Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi profesional dalam pelayanan kesehatan dan beberapa isu serta tren yang terkait. Isu utama yang diangkat adalah pentingnya komunikasi yang baik antara tenaga medis dan pasien untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan menghindari kesalahpahaman.
2. Sarana Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan kombinasi proses perubahan yang dilakukan melalui
pendidikan, organisasi, ekonomi dan lingkungan yang mendukung kesehatan. Promosi
kesehatan dapat dilaksanakan mulai dari primer sampai dengan sekunder, seperti: di
lingkungan sekolah, tempat kerja, masyarakat dan pelayanan kesehatan primer dan
sekunder.
3. Tujuan promosi kesehatan
1. Individu : pengetahuan, sikap dan perilaku
2. Individu dan kelompok : jaringan dan informal juga termasuk dukungan sosial, kelompok
kerja dan kelompok sebaya.
3. Organisasi : kebijaksanaan, praktek, program, fasilitas dan sumber
4. Komunitas: kebijaksanaan, praktek, program, fasilitas dan sumber
5. Pemerintah: kebijaksanaan, program,, fasilitas,sumber, koordinasi/legistasi, peraturan
4. Memberi Keakuratan Informasi
Fungsi komunikasi dalam pelayanan kesehatan yang kedua adalah untuk memberikan
informasi yang akurat sesuai dengan fakta dan bersifat valid kepada pasien maupun
anggota keluarga pasien. Hal ini merupakan hal yang sangat penting sebab dengan adanya
komunikasi akan dapat memberikan informasi langsung kepada pasien dan keluarganya.
Maka selanjutnya dapat dilakukan penanganan kesehatan sebagaimana prosedur secara
umum.
5. Menjalin Kedekatan dengan Pasien
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, para petugs kesehatan diwajibkan
untuk mampu menjalin kedekatan dengan pasien. Hal ini merupakan upaya
agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara optimal. Sebab pasien
sendiri merupakan prioritas utama bagi para patugas kesehatan. Oleh sebab
itu maka satu satunya cara untuk dapat menjalin kedekatan ini adalah dengan
membangun hubungan melalui komunikasi yang baik.
6. Optimalisasi Pemberian Layanan Kesehatan
Untuk mengoptimalkan pekerjaan petugas kesehatan yang sebagaimana tugas seorang
petugas kesehatan adalah membantu pasiennya dari pasien sakit sampai pasien dinyatakan
sembuh. Selain berhubungan langsung dengan pasien, seorang petugas kesehatan juga
akan berhubungan dengan anggota keluarga pasien. Komunikasi dalam manajemen
pelayanan kesehatan ini sangat penting untuk kelancaran dan mengoptimalkan tugas
petugas kesehatan tersebut.
7. Menjaga Kerahasiaan yang berhubungan
dengan Informasi pasien
Komunikasi dalam pelayanan kesehatan yang menjadi pedoman bagi seorang petugas
kesehatan ini berfungsi untuk menjaga kerahasiaan informasi mengenai pasien yang
ditanganinya. Kerahasiaan informasi akan dijaga oleh seorang petugas kesehatan sesuai
dengan perintah pasien atau keluarga pasien. Tentu saja hal ini merupakan bagian dari
kode etik para petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan. Informasi mengenai
pasien hanya dapat diberikan atas adara persetujuan pasien dan keluarga.
8. Memberi Rasa Nyaman Kepada Pasien
Komunikasi dalam pelayanan kesehatan juga berfungsi sebagai kekuatan seorang petugas
kesehatan untuk menciptakan rasa nyaman kepada pasien. Seorang petugas kesehatan
diminta untuk berkomunikasi secara informatif dan perusasif dengan tujuan agar seorang
pasien dapat terpengaruh bujukan seorang petugas kesehatan. Misalnya, seorang pasien
yang tidak mau minum obat atau pasien yang takut dengan jarum suntik.
9. Menciptakan Komunikasi yang Harmonis
Seorang perawat akan berinteraksi langsung dengan seorang pasien maupun keluarga
pasien. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat dan terkesan tidak terlalu formal menjadi
kunci utama dalam menjalin kedekatan dengan pasien. Melalui komunikasi dalam
manajemen keperawatan ini, seorang perawat dengan mudah dapat memahami teknik-
teknik dan cara yang tepat untuk tetap menjaga keharmonisan pada saat berkomunikasi
dengan pasien maupun keluarga pasien.
10. Membantu Pasien Dalam Memahami Informasi
Komunikasi yang baik antara perawat dan pasien memiliki potensi yang besar dalam
membantu pasien untuk mengatur ’emosi, meningkatkan pemahaman informasi medis,
persepsi dan harapan, membangun rasa percaya penuh kepada perawat yang
menanganinya sehingga pasien akan patuh terhadap semua saran dan nasehat. Informasi
yang didapatkan perawat dari pasien sangatlah penting dalam pengelolaan penyakit kronis.
11. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Persepsi pasien terhadap kualitas kesehatan yang diterimanya sangat bergantung pada
kualitas interaksi pasien dengan petugas kesehatan. Terdapat banyak Penelitian yang
mendukung bahwa komunikasi yang efektif dapat berdampak pada kualitas kesehatan
pasien dan masyarakat. Diperkirakan 1/3 dari orang dewasa yang mengalami penyakit
kronik dapat menghemat penggunaan obat-obatan, oleh karena komunikasi dengan
petugas kesehatan yang baik
12. Menghindari Kesalahpahaman
Beberapa permasalahan komunikasi dalam keperawatan yang kerap kali muncul ke
permukaan, lebih disebabkan karena kurang dipahaminya komunikasi oleh kedua belah
pihak, baik perawat maupun pasien. Hal ini tercermin dari perilaku pasien yang karena
ketidaktahuannya menyerahkan sepenuhnya kepada tenaga kesehatan atau rumah sakit
sehingga seringkali menjadi korban malapraktik, atau malah bersikap tidak peduli dan
mencari jalan pintas dengan mengobati dirinya sendiri.
13. Menghilangkan Kecemasan Pasien
Banyak halangan yang dijumpai dalam membangun komunikasi efektif antara perawat dan
pasien, antara lain yaitu pasien yang merasa cemas berlebihan, pasien yang tidak menerima
penjelasan perawat mengenai kondisinya, perawat merasa terbebani atas pekerjaannya,
pasien tidak menyetujui suatu tindakan medis yang akan dilakukan oleh perawat (menolak
menandatangani surat persetujuan tindakan), dan pemikiran pasien yang tidak realistis.
14. Menyampaikan Informasi Secara Detail
Pentingnya informasi yang disampaikan ke pasien meliputi dari prosedur yang akan
dilakukan, resiko yang mungkin terjadi, manfaat dari tidakan yang akan dilakukan, dan
alternatif dari tindakan yang dapat dilakukan. Disamping itu perlu diinformasikan pula
kemungkinan yang dapat timbul apabila tindakan tidak dilakukan, juga ramalan
(prognosis) atau perjalanan penyakit yang diderita. Pasien berhak mendapatkan
informasi mengenai perkiraan biaya pengobatannya.
Prosedur yang akan dilakukan perlu diuraikann lagi, meliputi alay yang akan digunakan,
bagian tubuh mana yang akan terkena, kemungkinan perasaan nyeri yang
timbul,kemungkinan perlunya dilakukan perluasan operasi, dan yang penting tujuan
tindakakn itu untuk diagnostik atau terapi.
16. Definisi Issu dan Trend dalam Pelayanan
Kesahatan
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang
krisis.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
17. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Issu dan
Trend
Faktor Agama dan Istiadat
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya.
Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara
lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan
peraturan perundang-undangan.
18. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan,
cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru.
Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis
Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak
tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik. Saat ini aspek legislasi dan bentuk
keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang menjadi topik yang banyak
dibicarakan.
19. Faktor dana/keuangan
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik.
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya
dengan mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
Faktor Kode etik keperawatan
Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima
oleh profesi. Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah
yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis
permasalahan-permasalahan etis.
Faktor Hak-hak pasien
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia. Hak
merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan
kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga
negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral.
20. Konsep Issu dan Trend dalam Keperawatan
Mengahargai keyakinan klien menurut budayanya
Menghentikan kebiasaan buruk
Mengganti kebiasaan pengobatan yang buruk
21. Nilai-Nilai dalam Issu dan Trend
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari :
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic dan memperhatikan kode etik
keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
22. 3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara
mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti
bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian,
kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap
tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
23. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan
Kesehatan
Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari
kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
24. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya
adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut
(Mundakir, 2006). Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah :
1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan
intraksi dengan klien.
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara
terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan ( kinerja ) individual yang berdampak
terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.
25. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
1. Situasi atau suasana
Situasi atau suasana yang penuh kebisangan akan mempengaruhi baik atau tidaknya pesan
diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi
berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima.
2. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang
jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan
komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat
mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan.
26. Issu dan Trend Komunikasi dalam Keperawatan
Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda
dalam memendang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-
hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional
dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama
ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi.