Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetika klinis dalam merancang aturan dosis obat secara individual untuk mencapai respon terapeutik optimal dan meminimalkan efek samping, dengan mempertimbangkan variasi antar individu dalam farmakokinetika dan farmakodinamika."
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Dokumen tersebut membahas manfaat konseling sebagai bentuk komunikasi dalam praktek farmasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Dua penelitian menunjukkan bahwa konseling obat berpengaruh positif terhadap pengetahuan, sikap, dan kepatuhan pasien diabetes dan tuberkulosis serta menurunkan kadar glukosa darah pasien diabetes. Konseling obat perlu diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Dokumen tersebut membahas manfaat konseling sebagai bentuk komunikasi dalam praktek farmasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Dua penelitian menunjukkan bahwa konseling obat berpengaruh positif terhadap pengetahuan, sikap, dan kepatuhan pasien diabetes dan tuberkulosis serta menurunkan kadar glukosa darah pasien diabetes. Konseling obat perlu diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Farmakokinetik klinik digoksin, pengaruh kondisi dan keadaan penyakit gagal ginjal, hati, gagal jantung dan obesitas pada parameter farmakokinetik dan pengaturan dosis digoksin
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Dokumen tersebut membahas tentang farmakokinetik nonlinier yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenuhnya sistem enzim dan pembawa, serta adanya perubahan patologis dalam proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa contoh perhitungan waktu eliminasi obat dengan menggunakan persamaan Michaelis-Menten dan kapasitas terbatas.
Dokumen tersebut membahas prinsip kerja obat, meliputi aksi obat pada target molekul seperti reseptor, absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat di dalam tubuh, serta hubungan antara dosis dan respon terhadap obat.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesMusrin Salila
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan kadar parasetamol dalam sediaan obat. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis dan teori terkait spektroskopi serta struktur kimia parasetamol dijelaskan sebagai dasar untuk menganalisis kadar parasetamol.
Biofarmasetika mempelajari hubungan antara sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian yang mempengaruhi kecepatan dan derajat absorpsi obat. Faktor-faktor seperti kelarutan, hidrofilisitas, bentuk garam, dan polimorfisme mempengaruhi proses disolusi dan absorpsi obat. Uji biofarmasetika penting untuk memprediksi bioavailabilitas dan memilih formulasi terbaik.
Therapy Drug Monitoring (TDM) adalah proses pemantauan kadar obat di dalam darah untuk menentukan dosis obat yang efektif dan mencegah toksisitas. TDM melibatkan pengukuran kadar obat di laboratorium untuk menyesuaikan pengobatan pasien berdasarkan faktor seperti usia, berat badan, dan penyakit lainnya. Tujuan utama TDM adalah memastikan keamanan dan efektivitas penggunaan obat.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan terapi obat yang meliputi identifikasi masalah penggunaan obat pasien, evaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat, serta rekomendasi perubahan terapi jika diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
Farmakokinetik klinik digoksin, pengaruh kondisi dan keadaan penyakit gagal ginjal, hati, gagal jantung dan obesitas pada parameter farmakokinetik dan pengaturan dosis digoksin
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Dokumen tersebut membahas tentang farmakokinetik nonlinier yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenuhnya sistem enzim dan pembawa, serta adanya perubahan patologis dalam proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa contoh perhitungan waktu eliminasi obat dengan menggunakan persamaan Michaelis-Menten dan kapasitas terbatas.
Dokumen tersebut membahas prinsip kerja obat, meliputi aksi obat pada target molekul seperti reseptor, absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat di dalam tubuh, serta hubungan antara dosis dan respon terhadap obat.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesMusrin Salila
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan kadar parasetamol dalam sediaan obat. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis dan teori terkait spektroskopi serta struktur kimia parasetamol dijelaskan sebagai dasar untuk menganalisis kadar parasetamol.
Biofarmasetika mempelajari hubungan antara sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian yang mempengaruhi kecepatan dan derajat absorpsi obat. Faktor-faktor seperti kelarutan, hidrofilisitas, bentuk garam, dan polimorfisme mempengaruhi proses disolusi dan absorpsi obat. Uji biofarmasetika penting untuk memprediksi bioavailabilitas dan memilih formulasi terbaik.
Therapy Drug Monitoring (TDM) adalah proses pemantauan kadar obat di dalam darah untuk menentukan dosis obat yang efektif dan mencegah toksisitas. TDM melibatkan pengukuran kadar obat di laboratorium untuk menyesuaikan pengobatan pasien berdasarkan faktor seperti usia, berat badan, dan penyakit lainnya. Tujuan utama TDM adalah memastikan keamanan dan efektivitas penggunaan obat.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan terapi obat yang meliputi identifikasi masalah penggunaan obat pasien, evaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat, serta rekomendasi perubahan terapi jika diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
Pemantauan Terapi Obat di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko efek samping obat dengan melakukan identifikasi masalah penggunaan obat, memberikan rekomendasi, dan memantau pencapaian tujuan terapi."
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Surya Amal
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi respons penderita terhadap obat, termasuk faktor farmokinetik, farmokodinamik, kondisi fisiologis dan patologis, faktor genetik, dan faktor lain seperti interaksi obat, toleransi, dan bioavailabilitas.
Pemantauan Terapi Obat di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko efek samping obat dengan mengidentifikasi masalah penggunaan obat pasien dan memberikan rekomendasi."
Dokumen tersebut membahas konsep distribusi obat dalam tubuh setelah absorpsi, termasuk proses ikatan obat dengan protein darah, nilai volume distribusi (Vd), dan faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi seperti usia, kondisi patologis, dan sifat kimia obat.
Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pengkajian resep, dispensing obat, pelayanan informasi obat, dan pemantauan terapi obat. Dokumen ini juga membahas tentang swamedikasi atau pengobatan sendiri dengan obat-obat tertentu untuk kondisi minor seperti demam, diare, dan alergi. Ada beberapa ketentuan untuk melakukan swamedikasi seperti obat tidak boleh memberikan risiko, tidak memerlukan alat khusus, dan efe
Dokumen tersebut membahas mengenai peran penting farmasis dalam memberikan konsultasi obat kepada masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan mengurangi risiko efek samping obat. Konsultasi farmasi meliputi memberikan edukasi tentang penyakit, pengobatan, dan cara penggunaan obat yang benar kepada pasien. Teknik komunikasi seperti bertanya, mendengarkan, dan memberikan contoh digunakan untuk memastikan pas
Visite/ronde bangsal merupakan kegiatan kunjungan apoteker ke pasien rawat inap untuk menilai kondisi klinis pasien secara langsung, mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat, dan mendeteksi efek samping obat. Tujuannya adalah memberikan rekomendasi obat kepada dokter, memantau implementasi terapi obat, serta meningkatkan komunikasi antar tenaga kesehatan untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal
Similar to Pengantar farmakokinetika klinik-TDM (20)
Dokumen tersebut membahas farmakokinetika klinik dari carbamazepine, obat antiepilepsi. Secara ringkas:
1) Carbamazepine terutama dihilangkan melalui metabolisme hati dan menginduksi metabolisme dirinya sendiri.
2) Kisaran konsentrasi serum terapeutik adalah 4-12 μg/mL, dengan efek samping mungkin terjadi di atas 8 μg/mL.
3) Pemantauan pasien perlu dilakukan untuk mendeteksi efe
Dokumen tersebut membahas tentang konversi dosis infusi intravena menjadi dosis oral. Terdapat dua metode untuk menghitung dosis oral yang sesuai, yaitu dengan mempertimbangkan konsentrasi tunak obat dalam plasma harus sama antara infusi dan oral, atau dengan menyamakan kecepatan infusi dengan kecepatan dosis oral. Metode tersebut dijelaskan lewat contoh kasus pasien asma yang semula mendapat infusi aminofilin kemudian dik
A group of frogs held a climbing competition to reach the top of a tall tower. Many frogs got tired and gave up along the way. Only one frog continued climbing higher and higher until it reached the top, while all the others gave up. It was then revealed that the winning frog was deaf, so it could not hear the other frogs saying it would not succeed. The story's message is to not listen to negative people who say you cannot achieve your dreams, and to instead focus on fulfilling what is in your own heart.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
2. Definisi :
Farmakokinetik Klinik adalah disiplin
ilmu yang menerapkan konsep dan
prinsip farmakokinetik pada manusia
(pasien), bertujuan untuk merancang
aturan dosis secara individual (IDDR)
sehingga dapat mengoptimalkan respon
terapeutik obat, dan juga
meminimalkan kemungkinan efek
sampingnya.
@ T. Rusdiana-FFUP, 2017
3. J.T. Dipiro, et al
• Pharmacokinetics is currently defined as the
study of the time course of drug absorption,
distribution, metabolism , and excretion.
• Clinical pharmacokinetics is the application of
pharmacokinetic principles to the safe and
effective therapeutic management of drugs in
an individual patient.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
4. INTRODUCTION
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Owh..
Sy bisa sembuh
lagi gak ya?
Keberhasilan
dalam terapi
obat tergantung
kepada
RANCANGAN
ATURAN DOSIS
RANCANGAN
DOSIS YANG
TEPAT,
merupakan suatu upaya
mencapai konsentrasi
obat optimum pada
reseptor
Variasi individu dalam
farmakokinetik dan
farmakodinamik
I-DDREVALUASI DAN
PEMANTAUAN KLINIK
YANG TEPAT
TDM TIDAK
MUDAH
Individualization of Drug
Dosage Regimens
Personalized Medicine
5. Apakah semua dosis obat perlu di-
individualisasi?
• Tidak semua obat memerlukan pengaturan dosis
yang kaku secara individu
• Banyak obat mempunyai batas keamanan yang
besar (menunjukkan therapeutic window yang
lebar), sehingga individualisasi dosis yang ketat
tidak diperlukan.
– (FDA) telah menyetujui adanya klasifikasi obat “over-
the-counter (OTC)” dimana masyarakat dapat
membelinya tanpa resep dari dokter.
– Beberapa tahun terakhir, banyak obat resep seperti
loratidine, omeprazole, naproxen, nicotine patches,
telah disetujui FDA sebagai OTC.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
6. Untuk obat-obat yang relatif aman dan mempunyai
rentang kemanan dosis yang luas seperti :
• penicillin,
• cephalosporin,
• tetracycline,
dosis antibiotik tidak ditetapkan secara ketat tetapi
lebih didasarkan kepada penilaian klinis dari
seorang dokter untuk mempertahankan konsentrasi
efektif plasma di atas MEC.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
7. I-DDR pada obat dengan TW yang sempit?
Untuk obat-obat dengan TW sempit :
digoxin,
aminoglycosides,
antiarrhythmics,
anticonvulsants,
dan beberapa antiasma seperti theophylline,
maka I-DDR sangat penting !
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
8. Tujuan pengaturan rancangan dosis :
• aman
• tetap dalam rentang terapetik
• tidak melampaui MTC
• tidak jatuh di bawah suatu nilai kritik dari konsentrasi
minimum di mana obat tidak efektif (tidak dibawah MEC)
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
MTC
MEC
C
t
10. • Untuk alasan ini, obat di-individualisasikan
secara hati-hati untuk menghindari fluktuasi
konsentrasi obat dalam plasma yang
disebabkan oleh variasi inter-subyek dalam
proses ADME obat.
• Untuk obat-obat seperti phenytoin yang
mengikuti PK Nonlinier, pada konsentrasi
terapetik obat dalam plasma maka sekecil
apapun perubahan dalam dosis dapat
menyebabkan peningkatan yang sangat besar
dalam respon terapeutik yang membawa
kemungkinan terjadinya efek samping
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
11. • Pemantauan konsentrasi obat dalam plasma
BERMANFAAT apabila terdapat hubungan
bermakna antara konsentrasi plasma dengan
efek klinik yang diharapkan atau antara
konsentrasi plasma dengan efek samping.
• Untuk obat-obat yang mana konsentrasinya
dalam plasma dan efek kliniknya tidak
berkorelasi, maka pemantauan obat dilakukan
terhadap parameter farmakodinamik lainnya.
Contoh, clotting time (PT-INR) dapat diukur
secara langsung pada pasien terapi antikoagulan
warfarin.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
12. • Untuk pasien asma, bronchodilator- albuterol,
yang diberikan secara inhalasi diberikan
menggunakan inhaler dosis-terukur.
• Dalam Khemoterapi kanker, pengaturan dosis
untuk pasien individual dapat tergantung kepada
besarnya efek samping dan kemampuan pasien
dalam mentolerir obat tersebut.
• Untuk obat-obat yang mempunyai variabilias
intra dan inter subyek, penilaian klinis dan
pengalaman dengan obat tersebut diperlukan
untuk menentukan dosis yang tepat bagi pasien.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
13. “Therapeutic Drug Monitoring”
• Rentang terapetik (TR) suatu obat adalah
taksiran rata-rata dari konsentrasi obat dalam
plasma yang aman dan berefek pada
kebanyakan pasien.
• Klinisi harus menyadari bahwa Rentang
terapetik yang dipublikasikan pada intinya
merupakan konsep “kemungkinan” dan
seharunya jangan dinyatakan sebagai nilai
yang absolut.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
14. Contoh, TR yang diterima untuk theophylline
adalah 10–20 mg/mL.
• Beberapa pasien menunjukkan tanda
intoksikasi teofilin seperti eksitasi CNS dan
insomnia pada kadar serum di bawah 20
mg/mL, sedangkan pada pasien lainnya malah
menunjukkan efek terapi pada kadar serum di
bawah 10 mg/mL.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
16. • Dalam pemberian obat-obat yang poten kepada
penderita, sudah seharusnya mempertahankan
kadar obat dalam plasma agar berada dalam
batas yang dekat dengan konsentrasi terapetik.
• Berbagai metode farmakokinetik dapat
digunakan untuk menghitung dosis awal atau
untuk aturan dosis.
• Biasanya, aturan dosis awal dihitung secara
empirik atau diperkirakan setelah
mempertimbangkan dengan hati-hati
farmakokinetika obat yang diketahui, kondisi
patofisiologik penderita dan riwayat penggunaan
obat dari penderita. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi
UNPAD, 2008 - 2016
17. TDM diperlukan karena :
• perubahan antar penderita dalam hal absorpsi,
distribusi dan eliminasi obat (intersubject
variability)
• perubahan kondisi patofisiologik penderita
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
TDM : kegiatan menilai respons penderita
terhadap aturan dosis yang dianjurkan
maka di beberapa rumah sakit telah ditetapkan adanya
pelayanan pemantauan terapetik obat
18. A drug should satisfy certain criteria to be
suitable for therapeutic drug monitoring
• narrow target range
• significant pharmacokinetic variability
• a reasonable relationship between plasma
concentrations and clinical effects
• established target concentration range
• availability of cost-effective drug assay.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
19. The appropriate indications for therapeutic
drug monitoring (and examples) include:
• toxicity
– diagnosing toxicity when the clinical syndrome is
undifferentiated (unexplained nausea in a patient taking
digoxin)
– avoiding toxicity (aminoglycosides, cyclosporin)
• dosing
– after dose adjustment (usually after reaching a steady
state)
– assessment of adequate loading dose (after starting
phenytoin treatment)
– dose forecasting to help predict a patient's dose
requirements1 (aminoglycosides)
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
20. • monitoring
– assessing compliance (anticonvulsant concentrations
in patients having frequent seizures)
– diagnosing under treatment (particularly important
for prophylactic drugs such as anticonvulsants,
immunosuppressants)
– diagnosing failed therapy (therapeutic drug
monitoring can help distinguish between ineffective
drug treatment, non-compliance and adverse effects
that mimic the underlying disease).
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
24. Rekomendasi khusus.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Memilih obat
Merancang aturan
dosis
Menilai respons
penderita
Menentukan perlunya
pengukuran konsentrasi
obat dalam serum
Menetapkan kadar obat
Melakukan penilaian secara
farmakokinetik kadar obat
Menyesuaikan kembali
aturan dosis.
Memantau konsentrasi
obat dalam serum.
25. Pemilihan obat
• Pemilihan obat dan terapi dengan obat biasanya
dilakukan oleh dokter. Akan tetapi banyak praktisi
berunding dengan farmasis klinik dalam memilih
produk obat dan merancang aturan dosis.
• Pemilihan terapi dengan obat biasanya dibuat atas
dasar :
– diagnosis fisik penderita,
– adanya berbagai masalah patofisiologik pada penderita,
– riwayat pengobatan penderita sebelumnya,
– terapi obat yang bersamaan,
– alergi atau kepekaan yang diketahui,
– dan aksi farmakodinamik obat. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
26. Rancangan Aturan Dosis
• Setelah obat yang tepat dipilih untuk
penderita, ada sejumlah faktor yang harus
dipertimbangkan pada waktu merancang
aturan dosis terapetik.
– Pertama, pertimbangan farmakokinetika yang
umum dari obat yang meliputi profil absorpsi,
distribusi, dan eliminasi pada penderita.
– Kedua, pertimbangan fisiologi penderita seperti
umur, berat badan, jenis kelamin, dan status
nutrisi.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
27. • Ketiga, setiap kondisi patofisiologik seperti tidak
berfungsi-nya ginjal, penyakit hati, dan kegagalan
jantung kongestive, dipertimbangkan karena
dapat mempengaruhi profil farmakokinetik
normal obat.
• Keempat, hendaknya dipertimbangkan
"exposure" penderita terhadap pengobatan yang
lain atau faktor-faktor lingkungan (seperti
merokok) yang mungkin juga dapat mengubah
farmakokinetik yang umum.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
28. • Terakhir, target konsentrasi obat pada
reseptor penderita yang meliputi berbagai
perubahan kepekaan reseptor terhadap obat.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
29. Penilaian Respons Penderita
• Setelah suatu produk obat dipilih dan penderita menerima
aturan dosis awal, praktisi hendaknya menilai secara klinik
respons penderita.
• Jika penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi
obat seperti yang diharapkan, maka obat dan aturan dosis
hendaknya ditinjau kembali.
• Aturan dosis yg hendaknya ditinjau kembali adl tentang
kecukupan, ketelitian, dan kepatuhan penderita terhadap
terapi obat.
• Praktisi hendaknya menentukan perlu atau tidak
konsentrasi obat dalam serum penderita diukur.
• Dalam banyak keadaan keputusan klinik dapat menghindari
perlunya pengukuran konsentrasi obat dalam serum.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
30. Pengukuran Konsentrasi Obat dalam Serum
• Sebelum cuplikan darah diambil dari
penderita, praktisi hendaknya menetapkan
apakah diperlukan pengukuran konsentrasi
obat dalam serum.
• Dalam beberapa hal respons penderita tidak
dapat dikaitkan dengan konsentrasi obat
dalam serum.
Sebagai contoh, alergi dan rasa mual ringan tidak
dapat dikaitkan dengan dosis.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
31. • Sebagian besar anggapan yang dibuat oleh praktisi
menyatakan bahwa konsentrasi obat dalam serum
berkaitan dengan efek terapetik dan/atau efek toksik
obat.
• Untuk banyak obat, studi klinik telah menunjukkan
bahwa ada suatu rentang efektif terapetik dari
konsentrasi obat dalam serum.
• Oleh karena itu, pengetahuan tentang konsentrasi obat
dalam serum dapat menjelaskan mengapa seorang
penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi
obat, atau mengapa penderita mengalami suatu efek
yang tidak diinginkan.
• Sebagai tambahan, praktisi mungkin ingin menjelaskan
ketelitian dari aturan dosis.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
32. • Pada pengukuran konsentrasi obat dalam serum,
suatu konsentrasi tunggal dari obat dalam serum
dapat tidak menghasilkan informasi yang berguna
kecuali kalau faktor-faktor lain dipertimbangkan.
• Sebagai contoh, aturan dosis obat yang meliputi
besaran dan jarak pemberian dosis, rute
pemberian obat, serta waktu pengambilan
cuplikan (puncak, palung atau keadaan tunak),
hendaknya diketahui.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
33. • Dalam banyak hal cuplikan darah tunggal tidak
mencukupi oleh karena itu beberapa cuplikan
darah diperlukan untuk menjelaskan
kecukupan aturan dosis.
• Dalam praktek, konsentrasi palung serum
lebih mudah diperoleh daripada cuplikan
puncak atau C ∞
av selama pemberian dosis
ganda.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
34. • Sebagai tambahan, mungkin ada keterbatasan
dalam hal jumlah cuplikan darah yang dapat
diambil, keseluruhan volume darah yang
diperlukan untuk penetapan kadar, dan waktu
untuk melakukan analisis obat.
• Praktisi yang melakukan pengukuran konsentrasi
serum hendaknya juga mempertimbangkan biaya
penetapan kadar, risiko, dan ketidaksenangan
penderita, dan kegunaan informasi yang
diperoleh
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
39. • Setelah konsentrasi obat dalam serum diukur, ahli
farmakokinetik hendaknya menilai data secara tepat.
• Ahli farmakokinetik hendaknya mengetahui rentang terapetik
yang umum dari konsentrasi obat dalam serum dari
kepustakaan.
• Hasil penetapan kadar dari laboratorium dapat menunjukkan
bahwa kadar obat dalam serum penderita lebih tinggi, lebih
rendah, atau sama dengan kadar serum yang diharapkan.
• Ahli farmakokinetik hendaknya menilai hasil ini secara hati-
hati dengan mempertimbangkan , kondisi dan patofisiologik
penderita
• Tetapi, keputusan terapeutik hendaknya tidak didasarkan
semata-mata atas konsentrasi obat dalam serum
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
PENILAIAN SECARA FARMAKOKINETIK
KONSENTRASI OBAT DALAM SERUM
40. Konsentrasi serum lebih rendah daripada yang
diharapkan
• Kepatuhan penderita
• Kesalahan dalam aturan dosis
• Salah produk obat (pelepasan terkendali
sebagai pengganti pelepasan segera).
• Bioavailabilitas yang jelek
• Eliminasi cepat
• Peningkatan volume distribusi
• Keadaan tunak tidak tercapai
• Jadwal waktu pengambilan darah
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
41. Konsentrasi serum lebih tinggi daripada
yang diharapkan
• Kepatuhan penderita
• Kesalahan dalam aturan dosis
• Salah produk obat (pelepasan segera sebagai
pengganti pelepasan terkendali).
• Bioavailabilitas cepat
• Volume distribusi lebih kecil daripada yang
diharapkan
• Eliminasi lambat
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
42. Konsentrasi serum benar tetapi penderita tidak
memberi reaksi terhadap terapi
• Kepekaan reseptor berubah (misal, toleransi)
• Interaksi obat pada reseptor
• Perubahan pada hepatic blood flow
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
43. Penyesuaian Dosis
• Dari data konsentrasi obat dalam serum dan
observasi penderita, dokter atau ahli
farmakokinetik dapat menganjurkan adanya
penyesuaian dalam aturan dosis.
• Secara ideal aturan dosis yang baru
hendaknya dihitung dengan menggunakan
parameter-parameter farmakokinetik yang
diperoleh dari konsentrasi obat dalam serum
penderita.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
46. Berbagai rancangan aturan dosis :
1. Aturan dosis secara individual
2. Aturan dosis didasarkan atas harga rata-rata
populasi
3. Aturan dosis didasarkan atas parameter
farmakokinetik parsial
4. Pengaturan dosis secara empirik
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
47. 1. Aturan Dosis Secara Individual
• Pendekatan yang paling teliti untuk rancangan
aturan dosis adalah perhitungan dosis yang
didasarkan atas farmakokinetika obat pada
penderita.
• Pendekatan ini tidak memungkinkan untuk
perhitungan dosis awal.
• Segera sesudah penderita mendapat pengobatan,
penyesuaian kembali dosis dapat dihitung dengan
menggunakan parameter-parameter yang
didapat dari pengukuran kadar obat dalam serum
setelah dosis awal
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
48. 2. Aturan Dosis Didasarkan atas Harga Rata-rata
Populasi
• Metode yang paling sering digunakan untuk
menghitung aturan dosis didasarkan atas
parameter farmakokinetik rata-rata yang
diperoleh dari studi klinik yang telah
dipublikasikan dalam kepustakaan obat.
• Metode ini dapat didasarkan atas suatu model
yang pasti (fixed model) atau yang disesuaikan
(adapted model).
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
49. • Dalam fixed model dianggap bahwa parameter
farmakokinetik rata-rata populasi dapat
digunakan secara langsung untuk menghitung
aturan dosis penderita tanpa suatu perubahan.
• Parameter farmakokinetik (dianggap tetap):
– tetapan laju absorpsi, ka
– faktor bioavailabilitas, F
– volume distribusi, Vd
– tetapan laju eliminasi, K
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
50. • Paling sering obat dianggap mengikuti
farmakokinetik model kompartemen-satu.
• Bila suatu aturan dosis ganda dirancang, maka
untuk menilai dosis digunakan persamaan dosis
ganda yang didasarkan prinsip "superposisi“.
• Praktisi dapat menggunakan dosis yang lazim
dianjurkan oleh kepustakaan, dan juga membuat
penyesuaian sedikit dari dosis yang didasarkan
atas berat badan dan/atau umur penderita.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
52. • Bila menggunakan adaptive model, untuk menghitung
suatu aturan dosis, ahli farmakokinetik menggunakan
variabel-variabel pasien seperti :
– berat badan, umur, jenis kelamin, dan luas permukaan
tubuh,
– patofisiologi penderita yang diketahui seperti penyakit ginjal,
dan
– parameter farmakokinetik obat rata-rata populasi yang
diketahui.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
53. • Dalam hal ini, perhitungan aturan dosis perlu
mempertimbangkan berbagai perubahan
patofisiologi penderita dan berusaha
menyesuaikan atau memodifikasi aturan dosis
menurut kebutuhan penderita.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
54. 3. Aturan Dosis Didasarkan atas Parameter
Farmakokinetik Parsial
• Untuk banyak obat, disayangkan profil farmakokinetik
yang lengkap tidak diketahui atau tidak terdapat.
• Oleh karena itu ahli farmakokinetik dapat membuat
beberapa anggapan untuk menghitung aturan dosis.
• Sebagai contoh, suatu anggapan umum adalah
memisalkan faktor bioavailabitas F sama dengan 1 atau
100%.
• Jadi, jika obat kurang lengkap terabsorpsi sistemik,
maka penderita akan "undermedicated" daripada
"overmedicated".
• Tentu saja, beberapa anggapan ini akan bergantung
pada sifat obat dan rentang terapetiknya.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
55. 4. Pengaturan Dosis secara Empirik
• Dalam banyak kasus, dokter memilih
suatu aturan dosis untuk penderita
tanpa menggunakan berbagai variabel
farmakokinetik.
• Dalam keadaan ini, dokter membuat
keputusan yang didasarkan atas data
klinik empirik, pengalaman pribadi,
dan pengamatan.
• Dokter menggolongkan penderita
sebagai wakil dari suatu populasi
klinik yang sama yang telah diteliti
dengan baik yang menggunakan obat
dengan berhasil.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
56. 5. Pengaturan dosis melibatkan faktor genetik
Contoh : Warfarin
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
71. 25th JSSX annual meeting, Oral presentation, Tokyo, Japan, 2010
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
72. 2.9 4.9
33.0 26.2
64.1 68.9
Results Distribution of genotype variants
in Indonesian population
94.2 95.1
5.8 4.90.0 0.0
70.9
60.2
24.3
37.9
4.9 1.9
CYP4F2
Patient Healthy
Patient Healthy
Patient Healthy
GG
GA
AA
*1/*1
*1/*2, *1/*3
*2/*2, *3/*3
V433/V433
V433/M433
M433/M433
VKORC1
CYP2C9
0
25
50
75
100
25
50
75
100
0
0
25
50
75
100
Frequency(%)
Frequency(%)
Frequency(%)
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
73. 2nd Asian Federation for Pharmaceutical Sciences Conference, Oral presentation, Kuala Lumpur,
Malaysia, 2011.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
74. PK/PD of warfarin associated with
genetic polymorphisms of VKORC1
and CYP2C9 in Indonesian patients
Taofik Rusdiana1,3, Takuya Araki1,2, Tomonori
Nakamura1,2,
Anas Subarnas3 and Koujirou Yamamoto 1,2
1 Department of Clinical Pharmacology, Gunma University Graduate School of
Medicine,
3-39-22 Showa-machi, Maebashi, Gunma 371-8511, Japan
2 Department of Pharmacy, Gunma University Hospital, 3-39-15 Showa-machi,
Maebashi,
Gunma 371-8511, Japan
3 Faculty of Pharmacy, Padjadjaran University, Jl. Raya Jatinangor km 21, Sumedang,
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi
UNPAD, 2008 - 2016
75. 113th American Society for Clinical Pharmacology and Therapeutics, Washington DC, 2012
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016