUSAN MAGISTER MANAGEMENT
MATA KULIAH STRATEGIC MANAGEMENT
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019
2. A. Porter’s Five Competitiveness Force Model
Porter’s Five Competitiveness Force Model adalah alat untuk menganalisis
persaingan bisnis untukmemperoleh lima kekuatan yang menentukan
intensitas kompetitif dalam hal profitabilitasnya.
Perspektif lima kekuatan dikaitkan dengan pencetusnya, Michael E. Porter
dari Harvard University. Porter mengacu pada kekuatan-kekuatan ini sebagai
lingkungan mikro. Mereka terdiri dari kekuatan-kekuatan yang dekat dengan
perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pelanggan
dan menghasilkan keuntungan. Perusahaan dapat menerapkan kompetensi inti
mereka, model bisnis atau jaringan untuk mencapai laba di atas rata-rata
industri.
Porter mengembangkan lima kerangka kekuatannya sebagai reaksi terhadap
analisis SWOT yang saat itu populer, yang ia temukan tidak memiliki
ketelitian. Kerangka kerja lima kekuatan Porter didasarkan pada paradigma
struktur-perilaku-kinerja dalam ekonomi organisasi industri.
Gambar 1
3. a. Ancaman pendatang baru
Industri menguntungkan yang menghasilkan pengembalian tinggi akan
menarik perusahaan baru. Pendatang baru pada akhirnya akan menurunkan
profitabilitas untuk perusahaan lain di industri. Faktor-faktor berikut dapat
berpengaruh pada seberapa banyak ancaman yang dapat diajukan oleh
para pendatang baru :
1. Adanya hambatan masuk (paten, hak, dll.). Segmen yang paling
menarik adalah segmen di mana hambatan masuk tinggi dan
penghalang keluarnya rendah.
2. Kebijakan pemerintah.
3. Kebutuhan modal.
4. Biaya mutlak.
5. Kerugian biaya tidak bergantung pada ukuran.
6. Skala ekonomi.
7. Diferensiasi produk.
8. Ekuitas merek.
9. Mengalihkan biaya.
10. Pembalasan yang diharapkan.
11. Akses ke saluran distribusi.
12. Loyalitas pelanggan terhadap merek-merek mapan.
13. Profitabilitas industri (industri yang lebih menguntungkan).
14. Efek jaringan
b. Ancaman pengganti
Produk pengganti menggunakan teknologi yang berbeda untuk mencoba
memecahkan kebutuhan ekonomi yang sama.
Adapun faktor-faktor penyebab, diantaranya :
1. Kecenderungan pembeli untuk mengganti
2. Kinerja harga relatif pengganti
4. 3. Biaya pengalihan pembeli
4. Tingkat diferensiasi produk yang dirasakan
5. Jumlah produk pengganti yang tersedia di pasar
6. Kemudahan substitusi
7. Ketersediaan pengganti yang dekat
c. Daya tawar pelanggan
Kekuatan tawar pelanggan juga digambarkan sebagai pasar output :
kemampuan pelanggan untuk menempatkan perusahaan di bawah tekanan,
yang juga mempengaruhi kepekaan pelanggan terhadap perubahan harga.
Adapun Faktor-faktor penyebab, diantaranya :
1. Konsentrasi pembeli untuk rasio konsentrasi perusahaan.
2. Tingkat ketergantungan pada saluran distribusi yang ada.
3. Tawar menawar, khususnya di industri dengan biaya tetap tinggi.
4. Pembeli mengganti biaya.
5. Ketersediaan informasi pembeli.
6. Ketersediaan produk pengganti yang ada.
7. Sensitivitas harga pembeli.
8. Keunggulan diferensial (keunikan) dari produk industry.
9. Analisis RFM (nilai pelanggan)
d. Daya tawar pemasok
Kekuatan tawar-menawar pemasok juga digambarkan sebagai pasar input.
Pemasok bahan baku, komponen, tenaga kerja, dan layanan (seperti
keahlian) ke perusahaan dapat menjadi sumber kekuasaan atas perusahaan
ketika ada beberapa pengganti.
Adapun Faktor-faktor penyebab, diantaranya :
1. Pemasokan biaya switching relatif terhadap biaya switching perusahaan.
2. Tingkat diferensiasi input.
3. Dampak input pada biaya dan diferensiasi.
4. Kehadiran input pengganti.
5. Kekuatan saluran distribusi.
6. Konsentrasi pemasok untuk rasio konsentrasi perusahaan.
5. 7. Solidaritas karyawan (misalnya serikat buruh).
8. Persaingan Pemasok: kemampuan untuk memadukan secara vertikal
dan memotong pembeli.
e. Persaingan industry
Bagi kebanyakan industri, intensitas persaingan kompetitif adalah penentu
utama daya saing industri.
Adapun faktor-faktor penyebab, diantaranya :
1. Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan melalui inovasi.
2. Persaingan antara perusahaan online dan offline.
3. Tingkat biaya iklan.
4. Strategi bersaing yang kuat.
5. Rasio konsentrasi perusahaan.
f. Penggunaan
Konsultan strategi terkadang menggunakan kerangka kekuatan lima Porter
ketika membuat evaluasi kualitatif dari posisi strategis perusahaan.
Menurut Porter, kerangka kekuatan lima harus digunakan pada tingkat
industri lini bisnis, itu tidak dirancang untuk digunakan pada kelompok
industri atau tingkat sektor industri.
Sebuah perusahaan yang bersaing dalam satu industri harus
mengembangkan, minimal, satu analisis lima kekuatan untuk industrinya.
Porter menjelaskan bahwa bagi perusahaan yang terdiversifikasi, masalah
utama dalam strategi perusahaan adalah pemilihan industri (lini bisnis) di
mana perusahaan akan bersaing.
Kerangka Porter telah ditantang oleh akademisi dan ahli strategi lainnya.
Misalnya, Kevin P. Coyne dan Somu Subramaniam mengklaim bahwa tiga
asumsi yang meragukan mendasari lima kekuatan. Bahwa pembeli,
pesaing, dan pemasok tidak terkait dan tidak berinteraksi dan berkolusi.
Bahwa sumber nilai adalah keuntungan struktural (menciptakan hambatan
6. masuk). Ketidakpastian itu rendah, memungkinkan peserta di pasar untuk
merencanakan dan menanggapi perubahan dalam perilaku kompetitif.
Perpanjangan penting untuk pekerjaan Porter berasal dari Adam
Brandenburger dan Barry Nalebuff dari Yale School of Management pada
pertengahan tahun 1990-an. Menggunakan teori permainan, mereka
menambahkan konsep pelengkap (juga disebut "kekuatan ke -6") untuk
mencoba menjelaskan alasan di balik aliansi strategis.
Complementors dikenal sebagai dampak dari produk dan layanan terkait
yang sudah ada di pasar. Gagasan bahwa pelengkap adalah kekuatan
keenam sering dikreditkan ke Andrew Grove, mantan CEO Intel
Corporation. Martyn Richard Jones, sementara konsultasi diGroupe Bull,
mengembangkan model lima kekuatan tambahan di Skotlandia pada tahun
1993. Hal ini didasarkan pada Kerangka Porter dan termasuk Pemerintah
(nasional dan regional) serta kelompok-kelompok penekan sebagai
kekuatan keenam nasional.
Porter secara tidak langsung membantah pernyataan kekuatan lain, dengan
mengacu pada inovasi, pemerintah, dan produk dan layanan pelengkap
sebagai "faktor" yang mempengaruhi lima kekuatan.
B. BCG Matrix
a. Pengertian Analisis Matriks BCG dan Contohnya
Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan
untuk membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang
pertumbuhan dengan perencanaan strategis jangka panjang dan meninjau
portofolio produk perusahaan tersebut agar dapat mengambil keputusan
untuk berinvestasi, mengembangkan atau menghentikan produknya.
Matrik BCG ini juga membantu perusahaan dalam menentukan
pengalokasian sumber daya dan sebagai alat analisis dalam pemasaran
merek, manajemen produk, manajemen strategis dan analisis Portofolio.
Matriks BCG dikembangkan oleh Bruce Henderson pada tahun 1970-an.
Karena Matriks ini dikembangkan oleh pendiri Boston Consulting Group
(BCG) maka matriks ini dinamakan dengan Matrik BCG yang singkatan
dari Boston Consulting Group.
7. Matriks BCG ini juga berkaitan erat dengan siklus hidup produk (Products
life cycle) sehingga sering disebut juga dengan Product Portfolio Matrix
(Matriks Portofolio Produk). Nama-nama lain Matriks BCG diantaranya
adalah BCG Growth-Share Matrix (Matriks Pertumbuhan dan Pangsa
Pasar BCG), Boston Box dan Portfolio Diagram (Diagram Portofolio).
Matriks BCG terdiri dari matriks yang berukuran 2 baris x 2 kolom atau
terdiri dari 4 sel (4 kuadran). 4 sel tersebut pada dasarnya mewakili 4
kategori portofolio produk perusahaan dari 2 dimensi klasifikasi bisnis
unit yaitu Relative Market Share (pangsa pasar relatif) dan Market Growth
Rate (tingkat pertumbuhan pasar). Kategori-kategori tersebut masing-
masing diwakili oleh Bintang (Star), Sapi Perah (Cash Cows), Anjing
(Dogs) dan Tanda Tanya (Question Marks).
Gambar 2
1) Stars (Bintang)
Produk atau unit bisnis yang memiliki pangsa pasar yang dominan dan
pertumbuhan yang cepat serta menghasilkan uang (pendapatan) yang
besar. Merupakan produk-produk terkemuka yang diminati oleh pasar,
membutuhkan banyak investasi untuk mempertahankan posisi produk.
Produk-produk dapat berubah menjadi kategori Sapi perah (Cash
8. Cows) apabila mereka tetap dapat mempertahankan keberhasilan
mereka hingga tingkat pertumbuhannya mengalami penurunan.
2) Cash Cows (Sapi Perah)
Produk atau unit bisnis yang merupakan pemimpin pasar,
menghasilkan uang atau pendapatan yang lebih banyak dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaannya. memiliki pangsa
pasar yang tinggi namun prospek pertumbuhan kedepan akan sangat
terbatas. Pendapatan yang didapat biasanya digunakan sebagai
pendanaan untuk penelitian dan pengembangan produk-produk baru
yang masih berada di kategori Question Marks (Tanda Tanya) atau
membayar hutang-hutang perusahaan serta membayar dividen kepada
pemegang saham. Perusahaan disarankan untuk tetap berinvestasi pada
produk-produk dalam kategori Cash Cows ini untuk mempertahankan
produktivitas dan kualitas atau dapat juga dijadikan pendapatan pasif
bagi perusahaan.
3) Dogs (Anjing)
Produk atau unit bisnis yang memiliki pangsa pasar rendah dan
mengalami tingkat pertumbuhan yang rendah, memberikan kontribusi
keuntungan yang sangat rendah atau menderita kerugian, merupakan
beban bagi perusahaan, divestasi ataupun likuidasi oleh manajemen
perusahaan.
4) Question Marks (Tanda Tanya)
Disebut juga dengan problem children atau wildcats). produk atau
bisnis unit yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi tetapi
pangsa pasarnya masih sangat rendah. Penghasilan (uang) tidak
sebanding dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Namun karena
prospek pertumbuhannya sangat pesat sehingga berpotensi untuk
berubah menjadi Stars atau Bintang. Manajemen perusahaan tersebut
disarankan untuk tetap berinvestasi pada produka tau bisnis unit yang
9. berada dalam kategori Question Marks ini karena pertumbuhan yang
tinggi. Dari penjelasan 4 kategori pada Matriks BCG diatas, terlihat
bahwa analisis matriks BCG memiliki hubungan yang erat dengan
Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) seperti pada gambar di
bawah ini.
Gambar 3
b. Strategi setelah Analisis Matriks BCG
Setelah mengetahui posisi produk dan bisnis unit kita berada, tahap
selanjutnya adalah menerapkan strategi yang sesuai dengan kondisi pasar
dan tingkat persaingan yang ada. Berikut ini terdapat empat strategi yang
dapat diterapkan pada bisnis unit atau produk-produk yang berada dalam
Matriks BCG.
1. Build atau Membangun, yaitu meningkatkan investasi pada produk
atau unit bisnis agar dapat meningkatkan pangsa pasar. Strategi ini
biasanya dilakukan untuk mendorong produk-produk dalam kategori
Question Marks menjadi Stars dan akhirnya menjadi Cash Cows.
10. 2. Hold atau Mempertahankan, yaitu strategi untuk mempertahankan
produk-produk agar tetap pada kategori yang sama. Strategi tersebut
biasanya digunakan pada kategori Stars.
3. Harvest atau Memanen, yaitu strategi untuk mengurangi investasi dan
mencoba untuk mendapatkan uang tunai (cash) semaksimum mungkin
dari produk atau meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan.
Strategi ini biasanya digunakan pada produk-produk atau unit bisnis
yang berada di kategori Cash Cows.
4. Divest atau Melakukan Divestasi, yaitu strategi yang melakukan
penutupan usaha atau likuidasi terhadap unit bisnis atau produk yang
mengalami kerugian atau produk yang memiliki pangsa pasar rendah.
Strategi Divestasi ini biasanya dilakukan pada produk atau unit bisnis
yang berada di kategori Dogs.
c. Cara Menggunakan Analisis Matriks BCG
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menganalisis produk atau unit
bisnis dengan menggunakan Matriks BCG :
• Langkah 1. Pilih Unit atau Produk yang ingin dianalisis
• Langkah 2. Tentukan Pasar (Market)
• Langkah 3. Menghitung Pangsa Pasar Relative (Relative Market
Share)
• Langkah 4. Ketahui tingkat pertumbuhan pasar (Growth Market Rate)
• Langkah 5. Menggambar Siklus di Matriks BCG
d. Contoh Analisis Matriks BCG
11. Berdasarkan langkah-langkah yang disebutkan di atas, berikut ini adalah
contoh untuk Analisis Matriks BCG atau BCG Growth-Share Matrix.
Implementasi Porter’s Five Competitiveness Force Model pada PT. Sido
Muncul, Tbk. :
• Ancaman Pendatang baru
Pesaing baru dalam industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk
meningkatkan pangsa pasar dan posisi, dan seringkali pendekatan baru untuk
melayani kebutuhan pelanggan. Porter mendeskripsikan delapan rintangan untuk
memasuki pasar indsutri baru, diantaranya adalah skala ekonomi, diferensiasi
produk, kebutuhan modal, perubahan biaya, akses ke saluran distribusi, peraturan
pemerintah, perusahaan yang sudah berdiri, dan respon kompetitor.
12. Industri jamu dan obat-obatan herbal sejatinya banyak mengandalkan resep turun
temurun disamping resep baru hasil penelitian dan pengembangan. Pendatang
baru dalam industri ini bisa dikatakan tidak banyak dari dalam negeri. Namun
produk herbal dari china dan kawasan Asia lainnya bisa menjadi ancaman baru.
Namun dari segi bisnis agaknya masih sulit bagi pesaing baru untuk menggeser
kompetensi yang dimiliki oleh PT. Sido Muncul, Tbk.
• Ancaman Produk Pengganti
Dorongan kedua dalam kompetisi industri adalah ancaman dari produk substitusi.
Adanya produk substitusi atau pengganti dapat memberikan batasan pada harga
pasar di industri, harga yang tinggi dapat membuat pembeli untuk mengubah
pembeliannya ke produk pengganti.
Secara alami, produk herbal yang diproduksi oleh perusahaan merupakan produk
pengganti (subtitusi) dari obat-obatan dan suplemen konvensional (farmasi).
Sehingga ancaman dari produk pengganti sejatinya kembali lagi pada produk-
produk konvensional.
• Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Perusahaan saat ini telah menjadi perusahaan yang terintegrasi dari hulu hingga
hilir, sehingga memiliki daya tawar (bargaining power) yang cukup tinggi dengan
pemasok. Adapun ketika perusahaan berekspansi ke pasar baru timur tengah.
Mereka harus bisa berkolaborasi dengan jaringan pemasok lokal sesuai dengan
regulasi yang berlaku disana. Kekuatan dari perusahaan adalah merek dan pasar.
Seperti yang diketahui, jumlah ekspatriat yang berasal dari Asia Tenggara
khususnya dari Indonesia cukup besar di jazirah arab, ini merupakan modal besar
bagi perusahaan dalam menekan pemasok lokal. Secara brand juga telah diketahui
secara luas masyarakat Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina).
• Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Ketika konsumen memiliki berbagai pilihan atau alternatif merek dan produk
maka daya tawar pembeli akan menjadi lebih tinggi. Tantangan selanjutnya
13. adalah terkait budaya masyarakat timur tengah yang bisa jadi belum begitu
familiar dengan produk olahan khas Indonesia.
• Kekuatan Pesaing
Persaingan di antara kompetitor merujuk pada aksi yang digunakan perusahaan
untuk meningkatkan posisi mereka dan memperoleh keuntungan lebih baik dari
yang lain. Persaingan ini dilakukan dalam harga, kompetisi, iklan, product
positioning, dan diferensiasi.
Pesaing yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan berasal dari daratan Asia
seperti China yang juga memiliki sejarah yang panjang terkait produk herbal.
Perusahaan Indonesia lain seperti PT. Air Mancur dan PT. Jamu Jago juga
mengincar pasar eksport yang salah satunya pasar timur tengah. Kekuatan pesaing
secara umum memiliki kesamaan dengan perusahaan sehingga disini strategi
diferensiasi harus leboh berperan.
Analisis BCG Pada PT Sido Muncul
Lingkungan dimana perusahaan beroperasi berubah dengan cepat, baik politik,
sosial, ekonomi maupun tekhnologi. Perubahan lingkungan tersebut akan
membuat pelaku industri untuk mengevaluasi rencana bisnis dan menurut
perusahaan untuk mampu merencanakan bisnisnya dengan baik agar dapat
bertahan, tumbuh dan berkembang. Memasuki millenium ketiga, tantangan dan
hambatan yang dihadapi dunia industri semakin besar. Persaingan dunia industri
di Indonesia semakin ketat, sehingga setiap perusahaan diharuskan meningkatkan
kemampuannya untuk bersaing dalam perekonomian global.
Industri besar dan global mulai masuk ke berbagai industri makanan dan
minuman, sebagai contoh adalah Air Mancur dan Nyonya Meneer. Kondisi ini
menuntut setiap perusahaan untuk mengetahui posisinya dalam persaingan,
sehingga perusahaan dapat merencanakan strategi pemasarannya.
Berdasarkan data hasil olahan Departement Perindustrian dan Perdagangan
menunjukan bahwa perusahaan yang terlibat dalam industri jumlahnya meningkat
dari waktu ke waktu. Pada tahun 2008 tercatat 2673 perusahaan dan berkembang
menjadi 2924 perusahaan pada tahun 2009. Data tersebut memperlihatkan
14. terjadinya pertumbuhan industri sebesar 4,48 %. Hal ini menunjukan perusahaan
harus memperhatikan perencanaan dalam menjalankan usahanya, karena
persaingan yang terjadi dalam perusahaan dapat mengakibatkan ancaman maupun
peluang bagi setiap perusahaan.
Persaingan industri semakin ketat seiring dengan terus meningkatnya laju
pertumbuhan industri. Persaingan ini mengakibatkan setiap industri lebih jeli
dalam merumuskan strategi pemasaran perusahaannya. PT Sido Muncul
merupakan industri jamu tradisional yang berada pada skala industri besar. Saat
ini pertumbuhan pasar industri sebesar 16,67 % sedangkan pangsa pasar relatif
terhadap pesaing utama adalah 0,07. Matriks Boston Consulting Group
menyatakan adalah perusahaan berada dalam posisi tanda tanya.
Matriks BCG PT Sido Muncul
Daftar pustaka :
Ali, Hapzi. (2019). Modul Perkuliahan Strategic Management: Porter’s Five
Competitiveness Force Model, BCG Matrix. Universitas Mercu Buana.
Analisis awal strategi pemasaran produk PT. Sido Muncul pada pasar Timur
Tengah. (Agung Prabowo, 2019,