Laporan praktikum menganalisis kesadahan air dengan metode titrasi kompleksometri menggunakan NaEDTA sebagai titran. Tujuannya adalah menentukan kesadahan sampel air. Standarisasi larutan NaEDTA dilakukan dengan larutan standar Ca2+ sebanyak tiga kali ulangan. Analisis sampel air memberikan hasil rata-rata kesadahan sebesar 121,67 ppm yang termasuk kategori tinggi.
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
ANALISIS KESADAHAN
1. Laporan Praktikum Analisis Kesadahan Air
1. Tujuan
a. Mempelajari penyebab dan pengaruh air sadah
b. Menentukan kesadahan sampel air
2. Dasar Teori
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks
(ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–
reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup
luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Asam etilen diamin tetra asetat atau
yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina
polikarboksilat(Chang,2003)
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa
masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah
yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan.
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian.
Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan
menggunakan resin penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis
anion yang iikat oleh kation (Ca2+, Mg2+), yaitu:
a. Air sadah sementara
Mengandung garam hidrokarbonat seperti Ca(HCO3)2 dan atau Mg(HCO3)2.
1. Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan
air tersebut sehingga garam karbonatnya mengendap,
reaksinya: Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2
(g)
Mg (HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
2. Selain dengan memanaskan air, sadah sementara juga dapat dihilangkan
kesadahannya dengan mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO3)2 atau
Mg (HCO3)2 dengan kapur (Ca(OH)2):
Ca(HCO3)2 (aq) + Ca(OH)2 (aq) –> 2CaCO3 (s) + 2H2O (l)
b. Air sadah tetap
2. Mengandung garam sulfat (CaSO4 atau MgSO4) terkadang juga mengandung garam
klorida (CaCl2 atau MgCl2). Air sadah tetap dapat dihilangkan kesadahannya menggunakan
cara:
1. Mereaksikan dengan soda Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2, supaya terbentuk
endapan garam karbonat dan atau hidroksida:
CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) +Na2SO4 (aq)
2. Proses Zeolit Dengan natrium zeolit (suatu silikat) maka kedudukan akan digantikan ion
kalsium dan ion magnesium atau kalsium zeolit(Fardiaz,1992).
Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari
pengompleksian,contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalam bentuk protonate EBT
berwarna biru. Lalu berubah menjadi warna merah ketika membentuk komplek dengan
kalsium,magnesium, dan ion logam lainnya. Nama lain dari Eriochrome
Black T adalah,Solochrome Black T atauEBT. Suatu kelemahan EBT adalah larutannya tidak stabil.
Bila disimpan akanterjadipenguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentuindikator
tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite Indikator ini stabil
dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T (Harjadi,1993).
EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino yang
dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat (termasuk
kalsium) dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui
urine. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion
logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat
yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom
nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.
Struktur 1.2 EDTA
Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari atom
oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin
sampai dengan enam secara serempak (Khopkar, 1990).
3. Alat
Alat yang digunakan,yaitu gelas piala atau gelas beker 100 ml yang berfungsi untuk tempat
larutan, erlenmeyer 100/125 ml yang berfungsi untuk tempat zat yang akan dititrasikan, pipet
gondok 20 ml yang berfungsi pada larutan yang akan diambil dengan volume 20 ml, pipet
gondok 1 ml berfungsi pada larutan yang akan diambil dengan volume 1 ml,pipet tetes yang
berfungsi sama untuk mengambil larutan, corong gelas yang berfungsi untuk membantu
3. memasukan larutan ke dalam tempat yang lubangnya kecil atau sempit, dan buret 50 ml yang
digunakan untuk titrasi.
4. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum,yaitu NaEDTA 0,0005 M,standar Ca2+ 0,0001
M,Buffer ph 10, indikator EBT,dan sampel air.
5. Cara Kerja
Standarisasi 0,005 M larutan Dinatrium Etilendiamintetra Asetat, Na2H2Y (Na2EDTA)
Buret diisi dengan larutan Dinatrium Etilendiamintetra Asetat (Na2EDTA) 0.005 M.
Kemudian 20 ml larutan standar Ca2+ 0,0005 M diambil dengan pipet gondok,lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeter 125 ml. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10 dan ditetesi
2 tetes indikator EBT. Disiapkan tiga larutan standar Ca2+. Larutan standar Ca2+ yang ditritasi
dengan titran Na2H2Y secara perlahan-lahan hingga berubah warna menjadi biru langit secara
permanen. Percobaan ini diulangi tiga kali.
Analisis Sampel Air
20 ml sampel air diambil dengan pipet gondok berukuran 20 ml, lalu dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 125 ml. Kemudian ditambahkan 1 ml lautan buffer pH 10 dan ditetesi 2
tetes indikator EBT. Larutan Na2H2Y dititrasikan secara perlahan-lahan hingga warnanya
berubah seperti warna biru langit secara permanen. Lalu percobaan ini diulangi tiga kali.
6. Hasil
a. Standarisasi larutan Na2EDTA 0,005 M
No. Uraian Percb. 1 Percb.2 Percb.3
1. Volume larutan standar Ca2+ (mL) 20 20 20
2. Konsentrasi larutan standar Ca2+ (M) 0,0005 0,0005 0,0005
3. Pembacaan buret,akhir (mL) 2 4,2 6,6
4. Pembacaan buret,awal (mL) 0 2 4,2
5. Volume titran/Na2EDTA 2 2,2 2,4
6. Molaritas Na2EDTA (mol/L) 0,005 0,0045 0,0042
7. Molaritas rata-rata (mol/L) 0,0046
b. Analisis sampel air
No. Uraian Percb. 1 Percb.2 Percb.3
1. Volume sampel air (mL) 20 20 20
2. Pembacaan buret,akhir (mL) 5,4 10,4 15,8
3. Pembacaan buret,awal (mL) 0 5,4 10,4
4. Volume titran/Na2EDTA 5,4 5,0 5,4
5. Mol Na2EDTA=mol ion sadah,
Ca2+ dan Mg+
0,025 0,023 0,025
6. Konsentrasi CaCO3mg CaCO3 /L
sampel(ppm)
125 115 125
7. Konsentrasi CaCO3rata-rata (ppm) 121,67
4. c. Tingkat kesadahan
Kesadahan (ppm CaCO3) Klasifikasi kesadahan
< 15 Sangat rendah
15-50 Rendah
100-200 Tinggi
>200 Sangat tinggi
7. Pembahasan
Pada percobaan kali ini mengunakan metode titrasi, yaitu cara penetuan konsentrasi suatu
larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Titran yang digunakan adalah
Na2EDTA dan akan berdisiosasi menjadi ion Na+ dan H2Y2 . Pada percobaan ini, Ca2+ memiliki
molaritas sebesar 0,005M dan volume larutan 0,02 liter. Molaritas dan volume larutan telah
diketahui karena larutan ini merupakan larutan standar .Pada percobaan ini juga ditambahkan
buffer ph 10,Na2EDTA, dan EBT. Adanya penambahan tersebut agar pHnya tetap atau tidak
berubah-ubah..Pada pH larutan dapat mengalami perubahan dengan adanya ion hidrogen yang
lepas pada saat titrasi. Dengan adanya pH dan EBT dapat mencegah terbentuknya endapan
logam hidroksida. Dilakukan standarisasi dengan menggunakan larutan standar Ca2+. Larutan
standar adalah larutan yang sudah diketahui nilai molaritasnya sehingga dapat menstandarisasi
larutan lain yang belum diketahui nilai molaritasnya. Jadi dengan melakukan standarisasi pada
percobaan ini untuk mengetahui nilai molaritas pada larutan yang belum diketahui nilai
molaritasnya. Pada percobaan ini juga dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, pengulangan
ini untuk menganalisa hasilnya. Hasil satu percobaan belum tentu signifikan. Pengulangan
tersebut untuk mengetahui data atau hasil itu signifikan atau tidaknya. Dalam proses titrasi ini
terjadi perubahan warna, karena adanya indikator EBT yang mampu berikatan dengan ion
Ca2+ dan Mg2+. Adanya indikator ini yang dicampurkan sampel air atau pada saat melakukan
standarisasi larutan Na2EDTA 0,0005 M akan mengalami perubahan warna dan terjadi titik
akhir titrasi. Titik akhir titrasi itu terjadi pada saat perubahan warna dan terjadi titik ekivalen.
Percobaan dengan menstandarisasi larutan Na2EDTA dengan tiga kali percobaan. Pada
percobaan ini untuk mencari nilai molaritas dari suatu larutan yang belum diketahui nilai
molaritasnya dengan bantuan larutan standar Ca2+ . Volume larutan standar Ca2+ sebesar 20 ml
yang kemudian dititrasikan. Di dapat volume titran yang pertama 0,002 L dengan molaritas
sebesar 0,005 mol/L, sedangkan yang kedua volume titran sebesar 0,0022 L dengan molaritas
0,0045 mol/L. Lalu yang ketiga dengan volume titran 0,0024 L dengan molaritas 0,0042 mol/L.
Diperoleh pula molaritas rata-rata sebesar 0,0046 mol/L. Dari ketiga data tersebut mempunyai
hasil yang berbeda,hal ini dikarenakan pada saat melalukan titrasi yang seharusnya dilakukan
dengan perlahan-lahan,tetapi jika diperlakuan dengan cepat atau tidak perlahan-lahan dalam
mentitrasikan suatu larutan akan mempengaruhi volume titran. Adapun faktor lain,yaitu pada
saat pengambilan larutan tidak tepat pada pengukuran dan dalam melihat angka tidak tepat,
hal tersebut juga dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Pada perubahan warna yang
5. ditritasikan menjadi biru cerah,kurang teliti dalam melihat perubahan warna. Perubahan warna
yang berbeda itu dapat mempengaruhi hasil dari volume hingga molaritasnya. Penambahan
indikator atau buffer pH 10 yang berlebih juga akan mempengaruhi hasil yang akan diperoleh.
Pada percobaan analisis sampel air untuk mengetahui tingkat kesadahan air. Dengan
volume sampel air yang digunakan 20 ml. Percobaan yang kedua ini juga diulangi tiga kali.
Didapatkan volume titran yang pertama sebesar 5,4 ml,sehingga diperoleh mol ion sadah
Ca2+ dan Mg2+ sebesar 0,025 mmol,serta konsentrasinya yang didapat sebesar 125 ppm, pada
percobaan yang kedua volume titrannya 5,0 ml, sehingga diperoleh mol ion sadah Ca2+ dan
Mg2+ sebesar 0,023 mmol,serta konsentrasinya sebesar 115 ppm, dan percobaan yang ketiga
hasilnya sama seperti percobaan pertama yang konsentrasinya sebesar 125 ppm. Dari ketiga
data tersebut diperoleh konsentrasi rata-rata sebesar 121,67 ppm. Jika dilihat pada tabel tingkat
kesadahan, 121,67 ppm termasuk tingkat kesadahan yang tinggi. Dari percobaan ini yang
mengalami perubahan warna yang sama menjadi biru cerah atau biru langit, tetapi hasil yang
didapat tidak sama satu dengan yang lain. Hal ini terdapat faktor yang mempengaruhi,yaitu
pada saat melakukan titrasi yang seharusnya perlahan-lahan, pada saat pengambilan larutan
yang tidak tetap atau lebih sedikit dari batas pengukuran juga dapat mempengaruhi hasilnya,
dan pada saat membac buret yang tidak tepat juga akan mempengaruhi hasil yang didapat. Pada
penetesan pH 10 atau indikator EBT yang berlebih juga akan mempengaruhi volumenya dan
warnanya pun akan berbeda dengan satu tetes indikator dengan dua tetes indikator.
Untuk reaksi yang terjadi, Sebelum titran H2Y2- ditambahkan untuk analisa, analit
berwarna merah anggur karena ion kompleks (Ca – EBT)2+ (aq). Jika H2Y2- mengkompleks
semua Ca2+bebas dari sampel air maka kompleks merah anggur (Ca – EBT)2+ terdisosiasi dari
warna merah anggur berubah menjadi biru langit dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai,
semua ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2-
(Ca – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> CaY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
Jika titran H2Y2- ditambahkan pada analit, maka akan terjadi reaksi pembentukan
kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+seperti berikut:
Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Mg2+ (aq) + H2Y2- (aq) (MgY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah
anggur (Mg – EBT)2+ (aq)
Mg 2+ (aq) + EBT (aq) –> (Mg – EBT)2+ (aq)
Jika H2Y2- mengkompleks semua Ca2+ dan Mg2+ bebas dari sampel air maka kompleks
merah anggur (Ca – EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah menjadi biru langit
dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan
H2Y2-
6. (Mg – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) MgY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
8. Kesimpulan
1) Kesadahan yang dipengaruhi adanya kandungan garam yang terlarut dari ion-ion sadah
seperti Ca2+,Mg2+,Fe2+.
2) Konsentrasi CaCO3 rata-rata sebesar 121,67 ppm, tingkat kesadahannya tinggi.
9. Pengesahan
Yogyakarta,.... Desember 2012
Mengetahui,
Asisten Praktikan
(Oktavian Ira W.) (Dyah Ayu L.)
10. Daftar Pustaka
Chang, Rymond.2003. Edisi Ketiga. Kimia Dasar. Jakarta.Erlangga.
Fardiaz, srikandi.1992.Polusi Air dan Udara.Yogyakarta.Kanisius.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta.PT Gramedia.
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerjemah : A. Saptorahardjo, UI-
Prees, Jakarta
11. Lampiran
Diposkan oleh Ayoe AndAy di 03.50