SlideShare a Scribd company logo
APLIKASI KLINIS
FARMAKOKINETIKA
copyright@ 2018 Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD
Definisi :
Farmakokinetik Klinik adalah disiplin
ilmu yang menerapkan konsep dan
prinsip farmakokinetik pada manusia
(pasien), bertujuan untuk merancang
aturan dosis secara individual (IDDR)
sehingga dapat mengoptimalkan respon
terapeutik obat, dan juga
meminimalkan kemungkinan efek
sampingnya.
@ T. Rusdiana-FFUP, 2017
J.T. Dipiro, et al
• Pharmacokinetics is currently defined as the
study of the time course of drug absorption,
distribution, metabolism , and excretion.
• Clinical pharmacokinetics is the application of
pharmacokinetic principles to the safe and
effective therapeutic management of drugs in
an individual patient.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
INTRODUCTION
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Owh..
Sy bisa sembuh
lagi gak ya?
Keberhasilan
dalam terapi
obat tergantung
kepada
RANCANGAN
ATURAN DOSIS
RANCANGAN
DOSIS YANG
TEPAT,
merupakan suatu upaya
mencapai konsentrasi
obat optimum pada
reseptor
Variasi individu dalam
farmakokinetik dan
farmakodinamik
I-DDREVALUASI DAN
PEMANTAUAN KLINIK
YANG TEPAT
TDM TIDAK
MUDAH
Individualization of Drug
Dosage Regimens
Personalized Medicine
Apakah semua dosis obat perlu di-
individualisasi?
• Tidak semua obat memerlukan pengaturan dosis
yang kaku secara individu
• Banyak obat mempunyai batas keamanan yang
besar (menunjukkan therapeutic window yang
lebar), sehingga individualisasi dosis yang ketat
tidak diperlukan.
– (FDA) telah menyetujui adanya klasifikasi obat “over-
the-counter (OTC)” dimana masyarakat dapat
membelinya tanpa resep dari dokter.
– Beberapa tahun terakhir, banyak obat resep seperti
loratidine, omeprazole, naproxen, nicotine patches,
telah disetujui FDA sebagai OTC.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Untuk obat-obat yang relatif aman dan mempunyai
rentang kemanan dosis yang luas seperti :
• penicillin,
• cephalosporin,
• tetracycline,
dosis antibiotik tidak ditetapkan secara ketat tetapi
lebih didasarkan kepada penilaian klinis dari
seorang dokter untuk mempertahankan konsentrasi
efektif plasma di atas MEC.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
I-DDR pada obat dengan TW yang sempit?
Untuk obat-obat dengan TW sempit :
digoxin,
aminoglycosides,
antiarrhythmics,
anticonvulsants,
dan beberapa antiasma seperti theophylline,
maka I-DDR sangat penting !
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Tujuan pengaturan rancangan dosis :
• aman
• tetap dalam rentang terapetik
• tidak melampaui MTC
• tidak jatuh di bawah suatu nilai kritik dari konsentrasi
minimum di mana obat tidak efektif (tidak dibawah MEC)
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
MTC
MEC
C
t
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Untuk alasan ini, obat di-individualisasikan
secara hati-hati untuk menghindari fluktuasi
konsentrasi obat dalam plasma yang
disebabkan oleh variasi inter-subyek dalam
proses ADME obat.
• Untuk obat-obat seperti phenytoin yang
mengikuti PK Nonlinier, pada konsentrasi
terapetik obat dalam plasma maka sekecil
apapun perubahan dalam dosis dapat
menyebabkan peningkatan yang sangat besar
dalam respon terapeutik yang membawa
kemungkinan terjadinya efek samping
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Pemantauan konsentrasi obat dalam plasma
BERMANFAAT apabila terdapat hubungan
bermakna antara konsentrasi plasma dengan
efek klinik yang diharapkan atau antara
konsentrasi plasma dengan efek samping.
• Untuk obat-obat yang mana konsentrasinya
dalam plasma dan efek kliniknya tidak
berkorelasi, maka pemantauan obat dilakukan
terhadap parameter farmakodinamik lainnya.
Contoh, clotting time (PT-INR) dapat diukur
secara langsung pada pasien terapi antikoagulan
warfarin.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Untuk pasien asma, bronchodilator- albuterol,
yang diberikan secara inhalasi diberikan
menggunakan inhaler dosis-terukur.
• Dalam Khemoterapi kanker, pengaturan dosis
untuk pasien individual dapat tergantung kepada
besarnya efek samping dan kemampuan pasien
dalam mentolerir obat tersebut.
• Untuk obat-obat yang mempunyai variabilias
intra dan inter subyek, penilaian klinis dan
pengalaman dengan obat tersebut diperlukan
untuk menentukan dosis yang tepat bagi pasien.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
“Therapeutic Drug Monitoring”
• Rentang terapetik (TR) suatu obat adalah
taksiran rata-rata dari konsentrasi obat dalam
plasma yang aman dan berefek pada
kebanyakan pasien.
• Klinisi harus menyadari bahwa Rentang
terapetik yang dipublikasikan pada intinya
merupakan konsep “kemungkinan” dan
seharunya jangan dinyatakan sebagai nilai
yang absolut.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Contoh, TR yang diterima untuk theophylline
adalah 10–20 mg/mL.
• Beberapa pasien menunjukkan tanda
intoksikasi teofilin seperti eksitasi CNS dan
insomnia pada kadar serum di bawah 20
mg/mL, sedangkan pada pasien lainnya malah
menunjukkan efek terapi pada kadar serum di
bawah 10 mg/mL.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Amikacin 20–30 mg/mL
Carbamazepine 4–12 mg/mL
Digoxin 1–2 ng/mL
Gentamicin 5–10 mg/mL
Lidocaine 1–5 mg/mL
Lithium 0.6–1.2 mEq/L
Phenytoin 10–20 mg/mL
Procainamide 4–10 mg/mL
Quinidine 1–4 mg/mL
Theophylline 10–20 mg/mL
Tobramycin 5–10 mg/mL
Valproic acid 50–100 mg/mL
Vancomycin 20–40 mg/mL
Rentang terapetik dari obat-obat yang umumnya dipantau
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Dalam pemberian obat-obat yang poten kepada
penderita, sudah seharusnya mempertahankan
kadar obat dalam plasma agar berada dalam
batas yang dekat dengan konsentrasi terapetik.
• Berbagai metode farmakokinetik dapat
digunakan untuk menghitung dosis awal atau
untuk aturan dosis.
• Biasanya, aturan dosis awal dihitung secara
empirik atau diperkirakan setelah
mempertimbangkan dengan hati-hati
farmakokinetika obat yang diketahui, kondisi
patofisiologik penderita dan riwayat penggunaan
obat dari penderita. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi
UNPAD, 2008 - 2016
TDM diperlukan karena :
• perubahan antar penderita dalam hal absorpsi,
distribusi dan eliminasi obat (intersubject
variability)
• perubahan kondisi patofisiologik penderita
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
TDM : kegiatan menilai respons penderita
terhadap aturan dosis yang dianjurkan
maka di beberapa rumah sakit telah ditetapkan adanya
pelayanan pemantauan terapetik obat
A drug should satisfy certain criteria to be
suitable for therapeutic drug monitoring
• narrow target range
• significant pharmacokinetic variability
• a reasonable relationship between plasma
concentrations and clinical effects
• established target concentration range
• availability of cost-effective drug assay.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
The appropriate indications for therapeutic
drug monitoring (and examples) include:
• toxicity
– diagnosing toxicity when the clinical syndrome is
undifferentiated (unexplained nausea in a patient taking
digoxin)
– avoiding toxicity (aminoglycosides, cyclosporin)
• dosing
– after dose adjustment (usually after reaching a steady
state)
– assessment of adequate loading dose (after starting
phenytoin treatment)
– dose forecasting to help predict a patient's dose
requirements1 (aminoglycosides)
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• monitoring
– assessing compliance (anticonvulsant concentrations
in patients having frequent seizures)
– diagnosing under treatment (particularly important
for prophylactic drugs such as anticonvulsants,
immunosuppressants)
– diagnosing failed therapy (therapeutic drug
monitoring can help distinguish between ineffective
drug treatment, non-compliance and adverse effects
that mimic the underlying disease).
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
TDM STEPS :
Rekomendasi khusus.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Memilih obat
Merancang aturan
dosis
Menilai respons
penderita
Menentukan perlunya
pengukuran konsentrasi
obat dalam serum
Menetapkan kadar obat
Melakukan penilaian secara
farmakokinetik kadar obat
Menyesuaikan kembali
aturan dosis.
Memantau konsentrasi
obat dalam serum.
Pemilihan obat
• Pemilihan obat dan terapi dengan obat biasanya
dilakukan oleh dokter. Akan tetapi banyak praktisi
berunding dengan farmasis klinik dalam memilih
produk obat dan merancang aturan dosis.
• Pemilihan terapi dengan obat biasanya dibuat atas
dasar :
– diagnosis fisik penderita,
– adanya berbagai masalah patofisiologik pada penderita,
– riwayat pengobatan penderita sebelumnya,
– terapi obat yang bersamaan,
– alergi atau kepekaan yang diketahui,
– dan aksi farmakodinamik obat. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Rancangan Aturan Dosis
• Setelah obat yang tepat dipilih untuk
penderita, ada sejumlah faktor yang harus
dipertimbangkan pada waktu merancang
aturan dosis terapetik.
– Pertama, pertimbangan farmakokinetika yang
umum dari obat yang meliputi profil absorpsi,
distribusi, dan eliminasi pada penderita.
– Kedua, pertimbangan fisiologi penderita seperti
umur, berat badan, jenis kelamin, dan status
nutrisi.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Ketiga, setiap kondisi patofisiologik seperti tidak
berfungsi-nya ginjal, penyakit hati, dan kegagalan
jantung kongestive, dipertimbangkan karena
dapat mempengaruhi profil farmakokinetik
normal obat.
• Keempat, hendaknya dipertimbangkan
"exposure" penderita terhadap pengobatan yang
lain atau faktor-faktor lingkungan (seperti
merokok) yang mungkin juga dapat mengubah
farmakokinetik yang umum.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Terakhir, target konsentrasi obat pada
reseptor penderita yang meliputi berbagai
perubahan kepekaan reseptor terhadap obat.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Penilaian Respons Penderita
• Setelah suatu produk obat dipilih dan penderita menerima
aturan dosis awal, praktisi hendaknya menilai secara klinik
respons penderita.
• Jika penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi
obat seperti yang diharapkan, maka obat dan aturan dosis
hendaknya ditinjau kembali.
• Aturan dosis yg hendaknya ditinjau kembali adl tentang
kecukupan, ketelitian, dan kepatuhan penderita terhadap
terapi obat.
• Praktisi hendaknya menentukan perlu atau tidak
konsentrasi obat dalam serum penderita diukur.
• Dalam banyak keadaan keputusan klinik dapat menghindari
perlunya pengukuran konsentrasi obat dalam serum.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Pengukuran Konsentrasi Obat dalam Serum
• Sebelum cuplikan darah diambil dari
penderita, praktisi hendaknya menetapkan
apakah diperlukan pengukuran konsentrasi
obat dalam serum.
• Dalam beberapa hal respons penderita tidak
dapat dikaitkan dengan konsentrasi obat
dalam serum.
Sebagai contoh, alergi dan rasa mual ringan tidak
dapat dikaitkan dengan dosis.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Sebagian besar anggapan yang dibuat oleh praktisi
menyatakan bahwa konsentrasi obat dalam serum
berkaitan dengan efek terapetik dan/atau efek toksik
obat.
• Untuk banyak obat, studi klinik telah menunjukkan
bahwa ada suatu rentang efektif terapetik dari
konsentrasi obat dalam serum.
• Oleh karena itu, pengetahuan tentang konsentrasi obat
dalam serum dapat menjelaskan mengapa seorang
penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi
obat, atau mengapa penderita mengalami suatu efek
yang tidak diinginkan.
• Sebagai tambahan, praktisi mungkin ingin menjelaskan
ketelitian dari aturan dosis.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Pada pengukuran konsentrasi obat dalam serum,
suatu konsentrasi tunggal dari obat dalam serum
dapat tidak menghasilkan informasi yang berguna
kecuali kalau faktor-faktor lain dipertimbangkan.
• Sebagai contoh, aturan dosis obat yang meliputi
besaran dan jarak pemberian dosis, rute
pemberian obat, serta waktu pengambilan
cuplikan (puncak, palung atau keadaan tunak),
hendaknya diketahui.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Dalam banyak hal cuplikan darah tunggal tidak
mencukupi oleh karena itu beberapa cuplikan
darah diperlukan untuk menjelaskan
kecukupan aturan dosis.
• Dalam praktek, konsentrasi palung serum
lebih mudah diperoleh daripada cuplikan
puncak atau C ∞
av selama pemberian dosis
ganda.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Sebagai tambahan, mungkin ada keterbatasan
dalam hal jumlah cuplikan darah yang dapat
diambil, keseluruhan volume darah yang
diperlukan untuk penetapan kadar, dan waktu
untuk melakukan analisis obat.
• Praktisi yang melakukan pengukuran konsentrasi
serum hendaknya juga mempertimbangkan biaya
penetapan kadar, risiko, dan ketidaksenangan
penderita, dan kegunaan informasi yang
diperoleh
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Penetapan Kadar Obat
Spesifitas
Kepekaan
Ketepatan
Ketelitian
Linearitas
Stabilitas
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Setelah konsentrasi obat dalam serum diukur, ahli
farmakokinetik hendaknya menilai data secara tepat.
• Ahli farmakokinetik hendaknya mengetahui rentang terapetik
yang umum dari konsentrasi obat dalam serum dari
kepustakaan.
• Hasil penetapan kadar dari laboratorium dapat menunjukkan
bahwa kadar obat dalam serum penderita lebih tinggi, lebih
rendah, atau sama dengan kadar serum yang diharapkan.
• Ahli farmakokinetik hendaknya menilai hasil ini secara hati-
hati dengan mempertimbangkan , kondisi dan patofisiologik
penderita
• Tetapi, keputusan terapeutik hendaknya tidak didasarkan
semata-mata atas konsentrasi obat dalam serum
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
PENILAIAN SECARA FARMAKOKINETIK
KONSENTRASI OBAT DALAM SERUM
Konsentrasi serum lebih rendah daripada yang
diharapkan
• Kepatuhan penderita
• Kesalahan dalam aturan dosis
• Salah produk obat (pelepasan terkendali
sebagai pengganti pelepasan segera).
• Bioavailabilitas yang jelek
• Eliminasi cepat
• Peningkatan volume distribusi
• Keadaan tunak tidak tercapai
• Jadwal waktu pengambilan darah
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Konsentrasi serum lebih tinggi daripada
yang diharapkan
• Kepatuhan penderita
• Kesalahan dalam aturan dosis
• Salah produk obat (pelepasan segera sebagai
pengganti pelepasan terkendali).
• Bioavailabilitas cepat
• Volume distribusi lebih kecil daripada yang
diharapkan
• Eliminasi lambat
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Konsentrasi serum benar tetapi penderita tidak
memberi reaksi terhadap terapi
• Kepekaan reseptor berubah (misal, toleransi)
• Interaksi obat pada reseptor
• Perubahan pada hepatic blood flow
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Penyesuaian Dosis
• Dari data konsentrasi obat dalam serum dan
observasi penderita, dokter atau ahli
farmakokinetik dapat menganjurkan adanya
penyesuaian dalam aturan dosis.
• Secara ideal aturan dosis yang baru
hendaknya dihitung dengan menggunakan
parameter-parameter farmakokinetik yang
diperoleh dari konsentrasi obat dalam serum
penderita.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
RANCANGAN ATURAN DOSIS
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Berbagai rancangan aturan dosis :
1. Aturan dosis secara individual
2. Aturan dosis didasarkan atas harga rata-rata
populasi
3. Aturan dosis didasarkan atas parameter
farmakokinetik parsial
4. Pengaturan dosis secara empirik
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
1. Aturan Dosis Secara Individual
• Pendekatan yang paling teliti untuk rancangan
aturan dosis adalah perhitungan dosis yang
didasarkan atas farmakokinetika obat pada
penderita.
• Pendekatan ini tidak memungkinkan untuk
perhitungan dosis awal.
• Segera sesudah penderita mendapat pengobatan,
penyesuaian kembali dosis dapat dihitung dengan
menggunakan parameter-parameter yang
didapat dari pengukuran kadar obat dalam serum
setelah dosis awal
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
2. Aturan Dosis Didasarkan atas Harga Rata-rata
Populasi
• Metode yang paling sering digunakan untuk
menghitung aturan dosis didasarkan atas
parameter farmakokinetik rata-rata yang
diperoleh dari studi klinik yang telah
dipublikasikan dalam kepustakaan obat.
• Metode ini dapat didasarkan atas suatu model
yang pasti (fixed model) atau yang disesuaikan
(adapted model).
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Dalam fixed model dianggap bahwa parameter
farmakokinetik rata-rata populasi dapat
digunakan secara langsung untuk menghitung
aturan dosis penderita tanpa suatu perubahan.
• Parameter farmakokinetik (dianggap tetap):
– tetapan laju absorpsi, ka
– faktor bioavailabilitas, F
– volume distribusi, Vd
– tetapan laju eliminasi, K
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Paling sering obat dianggap mengikuti
farmakokinetik model kompartemen-satu.
• Bila suatu aturan dosis ganda dirancang, maka
untuk menilai dosis digunakan persamaan dosis
ganda yang didasarkan prinsip "superposisi“.
• Praktisi dapat menggunakan dosis yang lazim
dianjurkan oleh kepustakaan, dan juga membuat
penyesuaian sedikit dari dosis yang didasarkan
atas berat badan dan/atau umur penderita.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
prinsip "superposisi“.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Bila menggunakan adaptive model, untuk menghitung
suatu aturan dosis, ahli farmakokinetik menggunakan
variabel-variabel pasien seperti :
– berat badan, umur, jenis kelamin, dan luas permukaan
tubuh,
– patofisiologi penderita yang diketahui seperti penyakit ginjal,
dan
– parameter farmakokinetik obat rata-rata populasi yang
diketahui.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
• Dalam hal ini, perhitungan aturan dosis perlu
mempertimbangkan berbagai perubahan
patofisiologi penderita dan berusaha
menyesuaikan atau memodifikasi aturan dosis
menurut kebutuhan penderita.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
3. Aturan Dosis Didasarkan atas Parameter
Farmakokinetik Parsial
• Untuk banyak obat, disayangkan profil farmakokinetik
yang lengkap tidak diketahui atau tidak terdapat.
• Oleh karena itu ahli farmakokinetik dapat membuat
beberapa anggapan untuk menghitung aturan dosis.
• Sebagai contoh, suatu anggapan umum adalah
memisalkan faktor bioavailabitas F sama dengan 1 atau
100%.
• Jadi, jika obat kurang lengkap terabsorpsi sistemik,
maka penderita akan "undermedicated" daripada
"overmedicated".
• Tentu saja, beberapa anggapan ini akan bergantung
pada sifat obat dan rentang terapetiknya.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
4. Pengaturan Dosis secara Empirik
• Dalam banyak kasus, dokter memilih
suatu aturan dosis untuk penderita
tanpa menggunakan berbagai variabel
farmakokinetik.
• Dalam keadaan ini, dokter membuat
keputusan yang didasarkan atas data
klinik empirik, pengalaman pribadi,
dan pengamatan.
• Dokter menggolongkan penderita
sebagai wakil dari suatu populasi
klinik yang sama yang telah diteliti
dengan baik yang menggunakan obat
dengan berhasil.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
5. Pengaturan dosis melibatkan faktor genetik
Contoh : Warfarin
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Jadi ada 3 faktor genetik yang terkait
dengan ketepatan dosis warfarin
• VKORC1 -1639 G>A (or 1173 C>T)
• CYP2C9 *2 or *3
• CYP4F2 C>T (still controversial)
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Bagaimana dengan Populasi di Indonesia?
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
25th JSSX annual meeting, Oral presentation, Tokyo, Japan, 2010
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
2.9 4.9
33.0 26.2
64.1 68.9
Results Distribution of genotype variants
in Indonesian population
94.2 95.1
5.8 4.90.0 0.0
70.9
60.2
24.3
37.9
4.9 1.9
CYP4F2
Patient Healthy
Patient Healthy
Patient Healthy
GG
GA
AA
*1/*1
*1/*2, *1/*3
*2/*2, *3/*3
V433/V433
V433/M433
M433/M433
VKORC1
CYP2C9
0
25
50
75
100
25
50
75
100
0
0
25
50
75
100
Frequency(%)
Frequency(%)
Frequency(%)
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
2nd Asian Federation for Pharmaceutical Sciences Conference, Oral presentation, Kuala Lumpur,
Malaysia, 2011.
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
PK/PD of warfarin associated with
genetic polymorphisms of VKORC1
and CYP2C9 in Indonesian patients
Taofik Rusdiana1,3, Takuya Araki1,2, Tomonori
Nakamura1,2,
Anas Subarnas3 and Koujirou Yamamoto 1,2
1 Department of Clinical Pharmacology, Gunma University Graduate School of
Medicine,
3-39-22 Showa-machi, Maebashi, Gunma 371-8511, Japan
2 Department of Pharmacy, Gunma University Hospital, 3-39-15 Showa-machi,
Maebashi,
Gunma 371-8511, Japan
3 Faculty of Pharmacy, Padjadjaran University, Jl. Raya Jatinangor km 21, Sumedang,
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi
UNPAD, 2008 - 2016
113th American Society for Clinical Pharmacology and Therapeutics, Washington DC, 2012
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD,
2008 - 2016
Selesai!
Terima kasih atas segala perhatiannya!

More Related Content

What's hot

Basic pharmacokinetics
Basic pharmacokineticsBasic pharmacokinetics
Basic pharmacokinetics
Taofik Rusdiana
 
Pengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinikPengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinik
Chafa Nick
 
Farmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinFarmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik Digoxin
Taofik Rusdiana
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Surya Amal
 
Farmakokinetika Aminoglikosida
Farmakokinetika AminoglikosidaFarmakokinetika Aminoglikosida
Farmakokinetika Aminoglikosida
Muhammad Didit Prasodjo
 
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASPENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
Taofik Rusdiana
 
Komunikasi dalam farmasi
Komunikasi dalam farmasi Komunikasi dalam farmasi
Komunikasi dalam farmasi
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Surya Amal
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
DeLas Rac
 
FARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIERFARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIER
Taofik Rusdiana
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja Obat
Dokter Tekno
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
Surya Amal
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
'ekka' Siie Ceweggh Cancerr
 
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesLaporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
Musrin Salila
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Taofik Rusdiana
 
Dosis Pediatrik & Geriatrik
Dosis Pediatrik & GeriatrikDosis Pediatrik & Geriatrik
Dosis Pediatrik & Geriatrik
Taofik Rusdiana
 

What's hot (20)

Basic pharmacokinetics
Basic pharmacokineticsBasic pharmacokinetics
Basic pharmacokinetics
 
Distribusi dan ikatan protein
Distribusi dan ikatan proteinDistribusi dan ikatan protein
Distribusi dan ikatan protein
 
Pengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinikPengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinik
 
Tetes hidung
Tetes hidungTetes hidung
Tetes hidung
 
Farmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinFarmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik Digoxin
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
Farmakokinetika Aminoglikosida
Farmakokinetika AminoglikosidaFarmakokinetika Aminoglikosida
Farmakokinetika Aminoglikosida
 
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASPENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
 
Evaluasi sediaan
Evaluasi sediaanEvaluasi sediaan
Evaluasi sediaan
 
Komunikasi dalam farmasi
Komunikasi dalam farmasi Komunikasi dalam farmasi
Komunikasi dalam farmasi
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
FARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIERFARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIER
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja Obat
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesLaporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Dosis Pediatrik & Geriatrik
Dosis Pediatrik & GeriatrikDosis Pediatrik & Geriatrik
Dosis Pediatrik & Geriatrik
 

Similar to Pengantar farmakokinetika klinik-TDM

Pengertian tdm
Pengertian tdmPengertian tdm
Pengertian tdm
rahmiadeliani
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat
nisha althaf
 
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
saninuraeni
 
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Farmakologi  (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Farmakologi  (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Surya Amal
 
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO)Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
saninuraeni
 
8._Efek_Obat_yg_Ditimbulkan.pptx
8._Efek_Obat_yg_Ditimbulkan.pptx8._Efek_Obat_yg_Ditimbulkan.pptx
8._Efek_Obat_yg_Ditimbulkan.pptx
PUSATSTUDIRMIK1
 
PPTFAREPIDasdasdasfcadfasfafdafasfadfasffasfasff
PPTFAREPIDasdasdasfcadfasfafdafasfadfasffasfasffPPTFAREPIDasdasdasfcadfasfafdafasfadfasffasfasff
PPTFAREPIDasdasdasfcadfasfafdafasfadfasffasfasff
bayemampela
 
PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptxPPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
hanik mariana
 
ilovepdf_merged.pdf
ilovepdf_merged.pdfilovepdf_merged.pdf
ilovepdf_merged.pdf
KaniaHidayanti2
 
PTO.pptx
PTO.pptxPTO.pptx
PTO.pptx
hogidi2600
 
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI OBAT.pptx Mahasiswa setelah melakukan kegiatan pe...
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI OBAT.pptx Mahasiswa setelah melakukan kegiatan pe...INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI OBAT.pptx Mahasiswa setelah melakukan kegiatan pe...
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI OBAT.pptx Mahasiswa setelah melakukan kegiatan pe...
Jumainmain1
 
Swamedikasi
SwamedikasiSwamedikasi
Swamedikasi
Gilang Rizki
 
3. peran farmasis dalam pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba
3. peran farmasis dalam pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba3. peran farmasis dalam pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba
3. peran farmasis dalam pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba
Asw Yoeyoen
 
Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik
Sri Suratini
 
PPT-UEU-Farmakologi-Pertemuan-1.pdf
PPT-UEU-Farmakologi-Pertemuan-1.pdfPPT-UEU-Farmakologi-Pertemuan-1.pdf
PPT-UEU-Farmakologi-Pertemuan-1.pdf
saipullah7
 
Manajemen_interaksi_obat.pptx
Manajemen_interaksi_obat.pptxManajemen_interaksi_obat.pptx
Manajemen_interaksi_obat.pptx
AdityaNoviadi1
 
Translit amoy
Translit amoyTranslit amoy
Translit amoy
debisisria
 
Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)
Yusuf Himawan
 
Formularium.ppt
Formularium.pptFormularium.ppt
Formularium.ppt
ekasaputri27
 
VISITE
VISITEVISITE
VISITE
saninuraeni
 

Similar to Pengantar farmakokinetika klinik-TDM (20)

Pengertian tdm
Pengertian tdmPengertian tdm
Pengertian tdm
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat
 
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
 
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Farmakologi  (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Farmakologi  (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
 
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO)Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
 
8._Efek_Obat_yg_Ditimbulkan.pptx
8._Efek_Obat_yg_Ditimbulkan.pptx8._Efek_Obat_yg_Ditimbulkan.pptx
8._Efek_Obat_yg_Ditimbulkan.pptx
 
PPTFAREPIDasdasdasfcadfasfafdafasfadfasffasfasff
PPTFAREPIDasdasdasfcadfasfafdafasfadfasffasfasffPPTFAREPIDasdasdasfcadfasfafdafasfadfasffasfasff
PPTFAREPIDasdasdasfcadfasfafdafasfadfasffasfasff
 
PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptxPPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
 
ilovepdf_merged.pdf
ilovepdf_merged.pdfilovepdf_merged.pdf
ilovepdf_merged.pdf
 
PTO.pptx
PTO.pptxPTO.pptx
PTO.pptx
 
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI OBAT.pptx Mahasiswa setelah melakukan kegiatan pe...
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI OBAT.pptx Mahasiswa setelah melakukan kegiatan pe...INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI OBAT.pptx Mahasiswa setelah melakukan kegiatan pe...
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI OBAT.pptx Mahasiswa setelah melakukan kegiatan pe...
 
Swamedikasi
SwamedikasiSwamedikasi
Swamedikasi
 
3. peran farmasis dalam pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba
3. peran farmasis dalam pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba3. peran farmasis dalam pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba
3. peran farmasis dalam pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba
 
Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik
 
PPT-UEU-Farmakologi-Pertemuan-1.pdf
PPT-UEU-Farmakologi-Pertemuan-1.pdfPPT-UEU-Farmakologi-Pertemuan-1.pdf
PPT-UEU-Farmakologi-Pertemuan-1.pdf
 
Manajemen_interaksi_obat.pptx
Manajemen_interaksi_obat.pptxManajemen_interaksi_obat.pptx
Manajemen_interaksi_obat.pptx
 
Translit amoy
Translit amoyTranslit amoy
Translit amoy
 
Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)
 
Formularium.ppt
Formularium.pptFormularium.ppt
Formularium.ppt
 
VISITE
VISITEVISITE
VISITE
 

More from Taofik Rusdiana

Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik CarbamazepinFarmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
Taofik Rusdiana
 
Farmakokinetik Klinik Fenitoin
Farmakokinetik Klinik FenitoinFarmakokinetik Klinik Fenitoin
Farmakokinetik Klinik Fenitoin
Taofik Rusdiana
 
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Taofik Rusdiana
 
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPANPengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Taofik Rusdiana
 
Konversi dosis
Konversi dosisKonversi dosis
Konversi dosis
Taofik Rusdiana
 
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok KeimananKuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Taofik Rusdiana
 
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai   ppt - untuk mahasiswa newSilabus pai   ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
Taofik Rusdiana
 
Yes i can
Yes i canYes i can
Yes i can
Taofik Rusdiana
 

More from Taofik Rusdiana (8)

Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik CarbamazepinFarmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
 
Farmakokinetik Klinik Fenitoin
Farmakokinetik Klinik FenitoinFarmakokinetik Klinik Fenitoin
Farmakokinetik Klinik Fenitoin
 
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
 
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPANPengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
 
Konversi dosis
Konversi dosisKonversi dosis
Konversi dosis
 
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok KeimananKuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
 
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai   ppt - untuk mahasiswa newSilabus pai   ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
 
Yes i can
Yes i canYes i can
Yes i can
 

Recently uploaded

ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
muhamadsufii48
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
solihin kadar
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
PikeKusumaSantoso
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 

Recently uploaded (20)

ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 

Pengantar farmakokinetika klinik-TDM

  • 1. APLIKASI KLINIS FARMAKOKINETIKA copyright@ 2018 Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD
  • 2. Definisi : Farmakokinetik Klinik adalah disiplin ilmu yang menerapkan konsep dan prinsip farmakokinetik pada manusia (pasien), bertujuan untuk merancang aturan dosis secara individual (IDDR) sehingga dapat mengoptimalkan respon terapeutik obat, dan juga meminimalkan kemungkinan efek sampingnya. @ T. Rusdiana-FFUP, 2017
  • 3. J.T. Dipiro, et al • Pharmacokinetics is currently defined as the study of the time course of drug absorption, distribution, metabolism , and excretion. • Clinical pharmacokinetics is the application of pharmacokinetic principles to the safe and effective therapeutic management of drugs in an individual patient. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 4. INTRODUCTION by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016 Owh.. Sy bisa sembuh lagi gak ya? Keberhasilan dalam terapi obat tergantung kepada RANCANGAN ATURAN DOSIS RANCANGAN DOSIS YANG TEPAT, merupakan suatu upaya mencapai konsentrasi obat optimum pada reseptor Variasi individu dalam farmakokinetik dan farmakodinamik I-DDREVALUASI DAN PEMANTAUAN KLINIK YANG TEPAT TDM TIDAK MUDAH Individualization of Drug Dosage Regimens Personalized Medicine
  • 5. Apakah semua dosis obat perlu di- individualisasi? • Tidak semua obat memerlukan pengaturan dosis yang kaku secara individu • Banyak obat mempunyai batas keamanan yang besar (menunjukkan therapeutic window yang lebar), sehingga individualisasi dosis yang ketat tidak diperlukan. – (FDA) telah menyetujui adanya klasifikasi obat “over- the-counter (OTC)” dimana masyarakat dapat membelinya tanpa resep dari dokter. – Beberapa tahun terakhir, banyak obat resep seperti loratidine, omeprazole, naproxen, nicotine patches, telah disetujui FDA sebagai OTC. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 6. Untuk obat-obat yang relatif aman dan mempunyai rentang kemanan dosis yang luas seperti : • penicillin, • cephalosporin, • tetracycline, dosis antibiotik tidak ditetapkan secara ketat tetapi lebih didasarkan kepada penilaian klinis dari seorang dokter untuk mempertahankan konsentrasi efektif plasma di atas MEC. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 7. I-DDR pada obat dengan TW yang sempit? Untuk obat-obat dengan TW sempit : digoxin, aminoglycosides, antiarrhythmics, anticonvulsants, dan beberapa antiasma seperti theophylline, maka I-DDR sangat penting ! by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 8. Tujuan pengaturan rancangan dosis : • aman • tetap dalam rentang terapetik • tidak melampaui MTC • tidak jatuh di bawah suatu nilai kritik dari konsentrasi minimum di mana obat tidak efektif (tidak dibawah MEC) by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016 MTC MEC C t
  • 9. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 10. • Untuk alasan ini, obat di-individualisasikan secara hati-hati untuk menghindari fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma yang disebabkan oleh variasi inter-subyek dalam proses ADME obat. • Untuk obat-obat seperti phenytoin yang mengikuti PK Nonlinier, pada konsentrasi terapetik obat dalam plasma maka sekecil apapun perubahan dalam dosis dapat menyebabkan peningkatan yang sangat besar dalam respon terapeutik yang membawa kemungkinan terjadinya efek samping by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 11. • Pemantauan konsentrasi obat dalam plasma BERMANFAAT apabila terdapat hubungan bermakna antara konsentrasi plasma dengan efek klinik yang diharapkan atau antara konsentrasi plasma dengan efek samping. • Untuk obat-obat yang mana konsentrasinya dalam plasma dan efek kliniknya tidak berkorelasi, maka pemantauan obat dilakukan terhadap parameter farmakodinamik lainnya. Contoh, clotting time (PT-INR) dapat diukur secara langsung pada pasien terapi antikoagulan warfarin. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 12. • Untuk pasien asma, bronchodilator- albuterol, yang diberikan secara inhalasi diberikan menggunakan inhaler dosis-terukur. • Dalam Khemoterapi kanker, pengaturan dosis untuk pasien individual dapat tergantung kepada besarnya efek samping dan kemampuan pasien dalam mentolerir obat tersebut. • Untuk obat-obat yang mempunyai variabilias intra dan inter subyek, penilaian klinis dan pengalaman dengan obat tersebut diperlukan untuk menentukan dosis yang tepat bagi pasien. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 13. “Therapeutic Drug Monitoring” • Rentang terapetik (TR) suatu obat adalah taksiran rata-rata dari konsentrasi obat dalam plasma yang aman dan berefek pada kebanyakan pasien. • Klinisi harus menyadari bahwa Rentang terapetik yang dipublikasikan pada intinya merupakan konsep “kemungkinan” dan seharunya jangan dinyatakan sebagai nilai yang absolut. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 14. Contoh, TR yang diterima untuk theophylline adalah 10–20 mg/mL. • Beberapa pasien menunjukkan tanda intoksikasi teofilin seperti eksitasi CNS dan insomnia pada kadar serum di bawah 20 mg/mL, sedangkan pada pasien lainnya malah menunjukkan efek terapi pada kadar serum di bawah 10 mg/mL. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 15. Amikacin 20–30 mg/mL Carbamazepine 4–12 mg/mL Digoxin 1–2 ng/mL Gentamicin 5–10 mg/mL Lidocaine 1–5 mg/mL Lithium 0.6–1.2 mEq/L Phenytoin 10–20 mg/mL Procainamide 4–10 mg/mL Quinidine 1–4 mg/mL Theophylline 10–20 mg/mL Tobramycin 5–10 mg/mL Valproic acid 50–100 mg/mL Vancomycin 20–40 mg/mL Rentang terapetik dari obat-obat yang umumnya dipantau by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 16. • Dalam pemberian obat-obat yang poten kepada penderita, sudah seharusnya mempertahankan kadar obat dalam plasma agar berada dalam batas yang dekat dengan konsentrasi terapetik. • Berbagai metode farmakokinetik dapat digunakan untuk menghitung dosis awal atau untuk aturan dosis. • Biasanya, aturan dosis awal dihitung secara empirik atau diperkirakan setelah mempertimbangkan dengan hati-hati farmakokinetika obat yang diketahui, kondisi patofisiologik penderita dan riwayat penggunaan obat dari penderita. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 17. TDM diperlukan karena : • perubahan antar penderita dalam hal absorpsi, distribusi dan eliminasi obat (intersubject variability) • perubahan kondisi patofisiologik penderita by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016 TDM : kegiatan menilai respons penderita terhadap aturan dosis yang dianjurkan maka di beberapa rumah sakit telah ditetapkan adanya pelayanan pemantauan terapetik obat
  • 18. A drug should satisfy certain criteria to be suitable for therapeutic drug monitoring • narrow target range • significant pharmacokinetic variability • a reasonable relationship between plasma concentrations and clinical effects • established target concentration range • availability of cost-effective drug assay. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 19. The appropriate indications for therapeutic drug monitoring (and examples) include: • toxicity – diagnosing toxicity when the clinical syndrome is undifferentiated (unexplained nausea in a patient taking digoxin) – avoiding toxicity (aminoglycosides, cyclosporin) • dosing – after dose adjustment (usually after reaching a steady state) – assessment of adequate loading dose (after starting phenytoin treatment) – dose forecasting to help predict a patient's dose requirements1 (aminoglycosides) by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 20. • monitoring – assessing compliance (anticonvulsant concentrations in patients having frequent seizures) – diagnosing under treatment (particularly important for prophylactic drugs such as anticonvulsants, immunosuppressants) – diagnosing failed therapy (therapeutic drug monitoring can help distinguish between ineffective drug treatment, non-compliance and adverse effects that mimic the underlying disease). by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 21. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 22. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 23. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016 TDM STEPS :
  • 24. Rekomendasi khusus. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016 Memilih obat Merancang aturan dosis Menilai respons penderita Menentukan perlunya pengukuran konsentrasi obat dalam serum Menetapkan kadar obat Melakukan penilaian secara farmakokinetik kadar obat Menyesuaikan kembali aturan dosis. Memantau konsentrasi obat dalam serum.
  • 25. Pemilihan obat • Pemilihan obat dan terapi dengan obat biasanya dilakukan oleh dokter. Akan tetapi banyak praktisi berunding dengan farmasis klinik dalam memilih produk obat dan merancang aturan dosis. • Pemilihan terapi dengan obat biasanya dibuat atas dasar : – diagnosis fisik penderita, – adanya berbagai masalah patofisiologik pada penderita, – riwayat pengobatan penderita sebelumnya, – terapi obat yang bersamaan, – alergi atau kepekaan yang diketahui, – dan aksi farmakodinamik obat. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 26. Rancangan Aturan Dosis • Setelah obat yang tepat dipilih untuk penderita, ada sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan pada waktu merancang aturan dosis terapetik. – Pertama, pertimbangan farmakokinetika yang umum dari obat yang meliputi profil absorpsi, distribusi, dan eliminasi pada penderita. – Kedua, pertimbangan fisiologi penderita seperti umur, berat badan, jenis kelamin, dan status nutrisi. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 27. • Ketiga, setiap kondisi patofisiologik seperti tidak berfungsi-nya ginjal, penyakit hati, dan kegagalan jantung kongestive, dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi profil farmakokinetik normal obat. • Keempat, hendaknya dipertimbangkan "exposure" penderita terhadap pengobatan yang lain atau faktor-faktor lingkungan (seperti merokok) yang mungkin juga dapat mengubah farmakokinetik yang umum. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 28. • Terakhir, target konsentrasi obat pada reseptor penderita yang meliputi berbagai perubahan kepekaan reseptor terhadap obat. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 29. Penilaian Respons Penderita • Setelah suatu produk obat dipilih dan penderita menerima aturan dosis awal, praktisi hendaknya menilai secara klinik respons penderita. • Jika penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat seperti yang diharapkan, maka obat dan aturan dosis hendaknya ditinjau kembali. • Aturan dosis yg hendaknya ditinjau kembali adl tentang kecukupan, ketelitian, dan kepatuhan penderita terhadap terapi obat. • Praktisi hendaknya menentukan perlu atau tidak konsentrasi obat dalam serum penderita diukur. • Dalam banyak keadaan keputusan klinik dapat menghindari perlunya pengukuran konsentrasi obat dalam serum. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 30. Pengukuran Konsentrasi Obat dalam Serum • Sebelum cuplikan darah diambil dari penderita, praktisi hendaknya menetapkan apakah diperlukan pengukuran konsentrasi obat dalam serum. • Dalam beberapa hal respons penderita tidak dapat dikaitkan dengan konsentrasi obat dalam serum. Sebagai contoh, alergi dan rasa mual ringan tidak dapat dikaitkan dengan dosis. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 31. • Sebagian besar anggapan yang dibuat oleh praktisi menyatakan bahwa konsentrasi obat dalam serum berkaitan dengan efek terapetik dan/atau efek toksik obat. • Untuk banyak obat, studi klinik telah menunjukkan bahwa ada suatu rentang efektif terapetik dari konsentrasi obat dalam serum. • Oleh karena itu, pengetahuan tentang konsentrasi obat dalam serum dapat menjelaskan mengapa seorang penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat, atau mengapa penderita mengalami suatu efek yang tidak diinginkan. • Sebagai tambahan, praktisi mungkin ingin menjelaskan ketelitian dari aturan dosis. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 32. • Pada pengukuran konsentrasi obat dalam serum, suatu konsentrasi tunggal dari obat dalam serum dapat tidak menghasilkan informasi yang berguna kecuali kalau faktor-faktor lain dipertimbangkan. • Sebagai contoh, aturan dosis obat yang meliputi besaran dan jarak pemberian dosis, rute pemberian obat, serta waktu pengambilan cuplikan (puncak, palung atau keadaan tunak), hendaknya diketahui. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 33. • Dalam banyak hal cuplikan darah tunggal tidak mencukupi oleh karena itu beberapa cuplikan darah diperlukan untuk menjelaskan kecukupan aturan dosis. • Dalam praktek, konsentrasi palung serum lebih mudah diperoleh daripada cuplikan puncak atau C ∞ av selama pemberian dosis ganda. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 34. • Sebagai tambahan, mungkin ada keterbatasan dalam hal jumlah cuplikan darah yang dapat diambil, keseluruhan volume darah yang diperlukan untuk penetapan kadar, dan waktu untuk melakukan analisis obat. • Praktisi yang melakukan pengukuran konsentrasi serum hendaknya juga mempertimbangkan biaya penetapan kadar, risiko, dan ketidaksenangan penderita, dan kegunaan informasi yang diperoleh by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 36. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 37. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 38. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 39. • Setelah konsentrasi obat dalam serum diukur, ahli farmakokinetik hendaknya menilai data secara tepat. • Ahli farmakokinetik hendaknya mengetahui rentang terapetik yang umum dari konsentrasi obat dalam serum dari kepustakaan. • Hasil penetapan kadar dari laboratorium dapat menunjukkan bahwa kadar obat dalam serum penderita lebih tinggi, lebih rendah, atau sama dengan kadar serum yang diharapkan. • Ahli farmakokinetik hendaknya menilai hasil ini secara hati- hati dengan mempertimbangkan , kondisi dan patofisiologik penderita • Tetapi, keputusan terapeutik hendaknya tidak didasarkan semata-mata atas konsentrasi obat dalam serum by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016 PENILAIAN SECARA FARMAKOKINETIK KONSENTRASI OBAT DALAM SERUM
  • 40. Konsentrasi serum lebih rendah daripada yang diharapkan • Kepatuhan penderita • Kesalahan dalam aturan dosis • Salah produk obat (pelepasan terkendali sebagai pengganti pelepasan segera). • Bioavailabilitas yang jelek • Eliminasi cepat • Peningkatan volume distribusi • Keadaan tunak tidak tercapai • Jadwal waktu pengambilan darah by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 41. Konsentrasi serum lebih tinggi daripada yang diharapkan • Kepatuhan penderita • Kesalahan dalam aturan dosis • Salah produk obat (pelepasan segera sebagai pengganti pelepasan terkendali). • Bioavailabilitas cepat • Volume distribusi lebih kecil daripada yang diharapkan • Eliminasi lambat by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 42. Konsentrasi serum benar tetapi penderita tidak memberi reaksi terhadap terapi • Kepekaan reseptor berubah (misal, toleransi) • Interaksi obat pada reseptor • Perubahan pada hepatic blood flow by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 43. Penyesuaian Dosis • Dari data konsentrasi obat dalam serum dan observasi penderita, dokter atau ahli farmakokinetik dapat menganjurkan adanya penyesuaian dalam aturan dosis. • Secara ideal aturan dosis yang baru hendaknya dihitung dengan menggunakan parameter-parameter farmakokinetik yang diperoleh dari konsentrasi obat dalam serum penderita. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 44. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 45. RANCANGAN ATURAN DOSIS by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 46. Berbagai rancangan aturan dosis : 1. Aturan dosis secara individual 2. Aturan dosis didasarkan atas harga rata-rata populasi 3. Aturan dosis didasarkan atas parameter farmakokinetik parsial 4. Pengaturan dosis secara empirik by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 47. 1. Aturan Dosis Secara Individual • Pendekatan yang paling teliti untuk rancangan aturan dosis adalah perhitungan dosis yang didasarkan atas farmakokinetika obat pada penderita. • Pendekatan ini tidak memungkinkan untuk perhitungan dosis awal. • Segera sesudah penderita mendapat pengobatan, penyesuaian kembali dosis dapat dihitung dengan menggunakan parameter-parameter yang didapat dari pengukuran kadar obat dalam serum setelah dosis awal by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 48. 2. Aturan Dosis Didasarkan atas Harga Rata-rata Populasi • Metode yang paling sering digunakan untuk menghitung aturan dosis didasarkan atas parameter farmakokinetik rata-rata yang diperoleh dari studi klinik yang telah dipublikasikan dalam kepustakaan obat. • Metode ini dapat didasarkan atas suatu model yang pasti (fixed model) atau yang disesuaikan (adapted model). by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 49. • Dalam fixed model dianggap bahwa parameter farmakokinetik rata-rata populasi dapat digunakan secara langsung untuk menghitung aturan dosis penderita tanpa suatu perubahan. • Parameter farmakokinetik (dianggap tetap): – tetapan laju absorpsi, ka – faktor bioavailabilitas, F – volume distribusi, Vd – tetapan laju eliminasi, K by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 50. • Paling sering obat dianggap mengikuti farmakokinetik model kompartemen-satu. • Bila suatu aturan dosis ganda dirancang, maka untuk menilai dosis digunakan persamaan dosis ganda yang didasarkan prinsip "superposisi“. • Praktisi dapat menggunakan dosis yang lazim dianjurkan oleh kepustakaan, dan juga membuat penyesuaian sedikit dari dosis yang didasarkan atas berat badan dan/atau umur penderita. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 51. prinsip "superposisi“. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 52. • Bila menggunakan adaptive model, untuk menghitung suatu aturan dosis, ahli farmakokinetik menggunakan variabel-variabel pasien seperti : – berat badan, umur, jenis kelamin, dan luas permukaan tubuh, – patofisiologi penderita yang diketahui seperti penyakit ginjal, dan – parameter farmakokinetik obat rata-rata populasi yang diketahui. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 53. • Dalam hal ini, perhitungan aturan dosis perlu mempertimbangkan berbagai perubahan patofisiologi penderita dan berusaha menyesuaikan atau memodifikasi aturan dosis menurut kebutuhan penderita. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 54. 3. Aturan Dosis Didasarkan atas Parameter Farmakokinetik Parsial • Untuk banyak obat, disayangkan profil farmakokinetik yang lengkap tidak diketahui atau tidak terdapat. • Oleh karena itu ahli farmakokinetik dapat membuat beberapa anggapan untuk menghitung aturan dosis. • Sebagai contoh, suatu anggapan umum adalah memisalkan faktor bioavailabitas F sama dengan 1 atau 100%. • Jadi, jika obat kurang lengkap terabsorpsi sistemik, maka penderita akan "undermedicated" daripada "overmedicated". • Tentu saja, beberapa anggapan ini akan bergantung pada sifat obat dan rentang terapetiknya. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 55. 4. Pengaturan Dosis secara Empirik • Dalam banyak kasus, dokter memilih suatu aturan dosis untuk penderita tanpa menggunakan berbagai variabel farmakokinetik. • Dalam keadaan ini, dokter membuat keputusan yang didasarkan atas data klinik empirik, pengalaman pribadi, dan pengamatan. • Dokter menggolongkan penderita sebagai wakil dari suatu populasi klinik yang sama yang telah diteliti dengan baik yang menggunakan obat dengan berhasil. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 56. 5. Pengaturan dosis melibatkan faktor genetik Contoh : Warfarin by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 57. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 58. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 59. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 60. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 61. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 62. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 63. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 64. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 65. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 66. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 67. Jadi ada 3 faktor genetik yang terkait dengan ketepatan dosis warfarin • VKORC1 -1639 G>A (or 1173 C>T) • CYP2C9 *2 or *3 • CYP4F2 C>T (still controversial) by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 68. Bagaimana dengan Populasi di Indonesia? by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 69. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 70. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 71. 25th JSSX annual meeting, Oral presentation, Tokyo, Japan, 2010 by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 72. 2.9 4.9 33.0 26.2 64.1 68.9 Results Distribution of genotype variants in Indonesian population 94.2 95.1 5.8 4.90.0 0.0 70.9 60.2 24.3 37.9 4.9 1.9 CYP4F2 Patient Healthy Patient Healthy Patient Healthy GG GA AA *1/*1 *1/*2, *1/*3 *2/*2, *3/*3 V433/V433 V433/M433 M433/M433 VKORC1 CYP2C9 0 25 50 75 100 25 50 75 100 0 0 25 50 75 100 Frequency(%) Frequency(%) Frequency(%) by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 73. 2nd Asian Federation for Pharmaceutical Sciences Conference, Oral presentation, Kuala Lumpur, Malaysia, 2011. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 74. PK/PD of warfarin associated with genetic polymorphisms of VKORC1 and CYP2C9 in Indonesian patients Taofik Rusdiana1,3, Takuya Araki1,2, Tomonori Nakamura1,2, Anas Subarnas3 and Koujirou Yamamoto 1,2 1 Department of Clinical Pharmacology, Gunma University Graduate School of Medicine, 3-39-22 Showa-machi, Maebashi, Gunma 371-8511, Japan 2 Department of Pharmacy, Gunma University Hospital, 3-39-15 Showa-machi, Maebashi, Gunma 371-8511, Japan 3 Faculty of Pharmacy, Padjadjaran University, Jl. Raya Jatinangor km 21, Sumedang, by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 75. 113th American Society for Clinical Pharmacology and Therapeutics, Washington DC, 2012 by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 76. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 77. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 78. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 79. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 80. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 81. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 82. by Taofik Rusdiana-Fak. Farmasi UNPAD, 2008 - 2016
  • 83. Selesai! Terima kasih atas segala perhatiannya!