SlideShare a Scribd company logo
1 of 54
Download to read offline
Roy Y Widhiarto
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Konseling
6. Visite Farmasi
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
10. Dispensing Sediaan Steril
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk :
Tujuan:
 menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan
dosis yang dibutuhkan;
 menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
 melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
 menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
 Obat dibuat steril karena berhubungan langsung dengan
darah /cairan tubuh dan jaringan tubuh dimana
pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap di saluran
cerna , misalnya hati yang dapat berfungsi untuk
detoksikasi.
 Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi
sekunder. Sterilitas bersifat mutlak, tidak berlaku relatif
steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril
dan tidak steril.
 Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik /
injeksi, tablet implant, tablet hipodermik dan sediaan
untuk mata seperti tetes mata / Guttae Ophth, cuci mata /
Collyrium dan salep mata / Oculenta.
1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau
menimbulkan efek toksik.
2. Harus jernih, bebas dari partikel asing, serat dan benang.
Kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan. Alat-alat
penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga
tidak terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk
menyadari bahwa larutan yang jernih diperoleh dari wadah
dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak melepaskan
partikel.
3. Sedapat mungkin isohidris, artinya pH larutan injeksi sama
dengan pH darah dan cairan tubuh lain, yaitu pH 7,4. Hal ini
dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa
sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.
4. Sedapat mungkin isotonis , tekanan osmosa sama dengan
tekanan osmosa darah dan cairan tubuh yang lain ( sebanding
dengan tekanan osmosa NaCl 0,9%).
- Bila hipotonis terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap
masuk ke dalam sel-sel tubuh yang akhirnya mengembang dan
dapat pecah.
- Bila hipertonis terhadap cairan tubuh, air dalam sel akan
ditarik keluar, yang mengakibatkan mengerutnya sel.
Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi
penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%.
Umumnya larutan yang hipertonis dapat ditolerir tubuh lebih
baik dibanding yang hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak
digunakan untuk membuat larutan isotonis adalah natrium
klorida dan glukosa.
5. Tidak berwarna, Pada sediaan obat suntik tidak
diperbolehkan adanya penambahan zat warna dengan
maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut,
kecuali bila obatnya memang berwarna.
6. Steril, terbebas dari mikroorganisme hidup yang patogen
maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun
dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen, Hal ini harus diperhatikan terutama pada
pemberian injeksi dengan volume besar, yaitu lebih dari 10
ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang
mengandung pirogen dapat menimbulkan demam
Pirogen adalah Zat yang terbentuk dari hasil
metabolisme mikroorganisme ( bangkai
mikroorganisme ) berupa zat eksotoksin dari kompleks
Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang
mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam
kadar 0,001 – 0,01 gram per kg berat badan, dapat
larut dalam air, tahan pemanasan, dapat menimbulkan
demam jika disuntikkan. (reaksi demam setelah 15
menit sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil.
Larutan injeksi yang pemakaiannya lebih dari 10 ml
satu kali pakai, harus bebas pirogen.
Melakukan pencampuran Obat steril sesuai kebutuhan
pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas
Obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang
ditetapkan.
Kegiatan:
 mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus;
 melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk
dengan pelarut yang sesuai; dan
 mengemas menjadi sediaan siap pakai
 Produk bebas dari kontaminasi (partikel,mikroba)
 Produk harus kompatibel
 Produk terjamin stabilitasnya sampai saat digunakan
 Terbebas dari kesalahan saat penyiapan dan
penggunaannya
 Total Harga memadai
 Proses memenuhi standar minimal
 Kualitas bisa dipertanggungjawabkan
Kontaminan
dari
personil &
lingkungan
Kontaminan
dari
peralatan
Kontaminasi
Produk
dari
personil &
lingkungan
Produk
dari
peralatan
Kontaminasi Silang
 Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang
dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai
kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula
standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai
 Nutrisi diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa
melalui GI tract.
 Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui
intravena,karena tidak memungkinkannya saluran
cerna melakukan proses pencernaan.
 Digunakan pada pasien dengan luka bakar yang
berat,pancreatitis,inflammatory bowel
syndrome,inflammatory bowel disease, ulcerative
colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac
disease,pembedahan dan cancer.
 Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh
tubuh untuk katabolisme energy.
 Keluarkan Cairan TPN dari dalam lemari es 30
menit sebelum prosedur. cairan yang dingin
dapat menyebabkan nyeri, hypothermia,spasme
vena dan konstriksi.
 Bandingkan isi botol dengan resep dokter.  ingat
7 rights(right patient, dose, route, medicine, time,
purpose , documentation)
 Observasi larutan terhadap kejernihan, adanya
partikel dan keburaman.larutan yang buram
kemungkinan sudah terkontaminasi
 Mulai pemberian TPN dengan pelan-pelan
Penanganan sediaan sitostatik merupakan
penanganan Obat kanker secara aseptis dalam
kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh
tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian
keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun
sediaan sampai pembuangan limbahnya.
Secara operasional dalam mempersiapkan dan
melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan
dengan alat pelindung diri yang memadai.
 Sitostatika : Zat-zat yang dpt menghentikan
pertumbuhan pesat sel-sel maligne
 Cara kerja : Menghambat dan menghancurkan sel
kanker
 Bersifat cytotoxic baik terhadap sel kanker dan sel
normal
 Menurunkan fungsi granulosit dan gamma globulin
shg menurunkan imunitas penderita terutama thdp
penyakit infeksi.
 Keamanan penanganan sitostatika
 Keamanan transportasi sitostatika ke ruang perawatan
 Pembuangan sitostatik bekas buangan pasien yg
menerima sitostatika
 Monitoring kesehatan petugas
 Cegah kontak langsung atau keterpaparan petugas
kesehatan thdp sitostatika
 Terjamin sterilitas produk akhir sitostatika
 Terjamin stabilitas produk akhir sitostatika
setelah dicampur / dioplos
 Terjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan
Material yg dipakai yg telah terkontaminasi
dgn sitostatika
Penanganan dlm pengoplosan,peracikan obat dgn cara
yg baik dan benar, & aseptis
Perhitungan penyesuaian dosis sesuai
Perlengkapan pelindung bagi petugas
Monitoring kesehatan petugas yg menangani sitostatika
Penanganan kecelakaan / tumpahan sitostatika.
Pemilihan pelarut yg tepat , sesuai sifat obat/rute
Rekonstitusi tepat dan aman
Penanganan buangan sitostatika
Sumber Paparan Saat Potensial
Uap Obat
Serbuk/ Partikel
Percikan
Makanan/ Rokok Di Ruang
Kemoterapi
Buka Sediaan Obat Ampul
Pulverisasi
Transfer Isi
-Menarik Jarum Dr Vial
-Keluarkan Udara Dr Spuid
-Tusuk Jarum Ke Mulut Fles
Penggantian: Iv Line, Slang Infus,
Cairan Infus
NAMA EFEK SEGERA EFEK LAMBAT
Siklofosfamid Mual, muntah reaksi
hipersensitifitas tipe I, rasa
terbakar pada muka,
penglihatan kabur
Depresi sumsum tulang, kebotakan, sistisis hemoragik,
sterilitas (sementara), fibrosis paru, hiponatremia,
leukemia, kanker kandung kemih, sekresi
ADH terganggu, teratogenis
Doksorubisin Mual, muntah, urine kemerahan,
nekrosis. Kerusakan jaringan
setempat yang berat padaekstravasasi,
diare,demam, perubahan EKG
sementara, aritmia, Ventrikel, reaksi
anafilaksis
Depresi sumsum tulang kardiotoksisitas, kebotakan,
stomatitis, anoreksia, konjungtivitis, pigmentasi akral
 Area harus di ruangan terpisah (clean room),
 Lantai dari vinyl atau epoxy, mudah dicuci
 Steril atau Semi steril
 Biological cabinet
 Exhause fan
 Laminer air flow dan hepa filter penyaring udara
 Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari
pada tekanan udara di luar ruangan
 Ruang antara ganti baju – cuci tangan (wastafel).
 Tempat sampah khusus
 DILENGKAPI PASS BOX tempat keluar masuk obat.
Jika tidak ada fasilitas LAF - BSC untuk pencampuran
sediaan steril maka perlu diperhatikan :
 Pilih ruang yang paling bersih, khusus pengerjaan
sediaan steril
 Seluruh pintu dan jendela harus selalu tertutup
 Tidak ada bak cuci, rak atau papan tulis permanen
 Lantai didesinfeksi setiap hari dengan menggunakan
hypoclorite 100 ppm
 Dinding mudah dibersihkan
 Meja kerja harus jauh dari pintu
 Baju kerja panjang berlengan panjang berkaret gaun
lengan panjang bermanset
 Masker
 Topi
 Kaca mata
 Sarung tangan (rangkap dua)
 Sepatu karet
• Kelengkapan baju kerja dipakai dg urutan
perlengkapan paling bawah dikenakan dulu. Urutan
pakai : sepatu, baju, masker, kaca mata, tutup kepala,
sarung tangan. Saat melepas dipakai urutan
sebaliknya.
• Sarung tangan bagian luar dilepas dalam kotak
aseptis.
• Baju dilepas, dilipat terbalik dg bagian luar didalam.
• Lepaskan lipatan sarung tangan
• Ambil sarung tangan kanan dg ibu jari & telunjuk
tangan kiri pd bagian sebelah dalam.
• Pasang sarung tangan kanan dg tangan kiri.
• Kencangkan dg cara menarik pangkal sarung tangan
sebelah dalam.
• Lakukan hal yg sama utk sarung tangan kiri.
• Lakukan hal yg sama untuk sarung tangan lapis
kedua.
• Masukkan masing-2 lengan baju kedalam pangkal
sarung tangan. Semprotkan kedua belah telapak
tangan dgn alkohol 70%.
 Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir)
permintaan dengan prinsip 5 BENAR (benar
pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
 Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima
(nama obat, jumlah, nomer batch, tgl kadaluarsa),
 Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika
ada yang tidak jelas/tidak lengkap.
 Menghitung kesesuaian dosis.
 Memilih jenis pelarut yang sesuai.
 Menghitung volume pelarut yang digunakan.
 Membuat label obat
 Membuat label obat berdasarkan: nama pasien,
nomer rekam medis, ruang perawatan, dosis, cara
pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran.
 Membuat label pengiriman terdiri dari : nama
pasien, nomer rekam medis, ruang perawatan,
jumlah paket.
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
 Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi
 Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF)
 Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap
cairan dalam LAF.
 Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas
obat.
 Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.
 Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.
 Melakukan pencampuran secara aseptis
 Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang
sudah berisi obat hasil pencampuran.
 Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil
untuk obat-obat yang harus terlindung dari cahaya.
 Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah untuk
pengiriman.
 Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infus
melalui pass box.
 Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam
wadah pembuangan khusus
Biological Safety Cabinet
Didesain untuk memberikan proteksi kepada
personel, sediaan, dan lingkungan.
BSC menggunakan HEPA filter (high
eficiency particulate air ) pada sistem suplai
dan atau buangan udaranya
Tekanan udara di dalam BSC harus lebih
negatif daripada tekanan udara ruangan
Biological Safety Cabinet
Klas I
Biological Safety Cabinet
Klas II
Monitoring Terhadap
Petugas
Petugas Ini Seharusnya Tidak Dilibatkan Dlm Penanganan
Obat Kanker :
Wanita Yg Merencanakan Hamil
Wanita Hamil
Wanita Menyusui
Laki-laki Merencanakan Untuk Menikah
Semua Petugas Harus Terhindar Dari penanganan Obat
Kanker Min 1 Bulan
Pemeriksaan Lab Rutin
Petugas
Semua Petugas Min 6 Bulan Sekali Harus
Diperiksa :
Darah Lengkap :
Fungsi Hati ( Sgot, Sgpt )
Fungsi Ginjal
Asam Folat & Vitamin B12.
Jika Hasil Lab Abnormal Periksa Lebih
Lanjut Sebelum Bekerja Kembali
Selesai Tugas Dibag Ini Periksa Kembali
Hasil Lab Nya.
Pemilihan Pelarut
Pertimbangan dalam pemilihan pelarut:
• Kompatibel dengan sitostatika yang digunakan
Sitostatika umumnya kompatibel dengan D5 dan
NaCl isotonis.
Pertimbangan penyakit penyerta pasien (hipertensi,
diabetes mellitus) jadi penentu kapan dipakai D5
atau NaCl isotonis
• Stabilitas sitostatika dalam larutan
Terdapat perbedaan signifikan stabilitas sitostatika
dengan pelarut D5 dan NaCl isotonis dalam waktu
12 jam setelah preparasi.
 Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan
mengetuk-ngetuk bagian atas ampul.
 Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %.
 Lilitkan kassa sekitar ampul.
 Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas
ampul dengan arah menjauhi petugas.
 Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam
kantong buangan.
 Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke
dalam ampul, tarik larutan dari ampul sesuai volume yang
dikehendaki, tutup needle.
 Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat
ke dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan
melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
 Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan
ukuran yang sesuai untuk penyuntikan.
 Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah
terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.
Buka penutup vial.
Seka bagian karet vial dengan alkohol 70%.
Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial.
Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit
kosong sesuai volume yang diinginkan.
Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan-
lahan memutar untuk melarutkan obat.
Ganti needle dengan needle yang baru.
Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam
spuit tersebut.
 Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat
ke dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan
melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
 Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan
ukuran yang sesuai untuk penyuntikan.
 Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah
terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.
Buka penutup vial.
Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %.
Ambil udara sesuai volume pengambilan
Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial.
Beri tekanan positif dengan cara memasukkan udara ke dalam
vial sesuai volume yang diinginkan.
Tarik larutan ke dalam spuit tersebut sesuai volume yang
diinginkan
 Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat
ke dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan
melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
 Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan
ukuran yang sesuai untuk penyuntikan..
 Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah
terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.
 Hanya dilakukan pada botol tutup karet
 Lakukan desinfeksi pada tutup karet
 Pastikan obat tercampur sempurna
 Pemberian secara bolus dapat dilakukan melalui “Y
injection site” pada infus set
1. Jika tumpah dan mengenai kulit :
• Segera cuci dgn air mengalir ± 15 mnt.
• Cuci kulit dgn air sabun dan bilas dgn air.
2. Jika mengenai mata :
• Segera bilas dgn air / larutan isotonic (PZ).
3. Jika mengenai mukosa :
• Segera cuci dgn air mengalir ± 15 mnt.
 Tanggalkan sarung tangan.
 Bilas kulit dengan air hangat.
 Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
 Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi
dengan larutan Chlorin 5 % dan bilas dengan air hangat.
 Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %.
 Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.
 Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
 Laporkan ke supervisor.
 Lengkapi format kecelakaan.
 Minta pertolongan.
 Tanggalkan sarung tangan.
 Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air
hangat selama 5 menit.
 Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka
dengan larutan NaCl 0,9%.
 Aliri mata dengan larutan pencuci mata.
 Tanggalkan seluruh pakaian pelindung.
 Catat jenis obat yang tumpah.
 Laporkan ke supervisor.
 Lengkapi format kecelakaan kerja.
 Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger
untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi.
 Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.
 Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk
mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk.
 Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk
dengan air hangat.
 Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.
 Tanggalkan semua APD.
 Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.
 Laporkan ke supervisor.
 Lengkapi format kecelakaan kerja.
 Segera konsultasikan ke dokter.
1. Ambil pecahan vial / ampul dgn alat penjepit (jgn
langsung dgn tangan), buang pecahan di tempat
khusus.
2. Jika tumpahan berupa serbuk, lap dgn kain satu arah
(jgn berputar-putar agar serbuk tdk berterbangan).
3. Bersihkan bekas tumpahan dgn cara di pel dgn air
sabun beberapa kali, bilas dgn air.
4. JIka obat sulit larut dlm air, lap dgn alkohol,
kemudian dgn air sabun dan bilas dgn air.
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk
benda- benda tajam seperti spuit vial, ampul, tempatkan di
dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah
lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar
internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika.
Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.
Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.
Cuci tangan
NO NAMA OBAT KETERCAMPURAN LARUTAN IV KETERANGAN
1 Albumin NaCl 0.9% (lbh baik) ; kompatibel
dengan a 5% dan 10% jika kandungan
larutan 5%-25% gunakan NS atau D5W
sebagai pelarut.
Jangan gunakan jika
larutan keruh. Jangan
menggunakan SWFI
2 Amikacin Larutan Dextrosa, RL Inkompatibel
dengan heparin
masukkan > 1 jam
sebelum Penicillin
3 Furosemide Kompatibel dng NaCl 0.9% Lebih disukai
dgn RL
Jangan dicampur
dengan larutan asam
No Golongan Nama obat Pelarut sesuai Konsentrasi dalam
pelarut
Stabilitas setelah
pencampuran
penyimpanan
1 Antibiotik :
Sefalosporin generasi
III
Sefotaksim NS; D5W 1g/50ml 12-24 jam dalam suhu
kamar dan 7-10 hari
dalam lemari pendingin.
Suhu kamar ;
Lemari pendingin.
Seftriakson NS; D5W 10-40mg/ml ; 100mg/ml stabil 2 hari dalam
suhu kamar 25oC dan
10 hari dalam lemari
pendingin 5oC;
Suhu kamar ;
Lemari pendingin.
Seftizoksim NS; D5W 1g/50ml 24 jam pada suhu
kamar; 96 jam pada
lemari pendingin
Suhu kamar ;
Lemari pendingin.
Seftazidim SWFI;NS 100mg/ml 12 jam dalam suhu
ruangan; 3 hari dalam
lemari pendingin
Suhu kamar;
Lemari pendingin.
2 Antibiotik: Kuinolon Levofloksasin Larutan original. 5mg/ml 72 jam dalam suhu
ruangan; 14 hari
dalama lemari pendingin
Hindari cahaya
langsung;
dalam suhu
kamar; dalam
lemari
pendingin
 APhA, 2010, The Pharmacy Technician, 4th Edition
 Depkes RI, 2009, Pedoman Dasar Dispensing Sediaan
Steril
 Depkes RI, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik
dan Penanganan Sediaan Sitostatika
 Permenkes RI No 58 tahun 2014, Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
 Bpom, Petunjuk Praktis Penggunaan Obat,
www.pionas.pom.go.id
SEMOGA BERMANFAAT

More Related Content

What's hot

Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSapan Nada
 
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalPemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalErie Gusnellyanti
 
Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Lalla Haflah
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKSurya Amal
 
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2husnul khotimah
 
Mi 1 5. pendistribusian obat di puskesmas
Mi 1   5. pendistribusian obat di puskesmasMi 1   5. pendistribusian obat di puskesmas
Mi 1 5. pendistribusian obat di puskesmasLinaNadhilah2
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaSapan Nada
 
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1   2. pengadaan obat di puskesmasMi 1   2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
 
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
 

What's hot (20)

Basic pharmacokinetics
Basic pharmacokineticsBasic pharmacokinetics
Basic pharmacokinetics
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
 
Pengenalan resep
Pengenalan resepPengenalan resep
Pengenalan resep
 
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalPemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
 
Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek
 
Penggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latinPenggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latin
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
 
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2
 
Mi 1 5. pendistribusian obat di puskesmas
Mi 1   5. pendistribusian obat di puskesmasMi 1   5. pendistribusian obat di puskesmas
Mi 1 5. pendistribusian obat di puskesmas
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nada
 
Kasus 1
Kasus 1Kasus 1
Kasus 1
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1   2. pengadaan obat di puskesmasMi 1   2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
 
PPT DAGUSIBU.ppt
PPT DAGUSIBU.pptPPT DAGUSIBU.ppt
PPT DAGUSIBU.ppt
 
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
 
Pedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomiPedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomi
 
Pengelolaan obat di apotek (5)
Pengelolaan obat di apotek (5)Pengelolaan obat di apotek (5)
Pengelolaan obat di apotek (5)
 
Pill
PillPill
Pill
 
Panitia Farmasi Terapi
Panitia Farmasi TerapiPanitia Farmasi Terapi
Panitia Farmasi Terapi
 

Similar to Dispensing Sediaan Steril

Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...UmmilKhair2
 
Bahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptx
Bahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptxBahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptx
Bahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptxFajrianAulia
 
Handling Sitotoksik.pptx
Handling Sitotoksik.pptxHandling Sitotoksik.pptx
Handling Sitotoksik.pptxAliahFadhillah
 
Pra analitik laboratorium
Pra analitik laboratoriumPra analitik laboratorium
Pra analitik laboratoriumIceteacassie
 
Prosedur pemberian obat
Prosedur pemberian obatProsedur pemberian obat
Prosedur pemberian obatW Theresia
 
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.pptPengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.pptNursela13
 
2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdf
2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdf2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdf
2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdfayuwulandari978388
 
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdfMarlinaAzwar1
 
PENCAMPURAN-COMPOUNDING-SEDIAAN-STERIL.pptx
PENCAMPURAN-COMPOUNDING-SEDIAAN-STERIL.pptxPENCAMPURAN-COMPOUNDING-SEDIAAN-STERIL.pptx
PENCAMPURAN-COMPOUNDING-SEDIAAN-STERIL.pptxDeviHariyantiPramita1
 
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptxPELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptxvidyanti2
 
SOSIS PPI DOKTER (1).pptx
SOSIS PPI DOKTER (1).pptxSOSIS PPI DOKTER (1).pptx
SOSIS PPI DOKTER (1).pptxAnisahKireina
 

Similar to Dispensing Sediaan Steril (20)

Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
 
Bahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptx
Bahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptxBahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptx
Bahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptx
 
Handling Sitotoksik.pptx
Handling Sitotoksik.pptxHandling Sitotoksik.pptx
Handling Sitotoksik.pptx
 
La rangki injeksi intravena n subkutan
La rangki injeksi intravena n subkutanLa rangki injeksi intravena n subkutan
La rangki injeksi intravena n subkutan
 
PENERAPAN PPI DI PUSKESMAS.pptx
PENERAPAN PPI DI PUSKESMAS.pptxPENERAPAN PPI DI PUSKESMAS.pptx
PENERAPAN PPI DI PUSKESMAS.pptx
 
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatanMakalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
 
Makalah study bpm kebidanan dasar
Makalah study bpm  kebidanan dasar Makalah study bpm  kebidanan dasar
Makalah study bpm kebidanan dasar
 
Pra analitik laboratorium
Pra analitik laboratoriumPra analitik laboratorium
Pra analitik laboratorium
 
Prosedur pemberian obat
Prosedur pemberian obatProsedur pemberian obat
Prosedur pemberian obat
 
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.pptPengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
 
2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdf
2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdf2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdf
2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdf
 
Materi afan
Materi afanMateri afan
Materi afan
 
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf
 
Penatalaksanaan spesimen
Penatalaksanaan spesimenPenatalaksanaan spesimen
Penatalaksanaan spesimen
 
PENCAMPURAN-COMPOUNDING-SEDIAAN-STERIL.pptx
PENCAMPURAN-COMPOUNDING-SEDIAAN-STERIL.pptxPENCAMPURAN-COMPOUNDING-SEDIAAN-STERIL.pptx
PENCAMPURAN-COMPOUNDING-SEDIAAN-STERIL.pptx
 
sitostatika
sitostatikasitostatika
sitostatika
 
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptxPELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
 
SOSIS PPI DOKTER (1).pptx
SOSIS PPI DOKTER (1).pptxSOSIS PPI DOKTER (1).pptx
SOSIS PPI DOKTER (1).pptx
 
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
 

More from roywidhie

Pelarutan obat konsenterasi_tinggi
Pelarutan obat konsenterasi_tinggiPelarutan obat konsenterasi_tinggi
Pelarutan obat konsenterasi_tinggiroywidhie
 
Roy teknik aseptik
Roy teknik aseptikRoy teknik aseptik
Roy teknik aseptikroywidhie
 
Pedoman pengelolaan perbekalan farmasi
Pedoman pengelolaan perbekalan farmasiPedoman pengelolaan perbekalan farmasi
Pedoman pengelolaan perbekalan farmasiroywidhie
 
Pedoman obt suntik dan sitos
Pedoman obt suntik dan sitosPedoman obt suntik dan sitos
Pedoman obt suntik dan sitosroywidhie
 
Biological safety cabinet
Biological safety cabinetBiological safety cabinet
Biological safety cabinetroywidhie
 

More from roywidhie (7)

Pelarutan obat konsenterasi_tinggi
Pelarutan obat konsenterasi_tinggiPelarutan obat konsenterasi_tinggi
Pelarutan obat konsenterasi_tinggi
 
Kft new
Kft newKft new
Kft new
 
Roy teknik aseptik
Roy teknik aseptikRoy teknik aseptik
Roy teknik aseptik
 
Pedoman pengelolaan perbekalan farmasi
Pedoman pengelolaan perbekalan farmasiPedoman pengelolaan perbekalan farmasi
Pedoman pengelolaan perbekalan farmasi
 
Pedoman obt suntik dan sitos
Pedoman obt suntik dan sitosPedoman obt suntik dan sitos
Pedoman obt suntik dan sitos
 
Biological safety cabinet
Biological safety cabinetBiological safety cabinet
Biological safety cabinet
 
Kemoterapi
KemoterapiKemoterapi
Kemoterapi
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 

Dispensing Sediaan Steril

  • 2. 1. Pengkajian dan Pelayanan Resep 2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat 3. Rekonsiliasi Obat 4. Pelayanan Informasi Obat (PIO) 5. Konseling 6. Visite Farmasi 7. Pemantauan Terapi Obat (PTO) 8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) 10. Dispensing Sediaan Steril 11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
  • 3. Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk : Tujuan:  menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan;  menjamin sterilitas dan stabilitas produk;  melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan  menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
  • 4.  Obat dibuat steril karena berhubungan langsung dengan darah /cairan tubuh dan jaringan tubuh dimana pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap di saluran cerna , misalnya hati yang dapat berfungsi untuk detoksikasi.  Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Sterilitas bersifat mutlak, tidak berlaku relatif steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak steril.  Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik / injeksi, tablet implant, tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata / Guttae Ophth, cuci mata / Collyrium dan salep mata / Oculenta.
  • 5. 1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek toksik. 2. Harus jernih, bebas dari partikel asing, serat dan benang. Kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan. Alat-alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga tidak terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari bahwa larutan yang jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak melepaskan partikel. 3. Sedapat mungkin isohidris, artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh lain, yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.
  • 6. 4. Sedapat mungkin isotonis , tekanan osmosa sama dengan tekanan osmosa darah dan cairan tubuh yang lain ( sebanding dengan tekanan osmosa NaCl 0,9%). - Bila hipotonis terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. - Bila hipertonis terhadap cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya larutan yang hipertonis dapat ditolerir tubuh lebih baik dibanding yang hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat larutan isotonis adalah natrium klorida dan glukosa.
  • 7. 5. Tidak berwarna, Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila obatnya memang berwarna. 6. Steril, terbebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora). 7. Bebas pirogen, Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam
  • 8. Pirogen adalah Zat yang terbentuk dari hasil metabolisme mikroorganisme ( bangkai mikroorganisme ) berupa zat eksotoksin dari kompleks Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam kadar 0,001 – 0,01 gram per kg berat badan, dapat larut dalam air, tahan pemanasan, dapat menimbulkan demam jika disuntikkan. (reaksi demam setelah 15 menit sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil. Larutan injeksi yang pemakaiannya lebih dari 10 ml satu kali pakai, harus bebas pirogen.
  • 9. Melakukan pencampuran Obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas Obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan:  mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus;  melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai; dan  mengemas menjadi sediaan siap pakai
  • 10.  Produk bebas dari kontaminasi (partikel,mikroba)  Produk harus kompatibel  Produk terjamin stabilitasnya sampai saat digunakan  Terbebas dari kesalahan saat penyiapan dan penggunaannya  Total Harga memadai  Proses memenuhi standar minimal  Kualitas bisa dipertanggungjawabkan
  • 12.  Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai  Nutrisi diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui GI tract.
  • 13.  Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena,karena tidak memungkinkannya saluran cerna melakukan proses pencernaan.  Digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat,pancreatitis,inflammatory bowel syndrome,inflammatory bowel disease, ulcerative colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac disease,pembedahan dan cancer.  Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk katabolisme energy.
  • 14.  Keluarkan Cairan TPN dari dalam lemari es 30 menit sebelum prosedur. cairan yang dingin dapat menyebabkan nyeri, hypothermia,spasme vena dan konstriksi.  Bandingkan isi botol dengan resep dokter.  ingat 7 rights(right patient, dose, route, medicine, time, purpose , documentation)  Observasi larutan terhadap kejernihan, adanya partikel dan keburaman.larutan yang buram kemungkinan sudah terkontaminasi  Mulai pemberian TPN dengan pelan-pelan
  • 15. Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan Obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan sampai pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.
  • 16.  Sitostatika : Zat-zat yang dpt menghentikan pertumbuhan pesat sel-sel maligne  Cara kerja : Menghambat dan menghancurkan sel kanker  Bersifat cytotoxic baik terhadap sel kanker dan sel normal  Menurunkan fungsi granulosit dan gamma globulin shg menurunkan imunitas penderita terutama thdp penyakit infeksi.
  • 17.  Keamanan penanganan sitostatika  Keamanan transportasi sitostatika ke ruang perawatan  Pembuangan sitostatik bekas buangan pasien yg menerima sitostatika  Monitoring kesehatan petugas
  • 18.  Cegah kontak langsung atau keterpaparan petugas kesehatan thdp sitostatika  Terjamin sterilitas produk akhir sitostatika  Terjamin stabilitas produk akhir sitostatika setelah dicampur / dioplos  Terjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan Material yg dipakai yg telah terkontaminasi dgn sitostatika
  • 19. Penanganan dlm pengoplosan,peracikan obat dgn cara yg baik dan benar, & aseptis Perhitungan penyesuaian dosis sesuai Perlengkapan pelindung bagi petugas Monitoring kesehatan petugas yg menangani sitostatika Penanganan kecelakaan / tumpahan sitostatika. Pemilihan pelarut yg tepat , sesuai sifat obat/rute Rekonstitusi tepat dan aman Penanganan buangan sitostatika
  • 20. Sumber Paparan Saat Potensial Uap Obat Serbuk/ Partikel Percikan Makanan/ Rokok Di Ruang Kemoterapi Buka Sediaan Obat Ampul Pulverisasi Transfer Isi -Menarik Jarum Dr Vial -Keluarkan Udara Dr Spuid -Tusuk Jarum Ke Mulut Fles Penggantian: Iv Line, Slang Infus, Cairan Infus
  • 21. NAMA EFEK SEGERA EFEK LAMBAT Siklofosfamid Mual, muntah reaksi hipersensitifitas tipe I, rasa terbakar pada muka, penglihatan kabur Depresi sumsum tulang, kebotakan, sistisis hemoragik, sterilitas (sementara), fibrosis paru, hiponatremia, leukemia, kanker kandung kemih, sekresi ADH terganggu, teratogenis Doksorubisin Mual, muntah, urine kemerahan, nekrosis. Kerusakan jaringan setempat yang berat padaekstravasasi, diare,demam, perubahan EKG sementara, aritmia, Ventrikel, reaksi anafilaksis Depresi sumsum tulang kardiotoksisitas, kebotakan, stomatitis, anoreksia, konjungtivitis, pigmentasi akral
  • 22.  Area harus di ruangan terpisah (clean room),  Lantai dari vinyl atau epoxy, mudah dicuci  Steril atau Semi steril  Biological cabinet  Exhause fan  Laminer air flow dan hepa filter penyaring udara  Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan udara di luar ruangan  Ruang antara ganti baju – cuci tangan (wastafel).  Tempat sampah khusus  DILENGKAPI PASS BOX tempat keluar masuk obat.
  • 23. Jika tidak ada fasilitas LAF - BSC untuk pencampuran sediaan steril maka perlu diperhatikan :  Pilih ruang yang paling bersih, khusus pengerjaan sediaan steril  Seluruh pintu dan jendela harus selalu tertutup  Tidak ada bak cuci, rak atau papan tulis permanen  Lantai didesinfeksi setiap hari dengan menggunakan hypoclorite 100 ppm  Dinding mudah dibersihkan  Meja kerja harus jauh dari pintu
  • 24.
  • 25.  Baju kerja panjang berlengan panjang berkaret gaun lengan panjang bermanset  Masker  Topi  Kaca mata  Sarung tangan (rangkap dua)  Sepatu karet
  • 26. • Kelengkapan baju kerja dipakai dg urutan perlengkapan paling bawah dikenakan dulu. Urutan pakai : sepatu, baju, masker, kaca mata, tutup kepala, sarung tangan. Saat melepas dipakai urutan sebaliknya. • Sarung tangan bagian luar dilepas dalam kotak aseptis. • Baju dilepas, dilipat terbalik dg bagian luar didalam.
  • 27. • Lepaskan lipatan sarung tangan • Ambil sarung tangan kanan dg ibu jari & telunjuk tangan kiri pd bagian sebelah dalam. • Pasang sarung tangan kanan dg tangan kiri. • Kencangkan dg cara menarik pangkal sarung tangan sebelah dalam. • Lakukan hal yg sama utk sarung tangan kiri. • Lakukan hal yg sama untuk sarung tangan lapis kedua. • Masukkan masing-2 lengan baju kedalam pangkal sarung tangan. Semprotkan kedua belah telapak tangan dgn alkohol 70%.
  • 28.  Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)  Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer batch, tgl kadaluarsa),  Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak lengkap.  Menghitung kesesuaian dosis.  Memilih jenis pelarut yang sesuai.  Menghitung volume pelarut yang digunakan.  Membuat label obat
  • 29.  Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran.  Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis, ruang perawatan, jumlah paket.
  • 30.  Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).  Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi  Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF)  Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam LAF.  Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.  Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.  Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.  Melakukan pencampuran secara aseptis
  • 31.  Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang sudah berisi obat hasil pencampuran.  Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil untuk obat-obat yang harus terlindung dari cahaya.  Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah untuk pengiriman.  Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infus melalui pass box.  Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah pembuangan khusus
  • 32. Biological Safety Cabinet Didesain untuk memberikan proteksi kepada personel, sediaan, dan lingkungan. BSC menggunakan HEPA filter (high eficiency particulate air ) pada sistem suplai dan atau buangan udaranya Tekanan udara di dalam BSC harus lebih negatif daripada tekanan udara ruangan
  • 35. Monitoring Terhadap Petugas Petugas Ini Seharusnya Tidak Dilibatkan Dlm Penanganan Obat Kanker : Wanita Yg Merencanakan Hamil Wanita Hamil Wanita Menyusui Laki-laki Merencanakan Untuk Menikah Semua Petugas Harus Terhindar Dari penanganan Obat Kanker Min 1 Bulan
  • 36. Pemeriksaan Lab Rutin Petugas Semua Petugas Min 6 Bulan Sekali Harus Diperiksa : Darah Lengkap : Fungsi Hati ( Sgot, Sgpt ) Fungsi Ginjal Asam Folat & Vitamin B12. Jika Hasil Lab Abnormal Periksa Lebih Lanjut Sebelum Bekerja Kembali Selesai Tugas Dibag Ini Periksa Kembali Hasil Lab Nya.
  • 37. Pemilihan Pelarut Pertimbangan dalam pemilihan pelarut: • Kompatibel dengan sitostatika yang digunakan Sitostatika umumnya kompatibel dengan D5 dan NaCl isotonis. Pertimbangan penyakit penyerta pasien (hipertensi, diabetes mellitus) jadi penentu kapan dipakai D5 atau NaCl isotonis • Stabilitas sitostatika dalam larutan Terdapat perbedaan signifikan stabilitas sitostatika dengan pelarut D5 dan NaCl isotonis dalam waktu 12 jam setelah preparasi.
  • 38.  Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk-ngetuk bagian atas ampul.  Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %.  Lilitkan kassa sekitar ampul.  Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas ampul dengan arah menjauhi petugas.
  • 39.  Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan.  Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam ampul, tarik larutan dari ampul sesuai volume yang dikehendaki, tutup needle.  Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.  Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk penyuntikan.  Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.
  • 40. Buka penutup vial. Seka bagian karet vial dengan alkohol 70%. Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial. Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit kosong sesuai volume yang diinginkan. Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan- lahan memutar untuk melarutkan obat.
  • 41. Ganti needle dengan needle yang baru. Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam spuit tersebut.  Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.  Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk penyuntikan.  Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.
  • 42. Buka penutup vial. Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %. Ambil udara sesuai volume pengambilan Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial. Beri tekanan positif dengan cara memasukkan udara ke dalam vial sesuai volume yang diinginkan. Tarik larutan ke dalam spuit tersebut sesuai volume yang diinginkan
  • 43.  Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.  Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk penyuntikan..  Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.
  • 44.  Hanya dilakukan pada botol tutup karet  Lakukan desinfeksi pada tutup karet  Pastikan obat tercampur sempurna  Pemberian secara bolus dapat dilakukan melalui “Y injection site” pada infus set
  • 45. 1. Jika tumpah dan mengenai kulit : • Segera cuci dgn air mengalir ± 15 mnt. • Cuci kulit dgn air sabun dan bilas dgn air. 2. Jika mengenai mata : • Segera bilas dgn air / larutan isotonic (PZ). 3. Jika mengenai mukosa : • Segera cuci dgn air mengalir ± 15 mnt.
  • 46.  Tanggalkan sarung tangan.  Bilas kulit dengan air hangat.  Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.  Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan Chlorin 5 % dan bilas dengan air hangat.  Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %.  Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.  Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)  Laporkan ke supervisor.  Lengkapi format kecelakaan.
  • 47.  Minta pertolongan.  Tanggalkan sarung tangan.  Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama 5 menit.  Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl 0,9%.  Aliri mata dengan larutan pencuci mata.  Tanggalkan seluruh pakaian pelindung.  Catat jenis obat yang tumpah.  Laporkan ke supervisor.  Lengkapi format kecelakaan kerja.
  • 48.  Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi.  Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.  Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk.  Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat.  Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.  Tanggalkan semua APD.  Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.  Laporkan ke supervisor.  Lengkapi format kecelakaan kerja.  Segera konsultasikan ke dokter.
  • 49. 1. Ambil pecahan vial / ampul dgn alat penjepit (jgn langsung dgn tangan), buang pecahan di tempat khusus. 2. Jika tumpahan berupa serbuk, lap dgn kain satu arah (jgn berputar-putar agar serbuk tdk berterbangan). 3. Bersihkan bekas tumpahan dgn cara di pel dgn air sabun beberapa kali, bilas dgn air. 4. JIka obat sulit larut dlm air, lap dgn alkohol, kemudian dgn air sabun dan bilas dgn air.
  • 50. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD). Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk benda- benda tajam seperti spuit vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika. Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC. Cuci tangan
  • 51. NO NAMA OBAT KETERCAMPURAN LARUTAN IV KETERANGAN 1 Albumin NaCl 0.9% (lbh baik) ; kompatibel dengan a 5% dan 10% jika kandungan larutan 5%-25% gunakan NS atau D5W sebagai pelarut. Jangan gunakan jika larutan keruh. Jangan menggunakan SWFI 2 Amikacin Larutan Dextrosa, RL Inkompatibel dengan heparin masukkan > 1 jam sebelum Penicillin 3 Furosemide Kompatibel dng NaCl 0.9% Lebih disukai dgn RL Jangan dicampur dengan larutan asam
  • 52. No Golongan Nama obat Pelarut sesuai Konsentrasi dalam pelarut Stabilitas setelah pencampuran penyimpanan 1 Antibiotik : Sefalosporin generasi III Sefotaksim NS; D5W 1g/50ml 12-24 jam dalam suhu kamar dan 7-10 hari dalam lemari pendingin. Suhu kamar ; Lemari pendingin. Seftriakson NS; D5W 10-40mg/ml ; 100mg/ml stabil 2 hari dalam suhu kamar 25oC dan 10 hari dalam lemari pendingin 5oC; Suhu kamar ; Lemari pendingin. Seftizoksim NS; D5W 1g/50ml 24 jam pada suhu kamar; 96 jam pada lemari pendingin Suhu kamar ; Lemari pendingin. Seftazidim SWFI;NS 100mg/ml 12 jam dalam suhu ruangan; 3 hari dalam lemari pendingin Suhu kamar; Lemari pendingin. 2 Antibiotik: Kuinolon Levofloksasin Larutan original. 5mg/ml 72 jam dalam suhu ruangan; 14 hari dalama lemari pendingin Hindari cahaya langsung; dalam suhu kamar; dalam lemari pendingin
  • 53.  APhA, 2010, The Pharmacy Technician, 4th Edition  Depkes RI, 2009, Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril  Depkes RI, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika  Permenkes RI No 58 tahun 2014, Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit  Bpom, Petunjuk Praktis Penggunaan Obat, www.pionas.pom.go.id