Teks tersebut merangkum model Porter's Five Forces dan BCG Matrix yang digunakan dalam analisis strategi bisnis. Model Five Forces menganalisis lima faktor yang mempengaruhi persaingan industri: ancaman pesaing baru, kekuatan supplier dan pembeli, produk pengganti, dan intensitas persaingan di dalam industri. Sedangkan BCG Matrix mengklasifikasikan produk perusahaan ke dalam empat kategori berdasarkan pangsa pasar dan tingkat pertumbuhan: bintang, sapi per
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix, universitas mercubuana, 2019
1. 1
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
STRATEGIC MANAGEMENT
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix”
NAMA : ACHMAD SUSMIYANTO
NIM : 55118010001
DOSEN : Prof. Dr. Ir. HAPZI ALI, MM, CMA
2. 2
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
Daftar Isi
Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
3. 3
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
PEMBAHASAN
PORTER’S FIVE COMPETITIVENESS FORCE MODEL
Five Forces Model atau yang lebih dikenal dengan Porter Five Forces adalah suatu
metode untuk menganalisis industri dan pengembangan strategi bisnis atau lingkungan
persaingan yang dipublikasikan oleh Michael E Porter, seorang profesor dari Harvard
Business School pada tahun 1979. Menurut Five Forces Model ada lima hal yang dapat
menentukan tingkat persaingan dan daya tarik pasar dalam suatu industri. Daya tarik dalam
konteks ini mengacu pada profitabilitas industri secara keseluruhan. Hasilnya, setelah analisis
dilakukan maka akan dapat di nilai apakah industri tersebut masih “menarik” atau “tidak
menarik”.
Analisis Lima Kekuatan Porter atau dalam bahasa Inggris disebut denggan Portes’s Five
Forces Analysis adalah suatu alat yang sederhana namun sangat berguna untuk memahami
dimana letak kekuatan perusahaan kita dalam menghadapi situasi persaingan di dunia bisnis.
Dengan mengunakan Analisis Lima Kekuatan ini, kita dapat memahami kekuatan posisi
persaingan saat ini dan kekuatan posisi persaingan pada bisnis yang sedang direncanakan.
Five Forces Model Porter adalah strategi bisnis yang digunakan untuk melakukan
analisis dari sebuah struktur industri. Analisis tersebut dibuat berdasarkan 5 kekuatan
kompetitif yaitu:
Masuknya Kompetitor. Bagaimana Cara yang mudah atau sulit untuk kompetitor baru untuk
mulai bersaing industri yang sudah ada.
Ancaman Produk atau Jasa pengganti. Cara mudah masuknya produk atau jasa yang
dapat menjadi alternatif dari produk atau jasa yang sudah ada, khususnya yang dibuat dengan
biaya lebih murah.
Daya tawar dari pembeli. Bagaimana kuatnya posisi pembeli. Pembeli mempunyai
kekuatan utk menentukan kemana dia akan melakukan transaksi.
Daya tawar dari supplier. Bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada banyak
supplier atau hanya beberapa supplier saja, bisa jadi mereka memonopoli supply barang.
Persaingan di antara pemain yang sudah ada. Bagaimana kuatnya persaingan diantara
pemain yang sudah ada.Apaka ada pemain yang sangat dominan atau semuanya sama.
Kadang ditambahkan kekuatan kompetitif yang ke-enam yaitu: Pemerintah.
4. 4
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
Five Forces Model Porter merupakan salah satu yang paling sering digunakan dalam
strategi bisnis. Model ini telah banyak digunakan dalam berbagai macam kesempatan. Model
Porter ini sangat kuat baik dari dalam maupun luar industri.
Menurut Five Forces Model, sebuah industri disebut “tidak menarik” bila kombinasi
dari five forces menurunkan profitabilitas secara keseluruhan. Sebuah industri disebut
menarik bila kombinasinya menunjukkan profitabilitas yang menjanjikan. Tiga dari lima Five
Forces merujuk pada persaingan dari sumber eksternal. Sisanya adalah ancaman internal.
Five Forces Model
A. Threat of New Entrants
Hambatan masuk (entry barriers) merupakan berbagai faktor yang akan menghambat
pendatang baru (potential new entrants) memasuki suatu industri di Five Forces Model.
Hambatan masuk yang rendah akan mengakibatkan suatu industri mengalami penurunan
profitabilitas dengan cepat karena semakin meningkatnya persaingan di antara perusahaan
dalam satu industri. Sebaliknya dalam Five Forces Model hambatan masuk industri yang
tinggi, diasumsikan akan dapat mempertahankan daya tarik industri untuk jangka waktu yang
panjang. Sebagai contoh, identitas merek (brand identity) yang kuat seperti yang dimiliki Teh
Botol Sosro dan Coca-Cola telah turut melindungi produk-produk tersebut dari serangan
5. 5
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
pesaing baru sehingga kedua produk tersebut masih dapat mempertahankan posisinya di
pasar.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini antara lain :
– Skala Ekonomi (Economies of Scale)(apakah produk bisa dibuat dalam jumlah kecil atau
harus dalam jumlah yang besar, misal: dalam pabrik kertas, nilai efisiensi yang
menguntungkan baru bisa dicapai dalam skala yang besar sehingga sulit bagi pesaing baru
jika ingin masuk dengan skala industri yang kecil).
– Kurva Pembelajaran (Learning or Experience Effect). Dalam proses produksi, semakin
lama akan semakin diperoleh tingkat efisiensi yang semakin tinggi. Sehingga dengan
demikian akan didapat biaya yang semakin murah dalam memproduksi. Sehingga perlu
dipertimbangkan apakah hal ini dapat dicapai dalam waktu yang cepat atau lama karena akan
mempengaruhi biaya produksi secara keseluruhan.
– Cost Disadvantages Independent of Scale. Adalah keuntungan yang tidak terkait dengan
skala produksi. Misalnya: hak patent, kemudahan akses ke bahan baku, hak pengelolaan /
perijinan, kemudahan dari pemerintah, dll
– Diferensiasi Produk. Adalah keunikan yang dimiliki baik dalam bentuk fisik produk atau
positioning produk yang membedakannya dari produk pesaing yang berada dalam industri
yang sama. Perlu dipertimbangkan pula oleh new entrant untuk mengantisipasi loyalitas
merek dari produk yang telah ada.
– Kebutuhan Modal (Capital Requirement). Adalah biaya yang dibutuhkan untuk memasuki
bisnis ini. Untuk industri dengan skala yang massif (contoh: semen) maka dibutuhkan modal
yang luar biasa besar.
– Switching Cost. Adalah biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perpindahan dari satu pos
ke pos lain. Biaya ini termasuk pula biaya psikologis akibat perpindahan yang terjadi.
Misalnya: ketika melakukan ‘pemindahan’ dari suplier A ke suplier B.
– Akses ke Jalur Distribusi (Access to Distribution Channels). Dalam industri tertentu
akses ke jalur distribusi memegang peranan yang krusial. Dalam bisnis distribusi minuman
ringan menurut Five Forces Model misalnya, bagi pemain baru akan sulit untuk meminta
space lebih ke armada distribusi (pihak III) bila pemain yang sudah mapan menggunakan
distributor yang sama. Sehingga dengan demikian pengaruhnya di dalan five forces model
akan sangat besar.
– Antisipasi Pertumbuhan (Anticipated Growth). Perlu diantisipasi pula dalam kerangkan
five forces model ini kemungkinan pertumbuhan industri yang dapat terjadi dengan melihat
6. 6
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
data-data pendukung yang ada. Karena, bagi pemain yang baru memasuki bisnis tersebut
dapat besar sekali pengaruhnya atau malah sangat kecil. Pengaruhnya akan besar bisa
pertumbuhan industri kecil dan pemainnya banyak sehingga kue yang sedikit akan dibagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Semantara jika baru ada sedikit pemain dan pasarnya cukup
besar maka pengaruhnya akan kecil terhadap pendatang baru.
B. Bargaining Power of Suppliers
Dalam Five Forces Model Pemasok memiliki posisi tawar-menawar (bargaining
position) yang berbeda-beda terhadap perusahaan di dalam Five Forces Model. Kemampuan
pemasok untuk menentukan syarat-syarat perdagangan yang menguntungkan kedua belah
pihak sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen struktur industri sebagai berikut: differentiation
of inputs, switching costs of supplier and firms in the industry, presence of substitute inputs,
supplier concentration, importance of volume to supplier, cost relative to total purchases in
the industry, impact of inputs on cost or differentiation, threat of forward integration. Apabila
perusahaan dapat memperoleh pasokan bahan baku dari beberapa pemasok maka kedudukan
perusahaan relatif lebih kuat dibandingkan pemasok sehingga pemasok tidak akan
memberikan ancaman berarti bagi perusahaan di Five Forces Model. Tetapi apabila
perusahaan bergantung hanya kepada satu pemasok maka kedudukan pemasok menjadi kuat
dan dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan.
C. Bargaining Power of Buyers/Consumers
Dalam Five Forces Model pembeli memiliki posisi penting terhadap keberlangsungan
hidup perusahaan karena sales revenue yang diperoleh perusahaan berasal dari penjualan
produk perusahaan kepada buyer. Posisi tawar menawar pembeli terhadap perusahaan yang
menjual barang dan jasa ditentukan oleh dua hal utama yakni bargaining leverage dan price
sensitivity. Bargaining Leverage pembeli selanjutnya ditentukan oleh beberapa faktor sebagai
berikut: buyer concentration vs firm concentration, buyer volume, buyer integrate, substitute
products.
Para pengusaha hasil bumi di daerah Lampung akan memiliki bargaining power yang
rendah seandainya mereka menjual hasil buminya seperti kopi, cengkeh, lada hitam maupun
damar hanya kepada satu pembeli besar di Jakarta, karena dengan struktur perdagangan
seperti ini para pengusaha hasil bumi tidak memiliki alternatif harga jual selain yang
ditetapkan oleh pembeli besar dari Jakarta tersebut.
Faktor lain yang menjadi determinan kekuatan pembeli adalah sensitivas harga yang
7. 7
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
ditentukan oleh beberapa faktor seperti: price/total purchases, product differences, brand
identity, buyer profits & decision makers’ incentives.
D. Threat of Subtitute Products
Dalam Five Forces Model Persaingan terhadap produk dihasilkan perusahaan tidak
hanya berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang sama sehingga menimbulkan
persaingan langsung(direct competition), melainkan bisa juga berasal dari perusahaan yang
memproduksi produk yang memiliki kesamaan fungsi dengan produk yang dihasilkan
perusahaan. Produk seperti itu dinamakan produk subsitusi (substitute products).
Contoh: Perusahaan bis yang melayani rute AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) tidak
hanya menghadapi persaingan dari perusahaan bis lainnya, namun juga menghadapi
persaingan dari moda transportasi lainnya seperti kereta api, perusahaan penerbangan,
maupun perusahaan travel. Saat ini perusahaan otobis seperti Prima Jasa, Kramat Jati, dan
sebagainya yang melayani rute Bandung-Jakarta saingannya tidak hanya maskapai
penerbangan yang melayani rute penerbangan Bandung-Jakarta,tapi jua memperoleh saingan
yang sangat berat dari berbagai perusahaan travel seperti Cipaganti, Baraya, dan lain-lain
yang melayani rute yang sama.
E. Competitive Rivalry Within the Industry
Di dalam industri Five Forces Model sendiri, terjadi persaingan antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya. Menurut Porter pencetus Five Forces Model, intensitas
persaingan (intensity of rivalry) antar perusahaan dalam satu industri sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut: industry growth, fixed costs/value added, intermitten
overcapacity, product differiencies, brand identity, switching costs, concentration & balance,
informational complexity, diversity of competitors, corporate stakes, dan exit
barriers. Perusahaan yang melakukan inovasi dapat menikmati profit yang besar pada saat
pesaing lain belum memasuki pasar yang sama. Tetapi sebagaimana dinyatakan oleh
Hermawan Kartajaya,, persaingan saat ini sudah memasuki tahap wild. Hal ini ditandai
dengan semakin cepatnya pesaing memperoleh akses teknologi sehingga dalam waktu yang
relatif singkat mereka akan dapat menghasilkan produk yang serupa dengan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan innovator.
8. 8
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
BCG MATRIX
Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk
membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan perencanaan
strategis jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan tersebut agar dapat
mengambil keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau menghentikan produknya.
Matrik BCG ini juga membantu perusahaan dalam menentukan pengalokasian sumber daya
dan sebagai alat analisis dalam pemasaran merek, manajemen produk, manajemen strategis
dan analisis Portofolio.
Matriks BCG dikembangkan oleh Bruce Henderson pada tahun 1970-an. Bruce
Henderson juga merupakan pendiri Boston Consulting Group (BCG) yaitu sebuah perusahaan
konsultan manajemen global yang terkemuka yang pernah menduduki peringkat ketiga
perusahaan terbaik untuk bekerja versi Forbes pada tahun 2014.
Karena Matriks ini dikembangkan oleh pendiri Boston Consulting Group (BCG) maka
matriks ini dinamakan dengan Matrik BCG yang singkatan dari Boston Consulting Group.
Matriks BCG ini juga berkaitan erat dengan siklus hidup produk (Products life cycle)
sehingga sering disebut juga dengan Product Portfolio Matrix (Matriks Portofolio Produk).
Nama-nama lain Matriks BCG diantaranya adalah BCG Growth-Share Matrix (Matriks
Pertumbuhan dan Pangsa Pasar BCG), Boston Box dan Portfolio Diagram (Diagram
Portofolio).
Matriks BCG terdiri dari matriks yang berukuran 2 baris x 2 kolom atau terdiri dari 4
sel (4 kuadran). 4 sel tersebut pada dasarnya mewakili 4 kategori portofolio produk
perusahaan dari 2 dimensi klasifikasi bisnis unit yaitu Relative Market Share (pangsa pasar
relatif) dan Market Growth Rate (tingkat pertumbuhan pasar). Kategori-kategori tersebut
masing-masing diwakili oleh Bintang (Star), Sapi Perah (Cash Cows), Anjing (Dogs) dan
Tanda Tanya (Question Marks).
9. 9
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
Stars (Bintang) : Yang termasuk dalam kategori Stars atau Bintang adalah produk atau unit
bisnis yang memiliki pangsa pasar yang dominan dan pertumbuhan yang cepat serta
menghasilkan uang (pendapatan) yang besar. Ini berarti produk-produk yang dihasilkan
merupakan produk-produk terkemuka yang diminati oleh pasar. Perusahaan membutuhkan
banyak investasi untuk mempertahankan posisi produk-produk tersebut dan untuk mendukung
pertumbuhan lebih lanjut serta mempertahankan keunggulan-keunggulan atas produk tersebut
agar dapat tetap bersaing dengan produk kompetitor lainnya. Produk-produk di kategori
Bintang ini dapat berubah menjadi kategori Sapi perah (Cash Cows) apabila mereka tetap
dapat mempertahankan keberhasilan mereka hingga tingkat pertumbuhannya mengalami
penurunan.
Cash Cows (Sapi Perah) : Yang termasuk dalam kategori Cash Cows atau Sapi Perah adalah
produk atau unit bisnis yang merupakan pemimpin pasar, menghasilkan uang atau pendapatan
yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaannya. Produk
atau unit bisnis pada kategori ini memiliki pangsa pasar yang tinggi namun prospek
pertumbuhan kedepan akan sangat terbatas. Pendapatan yang didapat pada tingkat Cash
Cows ini biasanya digunakan sebagai pendanaan untuk penelitian dan pengembangan produk-
produk baru yang masih berada di kategori Question Marks (Tanda Tanya) atau membayar
hutang-hutang perusahaan serta membayar dividen kepada pemegang saham. Perusahaan
disarankan untuk tetap berinvestasi pada produk-produk dalam kategori Cash Cows ini untuk
mempertahankan produktivitas dan kualitas atau dapat juga dijadikan pendapatan pasif bagi
perusahaan.
10. 10
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
Dogs (Anjing) : Dogs (Anjing) atau juga dikenal dengan istilah hewan peliharaan, yang
termasuk pada kategori Dogs ini adalah produk atau unit bisnis yang memiliki pangsa pasar
rendah dan mengalami tingkat pertumbuhan yang rendah. Produk-produk pada kategori ini
biasanya hanya memberikan kontribusi keuntungan yang sangat rendah atau bahkan harus
menderita kerugian. Produk atau bisnis unit kategori Dogs ini umumnya merupakan beban
bagi perusahaan karena dapat menguras waktu manajemen dan sebagian besar sumber daya
perusahaan. Unit bisnis atau produk yang telah berada pada kategori ini biasanya akan
mengalami pengurangan, divestasi ataupun likuidasi oleh manajemen perusahaan.
Question Marks (Tanda Tanya) : Kategori Question Marks kadang-kadang disebut juga
dengan problem children atau wildcats). Yang termasuk dalam kategori Question Marks ini
adalah produk atau bisnis unit yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi tetapi pangsa
pasarnya masih sangat rendah. Penghasilan (uang) yang didapat umumnya tidak sebanding
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan (lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan).
Namun karena prospek pertumbuhannya sangat pesat sehingga berpotensi untuk berubah
menjadi Stars atau Bintang. Manajemen perusahaan tersebut disarankan untuk tetap
berinvestasi pada produk atau bisnis unit yang berada dalam kategori Question Marks ini
karena pertumbuhan yang tinggi.
Dari penjelasan 4 kategori pada Matriks BCG diatas, terlihat bahwa analisis matriks BCG
memiliki hubungan yang erat dengan Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) seperti pada
gambar dibawah ini.
Strategi setelah Analisis Matriks BCG
Setelah mengetahui posisi produk dan bisnis unit kita berada, tahap selanjutnya adalah
menerapkan strategi yang sesuai dengan kondisi pasar dan tingkat persaingan yang ada.
Berikut ini terdapat empat strategi yang dapat diterapkan pada bisnis unit atau produk-produk
yang berada dalam Matriks BCG.
1. Build atau Membangun, yaitu meningkatkan investasi pada produk atau unit bisnis
agar dapat meningkatkan pangsa pasar. Strategi ini biasanya dilakukan untuk
mendorong produk-produk dalam kategori Question Marks menjadi Stars dan
akhirnya menjadi Cash Cows.
11. 11
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
2. Hold atau Mempertahankan, yaitu strategi untuk mempertahankan produk-produk
agar tetap pada kategori yang sama. Strategi tersebut biasanya digunakan pada
kategori Stars.
3. Harvest atau Memanen, yaitu strategi untuk mengurangi investasi dan mencoba
untuk mendapatkan uang tunai (cash) semaksimum mungkin dari produk atau
meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan. Strategi ini biasanya digunakan pada
produk-produk atau unit bisnis yang berada di kategori Cash Cows.
4. Divest atau Melakukan Divestasi, yaitu strategi yang melakukan penutupan usaha
atau likuidasi terhadap unit bisnis atau produk yang mengalami kerugian atau produk
yang memiliki pangsa pasar rendah. Strategi Divestasi ini biasanya dilakukan pada
produk atau unit bisnis yang berada di kategori Dogs.
12. 12
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Hapzi Ali, 2019. Modul Manajemen Strategic, UMB Jakarta.
Alex Miller, Strategic Management, Pengantar Manajemen (Ismail Solihin)
http://chandraekapurwanto.blogspot.com/2013/03/five-forces-model-porter.html
(diakses pada 18 Juni 2019 pukul 07.20 WIB)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-analisis-matriks-bcg-dan-contohnya/
(diakses pada 18 Juni 2019 pukul 07.30 WIB)
https://kotaawan.wordpress.com/2011/12/16/matriks-bcg-boston-consulting-group/
(diakses pada 18 Juni 2019 pukul 07.35 WIB)
13. 13
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
PORTER’S FIVE COMPETITIVENESS FORCE MODEL
DAN
BCG MATRIX
Pada PT. AQUA
PORTER’S FIVE COMPETITIVENESS FORCE MODEL
Pada PT. AQUA
1. Persaingan antar Perusahaan Saingan
Kebutuhan masyarakat akan air minum meningkat seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk. Kesadaran masyarakat akan butuhnya air minum yang bersih dan
menyehatkan berpengaruh pada persepsi masyarakat akan konsumsi Air Minum Dalam
Kemasan. Atas dasar itulah, banyak pemain baru yang masuk dalam industri ini.
Menurut data Aspadin(Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia), tercatat
lebih dari 400 perusahaan AMDK dan lebih dari 600 merek yang ada di pasaran. Hal ini
menjelaskan bahwa beberapa perusahaan memiliki lebih dari satu merek untuk merespon
tuntutan pasar yang beragam mulai dari harga sampai dengan kualitas. Sebagai contoh, PT.
Golden Aqua Mississipi yang memproduksi Aqua juga memproduksi VIT.
Pemain dalam Industri butuh usaha ekstra keras untuk meningkatkan produk yang berbeda,
kualitas yang terjamin dan brand image. Kondisi persaingan sangat ketat karena banyak
pesaing menjual produk AMDK yang sama. Untuk itu diperlukan informasi pasar dan kondisi
pesaing terutama kelemahan dan kekuatan pesaing. Informasi itu penting berhubungan dengan
penggunaan kebijakan tentang produk, harga, promosi dan distribusi.
2. Potensi masuknya pesaing baru
Di Indonesia Dari tahun ke tahun konsumsi air kemasan terus meningkat, tercatat
tahun 1973 kapasitas produksi hanya 6 juta liter per tahun. Tahun 2001 meningkat tajam
menjadi 5,4 milyar liter. Setahun kemudian naik 31,5% menjadi 7,1 milyar liter. Lalu pada
2003 meningkat 14,1% mencapai 8,1 milyar liter. Tahun 2011 konsumsi air kemasan
mencapai 17,3 milyar liter meningkat 23% di bandingkan tahun 2010. Tahun 2012
diperkirakan konsumsi air kemasan meningkat menjadi 19,88 milyar liter per tahun.
Dengan data di atas maka terdapat potensi masuknya pesaing baru di indonesia, karena
permintaan akan AMDK semakin meningkat. Tetapi dengan banyaknya merk atau produk
yang sudah ada sekarang, maka pemerintah harus ekstra ketat mengawasi keberlangsungan
produk tersebut, karena banyak survey yang menyatakan terdapat produk AMDK yang
14. 14
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
membahayakan untuk konsumen. Sehingga proses pengolahan dan pembuatan AMDK harus
mempunyai standart khusus yang sudah ditetapkan. Dan pendatang baru juga harus
memperhatikan skala ekonomi, perbedann produk yang eksklusif, identitas merek, kebutuhan
modal, akses ke dalam distribusi, keuntungan dari biaya absolute, akses yang dibutuhkan,
kebijakan pemerintah, dan balasan yang diharapkan. Dengan demikian tidak semakin
bertambah merek AMDK yang ada dalam pasaran, dan akan mengurangi persaingan di
industry.
3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti
Salah satu ancaman dalam industri AMDK adalah air isi ulang. Meskipun merek-
merek tertentu telah memberi peringatan untuk tidak boleh mengisi dengan produk lain, tetapi
hal itu tidak berpengaruh karena pengawasan tidak ketat dalam aplikasinya. Terlebih harga air
mineral isi ulang yang lebih murah dan tetap praktis. Apalagi melihat harga kebutuhan pokok
semakin meningkat, tentu masyarakat menengah ke bawah lebih memilih alternative tersebut
karena kebutuhan akan air mineral tidak mungkin dikurangi.
4. Daya tawar pemasok
Dalam industri AMDK tentu pemasok mempunyai daya tawar yang tinggi, karena
kebutuhan akan bahan baku plastik untuk membuat kemasan (galon, botol, dan gelas) tidak
ada penggantinya. Dan tentu akan berpengaruh terhadap persangan dan juga biaya yang di
keluarkan perusahaan.
5. Daya tawar konsumen
Dalam industri AMDK daya tawar pembeli cukup tinggi, mengingat banyak
alternative lain yang tersedia di pasaran. Tetapi tidak terlalu mengancam dalam industri
terutama merk AQUA karena berorientasi terhadap kualitas. Jika konsumen sudah percaya
dan loyal terhadap air mineral yang di konsumsi pasti ia tidak akan mudah beralih. Apalagi
produk yang di konsumsi berkaitan dengan kesehatan, pasti tidak akan main-main dalam
menetukan pilihannya, meskipun banyak merek yang ada.
Kesimpulan
Berdasarkan model lima factor kekuatan porter di atas maka dapat disimpulkan
bahwa, industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) tidak mempunyai ancaman yang
cukup serius dalam persaingan baik dalam industry maupun pendatang baru, karena orientasi
konsumen cenderung terhadap kualitas produk. Dan hanya sebagian kecil dari konsumen yang
orientasinya terhadap harga. Tetapi masalah yang menjadi ancaman bagi industri AMDK
15. 15
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
adalah faktor lingkungan. Mengingat industri ini yang mengakibatkan limbah plastik semakin
meningkat dan hampir tidak bisa dimusnahkan. Meskipun berbagai alternative telah dilakukan
tetapi belum dapat dirasakan keberhasilannya.
Peluang dalam industri Air Mineral Dalam Kemasan sangat baik, yaitu dapat kita lihat
semakin bertambahnya penduduk Indonesia baik dilihat dalam tingkat kehamilan dan
kelahiran, maka memberi peluang yang cemerlang karena dapat meningkatkan penjualan yang
berdampak terhadap peningkatan produksi, peningkatan tenaga kerja, peningkatan
pendapatan dan peningkatan laba bagi perusahaan. Dan juga peran pemerintah untuk
mensosialisasikan cara hidup sehat untuk minum air 10-11 gelas per hari per orang juga
mendatangkan peluang bagi industri AMDK untuk meningkatkan produksinya.
BCG MATRIX
Pada PT. AQUA
AQUA
AQUA REFLECTION
MIZONE
AQUA 50
16. 16
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Porter’s Five Competitiveness Force Model, BCG Matrix
”
1. Tanda tanya (Question Mark): memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah, tetapi
mereka bersaing dalam industri yang bertumbuh pesat. Pertumbuhan produk turunan Aqua
yaitu Aqua Reflection terbilang rendah tetapi juga bersaing di industri yang bertumbuh
pesat.
2. Bintang (Star): memiliki peluang jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan dan
profitabilitas bagi organisasi. Dalam hal ini produk Aqua merupakan produk unggulan
yang pertumbuhannya terus meningkat dan memiliki pangsa pasar yang luas.
3. Sapi perah (Cash Cow): memiliki pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi bersaing dalam
industri yang pertumbuhannya lambat. Meskipun pangsa pasar Aqua tinggi, namun salah
satu produknya yaitu Mizone mengalami pertumbuhan yang masih rendah.
4. Anjing (Dog): memiliki pangsa pasar relatif yang rendah dan bersaing dalam industri yang
pertumbuhannya rendah atau tidak tumbuh. Pertumbuhan produk turunan Aqua yaitu
AQUA 50 terbilang rendah, begitu juga dengan pangsa pasarnya.
Referensi:
https://andyseptianwibisono.wordpress.com/2013/06/25/tugas-manajemen-strategik-pt-aqua-
golden-mississippi-tbk/
http://wawancigul.blogspot.com/2015/12/analisismanajemen-strategik-pt.html