SlideShare a Scribd company logo
PHARMACOLOGY ASSIGNMENT
DIURETIK
Dosen : Marianne
Hafid Syahputra (1315010
Tuty Rahayu (131501006)
Nabila Arlis (131501123)
Nurul Anisha Hakim
(131501128)
Seri Pati (131501129)
Kelas 4A
 Sejarah Diuretik
 pengertian diuretik
 fungsi dari diuretik
 klasifikasi diuretik
 Indikasi dari Diuretik
 efek samping
penggunaan Diuretik
Penggunaan diuretik dalam pengobatan medis
dilakukan untuk untuk memobilisasi cairan
udem, yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.
Diuretik juga dilaporkan dapat dijadikan
sebagai terapi sirosis hati, asites , sindrom
nefritis, dan toksemia gagal ginjal.
Diuretik berasal dari kata dioureikos yang
berarti merangsang berkemih atau
merangsang pengeluaran urin.
Diuretik ialah obat yang dapat menambah
kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuresis memiliki dua pengertian,
ialah menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan
menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat
terlarut dan air.
Pemakaian diuretik sebagai terapi edema
telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2
diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik.
1930 Swartz menemukan bahwa
sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga
digunakan untuk mengobati edema pada pasien
payah jantung, yaitu dengan meningkatkan
eksresi dari Na+. Diuretik modern semakin
berkembang sejak ditemukannya efek samping
dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan
perubahan komposisi dan output urine.
 Ginjal mengontrol volume ECF dengan menyesuaikan eksresi NaCl
dan H2O
 Tiap ginjal memfiltrasi lebih dari 22 mol Na. Untuk menjaga
keseimbangan NaCl , sekitar 3 lbs NaCl harus direabsorpsi oleh
tubulus ginjal per hari.
 Tekanan darah dipengaruhi volume ECF
 Jika intake NaCl > output maka akan terjadi edema. Contohnya
pada gagal jantung kongestif, gagal ginjal.
 Reabsorpsi Na+ terjadi di membran basolateral (blood side) dari
epitel nephron, dibantu terutama oleh Na+K+ATP-ase
 Pertukaran 1 mol Na+ dengan 2 mol K+ membutuhkan energi
sehingga konsentrasi
 Na+ harus rendah dan K+ harus tinggi di intraseluler.
 Pada luminal side epitel nephron, transpor Na+ terjadi secara pasif,
mengikuti gradien elektrokimia dari lumen ke dalam sel. Mekanisme
inilah yang menjadi dasar fisiologi dari diuretik.
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah
ke dalam glomeruli.
Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai
saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,
garam dan glukosa.
filtrat mengandung banyak air serta elektrolit
ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap
glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan
kemudian disalurkan ke pipa kecil.
Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari
air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh,
seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion
Na+
 Zat-zat dikembalikan pada darah yang
mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak
berguna tidak diserap kembali
 filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu
saluran pengumpul (ductus coligens)
 Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih
dan ditimbun sebagai urin.
PEMBAGIAN DIURETIKA
D
I
U
R
E
T
I
K
A
Preparat
Baru
Preparat
Lama
Turuan Xantin : Kafein, teofilin, teobromin
Karbonik Anhidrase Inhibitor
Osmodiuretika : gliserin, mannitol, sorbitol
Turunan Raksa
High ceiling
Low ceiling
Diuretika loop
of Henle
Tipe I: Asam etakrinat
Tipe II: Furosemida
Tiazida dan Analog Tiazida
Hemat Kalium
Antagonis Aldosteron
Tur Sikloamidin
Minyak Atsiri
Diuretik Osmotik
 Diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit
yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal
 Diuretik osmotik adalah natriuretik, dapat
meningkatkan ekskresi natrium dan air.
 Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila
memenuhi 4 syarat :
 1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
 2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
 3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
 4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan
metabolik.
 Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin
dan isosorbid
 Diuresis osmotik merupakan zat yang secara
farmakologis lembam, seperti manitol (satu
gula). Diuresis terjadi melalui “tarikan” osmotik
akibat gula yang lembam (yang difiltrasi oleh
ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi
gula tersebut terjadi.
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
 Tubuli proksimal
◦ Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air
melalui daya osmotiknya.
 Ansa enle
 Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
air oleh karena hipertonisitas daerah medula
menurun.
 Duktus Koligentes
 Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus
Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out,
kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya
mekanisme :
 manitol sebagai diuretik
osmotik yang non-
metabolizable akan difiltrasi
ke dalam lumen tubulus
sehingga meningkatkan
osmolalitas carian tubulus.
Hal ini berakibat terjadinya
ketikdakseimbangan
reabsorpsi cairan, sehingga
Eksresi air yang meningkat
(disertai dengan ion Na+)
 Farmakokinetik :
Diberikan melalui i.v.
dan bekerja dalam
sepuluh menit; apabila
diberikan secara p.o.
dapat menyebabkan
diare osmotik (tidak
diabsorpsi dengan
baik oleh usus). Pada
pasien dengan fungsi
ginjal yang normal t1/2
berkisar 1.2 jam.
 Indikasi
 Manitol digunakan misalnya
untuk :
 1. Profilaksis gagal ginjal
akut, suatu keadaan yang
dapat timbul akibat operasi
jantung, luka traumatik
berat, atau tindakan operatif
dengan penderita yang juga
menderita ikterus berat
 2. Menurunkan tekanan
maupun volume cairan
intraokuler atau cairan
serebrospinal
 3. Meningkatkan volume
urine
 4. Menurunkan tekanan
intra-kranial
Kontraindikasi
Toksisitas
 Manitol dikontraindikasikan
pada penyakit ginjal dengan
anuria, kongesti atau udem
paru yang berat, dehidrasi
hebat dan perdarahan
intrakranial kecuali bila akan
dilakukan kraniotomi. Infus
manitol harus segera
dihentikan bila terdapat
tanda-tanda gangguan
fungsi ginjal yang progresif,
payah jantung atau kongesti
paru.
 *Ekspansi cairan
ekstraseluler & hiponatremia
menimbulkan :
 - gagal jantung kongestif
 - edema paru
 * sakit kepala
 * mual & muntah
 * Dehidrasi
 * hipernatremia
Efek samping.
Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif
Sediaan dan dosis
 Untuk sediaan IV digunakan larutan 5-25% dengan volume
antara 50-1.000ml. dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50-
200g yang diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan
kecepatan infus sedemikian, sehingga diperoleh diuresis
sebanyak 30-50ml per jam.
 Untuk penderita dengan oliguria hebat diberikan dosis
percobaan yaitu 200 mg/kgBB yang diberikan melalui infus
selama 3-5 menit.bila dengan 1-2 kali dosis percobaan
diuresis masih kurang dari 30 ml per jam dalam 2-3 jam.Untuk
mencegah gagal ginjal akut pada tindakan operasi atau
mengatasi oliguria, dosis total manitol untuk orang dewasa
ialah 50-100g.
Inhibitor karbonik anhidrase
 Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi
CO2 + H2O ↔ H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam
sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit
dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Enzim ini dapat
dihambat aktivitasnya oleh : sianida, azida, dan sulfida
 Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan
membatasi produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik
(misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus
proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi bikarbonat
(hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini
meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik
ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
Aksi mekanisme :
 bikarbonat banyak diabsorpsi pada tubulus proksimal.
Ion H+ dikeluarkan dari lumen yang akan bergabung
dengan bikarbonat (HCO3-) menjadi H2CO3 yang
kemudian diuabah menjadi CO2 dan H2O (dikatalisator
oleh karbonik anhidrase). CO2 berdifusi ke tubulus
proksimal dimana akan bergabung dengan H2O dan
menjadi H2CO3 membentuk H+ dan HCO3-.
 HCO3- keluar dari tubulus proksimal melalui pembuluh
darah dimana H+ dikeluarkan menuju lumen tubulus.
Hal ini meyebabkan penyerapan dari HCO3-. Apabila
aktifitas CA dihambat, akan menyebabkan pengurangan
reabsorpsi dan keluar dari tubulus proksimal dalam
jumlah besar. Karena Na+ kation terbanyak dalam
cairan di tubulus proksimal, dimana akan bergabung
dengan HCO3- keluar dari tubulus proksimal. Pada
nefron distal, Na+ banyak diabsorpsi (tidak seperti
HCO3-) dan untuk pertukaran K+. Untuk itu
asetazolamid menyebabkan peningkatan dari HCO3-,
K+ pada urine.
 Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk
menjelaskan mekanisme pada tingkat molekul.
a. Karena struktur gugus sulfomil mirip dengan
asam karbonat, diuretika yang mengandung gugus
sulonil seperti turunan sulfonamida dan tiazida,
dapat menghambat enzim karbonik anhidrase
dan antagonis ini bukan tipe kompetitif.
b. Yonezawa dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa adanya atom nitrogen pada gugus
sulfonamida yang bersifat sangat nukleofil dapat
bereaksi dengan karbonik anhidrase dan menghambat kerja
enzim.
Hubungan struktur-aktivitas
a. Yang berperan terhadap aktivitas diuretik penghambat karbonik
anhidrase adalah gugus sulfamil bebas. Mono dan disubstitusi
pada gugus sulfamil akan menghilangkan aktivitas diuretik
karena pengikatan obat-reseptor menjadi lemah.
b. Pemasukan gugus metil pada asetazolamid (metazolamid)
dapat meningkatkan aktivitas obat dan memperpanjang masa kerja
obat. Hal ini disebabkan karena metazolamid mempunyai kelarutan
dalam lemak lebih besar, absorpsi kembali pada tubulus
menjadi lebih baik dan afinitas terhadap enzim lebih besar.
Metazolamid mempunyai aktivitas diuretik ± 5 kali lebih besar
dibanding asetazolamid.
c. Modifikasi yang lain dari strutur asetazolamid secara
umum akan menurunkan aktivitas. Deasetilasi akan
menurunkan aktivitas dan memperpanjang gugus alkil pada
rantai asetil akan meningkatkan toksisitas.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid,
diklorofenamid dan meatzolamid.
Asetazolamid Farmakodinamika:
Efek farmakodinamika yang
utama dari asetazolamid
adalah penghambatan
karbonik anhidrase secara
nonkompetitif. Akibatnya
terjadi perubahan sistemik dan
pearubahan terbatas pada
organ tempat enzim tersebut
berada. Asetazolamid
memperbesar ekskresi K+,
tetapi efek ini hanya nyata
pada permulaan terapi saja,
sehingga pengaruhnya
terhadap keseimbangan
kalium tidak sebesar pengaruh
Farmakokinetik :
Indikasi:
 Asetazolamid diberikan per oral.
Asetozalamid mudah diserap melalui
saluran cerna, kadar maksimal dalam
darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi
melalui ginjal sudah sempurna dalam 24
jam. Obat ini mengalami proses sekresi
aktif oleh tubuli dan sebagian
direabsorpsi secara pasif.
 Asetazolamid terikat kuat pada karbonik
anhidrase, sehingga terakumulasi dalam
sel yang banyak mengandung enzim ini,
terutama sel eritrosit dan korteks ginjal.
Distribusi penghambat karbonik
anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh
ada tidaknya enzim karbonik anhidrase
dalam sel yang bersangkutan dan dapat
tidaknya obat itu masuk ke dalam sel.
 Asetazolamid tidak dimetabolisme dan
diekskresi dalam bentuk utuh melalui
urin.
 Penggunaan utama adalah
menurunkan tekanan
intraokuler pada penyakit
glaukoma. Asetazolamid
juga efektif untuk
mengurangi gejala acute
mountain sickness.
Asetazolamid jarang
digunakan sebagai diuretik,
tetapi dapat bermanfaat
untuk alkalinisasi urin
sehingga mempermudah
ekskresi zat organik yang
bersifat asam lemah.
Efek Samping dan
kontraindikasi Sediaan
 Pada dosis tinggi dapat timbul
parestesia dan kantuk yang terus-
menerus.
 Asetazolamid mempermudah
pembentukan batu ginjal karena
berkurangnya sekskresi sitrat, kadar
kalsium dalam urin tidak berubah
atau meningkat.
 Asetazolamid dikontraindikasikan
pada sirosis hepatis karena
menyebabkan disorientasi mental
pada penderita sirosis hepatis.
 Reaksi alergi yang jarang terjadi
berupa demam, reaksi kulit, depresi
sumsum tulang dan lesi renal mirip
reaksi sulfonamid.
 Asetazolamid sebaiknya tidak
diberikan selam kehamilan karena
pada hewan percobaan
 obat ini dapat menimbulkan efek
teratogenik.
Asetazolamid tersedia
dalam bentuk tablet 125
mg dan 250 mg untuk
pemberian oral.
Metazolamid
Dianjurkan sebagai penunjang
pada pengobatan glaukoma
kronik. Penurunan tekanan
intraokuler terjadi 4 jam setelah
pemberian oral, dengan efek
puncak dalam 6-8 jam, dan
masa kerja 10-18 jam. Dosis
untuk pengobatan glaukoma :
50-100 mg 2-3 dd.
Aktivitas diuretiknya sama
dengan metazolamid,
digunakan untuk
pengobatan glaukoma dan
mengontrol serangan
epilepsi. Dosis sebagai
diuretik dan untuk
pengobatan glaukoma : 25-
Mempunyai aktivitas diuretik dua kali lebih
besar dibanding asetazolamid, digunakan untuk
pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan
epilepsi. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam ±
2 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja 8-
12 jam. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan
glaukoma : 150-250 mg 2-4 dd.
Tiazid dan Derivatnya
Merupakan saluretik, yang dapat menekan absorpsi
kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga
meningkatkan ekskresi ion K+, Mg++ dan HCO3- dan
menurunkan ekskresi asam urat.
Diuretik turunan tiazid terutama digunakan untuk
pengobatan sembab pada keadaan dekompensasi jantung
dan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi karena
dapat mengurangi volume darah dan secara lengsung
menyebabkan relaksasi otot polos arteriola.
Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi dengan obat-
obat antihipertensi, seperti resepin dan hidralazin, untuk
pengobatan hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi.
Diuretika turunan tiazid menimbulkan efek samping
Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan.
Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada
bagian awal tubulus distal (nefron).
Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang
meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu,
kalium hilang dan kalsium ditahan.
Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal
jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus
nefrogenik.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;
klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,
bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,
metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
Tempat Kerja Tiazid : Hulu tubuli distal dengan
Penghambatan terhadap reabsorbsi natrium klorida.
Mekanisme kerja : tiazid mencegah perpindahan Na+ dan Cl-
pada lapisan korteks saluran tubulus distal. Tiazid memiliki
aksi yang lebih lemah daripada loop diuretik karena sisi
nefron lebih sedikit menyerap Na+ dibandingkan lapisan
tubulus yang naik. Apabila filtrasi glomerolous menurun,
maka lebih sedikit cairan yang sampai pada tubulus distal
dan tiazid berefek sedikit pada Na+ dan sekresi air. Hal ini
menyebabkan tidak efektifnya obat ini pada insufisiensi
ginjal.
Tiazid dapat menyebabkan kontraksi volume dimana dapat
menyebabkan reabsorpsi dari cairan dan larutan. Tiazid
menyebabkan peningkatan absorpsi dari Ca2+ dan asam
urat pada tubulus proksimal, sehingga menyebabkan
terjadinya pengurangan dari Ca2+ dan asam urat.
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan
ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan
kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi elektrolit
pada hulu tubuli distal. Pada penderita hipertensi, tiazid
menurunkan tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya,
tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga terjadi
vasodilatasi.
Mekanisme kerja :
bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+
dengan menghambat kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen.
Farmakokinetik :
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek
obat tampak setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang
ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif, tiazid
diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya
dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari badan.
Indikasi Efek samping
Tiazid merupakan diuretik terpilih
untuk pengobatan udem akibat payah
jantung ringan
sampai sedang. Ada baiknya bila
dikombinasi dengan diuretik hemat
kalium pada penderita yang juga
mendapat pengobatan digitalis unruk
mencegah timbulnya hipokalemia
yang memudahkan terjadinya
intoksikasi digitalis.
Merupakan salah satu obat penting
pada pengobatan hipertensi, baik
sebagai obat tunggal
atau dalam kombinasi dengan obat
hipertensi lain.
Pengobatan diabetes insipidus
terutama yang bersifat nefrogen dan
hiperkalsiuria pada penderita dengan
batu kalsium pada saluran kemih.
 1. Reaksi alergi berupa
kelainan kulit, purpura,
dermatitis disertai
fotosensitivitas dan kelainan
darah.
 2. Pada penggunaan lama
dapat timbul hiperglikemia,
terutama pada penderita
diabetes yang laten.
 3. Menyebabkan peningkatan
kadar kolesterol dan trigliserid
plasma dengan mekanisme
yang tidak diketahui.
 4. Gejala infusiensi ginjal
dapat diperberat oleh tiazid,
mungkin karena tiazid
langsung megurangi aliran
darah ginjal.
Toksisitas
 * Alkalosis metabolik hipokalemia &
hiperurisemia
 * Toleransi gangguan karbohidrat _
hiperglikemia
 * Hiperlipidemia
 * Hiponatremia
 * Reaksi alergi
 * Lain :
 - lemah
 - rasa capek/lelah
 - parastesia
 Hidroklortiazid (H.C.T), Merupakan obat pilihan untuk
mengontrol sembab jantung dan sembab yang berhubungan
dengan penggunaan kortikosteroid atau hormon estrogen.
Hidroklortiazid juga digunakan untuk mengontrol hipertensi ringan,
kadang-kadang dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi,
seperti reserpin dan hidralazin (Ser-Ap-Es) atau β-bloker, seperti
asebutolol (Sectrazid). Awal kerja obat terjadi ± 2 jam setelah
pemberian secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 4
jam, dengan masa kerja ± 10 jam. Ketersediaanhayatinya ± 65%
dan dapat meningkat menjadi ± 75% bila diberikan bersama-sama
makanan. Dosis diuretik : 25-200 mg 1-2 dd, untuk mengontrol
hipertensi : 25-50 mg 1-2 dd.
 Bendroflumetiazid (naturetin), mempunyai aktivitas diuretik
yang lebih tinggi dan masa kerja yang lebuh panjang (± 18 jam)
dibanding hidroklortiazid. Bendroflumetiazid digunakan untuk
mengontrol sembab dan hipertensi. Dosis untuk mengontrol
sembab : 5 mg 1 dd, mengontrol hipertensi : 5 mg 1-4 dd.
Xipamid (diurexan),
Merupakan diuretik dengan efek
antihipertensi yang cukup kuat,
digunakan untuk pengobatan hipertensi
yang moderat dan berat serta untuk
mengatasi sembab yang berhubungan
dengan penyakit jantung, ginjal, hati dan
rematik. Masa kerja antihipertensinya ± 24
jam, dan efek diuretiknya ± 12 jam. Dosis:
10-40 mg/hari.
Indapamid (natrilix),
Merupakan diuretik dengan efek
antihipertensi yang kuat, digunakan
untuk pengobatan hipertensi yang
ringan dan moderat.
Indapamid dapat menurunkan
kontraksi pembuluh darah sel otot
polos karena mempengaruhi
pertukaran ion antar membran,
terutama Ca, dan merangsang
sintesis prostaglandin PGE,
sehingga terjadi vasodilatasi dan
efek hipotensi.
Absorpsi indapamid dalam saluran
cerna cepat dan sempurna, kadar
darah tertinggi dicapai 1-2 jam
setelah pemberian oral, dan ± 79%
obat terikat oleh plasma protein.
Waktu paro eliminasinya ± 15-18
jam. Dosis : 2,5 mg/hari.
Klopamid,
Merupakan diuretik
dengan efek antihipertensi
yang kuat, digunakan
untuk pengobatan
hipertensi yang ringan
dan moderat.
Absorpsi klopamid dalam
saluran cerna cepat dan
sempurna, ± 40-50%, obat
terikat oleh plasma protein
dengan waktu paro
eliminasi ± 6 jam. Dosis : 5
mg/hari.
Klortalidon (hygroton),
Merupakan diuretik kuat dengan masa
kerja panjang (±48-72 jam). Klortalido juga
dipergunakan untuk hipertensi ringan,
kadang-kadang dikombinasi dengan β-bloker,
seperti atenolol(tenoretik) dan oksprenolol
(transitensin).
Absorpsi klortalidon relatif lambat dan tidak
sempuna, waktu paro absorpsi ± 2-6 jam,
kadar darah maksimal dicapai setelah ± 2-4
jam. Klortalidon terikat secara kuat dalam sel
darah merah sehingga mempuyai wktu paro
plasma cukup panjang ± 35-60 jam. Dosis
oral untuk diuretik : 50-100 mg, 3 kali per
minggu, sesudah makan pagi. Dosis untuk
mengotrol hipertensi : 25 mg, 1 kali sehari.
Loop Diuretik
Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium,
klorida, dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa
Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat ini
termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan
digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema, serta
oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan
bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan
obat ini.
Bekerja menghambat reabsorbsi ion-ion Na, Cl dan
peningkatan ekskresi ion K, Ca, Mg pada Loop Henle
sehingga efeknya lebih kuat. Termasuk dalam kelompok ini
adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam
etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral
maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan.
Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail antranilat
masih tergolong derivat sulfonamid.
Mekanisme kerja :
Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti
kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja
yang
lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat
terutama bekerja pada Ansa Henle bagian
asenden pada bagian dengan epitel tebal
dengan cara menghambat kotranspor
Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars
ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi
Na+/K+/Cl- menurun
a. Penghambatan enzim Na+-K+ ATPase
b. Penghambatan atau pemindahan siklik-
AMP
c. Penghambatan glikolisis.
Farmakokinetik Efek samping
Ketiga obat mudah diserap melalui
saluran cerna, dengan derajat yang agak
berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid
65 % sedangkan bumetanid hamper
100%.
Diuretic kuat terikat pada protein plasma
secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi
di glomerulus tetapi cepat sekali
disekresi melalui system transport asam
organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3
dari asam etakrinat yang diberikan
secara IV diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan
senyawa sulfhidril terutama sistein dan
N-asetil sistein.
Sebagian lagi diekskresi melalui
hati.sebagian besar furosemid diekskresi
dengan cara yang sama, hanya sebagian
kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira
50% bumetanid diekskresi dalam bentuk
asal, selebihnya sebagai metabolit.
Efek samping asam etakrinat dan
furosemid dapat dibedakan atas :
1. Reaksi toksik berupa gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit yang sering terjadi
2. Efek samping yang tidak
berhubungan dengan kerja
utamanya jarang terjadi.
Gangguan saluran cerna lebih sering
terjadi dengan asam etakrinat
daripada furosemid.
Tidak dianjurkan pada wanita
hamil kecuali bila mutlak
diperlukan.
Indikasi
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena
ganguan saluran cerna
yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk
pengobatan udem akibat
gangguan jantung, hati atau ginjal.
Sediaan
Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-
200 mg per hari. Sediaan
IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB.
Furosemid (lasix, farsix, salurix, impugan),
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparat
suntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari.
Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6
mg/kgBB.
Bumetanid(burinex),
Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan
dosis dewasa 0.5-2mg sehari. Dosis maksimal
per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam
bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM
dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3
jam maksimum 10mg/kg.
 Toksisitas
 * Alkalosis metabolik hipokalemia
 * Ototoksisitas
 * Hiperurisemia
 * Hipomagnesemia
 * Reaksi alergi
 * Dehidrasi
DIURETIK Hemat kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis
tanpa kehilangan kalium dalam urine. Termasuk dalam kelompok
obat ini adalah (1) Inhibitor kanal Na (amiloride dan triamteren)
serta (2) Antagonis aldosteron (spironolactone, eplerenone).
Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas
natriuretik rigan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+.
Senyawa tersebut bekerja pada tubulus distal dengan cara
memblok pertukaran ion Na+ dengan ion H+ dan K+,
menyebabkan retensi ion K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+
dan air. Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikan
bersama-sama dengan diuretik turunan tiazid.
Kombinasi ini menguntungkan karena dapat mengurangi sekresi
ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan
menimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek
samping hiperkalemi, dapat memperberat penyakit diabetes dan
pirai, sertadapat menyebabkan gangguan pada saluran cerna.
Mekanisme kerja
Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran
pengumpul, dengan mengubah kekuatan pasif yang
mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi
kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga
meningkatkan sekresi ion Na+ dan Cl- dalam urin.
Antagonis Aldosteron
 Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling
kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar
reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar
ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron
adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor
tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan
retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta natrium.
Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop.
Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk
amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk
menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan
memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja.
Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang
menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan
edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat
golongan diuretik kuat.
 Farmakokinetik
 70% spironolakton oral diserap di saluran cerna,
mengalami sirkulasi enterohepatik dan
metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya
kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi
enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.
 Efek samping
 Efek toksik yang paling utama dari spironolakton
adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat
ini diberikan bersama-sama dengan asupan
kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini
dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan
bersama dengan tiazid pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping
yang lebih ringan dan reversibel diantranya
ginekomastia, dan gejala saluran cerna
 Indikasi: Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk
pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya
obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud
mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar
diuresis.
 Sediaan dan dosis
 Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100
mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis
efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau
terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara
spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara
spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
 Triamteren dan Amilorid
 Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan
klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi
bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren
menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium
di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid
jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebihmudah larut
dalam air sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren
melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral.
Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam.
Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan
efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24
jam.
Efek samping Indikasi
 Efek toksik yang paling
berbahaya dari kedua obat
ini adalah hiperkalemia.
Triamteren juga dapat
menimbulkan efek samping
yang berupa mual, muntah,
kejang kaki, dan pusing.
 Efek samping amilorid yang
paling sering selain
hiperkalemia yaitu mual,
muntah, diare dan sakit
kepala.
 Bermanfaat untuk
pengobatan beberapa
pasien udem. Tetapi obat ini
akan bermanfaat bila
diberikan bersama dengan
diuretik golongan lain,
misalnya dari golongan
tiazid
1 Hipertensi
Digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga
tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan
untuk indikasi ini.
Diuretic lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan
efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada kontra
indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme
kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan
pembuluh perifer.
Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih
rendah daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek obat
hipertensi betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering
dikombinasi dengan thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida
pada lansia tidak boleh mendadak karena dapat menyebabkan
resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan
tensi.Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1,
pada sebagian besar penderita.
Indikasi Diuretik
2 Payah jantung kronik kongestif
Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal.
Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita
dengan gangguan fungsi ginja. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama
tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.
3 Udem paru akut
Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
4 Sindrom nefrotik
Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton.
5 Payah ginjal akut
Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang
hilang harus diganti dengan hati-hati.
6 Penyakit hati kronik
spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).
7 Udem otak
Diuretik osmotik
8 Hiperklasemia
Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl
hipertonis.
9 Batu ginjal
Diuretik tiazid
10 Diabetes insipidus
Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah
garam
11 Open angle glaucoma
Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.
12 Acute angle closure glaucoma
Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah.
Efek Samping Diuretik
Semua diuretika menyebabkan kehilangan ion – ion kalium yang disebut
Hypokatismia dengan gejala-gejala antara lain :
1. Lemah otot dan kejang
2. Pusing – pusing
3. Gangguan Pada ritme jantung
obat – obat yang dapat menyebabkan hipokalemia ini antara lain ialah
kelompok thiazida.guna mengatasinnya dapat diberikan KCL dalm bentuk
larutan.Pemberian KCL sebagai Tablet maupun enteric coated sangat
berbahaya karena dapat mengakibatkan luka pada usus.
Efek samping lainnya :
1. Gangguan pada lambung – usus.
2. Meningkatnya kadar asam urat.
3. Meningginya kadar glukosa dalam darah.
4. Toksisitas terhadap glikosida jantung.
Hendaknya diperhatikan pemakain diuretika pada pasien – pasien penyakit
encok , diabetes dan jantung.
Diuretic pharmacology
Diuretic pharmacology

More Related Content

What's hot

Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2
marwahhh
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
aufia w
 
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIKEKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
Sapan Nada
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
alvi lmp
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
Dokter Tekno
 
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Surya Amal
 
(2) obat adrenergik
(2) obat adrenergik(2) obat adrenergik
(2) obat adrenergik
N. Hikmah Alinda
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Nova Rizky
 
Obat saluran pencernaan
Obat saluran pencernaanObat saluran pencernaan
Obat saluran pencernaan
Rizkythia_Andhara
 
Ppt mual muntah
Ppt mual muntahPpt mual muntah
Ppt mual muntah
atikah dwi utami
 
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Guide_Consulting
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Surya Amal
 
Perhitungan dosis
Perhitungan dosisPerhitungan dosis
Perhitungan dosis
panal1
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Novi Fachrunnisa
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
Maranata Gultom
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Trie Marcory
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
Dokter Tekno
 
Analisis resep
Analisis resepAnalisis resep
Analisis resep
Dokter Tekno
 

What's hot (20)

Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
 
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIKEKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
 
(2) obat adrenergik
(2) obat adrenergik(2) obat adrenergik
(2) obat adrenergik
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
 
Obat saluran pencernaan
Obat saluran pencernaanObat saluran pencernaan
Obat saluran pencernaan
 
Ppt mual muntah
Ppt mual muntahPpt mual muntah
Ppt mual muntah
 
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
Perhitungan dosis
Perhitungan dosisPerhitungan dosis
Perhitungan dosis
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetri
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 
Analisis resep
Analisis resepAnalisis resep
Analisis resep
 
SWAMEDIKASI
SWAMEDIKASISWAMEDIKASI
SWAMEDIKASI
 

Similar to Diuretic pharmacology

Prposal proyek baru
Prposal proyek baruPrposal proyek baru
Prposal proyek baru
Ayyou Siwonnest
 
Anfis perkemihan budiono
Anfis perkemihan budionoAnfis perkemihan budiono
Anfis perkemihan budiono
Sumirah Budi Pertami
 
DIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.pptDIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.ppt
IrfanZul2
 
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJALANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
Ginjal
GinjalGinjal
Pembentukan air kencing
Pembentukan air kencingPembentukan air kencing
Pembentukan air kencingNur Fatehah
 
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docxPENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
seuramoefoto
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
ryan ryno
 
Apek
ApekApek
sejarah
sejarahsejarah
sejarah
edhymo
 
Sistem ekskresi
Sistem ekskresiSistem ekskresi
Sistem ekskresi
xempat
 
Bab 13 homeostasis dan sistem urinari nota mudah belajar
Bab 13 homeostasis dan sistem urinari nota mudah belajarBab 13 homeostasis dan sistem urinari nota mudah belajar
Bab 13 homeostasis dan sistem urinari nota mudah belajar
NORASYIKINBTEAHMADKH
 
TUGAS ANFIS.pptx
TUGAS ANFIS.pptxTUGAS ANFIS.pptx
TUGAS ANFIS.pptx
rikardusregenalduade
 
SISTEM REGULASI HORMON ADH
SISTEM REGULASI HORMON ADHSISTEM REGULASI HORMON ADH
SISTEM REGULASI HORMON ADH
putri081
 

Similar to Diuretic pharmacology (20)

Diuretik
DiuretikDiuretik
Diuretik
 
Diuretik
DiuretikDiuretik
Diuretik
 
Ppt urine
Ppt urinePpt urine
Ppt urine
 
Prposal proyek baru
Prposal proyek baruPrposal proyek baru
Prposal proyek baru
 
Anfis perkemihan budiono
Anfis perkemihan budionoAnfis perkemihan budiono
Anfis perkemihan budiono
 
DIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.pptDIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.ppt
 
Ginjal
GinjalGinjal
Ginjal
 
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJALANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
 
Ginjal
GinjalGinjal
Ginjal
 
Pembentukan air kencing
Pembentukan air kencingPembentukan air kencing
Pembentukan air kencing
 
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docxPENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
 
Sistem ekskresi pada manusia dan hewan
Sistem ekskresi pada manusia dan hewanSistem ekskresi pada manusia dan hewan
Sistem ekskresi pada manusia dan hewan
 
Patologi gagal ginjal
Patologi gagal ginjalPatologi gagal ginjal
Patologi gagal ginjal
 
Apek
ApekApek
Apek
 
sejarah
sejarahsejarah
sejarah
 
Sistem ekskresi
Sistem ekskresiSistem ekskresi
Sistem ekskresi
 
Bab 13 homeostasis dan sistem urinari nota mudah belajar
Bab 13 homeostasis dan sistem urinari nota mudah belajarBab 13 homeostasis dan sistem urinari nota mudah belajar
Bab 13 homeostasis dan sistem urinari nota mudah belajar
 
TUGAS ANFIS.pptx
TUGAS ANFIS.pptxTUGAS ANFIS.pptx
TUGAS ANFIS.pptx
 
SISTEM REGULASI HORMON ADH
SISTEM REGULASI HORMON ADHSISTEM REGULASI HORMON ADH
SISTEM REGULASI HORMON ADH
 

More from nisha althaf

Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat
nisha althaf
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat
nisha althaf
 
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan kefarmasian di Rumah SakitPelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
nisha althaf
 
Tugas pharmaceutical care
Tugas pharmaceutical careTugas pharmaceutical care
Tugas pharmaceutical care
nisha althaf
 
Tugas etika dan disiplin farmasis
Tugas etika dan disiplin farmasisTugas etika dan disiplin farmasis
Tugas etika dan disiplin farmasis
nisha althaf
 
Laporan pkpa resep
Laporan pkpa resepLaporan pkpa resep
Laporan pkpa resep
nisha althaf
 
PSPA: swamedikasi obat
PSPA: swamedikasi obatPSPA: swamedikasi obat
PSPA: swamedikasi obat
nisha althaf
 
Compounding: Sublingual Topic
Compounding: Sublingual TopicCompounding: Sublingual Topic
Compounding: Sublingual Topic
nisha althaf
 
Elektroforesis
Elektroforesis Elektroforesis
Elektroforesis
nisha althaf
 
Tugas nutrasetikal
Tugas nutrasetikal Tugas nutrasetikal
Tugas nutrasetikal
nisha althaf
 
Tugas farmakognosi
Tugas farmakognosiTugas farmakognosi
Tugas farmakognosi
nisha althaf
 
Tugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahariTugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahari
nisha althaf
 
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
nisha althaf
 
Abstract copy
Abstract   copyAbstract   copy
Abstract copy
nisha althaf
 
kelarutan dan aktivitas biologis
kelarutan dan aktivitas biologiskelarutan dan aktivitas biologis
kelarutan dan aktivitas biologis
nisha althaf
 
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepatuji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
nisha althaf
 
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implanStabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
nisha althaf
 
Hormon
Hormon Hormon
Hormon
nisha althaf
 
DNA
DNADNA
mikrobiologi (sterilisasi)
 mikrobiologi (sterilisasi) mikrobiologi (sterilisasi)
mikrobiologi (sterilisasi)
nisha althaf
 

More from nisha althaf (20)

Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat
 
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan kefarmasian di Rumah SakitPelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
 
Tugas pharmaceutical care
Tugas pharmaceutical careTugas pharmaceutical care
Tugas pharmaceutical care
 
Tugas etika dan disiplin farmasis
Tugas etika dan disiplin farmasisTugas etika dan disiplin farmasis
Tugas etika dan disiplin farmasis
 
Laporan pkpa resep
Laporan pkpa resepLaporan pkpa resep
Laporan pkpa resep
 
PSPA: swamedikasi obat
PSPA: swamedikasi obatPSPA: swamedikasi obat
PSPA: swamedikasi obat
 
Compounding: Sublingual Topic
Compounding: Sublingual TopicCompounding: Sublingual Topic
Compounding: Sublingual Topic
 
Elektroforesis
Elektroforesis Elektroforesis
Elektroforesis
 
Tugas nutrasetikal
Tugas nutrasetikal Tugas nutrasetikal
Tugas nutrasetikal
 
Tugas farmakognosi
Tugas farmakognosiTugas farmakognosi
Tugas farmakognosi
 
Tugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahariTugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahari
 
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
 
Abstract copy
Abstract   copyAbstract   copy
Abstract copy
 
kelarutan dan aktivitas biologis
kelarutan dan aktivitas biologiskelarutan dan aktivitas biologis
kelarutan dan aktivitas biologis
 
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepatuji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
 
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implanStabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
 
Hormon
Hormon Hormon
Hormon
 
DNA
DNADNA
DNA
 
mikrobiologi (sterilisasi)
 mikrobiologi (sterilisasi) mikrobiologi (sterilisasi)
mikrobiologi (sterilisasi)
 

Recently uploaded

Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 

Recently uploaded (20)

Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 

Diuretic pharmacology

  • 2. Hafid Syahputra (1315010 Tuty Rahayu (131501006) Nabila Arlis (131501123) Nurul Anisha Hakim (131501128) Seri Pati (131501129) Kelas 4A
  • 3.  Sejarah Diuretik  pengertian diuretik  fungsi dari diuretik  klasifikasi diuretik  Indikasi dari Diuretik  efek samping penggunaan Diuretik
  • 4. Penggunaan diuretik dalam pengobatan medis dilakukan untuk untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. Diuretik juga dilaporkan dapat dijadikan sebagai terapi sirosis hati, asites , sindrom nefritis, dan toksemia gagal ginjal.
  • 5. Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih atau merangsang pengeluaran urin. Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis memiliki dua pengertian, ialah menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air.
  • 6. Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik. 1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan eksresi dari Na+. Diuretik modern semakin berkembang sejak ditemukannya efek samping dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine.
  • 7.
  • 8.  Ginjal mengontrol volume ECF dengan menyesuaikan eksresi NaCl dan H2O  Tiap ginjal memfiltrasi lebih dari 22 mol Na. Untuk menjaga keseimbangan NaCl , sekitar 3 lbs NaCl harus direabsorpsi oleh tubulus ginjal per hari.  Tekanan darah dipengaruhi volume ECF  Jika intake NaCl > output maka akan terjadi edema. Contohnya pada gagal jantung kongestif, gagal ginjal.  Reabsorpsi Na+ terjadi di membran basolateral (blood side) dari epitel nephron, dibantu terutama oleh Na+K+ATP-ase  Pertukaran 1 mol Na+ dengan 2 mol K+ membutuhkan energi sehingga konsentrasi  Na+ harus rendah dan K+ harus tinggi di intraseluler.  Pada luminal side epitel nephron, transpor Na+ terjadi secara pasif, mengikuti gradien elektrokimia dari lumen ke dalam sel. Mekanisme inilah yang menjadi dasar fisiologi dari diuretik.
  • 9. Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli. Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam dan glukosa. filtrat mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+
  • 10.  Zat-zat dikembalikan pada darah yang mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak berguna tidak diserap kembali  filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus coligens)  Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.
  • 11.
  • 12. PEMBAGIAN DIURETIKA D I U R E T I K A Preparat Baru Preparat Lama Turuan Xantin : Kafein, teofilin, teobromin Karbonik Anhidrase Inhibitor Osmodiuretika : gliserin, mannitol, sorbitol Turunan Raksa High ceiling Low ceiling Diuretika loop of Henle Tipe I: Asam etakrinat Tipe II: Furosemida Tiazida dan Analog Tiazida Hemat Kalium Antagonis Aldosteron Tur Sikloamidin Minyak Atsiri
  • 13.
  • 14. Diuretik Osmotik  Diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal  Diuretik osmotik adalah natriuretik, dapat meningkatkan ekskresi natrium dan air.  Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat :  1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus  2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal  3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert  4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.  Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid
  • 15.  Diuresis osmotik merupakan zat yang secara farmakologis lembam, seperti manitol (satu gula). Diuresis terjadi melalui “tarikan” osmotik akibat gula yang lembam (yang difiltrasi oleh ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi gula tersebut terjadi.
  • 16. Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :  Tubuli proksimal ◦ Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.  Ansa enle  Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.  Duktus Koligentes  Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya
  • 17. mekanisme :  manitol sebagai diuretik osmotik yang non- metabolizable akan difiltrasi ke dalam lumen tubulus sehingga meningkatkan osmolalitas carian tubulus. Hal ini berakibat terjadinya ketikdakseimbangan reabsorpsi cairan, sehingga Eksresi air yang meningkat (disertai dengan ion Na+)
  • 18.
  • 19.  Farmakokinetik : Diberikan melalui i.v. dan bekerja dalam sepuluh menit; apabila diberikan secara p.o. dapat menyebabkan diare osmotik (tidak diabsorpsi dengan baik oleh usus). Pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal t1/2 berkisar 1.2 jam.  Indikasi  Manitol digunakan misalnya untuk :  1. Profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat operasi jantung, luka traumatik berat, atau tindakan operatif dengan penderita yang juga menderita ikterus berat  2. Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler atau cairan serebrospinal  3. Meningkatkan volume urine  4. Menurunkan tekanan intra-kranial
  • 20. Kontraindikasi Toksisitas  Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila akan dilakukan kraniotomi. Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.  *Ekspansi cairan ekstraseluler & hiponatremia menimbulkan :  - gagal jantung kongestif  - edema paru  * sakit kepala  * mual & muntah  * Dehidrasi  * hipernatremia
  • 21. Efek samping. Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif Sediaan dan dosis  Untuk sediaan IV digunakan larutan 5-25% dengan volume antara 50-1.000ml. dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50- 200g yang diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan infus sedemikian, sehingga diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam.  Untuk penderita dengan oliguria hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200 mg/kgBB yang diberikan melalui infus selama 3-5 menit.bila dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis masih kurang dari 30 ml per jam dalam 2-3 jam.Untuk mencegah gagal ginjal akut pada tindakan operasi atau mengatasi oliguria, dosis total manitol untuk orang dewasa ialah 50-100g.
  • 22. Inhibitor karbonik anhidrase  Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi CO2 + H2O ↔ H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Enzim ini dapat dihambat aktivitasnya oleh : sianida, azida, dan sulfida  Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
  • 23. Aksi mekanisme :  bikarbonat banyak diabsorpsi pada tubulus proksimal. Ion H+ dikeluarkan dari lumen yang akan bergabung dengan bikarbonat (HCO3-) menjadi H2CO3 yang kemudian diuabah menjadi CO2 dan H2O (dikatalisator oleh karbonik anhidrase). CO2 berdifusi ke tubulus proksimal dimana akan bergabung dengan H2O dan menjadi H2CO3 membentuk H+ dan HCO3-.  HCO3- keluar dari tubulus proksimal melalui pembuluh darah dimana H+ dikeluarkan menuju lumen tubulus. Hal ini meyebabkan penyerapan dari HCO3-. Apabila aktifitas CA dihambat, akan menyebabkan pengurangan reabsorpsi dan keluar dari tubulus proksimal dalam jumlah besar. Karena Na+ kation terbanyak dalam cairan di tubulus proksimal, dimana akan bergabung dengan HCO3- keluar dari tubulus proksimal. Pada nefron distal, Na+ banyak diabsorpsi (tidak seperti HCO3-) dan untuk pertukaran K+. Untuk itu asetazolamid menyebabkan peningkatan dari HCO3-, K+ pada urine.  Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme pada tingkat molekul.
  • 24. a. Karena struktur gugus sulfomil mirip dengan asam karbonat, diuretika yang mengandung gugus sulonil seperti turunan sulfonamida dan tiazida, dapat menghambat enzim karbonik anhidrase dan antagonis ini bukan tipe kompetitif.
  • 25. b. Yonezawa dan kawan-kawan mengemukakan bahwa adanya atom nitrogen pada gugus sulfonamida yang bersifat sangat nukleofil dapat bereaksi dengan karbonik anhidrase dan menghambat kerja enzim.
  • 26. Hubungan struktur-aktivitas a. Yang berperan terhadap aktivitas diuretik penghambat karbonik anhidrase adalah gugus sulfamil bebas. Mono dan disubstitusi pada gugus sulfamil akan menghilangkan aktivitas diuretik karena pengikatan obat-reseptor menjadi lemah. b. Pemasukan gugus metil pada asetazolamid (metazolamid) dapat meningkatkan aktivitas obat dan memperpanjang masa kerja obat. Hal ini disebabkan karena metazolamid mempunyai kelarutan dalam lemak lebih besar, absorpsi kembali pada tubulus menjadi lebih baik dan afinitas terhadap enzim lebih besar. Metazolamid mempunyai aktivitas diuretik ± 5 kali lebih besar dibanding asetazolamid. c. Modifikasi yang lain dari strutur asetazolamid secara umum akan menurunkan aktivitas. Deasetilasi akan menurunkan aktivitas dan memperpanjang gugus alkil pada rantai asetil akan meningkatkan toksisitas. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
  • 27. Asetazolamid Farmakodinamika: Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan pearubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada. Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh
  • 28. Farmakokinetik : Indikasi:  Asetazolamid diberikan per oral. Asetozalamid mudah diserap melalui saluran cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24 jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian direabsorpsi secara pasif.  Asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase, sehingga terakumulasi dalam sel yang banyak mengandung enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks ginjal. Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada tidaknya enzim karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya obat itu masuk ke dalam sel.  Asetazolamid tidak dimetabolisme dan diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin.  Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain sickness. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.
  • 29. Efek Samping dan kontraindikasi Sediaan  Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang terus- menerus.  Asetazolamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena berkurangnya sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau meningkat.  Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis.  Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid.  Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada hewan percobaan  obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik. Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk pemberian oral.
  • 30. Metazolamid Dianjurkan sebagai penunjang pada pengobatan glaukoma kronik. Penurunan tekanan intraokuler terjadi 4 jam setelah pemberian oral, dengan efek puncak dalam 6-8 jam, dan masa kerja 10-18 jam. Dosis untuk pengobatan glaukoma : 50-100 mg 2-3 dd.
  • 31. Aktivitas diuretiknya sama dengan metazolamid, digunakan untuk pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan epilepsi. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan glaukoma : 25- Mempunyai aktivitas diuretik dua kali lebih besar dibanding asetazolamid, digunakan untuk pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan epilepsi. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam ± 2 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja 8- 12 jam. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan glaukoma : 150-250 mg 2-4 dd.
  • 32. Tiazid dan Derivatnya Merupakan saluretik, yang dapat menekan absorpsi kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan ekskresi ion K+, Mg++ dan HCO3- dan menurunkan ekskresi asam urat. Diuretik turunan tiazid terutama digunakan untuk pengobatan sembab pada keadaan dekompensasi jantung dan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi karena dapat mengurangi volume darah dan secara lengsung menyebabkan relaksasi otot polos arteriola. Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi dengan obat- obat antihipertensi, seperti resepin dan hidralazin, untuk pengobatan hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi. Diuretika turunan tiazid menimbulkan efek samping
  • 33. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan. Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
  • 34. Tempat Kerja Tiazid : Hulu tubuli distal dengan Penghambatan terhadap reabsorbsi natrium klorida. Mekanisme kerja : tiazid mencegah perpindahan Na+ dan Cl- pada lapisan korteks saluran tubulus distal. Tiazid memiliki aksi yang lebih lemah daripada loop diuretik karena sisi nefron lebih sedikit menyerap Na+ dibandingkan lapisan tubulus yang naik. Apabila filtrasi glomerolous menurun, maka lebih sedikit cairan yang sampai pada tubulus distal dan tiazid berefek sedikit pada Na+ dan sekresi air. Hal ini menyebabkan tidak efektifnya obat ini pada insufisiensi ginjal. Tiazid dapat menyebabkan kontraksi volume dimana dapat menyebabkan reabsorpsi dari cairan dan larutan. Tiazid menyebabkan peningkatan absorpsi dari Ca2+ dan asam urat pada tubulus proksimal, sehingga menyebabkan terjadinya pengurangan dari Ca2+ dan asam urat.
  • 35.
  • 36. Farmakodinamika Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga terjadi vasodilatasi. Mekanisme kerja : bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan menghambat kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen. Farmakokinetik : Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari badan.
  • 37. Indikasi Efek samping Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik hemat kalium pada penderita yang juga mendapat pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan hiperkalsiuria pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.  1. Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai fotosensitivitas dan kelainan darah.  2. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada penderita diabetes yang laten.  3. Menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid plasma dengan mekanisme yang tidak diketahui.  4. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena tiazid langsung megurangi aliran darah ginjal.
  • 38. Toksisitas  * Alkalosis metabolik hipokalemia & hiperurisemia  * Toleransi gangguan karbohidrat _ hiperglikemia  * Hiperlipidemia  * Hiponatremia  * Reaksi alergi  * Lain :  - lemah  - rasa capek/lelah  - parastesia
  • 39.  Hidroklortiazid (H.C.T), Merupakan obat pilihan untuk mengontrol sembab jantung dan sembab yang berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid atau hormon estrogen. Hidroklortiazid juga digunakan untuk mengontrol hipertensi ringan, kadang-kadang dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi, seperti reserpin dan hidralazin (Ser-Ap-Es) atau β-bloker, seperti asebutolol (Sectrazid). Awal kerja obat terjadi ± 2 jam setelah pemberian secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 4 jam, dengan masa kerja ± 10 jam. Ketersediaanhayatinya ± 65% dan dapat meningkat menjadi ± 75% bila diberikan bersama-sama makanan. Dosis diuretik : 25-200 mg 1-2 dd, untuk mengontrol hipertensi : 25-50 mg 1-2 dd.  Bendroflumetiazid (naturetin), mempunyai aktivitas diuretik yang lebih tinggi dan masa kerja yang lebuh panjang (± 18 jam) dibanding hidroklortiazid. Bendroflumetiazid digunakan untuk mengontrol sembab dan hipertensi. Dosis untuk mengontrol sembab : 5 mg 1 dd, mengontrol hipertensi : 5 mg 1-4 dd.
  • 40. Xipamid (diurexan), Merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang cukup kuat, digunakan untuk pengobatan hipertensi yang moderat dan berat serta untuk mengatasi sembab yang berhubungan dengan penyakit jantung, ginjal, hati dan rematik. Masa kerja antihipertensinya ± 24 jam, dan efek diuretiknya ± 12 jam. Dosis: 10-40 mg/hari.
  • 41. Indapamid (natrilix), Merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat, digunakan untuk pengobatan hipertensi yang ringan dan moderat. Indapamid dapat menurunkan kontraksi pembuluh darah sel otot polos karena mempengaruhi pertukaran ion antar membran, terutama Ca, dan merangsang sintesis prostaglandin PGE, sehingga terjadi vasodilatasi dan efek hipotensi. Absorpsi indapamid dalam saluran cerna cepat dan sempurna, kadar darah tertinggi dicapai 1-2 jam setelah pemberian oral, dan ± 79% obat terikat oleh plasma protein. Waktu paro eliminasinya ± 15-18 jam. Dosis : 2,5 mg/hari.
  • 42. Klopamid, Merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat, digunakan untuk pengobatan hipertensi yang ringan dan moderat. Absorpsi klopamid dalam saluran cerna cepat dan sempurna, ± 40-50%, obat terikat oleh plasma protein dengan waktu paro eliminasi ± 6 jam. Dosis : 5 mg/hari.
  • 43. Klortalidon (hygroton), Merupakan diuretik kuat dengan masa kerja panjang (±48-72 jam). Klortalido juga dipergunakan untuk hipertensi ringan, kadang-kadang dikombinasi dengan β-bloker, seperti atenolol(tenoretik) dan oksprenolol (transitensin). Absorpsi klortalidon relatif lambat dan tidak sempuna, waktu paro absorpsi ± 2-6 jam, kadar darah maksimal dicapai setelah ± 2-4 jam. Klortalidon terikat secara kuat dalam sel darah merah sehingga mempuyai wktu paro plasma cukup panjang ± 35-60 jam. Dosis oral untuk diuretik : 50-100 mg, 3 kali per minggu, sesudah makan pagi. Dosis untuk mengotrol hipertensi : 25 mg, 1 kali sehari.
  • 44. Loop Diuretik Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat ini. Bekerja menghambat reabsorbsi ion-ion Na, Cl dan peningkatan ekskresi ion K, Ca, Mg pada Loop Henle sehingga efeknya lebih kuat. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail antranilat masih tergolong derivat sulfonamid.
  • 45. Mekanisme kerja : Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun a. Penghambatan enzim Na+-K+ ATPase b. Penghambatan atau pemindahan siklik- AMP c. Penghambatan glikolisis.
  • 46.
  • 47. Farmakokinetik Efek samping Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper 100%. Diuretic kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein. Sebagian lagi diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid diekskresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit. Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas : 1. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi 2. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi. Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat daripada furosemid. Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan.
  • 48. Indikasi Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal. Sediaan Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50- 200 mg per hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB. Furosemid (lasix, farsix, salurix, impugan), Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparat suntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.
  • 49. Bumetanid(burinex), Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0.5-2mg sehari. Dosis maksimal per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam maksimum 10mg/kg.
  • 50.  Toksisitas  * Alkalosis metabolik hipokalemia  * Ototoksisitas  * Hiperurisemia  * Hipomagnesemia  * Reaksi alergi  * Dehidrasi
  • 51. DIURETIK Hemat kalium Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium dalam urine. Termasuk dalam kelompok obat ini adalah (1) Inhibitor kanal Na (amiloride dan triamteren) serta (2) Antagonis aldosteron (spironolactone, eplerenone). Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas natriuretik rigan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. Senyawa tersebut bekerja pada tubulus distal dengan cara memblok pertukaran ion Na+ dengan ion H+ dan K+, menyebabkan retensi ion K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan air. Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikan bersama-sama dengan diuretik turunan tiazid. Kombinasi ini menguntungkan karena dapat mengurangi sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan menimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek samping hiperkalemi, dapat memperberat penyakit diabetes dan pirai, sertadapat menyebabkan gangguan pada saluran cerna.
  • 52. Mekanisme kerja Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan mengubah kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga meningkatkan sekresi ion Na+ dan Cl- dalam urin.
  • 53. Antagonis Aldosteron  Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.
  • 54.  Farmakokinetik  70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.  Efek samping  Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel diantranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna
  • 55.  Indikasi: Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.  Sediaan dan dosis  Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
  • 56.  Triamteren dan Amilorid  Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebihmudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam.
  • 57. Efek samping Indikasi  Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia. Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing.  Efek samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan sakit kepala.  Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid
  • 58. 1 Hipertensi Digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretic lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada kontra indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek obat hipertensi betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering dikombinasi dengan thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada lansia tidak boleh mendadak karena dapat menyebabkan resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan tensi.Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita. Indikasi Diuretik
  • 59. 2 Payah jantung kronik kongestif Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal. Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginja. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia. 3 Udem paru akut Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid) 4 Sindrom nefrotik Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton. 5 Payah ginjal akut Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati. 6 Penyakit hati kronik spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).
  • 60. 7 Udem otak Diuretik osmotik 8 Hiperklasemia Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis. 9 Batu ginjal Diuretik tiazid 10 Diabetes insipidus Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam 11 Open angle glaucoma Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang. 12 Acute angle closure glaucoma Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah.
  • 61. Efek Samping Diuretik Semua diuretika menyebabkan kehilangan ion – ion kalium yang disebut Hypokatismia dengan gejala-gejala antara lain : 1. Lemah otot dan kejang 2. Pusing – pusing 3. Gangguan Pada ritme jantung obat – obat yang dapat menyebabkan hipokalemia ini antara lain ialah kelompok thiazida.guna mengatasinnya dapat diberikan KCL dalm bentuk larutan.Pemberian KCL sebagai Tablet maupun enteric coated sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan luka pada usus. Efek samping lainnya : 1. Gangguan pada lambung – usus. 2. Meningkatnya kadar asam urat. 3. Meningginya kadar glukosa dalam darah. 4. Toksisitas terhadap glikosida jantung. Hendaknya diperhatikan pemakain diuretika pada pasien – pasien penyakit encok , diabetes dan jantung.