Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker secara aseptis untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan menjaga keamanan personil, produk dan lingkungan, serta menghindari kontaminasi silang melalui prosedur yang ketat.
2. 1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Konseling
6. Visite Farmasi
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
10. Dispensing Sediaan Steril
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
3. Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk :
Tujuan:
menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan
dosis yang dibutuhkan;
menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
4. Obat dibuat steril karena berhubungan langsung dengan
darah /cairan tubuh dan jaringan tubuh dimana
pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap di saluran
cerna , misalnya hati yang dapat berfungsi untuk
detoksikasi.
Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi
sekunder. Sterilitas bersifat mutlak, tidak berlaku relatif
steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril
dan tidak steril.
Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik /
injeksi, tablet implant, tablet hipodermik dan sediaan
untuk mata seperti tetes mata / Guttae Ophth, cuci mata /
Collyrium dan salep mata / Oculenta.
5. 1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau
menimbulkan efek toksik.
2. Harus jernih, bebas dari partikel asing, serat dan benang.
Kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan. Alat-alat
penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga
tidak terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk
menyadari bahwa larutan yang jernih diperoleh dari wadah
dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak melepaskan
partikel.
3. Sedapat mungkin isohidris, artinya pH larutan injeksi sama
dengan pH darah dan cairan tubuh lain, yaitu pH 7,4. Hal ini
dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa
sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.
6. 4. Sedapat mungkin isotonis , tekanan osmosa sama dengan
tekanan osmosa darah dan cairan tubuh yang lain ( sebanding
dengan tekanan osmosa NaCl 0,9%).
- Bila hipotonis terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap
masuk ke dalam sel-sel tubuh yang akhirnya mengembang dan
dapat pecah.
- Bila hipertonis terhadap cairan tubuh, air dalam sel akan
ditarik keluar, yang mengakibatkan mengerutnya sel.
Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi
penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%.
Umumnya larutan yang hipertonis dapat ditolerir tubuh lebih
baik dibanding yang hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak
digunakan untuk membuat larutan isotonis adalah natrium
klorida dan glukosa.
7. 5. Tidak berwarna, Pada sediaan obat suntik tidak
diperbolehkan adanya penambahan zat warna dengan
maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut,
kecuali bila obatnya memang berwarna.
6. Steril, terbebas dari mikroorganisme hidup yang patogen
maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun
dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen, Hal ini harus diperhatikan terutama pada
pemberian injeksi dengan volume besar, yaitu lebih dari 10
ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang
mengandung pirogen dapat menimbulkan demam
8. Pirogen adalah Zat yang terbentuk dari hasil
metabolisme mikroorganisme ( bangkai
mikroorganisme ) berupa zat eksotoksin dari kompleks
Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang
mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam
kadar 0,001 – 0,01 gram per kg berat badan, dapat
larut dalam air, tahan pemanasan, dapat menimbulkan
demam jika disuntikkan. (reaksi demam setelah 15
menit sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil.
Larutan injeksi yang pemakaiannya lebih dari 10 ml
satu kali pakai, harus bebas pirogen.
9. Melakukan pencampuran Obat steril sesuai kebutuhan
pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas
Obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang
ditetapkan.
Kegiatan:
mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus;
melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk
dengan pelarut yang sesuai; dan
mengemas menjadi sediaan siap pakai
10. Produk bebas dari kontaminasi (partikel,mikroba)
Produk harus kompatibel
Produk terjamin stabilitasnya sampai saat digunakan
Terbebas dari kesalahan saat penyiapan dan
penggunaannya
Total Harga memadai
Proses memenuhi standar minimal
Kualitas bisa dipertanggungjawabkan
12. Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang
dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai
kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula
standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai
Nutrisi diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa
melalui GI tract.
13. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui
intravena,karena tidak memungkinkannya saluran
cerna melakukan proses pencernaan.
Digunakan pada pasien dengan luka bakar yang
berat,pancreatitis,inflammatory bowel
syndrome,inflammatory bowel disease, ulcerative
colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac
disease,pembedahan dan cancer.
Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh
tubuh untuk katabolisme energy.
14. Keluarkan Cairan TPN dari dalam lemari es 30
menit sebelum prosedur. cairan yang dingin
dapat menyebabkan nyeri, hypothermia,spasme
vena dan konstriksi.
Bandingkan isi botol dengan resep dokter. ingat
7 rights(right patient, dose, route, medicine, time,
purpose , documentation)
Observasi larutan terhadap kejernihan, adanya
partikel dan keburaman.larutan yang buram
kemungkinan sudah terkontaminasi
Mulai pemberian TPN dengan pelan-pelan
15. Penanganan sediaan sitostatik merupakan
penanganan Obat kanker secara aseptis dalam
kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh
tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian
keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun
sediaan sampai pembuangan limbahnya.
Secara operasional dalam mempersiapkan dan
melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan
dengan alat pelindung diri yang memadai.
16. Sitostatika : Zat-zat yang dpt menghentikan
pertumbuhan pesat sel-sel maligne
Cara kerja : Menghambat dan menghancurkan sel
kanker
Bersifat cytotoxic baik terhadap sel kanker dan sel
normal
Menurunkan fungsi granulosit dan gamma globulin
shg menurunkan imunitas penderita terutama thdp
penyakit infeksi.
17. Keamanan penanganan sitostatika
Keamanan transportasi sitostatika ke ruang perawatan
Pembuangan sitostatik bekas buangan pasien yg
menerima sitostatika
Monitoring kesehatan petugas
18. Cegah kontak langsung atau keterpaparan petugas
kesehatan thdp sitostatika
Terjamin sterilitas produk akhir sitostatika
Terjamin stabilitas produk akhir sitostatika
setelah dicampur / dioplos
Terjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan
Material yg dipakai yg telah terkontaminasi
dgn sitostatika
19. Penanganan dlm pengoplosan,peracikan obat dgn cara
yg baik dan benar, & aseptis
Perhitungan penyesuaian dosis sesuai
Perlengkapan pelindung bagi petugas
Monitoring kesehatan petugas yg menangani sitostatika
Penanganan kecelakaan / tumpahan sitostatika.
Pemilihan pelarut yg tepat , sesuai sifat obat/rute
Rekonstitusi tepat dan aman
Penanganan buangan sitostatika
20. Sumber Paparan Saat Potensial
Uap Obat
Serbuk/ Partikel
Percikan
Makanan/ Rokok Di Ruang
Kemoterapi
Buka Sediaan Obat Ampul
Pulverisasi
Transfer Isi
-Menarik Jarum Dr Vial
-Keluarkan Udara Dr Spuid
-Tusuk Jarum Ke Mulut Fles
Penggantian: Iv Line, Slang Infus,
Cairan Infus
21. NAMA EFEK SEGERA EFEK LAMBAT
Siklofosfamid Mual, muntah reaksi
hipersensitifitas tipe I, rasa
terbakar pada muka,
penglihatan kabur
Depresi sumsum tulang, kebotakan, sistisis hemoragik,
sterilitas (sementara), fibrosis paru, hiponatremia,
leukemia, kanker kandung kemih, sekresi
ADH terganggu, teratogenis
Doksorubisin Mual, muntah, urine kemerahan,
nekrosis. Kerusakan jaringan
setempat yang berat padaekstravasasi,
diare,demam, perubahan EKG
sementara, aritmia, Ventrikel, reaksi
anafilaksis
Depresi sumsum tulang kardiotoksisitas, kebotakan,
stomatitis, anoreksia, konjungtivitis, pigmentasi akral
22. Area harus di ruangan terpisah (clean room),
Lantai dari vinyl atau epoxy, mudah dicuci
Steril atau Semi steril
Biological cabinet
Exhause fan
Laminer air flow dan hepa filter penyaring udara
Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari
pada tekanan udara di luar ruangan
Ruang antara ganti baju – cuci tangan (wastafel).
Tempat sampah khusus
DILENGKAPI PASS BOX tempat keluar masuk obat.
23. Jika tidak ada fasilitas LAF - BSC untuk pencampuran
sediaan steril maka perlu diperhatikan :
Pilih ruang yang paling bersih, khusus pengerjaan
sediaan steril
Seluruh pintu dan jendela harus selalu tertutup
Tidak ada bak cuci, rak atau papan tulis permanen
Lantai didesinfeksi setiap hari dengan menggunakan
hypoclorite 100 ppm
Dinding mudah dibersihkan
Meja kerja harus jauh dari pintu
24.
25. Baju kerja panjang berlengan panjang berkaret gaun
lengan panjang bermanset
Masker
Topi
Kaca mata
Sarung tangan (rangkap dua)
Sepatu karet
26. • Kelengkapan baju kerja dipakai dg urutan
perlengkapan paling bawah dikenakan dulu. Urutan
pakai : sepatu, baju, masker, kaca mata, tutup kepala,
sarung tangan. Saat melepas dipakai urutan
sebaliknya.
• Sarung tangan bagian luar dilepas dalam kotak
aseptis.
• Baju dilepas, dilipat terbalik dg bagian luar didalam.
27. • Lepaskan lipatan sarung tangan
• Ambil sarung tangan kanan dg ibu jari & telunjuk
tangan kiri pd bagian sebelah dalam.
• Pasang sarung tangan kanan dg tangan kiri.
• Kencangkan dg cara menarik pangkal sarung tangan
sebelah dalam.
• Lakukan hal yg sama utk sarung tangan kiri.
• Lakukan hal yg sama untuk sarung tangan lapis
kedua.
• Masukkan masing-2 lengan baju kedalam pangkal
sarung tangan. Semprotkan kedua belah telapak
tangan dgn alkohol 70%.
28. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir)
permintaan dengan prinsip 5 BENAR (benar
pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima
(nama obat, jumlah, nomer batch, tgl kadaluarsa),
Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika
ada yang tidak jelas/tidak lengkap.
Menghitung kesesuaian dosis.
Memilih jenis pelarut yang sesuai.
Menghitung volume pelarut yang digunakan.
Membuat label obat
29. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien,
nomer rekam medis, ruang perawatan, dosis, cara
pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran.
Membuat label pengiriman terdiri dari : nama
pasien, nomer rekam medis, ruang perawatan,
jumlah paket.
30. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi
Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF)
Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap
cairan dalam LAF.
Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas
obat.
Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.
Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.
Melakukan pencampuran secara aseptis
31. Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang
sudah berisi obat hasil pencampuran.
Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil
untuk obat-obat yang harus terlindung dari cahaya.
Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah untuk
pengiriman.
Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infus
melalui pass box.
Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam
wadah pembuangan khusus
32. Biological Safety Cabinet
Didesain untuk memberikan proteksi kepada
personel, sediaan, dan lingkungan.
BSC menggunakan HEPA filter (high
eficiency particulate air ) pada sistem suplai
dan atau buangan udaranya
Tekanan udara di dalam BSC harus lebih
negatif daripada tekanan udara ruangan
35. Monitoring Terhadap
Petugas
Petugas Ini Seharusnya Tidak Dilibatkan Dlm Penanganan
Obat Kanker :
Wanita Yg Merencanakan Hamil
Wanita Hamil
Wanita Menyusui
Laki-laki Merencanakan Untuk Menikah
Semua Petugas Harus Terhindar Dari penanganan Obat
Kanker Min 1 Bulan
36. Pemeriksaan Lab Rutin
Petugas
Semua Petugas Min 6 Bulan Sekali Harus
Diperiksa :
Darah Lengkap :
Fungsi Hati ( Sgot, Sgpt )
Fungsi Ginjal
Asam Folat & Vitamin B12.
Jika Hasil Lab Abnormal Periksa Lebih
Lanjut Sebelum Bekerja Kembali
Selesai Tugas Dibag Ini Periksa Kembali
Hasil Lab Nya.
37. Pemilihan Pelarut
Pertimbangan dalam pemilihan pelarut:
• Kompatibel dengan sitostatika yang digunakan
Sitostatika umumnya kompatibel dengan D5 dan
NaCl isotonis.
Pertimbangan penyakit penyerta pasien (hipertensi,
diabetes mellitus) jadi penentu kapan dipakai D5
atau NaCl isotonis
• Stabilitas sitostatika dalam larutan
Terdapat perbedaan signifikan stabilitas sitostatika
dengan pelarut D5 dan NaCl isotonis dalam waktu
12 jam setelah preparasi.
38. Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan
mengetuk-ngetuk bagian atas ampul.
Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %.
Lilitkan kassa sekitar ampul.
Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas
ampul dengan arah menjauhi petugas.
39. Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam
kantong buangan.
Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke
dalam ampul, tarik larutan dari ampul sesuai volume yang
dikehendaki, tutup needle.
Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat
ke dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan
melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan
ukuran yang sesuai untuk penyuntikan.
Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah
terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.
40. Buka penutup vial.
Seka bagian karet vial dengan alkohol 70%.
Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial.
Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit
kosong sesuai volume yang diinginkan.
Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan-
lahan memutar untuk melarutkan obat.
41. Ganti needle dengan needle yang baru.
Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam
spuit tersebut.
Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat
ke dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan
melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan
ukuran yang sesuai untuk penyuntikan.
Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah
terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.
42. Buka penutup vial.
Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %.
Ambil udara sesuai volume pengambilan
Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial.
Beri tekanan positif dengan cara memasukkan udara ke dalam
vial sesuai volume yang diinginkan.
Tarik larutan ke dalam spuit tersebut sesuai volume yang
diinginkan
43. Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat
ke dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan
melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan
ukuran yang sesuai untuk penyuntikan..
Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah
terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.
44. Hanya dilakukan pada botol tutup karet
Lakukan desinfeksi pada tutup karet
Pastikan obat tercampur sempurna
Pemberian secara bolus dapat dilakukan melalui “Y
injection site” pada infus set
45. 1. Jika tumpah dan mengenai kulit :
• Segera cuci dgn air mengalir ± 15 mnt.
• Cuci kulit dgn air sabun dan bilas dgn air.
2. Jika mengenai mata :
• Segera bilas dgn air / larutan isotonic (PZ).
3. Jika mengenai mukosa :
• Segera cuci dgn air mengalir ± 15 mnt.
46. Tanggalkan sarung tangan.
Bilas kulit dengan air hangat.
Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi
dengan larutan Chlorin 5 % dan bilas dengan air hangat.
Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %.
Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.
Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
Laporkan ke supervisor.
Lengkapi format kecelakaan.
47. Minta pertolongan.
Tanggalkan sarung tangan.
Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air
hangat selama 5 menit.
Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka
dengan larutan NaCl 0,9%.
Aliri mata dengan larutan pencuci mata.
Tanggalkan seluruh pakaian pelindung.
Catat jenis obat yang tumpah.
Laporkan ke supervisor.
Lengkapi format kecelakaan kerja.
48. Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger
untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi.
Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.
Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk
mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk.
Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk
dengan air hangat.
Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.
Tanggalkan semua APD.
Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.
Laporkan ke supervisor.
Lengkapi format kecelakaan kerja.
Segera konsultasikan ke dokter.
49. 1. Ambil pecahan vial / ampul dgn alat penjepit (jgn
langsung dgn tangan), buang pecahan di tempat
khusus.
2. Jika tumpahan berupa serbuk, lap dgn kain satu arah
(jgn berputar-putar agar serbuk tdk berterbangan).
3. Bersihkan bekas tumpahan dgn cara di pel dgn air
sabun beberapa kali, bilas dgn air.
4. JIka obat sulit larut dlm air, lap dgn alkohol,
kemudian dgn air sabun dan bilas dgn air.
50. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk
benda- benda tajam seperti spuit vial, ampul, tempatkan di
dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah
lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar
internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika.
Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.
Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.
Cuci tangan
51. NO NAMA OBAT KETERCAMPURAN LARUTAN IV KETERANGAN
1 Albumin NaCl 0.9% (lbh baik) ; kompatibel
dengan a 5% dan 10% jika kandungan
larutan 5%-25% gunakan NS atau D5W
sebagai pelarut.
Jangan gunakan jika
larutan keruh. Jangan
menggunakan SWFI
2 Amikacin Larutan Dextrosa, RL Inkompatibel
dengan heparin
masukkan > 1 jam
sebelum Penicillin
3 Furosemide Kompatibel dng NaCl 0.9% Lebih disukai
dgn RL
Jangan dicampur
dengan larutan asam
52. No Golongan Nama obat Pelarut sesuai Konsentrasi dalam
pelarut
Stabilitas setelah
pencampuran
penyimpanan
1 Antibiotik :
Sefalosporin generasi
III
Sefotaksim NS; D5W 1g/50ml 12-24 jam dalam suhu
kamar dan 7-10 hari
dalam lemari pendingin.
Suhu kamar ;
Lemari pendingin.
Seftriakson NS; D5W 10-40mg/ml ; 100mg/ml stabil 2 hari dalam
suhu kamar 25oC dan
10 hari dalam lemari
pendingin 5oC;
Suhu kamar ;
Lemari pendingin.
Seftizoksim NS; D5W 1g/50ml 24 jam pada suhu
kamar; 96 jam pada
lemari pendingin
Suhu kamar ;
Lemari pendingin.
Seftazidim SWFI;NS 100mg/ml 12 jam dalam suhu
ruangan; 3 hari dalam
lemari pendingin
Suhu kamar;
Lemari pendingin.
2 Antibiotik: Kuinolon Levofloksasin Larutan original. 5mg/ml 72 jam dalam suhu
ruangan; 14 hari
dalama lemari pendingin
Hindari cahaya
langsung;
dalam suhu
kamar; dalam
lemari
pendingin
53. APhA, 2010, The Pharmacy Technician, 4th Edition
Depkes RI, 2009, Pedoman Dasar Dispensing Sediaan
Steril
Depkes RI, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik
dan Penanganan Sediaan Sitostatika
Permenkes RI No 58 tahun 2014, Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
Bpom, Petunjuk Praktis Penggunaan Obat,
www.pionas.pom.go.id