Dokumen tersebut membahas tentang diuretik, termasuk sejarah, definisi, klasifikasi, mekanisme kerja, dan contoh diuretik seperti manitol dan inhibitor karbonik anhidrase seperti asetazolamid.
1. Hipnotik dan sedatif adalah golongan obat penenang sistem saraf pusat yang efeknya bergantung pada dosis, dari ringan hingga berat seperti koma dan kematian.
2. Obat-obatan hipnotik sedative mampu mendepresi sistem saraf pusat dan diklasifikasikan menjadi benzodiazepin, barbiturat, dan non-barbiturat non-benzodiazepin seperti propofol.
3. Mekanisme kerja obat-
Ny Rusni dirawat di rumah sakit karena DM, hipertensi, dislipidemia, dan asidosis metabolik. Terapi yang dianjurkan adalah insulin, ACE inhibitor, statin, dan natrium bikarbonat untuk mengendalikan kondisinya.
Ulkus peptikum adalah kerusakan mukosa lambung dan duodenum akibat asam lambung. Terdapat 4 jenis ulkus gaster berdasarkan lokasi. Faktor risiko termasuk infeksi H. pylori, NSAIDs, merokok, dan alkohol. Diagnosis didasarkan pada gejala dan hasil endoskopi. Pengobatan meliputi diet, obat netralisir asam dan proteksi mukosa, serta operasi untuk komplikasi atau gagal pengobatan.
Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik. 1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan eksresi dari Na+. Diuretik modern semakin berkembang sejak ditemukannya efek samping dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine.Terkecuali spironolakton, diuretik kebanyakan berkembang secara empiris, tanpa mengetahui mekanisme sistem transpor spesifik di nephron. Diuretik adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif, namun memiliki efek samping yang banyak pula.
Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih atau merangsang pengeluaran urin. Dengan kata lain diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis memiliki dua pengertian, ialah menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air.
Diuretik adalah suatu sediaan yang dapat meningkatkan laju urinasi dan volume air seni. Penggunaan diuretik dalam pengobatan medis dilakukan untuk menurunkan volume cairan ekstraseluler, khususnya pada penyakit yang berhubungan dengan edema dan hipertensi. Diuretik juga dilaporkan dapat dijadikan sebagai terapi sirosis hati, asites , sindrom nefritis, dan toksemia gagal ginjal. Sediaan diuretik dapat berasal dari senyawa kimia sintetik (buatan) dan alami (sumber hayati).
Ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat.
1. Hipnotik dan sedatif adalah golongan obat penenang sistem saraf pusat yang efeknya bergantung pada dosis, dari ringan hingga berat seperti koma dan kematian.
2. Obat-obatan hipnotik sedative mampu mendepresi sistem saraf pusat dan diklasifikasikan menjadi benzodiazepin, barbiturat, dan non-barbiturat non-benzodiazepin seperti propofol.
3. Mekanisme kerja obat-
Ny Rusni dirawat di rumah sakit karena DM, hipertensi, dislipidemia, dan asidosis metabolik. Terapi yang dianjurkan adalah insulin, ACE inhibitor, statin, dan natrium bikarbonat untuk mengendalikan kondisinya.
Ulkus peptikum adalah kerusakan mukosa lambung dan duodenum akibat asam lambung. Terdapat 4 jenis ulkus gaster berdasarkan lokasi. Faktor risiko termasuk infeksi H. pylori, NSAIDs, merokok, dan alkohol. Diagnosis didasarkan pada gejala dan hasil endoskopi. Pengobatan meliputi diet, obat netralisir asam dan proteksi mukosa, serta operasi untuk komplikasi atau gagal pengobatan.
Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik. 1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan eksresi dari Na+. Diuretik modern semakin berkembang sejak ditemukannya efek samping dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine.Terkecuali spironolakton, diuretik kebanyakan berkembang secara empiris, tanpa mengetahui mekanisme sistem transpor spesifik di nephron. Diuretik adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif, namun memiliki efek samping yang banyak pula.
Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih atau merangsang pengeluaran urin. Dengan kata lain diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis memiliki dua pengertian, ialah menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air.
Diuretik adalah suatu sediaan yang dapat meningkatkan laju urinasi dan volume air seni. Penggunaan diuretik dalam pengobatan medis dilakukan untuk menurunkan volume cairan ekstraseluler, khususnya pada penyakit yang berhubungan dengan edema dan hipertensi. Diuretik juga dilaporkan dapat dijadikan sebagai terapi sirosis hati, asites , sindrom nefritis, dan toksemia gagal ginjal. Sediaan diuretik dapat berasal dari senyawa kimia sintetik (buatan) dan alami (sumber hayati).
Ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat.
Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Dokumen tersebut merangkum percobaan identifikasi karbohidrat secara kualitatif dengan beberapa uji seperti uji Molisch, uji iodium, uji Barfoed dan uji Saliwanoff. Uji-uji tersebut dilakukan terhadap beberapa sampel karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa dan amilum serta sampel air kelapa untuk mengetahui kandungan karbohidratnya. Hasil uji menunjukkan air
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
Dokumen tersebut membahas tentang penyerapan obat yang diberikan melalui rektum, termasuk cara kerja dan faktor yang mempengaruhinya. Pemberian obat melalui rektum dapat mendapatkan efek lokal atau sistemik, tergantung jenis obatnya. Absorpsi terjadi lewat pembuluh darah secara langsung, getah bening, atau tidak langsung, namun bioavailabilitasnya relatif rendah.
Agonis adrenergik adalah obat yang bekerja langsung pada reseptor adrenergik untuk mengaktifkannya. Ada dua kelompok utama, yaitu katekolamin yang potensi kuat namun cepat inaktif, dan nonkatekolamin yang lebih lama paruhnya dan mampu masuk SSP. Epinefrin dan norepinefrin adalah katekolamin endogen yang bekerja langsung pada reseptor, sementara isoproterenol bekerja pada resept
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah metode lempeng silinder dan turbidimetri untuk menentukan kadar hambatan minimum (KHM) antibiotik terhadap mikroba patogen. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi mulai dari persiapan bahan sampai perhitungan hasil.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
1. Tabel memberikan volume maksimum larutan uji yang dapat diberikan pada hewan untuk berbagai jalur pemberian dan jenis hewan.
2. Tabel konversi dosis antara berbagai jenis hewan dan manusia.
3. Contoh perhitungan dosis obat Glibenklamid dan ekstrak etanol kulit buah manggis untuk diuji pada mencit berdasarkan berat badan dan volume maksimum yang dianjurkan.
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Titrasi nitrimetri menggunakan NaNO2 sebagai titran untuk menitrasi zat yang mengandung gugus amina aromatis atau dapat dihidrolisis menjadi amina aromatis. NaNO2 akan membentuk asam nitrit yang bereaksi dengan sampel membentuk garam diazonium. Titik akhir dapat ditentukan secara visual menggunakan indikator dalam atau luar, atau secara elektrometri menggunakan elektroda. Katalis seperti
Resep tersebut mengandung 3 obat yaitu metronidazol, amoxan, dan ostelox untuk mengobati infeksi periodontitis. Analisis menunjukkan ketiga obat tersebut sesuai secara administrasi, farmaseutik, dan klinis untuk pengobatan pasien tanpa interaksi antar obat.
Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Dokumen tersebut merangkum percobaan identifikasi karbohidrat secara kualitatif dengan beberapa uji seperti uji Molisch, uji iodium, uji Barfoed dan uji Saliwanoff. Uji-uji tersebut dilakukan terhadap beberapa sampel karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa dan amilum serta sampel air kelapa untuk mengetahui kandungan karbohidratnya. Hasil uji menunjukkan air
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
Dokumen tersebut membahas tentang penyerapan obat yang diberikan melalui rektum, termasuk cara kerja dan faktor yang mempengaruhinya. Pemberian obat melalui rektum dapat mendapatkan efek lokal atau sistemik, tergantung jenis obatnya. Absorpsi terjadi lewat pembuluh darah secara langsung, getah bening, atau tidak langsung, namun bioavailabilitasnya relatif rendah.
Agonis adrenergik adalah obat yang bekerja langsung pada reseptor adrenergik untuk mengaktifkannya. Ada dua kelompok utama, yaitu katekolamin yang potensi kuat namun cepat inaktif, dan nonkatekolamin yang lebih lama paruhnya dan mampu masuk SSP. Epinefrin dan norepinefrin adalah katekolamin endogen yang bekerja langsung pada reseptor, sementara isoproterenol bekerja pada resept
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah metode lempeng silinder dan turbidimetri untuk menentukan kadar hambatan minimum (KHM) antibiotik terhadap mikroba patogen. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi mulai dari persiapan bahan sampai perhitungan hasil.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
1. Tabel memberikan volume maksimum larutan uji yang dapat diberikan pada hewan untuk berbagai jalur pemberian dan jenis hewan.
2. Tabel konversi dosis antara berbagai jenis hewan dan manusia.
3. Contoh perhitungan dosis obat Glibenklamid dan ekstrak etanol kulit buah manggis untuk diuji pada mencit berdasarkan berat badan dan volume maksimum yang dianjurkan.
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Titrasi nitrimetri menggunakan NaNO2 sebagai titran untuk menitrasi zat yang mengandung gugus amina aromatis atau dapat dihidrolisis menjadi amina aromatis. NaNO2 akan membentuk asam nitrit yang bereaksi dengan sampel membentuk garam diazonium. Titik akhir dapat ditentukan secara visual menggunakan indikator dalam atau luar, atau secara elektrometri menggunakan elektroda. Katalis seperti
Resep tersebut mengandung 3 obat yaitu metronidazol, amoxan, dan ostelox untuk mengobati infeksi periodontitis. Analisis menunjukkan ketiga obat tersebut sesuai secara administrasi, farmaseutik, dan klinis untuk pengobatan pasien tanpa interaksi antar obat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang urine, aktivitas diuretik, dan furosemide.
2. Furosemide bekerja dengan memblokir absorpsi garam dan cairan di ginjal sehingga meningkatkan ekskresi urine.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan dosis furosemide terhadap aktivitas diuretik pada tikus.
1. Ginjal berfungsi untuk menyaring zat-zat sisa metabolisme dari darah dan mengeluarkannya melalui urine.
2. Ginjal terdiri dari kulit ginjal yang berisi nefron untuk menyaring dan menyerap kembali zat-zat tertentu, serta sumsum ginjal dan rongga ginjal.
3. Gangguan ginjal dapat berupa nefritis, batu ginjal, diabetes inspidus, gagal ginjal, albuminuria, dan polyuria.
Tugas ilmu biomedis ini memberikan ringkasan singkat tentang struktur dan fungsi nefron ginjal dalam 3 kalimat. Nefron adalah unit struktural dan fungsional dasar ginjal yang terdiri atas renal korpuskula dan tubulus. Renal korpuskula berfungsi menyaring darah menjadi filtrat, sedangkan berbagai bagian tubulus melakukan reabsorpsi dan sekresi untuk membentuk urine. Fungsi utama nefron adalah mengatur konsentrasi cairan dan z
Dokumen tersebut membahas tentang sistem perkemihan pada manusia, proses pembentukan urine yang terdiri atas filtrasai, reabsorpsi, dan augmentasi, zat-zat yang terkandung dalam urine, serta tips menjaga kesehatan sistem perkemihan seperti minum air putih, tidak menahan buang air kecil, dan menjaga berat badan ideal.
Hormon antidiuretik (ADH) diproduksi di hipotalamus dan berperan dalam mengatur ekskresi air melalui ginjal. ADH meningkatkan reabsorpsi air di tubulus ginjal sehingga mengurangi jumlah air yang dikeluarkan dalam urin. Kelainan hormon ADH dapat berupa defisiensi maupun kelebihan yang menyebabkan gangguan kesetimbangan cairan tubuh.
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan terapi obat yang meliputi identifikasi masalah penggunaan obat pasien, evaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat, serta rekomendasi perubahan terapi jika diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
The patient presented with acute tonsilopharyngitis, speech delay, type 2 diabetes mellitus, and ischemic heart disease. Their medical history involved multiple chronic conditions affecting different body systems including infectious pharyngitis, developmental issues, endocrine disorders, and cardiovascular disease.
Tugas ini membahas pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan masalah yang dihadapi, termasuk regulasi dan kehadiran apoteker, serta implementasi pelayanan farmasi klinis oleh tenaga non-apoteker. Konseling obat merupakan aspek penting dalam pelayanan kefarmasian, namun seringkali dilakukan oleh tenaga teknis bukan apoteker.
Secara organisasi dan profesi, Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) merupakan bagian dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang bertugas membina, mengawasi, dan menilai pelaksanaan kode etik serta menjaga disiplin para apoteker di Indonesia. Secara profesi, MEDAI mengatur pedoman disiplin bagi para apoteker dalam berpraktik untuk melindungi pasien dan meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
Peran Apoteker di Apotek adalah memberikan pelayanan kefarmasian diantaranya yang utama adalah memberikan pelayanan swamedikasi dan pelayanan resep.
Dalam memberikan pelayanan resep, apoteker harus memahami Resep dan menginterpretasikan resep. Apoteker harus memahami cara melakukan compounding dan dispensing resep
.
Adapun tahapan Compounding dan Dispensing Resep sebagai berikut:
1. Menerima dan memvalidasi resep
2. Memahami dan menginterpratasikan resep
3. Penyiapan dan pemberian label
5. Melakukan Pencatatan Data
6. Pelayanan Informasi Obat
Dokumen tersebut membahas tentang cara pemakaian obat yang tepat, mencakup petunjuk pemakaian berbagai jenis obat seperti tetes mata, tetes hidung, semprot hidung, inhalasi, vaginal, tetes telinga, kumur, dan suppositoria. Dokumen lain membahas tentang penyebab dan penatalaksanaan demam, serta contoh obat demam parasetamol dan ibuprofen. Terakhir membahas tentang penyebab dan gejala influenza.
Sublingual berarti di bawah lidah.Tablet ini dipakai dengan cara meletakan tablet persis dibawah lidah. Dengan diletakan di bawah lidah penyerapan oleh mukosa mulut akan lebih maksimal. Obat-obatan yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar memberikan efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap dengan baik oleh selaput lendir mulut.
Elektroforesis adalah teknik pemisahan suatu partikel/ spesies/ ion atau partikel koloid berdasarkan kemampuan berpindah melalui medium konduktif, biasanya berupa larutan bufer, sebagai respon adanya suatu medan listrik (Harvey 2000). Secara teknis, elektroforesis merupakan istilah yang diberikan untuk migrasi partikel yang bermuatan akibat diberikan arus listrik searah atau DC (Direct Current). Umumnya teknik dari cikal-bakal elektroforesis digunakan untuk menentukan muatan dari suatu koloid (Patnaik 2004). Teknik elektroforesis ditentukan oleh ciri molekular ionik dan adanya muatan sebagai sifat fisik. Arah dan laju pergerakan tergantung pada spot dan intensitas muatan ionik (Rouessac 2007). Bufer elektroda digunakan untuk konduktor arus dengan menjadi jembatan konduksi diantara dua elektroda sehingga memungkinkan terjadinya aliran medan listrik (Skoog 2002).
1. BMI (Body Mass Indeks) atau IMT(Indeks Massa Tubuh):
Adalah metode pengukuran yang membandingan antara tinggi dan berat badan
Untuk menilai status gizi seseorang
Menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang
Merupakan altenatif untuk pengukuran lemak tubuh
Kekurangan dan kelebihan dalam menggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak tubuh :
Kelebihan IMT:
- Biaya yang diperlukan tidak mahal
- Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan tinggi badan seseorang.
- Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada table IMT.
Kekurangan IMT:
- Pada olahragawan: tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina) yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam IMT disebabkan mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemah tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh.
- Pada anak-anak: tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah seiringan dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang. Jumlah lemak tubuh pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama pertumbuhan. Oleh itu, pada anak-anak dianjurkan untuk mengukur berat badan berdasarkan nilai persentil yang dibedakan atas jenis kelamin dan usia.
- Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu.
Jamur yang diklaim menunjukkan antitumor, antivirus, antibiotik, anti-inflamasi, hipoglikemik, kegiatan hipokolesterolemik dan hipotensi, serta memiliki nilai terapeutik dan gizi (Chang dan Miles, 1989; Breene, 1990; Miles dan Chang, 1997). Aktivitas antitumor adalah medisinal efek yang paling diteliti secara menyeluruh terutama dari jamur shiitake, jamur maitake, Sclerotina sclerotiorum dan HHB (Borchers, 1999).
Aktivitas antibakteri ekstrak metanol dari tiga Polypore jamur Phellinus rimosus, Ganoderma lucidum dan Navesporus floccosa dipelajari (Sheena et al., 2003). Studi pada sifat antimikroba dari Ganoderma lucidum, Fomes lignosus, HHB, Pleurotus florida, Lentinus subnudus, Leptoporus sp, Panus fulvus, Coriolus versicolor, Trametes saepiara, Trametes betulina, Daedalea elegans dan Auricularia auricula dilakukan (Fagedev, Oyalede, (2009).
Ekstrakdari etil asetat, kloroform, aseton dan etil alkohol Pleurotus ostreatus (Jack ex Fr.) Kum var. salignus, Pleurotus florida Fovose, HHB Fr., Helvella leucomelaena (Pexs) Nannf. dan Amanita virosa (Fr.) Bertillon diselidiki Kegiatan antimikrobanya terhadap Escherichia coli ATCC 25922, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aureginosa ATCC 27857 dengan Metode Difusi (Demirhan et al., 2007). Dalam penelitian ini, kegiatan antijamur Pseudoclitocybe cyathiformis Bull.
Ekstraksi dengan bantuan aseton, kloroform terhadap ke Fusarium moniliforme dan Fusarium culmorum diselidiki.
Tugas kimia bahasan alam bahari ini membahas karakterisasi dan aktivitas antibakteri senyawa dari spons Haliclona sp. yang diperoleh dari Teluk Manado. Tujuannya adalah menentukan daya hambat antibakteri ekstrak dan fraksi spons terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli serta karakteristik senyawa yang memiliki daya hambat paling besar. Spons mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid, steroid,
Fenilefrina hidroklorida mempunyai nama Benzenemethanol,3-hydroxy-α-[(methylamino)methyl]-,hydrochloride (R), mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,5% C9H13NO2.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian: kristal putih atau praktis putih, tidak berbau, berasa pahit. Kelarutan: mudah larut dalam air dan dalam etanol. pKi nilai 4.87, 4.70 dan 5.86. Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya (DIRJEN POM, 1995).
Fenilefrina merupakan agonis alpha-reseptor yang secara struktur mirip dengan epinefrin. Fenilefrin ditandai dengan struktur fenil-2-amino-etanol (Ophtalmic Drug Fact, 2009).
Zat ini berasal dari adrenalin, yang membedakan hanya tidak adanya fungsi 4-hidroksi. Fenilefrin hidroklorida harus disimpan dalam asli, tertutup rapat kontainer.
Ini harus ditempatkan dalam berventilasi, kamar dingin pada suhu tidak melebihi
25 ° C dan terlindung dari sinar matahari langsung. Umumnya, Phenylephrine Hidroklorida dikenal zat yang stabil (BASF chemical company, 2013).
Abstract
Silica powder at nanoscale was obtained by heat treatment of Vietnamese rice husk following the sol–gel method. The rice husk ash (RHA) is synthesized using rice husk which was thermally treated at optimal condition at 600°C for 4 h. The silica from RHA was extracted using sodium hydroxide solution to produce a sodium silicate solution and then precipitated by adding H2SO4 at pH = 4 in the mixture of water/butanol with cationic presence. In order to identify the optimal condition for producing the homogenous silica nanoparticles, the effects of surfactant surface coverage, aging temperature, and aging time were investigated. By analysis of X-ray diffraction, scanning electron microscopy, and transmission electron microscopy, the silica product obtained was amorphous and the uniformity of the nanosized sample was observed at an average size of 3 nm, and the BET result showed that the highest specific surface of the sample was about 340 m2/g. The results obtained in the mentioned method prove that the rice husk from agricultural wastes can be used for the production of silica nanoparticles.
Keywords: Rice husk ash, Silica nanoparticles, Sol–gel method, CTAB
Abstrak
Serbuk silika pada skala nano diperoleh dari sekam padi Vietnam dengan cara pemanasan yang diikuti dengan metode sol-gel. Abu sekam padi (RHA) disintesis menggunakan sekam padi yang diberi perlakuan termal pada kondisi optimal pada 600 ° C selama 4 jam. Silika dari RHA diekstraksi menggunakan larutan natrium hidroksida menghasilkan larutan natrium silikat dan kemudian diendapkan dengan menambahkan H2SO4 pada pH = 4 dalam campuran air / butanol dengan kationik. Untuk mendapatkan kondisi yang optimal dalam memproduksi silika nanopartikel yang homogen, efek cakupan permukaan surfaktan, aging temperature, dan aging time diselidiki. Analisis produk dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar-X, scanning mikroskop elektron, dan transmisi mikroskop elektron, produk silika yang diperoleh yaitu amorf dan keseragaman sampel ukuran nano diamati pada ukuran rata-rata 3 nm, dan hasil BET menunjukkan bahwa permukaan spesifik tertinggi dari sampel adalah sekitar 340 m2 / g . Hasil yang diperoleh dalam metode tersebut membuktikan bahwa sekam padi dari limbah pertanian dapat digunakan untuk produksi nanopartikel silika.
Kata kunci: Abu Sekam Padi, nanopartikel Silika, metode Sol–gel, CTAB
Dokumen ini membahas tentang kelarutan dan aktivitas biologis senyawa. Kelarutan berhubungan dengan aktivitas biologis melalui pengaruhnya terhadap absorpsi obat. Kelarutan dan koefisien partisi lemak/air merupakan sifat fisika penting yang mempengaruhi aktivitas biologis senyawa seri homolog. Modifikasi molekul dapat digunakan untuk mengembangkan obat baru dengan aktivitas yang diinginkan.
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepatnisha althaf
Prinsip Percobaan
Metode analisis dipercepat (accelerated stability analysis methods) adalah berdasarkan prinsip - prinsip kinetika kimia menurut cara ini nilai k untuk penguraian obat dalam larutan pada berbagai macam suhu (50,60,700c) sehingga diperoleh plot dengan beberapa fungsi konsentrasi terhadap waktu (penguraian orde nol) atau log konsentrasi terhadap waktu (penguraian orde pertama). Logaritma laju penguraian spesifik kemudian diplot terhadap kebalikan dari temperatur mutlak (plot Arrhenius) dan hasil serupa berupa garis lurus diekstraplotasikan sampai suhu kamar.
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implannisha althaf
Abstrak
Penelitian ini mengevaluasi stabilitas dan kompatibilitas campuran morfin sulfat, bupivakain, dan hidroklorida clonidine dan hidromorfon, bila digunakan dalam pompa aliran implan konstan di bawah kondisi penggunaan simulasi klinis. Pompa diisi dengan campuran obat dan diinkubasi pada 37 C selama 90 hari. Aliquots yang diambil sebagai sampel bulanan dari reservoir dan chateter outlet dan konsentrasi obat dianalisis menggunakan metode kromatografi tervalidasi. Bahan-bahan dari sistem infus dilarutkan dalam campuran obat dan disimpan pada 37 C selama 60 minggu dan dievaluasi untuk kinerja mekanik untuk pengujian kompatibilitas. Kedua campuran obat yang ditemukan menjadi stabil selama 90 hari di pompa pada 37 C. Semua perangkat bahan mempertahankan kinerja mekanik diterima setelah pemaparan. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua campuran obat yang stabil bila dipertahankan pada simulasi suhu tubuh dalam sistem infus implan selama 90 hari.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem endokrin dan hormon. Ia menjelaskan fungsi, ciri-ciri, dan contoh kelenjar endokrin beserta hormon yang dihasilkan. Juga dibahas mekanisme kerja hormon, interaksi hormon-reseptor, dan beberapa studi kasus penyakit kelainan hormon seperti sindrom Cushing dan hipotiroidisme.
Dokumen tersebut membahas tentang DNA dan proses replikasi DNA. DNA merupakan materi genetik yang menyimpan informasi genetik dan mereplikasi diri melalui proses replikasi DNA. Proses replikasi DNA meliputi inisiasi, sintesis primer, sintesis untai pengawal dan tertinggal, penghapusan primer, dan ligasi untuk membentuk DNA baru.
Dokumen tersebut membahas tentang sterilisasi, yaitu proses untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus. Terdapat berbagai metode sterilisasi seperti pemanasan, radiasi, dan penggunaan bahan kimia. Metode sterilisasi bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan menjamin keamanan dari pencemaran oleh mikroorganisme.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. Hafid Syahputra (1315010
Tuty Rahayu (131501006)
Nabila Arlis (131501123)
Nurul Anisha Hakim
(131501128)
Seri Pati (131501129)
Kelas 4A
3. Sejarah Diuretik
pengertian diuretik
fungsi dari diuretik
klasifikasi diuretik
Indikasi dari Diuretik
efek samping
penggunaan Diuretik
4. Penggunaan diuretik dalam pengobatan medis
dilakukan untuk untuk memobilisasi cairan
udem, yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.
Diuretik juga dilaporkan dapat dijadikan
sebagai terapi sirosis hati, asites , sindrom
nefritis, dan toksemia gagal ginjal.
5. Diuretik berasal dari kata dioureikos yang
berarti merangsang berkemih atau
merangsang pengeluaran urin.
Diuretik ialah obat yang dapat menambah
kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuresis memiliki dua pengertian,
ialah menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan
menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat
terlarut dan air.
6. Pemakaian diuretik sebagai terapi edema
telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2
diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik.
1930 Swartz menemukan bahwa
sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga
digunakan untuk mengobati edema pada pasien
payah jantung, yaitu dengan meningkatkan
eksresi dari Na+. Diuretik modern semakin
berkembang sejak ditemukannya efek samping
dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan
perubahan komposisi dan output urine.
7.
8. Ginjal mengontrol volume ECF dengan menyesuaikan eksresi NaCl
dan H2O
Tiap ginjal memfiltrasi lebih dari 22 mol Na. Untuk menjaga
keseimbangan NaCl , sekitar 3 lbs NaCl harus direabsorpsi oleh
tubulus ginjal per hari.
Tekanan darah dipengaruhi volume ECF
Jika intake NaCl > output maka akan terjadi edema. Contohnya
pada gagal jantung kongestif, gagal ginjal.
Reabsorpsi Na+ terjadi di membran basolateral (blood side) dari
epitel nephron, dibantu terutama oleh Na+K+ATP-ase
Pertukaran 1 mol Na+ dengan 2 mol K+ membutuhkan energi
sehingga konsentrasi
Na+ harus rendah dan K+ harus tinggi di intraseluler.
Pada luminal side epitel nephron, transpor Na+ terjadi secara pasif,
mengikuti gradien elektrokimia dari lumen ke dalam sel. Mekanisme
inilah yang menjadi dasar fisiologi dari diuretik.
9. Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah
ke dalam glomeruli.
Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai
saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,
garam dan glukosa.
filtrat mengandung banyak air serta elektrolit
ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap
glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan
kemudian disalurkan ke pipa kecil.
Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari
air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh,
seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion
Na+
10. Zat-zat dikembalikan pada darah yang
mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak
berguna tidak diserap kembali
filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu
saluran pengumpul (ductus coligens)
Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih
dan ditimbun sebagai urin.
11.
12. PEMBAGIAN DIURETIKA
D
I
U
R
E
T
I
K
A
Preparat
Baru
Preparat
Lama
Turuan Xantin : Kafein, teofilin, teobromin
Karbonik Anhidrase Inhibitor
Osmodiuretika : gliserin, mannitol, sorbitol
Turunan Raksa
High ceiling
Low ceiling
Diuretika loop
of Henle
Tipe I: Asam etakrinat
Tipe II: Furosemida
Tiazida dan Analog Tiazida
Hemat Kalium
Antagonis Aldosteron
Tur Sikloamidin
Minyak Atsiri
13.
14. Diuretik Osmotik
Diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit
yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal
Diuretik osmotik adalah natriuretik, dapat
meningkatkan ekskresi natrium dan air.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila
memenuhi 4 syarat :
1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan
metabolik.
Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin
dan isosorbid
15. Diuresis osmotik merupakan zat yang secara
farmakologis lembam, seperti manitol (satu
gula). Diuresis terjadi melalui “tarikan” osmotik
akibat gula yang lembam (yang difiltrasi oleh
ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi
gula tersebut terjadi.
16. Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
Tubuli proksimal
◦ Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air
melalui daya osmotiknya.
Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
air oleh karena hipertonisitas daerah medula
menurun.
Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus
Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out,
kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya
17. mekanisme :
manitol sebagai diuretik
osmotik yang non-
metabolizable akan difiltrasi
ke dalam lumen tubulus
sehingga meningkatkan
osmolalitas carian tubulus.
Hal ini berakibat terjadinya
ketikdakseimbangan
reabsorpsi cairan, sehingga
Eksresi air yang meningkat
(disertai dengan ion Na+)
18.
19. Farmakokinetik :
Diberikan melalui i.v.
dan bekerja dalam
sepuluh menit; apabila
diberikan secara p.o.
dapat menyebabkan
diare osmotik (tidak
diabsorpsi dengan
baik oleh usus). Pada
pasien dengan fungsi
ginjal yang normal t1/2
berkisar 1.2 jam.
Indikasi
Manitol digunakan misalnya
untuk :
1. Profilaksis gagal ginjal
akut, suatu keadaan yang
dapat timbul akibat operasi
jantung, luka traumatik
berat, atau tindakan operatif
dengan penderita yang juga
menderita ikterus berat
2. Menurunkan tekanan
maupun volume cairan
intraokuler atau cairan
serebrospinal
3. Meningkatkan volume
urine
4. Menurunkan tekanan
intra-kranial
20. Kontraindikasi
Toksisitas
Manitol dikontraindikasikan
pada penyakit ginjal dengan
anuria, kongesti atau udem
paru yang berat, dehidrasi
hebat dan perdarahan
intrakranial kecuali bila akan
dilakukan kraniotomi. Infus
manitol harus segera
dihentikan bila terdapat
tanda-tanda gangguan
fungsi ginjal yang progresif,
payah jantung atau kongesti
paru.
*Ekspansi cairan
ekstraseluler & hiponatremia
menimbulkan :
- gagal jantung kongestif
- edema paru
* sakit kepala
* mual & muntah
* Dehidrasi
* hipernatremia
21. Efek samping.
Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif
Sediaan dan dosis
Untuk sediaan IV digunakan larutan 5-25% dengan volume
antara 50-1.000ml. dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50-
200g yang diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan
kecepatan infus sedemikian, sehingga diperoleh diuresis
sebanyak 30-50ml per jam.
Untuk penderita dengan oliguria hebat diberikan dosis
percobaan yaitu 200 mg/kgBB yang diberikan melalui infus
selama 3-5 menit.bila dengan 1-2 kali dosis percobaan
diuresis masih kurang dari 30 ml per jam dalam 2-3 jam.Untuk
mencegah gagal ginjal akut pada tindakan operasi atau
mengatasi oliguria, dosis total manitol untuk orang dewasa
ialah 50-100g.
22. Inhibitor karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi
CO2 + H2O ↔ H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam
sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit
dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Enzim ini dapat
dihambat aktivitasnya oleh : sianida, azida, dan sulfida
Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan
membatasi produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik
(misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus
proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi bikarbonat
(hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini
meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik
ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
23. Aksi mekanisme :
bikarbonat banyak diabsorpsi pada tubulus proksimal.
Ion H+ dikeluarkan dari lumen yang akan bergabung
dengan bikarbonat (HCO3-) menjadi H2CO3 yang
kemudian diuabah menjadi CO2 dan H2O (dikatalisator
oleh karbonik anhidrase). CO2 berdifusi ke tubulus
proksimal dimana akan bergabung dengan H2O dan
menjadi H2CO3 membentuk H+ dan HCO3-.
HCO3- keluar dari tubulus proksimal melalui pembuluh
darah dimana H+ dikeluarkan menuju lumen tubulus.
Hal ini meyebabkan penyerapan dari HCO3-. Apabila
aktifitas CA dihambat, akan menyebabkan pengurangan
reabsorpsi dan keluar dari tubulus proksimal dalam
jumlah besar. Karena Na+ kation terbanyak dalam
cairan di tubulus proksimal, dimana akan bergabung
dengan HCO3- keluar dari tubulus proksimal. Pada
nefron distal, Na+ banyak diabsorpsi (tidak seperti
HCO3-) dan untuk pertukaran K+. Untuk itu
asetazolamid menyebabkan peningkatan dari HCO3-,
K+ pada urine.
Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk
menjelaskan mekanisme pada tingkat molekul.
24. a. Karena struktur gugus sulfomil mirip dengan
asam karbonat, diuretika yang mengandung gugus
sulonil seperti turunan sulfonamida dan tiazida,
dapat menghambat enzim karbonik anhidrase
dan antagonis ini bukan tipe kompetitif.
25. b. Yonezawa dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa adanya atom nitrogen pada gugus
sulfonamida yang bersifat sangat nukleofil dapat
bereaksi dengan karbonik anhidrase dan menghambat kerja
enzim.
26. Hubungan struktur-aktivitas
a. Yang berperan terhadap aktivitas diuretik penghambat karbonik
anhidrase adalah gugus sulfamil bebas. Mono dan disubstitusi
pada gugus sulfamil akan menghilangkan aktivitas diuretik
karena pengikatan obat-reseptor menjadi lemah.
b. Pemasukan gugus metil pada asetazolamid (metazolamid)
dapat meningkatkan aktivitas obat dan memperpanjang masa kerja
obat. Hal ini disebabkan karena metazolamid mempunyai kelarutan
dalam lemak lebih besar, absorpsi kembali pada tubulus
menjadi lebih baik dan afinitas terhadap enzim lebih besar.
Metazolamid mempunyai aktivitas diuretik ± 5 kali lebih besar
dibanding asetazolamid.
c. Modifikasi yang lain dari strutur asetazolamid secara
umum akan menurunkan aktivitas. Deasetilasi akan
menurunkan aktivitas dan memperpanjang gugus alkil pada
rantai asetil akan meningkatkan toksisitas.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid,
diklorofenamid dan meatzolamid.
27. Asetazolamid Farmakodinamika:
Efek farmakodinamika yang
utama dari asetazolamid
adalah penghambatan
karbonik anhidrase secara
nonkompetitif. Akibatnya
terjadi perubahan sistemik dan
pearubahan terbatas pada
organ tempat enzim tersebut
berada. Asetazolamid
memperbesar ekskresi K+,
tetapi efek ini hanya nyata
pada permulaan terapi saja,
sehingga pengaruhnya
terhadap keseimbangan
kalium tidak sebesar pengaruh
28. Farmakokinetik :
Indikasi:
Asetazolamid diberikan per oral.
Asetozalamid mudah diserap melalui
saluran cerna, kadar maksimal dalam
darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi
melalui ginjal sudah sempurna dalam 24
jam. Obat ini mengalami proses sekresi
aktif oleh tubuli dan sebagian
direabsorpsi secara pasif.
Asetazolamid terikat kuat pada karbonik
anhidrase, sehingga terakumulasi dalam
sel yang banyak mengandung enzim ini,
terutama sel eritrosit dan korteks ginjal.
Distribusi penghambat karbonik
anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh
ada tidaknya enzim karbonik anhidrase
dalam sel yang bersangkutan dan dapat
tidaknya obat itu masuk ke dalam sel.
Asetazolamid tidak dimetabolisme dan
diekskresi dalam bentuk utuh melalui
urin.
Penggunaan utama adalah
menurunkan tekanan
intraokuler pada penyakit
glaukoma. Asetazolamid
juga efektif untuk
mengurangi gejala acute
mountain sickness.
Asetazolamid jarang
digunakan sebagai diuretik,
tetapi dapat bermanfaat
untuk alkalinisasi urin
sehingga mempermudah
ekskresi zat organik yang
bersifat asam lemah.
29. Efek Samping dan
kontraindikasi Sediaan
Pada dosis tinggi dapat timbul
parestesia dan kantuk yang terus-
menerus.
Asetazolamid mempermudah
pembentukan batu ginjal karena
berkurangnya sekskresi sitrat, kadar
kalsium dalam urin tidak berubah
atau meningkat.
Asetazolamid dikontraindikasikan
pada sirosis hepatis karena
menyebabkan disorientasi mental
pada penderita sirosis hepatis.
Reaksi alergi yang jarang terjadi
berupa demam, reaksi kulit, depresi
sumsum tulang dan lesi renal mirip
reaksi sulfonamid.
Asetazolamid sebaiknya tidak
diberikan selam kehamilan karena
pada hewan percobaan
obat ini dapat menimbulkan efek
teratogenik.
Asetazolamid tersedia
dalam bentuk tablet 125
mg dan 250 mg untuk
pemberian oral.
30. Metazolamid
Dianjurkan sebagai penunjang
pada pengobatan glaukoma
kronik. Penurunan tekanan
intraokuler terjadi 4 jam setelah
pemberian oral, dengan efek
puncak dalam 6-8 jam, dan
masa kerja 10-18 jam. Dosis
untuk pengobatan glaukoma :
50-100 mg 2-3 dd.
31. Aktivitas diuretiknya sama
dengan metazolamid,
digunakan untuk
pengobatan glaukoma dan
mengontrol serangan
epilepsi. Dosis sebagai
diuretik dan untuk
pengobatan glaukoma : 25-
Mempunyai aktivitas diuretik dua kali lebih
besar dibanding asetazolamid, digunakan untuk
pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan
epilepsi. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam ±
2 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja 8-
12 jam. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan
glaukoma : 150-250 mg 2-4 dd.
32. Tiazid dan Derivatnya
Merupakan saluretik, yang dapat menekan absorpsi
kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga
meningkatkan ekskresi ion K+, Mg++ dan HCO3- dan
menurunkan ekskresi asam urat.
Diuretik turunan tiazid terutama digunakan untuk
pengobatan sembab pada keadaan dekompensasi jantung
dan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi karena
dapat mengurangi volume darah dan secara lengsung
menyebabkan relaksasi otot polos arteriola.
Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi dengan obat-
obat antihipertensi, seperti resepin dan hidralazin, untuk
pengobatan hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi.
Diuretika turunan tiazid menimbulkan efek samping
33. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan.
Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada
bagian awal tubulus distal (nefron).
Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang
meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu,
kalium hilang dan kalsium ditahan.
Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal
jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus
nefrogenik.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;
klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,
bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,
metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
34. Tempat Kerja Tiazid : Hulu tubuli distal dengan
Penghambatan terhadap reabsorbsi natrium klorida.
Mekanisme kerja : tiazid mencegah perpindahan Na+ dan Cl-
pada lapisan korteks saluran tubulus distal. Tiazid memiliki
aksi yang lebih lemah daripada loop diuretik karena sisi
nefron lebih sedikit menyerap Na+ dibandingkan lapisan
tubulus yang naik. Apabila filtrasi glomerolous menurun,
maka lebih sedikit cairan yang sampai pada tubulus distal
dan tiazid berefek sedikit pada Na+ dan sekresi air. Hal ini
menyebabkan tidak efektifnya obat ini pada insufisiensi
ginjal.
Tiazid dapat menyebabkan kontraksi volume dimana dapat
menyebabkan reabsorpsi dari cairan dan larutan. Tiazid
menyebabkan peningkatan absorpsi dari Ca2+ dan asam
urat pada tubulus proksimal, sehingga menyebabkan
terjadinya pengurangan dari Ca2+ dan asam urat.
35.
36. Farmakodinamika
Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan
ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan
kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi elektrolit
pada hulu tubuli distal. Pada penderita hipertensi, tiazid
menurunkan tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya,
tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga terjadi
vasodilatasi.
Mekanisme kerja :
bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+
dengan menghambat kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen.
Farmakokinetik :
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek
obat tampak setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang
ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif, tiazid
diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya
dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari badan.
37. Indikasi Efek samping
Tiazid merupakan diuretik terpilih
untuk pengobatan udem akibat payah
jantung ringan
sampai sedang. Ada baiknya bila
dikombinasi dengan diuretik hemat
kalium pada penderita yang juga
mendapat pengobatan digitalis unruk
mencegah timbulnya hipokalemia
yang memudahkan terjadinya
intoksikasi digitalis.
Merupakan salah satu obat penting
pada pengobatan hipertensi, baik
sebagai obat tunggal
atau dalam kombinasi dengan obat
hipertensi lain.
Pengobatan diabetes insipidus
terutama yang bersifat nefrogen dan
hiperkalsiuria pada penderita dengan
batu kalsium pada saluran kemih.
1. Reaksi alergi berupa
kelainan kulit, purpura,
dermatitis disertai
fotosensitivitas dan kelainan
darah.
2. Pada penggunaan lama
dapat timbul hiperglikemia,
terutama pada penderita
diabetes yang laten.
3. Menyebabkan peningkatan
kadar kolesterol dan trigliserid
plasma dengan mekanisme
yang tidak diketahui.
4. Gejala infusiensi ginjal
dapat diperberat oleh tiazid,
mungkin karena tiazid
langsung megurangi aliran
darah ginjal.
39. Hidroklortiazid (H.C.T), Merupakan obat pilihan untuk
mengontrol sembab jantung dan sembab yang berhubungan
dengan penggunaan kortikosteroid atau hormon estrogen.
Hidroklortiazid juga digunakan untuk mengontrol hipertensi ringan,
kadang-kadang dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi,
seperti reserpin dan hidralazin (Ser-Ap-Es) atau β-bloker, seperti
asebutolol (Sectrazid). Awal kerja obat terjadi ± 2 jam setelah
pemberian secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 4
jam, dengan masa kerja ± 10 jam. Ketersediaanhayatinya ± 65%
dan dapat meningkat menjadi ± 75% bila diberikan bersama-sama
makanan. Dosis diuretik : 25-200 mg 1-2 dd, untuk mengontrol
hipertensi : 25-50 mg 1-2 dd.
Bendroflumetiazid (naturetin), mempunyai aktivitas diuretik
yang lebih tinggi dan masa kerja yang lebuh panjang (± 18 jam)
dibanding hidroklortiazid. Bendroflumetiazid digunakan untuk
mengontrol sembab dan hipertensi. Dosis untuk mengontrol
sembab : 5 mg 1 dd, mengontrol hipertensi : 5 mg 1-4 dd.
40. Xipamid (diurexan),
Merupakan diuretik dengan efek
antihipertensi yang cukup kuat,
digunakan untuk pengobatan hipertensi
yang moderat dan berat serta untuk
mengatasi sembab yang berhubungan
dengan penyakit jantung, ginjal, hati dan
rematik. Masa kerja antihipertensinya ± 24
jam, dan efek diuretiknya ± 12 jam. Dosis:
10-40 mg/hari.
41. Indapamid (natrilix),
Merupakan diuretik dengan efek
antihipertensi yang kuat, digunakan
untuk pengobatan hipertensi yang
ringan dan moderat.
Indapamid dapat menurunkan
kontraksi pembuluh darah sel otot
polos karena mempengaruhi
pertukaran ion antar membran,
terutama Ca, dan merangsang
sintesis prostaglandin PGE,
sehingga terjadi vasodilatasi dan
efek hipotensi.
Absorpsi indapamid dalam saluran
cerna cepat dan sempurna, kadar
darah tertinggi dicapai 1-2 jam
setelah pemberian oral, dan ± 79%
obat terikat oleh plasma protein.
Waktu paro eliminasinya ± 15-18
jam. Dosis : 2,5 mg/hari.
42. Klopamid,
Merupakan diuretik
dengan efek antihipertensi
yang kuat, digunakan
untuk pengobatan
hipertensi yang ringan
dan moderat.
Absorpsi klopamid dalam
saluran cerna cepat dan
sempurna, ± 40-50%, obat
terikat oleh plasma protein
dengan waktu paro
eliminasi ± 6 jam. Dosis : 5
mg/hari.
43. Klortalidon (hygroton),
Merupakan diuretik kuat dengan masa
kerja panjang (±48-72 jam). Klortalido juga
dipergunakan untuk hipertensi ringan,
kadang-kadang dikombinasi dengan β-bloker,
seperti atenolol(tenoretik) dan oksprenolol
(transitensin).
Absorpsi klortalidon relatif lambat dan tidak
sempuna, waktu paro absorpsi ± 2-6 jam,
kadar darah maksimal dicapai setelah ± 2-4
jam. Klortalidon terikat secara kuat dalam sel
darah merah sehingga mempuyai wktu paro
plasma cukup panjang ± 35-60 jam. Dosis
oral untuk diuretik : 50-100 mg, 3 kali per
minggu, sesudah makan pagi. Dosis untuk
mengotrol hipertensi : 25 mg, 1 kali sehari.
44. Loop Diuretik
Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium,
klorida, dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa
Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat ini
termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan
digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema, serta
oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan
bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan
obat ini.
Bekerja menghambat reabsorbsi ion-ion Na, Cl dan
peningkatan ekskresi ion K, Ca, Mg pada Loop Henle
sehingga efeknya lebih kuat. Termasuk dalam kelompok ini
adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam
etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral
maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan.
Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail antranilat
masih tergolong derivat sulfonamid.
45. Mekanisme kerja :
Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti
kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja
yang
lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat
terutama bekerja pada Ansa Henle bagian
asenden pada bagian dengan epitel tebal
dengan cara menghambat kotranspor
Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars
ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi
Na+/K+/Cl- menurun
a. Penghambatan enzim Na+-K+ ATPase
b. Penghambatan atau pemindahan siklik-
AMP
c. Penghambatan glikolisis.
46.
47. Farmakokinetik Efek samping
Ketiga obat mudah diserap melalui
saluran cerna, dengan derajat yang agak
berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid
65 % sedangkan bumetanid hamper
100%.
Diuretic kuat terikat pada protein plasma
secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi
di glomerulus tetapi cepat sekali
disekresi melalui system transport asam
organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3
dari asam etakrinat yang diberikan
secara IV diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan
senyawa sulfhidril terutama sistein dan
N-asetil sistein.
Sebagian lagi diekskresi melalui
hati.sebagian besar furosemid diekskresi
dengan cara yang sama, hanya sebagian
kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira
50% bumetanid diekskresi dalam bentuk
asal, selebihnya sebagai metabolit.
Efek samping asam etakrinat dan
furosemid dapat dibedakan atas :
1. Reaksi toksik berupa gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit yang sering terjadi
2. Efek samping yang tidak
berhubungan dengan kerja
utamanya jarang terjadi.
Gangguan saluran cerna lebih sering
terjadi dengan asam etakrinat
daripada furosemid.
Tidak dianjurkan pada wanita
hamil kecuali bila mutlak
diperlukan.
48. Indikasi
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena
ganguan saluran cerna
yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk
pengobatan udem akibat
gangguan jantung, hati atau ginjal.
Sediaan
Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-
200 mg per hari. Sediaan
IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB.
Furosemid (lasix, farsix, salurix, impugan),
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparat
suntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari.
Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6
mg/kgBB.
49. Bumetanid(burinex),
Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan
dosis dewasa 0.5-2mg sehari. Dosis maksimal
per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam
bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM
dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3
jam maksimum 10mg/kg.
51. DIURETIK Hemat kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis
tanpa kehilangan kalium dalam urine. Termasuk dalam kelompok
obat ini adalah (1) Inhibitor kanal Na (amiloride dan triamteren)
serta (2) Antagonis aldosteron (spironolactone, eplerenone).
Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas
natriuretik rigan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+.
Senyawa tersebut bekerja pada tubulus distal dengan cara
memblok pertukaran ion Na+ dengan ion H+ dan K+,
menyebabkan retensi ion K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+
dan air. Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikan
bersama-sama dengan diuretik turunan tiazid.
Kombinasi ini menguntungkan karena dapat mengurangi sekresi
ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan
menimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek
samping hiperkalemi, dapat memperberat penyakit diabetes dan
pirai, sertadapat menyebabkan gangguan pada saluran cerna.
52. Mekanisme kerja
Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran
pengumpul, dengan mengubah kekuatan pasif yang
mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi
kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga
meningkatkan sekresi ion Na+ dan Cl- dalam urin.
53. Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling
kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar
reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar
ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron
adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor
tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan
retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta natrium.
Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop.
Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk
amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk
menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan
memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja.
Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang
menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan
edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat
golongan diuretik kuat.
54. Farmakokinetik
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna,
mengalami sirkulasi enterohepatik dan
metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya
kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi
enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.
Efek samping
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton
adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat
ini diberikan bersama-sama dengan asupan
kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini
dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan
bersama dengan tiazid pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping
yang lebih ringan dan reversibel diantranya
ginekomastia, dan gejala saluran cerna
55. Indikasi: Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk
pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya
obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud
mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar
diuresis.
Sediaan dan dosis
Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100
mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis
efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau
terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara
spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara
spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
56. Triamteren dan Amilorid
Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan
klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi
bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren
menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium
di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid
jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebihmudah larut
dalam air sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren
melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral.
Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam.
Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan
efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24
jam.
57. Efek samping Indikasi
Efek toksik yang paling
berbahaya dari kedua obat
ini adalah hiperkalemia.
Triamteren juga dapat
menimbulkan efek samping
yang berupa mual, muntah,
kejang kaki, dan pusing.
Efek samping amilorid yang
paling sering selain
hiperkalemia yaitu mual,
muntah, diare dan sakit
kepala.
Bermanfaat untuk
pengobatan beberapa
pasien udem. Tetapi obat ini
akan bermanfaat bila
diberikan bersama dengan
diuretik golongan lain,
misalnya dari golongan
tiazid
58. 1 Hipertensi
Digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga
tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan
untuk indikasi ini.
Diuretic lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan
efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada kontra
indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme
kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan
pembuluh perifer.
Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih
rendah daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek obat
hipertensi betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering
dikombinasi dengan thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida
pada lansia tidak boleh mendadak karena dapat menyebabkan
resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan
tensi.Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1,
pada sebagian besar penderita.
Indikasi Diuretik
59. 2 Payah jantung kronik kongestif
Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal.
Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita
dengan gangguan fungsi ginja. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama
tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.
3 Udem paru akut
Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
4 Sindrom nefrotik
Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton.
5 Payah ginjal akut
Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang
hilang harus diganti dengan hati-hati.
6 Penyakit hati kronik
spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).
60. 7 Udem otak
Diuretik osmotik
8 Hiperklasemia
Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl
hipertonis.
9 Batu ginjal
Diuretik tiazid
10 Diabetes insipidus
Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah
garam
11 Open angle glaucoma
Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.
12 Acute angle closure glaucoma
Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah.
61. Efek Samping Diuretik
Semua diuretika menyebabkan kehilangan ion – ion kalium yang disebut
Hypokatismia dengan gejala-gejala antara lain :
1. Lemah otot dan kejang
2. Pusing – pusing
3. Gangguan Pada ritme jantung
obat – obat yang dapat menyebabkan hipokalemia ini antara lain ialah
kelompok thiazida.guna mengatasinnya dapat diberikan KCL dalm bentuk
larutan.Pemberian KCL sebagai Tablet maupun enteric coated sangat
berbahaya karena dapat mengakibatkan luka pada usus.
Efek samping lainnya :
1. Gangguan pada lambung – usus.
2. Meningkatnya kadar asam urat.
3. Meningginya kadar glukosa dalam darah.
4. Toksisitas terhadap glikosida jantung.
Hendaknya diperhatikan pemakain diuretika pada pasien – pasien penyakit
encok , diabetes dan jantung.