Tugas ini membahas pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan masalah yang dihadapi, termasuk regulasi dan kehadiran apoteker, serta implementasi pelayanan farmasi klinis oleh tenaga non-apoteker. Konseling obat merupakan aspek penting dalam pelayanan kefarmasian, namun seringkali dilakukan oleh tenaga teknis bukan apoteker.
Dokumen tersebut membahas penggolongan obat menurut pemerintah Indonesia yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika serta penjelasan mengenai masing-masing golongan tersebut."
Dokumen tersebut membahas mengenai peran penting farmasis dalam memberikan konsultasi obat kepada masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan mengurangi risiko efek samping obat. Konsultasi farmasi meliputi memberikan edukasi tentang penyakit, pengobatan, dan cara penggunaan obat yang benar kepada pasien. Teknik komunikasi seperti bertanya, mendengarkan, dan memberikan contoh digunakan untuk memastikan pas
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling yang dilakukan oleh apoteker, termasuk tujuan, sasaran, jenis informasi yang diberikan kepada berbagai pihak, dan dasar hukum yang mengatur PIO dan konseling di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu galenika yang mempelajari pembuatan sediaan obat sederhana dari bahan alam, termasuk cara penarikan zat bermanfaat dari bahan tumbuhan dan hewan menggunakan cairan pelarut seperti air dan etanol."
Kuliah ini membahas peranan farmasis dalam memberikan pelayanan informasi obat dan konseling pasien, khususnya untuk penyakit kronis. Farmasis perlu memiliki keahlian komunikasi yang baik, kemampuan memecahkan masalah, dan evaluasi literatur medis untuk membantu pasien mengelola penyakitnya dengan benar. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat.
Dokumen tersebut membahas penggolongan obat menurut pemerintah Indonesia yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika serta penjelasan mengenai masing-masing golongan tersebut."
Dokumen tersebut membahas mengenai peran penting farmasis dalam memberikan konsultasi obat kepada masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan mengurangi risiko efek samping obat. Konsultasi farmasi meliputi memberikan edukasi tentang penyakit, pengobatan, dan cara penggunaan obat yang benar kepada pasien. Teknik komunikasi seperti bertanya, mendengarkan, dan memberikan contoh digunakan untuk memastikan pas
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling yang dilakukan oleh apoteker, termasuk tujuan, sasaran, jenis informasi yang diberikan kepada berbagai pihak, dan dasar hukum yang mengatur PIO dan konseling di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu galenika yang mempelajari pembuatan sediaan obat sederhana dari bahan alam, termasuk cara penarikan zat bermanfaat dari bahan tumbuhan dan hewan menggunakan cairan pelarut seperti air dan etanol."
Kuliah ini membahas peranan farmasis dalam memberikan pelayanan informasi obat dan konseling pasien, khususnya untuk penyakit kronis. Farmasis perlu memiliki keahlian komunikasi yang baik, kemampuan memecahkan masalah, dan evaluasi literatur medis untuk membantu pasien mengelola penyakitnya dengan benar. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas, yang meliputi pengertian dan tujuan pelayanan kefarmasian, standar pelayanan kefarmasian sesuai peraturan, peran apoteker di puskesmas, serta indikator dan target pelayanan kefarmasian.
Tujuan penggolongan obat adalah mempermudah identifikasi dan pengelolaan obat, memperkuat regulasi hukum, dan meminimalisir penyalahgunaan. Obat dikelompokkan berdasarkan mekanisme kerja, lokasi pemakaian, rute pemberian, dan efek yang ditimbulkan. Sumber obat berasal dari flora, fauna, mineral, sintesis, dan mikroba.
Dokumen tersebut membahas penggunaan obat secara rasional, yang meliputi pemberian obat yang tepat untuk indikasi klinis pasien dengan dosis dan lama pemberian yang tepat serta harga terjangkau. Dokumen tersebut juga membahas dampak penggunaan obat yang tidak rasional seperti biaya yang tinggi dan efek samping. Pemkab Jember mendorong penggunaan kesehatan tradisional melalui program budidaya tanaman obat dan minum jamu.
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 193/kab/B.VII/71)
Dokumen tersebut membahas tentang cara pemakaian obat yang tepat, mencakup petunjuk pemakaian berbagai jenis obat seperti tetes mata, tetes hidung, semprot hidung, inhalasi, vaginal, tetes telinga, kumur, dan suppositoria. Dokumen lain membahas tentang penyebab dan penatalaksanaan demam, serta contoh obat demam parasetamol dan ibuprofen. Terakhir membahas tentang penyebab dan gejala influenza.
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetika klinis dalam merancang aturan dosis obat secara individual untuk mencapai respon terapeutik optimal dan meminimalkan efek samping, dengan mempertimbangkan variasi antar individu dalam farmakokinetika dan farmakodinamika."
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Dokumen tersebut membahas tentang peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut peraturan pemerintah serta penggolongan obat seperti obat bebas, obat wajib apotek, obat keras, dan obat paten beserta penjelasan mengenai masing-masing golongan obat.
Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker secara aseptis untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan menjaga keamanan personil, produk dan lingkungan, serta menghindari kontaminasi silang melalui prosedur yang ketat.
Dokumen tersebut membahas manfaat konseling sebagai bentuk komunikasi dalam praktek farmasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Dua penelitian menunjukkan bahwa konseling obat berpengaruh positif terhadap pengetahuan, sikap, dan kepatuhan pasien diabetes dan tuberkulosis serta menurunkan kadar glukosa darah pasien diabetes. Konseling obat perlu diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar perhitungan dosis obat, termasuk faktor yang mempengaruhi perhitungan dosis, cara menghitung dosis untuk bayi dan anak, serta istilah-istilah yang sering digunakan dalam perhitungan dosis obat.
Ringkasan:
Konseling adalah diskusi antara konselor dan klien untuk memberikan dukungan dan dorongan agar klien dapat memecahkan masalahnya sendiri. Tujuan konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi, menghormati pilihan pasien, dan meminimalkan risiko efek samping. Konseling farmasi bertujuan membantu pasien mengatur pengobatan dan masalah terkait penyakitnya.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas, yang meliputi pengertian dan tujuan pelayanan kefarmasian, standar pelayanan kefarmasian sesuai peraturan, peran apoteker di puskesmas, serta indikator dan target pelayanan kefarmasian.
Tujuan penggolongan obat adalah mempermudah identifikasi dan pengelolaan obat, memperkuat regulasi hukum, dan meminimalisir penyalahgunaan. Obat dikelompokkan berdasarkan mekanisme kerja, lokasi pemakaian, rute pemberian, dan efek yang ditimbulkan. Sumber obat berasal dari flora, fauna, mineral, sintesis, dan mikroba.
Dokumen tersebut membahas penggunaan obat secara rasional, yang meliputi pemberian obat yang tepat untuk indikasi klinis pasien dengan dosis dan lama pemberian yang tepat serta harga terjangkau. Dokumen tersebut juga membahas dampak penggunaan obat yang tidak rasional seperti biaya yang tinggi dan efek samping. Pemkab Jember mendorong penggunaan kesehatan tradisional melalui program budidaya tanaman obat dan minum jamu.
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 193/kab/B.VII/71)
Dokumen tersebut membahas tentang cara pemakaian obat yang tepat, mencakup petunjuk pemakaian berbagai jenis obat seperti tetes mata, tetes hidung, semprot hidung, inhalasi, vaginal, tetes telinga, kumur, dan suppositoria. Dokumen lain membahas tentang penyebab dan penatalaksanaan demam, serta contoh obat demam parasetamol dan ibuprofen. Terakhir membahas tentang penyebab dan gejala influenza.
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetika klinis dalam merancang aturan dosis obat secara individual untuk mencapai respon terapeutik optimal dan meminimalkan efek samping, dengan mempertimbangkan variasi antar individu dalam farmakokinetika dan farmakodinamika."
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Dokumen tersebut membahas tentang peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut peraturan pemerintah serta penggolongan obat seperti obat bebas, obat wajib apotek, obat keras, dan obat paten beserta penjelasan mengenai masing-masing golongan obat.
Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker secara aseptis untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan menjaga keamanan personil, produk dan lingkungan, serta menghindari kontaminasi silang melalui prosedur yang ketat.
Dokumen tersebut membahas manfaat konseling sebagai bentuk komunikasi dalam praktek farmasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Dua penelitian menunjukkan bahwa konseling obat berpengaruh positif terhadap pengetahuan, sikap, dan kepatuhan pasien diabetes dan tuberkulosis serta menurunkan kadar glukosa darah pasien diabetes. Konseling obat perlu diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar perhitungan dosis obat, termasuk faktor yang mempengaruhi perhitungan dosis, cara menghitung dosis untuk bayi dan anak, serta istilah-istilah yang sering digunakan dalam perhitungan dosis obat.
Ringkasan:
Konseling adalah diskusi antara konselor dan klien untuk memberikan dukungan dan dorongan agar klien dapat memecahkan masalahnya sendiri. Tujuan konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi, menghormati pilihan pasien, dan meminimalkan risiko efek samping. Konseling farmasi bertujuan membantu pasien mengatur pengobatan dan masalah terkait penyakitnya.
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIENasih gahayu
Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat tiga poin penting tentang komunikasi dokter-pasien, yaitu: (1) Komunikasi efektif dapat meningkatkan kepuasan pasien dan kepercayaan pasien kepada dokter, (2) Ada empat langkah komunikasi yang efektif yaitu SAJI (Salam, Ajak bicara, Jelaskan, Ingatkan), (3) Kode etik kedokteran menegaskan pentingnya kemampuan berkomunikasi bagi d
Komunikasi efektif diperlukan untuk menjamin komunikasi antar profesional pemberi asuhan di Puskesmas atau fasilitas layanan kesehatan dapat berjalan dengan cepat, tepat, informatif, dan tidak bermakna ganda. Hal ini juga meningkatan mutu dan keselamatan pasien selama pelayanan. Puskesmas menyusun standar terhadap tatacara komunikasi antar PPA selama asuhan pasien berjalan.
Dokumen tersebut membahas beberapa konsep dasar tentang manajemen rumah sakit, meliputi pengertian rumah sakit, fungsi dan kualitas pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan rawat inap. Dokumen juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit, persepsi dan harapan pelanggan rumah sakit, serta pentingnya memenuhi permintaan pelanggan.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan informasi obat di apotek, meliputi tujuan, sasaran, kategori, dan langkah-langkah pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan untuk mendukung terapi obat yang rasional dan meningkatkan keberhasilan pengobatan. Dokumen juga membahas mengenai konseling pasien di apotek guna menjamin keamanan dan efektivitas pengunaan obat.
Dokumen tersebut membahas tentang standar dan unsur penilaian pendidikan pasien dan keluarga di rumah sakit. Dokumen tersebut menjelaskan tujuh standar dan delapan belas unsur penilaian yang harus dipenuhi rumah sakit dalam memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga.
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi profesional dalam pelayanan kesehatan dan beberapa isu serta tren yang terkait. Isu utama yang diangkat adalah pentingnya komunikasi yang baik antara tenaga medis dan pasien untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan menghindari kesalahpahaman.
Dokumen tersebut membahas tentang konseling dan persetujuan tindakan medis dalam pelayanan keluarga berencana, mencakup tujuan, prinsip, keuntungan, hak pasien, peran konselor, jenis dan faktor penghambat konseling serta langkah-langkah konseling KB menggunakan metode SATU TUJU.
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan pelayanan kefarmasian dari yang berorientasi pada produk menjadi berorientasi pada pasien (pharmaceutical care), peran farmasis dalam memberikan pelayanan obat yang tepat kepada pasien, serta peraturan pemerintah terkait pelaksanaan pharmaceutical care.
Dokumen tersebut membahas tentang tanggung jawab dan tanggung gugat bidan dalam praktik kebidanan. Secara garis besar, dibahas mengenai empat aspek tanggung jawab bidan, yaitu: 1) terhadap klien dan masyarakat, 2) terhadap tugasnya, 3) terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, 4) terhadap profesinya. Dibahas pula mengenai hak-hak pasien dan prinsip-prins
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan terapi obat yang meliputi identifikasi masalah penggunaan obat pasien, evaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat, serta rekomendasi perubahan terapi jika diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
The patient presented with acute tonsilopharyngitis, speech delay, type 2 diabetes mellitus, and ischemic heart disease. Their medical history involved multiple chronic conditions affecting different body systems including infectious pharyngitis, developmental issues, endocrine disorders, and cardiovascular disease.
Secara organisasi dan profesi, Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) merupakan bagian dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang bertugas membina, mengawasi, dan menilai pelaksanaan kode etik serta menjaga disiplin para apoteker di Indonesia. Secara profesi, MEDAI mengatur pedoman disiplin bagi para apoteker dalam berpraktik untuk melindungi pasien dan meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
Peran Apoteker di Apotek adalah memberikan pelayanan kefarmasian diantaranya yang utama adalah memberikan pelayanan swamedikasi dan pelayanan resep.
Dalam memberikan pelayanan resep, apoteker harus memahami Resep dan menginterpretasikan resep. Apoteker harus memahami cara melakukan compounding dan dispensing resep
.
Adapun tahapan Compounding dan Dispensing Resep sebagai berikut:
1. Menerima dan memvalidasi resep
2. Memahami dan menginterpratasikan resep
3. Penyiapan dan pemberian label
5. Melakukan Pencatatan Data
6. Pelayanan Informasi Obat
Sublingual berarti di bawah lidah.Tablet ini dipakai dengan cara meletakan tablet persis dibawah lidah. Dengan diletakan di bawah lidah penyerapan oleh mukosa mulut akan lebih maksimal. Obat-obatan yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar memberikan efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap dengan baik oleh selaput lendir mulut.
Elektroforesis adalah teknik pemisahan suatu partikel/ spesies/ ion atau partikel koloid berdasarkan kemampuan berpindah melalui medium konduktif, biasanya berupa larutan bufer, sebagai respon adanya suatu medan listrik (Harvey 2000). Secara teknis, elektroforesis merupakan istilah yang diberikan untuk migrasi partikel yang bermuatan akibat diberikan arus listrik searah atau DC (Direct Current). Umumnya teknik dari cikal-bakal elektroforesis digunakan untuk menentukan muatan dari suatu koloid (Patnaik 2004). Teknik elektroforesis ditentukan oleh ciri molekular ionik dan adanya muatan sebagai sifat fisik. Arah dan laju pergerakan tergantung pada spot dan intensitas muatan ionik (Rouessac 2007). Bufer elektroda digunakan untuk konduktor arus dengan menjadi jembatan konduksi diantara dua elektroda sehingga memungkinkan terjadinya aliran medan listrik (Skoog 2002).
1. BMI (Body Mass Indeks) atau IMT(Indeks Massa Tubuh):
Adalah metode pengukuran yang membandingan antara tinggi dan berat badan
Untuk menilai status gizi seseorang
Menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang
Merupakan altenatif untuk pengukuran lemak tubuh
Kekurangan dan kelebihan dalam menggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak tubuh :
Kelebihan IMT:
- Biaya yang diperlukan tidak mahal
- Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan tinggi badan seseorang.
- Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada table IMT.
Kekurangan IMT:
- Pada olahragawan: tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina) yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam IMT disebabkan mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemah tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh.
- Pada anak-anak: tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah seiringan dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang. Jumlah lemak tubuh pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama pertumbuhan. Oleh itu, pada anak-anak dianjurkan untuk mengukur berat badan berdasarkan nilai persentil yang dibedakan atas jenis kelamin dan usia.
- Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu.
Jamur yang diklaim menunjukkan antitumor, antivirus, antibiotik, anti-inflamasi, hipoglikemik, kegiatan hipokolesterolemik dan hipotensi, serta memiliki nilai terapeutik dan gizi (Chang dan Miles, 1989; Breene, 1990; Miles dan Chang, 1997). Aktivitas antitumor adalah medisinal efek yang paling diteliti secara menyeluruh terutama dari jamur shiitake, jamur maitake, Sclerotina sclerotiorum dan HHB (Borchers, 1999).
Aktivitas antibakteri ekstrak metanol dari tiga Polypore jamur Phellinus rimosus, Ganoderma lucidum dan Navesporus floccosa dipelajari (Sheena et al., 2003). Studi pada sifat antimikroba dari Ganoderma lucidum, Fomes lignosus, HHB, Pleurotus florida, Lentinus subnudus, Leptoporus sp, Panus fulvus, Coriolus versicolor, Trametes saepiara, Trametes betulina, Daedalea elegans dan Auricularia auricula dilakukan (Fagedev, Oyalede, (2009).
Ekstrakdari etil asetat, kloroform, aseton dan etil alkohol Pleurotus ostreatus (Jack ex Fr.) Kum var. salignus, Pleurotus florida Fovose, HHB Fr., Helvella leucomelaena (Pexs) Nannf. dan Amanita virosa (Fr.) Bertillon diselidiki Kegiatan antimikrobanya terhadap Escherichia coli ATCC 25922, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aureginosa ATCC 27857 dengan Metode Difusi (Demirhan et al., 2007). Dalam penelitian ini, kegiatan antijamur Pseudoclitocybe cyathiformis Bull.
Ekstraksi dengan bantuan aseton, kloroform terhadap ke Fusarium moniliforme dan Fusarium culmorum diselidiki.
Tugas kimia bahasan alam bahari ini membahas karakterisasi dan aktivitas antibakteri senyawa dari spons Haliclona sp. yang diperoleh dari Teluk Manado. Tujuannya adalah menentukan daya hambat antibakteri ekstrak dan fraksi spons terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli serta karakteristik senyawa yang memiliki daya hambat paling besar. Spons mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid, steroid,
Fenilefrina hidroklorida mempunyai nama Benzenemethanol,3-hydroxy-α-[(methylamino)methyl]-,hydrochloride (R), mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,5% C9H13NO2.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian: kristal putih atau praktis putih, tidak berbau, berasa pahit. Kelarutan: mudah larut dalam air dan dalam etanol. pKi nilai 4.87, 4.70 dan 5.86. Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya (DIRJEN POM, 1995).
Fenilefrina merupakan agonis alpha-reseptor yang secara struktur mirip dengan epinefrin. Fenilefrin ditandai dengan struktur fenil-2-amino-etanol (Ophtalmic Drug Fact, 2009).
Zat ini berasal dari adrenalin, yang membedakan hanya tidak adanya fungsi 4-hidroksi. Fenilefrin hidroklorida harus disimpan dalam asli, tertutup rapat kontainer.
Ini harus ditempatkan dalam berventilasi, kamar dingin pada suhu tidak melebihi
25 ° C dan terlindung dari sinar matahari langsung. Umumnya, Phenylephrine Hidroklorida dikenal zat yang stabil (BASF chemical company, 2013).
Abstract
Silica powder at nanoscale was obtained by heat treatment of Vietnamese rice husk following the sol–gel method. The rice husk ash (RHA) is synthesized using rice husk which was thermally treated at optimal condition at 600°C for 4 h. The silica from RHA was extracted using sodium hydroxide solution to produce a sodium silicate solution and then precipitated by adding H2SO4 at pH = 4 in the mixture of water/butanol with cationic presence. In order to identify the optimal condition for producing the homogenous silica nanoparticles, the effects of surfactant surface coverage, aging temperature, and aging time were investigated. By analysis of X-ray diffraction, scanning electron microscopy, and transmission electron microscopy, the silica product obtained was amorphous and the uniformity of the nanosized sample was observed at an average size of 3 nm, and the BET result showed that the highest specific surface of the sample was about 340 m2/g. The results obtained in the mentioned method prove that the rice husk from agricultural wastes can be used for the production of silica nanoparticles.
Keywords: Rice husk ash, Silica nanoparticles, Sol–gel method, CTAB
Abstrak
Serbuk silika pada skala nano diperoleh dari sekam padi Vietnam dengan cara pemanasan yang diikuti dengan metode sol-gel. Abu sekam padi (RHA) disintesis menggunakan sekam padi yang diberi perlakuan termal pada kondisi optimal pada 600 ° C selama 4 jam. Silika dari RHA diekstraksi menggunakan larutan natrium hidroksida menghasilkan larutan natrium silikat dan kemudian diendapkan dengan menambahkan H2SO4 pada pH = 4 dalam campuran air / butanol dengan kationik. Untuk mendapatkan kondisi yang optimal dalam memproduksi silika nanopartikel yang homogen, efek cakupan permukaan surfaktan, aging temperature, dan aging time diselidiki. Analisis produk dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar-X, scanning mikroskop elektron, dan transmisi mikroskop elektron, produk silika yang diperoleh yaitu amorf dan keseragaman sampel ukuran nano diamati pada ukuran rata-rata 3 nm, dan hasil BET menunjukkan bahwa permukaan spesifik tertinggi dari sampel adalah sekitar 340 m2 / g . Hasil yang diperoleh dalam metode tersebut membuktikan bahwa sekam padi dari limbah pertanian dapat digunakan untuk produksi nanopartikel silika.
Kata kunci: Abu Sekam Padi, nanopartikel Silika, metode Sol–gel, CTAB
Dokumen ini membahas tentang kelarutan dan aktivitas biologis senyawa. Kelarutan berhubungan dengan aktivitas biologis melalui pengaruhnya terhadap absorpsi obat. Kelarutan dan koefisien partisi lemak/air merupakan sifat fisika penting yang mempengaruhi aktivitas biologis senyawa seri homolog. Modifikasi molekul dapat digunakan untuk mengembangkan obat baru dengan aktivitas yang diinginkan.
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepatnisha althaf
Prinsip Percobaan
Metode analisis dipercepat (accelerated stability analysis methods) adalah berdasarkan prinsip - prinsip kinetika kimia menurut cara ini nilai k untuk penguraian obat dalam larutan pada berbagai macam suhu (50,60,700c) sehingga diperoleh plot dengan beberapa fungsi konsentrasi terhadap waktu (penguraian orde nol) atau log konsentrasi terhadap waktu (penguraian orde pertama). Logaritma laju penguraian spesifik kemudian diplot terhadap kebalikan dari temperatur mutlak (plot Arrhenius) dan hasil serupa berupa garis lurus diekstraplotasikan sampai suhu kamar.
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implannisha althaf
Abstrak
Penelitian ini mengevaluasi stabilitas dan kompatibilitas campuran morfin sulfat, bupivakain, dan hidroklorida clonidine dan hidromorfon, bila digunakan dalam pompa aliran implan konstan di bawah kondisi penggunaan simulasi klinis. Pompa diisi dengan campuran obat dan diinkubasi pada 37 C selama 90 hari. Aliquots yang diambil sebagai sampel bulanan dari reservoir dan chateter outlet dan konsentrasi obat dianalisis menggunakan metode kromatografi tervalidasi. Bahan-bahan dari sistem infus dilarutkan dalam campuran obat dan disimpan pada 37 C selama 60 minggu dan dievaluasi untuk kinerja mekanik untuk pengujian kompatibilitas. Kedua campuran obat yang ditemukan menjadi stabil selama 90 hari di pompa pada 37 C. Semua perangkat bahan mempertahankan kinerja mekanik diterima setelah pemaparan. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua campuran obat yang stabil bila dipertahankan pada simulasi suhu tubuh dalam sistem infus implan selama 90 hari.
Dokumen tersebut membahas tentang diuretik, termasuk sejarah, definisi, klasifikasi, mekanisme kerja, dan contoh diuretik seperti manitol dan inhibitor karbonik anhidrase seperti asetazolamid.
Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik. 1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan eksresi dari Na+. Diuretik modern semakin berkembang sejak ditemukannya efek samping dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine.Terkecuali spironolakton, diuretik kebanyakan berkembang secara empiris, tanpa mengetahui mekanisme sistem transpor spesifik di nephron. Diuretik adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif, namun memiliki efek samping yang banyak pula.
Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih atau merangsang pengeluaran urin. Dengan kata lain diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis memiliki dua pengertian, ialah menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air.
Diuretik adalah suatu sediaan yang dapat meningkatkan laju urinasi dan volume air seni. Penggunaan diuretik dalam pengobatan medis dilakukan untuk menurunkan volume cairan ekstraseluler, khususnya pada penyakit yang berhubungan dengan edema dan hipertensi. Diuretik juga dilaporkan dapat dijadikan sebagai terapi sirosis hati, asites , sindrom nefritis, dan toksemia gagal ginjal. Sediaan diuretik dapat berasal dari senyawa kimia sintetik (buatan) dan alami (sumber hayati).
Dokumen tersebut membahas tentang sistem endokrin dan hormon. Ia menjelaskan fungsi, ciri-ciri, dan contoh kelenjar endokrin beserta hormon yang dihasilkan. Juga dibahas mekanisme kerja hormon, interaksi hormon-reseptor, dan beberapa studi kasus penyakit kelainan hormon seperti sindrom Cushing dan hipotiroidisme.
Dokumen tersebut membahas tentang DNA dan proses replikasi DNA. DNA merupakan materi genetik yang menyimpan informasi genetik dan mereplikasi diri melalui proses replikasi DNA. Proses replikasi DNA meliputi inisiasi, sintesis primer, sintesis untai pengawal dan tertinggal, penghapusan primer, dan ligasi untuk membentuk DNA baru.
Dokumen tersebut membahas tentang sterilisasi, yaitu proses untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus. Terdapat berbagai metode sterilisasi seperti pemanasan, radiasi, dan penggunaan bahan kimia. Metode sterilisasi bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan menjamin keamanan dari pencemaran oleh mikroorganisme.
Dokumen tersebut membahas tentang mikrobiologi farmasi khususnya fermentasi alkohol, meliputi pengertian fermentasi dan alkohol, cara pembuatan alkohol melalui proses fermentasi, analisis proses pembuatan, dan kegunaan alkohol di bidang farmasi.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
Tugas pharmaceutical care
1. TUGAS ASUHAN KEFARMASIAN NURUL ANISHA HAKIM(173202184) KELAS B
TUGAS ASUHAN KEFARMASIAN
NAMA : NURUL ANISHA HAKIM
NIM : 173202184
KELAS : B
1. Bagaimana Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan apa saja masalah yang dihadapi
Ada beberapa hal terkait dengan pelaksanaan pelayanan kefarmasian:
1. Tempat pelaksanaan pelayanan
Tempat pelaksanaan pelayanan kefarmasian oleh apoteker harus mudah diakses oleh
anggota masyarakat. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh
apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling obat. Apotek tempat berpraktek
harus memiliki ruang tunggu yang memadai, tempat memajang brosur/materi informasi,
dan ruangan tertutup untuk konseling pasien yang membutuhkan, ruang peracikan, dan
tempat pencucian alat.
2. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
Dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan,
penyimpanan dan pelayanan obat yang memakai sistim FIFO (first in first out) dan
FEFO (first expire first out).
3. Pelayanan resep
Meliputi skrining resep yang berisi nama, surat ijin praktek dan alamat dokter, tanggal
penulisan resep, tanda tangan/ paraf dokter penulis resep, nama dan umur pasien;
kesesuaian bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, eara dan lama
pemberian; pertimbangan klinis adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis
dan jumlah obat.
4. Peracikan obat
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan
etiket pada wadah sesuai dengan prosedur tetap. Obat dikemas dengan rapi dalam
kemasan yang coeok dan diberi etiket yang mudah dibaea. Sebelum obat diserahkan pada
pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan
konseling untuk pasien yang membutuhkan.
5. Konseling obat
Konseling obat adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker
dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat
2. TUGAS ASUHAN KEFARMASIAN NURUL ANISHA HAKIM(173202184) KELAS B
dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas
hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan obat yang salah. Peran terpenting konseling pasien adalah memperbaiki
kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan yang bermutu untuk pasien (Rantucci,
2006).
Dengan adanya konseling obat diharapkan pasien mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman pasien dalam penggunaan obat sehingga berdampak pada kepatuhan
pengobatan dan keberhasilan dalam proses penyembuhan penyakitnya (Depkes RI, 2006).
Selain dapat meningkatkan kepatuhan pasien, pemberian konseling obat dapat
mengurangi terjadinya efek samping obat pada pengobatan yang dijalani oleh pasien
(Poudel dkk, 2008). Melalui konseling, apoteker dapat menyelidiki kebutuhan pasien
saat ini dan akan datang. Apoteker dapat menemukan apa yang perlu diketahui oleh
pasien, keterampilan apa yang perlu dikembangkan dalam diri pasien, dan masalah yang
perlu diatasi. Selain itu, apoteker diharapkan dapat menentukan perilaku dan sikap pasien
yang perlu dirubah (Rantucci, 2006). Untuk memberikan konseling obat yang benar
terhadap pasien mengenai obat, Apoteker diwajibkan untuk memiliki beberapa sumber
informasi. Sumber infomasi yang digunakan bisa berasal dari pustaka, media cetak, dan
internet (Rantucci, 2006). Sumber informasi obat meliputi antara lain dokumen, fasilitas,
lembaga dan manusia. Sedangkan dalam praktiknya sumber informasi obat digolongkan
menjadi tiga macam yaitu sumber informasi primer, sumber informasi sekunder dan
sumber informasi tersier (Kurniawan dan Chabib, 2010).
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Konseling:
Dalam melakukan konseling terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya
adalah:
1) Manajemen Ruang Konseling
Manajemen ruang dapat diartikan sebagai upaya penataan dan pengelolaan ruang,
agar setiap individu berada dalam suasana yang kondusif bagi perwujudan dirinya
secara sehat, sehingga mampu melakukan berbagai tugas secara efektif, efisien, dan
produktif. Hal-hal fisik yang perlu diperhatikan adalah tata letak, penerangan,
atmosfer, warna, kebersihan, dan kepadatan. Dalam pelaksanaan konseling
dibutuhkan ruang khusus, karena dapat meningkatkan penerimaan penderita terhadap
3. TUGAS ASUHAN KEFARMASIAN NURUL ANISHA HAKIM(173202184) KELAS B
informasi konseling, sehingga memungkinkan penderita patuh terhadap regimen obat,
dan menimbulkan kepuasan penderita pada pelayanan ini (Surya, 2003).
2) Efektifitas Konseling
Hal-hal yang mempengaruhi efektifitas konseling diantaranya adalah durasi konseling,
tingkat keparahan penyakit penderita, motivasi apoteker dan penderita selama
konseling, pengetahuan apoteker terhadap materi yang diberikan pada penderita,
kemampuan apoteker dalam menciptakan suasana yang kondusif selama proses
konseling, sehingga penderita dapat dengan mudah memahami materi yang diberikan
(Surya, 2003).
3) Kompetensi Apoteker
Kompetensi tersebut mencakup pengetahuan profesi, kemampuan berkomunikasi.
Kompetensi apoteker dapat memberikan kepercayaan penderita terhadap informasi
yang diberikan, sehingga apoteker dapat memberikan pelayanan konseling secara
efektif.
4) Keterbatasan yang Dimiliki Penderita
Keterbatasan penderita dikelompokkan menjadi keterbatasan fungsional dan emosi.
Keterbatasan fungsional menyebabkan penderita sulit menerima atau memahami
materi yang disampaikan apoteker. Keterbatasan fungsional terdapat 3 kategori,
yaitu :
a) Keterbatasan visual dan pendengaran
b) Keterbatasan bahasa
c) Kesulitan memahami pada penderita gangguan jiwa, atau keterbelakangan mental
Keterbatasan emosi terjadi ketika penderita memiliki emosi yang dapat
mempengaruhi penderita dalam mendengarkan dan menerima materi konseling yang
diberikan oleh apoteker. Dalam hal ini apoteker harus mampu memahami dan
mengatasi emosi yang dimiliki oleh penderita (Remington, 2006).
5) Penerima Konseling
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penderita penerima konseling, yaitu :
usia, pendidikan, sosial, ekonomi. Pada penderita usia manula kemungkinan
ditemukan keterbatasan fungsional, seperti : pendengaran yang dapat menghambat
komunikasi verbal, sehingga diperlukan pendamping dalam konseling, atau
pemberian informasi tertulis. Tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi dapat
mempengaruhi tingkat pemahaman penderita terhadap materi konseling, sehingga
materi konseling perlu disusun dan disampaikan dengan cara yang dapat diterima oleh
4. TUGAS ASUHAN KEFARMASIAN NURUL ANISHA HAKIM(173202184) KELAS B
penderita konseling, dengan memperhatikan keterbatasan penderita (Remington,
2006).
6) Komunikasi dalam Konseling
Keberhasilan konseling dipengaruhi oleh komunikasi yang efektif antara penderita
dan apoteker. Komunikasi berjalan efektif apabila materi yang disampaikan dapat
diterima dan dipahami dengan baik oleh penderita
a) Kompetensi Apoteker Pemberi Konseling Apoteker pemberi konseling harus
mampu mengkomunikasikan informasi secara efektif baik verbal maupun tertulis
pada penderita. Berikut ini adalah kompetensi yang harus dimiliki apoteker
pemberi konseling (Blissit dkk., 1972) :
(1) Kemampuan menyampaikan dan kemampuan dalam mengevaluasi penggunaan
obat, menyimpulkan, serta memberi keputusan.
(2) Kemampuan mengkomunikasikan informasi farmakoterapetik baik secara
verbal ataupun tertulis dengan efektif.
(3) Kemampuan untuk memberikan pendidikan pada professional kesehatan lain
mengenai inkompatibilitas, interaksi obat, reaksi obat merugikan, biofarmasetik,
tujuan pemberian obat, dosis.
(4) Kemampuan menyumbangkan keputusan professional yang dapat meningkatkan
efektivitas pelayanan farmasi klinik edukasi penderita dan professional
kesehatan lain.
b) Alat Bantu Konseling
Agar konseling menjadi lebih efektif ada beberapa alat bantu yang dapat digunakan.
Alat bantu yang digunakan terdiri dari perlengkapan yang diberikan oleh apoteker
sebagai konselor dalam melakukan konseling maupun alat bantu yang diberikan
kepada pasien.
Perlengkapan Apoteker dalam melaksanakan konseling :
(1) Panduan konseling, berisi daftar untuk mengingatkan apoteker poin-poin
konseling yang penting
(2) Kartu pasien, berisi identitas pasien dan catatan kunjungan pasien
(3) Literature pendukung
(4) Brosur tentang obat-obat tertentu, memberikan kesempatan kepada pasienuntuk
membaca lagi jika lupa
5. TUGAS ASUHAN KEFARMASIAN NURUL ANISHA HAKIM(173202184) KELAS B
(5) Alat peraga, dapat menggunaka audiovisual, gambar-gambar, poster, maupun
sediaan yang berisi plasebo.
(6) Alat komunikasi untuk mengingatkan pasien agar mendapatkan
lanjutanpengobatan.
c) Tahapan Konseling
(1) Pembukaan
Pembukaan konseling yang baik antara apoteker dan pasien dapat menciptakan
hubungan yang baik, sehingga pasien akan merasa percaya untuk memberikan
informasi tentanng pengobatannya kepada apoteker.
(2) Diskusi
Diskusi dalam konseling sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan informasi dan
identifikasi masalah. Pada sesi ini apoteker dapat mengetahui berbagai
informasi dari pasien tentang masalah potensial yang mungkin terjadi selama
pengobatan. Pasien bisa merupakan pasien baru ataupun pasien yang
meneruskan pengobatan.
(3) Diskusi untuk memecahkan masalah dan mempelajarinya
Setiap alternatif cara pemecahan masalah harus didiskusikan dengan pasien.
Apoteker juga harus mencatat terapi dan rencana untuk monitoring terapi yang
diterima oleh pasien.
(4) Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh.
Apoteker harus memastikan apakah informasi yang diberikan selama konseling
dapat dipahami dengan baik oleh pasien dengan cara meminta kembali pasien
untuk mengulang informasi yang sudah diterima.
(5) Menutup Diskusi
Sebelum menutup diskusi sangat penting untuk apoteker bertanya kepada pasien
apakah ada hal-hal yang masih ingin ditanyakan maupun yang tidak dimengerti
oleh pasien.
(6) Follow-up diskusi
Pada fase ini agak sulit dilakukan sebab terkadang pasien mendapatkan apoteker
yang berbeda pada sesi konseling berikutnya (Depkes RI, 2006). Aspek
konseling yang harus disampaikan kepada pasien menurut Omnibus Budget
Reconciliation Act of 1990 (OBRA ’90), hal yang harus didiskusikan dalam
melaksanakan konseling antara lain : nama dan deskripsi obat, cara pemakaian,
dosis, bentuk sediaan dan durasi pemakaian obat. Selain itu OBRA ’90 juga
6. TUGAS ASUHAN KEFARMASIAN NURUL ANISHA HAKIM(173202184) KELAS B
mengamanatkan kepada apoteker untk mendiskusikan tindakan khusus dan
pencegahan untuk penyiapan, administrasi dan penggunaan obat oleh pasien,
mendiskusikan efek samping atau efek samping yang parah atau interaksi dan
kontraindikasi yang mungkin terjadi termasuk pantangan dan tindakan yang
harus dilakukan jika terjadi, teknik pemantauan terapi obat mandiri,
penyimpanan, informasi pengobatan kembali dan tindakan jika terjadi salah
dosis (OBRA, 1990)
Permasalahan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian:
1. Regulasi dan kehadiran apoteker
Adanya kekurangan terhadap peran apoteker dimana peran apoteker dapat diambil alih
oleh tenaga non-profesional berkualitas yang bekerja di apotek komunitas. Keberadaan
apoteker menjadi hal yang sulit ditemukan pada saat jam pelayanan apotek, hanya
sebagian kecil apoteker yang berpraktik pada saat jam buka apotek dan tidak ada apoteker
pendamping untuk membantu penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di apotek.
Sehingga fungsi dan peran apoteker banyak dilaksanakan oleh pemilik sarana apotek dan
tenaga teknis kefarmasian, tentunya mindset mereka berbeda terhadap pelaksanaaan
pelayanan kefarmasian. Kegiatan pencatatan, penerimaan, penyimpanan dan pengendalian
sediaan farmasi merupakan kegiatan yang tidak bisa ditunda-tunda. Sehingga kegiatan
tersebut lebih sering dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian, yang memang
keberadaannya selalu ada selama jam buka apotek.
2. Implementasi pelayanan farmasi klinis yang dilakukan oleh tenaga non apoteker
Kegiatan pelayanan farmasi klinis yang paling sering dilakukan oleh apoteker adalah
pengkajian administrasi resep, pengkajian kesesuaian farmasetik pada resep, pengkajian
pertimbangan klinis pada resep, penyerahan obat, pemberian informasi cara penggunaan
obat, pelayanan informasi obat dan konseling. Namun hal tersebut dilakukan oleh selain
apoteker.
3. Pelayanan obat keras tanpa resep dokter
Obat keras tanpa resep dokter masih terjadi di apotek dan sebagian besar pelayanan obat
keras tanpa resep yang ditemui tidak disertai pemberian konseling oleh apoteker di apotek
sehingga maraknya kejadian ini berisiko menyebabkan penggunaan obat yang salah (drug
misuse) oleh masyarakat.
4. Persepsi masyarakat dalam pengobatan
Faktor pasien menghambat pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian, seperti pasien
lebih percaya kepada dokter dibandingkan apoteker, pasien menginginkan obatnya sendiri,
7. TUGAS ASUHAN KEFARMASIAN NURUL ANISHA HAKIM(173202184) KELAS B
dan pemahaman tentang obat masih rendah. Kebiasaan pasien dalam menggunakan obat
juga sulit untuk dipengaruhi oleh tenaga farmasi. Masyarakat awam hanya mengenal merk
obat saja, tetapi bagi mereka yang tingkat pendidikannya cukup baik bisa menerima
informasi obat yang disampaikan oleh tenaga farmasi.
5. Pelayanan farmasi klinis hanya sebatas pelayanan resep dan pelayanan informasi obat.
Pelayanan kefarmasian di rumah, monitoring efek samping obat dan dokumentasi
pelayanan farmasi klinis belum bisa dilaksanakan oleh sebagian besar apotek pada survei
ini, hal ini disebabkan kurangnya waktu apoteker untuk berpraktik di apotek. Sebagian
besar apoteker tidak berpraktik setiap hari di apotek
6. Skill
7. lingkungan
2. Bagaimana cara mengatasi masalah dalam pelayanan kefarmasian
1. Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek semestinya dalam hal apoteker
yang bekerja sama dengan pemilik modal, harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan. Dibutuhkan pelaksanaan regulasi yang ketat yang
membutuhkan kehadiran profesional yang qualified di apotek komunitas, serta
pelatihan personil melalui upaya kolaboratif dari semua pemangku kepentingan terkait
pelayan kefarmasian.
2. Keberadaan apoteker ditunjukkan dengan kehadirannya secara teratur di apotek.
Apotek tidak hanya menjual produk tetapi juga menjual informasi obat kepada pasien.
Hal ini merupakan salah satu bentuk pelayanan utuk mempertahankan konsumen yan
datang ke apotek.
3. Apoteker harus bisa mengkombinasikan keahliannya dalam manajemen, klinis dan
komunikasi dengan pasien. Apoteker harus meningkatkan kemampuannya dalam
ketiga bidang ini, dimana keahlian ini akan terbentuk jika tenaga farmasi sering
melakukan pelayanan langsung kepada pasien. Untuk menambah keahlian apoteker,
maka diperlukan pembelajaran berkelanjutan atau CPD (continuing professional
development). Keilmuan klinis dan manajemen bisa didapatkan dengan mengikuti
seminar atau diskusi kelompok kecil. Selain itu apoteker juga perlu terus meng-update
materi kefarmasian terkait konseling untuk melaksanakan swa medikasi, antara lain
pengetahuan dasar farmakoterapi, yang menyangkut : ilmu khasiat obat, dosis obat,
efek samping obat, interaksi 0 bat dan cara pengunaan 0 bat yang benar. Untuk
8. TUGAS ASUHAN KEFARMASIAN NURUL ANISHA HAKIM(173202184) KELAS B
pelayanan obat memerlukan nama 0 bat baru yang beredar serta produsennya,
demikian pula informasi obat yang ditarik dari peredaran serta alasannya
4. skill komunikasi, apoteker perlu banyak belajar karena tidak didapatkan pada jenjang
perguruan tinggi. Skill komunikasi akan terasah jika kita banyak menghadapi pasien,
sehingga kita bisa memulai obrolan atau memberikan saran yang tepat kepada pasien.
3. Berapa gaji yang diinginkan dari hasil pelayanan kefarmasian
Menurut saya apoteker jika telah melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan
sebagaimana mestinya yang telah di tetapkan dalam peraturan, maka gaji yang pantas
diperoleh apoteker non PNS di apotek atau di rumah sakit yaitu minimal 10.000.000 per
bulan.
Hal ini didasarkan atas surat keputusan PD IAI pengurus DKI akarta yang mengeluarkan
surat keputusan dengan nomor 050/PD.IAI/DKI Jakarta/VIII/2016 terkait imbal jasa
pekerjaan Apoteker di Apotek dan klinik, PBF, rumah sait, dan industri farmasi.
Berikut adalah imbal asa apoteker di berbagai tempat praktek.
Apotek dan klinik:
1. Jasa pokok profesi perbulan Rp. 3.500.000
2. Uang transport setiap kehadiran minimal 50.000
Misal apoteker dalam sebulan kehadiran adalah 26 hari maka uang transport
= 26 x 50.000 = Rp. 1.300.000
3. Uang makan setiap kehadiran adalah minimal 30.000
Misal apoteker dalam sebulan kehadiran adalah 26 hari maka uang makan
= 26 x 30.000 = Rp. 780.000
4. Tunjangan profesi perbulan minimal 1 % dari omzet (pendapatan kotor)
Misal omzet (pendapatan kotor perbulan) apotek adalah 100.000.000 per bulan maka
uang tunjangan apoteker
= 100.000.000 x 1% = 1000.000 perbulan
5. THR minimal 1 bulan dari jasa pokok profesi
Misal gaji pokok = Rp. 3.500.000
Maka THR minimal 1 bulan = Rp. 3.500.000
6. Evaluasi kenaikan jasa pokok profesi tiap tahun minimal 10% dari gaji pokok
minimal
= 10% x 3.500.000 = Rp. 350.000
Jadi jika kalau di total kan kira-kira 10.000.000 perbulannya.