HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...Asramid Yasin
http://ojs.uho.ac.id/index.php/green/article/view/6053
ABSTRAK
Makroinvertebrata berperan penting dalam suatu perairan dan telah lama digunakan sebagai bioindikator kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tingkat pencemaran air Sungai Wanggu dengan menggunakan makroinvertebrata. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai September 2017. Sedangkan parameter yang diamati yaitu fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik meliputi (suhu, TSS, kekeruhan dan kecepatan arus). Parameter kimia meliputi (pH, COD, BOD dan DO). Sedangkan parameter biologi yaitu (makroinvertebrata). Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa untuk parameter fisik–kimia perairan, yaitu suhu 340C, 310C dan 350C, TSS 9,26 mg l-1, 13,49 mg l-1 dan 11,53 mg l-1. Kekeruhan 2,15 NTU, 1,86 NTU dan1,95 NTU. Kecepatan arus 35,06 ms-1, 4,77 ms-1 dan 40,48 ms-1. PH 7,16, 7,45 dan 7,78. COD 2,15 mg l-1, 6,38 mg l-1 dan 4,72 mg l-1. BOD 1,09 mg l-1, 1,39 mg l-1 dan 1,18 mg l-1. DO 7,42 mg l-1, 6,95 mg l-1 dan 7,26 mg l-1. Parameter biologi yaitu makroinvertebrata menghasilkan nilai FBI yaitu pada stasiun-I 4,42 dengan kriteria baik, stasiun-II 4,82 kriteria baik dan pada stasiun-III dengan nilai 7,32 dengan kriteria buruk sekali. Dengan demikian kualitas perairan agak tercemar dan tercemar sangat berat.
Kata kunci: Makroinvertebrata,Sungai Wanggu, Kualitas Air
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...Asramid Yasin
http://ojs.uho.ac.id/index.php/green/article/view/6053
ABSTRAK
Makroinvertebrata berperan penting dalam suatu perairan dan telah lama digunakan sebagai bioindikator kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tingkat pencemaran air Sungai Wanggu dengan menggunakan makroinvertebrata. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai September 2017. Sedangkan parameter yang diamati yaitu fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik meliputi (suhu, TSS, kekeruhan dan kecepatan arus). Parameter kimia meliputi (pH, COD, BOD dan DO). Sedangkan parameter biologi yaitu (makroinvertebrata). Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa untuk parameter fisik–kimia perairan, yaitu suhu 340C, 310C dan 350C, TSS 9,26 mg l-1, 13,49 mg l-1 dan 11,53 mg l-1. Kekeruhan 2,15 NTU, 1,86 NTU dan1,95 NTU. Kecepatan arus 35,06 ms-1, 4,77 ms-1 dan 40,48 ms-1. PH 7,16, 7,45 dan 7,78. COD 2,15 mg l-1, 6,38 mg l-1 dan 4,72 mg l-1. BOD 1,09 mg l-1, 1,39 mg l-1 dan 1,18 mg l-1. DO 7,42 mg l-1, 6,95 mg l-1 dan 7,26 mg l-1. Parameter biologi yaitu makroinvertebrata menghasilkan nilai FBI yaitu pada stasiun-I 4,42 dengan kriteria baik, stasiun-II 4,82 kriteria baik dan pada stasiun-III dengan nilai 7,32 dengan kriteria buruk sekali. Dengan demikian kualitas perairan agak tercemar dan tercemar sangat berat.
Kata kunci: Makroinvertebrata,Sungai Wanggu, Kualitas Air
La formación profesional en la especializacion inteligente de las regionesOrkestra
1. El por qué de las estrategias de especialización inteligente
1.1. Del modelo lineal a los sistemas de innovación
1.2. Las estrategias de especialización inteligente
Los centros de FP y las prioridades verticales
Los centros de FP y las prioridades horizontales
3.1. La FP inicial
3.2. La FP para el empleo
3.3. Otras funciones no tradicionales: prestación de servicios, emprendimiento, y cooperación y desarrollo territorial
4. Resumen y conclusiones
Telah dilakukan penelitian pada bulan November - Januari 2018 dikawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Luas hutan Mangrove di kawasan HLAK mencapai luasan 44,76 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Biodiversitas Gastropoda sebagai Bioindikator kualitas perairan di kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Jakarta. Pengambilan sampel ditentukan secara Random Sampling, dimana lokasi terdiri dari 3 stasiun pengamatan. Pengamatan tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metode transek dengan ukuran 10 x 10 m. Analisis data yang dilakukan meliputi keanekaragaman dan Bioindikator kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman. Hasil penelitian pada 3 Stasiun ditemukan 4 jenis Mollusca yang mewakili 2 famili dari kelas Gastropoda, yakni Cassidula aurisfelis, Ellobium aurismidae, Pythia Sp, dan Littoraria Scabra. Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner (H’). Keanekaragaman Gastropoda dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Weiner dengan hasil berkisar antara 0,37 – 0,54 masuk dalam kategori rendah. Kualitas perairan dengan menggunakan indeks keanekaragaman menunjukan bahwa kawasan mangrove Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) memiliki kualitas air sangat tercemar yang mana sumber pengaruhnya berasal dari limbah sampah.
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove. Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m 2 . Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstract: Semarang bay is a bay that stretches from Kendal to Demak. This bay has some vital habitats such as estuaries and mangroves that very importance for nursery ground of aquatic organisms such as fish larvae. Fish larvae is dependent by the environment, especially their movement and migration. However human factors such as industrial activities, harbours, residential area, farms and ponds disembogue in this bay. Sampling was conducted between September and October 2014 at 15 stations. Sampling was carried out every two weeks using bongo net (mesh size of 0.2 mm) which was drawn by boat with average speeds of 0.5 m/s for 10 minutes. Identification of fish larvae carried out in Environmental dan Fisheries Resources Management Laboratory, Diponegoro University. 5890 fish larvaes from 22 family were caught and were dominated by Lactarius (36.01%), Stoleporus (28.30%), Atherinomorus (9.80%), Engraulis (7.22%) and Mugil (4.96 %). A small number of fish larvae caught (below 1%) were identified as Gobiopterus, Paramoncanthus, Tylosurus, Leiognathus, Strongylura and Dinematichthyini. Lactarius, Atherinomorus, Stolephorus, Engraulis and Mugil were found in almost every stations. An abundance of fish larvae was found in station E1, C1, D1 and A1, stations that were close to estuaries and mangrove vegetation. The type and number of fish larvae was quite varied, this is related to the migration of fish and having appropriate environmental conditions for growth. The existence of fish larvae are also influenced by the currents that distribute them. PCA analysis results indicate that the total variance explained was 63.56% with an abundance of fish larvae being related to depth, salinity, abundance of zooplankton and phytoplankton and current speed.
Keywords: pelagic fish larvae, composition, distribution, bay
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
1. ESTIMASI POPULASI GASTROPODA
Raden Mas Fris Arya Putra Utama
12/331531/PN/12674
Manajemen Sumberdaya Perikanan
INTISARI
Dalam praktikum ini, praktikan dapat mengetahui metode estimasi populasi gastropoda tanpa
plot juga korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 5 April 2013 di Sungai Tambak Bayan, Sleman
yang dimulai pukul 13.30 WIB. Pengamatan parameter fisik didalamnya terdapat suhu udara,
suhu air, kecepatan arus, dan debit. Parameter kimia didalamnya terdapat DO, CO2 bebas, pH,
dan alkalinitas. Parameter biologi didalamnya terdapat densitas dan diversitas baik makrobentos
maupun plankton. Daerah aliran sungai dibagi menjadi empat stasiun yang masing-masing
stasiunnya melakukan pengamatan terhadap parameter tersebut diatas. Estimasi populasi
gastropoda dilakukan dengan metode tanpa plot (plotless). DO diukur dengan metode Winkler,
kandungan CO2 bebas diukur dengan metode Alkalimetri, Alkalinitas diukur dengan metode
Alkalimetri. Dari hasil pengamatan stasiun terbaik adalah stasiun 3 dengan densitas gastropoda
tertinggi. Kualitas air pada baigan hulu dari daerah aliran sungai Tambak Bayan masih dikatakan
baik dibandingkan dibagian hilir.
Kata kunci : diversitas, estimasi, gastropoda, hulu, plankton
PENDAHULUAN
Gastropoda merupakan hewan yang pergerakannya menggunakan perut, mempunyai
habitat di perairan maupun di darat. Kehidupan mereka sangat beranekaragam. Karena mereka
berada pada sebuah ekosistem tertentu bisa jadi mereka dapat tumbuh bebas saling berkaitan
dengan komponen abiotik maupun biotik. Keseimbangan ekosistem dalam perkembangan
ekosistem perlu diperhatikan untuk menjaga keberadaannya agar tetap beranekaragam.
Gastropoda air tawar adalah salah satu kelas dari phylum Mollusca yang meliputi
keluarga siput. Untuk beberapa daerah hanya mampu dihuni satu atau dua spesies saja (Pennak,
1978). Dipulau jawa ditemukan sembilan familia yang kesemuanya merupakan anggota subkelas
Prosobranchia (Jutting, 1953). Beberapa jenis gastropoda air tawar diketahui bermanfaat sebagai
sumber protein hewani yang dapat dikonsumsi dan sebagai pakan unggas. Namun beberapa jenis
diantaranya berpotensi menghasilkan inang perantara parasit cacing trematoda. Secara umum
gastropoda air tawar mempunyai bentuk cangkang 2-20mm. Struktur cangkang tersusun atas
kalsium karbonat dan sebagian lainnya terdiri dari bahan organik (Pennak, 1978). Faktor-faktor
kondisi lingkungan yang mempengaruhi kehidupan gastropoda yaitu jumlah makanan yang
tersedia, kandungan oksigen terlarut, kuat arus, bentuk substrat, komposisi ion perairan, dan nada
tidaknya parasit atau predator (Natadisastra, 2009).
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari metode tanpa menggunakan plot (plotless)
untuk mengestimasi populasi gastropoda dan mempelajari korelasi antara beberapa tolok ukur
dengan populasi makrobentos (gastropoda).
METODOLOGI
Pelaksanaan praktikum Ekologi Perairan Estimasi Populasi Gastropoda dilaksanakan
pada hari Jumat, 5 April 2013 di Sungai Tambak Bayan, Sleman yang dimulai pukul 13.30 WIB.
2. Praktikum ini akan mempelajari tentang parameter fisik, kimia, dan biologi. Parameter
fisik termasuk didalamnya suhu air, suhu udara, dan kecepatan arus sungai. Parameter kimia
termasuk didalamnya adalah pH atau derajat keasaman, kandungan O2 terlarut, CO2 bebas, dan
alkalinitas.
Prinsip kerja pada praktikum ini adalah menancapkan tongkat kecil kedasar perairan
dengan melihat gastropoda yang mempunyai jarak terdekat dengan tongkat tersebut yang diamati
oleh tiap-tiap stasiun.
DO diukur dengan metode Winkler dengan rumus DO= x Y x 0,1mg/L ; Y adalah
larutan 1/80 N Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi. Kandungan CO2 bebas diukur dengan
metode Alkalimetri dengan rumus kandungan CO2= x C x 1mg/L ; C adalah banyak larutan
NaOH yang digunakan untuk titrasi. Alkalinitas diukur dengan metode Alkalimetri dengan
rumus kandungan = x C x 1mg/L …. (=X), kandungan = x D x 1mg/L
…. (=Y), alkalinitas total = (X) + (Y)mg/L ; C dan D adalah banyaknya larutan 1/50 N H2SO4
yang digunakan. Densitas gastropoda dihitung dengan metode tanpa plot dengan rumus D=
, , Y= , Yi = ; D adalah densitas gastropoda; S adalah jumlah titik
cuplikan yang di ambil; adalah estimasi densitas gastropoda; X adalah jarak terdekat
gastropoda dengan titik yang ditentukan secara acak; Y adalah luas area kajian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gastropoda adalah mollusca yang memiliki cangkang dengan bentuk tabung yang
melingkar-lingkar ke kanan searah jarum jam, namun ada pula yang memilin ke kiri. Kepala dan
kaki menjulur keluar bila sedang merayap, dan masuk bila ada bahaya mengancam (Kuncoro,
2004). Pengaruh temperatur perairan dan lingkungan disekitarnya memperngaruhi kehidupan
gastropoda setiap spesiesnya berbeda-beda. Arus umum yaitu 3m/s dengan kondisi dasar
perairan yang berlumpur serta berbatu, karena ada beberapa spesies dari gastropoda yang
mempunyai kesukaan pada air tenang di belakang batu atau berlindung dibatu. Gastropoda
biasanya berada pada daerah yang memiliki DO cukup dan CO2 bebas rendah artinya tidak
bersaing dengan organisme lain yang lebih banyak (Effendi, 2003).
Kondisi sungai pada stasiun 1 mempunyai dasar perairan yang berpasir dan berlumpur
badan perairan memiliki kanopi oleh tumbuhan yang membuat lingkungan sekitar stasiun
rindang dan cahaya yang masuk sedikit. Di sekitar perairan terdapat vegetasi cukup banyak.
Metode yang digunakan yaitu tanpa menggunaan plot hanya berdasar pada sebuah
tongkat yang ditancapkan secara acak dan mencari gastropoda yang berada paling dekat dengan
tongkat tersebut. Jarak tersebut diukur dan dicatat. Dari keseluruhan data yang telah didapatkan
dari pengamatan, data tersebut dapat digunakan untuk menghitung densitas gastropoda dengan
rumus densitas gastropoda. Kelebihan metode ini mudah dipraktekkan karena area cuplikan
hanya berupa titik, kekurangan metode ini jangkauannya terlalu pendek dan sulit dilakukan pada
perairan dalam.
Stasiun 1 Stasiun 3
Densitas Gastropoda 0.0551 0.332043
3. (idv/m²)
Densitas gastropoda terhadap kecepatan arus berada pada stasiun 3 hal ini disebabkan
oleh kuat arus yang menjadi faktor kepadatan, tidak semua gastropoda kehidupannya melekat
pada sedimen atau batuan, melainkan mereka hanya berhabitat didalam atau pada sedimen
ataupun bentuk substrat lainnya Arus yang kuat dapat meningkatkan distribusi nutrisi atau
makanan pada daerah tersebut, pada saat nutrisi cukup gastropoda semakin banyak. Kecepatan
arus juga menjamin kesediaan oksigen terlarut untuk kehidupan organisme disuatu daerah
perairan. Pada arus yang kuat biasanya terdapat organisme termasuk gastropoda yang setelah
mengalami adaptasi morfologis atau memang mereka sesuai dengan lingkungan tersebut (Barus,
2002). Pada stasiun yang berbatu kecil dengan arus deras gastropoda ditemukan pada dasar
perairan yang terbenam di dalam batuan kecil hal ini mereka lakukan sebagai upaya untuk
melindungi diri dari arus deras agar mereka tidak terbawa menuju ke daerah aliran sungai yang
lain.
4. Densitas gastropoda tertinggi pada stasiun 3 padahal kandungan oksigen tertinggi
terdapat pada stasiun 1, hal ini disebabkan oleh kebutuhan DO gastropoda yang tidak terlalu
tinggi sebagian gastropoda dapat hidup pada daerah yang mempunyai DO sangat rendah.
Oksigen terlarut digunakan oleh gastropoda untuk melakukan aktivitas biologisnya. Kehidupan
mereka juga berkumpul pada daerah aliran sungai yang mempunyai kandungan nutrien yang
cukup. Kandungan nutrien pada daerah aliran sungai semakin kehilir semakin banyak karena
daerah aliran sungai utama melewati percabangan aliran kecil yang menyatu pada daerah aliran
sungai utama (Ongkosongo, 2010). Kandungan nutrien mempengaruhi kepadatan dan kebutuhan
oksigen, karena semakin seimbangnya nutrient yang ada dalam perairan tersebut maka akan
terjadi kepadatan organisme diperairan tersebut yang membuat penggunaan oksigen dalam
perairan tersebut meningkat. DO dapat dihasilkan oleh tumbuhan yang berfotosintesis, juga
fitoplankton maupun aerasi dari arus yang melalui badan sungai. Kandungan oksigen terlarut
dipengaruhi oleh suhu perairan, pergerakan arus, tekanan, dan aktivitas biologi perairan.
5. Keterkaitan antara kedua grafik ini adalah densitas gastropoda tertinggi terdapat pada
stasiun 3 yang juga mempunyai kandungan CO2 yang rendah. Hasil ini menggambarkan bahwa
gastropoda tidak membutuhkan CO2 untuk kehidupan keseluruhannya. CO2 dalam air hanya
berikatan (H+) yang akan menghasilkan ion-ion bikarbonat dan karbonat (Baur, 1987). Hal
seperti ini biasanya digambarkan dengan keseimbangan karbondioksida. Karbondioksida
dihasilkan oleh proses respirasi perairan termasuk organisme yang berada didalam perairan
tersebut juga dapat bersumber dari dekomposisi zat organik. Meningkatnya jumlah
karbondioksida dalam perairan hanya menurunkan populasi biota perairan.
Berdasarkan data antar stasiun densitas gastropoda tertinggi terdapat pada stasiun 3 yang
menjadi stasiun terbaik. Hal ini disebabkan oleh parameter-parameter yang telah diamati
mempengaruhi kehidupan didaerah tersebut.
KESIMPULAN
Estimasi populasi gastropoda di Sungai Tambak Bayan dilakukan dengan metode tanpa
plot. Populasi gastropoda antar stasiun berbeda-beda. Stasiun terbesar densitasnya berada pada
stasiun3 dan selanjutnya stasiun 1. Kerapatan gastropoda ini menunjukkan bahwa kualitas
perairan tersebut masih baik dan terkendali. Populasi gastropoda diperairan memang mempunyai
korelasi dengan beberapa tolokukur lingkungan seperti suhu, kecepatan arus, pH, DO, CO2
bebas, dan alkalinitas. Berdasarkan hasil percobaan stasiun terbaik dengan densitas gastropoda
tertinggi adalah stasiun 3.
SARAN
Diharapkan masyarakat bersama-sama menjaga lingkungan. Jika lingkungan perairan
dimanfaatkan dengan cara yang bertanggungjawab maka kehidupan organisme di dalamnya
termasuk gastropoda dapat berkembang dan terus ada. Kualitas air yang baik turut memberikan
6. kehidupan pada manusia dan organisme lain. Kualitas air dijaga diharapkan juga untuk menjaga
vegetasi di sekitar perairan guna tercipta keseimbangan di dalam wilayah Sungai Tambak Bayan.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Kampus USU. Medan.
Baur, W.H. 1987. Gewassergute Bestimmen Und Beurteilen. Paul Parey Verlag. Hamburg.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Jutting, W.S.S.V.B. 1977. Systematic Studies on The Non-Marine Mollusca of The Indo-Australian
Archipelago. Linnaeus Press. Swedia
Natadisastra, D. 2009. Parasitologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Odum, F.P. 1969. The Fundamental of Ecology. Mcgraw-Hill Company. New York.
Ongkosongo , O.S.R. 2010. Kuala Muara Sungai dan Delta. LIPI. Jakarta.
Pennak, R.W. 1953. Fresh Water Invertebrates of The United States. Ronald Press. New York.
Sadhori, N.S. 1997. Teknik Budidaya Bekicot. Balai Pustaka. Jakarta.