Praktikum ini meliputi standarisasi larutan Na-EDTA dan penentuan kesadahan total air dengan titrasi kompleksometri menggunakan EDTA sebagai titran. EDTA akan membentuk kompleks dengan ion logam Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel, mengubah warna dari merah ke biru pada titik akhir titrasi menggunakan indikator Eriochrome Black T. Hasil titrasi digunakan untuk menghitung kadar Ca2+ dan Mg2+ sebagai
1. Dokumen tersebut memberikan informasi tentang penyelidikan beberapa jenis anion, termasuk klorida, bromida, yodida, ferrosianida, ferrisianida, rodanida, dan nitrit. Reaksi kimia yang terjadi ketika anion-anion tersebut direaksikan dengan asam sulfat dan beberapa zat kimia lain dijelaskan.
Eksperimen ini bertujuan untuk membuat larutan standar NaOH 0,1 M dan menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan dengan titrasi asidimetri menggunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi dengan asam oksalat. Mahasiswa melakukan titrasi larutan asam oksalat dengan NaOH untuk mendapatkan molaritas NaOH sebesar 0,099 M. Kemudian larutan cuka dititrasi dengan NaOH untuk menent
Titrasi permanganometri digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan sampel dengan mengoksidasi zat tersebut menggunakan larutan kalium permanganat. Prinsipnya adalah reaksi redoks antara ion permanganat dengan bahan baku tertentu dalam suasana asam. Titrasi dilakukan dengan menambahkan larutan KMnO4 secara bertahap hingga terjadi perubahan warna, menunjukkan titik akhir reaksi.
Titrasi iodometri digunakan untuk menentukan kadar asam askorbat (vitamin C) dalam sampel. Larutan standar Na2S2O3 distandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan KIO3 sebelum digunakan untuk menitrasi sampel vitamin C. Hasil analisis menunjukkan kadar asam askorbat dalam sampel tablet vitamin C adalah 61,6%.
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanFransiska Puteri
1. Analisis tiga sampel menunjukkan kadar magnesium dan kalsium dalam batu fosfat dan sampel lainnya. Kadar magnesium dan kalsium dihitung dari berat endapan yang dihasilkan.
2. Analisis dua sampel menunjukkan kadar zink sulfida dan belerang dalam sampel, serta kadar kalsium dalam sampel lain. Kadar zink dan belerang dihitung dari berat endapan, sedangkan kadar kalsium dihitung dari perbedaan berat kert
1. Dokumen tersebut memberikan informasi tentang penyelidikan beberapa jenis anion, termasuk klorida, bromida, yodida, ferrosianida, ferrisianida, rodanida, dan nitrit. Reaksi kimia yang terjadi ketika anion-anion tersebut direaksikan dengan asam sulfat dan beberapa zat kimia lain dijelaskan.
Eksperimen ini bertujuan untuk membuat larutan standar NaOH 0,1 M dan menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan dengan titrasi asidimetri menggunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi dengan asam oksalat. Mahasiswa melakukan titrasi larutan asam oksalat dengan NaOH untuk mendapatkan molaritas NaOH sebesar 0,099 M. Kemudian larutan cuka dititrasi dengan NaOH untuk menent
Titrasi permanganometri digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan sampel dengan mengoksidasi zat tersebut menggunakan larutan kalium permanganat. Prinsipnya adalah reaksi redoks antara ion permanganat dengan bahan baku tertentu dalam suasana asam. Titrasi dilakukan dengan menambahkan larutan KMnO4 secara bertahap hingga terjadi perubahan warna, menunjukkan titik akhir reaksi.
Titrasi iodometri digunakan untuk menentukan kadar asam askorbat (vitamin C) dalam sampel. Larutan standar Na2S2O3 distandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan KIO3 sebelum digunakan untuk menitrasi sampel vitamin C. Hasil analisis menunjukkan kadar asam askorbat dalam sampel tablet vitamin C adalah 61,6%.
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanFransiska Puteri
1. Analisis tiga sampel menunjukkan kadar magnesium dan kalsium dalam batu fosfat dan sampel lainnya. Kadar magnesium dan kalsium dihitung dari berat endapan yang dihasilkan.
2. Analisis dua sampel menunjukkan kadar zink sulfida dan belerang dalam sampel, serta kadar kalsium dalam sampel lain. Kadar zink dan belerang dihitung dari berat endapan, sedangkan kadar kalsium dihitung dari perbedaan berat kert
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur pemisahan dan identifikasi kation golongan I (Ag+, Hg2+, Pb2+) dari campuran. Kation-kation tersebut diendapkan terlebih dahulu menggunakan asam klorida encer menjadi garam-garamnya. PbCl2 kemudian dipisahkan dengan air panas, sedangkan AgCl dan Hg2Cl2 dipisahkan dengan penambahan amonia menjadi kompleks senyawa. Berdasarkan hasil uji dengan
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi kation melalui analisis kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeteksi unsur kimia dalam larutan tidak diketahui dengan mereaksikan larutan tersebut dengan beberapa pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kation-kation diklasifikasikan ke dalam 5 golongan berdasarkan sifat kimianya terhadap pereaksi tertentu seperti asam klorida dan hidrogen sulfida. Golongan I
Dokumen tersebut merangkum tentang iodimetri, yang merupakan metode titrasi secara langsung dengan menggunakan titran iodium (I2). Iodimetri termasuk dalam reaksi redoks dan oksidimetri. Zat yang dapat dititrasi secara langsung dengan iodium antara lain tio, arsenat, antimon sulfida, dan sulfit. Dokumen tersebut juga membahas proses pembuatan larutan iodium standar dan proses standarisasi larutan iodium den
Analisis gravimetri melibatkan pemisahan komponen yang akan ditentukan dari sampel, pengendapannya, dan penimbangan endapan untuk menghitung kadar komponen tersebut berdasarkan beratnya. Metode ini memerlukan endapan yang mudah terbentuk dan disaring serta stabil.
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatzakirafi
Laporan ini merangkum hasil praktikum identifikasi senyawa golongan alkohol, fenol, dan asam karboksilat. Praktikum ini bertujuan untuk mengenali gugus fungsional dari senyawa-senyawa tersebut melalui reaksi kimia khas. Beberapa senyawa diuji meliputi etanol, gliserin, mentol, fenol, dan asam tartrat. Hasil pengujian menunjukkan adanya reaksi esterifikasi pada alkohol dan pembentukan kompleks
Penetuan kadar na2 co3 dalam soda abu asidimetriUNIMUS
Dokumen ini menjelaskan metode penetapan kadar soda abu (Na2CO3) dengan titrasi asidimetri menggunakan larutan HCl yang telah distandarisasi. Langkah-langkahnya meliputi penimbangan sampel, standarisasi HCl, dan titrasi sampel dengan HCl. Hasilnya adalah normalitas HCl rata-rata 0,0902 N dan kadar Na2CO3 rata-rata 41,33213%.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan jumlah mol air kristal dalam BaCl2.XH2O dan kadar sulfat dalam sampel BaSO4 menggunakan metode gravimetri. Mol air kristal diperoleh sebesar 2 mol dan kadar sulfat diperoleh sebesar 43,21%.
Dokumen tersebut membahas tentang titrasi pengendapan khususnya argentometri untuk menentukan kadar ion klorida. Metode ini melibatkan pengendapan perak klorida dengan larutan perak nitrat sebagai titran hingga titik ekivalen. Dokumen juga membahas prinsip, faktor yang mempengaruhi hasil, dan contoh perhitungan untuk menentukan kadar klorida dalam suatu sampel.
1. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar besi dalam FeSO4.7H2O dan kadar tembaga dalam CuSO4.5H2O menggunakan analisis volumetri titrasi redoks.
2. Metode yang digunakan adalah titrasi permanganometri untuk menentukan kadar besi dan titrasi iodometri untuk menentukan kadar tembaga.
3. Hasilnya menunjukkan kadar besi 18,59% dan kadar tembaga
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur pemisahan dan identifikasi kation golongan I (Ag+, Hg2+, Pb2+) dari campuran. Kation-kation tersebut diendapkan terlebih dahulu menggunakan asam klorida encer menjadi garam-garamnya. PbCl2 kemudian dipisahkan dengan air panas, sedangkan AgCl dan Hg2Cl2 dipisahkan dengan penambahan amonia menjadi kompleks senyawa. Berdasarkan hasil uji dengan
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi kation melalui analisis kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeteksi unsur kimia dalam larutan tidak diketahui dengan mereaksikan larutan tersebut dengan beberapa pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kation-kation diklasifikasikan ke dalam 5 golongan berdasarkan sifat kimianya terhadap pereaksi tertentu seperti asam klorida dan hidrogen sulfida. Golongan I
Dokumen tersebut merangkum tentang iodimetri, yang merupakan metode titrasi secara langsung dengan menggunakan titran iodium (I2). Iodimetri termasuk dalam reaksi redoks dan oksidimetri. Zat yang dapat dititrasi secara langsung dengan iodium antara lain tio, arsenat, antimon sulfida, dan sulfit. Dokumen tersebut juga membahas proses pembuatan larutan iodium standar dan proses standarisasi larutan iodium den
Analisis gravimetri melibatkan pemisahan komponen yang akan ditentukan dari sampel, pengendapannya, dan penimbangan endapan untuk menghitung kadar komponen tersebut berdasarkan beratnya. Metode ini memerlukan endapan yang mudah terbentuk dan disaring serta stabil.
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatzakirafi
Laporan ini merangkum hasil praktikum identifikasi senyawa golongan alkohol, fenol, dan asam karboksilat. Praktikum ini bertujuan untuk mengenali gugus fungsional dari senyawa-senyawa tersebut melalui reaksi kimia khas. Beberapa senyawa diuji meliputi etanol, gliserin, mentol, fenol, dan asam tartrat. Hasil pengujian menunjukkan adanya reaksi esterifikasi pada alkohol dan pembentukan kompleks
Penetuan kadar na2 co3 dalam soda abu asidimetriUNIMUS
Dokumen ini menjelaskan metode penetapan kadar soda abu (Na2CO3) dengan titrasi asidimetri menggunakan larutan HCl yang telah distandarisasi. Langkah-langkahnya meliputi penimbangan sampel, standarisasi HCl, dan titrasi sampel dengan HCl. Hasilnya adalah normalitas HCl rata-rata 0,0902 N dan kadar Na2CO3 rata-rata 41,33213%.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan jumlah mol air kristal dalam BaCl2.XH2O dan kadar sulfat dalam sampel BaSO4 menggunakan metode gravimetri. Mol air kristal diperoleh sebesar 2 mol dan kadar sulfat diperoleh sebesar 43,21%.
Dokumen tersebut membahas tentang titrasi pengendapan khususnya argentometri untuk menentukan kadar ion klorida. Metode ini melibatkan pengendapan perak klorida dengan larutan perak nitrat sebagai titran hingga titik ekivalen. Dokumen juga membahas prinsip, faktor yang mempengaruhi hasil, dan contoh perhitungan untuk menentukan kadar klorida dalam suatu sampel.
1. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar besi dalam FeSO4.7H2O dan kadar tembaga dalam CuSO4.5H2O menggunakan analisis volumetri titrasi redoks.
2. Metode yang digunakan adalah titrasi permanganometri untuk menentukan kadar besi dan titrasi iodometri untuk menentukan kadar tembaga.
3. Hasilnya menunjukkan kadar besi 18,59% dan kadar tembaga
1) Makalah ini membahas tentang titrasi asidimetri dan penggunaan berbagai indikator pH dalam titrasi asam-basa.
2) Berbagai peralatan titrasi seperti buret dan erlenmeyer digunakan untuk mengukur sejumlah titran yang ditambahkan.
3) Indikator pH berubah warna pada rentang pH tertentu dan memungkinkan penentuan titik ekivalen dalam titrasi.
Stabilitas suatu senyawa kompleks dipengaruhi oleh atom pusat, ligan, dan harga konstanta stabilitas (βn). Semakin besar nilai βn, semakin stabil kompleks tersebut."
Ion kompleks terbentuk dari kation logam yang dikelilingi ligan. Ion kompleks memiliki muatan dan rumus kimia tertentu yang tergantung jumlah dan jenis ligan yang mengelilingi kation logam. Ligan dapat bermuatan netral atau bermuatan negatif dan terikat dengan kation melalui ikatan kovalen koordinasi. Bilangan koordinasi menunjukkan jumlah ligan yang terikat pada kation logam.
Laporan praktikum biologi sel dan molekuler buffer ajengajeng narulita
Larutan penyangga (buffer) dibuat dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau sebaliknya. Laporan ini menjelaskan pembuatan buffer Na-fosfat 0,2 M dengan pH 6,5-7,5, serta dasar teori dan macam-macam buffer seperti buffer fosfat, buffer cacodylat, buffer tris, dan buffer asetat beserta cara pembuatannya.
Acara I Pembuatan Larutan dan StandarisasinyaNaila Zulfa
Praktikum kimia anorganik melibatkan standarisasi larutan asam klorida dan natrium hidroksida, serta penentuan kadar natrium karbonat menggunakan titrasi asam-basa. Mahasiswa berhasil menstandarisasi larutan HCl dan NaOH, serta menentukan kadar Na2CO3 dengan HCl melalui serangkaian eksperimen titrasi.
Dokumen tersebut menjelaskan 10 unsur penting untuk meraih kebahagiaan tanpa syarat, yaitu dengan memfokuskan pikiran pada rasa bahagia internal, bersyukur atas apa yang dimiliki, dan menerima kondisi saat ini tanpa mengingkari realita.
Teks ini menceritakan tentang pertemuan penulis dengan dua anak kecil yang menjajakan tissue di atas jembatan. Meskipun berpenampilan kumal, kedua anak tersebut memiliki sikap yang sopan dan mulia dalam berinteraksi dengan pembeli. Mereka juga memperlihatkan kepedulian terhadap orang lain dengan berusaha mengembalikan uang kembalian secara benar. Pengalaman tersebut membuat penulis terkesan dengan kekuatan ke
Dokumen tersebut merangkum ciri-ciri kelima kelas hewan echinodermata yaitu asteroidea (bintang laut), crinoidea (lili laut), echinoidea (teripang), ophiuroidea (bintang laut berlengan), dan holothuroidea (tripang). Masing-masing kelas memiliki ciri khas seperti bentuk tubuh, sistem ambulakral, dan cara reproduksi. Dokumen ini sangat berguna untuk mempelajari karakteristik kelas-kelas hewan dalam filum e
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetriHesti Radean
Proposal ini menjelaskan rencana untuk menganalisis kadar kesadahan total dan kadar besi dalam sampel air sumur di Ngastihartjo, Kasih, Bantul menggunakan metode volumetri dan gravimetri."
Laporan ini membahas tentang ekstraksi logam nikel dari campuran dengan menggunakan teknik ekstraksi pelarut. Tujuannya adalah memisahkan Ni dan menentukan kadarnya. Ni diekstraksi ke dalam khloroform dengan membentuk kompleks Ni(DMG)2 yang stabil dan tidak bermuatan. Kadar Ni ditentukan dengan spektrofotometri berdasarkan hukum Beer-Lambert. Hasilnya menunjukkan konsentrasi Ni dalam tiga sampel air
Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)Ahmad Dzikrullah
Laporan praktikum kimia dasar II ini membahas reaksi asam basa pada asam poliprotik. Percobaan dilakukan untuk mengenal ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan serta menentukan kadarnya. Metode yang digunakan adalah titrasi asidimetri dengan indikator fenolftalein dan metil orange.
1. Analisis logam pada mineral dengan AAS menghadapi interferensi dari logam lain. Penelitian ini mempelajari pengaruh kobalt, besi, dan mangan terhadap absorbansi nikel, serta pengaruh EDTA untuk menghilangkan interferensi.
2. Hasil menunjukkan kobalt 2,5-12,5 ppm, mangan 5-25 ppm, dan besi 10-50 ppm menimbulkan interferensi pada penentuan nikel 10 ppm. Interferensi dihilangkan dengan
Dokumen tersebut membahas tentang analisis titrimetri yang meliputi definisi, perbedaan antara titik ekivalen dan titik akhir, reaksi yang terjadi, syarat standar primer, sistem konsentrasi, dan perhitungan penentuan zat baik secara langsung maupun tidak langsung. Juga dibahas tentang berbagai metode titrasi seperti asam-basa, redoks, pengendapan, dan pembentukan kompleks serta contoh soal perhitungan.
Dokumen ini membahas tentang titrasi kompleksometri dengan EDTA untuk menentukan kadar logam kalsium, nikel, aluminium, sulfat dan fosfat. Terdapat beberapa metode titrasi kompleksometri yang dijelaskan yaitu titrasi langsung, titrasi kembali, dan titrasi tidak langsung. EDTA digunakan sebagai titran untuk membentuk kompleks dengan logam yang akan ditentukan kadarnya.
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kesadahan air dengan menggunakan NaEDTA sebagai titran. Sampel air dititrasi hingga berubah warna menjadi biru langit menggunakan indikator EBT. Rata-rata kesadahan air sampel adalah 121,67 ppm yang termasuk kategori tinggi.
Laporan praktikum ini membahas tentang pengujian kesadahan air dengan metode titrasi kompleksometri. Metode ini melibatkan pembentukan kompleks antara ion logam Ca2+ dan Mg2+ dengan EDTA sebagai titran. Titik akhir ditandai perubahan warna dari merah anggur menjadi biru. Hasil pengukuran kesadahan air dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesadahan air, yaitu air lunak, sedang, keras, atau sangat
Laporan awal praktikum kimia farmasi kuantitatif tentang metode titrasi kompleksometri merkuri klorida menjelaskan tujuan dan tinjauan pustaka tentang kompleksometri sebagai metode penetapan kadar logam yang didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks antara logam dan EDTA sebagai titran. Metode ini dilakukan untuk menentukan keasidan air.
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kadar logam dan ligannya melalui reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan liganda seperti EDTA. Titik akhir ditentukan dengan indikator logam yang membentuk warna berbeda untuk kompleks logam dan kompleks EDTA.
Laporan praktikum menganalisis kesadahan air dengan metode titrasi kompleksometri menggunakan NaEDTA sebagai titran. Tujuannya adalah menentukan kesadahan sampel air. Standarisasi larutan NaEDTA dilakukan dengan larutan standar Ca2+ sebanyak tiga kali ulangan. Analisis sampel air memberikan hasil rata-rata kesadahan sebesar 121,67 ppm yang termasuk kategori tinggi.
Ekosistem sungai dicirikan oleh interaksi antara komponen biotik dan abiotik. Praktikum mempelajari parameter fisika, kimia, dan biologi di Sungai Tambakbayan, termasuk suhu, kecepatan aliran, DO, CO2, pH, dan keanekaragaman plankton. Hasil menunjukkan variasi parameter di 4 stasiun dan kualitas air berkisar baik-sedang.
Ekosistem sungai merupakan perairan yang mengalir di daratan yang memiliki organisme hidup. Parameter kualitas air seperti suhu, arus, oksigen terlarut, karbon dioksida, dan alkalinitas berbeda di setiap stasiun sepanjang sungai karena pengaruh aliran air dan bahan yang dibawanya. Praktikum mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktor yang mempengaruhinya serta mengukur parameter fisika, kimia, dan biologi.
Laporan mengenai pengamatan parameter ekosistem danau di 4 stasiun menunjukkan adanya variasi suhu udara, suhu air, kecerahan, total suspended solid (TSS), dissolved oxygen (DO), karbon dioksida bebas, alkalinitas, pH, biochemical oxygen demand (BOD), densitas dan diversitas plankton di setiap stasiun.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Estimasi populasi gastropoda dan makrobentos di Sungai Tambakbayan menggunakan metode tanpa plot. Terdapat korelasi antara parameter lingkungan seperti kadar O2, CO2, dan nutrien dengan kerapatan populasi gastropoda dan keanekaragaman makrobentos. Kualitas air Sungai Tambakbayan tergolong baik berdasarkan hasil estimasi.
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungaiPT. SASA
Laporan ini mendeskripsikan hasil pengukuran parameter fisikokimia di beberapa titik di Sungai Serayu untuk melihat pola perubahannya secara longitudinal. Parameter yang diukur antara lain oksigen terlarut, kecepatan arus, pH, temperatur, dan substrat dasar. Hasilnya akan membantu memahami kondisi ekosistem sungai dan digunakan sebagai alat pemantauan kualitas perairan."
Praktikum ekosistem sungai dilakukan di Sungai Gajah Wong yang dibagi menjadi tiga stasiun. Parameter fisika, kimia, dan biologi diukur untuk menentukan kualitas air. Hasilnya menunjukkan stasiun satu dan tiga memiliki kualitas air rendah berdasarkan indeks keanekaragaman biota, sedangkan stasiun dua memiliki kualitas air baik dengan indeks keanekaragaman makrobentos dan plankton tinggi.
Penelitian menganalisis keanekaragaman dan kelimpahan makrozoobentos di Sungai Naborsahan, Sumatera Utara. Lima filum ditemukan terbagi menjadi 26 genera. Stasiun pertama memiliki indeks keanekaragaman tertinggi sedangkan stasiun ketiga memiliki kelimpahan individu tertinggi dengan genus Tryonia paling banyak. Parameter fisika dan kimia masih memenuhi syarat kehidupan makrozoobentos.
kualitas perairan sungai kapuas kota sintangPT. SASA
Teks ini membahas hasil penelitian kualitas perairan Sungai Kapuas di Kota Sintang berdasarkan keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian menemukan tiga filum makrozoobentos yaitu Annelida, Arthropoda dan Molusca. Kepadatan total makrozoobentos tertinggi didominasi oleh genus Limnodrilus. Indeks keanekaragaman makrozoobentos tergolong rendah. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan b
keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawanPT. SASA
Teks ini membahas tentang keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai Belawan. Penelitian menunjukkan adanya 15 genus makrozoobentos yang dikelompokkan ke dalam 2 filum, 4 kelas, 7 ordo dan 12 famili. Indeks kepadatan tertinggi ditunjukkan oleh Littorina sebesar 42,672 ind./m2 yang ditemukan di stasiun II. Faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, kadar oksigen terlarut, kandungan organ
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
titrasi asidimetri
1. A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuan : - Standarisasi larutan Na- EDTA dengan CaCl2.
- Menentukan kesadahan total dalam sampel air.
Hari, tanggal : Jum’at 3 Desember 2010.
Tempat : Laboratorium Kimia lantai III Fakultas MIPA Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks
atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat
saling mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau
yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak. Tidak hanya dalam titrasi,
karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi contoh reaksi titrasi kompleksometri ( Khopkar, 2002: 131).
Ag
+
+ 2CN
-
-------> Ag(CN)2
Hg
2+
+ 2Cl ----------> HgCl2
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi kompleks
biasa seperti diatas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti
yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat disebut ligan , dan dalam
larutan air reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan (Khopkar, 2002: 129).
M (H2O) n+l = M (H2O) (n-1)L + H2O
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis
asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi
dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksilnya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul misalnya 1,2-
diaminoetanatetraasetat ( asametilenadiaminatetraasetat; EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen
penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul ( Rival, 1995: 79).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda
tercapainya titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada
pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik
2. akhir. Bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus) atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks indikator
logam itu harus memiliki kestablan yang cukup kalau tidak karena disosiasi tak akan diperoleh
perubahan warna yang tajam. Namun kompleks indikator logam itu harus kurang stabil dibandingkan
kompleks logam EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir , EDTA memindahkan ion-ion logam dari
kompleks indikator logam kekompleks logam EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna
antara indikator bebas dan kompleks indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati.
Indikator harus sangat peka terhadap ion logam ( yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna
terjadi sedikt mungkin dengan titik ekuivalen terakhir. Penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan
titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi 12
Mg(OH)2 akan mengendap sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca
2+
dengan indikator
murexide ( Basset, 1994: 158).
Zat-zat lain dari titran kilon yang memungkinkan ada dalam larutan ion logam membentuk kompleks
dengan logamnya dan dengan demikian bersaing dengan reaksi titrasi yang diinginkan. Sebenarnya
pembentukan kompleks demikian kadang-kadang dengan pertimbangan digunakan untuk mengatasi
interferensi, yang dalam hal ini efek pengomplekan disebut penutupan (“masking”). Misalnya nikel
membentuk ion kompleks sangat stabil dengan sianida ( Ni(CN)4
2-
, sedang timba tidak. Jadi dengan
adanya sianida, timbal dapat dititrasi dengan EDTA tanpa interferensi dari nikel, meskipun
kenyataanya bahwa tetapan stabilitas untuk Ni Y
2-
dan Pb Y
2-+
hampir sama ( Underwood, 1981: 203 ).
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu dalam air, umumnya ion calsium (Ca) dan
Magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiiki
kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain
ion calsium dan magnesium, penyebab kesaahan juga bisa merupakan ion logam maupun
garamgaram bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air
adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa banyak. Pada air sadah,
sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih
kompleks adalah melalui titrasi ( Har jadi, 2006:171).
EBT adalah karsinogik azo-komponen. EBT sering digunakan untuk determinasi kalsium, magnesium,
mangan, zinc, zinoonium, nikel, tembaga, thulium dan kobalt. Pada survey keperpustakaan telah
menunjukkan bahwa keektensifan polagraphic, spectroscopic, dan colometric dari berbagai logam
dengan EBT telah diketahui. Review mengenai susunan dan elektrokimia dari kompleks Ni (II)-EBT
belum dipelajari secara sistematik. Belum ada yang mendeskripsikan kestabilan konstan dan
dekomposisi dari kompleks Ni (II)-EBT ( Cakir, 1991).
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan standarisasi larutan Na-EDT dan penentuan kesadahan
total air . Pada standarisasi larutan Na-EDTA, Na-EDTA ditambah dengan MgCl2. 6H2O dan
3. diencerkan. Penambahan Mg
2+
pada MgCl2. 6H2O bertujuan untuk menangani suatu kemungkinan
apabila sampel tidak mengandung Mg, maka hasil yang menjadi MgEDTA perlu ditambahkan agar
nantinya indikator Eriochrome Black T menghasilkan titik akhir yang lebih tajam dan juga Mg dapat
memberikan warna merah kebiru yang berasal dari pengikatan Mg oleh EDTA pada larutan. Pada
CaCO3 murni kering ditambahkan aquades-HCl 1:1 hingga jernih. Pada penambahan aquades-HCl
1:1 , dengan penambahan HCl saja akan terjadi penguraian gas yang disebabkan oleh CO2 yang
terlepas keudara sehingga produk dari reaksinya ketika diencerkan menghasilkan CaCl2 (l) yang
ditambahkan dengan buffer ammonium hidroksida-ammonium khlorida dengan pH 10, penambahan
buffer untuk menjaga kondisi pH agar tetap konstan dan ditambahkan indikator Eriochrome Black T
yang nanti dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator
dan ion logam harus lebih lemah daripada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam.
Indikator logam adalah suatu indikator terdiri dari suatuu zat yang umumnya senyawa organik yang
dengan satu atau beberapa ion logam dapat membentuk senyawa kompleks yang warnanya
berlainan dengan warna indikatornya dalam keadaan bebas. Warna indikator pada sampai batas
tertentu bergantung pada suatu logam. Oleh karena itu indikator logam disebut “pM- slustive
indikator” atau metalochrome- indikator (Rival, 1998). Pada dasarnya indikator methalochromik
merupakan senyawa organik yang berwarna yang membentuk khelat dengan ion logam. Khelatnya
harus mempunyai warna lain dari warna indikator bebasnya dan jika suatu kosong indikator harus
dihindari dan titik akhir tajam diperoleh maka indikator harus melepaskan ion logamnya kepada titran
EDTA. Pada titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai
pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan
pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut methalokromat. Indikator jenis ini salah satunya
adalah Eriochrome Black T yang mengandung gugus fungsi azo dan molekulnya bisa diwakili dengan
H3In, namun kelemahan indikator ini tidak stabil dalam larutan (Khopkar, 2002). Lalu larutan
CaCl2 dititrasi dengan Na-EDTA agar larutan lebih stabil karena pada Na-EDTA kurang stabil denagn
indikator dimana kestabilan Ca-EDTA lebih besar dibandingkan kestabilan Na-EDTA . CaCl2 juga
berfungsi untuk memperjelas pengamatan karena sifat Na-EDTA yang kurang stabil maka ini akan
menyebabkan perubahan warna ( titik akhir titrasi) akan cepat terjadi sehingga kita tidak bisa
mengamati dengan jelas perubahan warna yang terjadi. Ketika kestabilan larutan dan kondisi pH
larutan yang sudah konstan maka dapat dilakukan titrasi dengan NaEDTA. Titrasi terjadi dari merah
anggur- biru.Akan tetapi pada saat praktikum kami tidak menemukan titik akhir dari larutan
CaCl2 yang dititrasi dengan NaEDTA,Kemungkinan hal ini dikarenakan kurang ketelitian praktikan
dalam mengukur kuantutas larutan buffer dan indikator yang digunakan.Oleh sebab itu kami
menggunakan data kelompok sebelumnya untuk dapat menentukan normalitas ( N ) EDTA.
Pada penentuan kesadahan total air. Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu
dalam air, umumnya ion Ca ( calsium) dan Mg ( magnesium) dalam bentuk garam karbonat. Lalu
ditambah buffer dan indikator EBT . penambahn buffer agar pH tetap konstan. Indikator EBT dapat
menjadi indikator logam, dapat juga menjadi indiaktor pH. Pada praktikum ini menggunakan sampel
air keran. Seperti diketahui air sadah berarti mengandung ion Ca
2+
dan Mg
2+
. Ion Ca
2+
akan lebih
4. dahulu bereaksi dan kemudian disusul dengan ion Mg
2+
sehingga menimbulkan perubahan warna dari
merah kebiru. Kesadahan total yaitu ion Ca
2+
dan Mg
2+
dapat ditentukan melalui titrasi edta sebagai
titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut (Albert dan
Santika,1994). EDTA adalah bentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan kesuatu
larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil EBT ditambahkan kesuatu
larutan mengandung ion Ca
2+
dan ion-ion Mg pada suatu pH 10, larutan menjadi ungu kemerahan.
Jika EDTA ditambahkan sebagai suatu titran, kalsium dan magnesium akan mejadi kompleks dan
ketika semua Mg
2+
dan Ca
2+
telah menjadi kompleks.larutan akan berubah dari warna ungu
kemerahan menjadi biru yang menandakan titik akhir dari titrasi. Di pH 10 indikator akan berada
dalam bentuk HInd
-
( Ind mewakili indikator) dan mengahsilakn kompleks berwarna biru dan
selanjutnya pada saat indikator bereaksi denagn Mg
2+
akan memberikan kompleks merah. Pertama
EDTA ( H2Y
2-
) akan kompleks dengan ion kalsium membentuk satu kompleks merah.
H2In
-
+ Ca
2+
CaIn
-
+ 2H
+
Pada titrasi akhir, EDTA akan kompleks dengan kalsium dan indikator menjadi lepas yaitu
EDTA + CaIn
-
+ 2H
+
H2In
-
+ Ca EDTA
Kompleks antara Ca dengan indikator teralu lemah untuk menimbulkan perubahan warna yang benar.
Tetapi magnesium membentuk kompleks yang lebih kuat dengan indikator dibandingkan kalsium
sehingga diperoleh titik akhir yang benar.
Perubahan EBT :
Mg
2+
+ HIn
2+
MgIn- + H+ ( merah)
MgIn
-
+ H2Y MgY
2-
+ HIn
-
(biru) + H
+
Pada penambahan larutan buffer yang akan bereaksi dengan larutan logam dengan anion buffer
ammonia akan membentuk ion kompleks dengan logam itu. Pada penambahan buffer jangan terlalu
banyak karena akan menimbulkan kekeliruan pada titrasi yang hasilnya akan memperjelek titik akhir
titrasi disebabkan dari efek konsentrasi ammonia. Indikator EBT peka terhadap kadar logam dan pH
larutan. Reaksi dengan indikator EBT dapat terbentuknya ikatan kovalen parsial dengan liganda
diakibatkan oleh adanya interaksi ion logam pusat dengan liganda yang melibatkan pembagian
pasangan elektron bebas ion logam pada tiap molekul liganda. Larutan berwarna ungu kemerahan
dititrasi dengan Na-EDTA. Bila suatu larutan NaEDTA ditambahkan dengan larutan yang
mengandung ion-ion logam terbentuklah kompleks-kompleks disertai pembebasan dua ekuivalen ion
hdrogen. Pada pH 10 larutan akan berwarna biru ketika molekul EDTA ekuivalen dengan jumlah ion
logam dalam sampel larutan dan molekul indikator terlepas dari ion logam. Dari hasil reaksi yang
didapat adalah pembentukan kompleks. Suatu ion kompleks terdiri satu atom ion pusat dan sejumlah
5. ligan. Sampel yang digunakan adalah air keran bukan akuades akrena akuades sudah mengalami
penylingan sehingga kemungkinan untuk mendapatkan unsur Mg dan Ca sangat kecil padahal
terdapatnya unsur Mg dan Ca kita dapat menentukan kesadahan sutau air. Titrasi harus dilakukan
kurang dari 5 menit untuk mengurangi kemungkinan terjadi endapan. Suhu titrasi paling baik pada
suhu kamar karena pada suhu rendah perubahan warna agak lambat dan pada suhu tinggi akan
terjadi kerusakan indiaktor. Pada saat standarisasi diperoleh volume 10,1 mL dan pada kesadahan air
volumenya berturut-turut adalah (5,3.5,7.5,2)mL.
H. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang didapat, analisa data yang sudah diperhitungkan serta pembahasan
yang sudah dikaji diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
- Titrasi kompleksometri mliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks atau pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan.
- Penambahan buffer adalah untuk menjaga kondisi pH agar tetap konstan.
- Larutan CaCl2 berfungsi untuk memperjelas pengamatan karena sifat Na-EDTA yang kurang stabil.
- Indikator Erochrome Black T berfungsi untuk membentuk senyawa kompleks dengan ion logam.
- Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu dalam air, umumnya ion Ca ( calsium)
dan Mg ( magnesium) dalam bentuk garam karbonat.
- Air dapat dibedakan menurut tingkat / derajat kesadahannya dan dinyatakan dalam mg/ L
- Penentuan kesadahan total air dapat dilakukan dengan titrasi penentuan senyawa kompleks.
- Standarisari Na-EDTA denagn CaCl2 brtujuan untuk mengimbangkan atau memperbesar kestabilan
dari larutan standar.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Rivai,Harrizul.2006.Asas Pemeriksaan Kimia . Jakarta : UI Press.
Bassett, dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Underwood, A.L. , Day, R. A. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
7. ANALISIS KESADAHAN AIR
I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah
- Mempelajari penyebab dan pengaruh air sadah.
- Menentukan kesadahan sampel air.
II. DASAR TEORI
Jika kita memperhatikan dasar ketel yang kita gunakan untuk memasak air,
semakin lama dasar ketel tersebut akan semakin tebal oleh kerak. Kerak yang
terbentuk pada dasar ketel akan menyebabkan penghantaran panas terhambat,
sehingga untuk memanaskan air akan membutuhkan waktu yang lama.Kerak yang
terbentuk pada dasar ketel disebabkan oleh air sadah.
Air sadah adalah air yang mengandung garam terlarut dari ion kalsium,
magnesium dan besi. Air sadar bukan merupakan air yang berbahaya, karena
memang ion-ion tersebut dapat larut dalam air. Akan tetapi dengan kadar Ca2+ yang
tinggi akan menyebabkan air menjadi keruh.
Walaupun tidak berbahaya, ternyata air sadah dapat menyebabkan beberapa
kerugian, antara lain :
1. Sabun menjadi kurang berbuih. Hal ini terjadi karena ion Ca2+ atau Mg2+ dapat
bereaksi dengan sabun membentuk endapan.
Ca2+ (aq) + 2RCOONa (aq) ; Ca(RCOO)2 (s) + 2Na+ (aq)
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai pengikat kotoran
menjadi kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah
semua ion Ca2+ atau Mg2+ yang terdapat dalam air mengendap. Lain halnya dengan
detergen, detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ atau Mg2+ sehingga detergen
tidak terpengaruh oleh air sadah.
2. Air sadah dapat menyebabkan terbentuknya kerak pada dasar ketel yang selalu
digunakan untuk memanaskan air. Sehingga untuk memanaskan air tersebut
diperlukan pemanasan yang lebih lama. Hal ini merupakan pemborosan energi.
Timbulnya kerak pada pipa uap dapat menyebabkan penyumbatan sehingga
dikhawatirkan pipa tersbut akan meledak.
Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh
kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.
1. Air sadah sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau
boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau
magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa
tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan
pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan
jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi
yang terjadi adalah : Ca(HCO3)2 (aq) –> CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
2. Air sadah tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya
dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa
kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium
8. klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air
yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena
kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk
membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu
dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan
adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan
karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+.
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) –> MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas
dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari
kesadahan.
Cara paling mudah untuk mengetahui air yang selalu anda gunakan adalah air sadar
atau bukan dengan menggunakan sabun. Ketika air yang anda gunakan adalah air sadah,
maka sabun akan sukar berbiuh, kalaupun berbuih, berbuihnya sedikit. Kemudian untuk
mengetahui jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika ternyata setelah
dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang anda gunakan adalah
air sadah tetap.
Untuk menghilangkan kesadahan sementara ataupun kesadahan tetap pada air yang
anda mah dapat dilakukan dengan menggunakan zeolit. Anda cukup menyediakan tong
yang dapat menampung zeolit. Pada dasar tong sudah dibuat keran. Air yang akan anda
gunakan dilewatkan pada zeolit terlebih dahulu. Air yang telah dilewatkan pada zeolit
dapat anda gunakan untuk keperluan rumah tangga, spserti mencuci, mandi dan
keperluan masak.
Zeolit memiliki kapasitas untuk menukar ion, artinya anda tidak dapat menggunakan
zeolit yang sama selamanya. Sehingga pada rentang waktu tertentu anda harus
menggantinya.
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan
jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa
kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks
banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri . Di percobaan kami, yang
berfungsi sebagai titran adalah , sedangkan yang berfungsi sebagai titrat adalah
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal
pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan,
dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
9. diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul (Rival, 1995).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah
besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan
yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna
kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-
. Ternyata bila beberapa
ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan
menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi,
1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr,
dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri
mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja
kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya
sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini
contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit;
1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue
(Khopkar, 2002).
Eriochrome Black T merupakan indikator kompleksometri yang merupakan
bagian dari titrasi kompleksometri, misalnya. dalam proses penentuan kekerasan
air. Ini adalah dye.It azo juga dikenal sebagai ET-00.
Dalam bentuk terprotonasi nya, Eriochrome Black T biru. Berwarna merah ketika
membentuk kompleks dengan kalsium, magnesium, atau ion logam lainnya. rumus
kimianya dapat ditulis sebagai HOC10H6N = NC10H4 (OH) (NO2) SO3Na
III. METODE PERCOBAAN
a. Alat dan Bahan
Pada percobaan tentang analisis kesadahan air ini bahan-bahan yang digunakan
adalah larutan N2EDTA 50 ml (2 x 50 ml; untuk percobaan satu dan dua)0,01 M,
larutan standar Ca 2+ 20 ml konsentrasi 0,0005 M, 1 ml buffer Ph 10 (2 x 1 ml;
untuk 2x percobaan), 20 ml sampel akuades, dan yang terakhir adalah 2 tetes
indicator EBT (2 x 2 tetes, untuk 2 kali percobaan).
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah buret 50 ml yang digunakan untuk
menitrasi, 3 buah labu Erlenmeyer 125 ml.
b. Prosedur kerja
1. Standarisasi 0,01 M larutan Etilandiamin Tetra Asetat
- Disediakan larutan N2EDTA sebanyak 50 ml.Kemudian larutan itu dimasukkan ke
dalam buret sampai angka pada buret menunjukkan angka 0.Kemudian, Disediakan
3 buah labu Erlenmeyer 125 ml yang sudah diisi dengan 20 ml larutan standar Ca 2+
o,ooo5 M, 1 ml buffer Ph 10, dan 2 tetes indicator EBT. Kemudian dilakukan titrasi,
dengan cara buret dibuka perlahan-lahan sampai keluar tetes-tetes larutan N2EDTA.
Ditunggu sampai warna merah anggur di larutan di labu Erlenmeyer berubah
menjadi biru langit. Percobaan dilakukan sebanyak 3x. Sesudah itu dicatat berapa
masing-masing volume N2EDTA yang diperlukan untuk menitrasi.
10. 2. Analisis sampel air
- Disediakan larutan N2EDTA sebanyak 50 ml. Kemudian larutan itu dimasukkan ke
dalam buret sampai angka pada buret menunjukkan angka 0.Sementara, Disediakan
3 buah labu Erlenmeyer 125 ml yang sudah diisi dengan 20 ml larutan sampel air, 1
ml buffer Ph 10, dan 2 tetes indicator EBT. Kemudian dilakukan titrasi, dengan cara
buret dibuka perlahan-lahan sampai keluar tetes-tetes larutan N2EDTA. Ditunggu
sampai warna merah anggur di larutan di labu Erlenmeyer berubah menjadi biru
langit. Percobaan dilakukan sebanyak 3x. Sesudah itu dicatat berapa masing-masing
volume N2EDTA yang diperlukan untuk menitrasi.
c. Gambar / set alat titrasi
Satu set alat titrasi.
IV. HASIL PERCOBAAN
1. Standarisasi 0,01 M larutan Na2H2Y2
NO URAIAN PERC.1 PERC.2 PERC.3
1 Massa kertas timbang +
Na2H2Y2 (g)
2 Massa kertas timbang (g)
3 Massa Na2H2Y (g)
4 Volume larutan standar Ca 2+ 20 ml 20 ml 20 ml
5 Konsentrasi larutan standar Ca
2+ (ml)
5 x 10^-4 M 5 x 10^-4 M 5 x 10^-4 M
6 Mol Ca 2+= mol Na2H2Y2 (ml)
7 Pembacaan buret (akhir) ml 3,0 6,1 10
8 Pembacaan buret (awal) ml 0 3,0 6,1
9 Volume titran Na2H2Y2 ml 3,0 3,1 3,9
10 Molaritas Larutan N2H2Y2
mol/L
11 Molaritas rerata larutan
Na2H2Y2 (mol / L)
Ppm rata-rata nya adalah 81,5 mg/L
2. analisis sampel air
NO URAIAN PERC.1 PERC.2 PERC.3
11. 1 Volume sampel air (ml) 20 ml 20 ml 20 ml
2 Pembacaan buret, akhir (ml) 5,3 10,7 16,3
3 Pembacaan buret, awal (ml) 0 5,3 10,7
4 Volume titran Na2H2Y2 (ml) 5,3 5,4 5,6
5 Mol Na2H2Y2 = mol ion sadah
Ca 2+ dan Mg 2+ (mol)
6 Massa CaCO3 ekuivalen (g)
7 Ppm CaCO3 (mg CaCO3/L
sampel)
8 Ppm CaCO3 rerata
Tergolong air sadah sedang
PEMBAHASAN
1.Standarisasi larutan Na2EDTA
Pada percobaan ini, pertama yang dilakukan adalah menstandarisasi larutan
Na2EDTA. Alat-alat yang diperlukan disiapkan sebelumnya. Selanjutnya, larutan
Na2EDTA dimasukkan ke dalam buret smpai buret menunjuk ke angka 0. Setelah
itu, disiapkan 3 buah Erlenmeyer 125 ml masing – masing dengan larutan standar
Ca2+ sebanyak 20 ml, 1 ml larutan buffer pH 10 dan dua tetes indicator EBT. Setelah
itu dilakukan titrasi sehingga warna merah anggur pada larutan berubah menjadi
biru laut.
Sebelum menjadi larutan standar, larutan Na2EDTA perlu distandarisasi
karena larutan tersebut tidak stabil , larutan Na2EDTA sangat mudah bereaksi
dengan keadaan lingkungan sekitar. Karena jika mudah bereaksi dengan lingkungan,
otomatis volumenya akan senantiasa berubah sehingga juga akan mempengaruhi
besar konsentrasi.
Pada saat melakukan titrasi, harus sesuai dengan standar cara titrasi yang
telah ditetapkan yaitu dengan cara tetes per tetes. Karena jika tidak sesuai dengan
standar cara titrasi yang telah ditetapkan, data bisa tidak valid. Kemudian, pada saat
titrasi, labu Erlenmeyer juga digoyang-goyangkan supaya titrasi dapat berjalan
dengan baik dan percampuran sempurna. Pada saat titrasi untuk standarisasi
larutan Na2EDTA, reaksi yang terjadi adalah:
1.Ketika larutan standar Ca2+
ditambah indikator EBT reaksinya:
Ca2+(
aq) + EBT(aq) [Ca-EBT]2+
(aq)
Pada saat itu terjadi perubahan warna dari biru langit menjadi merah anggur karena
pengikatan sebagian ion Ca2+
oleh EBT
2. Ketika Na2EDTA ditambahkan Ca2+
reaksinya :
12. Ca2+
(aq) + H2Y2-
(aq) ↔ [CaY]2-
(aq) + 2 H+
(aq)
Sebelum titran H2Y2-
ditambahkan untuk analisis, analit berwarna biru agak
kemerahan karena ion kompleks [Ca-EBT]2+
. Apabila H2Y2-
mengompleks semua
Ca2+
maka kompleks biru kemerahan [Ca-EBT]2+
terdisosiasi dan warna biru agak
kemerahan berubah menjadi warna biru langit.Ketika telah mencapai titik akhir,
semua ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2-
.
[Ca-EBT]2+
(aq) + H2Y2-
(aq) CaY2-
(aq) + 2H+
(aq) + EBT(aq)
Merah anggur biru langit
2.Analisis Kesadahan sampel air
Selanjutnya, percobaan kedua yang kami lakukan adalah menganalisis
kesadahan sampel air. Langkah-langkah yang harus dilakukan sama dengan langkah
pertama, yakni buret diisi dengan larutan Na2EDTA sampai angka 0 dan masing-
masing erlenmeyer 125 ml diisi dengan sampel air sebanyak 20 ml, 1 ml larutan
buffer pH 10 dan 2 tetes indikator EBT. Setelah itu dilakukan titrasi secara tetes
pertetes sampai warna merah anggur berubah menjadi biru langit. Pada saat titrasi,
lebu Erlenmeyer perlu digoyang-goyangkan supaya dapat bereaksi sempurna.
Reaksi yang terjadi adalah :
Mg2+(
aq) + EBT(aq) [Mg-EBT]2+
(aq)
biru langit merah anggur
Reaksi tresebut di atas merupakan reaksi pada saat indikator EBT
ditambahkan pada sampel air dimana EBT mengomplek ion Mg2+
sehingga
warnanya berubah dari biru langit menjadi merah anggur, pada saat ini larutan
benar-benar berwarna merah anggur karena pada sampel air terdapat ion Mg2+
yang
lebih mudah dikompleksi oleh EBT dari pada ion Ca2+
.Pada saat titrasi reaksi yang
terjadi adalah :
[Mg-EBT]2+
(aq) + H2Y2-
(aq) MgY2-(
aq) + 2H+
(aq) + EBT(aq)
Merah anggur biru langit
Pada saat titrasi, ion H2Y2-
mengompleks semua Ca2+
dan Mg2+
bebas pada
sampel air sehingga kompleks merah anggur [Mg-EBT]2+
terdisosiasi dan warna
merah anggur berubah menjadi biru langit dari indikator EBT dan pada saat itu titik
akhir telah tercapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2-.
Setelah dihitung dan dimasukkan ke dalam persamaan, hasil yang didapat
ppm rata-ratanya adalah 81,5 mg / L dan termasuk dalam klasifikasi air sadah
sedang.
V. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data:
a.Air sampel mengandung ion Ca2+
sebanyak 81,5 mg/L
b. Air sampel tersebut tergolong sedang tingkat kesadahannya.
13. .
VI. DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Welcome to Chemistry. New York: WH company
Adkinds, Peter dan Julio de Paula. 2003. Physical Chemistry. London:
SIER http://masterkimiaindonesia.com/artikel/air-sadah/
www.rumahkimia.wordpress.com/air-sadah
VII. LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan ini dikerjakan dengan mandiri.
Asisten Praktikan
Anggi Pratiwi Galuh
pratiwi
PERHITUNGAN
1. Standarisasi larutan Na2EDTA
Ekivalen mol Ca2+
= mol Na2EDTA
V Ca2+
x Mca2+
= V Na2EDTA x M Na2EDTA
M Na2EDTA = V Ca2+
x N Ca2+
V Na2EDTA
Titrasi 1
M1 = 20 ml x 0,0005 M = 0.0033 M M Na2EDTA rata-
rata=M1+M2+M3
3,0 ml 3
Titrasi 2 =0,0033 M + O,0032 M + 0,0026
M2 = 20 ml x 0,0005 M = 0.0032 M 3
3,1 ml =0,0030 M
Titrasi 3
M3 = 20 ml x 0,0005 M = 0.0026 M
3,9 ml
2.Analisis sampel air
14. Ekivalen,
Mol Na2EDTA = mol ion sadah
Mol ion sadah = M Na2EDTA x V titrasi
Titrasi 1
n1 = M x V1= 0,0030 x 5,3 ml = 0,0159 mmol
Titrasi 2
n2 = M x V1= 0,0030 x 5,4 ml = 0,0162mmol
Titrasi 3
n3 = M x V1= 0,0030 x 5,6 ml = 0,0168 mmol
Massa air sadah
m1 = n1 x Mr CaCO3 = 0,0159x 100 = 1,59 mg
m2 = n2 x Mr CaCO3 = 0,0162 x 100 = 1,62 mg
m3 = n3 x Mr CaCO3 = 0,0168 x 100 = 1,68 mg
ppm CaCO3 = massa
volume sampel
ppm1 = 1,59 mg =79,5 mg/L
0,02 L
ppm2 = 1,62 mg = 81 mg/L
0,02 L
ppm3 = 1,68 mg = 84 mg/L
0,02 L
Jadi, ppm rata – ratanya = ppm1 + ppm2 + ppm3
3
= 79,5 + 81 + 84 (mg/L)
3
= 81,5 mg/L
15. Larutan Baku (Larutan Standar)
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan
ditempatkan di erlenmeyer.
a. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui
secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui
perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan
dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
• Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120
derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi
oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap
tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
• Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa
zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
• Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
• Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.
• Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
• Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
b. Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal
dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.Contoh: AgNO3,
KmnO4, Fe(SO4)2.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
· Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
· Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
· Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.